Miskin 1
Kemiskinan merupakan suatu masalah yang sering dihadapi oleh negaranegara yang kurang maju khususnya di negara negara kita dalam konteks penelitian
ini. Kemiskinan di negara kita bukan lagi suatu masalah yang langka untuk
dihadapi tapi kemiskinan ini merupakan masalah yang selalu dihadapi. Tingkat
kemiskinan cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun. Secara ekonomi,
kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan sumber daya yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup warga serta meningkatkan kesejahteraan di setiap kelompok warga . Kemiskinan merupakan masalah
yang menyangkut banyak hal sebab berhubungan dengan tingkat pendapatan
seseorang yang minimum, kesehatan yang rendah, serta ketidaksamaan jenis
kelamin dan sebagainya.
Pemerintah juga selalu berusaha merencanakan upaya penanggulangan
kemiskinan dari setiap tahun, namun kemiskinan di negara kita juga masih tidak
mengalami penurunan secara signifikan, walaupun data di BPS menunjukkan
kecenderungan penurunan kemiskinan, namun secara kualitatif belum
menunjukkan dampak dari perubahan yang nyata malahan secara kenyataan
kondisinya semakin memprihatinkan setiap tahunnya.
Todaro (2000), bahwa pandangan secara ekonomi yang menganggap
tujuan utama ekonomi maju atau pembangunan ekonomi tidak hanya sebab
pertumbuhan ekonomi, namun juga dengan cara mengatasi kemiskinan dan
menurunkan tingkat pengangguran dengan cara meningkatkan penyediaan
lapangan kerja yang luas dalam konteks perekonomian yang secara terus menerus
harus maju. Maka dengan demikian, hal ini dapat diketahui bahwa
kemiskinan ini menjadi salah satu masalah yang memang harus dikendalikan
sesuai dengan secara pandangan ekonomi yang baru agar dapat meningkatkan
pembangunan ekonomi sesuai dengan pandangan ini . Jadi majunya suatu
negara bukan hanya diukur melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi, namun
juga dapat diukur melalui kemampuan suatu negara dalam hal mengatasi
kemiskinan atau menghapuskan kemiskinan serta menurunkan tingkat
pengangguran.
berdasar pada Tabel 1 di bawah Pertumbuhan ekonomi dan
kemiskinan memiliki cenderung berfluktuasi di mana pola pergerakan
pertumbuhan ekonomi dan jumlah warga miskin yang bertolak belakang pada
beberapa tahun. Saat terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi, maka terjadi
penurunan jumlah warga miskin. Maka hal ini , bahwa adanya hubungan
timbal balik antara pertumbuhan ekonomi dan jumlah warga miskin. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian yang memakai model
Persamaan Simultan (Simultaneous Equations Models) bahwa meningkatnya
pertumbuhan ekonomi terbukti memberi dampak terhadap penurunan jumlah
warga miskin. Dengan pembahasan ini maka tujuan dalam penelitian ini
adalah mengetahui bagaimana pengaruh hubungan timbal balik antara
pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan di negara kita . Metode yang digunakan
adalah VAR (Vector Autoregressive).
LANDASAN TEORI
Teori Kemiskinan
Kemiskinan merupakan suatu keadaan yang terjadi akibat
ketidaksanggupan dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti: makanan, pakaian,
pendidikan, kesehatan dan perumahan atau tempat berlindung. Kemiskinan ini
juga dapat disebabkan sebab kelangkaan sesuatu alat untuk memenuhi kebutuhan
dasar serta rumitnya suatu akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.
pemicu Kemiskinan
Sharp mengatakan bahwa pemicu kemiskinan
yang dipandang dari sisi ekonomi. Kemiskinan ini terjadi sebab adanya
ketidaksamaan pada kepemilikan sumberdaya yang dapat menimbulkan distribusi
pendapatan yang timpang. warga yang miskin memiliki sumberdaya yang
sangat terbatas dan kualitas yang minimum. Kemiskinan juga terjadi akibat
adanya ketidaksamaan dalam kualitas sumberdaya manusia. Jika kualitas
sumberdaya seseorang rendah maka tingkat produktivitas juga rendah, hal
demikian juga dapat menyebabkan upah yang diberikan rendah pula. Rendahnya
tingkat kualitas sumberdaya manusia sebab rendahnya tingkat pendidikan.
pemicu kemiskinan di atas berakibat pada munculnya teori lingkaran setan
kemiskinan (vicious circle of poverty). Yang dimaksud lingkaran kemiskinan ini
merupakan rangkaian kekuatan yang saling mempengaruhi keadaaan di mana
suatu negara akan tetap terjadi miskin dan banyak mengalami kesulitan dalam
mencapai tingkat pembangunan yang lebih baik.
Ada beberapa upaya dalam penanggulangan kemiskinan yang telah
diambil pemerintah yaitu : (a) meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas melalui upaya padat karya, perdagangan ekspor serta mengembangkan
UMKM; (b) meningkatkan kebutuhan dasar; (c) pemberdayaan warga lewat
(PNPM) yang tujuannya untuk membuka berpartisipasi bagi warga miskin
dalam proses pembangunan; (d) jaminan sosial lewat program (PKH).
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yaitu suatu aktivitas ekonomi yang terjadi
perubahan sepanjang kurun waktu tertentu, atau suatu aktivitas dalam
pembangunan, di mana dapat megukur tingkat terjadinya perkembangan aktivitas
ekonomi dalam suatu sistem perekonomian. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat
juga mengukur tingkat angka pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.
Budiono (1981: 9) mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah
proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi ada 3 (tiga) aspek
1. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu “proses” maksudnya bahwa suatu
perekonomian dapat berkembang atau berubah dari waktu ke waktu, di mana
apakah terjadi penurunan atau terjadi pertumbuhan ekonomi.
2. Pertumbuhan ekonomi merupakan usaha dalam meningkatkan output, namun
disertai dengan jumlah warga yang tinggi dari penambahan jumlah total
output, maka perekonomian dikatakan dalam keadaan tetap atau tidak terjadi
pertumbuhan ekonomi.
3. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dalam jangka panjang adalah dalam
menganalisis naik atau turunnya keadaan perekonomian suatu negara.
sebab pertumbuhan ekonomi sangat berhubungan terhadap perubahan
faktor-faktor yang memengaruhinya. Jadi dapat disimpulkan, bahwa suatu
perekonomian dapat dikatakan mengalami pertumbuhan jika tingkat
kegiatan atau aktivitas ekonomi lebih tinggi dari pada yang dicapai pada masa
sebelumnya.
Penelitian Sebelumnya
Studi analisis kemiskinan terhadap pengaruh pertumbuhan ekonomi telah
banyak dilakukan oleh banyak peneliti yaitu:
menunjukkan hasil penelitian ini bahwa model
yang dapat digunakan untuk mengresikan jumlah warga miskin di perdesaan
di negara kita yaitu model simultan pada metode 2SLS. (a) Faktor yang
mempengaruhi jumlah orang miskin di perdesaaan pada taraf nyata 10% yaitu
pendapatan perkapita rumah tangga petani. (b) Faktor yang memengaruhi
pendapatan perkapita rumah tangga petani pada taraf nyata 10 % ialah upah. (c)
Faktor warga tidak sekolah lebih dipengaruhi pada taraf nyata 10% oleh faktor
rasio pengeluaran pemerintah disektor pertanian. (d) Faktor produksi pertanian
dipengaruhi oleh faktor irigasi, harga pupuk, luas lahan dan faktor lag dari
produksi pertanian pada taraf nyata 10%.
penelitian ini menunjukkan bahwa, memiliki
adanya IPM sebagai variabel pure moderator maupun sebagai variabel
intervening (mediating) terhadap hubungan antara pengeluaran publik dan
kemiskinan, namun pengaruhnya masih sangat kecil. Pengaruh variabel IPM
sebagai variabel pure moderator pada tahun 2007 sebesar – 5,913x10-6 dan pada
tahun 2008 sebesar – 3,964x10-6. sedang total pengaruh variabel IPM sebagai
variabel interveningpada tahun 2008 sebesar 5,9732x10-6. Kecilnya pengaruh
ini disebab kan keterbatasan dari penelitian ini, di mana variabel independen
yang memengaruhi variabel kemiskinan baru sebatas pada political will
pemerintah kabupaten/kota dalam mengurangi kemiskinan yang dilihat dari
kebijakan pengeluaran sektor publik yang berkaitan dengan peningkatan kualitas
pembangunan manusia berupa pengeluaran bidang pendidikan dan kesehatan. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai keterkaitan
variabel- variabel lain termasuk variabel IPM terhadap variabel kemiskinan.
, hasil penelitian
menyatakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi PDRB berpengaruh negatif
terhadap kemiskinan, tingkat pengangguran berpengaruh positif terhadap
kemiskinan, pendidikan berpengaruh negatif terhadap kemiskinan, dan kesehatan
berpengaruh negatif terhadap kemiskinan artinya signifikan α=5%
Selanjutnya, , menunjukkan hasil penelitian bahwa,
pertumbuhan ekonomi akan memberi dampak terhadap kemiskinan, dimana
kemiskinan menurun. Pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi sebsear 1%
maka dapat menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 0,9585 %. Maka dengan
demikian berdasar data BPS selama periode 1998-2009 setelah melewati masa
kritis ternyata pertumbuhan ekonomi yang dicapai negara kita cukup berkualitas
dari dampak kemiskinan.
hasil penelitian ini
bahwa dalam variabel kesehatan, pendidikan, pengeluaran pemerintah signifikan
dan berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan. Di jawa tengah. Di mana
meningkatnya variabel pendidikan, kesehatan, dan pengeluaran pemerintah
menyebabkan terjadinya tingkat kemiskinan menurun sementara untuk variabel
pengangguran signifikan dan berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan,
artinya saat jumlah pengangguran meningkat maka tingkat kemiskinan akan
juga meningkat. Namun untuk variabel pertumbuhan ekonomi tidak signifikan
secara statisti mempengaruhi tingkat kemiskinan.
hasil penelitian juga menunjukkan, bahwa
pengentasan kemiskinan di negara kita akan mempunyai dampak yang besar dan
menguntungkan terhadap PDB negara ini .
Kemiskinan di negara kita
Secara ekonomi tujuan utama dari kemajuan ekonomi tidak hanya sematamata untuk mengejar pertumbuhan ekonomi, pendapatan yang tinggi, tetapi juga
berusaha untuk menekankan pemerataan pendapatan. Peningkatan pendapatan
warga dapat ditempuh dengan berbagai kebijakan. Hal ini bertujuan agar
dapat mengurangi angka kemiskinan dan mengurangi kesenjangan pendapatan
antara kelompok kaya dan kelompok miskin. Untuk itu, dapat diketahui bahwa
kemiskinan menjadi salah satu masalah yang harus dikendalikan agar dapat
meningkatkan pembangunan ekonomi yang ada di negara negara kita .Kemiskinan di negara kita berfluktuasi dari tahun 1990 sampai 2022.
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi kemiskinan di
negara kita dengan harapan jumlah warga miskin mengalami penurunan dari
waktu ke waktu. Tabel 2 dapat memperlihatkan, bahwa keberhasilan ini ditandai
dengan menurunnya jumlah persentase kemiskinan dari 15,08 persen pada tahun
1990 menjadi 13,7 persen pada tahun 1993. Pada tahun 1997 merupakan krisis
ekonomi yang melanda negara kita menyebabkan jumlah warga miskin
meningkat secara derastis. Akibat terjadinya krisis yang dibarengi dengan krisis
sosial dan politik maka jumlah warga miskin meningkat sebesar 24,23 persen
pada tahun 1998 dibandingkan tahun 1997 sebesar 20.85 persen. Peningkatan
jumlah warga miskin menjadi 24,23 persen bukan hanya dilakukan oleh krisis
ekonomi, tetapi juga penyumpurnaan standar kemiskinan yang digunakan. Pada
tahun 1998 BPS melakukan penyempurnaan standar perhitungan kemiskinan yang
meliputi perluasan komoditas yang dibutuhkan dalam kebutuhan dasar. Perubahan
standar ini berakibat pada perubahan jumlah warga miskin. Sesudah
mengalami krisis ekonomi dan politik pada tahun 1997, maka negara kita mencoba
bangkit. Setelah krisis, perkembangan jumlah persentase warga miskin pada
tahun 1999-2022 mengalami penurunan, di mana pada tahun 1999 jumlah
warga miskin sebesar 23,43 persen sedang pada tahun 2022 menurun
menjadi 9,54 persen.Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah pertumbuhan
ekonomi. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi mempunyai pengaruh
terhadap kesempatan kerja sekaligus dapat mengurangi warga miskin.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu alat ukur kesejahteraan warga .
Pertumbuhan ekonomi dapat diukur melalui selisih antara Gross Domestik
Product (GDP) tahun berjalan dikurang GDP tahun sebelumnya. Pertumbuhan
ekonomi dapat dikatakan baik jika pertumbuhan GDP lebih tinggi dari laju
pertumbuhan warga .
Tabel 3 menunjukkan bahwa, pertumbuhan ekonomi yang cenderung
berfluktuasi mulai tahun 1990 sampai tahun 2022. Pada tahun 1997-1998
terjadinya krisis ekonomi di negara kita disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
stok utang luar negeri swasta sangat besar yang pada umumnya berjangka pendek,
banyak kelemahan dalam sistem perbankan di negara kita , serta dengan makin
tidak jelasnya arah perubahan politik. Hal ini menyebabkan penurunan
fundamental perekonomian negara kita . Perkembangan pertumbuhan ekonomi pada
tahun 2000 terlihat pada proses pemulihan ekonomi yang nampak semakin kuat
pada beberapa faktor seperti membaiknya permintaan domestik, serta situasi
ekonomi yang terlihat juga membaik. Pertumbuhan ekonomi mulai membaik pada
tahun 2007 dengan pertumbuhan sebesar 6,3 persen. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya daya beli warga , membaiknya iklim investasi, dan tingginya
permintaan dunia terhadap ekspor negara kita . Pada sisi penawaran kinerja
pertumbuhan ekonomi tahun 2007 ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan
hampir seluruh sektor ekonomi. Namun iklim yang kondusif ini tidak dapat
bertahan lama, sebab harga minyak semakin tinggi ditambah dengan krisis
subprime mortage di AS dan gejala resesi dunia serta gejala krisis pangan dunia.
Keadaan ini menimbulkan penurunan pertumbuhan ekonomi pada tahun
2008 sebesar 6 persen dan menurun lagi menjadi sebesar 4,6 persen pada tahun
2009. Oleh sebab itu, pemerintah selalu berusaha untuk memulihkan krisis
ini , sehingga pemerintah berhasil meningkatkan kembali pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2010 dengan pertumbuhan sebesar 6,2 persen dan tahun 2011
sebesar 6,5 persen. Namun pada tahun 2020 terjadi penurunan kembali lagi
sebesar -2.1 persen akibat dampak terjadinya Covid, namun pada tahun 2021
hingga 2022 telah terjadi pemulihan ekonomi kembali sehingga mengalami
kenaikan pertumbuhan ekonomi tahun 2022 sebesar 5,1 persen.
A. Uji Stasioneritas
Dalam memakai model VAR maka data yang dapat digunakan harus
stasioner. Uji stasioneritas ini dengan memakai metode metode PhillipsPerron (PP) untuk menganalisis data yang digunakan, jika 𝑡
ℎ𝑖𝑡>𝑡𝑡𝑎𝑏maka data
yang digunakan ini sudah stasioner sedang jika 𝑡
ℎ𝑖𝑡 ≤ 𝑡𝑡𝑎𝑏 maka data
yang digunakan belum stasioner. Dalam Pengolahan pada data yang
memakai Phillips-Perron (PP) with drift yang artinya data yang digunakan
harus memiliki trend atau berflukuasi. Berikut ini adalah hasil uji stasioneritas
yang memakai Phillips-Perron
berdasar dari hasil uji Phillips-Perron pada Tabel 4, maka pada
tingkat level di atas dapat diketahui bahwasanya pada semua variabel yang
digunakan dalam penelitian ini tidak stasioner pada tingkat level. Selanjutnya,
sebab data dalam bentuk persen maka langsung dilakukan uji pada tingkat first
diffrence. Berikut hasil uji pada tingkat first diffrence memakai PhillipsPerron.
berdasar hasil penelitian di atas dapat dilihat pada Tabel 5, bahwa
keseluruhan data variabel yang digunakan dalam penelitian ini sudah stasioner
pada tingkat first difference pada nilai kritis 5% dan 10% untuk PDB. Sementara
untuk kemiskinan juga belum stasioner. Maka dengan itu dapat melalukan pada
tingkat first diffrence untuk kedua kalinya. Berikut hasil uji pada tingkat second
diffrence memakai Phillips-Perron yang kedua kalinya pada terlihat pada
Tabel 6 yang di bawah di mana menunjukkan keseluruhan data variabel yang
digunakan dalam penelitian ini sudah stasioner pasa tingkat first difference untuk
PDB, sedang kemiskinan stationer pada tingkat second diffrence.
B. Uji Kausalitas Granger
Uji Granger Causality dapat digunakan oleh penelitian ini untuk melihat
bagaimana hubungan kausalitas pada variabel pertumbuhan ekonomi dengan
jumlah warga miskin. berdasar hasil uji penelitian ini maka dapat dilihat
dari nilai probabilitasnya. Konklusi kriteria untuk mengambil keputusan yang
dipakai adalah Ho ditolak jika nilai probabilitasnya kurang dari 5 persen (taraf yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 persen). Jika Ho ditolak maka satu
variabel berpengaruh signifikan terhadap variabel lainnya. Jika kedua Ho ditolak
maka ada hubungan kausalitas timbal balik pada kedua variabel ini .
Berikut ini akan memperlihatkan nilai Wald Test Stat dan probabilitas untuk
masing-masing Ho dalam uji kausalitas Granger.
berdasar Tabel 7 menunjukkan bahwa hasil penelitian di atas dapat
dilihat bahwa hasil pertama, pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap jumlah warga miskin. Kedua , jumlah warga miskin
juga berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dan keseluruhan data
variabel yang digunakan dalam penelitian ini sudah stasioner untuk variabel
Kemiskinan dan Variabel Pertumbuhan Ekonomi.
C. The Impulse Response Function
Pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya dalam model VAR
dapat dilihat juga dari Impulse Response Function (IRF). Grafik IRF ini dapat
berfungsi untuk melihat signifikan pengaruh antara satu variabel terhadap
variabel lainnya. Sesuai hasil estimasi sebagaimana dapat diperlihatkan sebagai
berikut;
Hasil uji IRF Pertumbuhan Ekonomi terhadap kemiskinan pada Gambar 1
di atas menyatakan bahwa, dalam jangka pendek ada pengaruh dari shock yang
disebabkan oleh Pertumbuhan Ekonomi terhadap kemiskinan, sedang dalam
jangka menengah maupun dalam jangka panjang tidak ada pengaruh dari shock
yang disebabkan oleh Pertumbuhan Ekonomi terhadap kemiskinan. Pada Gambar 2 menunjukkan bahawa hasil uji Impulse Response Function
kemiskinan terhadap Pertumbuhan Ekonomi yang menyatakan bahwa, dalam
jangka pendek ada pegaruh dari shock yang disebabkan oleh kemiskinan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi sedang dalam jangka menengah maupun dalam jangka
panjang tidak ada pengaruh dari shock yang disebabkan oleh kemiskinan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi.
berdasar dari hasil penelitian dengan memakai metode VAR,
dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut :
1. berdasar hasil Wald Test menunjukkan bahwa, variabel berpengaruh
negatif terhadap kemiskinan (nilai kritis mutlak 5% ) yang artinya bahwa di
mana setiap peningkatan variabel Pertumbuhan Ekonomi yang akan
mengalami penurunan terhadap kemiskinan atau penurunan Pertumbuhan
Ekonomi maka akan mendorong juga meningkatnya kemiskinan di negara
negara kita .
2. berdasar hasil Impulse Response Function menunjukkkan bahwa, pada
variabel Pertumbuhan Ekonomi terhadap kemiskinan dalam jangka pendek,
menengah maupun jangka panjang di negara kita menyatakan bahwa dalam
jangka pendek ada pengaruh dari shock yang disebabkan oleh Pertumbuhan
Ekonomi terhadap kemiskinan sedang dalam jangka menengah maupun
dalam jangka panjang tidak ada pengaruh dari shock yang disebabkan oleh
Pertumbuhan Ekonomi terhadap kemiskinan.
Kemiskinan merupakan salah satu masalah mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di
negara manapun. Di hampir semua negara berkembang, standar hidup sebagian besar warga nya cenderung
sangat rendah, tidak hanya jika dibandingkan dengan standar hidup orang - orang di negara kaya, namun juga
dengan golongan elit di negara mereka sendiri. Standar hidup yang rendah ini terwujud salah satunya dalam
bentuk tingkat pendapatan yang sangat rendah atau kemiskinan (Todaro, 2006). Pertumbuhan ekonomi diyakini
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan jumlah kemiskinan. Namun demikian pengaruh ini
dapat saja berbeda antara negara yang satu dengan negara lainnya. Keadaan distribusi pendapatan, jumlah
warga , urbanisasi memiliki kaitan penting dalam menentukan pengaruh yang terjadi antara pertumbuhan
ekonomi dengan penurunan jumlah kemiskinan
Kemiskinan merupakan salah satu masalah mendasar yang menjadi pusat perhatian
pemerintah di negara manapun. Di hampir semua negara berkembang, standar hidup sebagian
besar warga nya cenderung sangat rendah, tidak hanya jika dibandingkan dengan standar
hidup orang - orang di negara kaya, namun juga dengan golongan elit di negara mereka sendiri.
Standar hidup yang rendah ini terwujud salah satunya dalam bentuk tingkat pendapatan
yang sangat rendah atau kemiskinan (Todaro, 2006). Pertumbuhan ekonomi diyakini memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap penurunan jumlah kemiskinan. Namun demikian pengaruh
ini dapat saja berbeda antara negara yang satu dengan negara lainnya. Keadaan distribusi
pendapatan, jumlah warga , urbanisasi memiliki kaitan penting dalam menentukan
pengaruh yang terjadi antara pertumbuhan ekonomi dengan penurunan jumlah kemiskinan
(, ada hubungan dua arah yang kuat antara pertumbuhan
ekonomi dan kemiskinan di negara kita . Pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap
pengurangan angka kemiskinan, terutama di daerah perdesaan yang banyak ada kantong–kantong kemiskinan. Sebaliknya kemiskinan juga berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Penelitian Siregar dan Wahyuniarti (2007) menemukan bahwa
pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan yang artinya
kenaikan pertumbuhan ekonomi menurunkan tingkat kemiskinan. Namun pengaruh yang
diberikan oleh per-tumbuhan ekonomi tidak dapat sepenuhnya menyelesaikan masalah
kemiskinan. Penang-gulangan kemiskinan membutuhkan pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas dan berkeadilan Siregar dan Wahyuniarti menyebutkan bahwa pertumbuhan yang
berkualitas dan berkeadilan ini adalah pertumbuhan yang berpihak pada warga
melalui pembangunan sektor industri dan pertanian yang memiliki pengaruh kuat dalam
mengurangi kemiskinan.
Indikasi adanya kemungkinan perbedaan pengaruh dari sektor–sektor ekonomi terhadap
penurunan tingkat kemiskinan memunculkan berbagai penelitian yang melihat aspek sektoral
dari pertumbuhan ekonomi. Berardi dan Marzo (2015) misalnya menemukan bahwa
pertumbuhan ekonomi yang dilihat secara sektoral memiliki pengaruh langsung terhadap
penurunan jumlah kemiskinan di negara–negara di Afrika, terutama pertumbuhan yang terjadi
di sektor pro–poor yang memang didominasi oleh kantong–kantong kemiskinan. sedang
menemukan bahwa penurunan jumlah kemiskinan di negara Pakistan
dipengaruhi secara signifikan oleh pertumbuhan ekonomi yang didasari oleh pertumbuhan
pada sektor industri. menemukan bahwa sektor industri di
Asia Barat memiliki pengaruh lebih besar dalam penurunan kemiskinan; berbeda dengan
Amerika Latin, Asia bagian Selatan, dan Afrika dimana sektor pertanian memiliki pengaruh
lebih pada penurunan kemiskinan.
1. Penjelasan Kemiskinan Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi
Kemiskinan adalah tanggung jawab bersama, terutama bagi pemerintah, dalam upaya
untuk meningkatkan kualitas hidup warga . Jumlah warga yang besar dapat memicu
pertumbuhan ekonomi melalui efek pengganda sebab meningkatnya permintaan Pertumbuhan
ekonomi di negara kita selama periode pengamatan tahun 2001-2011 cenderung mengalami
peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5,33% per tahun. Namun, persentase
warga miskin di negara kita cenderung mengalami penurunan dengan nilai rata-rata sebesar
16,13% per tahun. Meskipun pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan warga , tingginya pertumbuhan ekonomi suatu daerah tidak
selalu menjamin kesejahteraan warga di daerah ini . Contohnya, provinsi Papua Barat memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi tertinggi secara nasional (11,27% per tahun), namun
persentase warga miskin di provinsi ini menduduki posisi nomor dua tertinggi
(35,77%) setelah provinsi Papua. Fenomena ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi
tidak selalu berpihak pada warga miskin
Pertumbuhan ekonomi secara singkat merupakan proses kenaikan output per kapita
dalam jangka panjang, yang mencakup tiga aspek utama: pertumbuhan real, pertumbuhan
nominal, dan pertumbuhan perkapita. Pertumbuhan ekonomi yang signifikan dapat
meningkatkan kesejahteraan warga dan mengurangi kemiskinan. Sektor keuangan,
terutama sektor bank, memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
mengurangi kemiskinan. Bank dapat memberikan pinjaman kepada warga untuk
mendukung investasi, yang kemudian dapat membangun usaha dan membangun ekonomi
local. Pada tingkat provinsi, pertumbuhan sektor bank dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan mengurangi kemiskinan. Dapat disimpulkan bahwa Kemiskinan dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Merujuk pada proses menurunnya tingkat kemiskinan di
lingkungan sekitar, yang disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
Merujuk pada penambahan produk yang dihasilkan dalam suatu perekonomian, yang dapat
memberikan dampak positif terhadap tingkat kemiskinan. Tingkat kemiskinan dapat dilihat
dari dua sisi, yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif
2. Strategi Pemerintah Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Secara
Berkelanjutan
1. Penghapusan Kemiskinan Ekstrem dan Penurunan Prevalensi Stunting
Pemerintah fokus pada strategi jangka pendek untuk mempercepat penghapusan kemiskinan
ekstrem dan mengurangi prevalensi stunting. Ini melibatkan program-program yang mendukung
kesejahteraan warga dan kesehatan anak-anak. Dalam upaya pemerintah negara kita telah
mengambil beberapa langkah strategis:
a) Program Bantuan Sosial: Pemerintah memberikan bantuan sosial kepada keluarga
miskin melalui program seperti Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan
Non-Tunai (BPNT). Ini membantu mengurangi ketidaksetaraan dan memberikan
perlindungan bagi yang membutuhkan.
b) Peningkatan Akses Pendidikan dan Kesehatan: Pemerintah berinvestasi dalam
sektor pendidikan dan kesehatan. Program Kartu negara kita Pintar (KIP)
memberikan bantuan biaya pendidikan bagi anak-anak dari keluarga miskin. Selain
itu, program kesehatan seperti Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).membantu
mengurangi prevalensi stunting dengan memberikan akses ke layanan kesehatan.c) Pengembangan Ekonomi Pedesaan: Pemerintah fokus pada pengembangan
ekonomi pedesaan melalui program seperti Program Nasional Pemberdayaan
warga Mandiri (PNPM Mandiri.Ini termasuk pelatihan keterampilan,
bantuan modal usaha, dan infrastruktur dasar untuk meningkatkan kesejahteraan
warga di daerah terpencil.
d) Penguatan Sektor Pertanian dan Perikanan: Pemerintah mendukung sektor
pertanian dan perikanan sebagai sumber mata pencaharian utama bagi banyak
warga . Ini melibatkan investasi dalam teknologi pertanian, pengembangan
pasar, dan pelatihan petani.
2. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Sebagai kegiatan perusahaan atau organisasi yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
dan keterampilan dari SDMnya dalam kurun waktu tertentu. Dalam jangka panjang, peningkatan
kualitas SDM dapat membawa banyak manfaat bagi perusahaan, seperti peningkatan
produktivitas, kualitas produk atau layanan, dan kepuasan pelanggan. Oleh sebab itu,
perusahaan perlu memperhatikan strategi dan metode yang efektif untuk mencapai tujuan ini.
Strategi jangka menengah difokuskan pada mewujudkan SDM unggul yang produktif, inovatif,
dan berdaya saing. Ini termasuk alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan yang signifikan.
3. Transformasi Ekonomi Hijau dan Digital
Merupakan langkah strategis yang harus diambil oleh negara-negara untuk mencapai
pertumbuhan yang berkelanjutan dan menghadapi perubahan global. negara kita juga telah
merumuskan strategi untuk mengintegrasikan kedua aspek ini dalam visi negara kita
2045Pemerintah berkomitmen untuk mendorong ekonomi hijau dan mengoptimalkan
proses digitalisasi. Ini melibatkan investasi dalam infrastruktur pendukung dan
transformasi industri.
a) pemakaian Energi Terbarukan : Mendorong investasi dalam energi terbarukan
seperti surya, angin, dan hidro.
b) Efisiensi Energi: Mengurangi konsumsi energi dengan teknologi yang lebih efisien.
c) Pengelolaan Limbah: Menerapkan sistem pengelolaan limbah yang berkelanjutan.
d) Kebijakan Lingkungan: Mendorong regulasi yang mendukung praktik bisnis yang
ramah lingkungan.3. Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengurangan Angka Kemiskinan di
warga
1. Peningkatan Pendapatan
Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan nilai total produksi (output) suatu negara dalam
periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diukur dengan berbagai indikator, seperti produk
domestik bruto (PDB) Pertumbuhan ekonomi yang stabil dapat meningkatkan pendapatan
warga . saat perekonomian tumbuh, peluang kerja dan penghasilan meningkat, sehingga
warga memiliki lebih banyak sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dasar.
2. Akses ke Layanan
Pertumbuhan ekonomi memungkinkan pemerintah untuk mengalokasikan lebih banyak dana
ke sektor kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. Ini berarti warga dapat mengakses
layanan kesehatan yang lebih baik, pendidikan yang lebih berkualitas, dan fasilitas infrastruktur
yang memadai. Pada era globalisasi ini, akses ke layanan keuangan menjadi kunci penting untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Peningkatan akses ke layanan keuangan
merujuk pada upaya untuk memperluas dan meningkatkan ketersediaan serta aksesibilitas
berbagai layanan keuangan kepada individu dan kelompok yang sebelumnya kurang terlayani
oleh sistem keuangan formal. Berikut adalah beberapa jenis peningkatan akses ke layanan
keuangan
a) Kredit Mikro: Menyediakan akses kepada individu atau kelompok kecil untuk
mendapatkan pinjaman dengan jumlah yang relatif kecil, biasanya untuk mendukung
usaha mikro atau kegiatan produktif lainnya.
b) Perbankan Inklusif: Meningkatkan akses terhadap produk dan layanan perbankan seperti
tabungan, pinjaman, dan layanan pembayaran kepada individu di daerah terpencil atau
dengan pendapatan rendah.
c) Teknologi Keuangan (Fintech): Memanfaatkan teknologi informasi, khususnya internet
dan perangkat mobile, untuk menyediakan layanan keuangan yang lebih mudah diakses
dan terjangkau bagi warga yang sebelumnya sulit terlayani oleh Lembaga
3. Pengurangan Ketimpangan
Pertumbuhan ekonomi yang inklusif dapat mengurangi ketimpangan sosial dan ekonomi.
Dengan adanya kesempatan kerja dan akses ke pendidikan, kesenjangan antara kelompok
warga dapat berkurang. Pengurangan ketimpangan merupakan aspek penting dalam
pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil untuk
mengurangi ketimpangan dan memastikan pertumbuhan ekonomi yang lebih merata:
a) Distribusi Kekayaan: Menerapkan kebijakan yang memastikan distribusi kekayaan dari
kelompok atas ke kelompok bawahIni dapat mencakup pajak yang lebih adil dan
perlindungan bagi kelompok rentan.b) Pengembangan Kelas Menengah: Mendorong pertumbuhan kelas menengah (40%-80%)*,
sebab indeks Gini sangat sensitif terhadap perubahan di kelas menengah. Dengan
memperkuat kelas menengah, ketimpangan dapat berkurang.
4. Pertumbuhan Inklusif
Memastikan pertumbuhan ekonomi juga menguntungkan kelompok warga bawah. Ini
melibatkan akses yang lebih baik ke layanan dasar, pelatihan keterampilan, dan kesempatan kerja
Program Pengentasan Kemiskinan: Pemerintah dapat memakai hasil pertumbuhan
ekonomi untuk mengimplementasikan program-program pengentasan kemiskinan. Contohnya
adalah bantuan sosial, pelatihan keterampilan, dan program kredit mikro. pertumbuhan ekonomi
yang inklusif. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi ketimpangan dan
memastikan pertumbuhan ekonomi yang lebih merata:
a) Distribusi Kekayaan: Menerapkan kebijakan yang memastikan distribusi kekayaan dari
kelompok atas ke kelompok bawah Ini dapat mencakup pajak yang lebih adil dan
perlindungan bagi kelompok rentan.
b) Pengembangan Kelas Menengah: Mendorong pertumbuhan kelas menengah (40%-80%),
sebab indeks Gini sangat sensitif terhadap perubahan di kelas menengah. Dengan
memperkuat kelas menengah, ketimpangan dapat berkurang.
c) Pertumbuhan Inklusif: Memastikan pertumbuhan ekonomi juga menguntungkan
*kelompok warga bawah. Ini melibatkan akses yang lebih baik ke layanan dasar,
pelatihan keterampilan, dan kesempatan kerja.
5. Pengembangan Infrastruktur
memainkan peran kritis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Berikut adalah beberapa
alasan mengapa infrastruktur berperan penting: Pertumbuhan ekonomi memungkinkan investasi
dalam infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan listrik. Infrastruktur yang baik akan membuka
akses ke wilayah yang sebelumnya terisolasi dan meningkatkan kesejahteraan warga .
4. Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Penurunan Kemiskinan di
negara kita
1. Pertumbuhan Ekonomi sebagai Pendorong Penurunan Kemiskinan
Pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan dapat menciptakan lapangan pekerjaan
baru dan meningkatkan pendapatan warga . Dengan adanya peluang pekerjaan yang lebih
banyak, warga memiliki akses yang lebih baik terhadap sumber daya ekonomi. Ini dapat
mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan pendapatan rumah tangga, sehingga secara
langsung berkontribusi pada penurunan tingkat kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi sebagai
pendorong penurunan kemiskinan menciptakan keterkaitan yang erat antara perkembangan
ekonomi suatu negara dengan tingkat kemiskinan. Meskipun pertumbuhan ekonomi dapat
berperan sebagai pendorong penurunan kemiskinan, perlu diingat bahwa dampaknya dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor eksternal dan kebijakan pemerintah. Oleh sebab itu,
pendekatan holistik yang mempertimbangkan berbagai dimensi ekonomi, sosial, dan kebijakan
diperlukan untuk mencapai penurunan kemiskinan yang berkelanjutan
2. Distribusi Pendapatan yang Adil
Distribusi pendapatan yang adil adalah konsep penting dalam pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan dan inklusif. Distribusi pendapatan yang merata menciptakan kesetaraan dalam
membagi manfaat ekonomi di antara berbagai lapisan warga . Salah satu tujuan utama
distribusi pendapatan yang adil adalah untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak
hanya meningkatkan kesejahteraan kelompok-kelompok kaya, tetapi juga menyentuh dan
meningkatkan kualitas hidup kelompok warga yang lebih rentan.
Distribusi pendapatan yang merata bukan hanya tentang pemberian sumber daya finansial,
tetapi juga melibatkan akses yang setara terhadap peluang dan sumber daya lainnya, seperti
pendidikan, layanan kesehatan, dan infrastruktur. Kesetaraan akses ini memberikan warga
kesempatan yang lebih besar untuk berkembang dan berpartisipasi dalam proses pembangunan
ekonomi. Dengan menciptakan lingkungan di mana manfaat pertumbuhan ekonomi tersebar
secara adil, distribusi pendapatan yang merata menjadi landasan bagi pembangunan ekonomi
yang berkelanjutan dan inklusif.
3. Investasi dalam Sumber Daya Manusia
Investasi dalam sumber daya alam adalah upaya yang melibatkan penanaman modal, baik
oleh pemerintah maupun sektor swasta, untuk mengoptimalkan pemanfaatan dan pengelolaan
sumber daya alam suatu wilayah. Sumber daya alam melibatkan segala sesuatu yang berasal dari
alam dan memiliki nilai ekonomi, seperti hutan, pertanian, pertambangan, energi, dan lainnya.
Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan memungkinkan pemerintah untuk
menginvestasikan lebih banyak dalam sektor pendidikan dan kesehatan. Peningkatan akses dan
kualitas pendidikan serta pelayanan. Berikut adalah beberapa aspek penting terkait investasi
dalam sumber daya alam:
a) Eksploitasi dan Pengelolaan Berkelanjutan: Investasi dalam sumber daya alam haruslah
melibatkan strategi pengelolaan yang berkelanjutan. Ini mencakup upaya untuk
mengurangi dampak lingkungan, memperhatikan keberlanjutan ekosistem, dan
memastikan bahwa eksploitasi sumber daya tidak merugikan generasi mendatang.
b) Infrastruktur dan Teknologi: Investasi seringkali diperlukan untuk membangun
infrastruktur yang mendukung eksploitasi dan pengelolaan sumber daya alam. Ini
mencakup pembangunan jalan, pelabuhan, dan fasilitas lainnya untuk memudahkan
transportasi dan distribusi hasil eksploitasi sumber daya. Selain itu, teknologi yang inovatif
dapat diterapkan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi dampak lingkungan.c) Keberlanjutan Lingkungan: Investasi yang bertujuan untuk menjaga keberlanjutan
lingkungan adalah kunci. Inisiatif-inisiatif ini dapat mencakup penanaman kembali hutan,
pemakaian metode pertanian berkelanjutan, atau peningkatan teknologi ramah
lingkungan dalam industri pertambangan.
4. Pemberdayaan Ekonomi Lokal
Pemberdayaan ekonomi lokal adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kapasitas dan kemandirian ekonomi komunitas atau daerah tertentu. Tujuan utama dari
pemberdayaan ekonomi lokal adalah memberikan kontrol lebih besar kepada warga
setempat terhadap sumber daya. Berikut adalah beberapa aspek penting terkait pemberdayaan
ekonomi loka Pertumbuhan ekonomi yang berpusat pada pengembangan sektor-sektor lokal
dapat memberikan dampak positif terhadap penurunan kemiskinan. Mendorong usaha mikro dan
kecil, serta mendukung sektor pertanian, dapat memberdayakan warga lokal dengan
menciptakan peluang ekonomi langsung di tingkat lokal.
Pertumbuhan ekonomi di negara kita pada tahun 2023 mengalami perlambatan sedikit
menjadi 5,05 persen. Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi negara kita masih memiliki potensial
untuk pertumbuhan, tetapi ada beberapa tantangan yang harus diselesaikan untuk mencapai
tujuan yang lebih optimal. Pertumbuhan ekonomi ini tergantung pada beberapa faktor, seperti
kinerja industri, pertumbuhan investasi, dan kinerja sektor jasa. Untuk mencapai pertumbuhan
lebih optimal, perlu dilakukan beberapa langkah, seperti memperkuat kinerja sektor industri,
memperluas investasi, dan mengoptimalkan kinerja sektor jasa.Pertumbuhan ekonomi di
negara kita mencapai 5,05 persen pada tahun 2023, yang lebih rendah dari tahun sebelumnya.
Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi negara kita masih memiliki potensial untuk
pertumbuhan, tetapi ada beberapa tantangan yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan
yang lebih optimal. Pertumbuhan ekonomi ini tergantung pada beberapa faktor, seperti kinerja
industri, pertumbuhan investasi, dan kinerja sektor jasa. Untuk mencapai pertumbuhan lebih
optimal, perlu dilakukan beberapa langkah, seperti memperkuat kinerja sektor industri,
memperluas investasi, dan mengoptimalkan kinerja sektor jasa.Pertumbuhan ekonomi di
negara kita pada tahun 2023 mencapai 5,05 persen, yang lebih rendah dari tahun sebelumnya.
Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi negara kita memiliki potensial untuk pertumbuhan, tetapi
ada beberapa tantangan yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan yang lebih optimal.
Pertumbuhan ekonomi ini tergantung pada beberapa faktor, seperti kinerja industri,
pertumbuhan investasi, dan kinerja sektor jasa. Untuk mencapai pertumbuhan lebih optimal, perlu dilakukan beberapa langkah, seperti memperkuat kinerja sektor industri, memperluas
investasi, dan mengoptimalkan kinerja sektor jasa
Artikel ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang terkait dengan
faktor pemicu kemiskinan pada warga pedesaan, bagaimana
mengentaskan kemiskinan dengan pendekatan kearifan lokal, dan
bagaimana memberdayakan warga pedesaan dalam proses
penanggulangan kemiskinan. Metode dalam penelitian ini adalah dengan
memakai studi kepustakaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa faktorfaktor pemicu kemiskinan pada warga pedesaan adalah sebagai
berikut: kondisi wilayah, pertumbuhan ekonomi yang lemah, pendidikan
yang rendah, ketimpangan, rasa ketergantungan, dan kenyamanan dalam
zona. Pengentasan kemiskinan melalui kearifan lokal dapat dilakukan
dengan menggali sumber daya alam dan potensi diri yang ada pada
warga pedesaan. Kemudian pemberdayaan warga pedesaan
dalam proses penanggulangan kemiskinan membutuhkan empat prinsip:
kesetaraan, partisipasi, kemandirian, dan keberlanjutan.Kemiskinan merupakan sebuah problema utama yang ada di
berbagai negara berkembang, termasuk negara kita . Sejak masa
berdirinya negara kita hingga kini, kemiskinan masih menjadi masalah
utama yang tak pernah habis untuk dikaji. Sebagai persoalan yang
kompleks dan kronis, kemiskinan perlu melibatkan semua komponen
permasalahan dalam menganalisisnya dalam menentukan strategi
penanganan apa yang tepat dan berkelanjutan dalam mencapai
kesejahteraan warga . Berbagai macam kebijakan dalam membuat
strategi pengentasan kemiskinan telah dilakukan oleh pemerintah
dengan mengeluarkan berbagai program-program bantuan terhadap
warga miskin. Baik berupa bantuan di bidang kesehatan,
pendidikan, maupun program-program pemerintah lainnya dalam
pemberdayaan warga .
Pemerintah telah mengimplementasikan Millenium Development
Goals (MDGs) hingga Sustainable Development Goals (SDGs) dalam
proses pengentasan kemiskinan. MDGs yang berjalan dari tahun 2005
hingga 2015 dengan target mengurangi masalah sosial ekonomi 2015
hingga separuh dari kondisi kemiskinan tahun 2005. Dan berlanjut
dengan SDGs yang berjalan dari tahun 2016 hingga tahun 2030, dengan
target menghilangkan masalah sosial ekonomi untuk seluruh warga
tanpa terkecuali, sehingga kemiskinan menghilang pada tahun 2030
yang akan datang.
Dari pengimplementasian MDGs, Badan Pusat Statistik (BPS)
melaporkan pencapaian kemiskinan yang semula pada tahun 1990
adalah 20,60%, pada tahun 2008 turun sebanyak 5,90%. Dan pada tahun
2014 menunjukkan persentase warga mencapai 11,25% berada di bawah garis kemiskinan secara nasional. Walaupun target belum
tercapai, yaitu 7,55% namun kerja keras ini perlu kita apresiasi.
Dan pada tahun 2016 disepakati SDGs meneruskan tujuan MDGs
untuk kehidupan manusia lebih baik. (Admin 2020)
Pada laporan terbaru BPS, jumlah warga miskin di
negara kita pada bulan Maret 2021 mencapai 27,54 juta orang.
sedang Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menyatakan
jumlah warga negara kita hingga 2021 mencapai 271.349.889 jiwa.
Itu artinya jika dipresentasikan kemiskinan di negara kita pada tahun
2021 ini adalah 10,14 persen. Ada penurunan kemiskinan jika
dibandingkan tahun 2015 yang lalu. (Admin 2021)
berdasar dari indikator ekonomi secara teoritis, garis
kemiskinan diukur memakai tiga pendekatan, yaitu pendekatan
produksi, pendapatan, dan pengeluaran. Sementara BPS menarik garis
kemiskinan dengan memakai pendekatan pengeluaran.
sedang jika melalui pendekatan sosial masih sulit untuk mengukur
garis kemiskinan warga .
Berbicara terkait pengentasan kemiskinan, tentunya seluruh
warga mendambakan sebuah program yang ideal untuk semua
wilayah. Program pengentasan kemiskinan yang ada seringkali disama
ratakan untuk semua wilayah. Dan sayangnya seringkali program
pengentasan kemiskinan yang dilakukan selama ini lebih terfokus
pada program yang mengarah pada sasaran, akan tetapi mengabaikan
potensi dan modalitas sosial warga setempat, sehingga program
ini tidak berjalan atau gagal. Kegagalan yang terjadi pun
disebab kan berbagai macam kondisi yang beragam. Jika kita melihat dari tiga unsur modal sosial, yaitu kepercayaan,
norma dan jaringan sosial, seringkali ada yang terabaikan dari salah
satunya saat program yang ada tengah berjalan. Entah sebab
kurangnya kepercayaan warga terhadap pemerintah disebab kan
merasa pesimis dengan program yang tengah berjalan ini . Atau
sebab norma-norma yang diabaikan, seperti rasa individualistis yang
muncul sehingga kurangnya rasa kebersamaan dan gotong-royong.
Atau bahkan tidak adanya jaringan yang terbangun dengan baik antar
warga dan pemerintah. Hal-hal ini adalah bagian krusial
yang harus mendapat perhatian lebih dalam menganalisis sebuah
masalah sosial ekonomi dan bagaimana membuat sebuah kebijakan
yang strategis dan tepat.
Kepercayaan adalah hal penting yang harus dimiliki antara
warga dan pemerintah. sebab kepercayaan adalah sebuah kunci
dalam menjalankan roda pemerintahan, saat kepercayaan sudah
berada di tengah warga , maka pemerintah harus bertanggung
jawab penuh akan kepercayaan ini . Namun jika kepercayaan
ini belum muncul di tengah warga , maka tugas pemerintah
untuk mengambil strategi dalam mengambil kepercayaan warga .
Kemiskinan pada suatu wilayah dan strategi penyelesaiannya
memang tidak dapat dipukul rata. sebab setiap wilayah memiliki
karakteristiknya masing-masing baik dari segi sosial kulturnya,
peluang ekonomi maupun lingkungannya. Sehingga prinsip
pengentasan kemiskinan berbasis kearifan lokal perlu diperkuat
dengan pemberdayaan warga miskin. warga di sini
dijadikan sebagai subyek, bukan hanya sebagai obyek semata. Konsep ini tidak memandang orang miskin sebagai obyek yang tidak
berkemampuan, melainkan sebagai subyek yang memiliki
kemampuan serba sedikit. Prinsip ini senada dengan apa yang
sebagai prinsip Keswadayaan, yaitu
menghargai dan mengedepankan kemampuan warga daripada
bantuan pihak lain. Dengan prinsip “mulailah dari apa yang mereka
miliki” menjadi panduan untuk mengembangkan keberdayaan
warga
Rasanya tidak adil jika terus memfokuskan sebab kegagalan
disebab kan pemerintah. sebab kenyataannya, banyak yang terjadi di
lapangan adalah mental warga nya yang memang tidak ingin
memperbaiki taraf kehidupannya lebih baik. Terutama di wilayah desa
yang menjadi fokus kajian studi ini, bagaimana mental warga
miskin desa yang terbentuk selama ini adalah perasaan “nrimo”
(menerima) apa yang ada dan apa yang terjadi pada dirinya, tanpa
berpikir bagaimana memperbaiki kehidupannya yang sebenarnya
telah berada pada masalah sosial ekonomi. Dan adanya prinsip hidup
yang seringkali telah menjadi dasar filosofi dalam kehidupan
warga miskin desa, bahwa: “yang didapat hari ini untuk
dinikmati hari ini, untuk besok adalah urusan hari esok.” Dan itu
menjadi cara mereka menikmati hidup, tanpa memikirkan kerentanan
apa saja yang akan terjadi di masa akan datang.
berdasar dari latar belakang yang telah penulis paparkan di
atas, maka tujuan dari artikel ini adalah untuk mengetahui faktor apa
saja yang menyebabkan kemiskinan pada warga desa, lalu
bagaimana pengentasan kemiskinan dengan pendekatan kearifan lokal, serta bagaimana pemberdayaan warga desa dalam proses
penanggulangan kemiskinan..
B. Metode Penelitian
Artikel ini memakai pendekatan studi kepustakaan
(Library Research). Studi kepustakaan merupakan suatu studi yang
digunakan dalam mengumpulkan informasi dan data dengan bantuan
berbagai macam material yang ada di perpustakaan seperti dokumen,
buku, majalah, kisah-kisah sejarah dan sebagainya
Studi kepustakaan juga berarti teknik pengumpulan data dengan
melakukan penelaahan terhadap buku, literatur, catatan, serta berbagai
laporan yang berkaitan dengan masalah yang dipecahkan.
Sumber data yang menjadi bahan dari penulisan artikel ini
berupa buku, jurnal dan situs internet yang berkaitan dengan topik
yang telah dipilih terkait kemiskinan, pengentasan kemiskinan, dan
warga desa. Teknik pengumpulan data dalam penulisan artikel
ini adalah dokumentasi, yaitu: mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, buku, makalah atau artikel, jurnal dan
sebagainya. sedang instrumen yang penulis
gunakan adalah klasifikasi bahan penelitian, skema penulisan dan
format catatan konsep penulisan.
C.
Kemiskinan merupakan suatu kondisi ketidakmampuan
seseorang, keluarga, kelompok, warga untuk memenuhi
kebutuhan fisik (pangan, sandang, papan) dan non-fisik (kesehatan,
pendidikan dan rasa aman). Dalam penanganan kemiskinan
diperlukan kemampuan pemerintah dalam membangun kerjasama dengan berbagai pihak baik swasta, dunia usaha, warga hingga
negara lain yang telah berhasil dalam upaya penanganan kemiskinan.
dan yang terpenting dalam pengentasan kemiskinan diperlukannya
partisipasi warga , sehingga modal sosial dan kearifan lokal
warga mampu mendukung penanganan kemiskinan.
Pengentasan kemiskinan tidak dapat dilakukan oleh
pemerintah saja, namun perlu melibatkan warga maupun pihak
swasta. Maka diperlukan pemberdayaan warga yang
membutuhkan kerjasama berbagai pihak, antar stakeholder yang
berkaitan baik warga , tokoh warga , pemerintah maupun
pihak yang dapat menjadi jembatan antara pemerintah dan
warga , misalnya LSM.
Dalam pemberdayaan warga miskin ada tiga
pendekatan, antara lain: pendekatan terarah, pendekatan kelompok,
dan pendekatan pendampingan. Pendekatan terarah adalah
pemberdayaan warga yang terarah dengan berpihak pada orang
miskin. sedang pendekatan kelompok dengan bersama-sama
untuk memudahkan pemecahan masalah yang dihadapi. Dan
pendekatan pendampingan merupakan pendampingan dari
pendamping profesional sebagai fasilitator, komunikator, dan
dinamisator terhadap kelompok selama proses pembentukan dan
penyelenggaraan kelompok warga supaya cepat dalam mencapai
kemandirian.
Ketiga pendekatan di atas, sangatlah penting dan saling
berkaitan satu dengan yang lain dalam proses pengentasan
kemiskinan. Dalam pemberdayaan warga , sebuah strategi sangat diperlukan dengan terlebih dulu mengetahui persoalan yang menjadi
sumber kemiskinan dan indikator apa saja yang digunakan dalam
menentukan kemiskinan pada suatu wilayah. Sehingga dapat
ditentukan bentuk pemberdayaan warga seperti apa yang tepat.
Selain itu, pendampingan sangat dibutuhkan dalam setiap program
pemberdayaan warga , supaya dapat dengan mudah
mengevaluasi kegiatan yang berjalan dan terjalin jaringan yang baik
antar pihak yang harus terlibat.
Jadi, sebelum menentukan sebuah strategi dalam pengentasan
kemiskinan, diperlukan pula analisis dari kemiskinan itu sendiri. Baik
sebab kemiskinannya, maupun indikator kemiskinan itu sendiri. Selain
itu diperlukan pula dari berbagai pihak yang berkompeten untuk turut
serta andil dalam langkah yang diambil. Hal ini untuk lebih
mempertajam analisis dalam menentukan strategi penyelesaian
persoalan kemiskinan yang tepat dan strategis.
1. Faktor pemicu Kemiskinan Pada warga Desa
Nano Prawoto, merangkum definisi kemiskinan berdasar
pada tiga pengertian, yaitu: kemiskinan absolut, kemiskinan relatif dan
kemiskinan kultural. Golongan miskin absolut jika hasil
pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, artinya tidak
tercukupinya kebutuhan hidup minimum seperti pangan, sandang,
papan, kesehatan dan pendidikan. sedang golongan miskin relatif
berada di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah
kemampuan warga sekitarnya. Dan golongan miskin kultural
berkaitan dengan sikap seseorang atau sekelompok warga yang
tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya walaupun
ada pihak lain yang membantunya Selain itu, kemiskinan bisa terjadi sebab disebabkan oleh dua
kondisi, yaitu: kemiskinan alamiah dan kemiskinan buatan.
Kemiskinan alamiah terjadi disebab kan bencana alam, sumber daya
alam yang terbatas dan pemakaian teknologi yang rendah.
sedang kemiskinan buatan terjadi sebab lembaga-lembaga yang
ada di warga membuat sebagian anggota warga tidak
mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang
tersedia, sehingga mereka tetap miskin. Hal ini terjadi disebabkan
kebijakan pembangunan yang terfokus pada pertumbuhan daripada
pemerataan.
Dari jenis-jenis kemiskinan ini , memilik masing-masing
karakteristik dalam jenis kemiskinannya. Artinya, dalam penanganan
masing-masing kemiskinan ini diperlukan cara yang berbeda satu
dengan yang lain. Misalnya pada golongan miskin kultural, di mana
persoalan golongan ini berkaitan dengan mental seseorang atau
sekelompok warga yang telah menjadi sebuah kebiasaan yang
terjadi dalam rentang waktu yang lama, tentunya dalam mengubahnya
membutuhkan sebuah proses yang tidak sebentar. sebab pengentasan
kemiskinan ini bukan sesuatu hal yang instan, namun sebuah proses
untuk sebuah tujuan menjadi lebih baik.
Selain itu sebab kemiskinan disebab kan kondisi pun berkaitan
dengan ketiga kemiskinan ini . sebab setiap kemiskinan pada
dasarnya ada sebabnya atau dilatarbelakangi oleh sebuah kondisi.
Misalnya kemiskinan absolut disebab kan adanya bencana alam dan
terjadinya hilangnya harta benda. Sehingga sandang, pangan, maupun
papan tidak sanggup ia dapatkan. Begitu pula dengan kemiskinan
relatif yang berpotensi muncul, sebab adanya pertumbuhan ekonomi yang tidak diimbangi dengan kemerataan. Selain itu sebab struktur
dan sistem yang ada menjadikan sebagian warga tak mampu
menguasai sarana ekonomi maupun fasilitas yang tersedia, sehingga ia
tetap miskin meskipun berada di tengah-tengah wilayah
perindustrian.
BAPPENAS mengeluarkan indikator kemiskinan dari berbagai
sisi kebutuhan kehidupan, antara lain: (1) terbatasnya kecukupan dan
mutu pangan; (2) terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan
kesehatan; (3) terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan
pendidikan; (4) terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha; (5)
lemahnya perlindungan terhadap aset usaha, dan perbedaan upah; (6)
terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi; (7) terbatasnya
akses terhadap air bersih; (8) lemahnya kepastian kepemilikan dan
penguasaan tanah; (9) memburuknya kondisi lingkungan hidup dan
sumber daya alam, serta terbatasnya akses warga terhadap
sumber daya alam; (10) lemahnya jaminan rasa aman; (11) lemahnya
partisipasi; (12) besarnya beban kewarga an yang disebabkan oleh
besarnya tanggungan keluarga; (13) tata kelola pemerintah yang buruk
yang menyebabkan inefisiensi dan inefektivitas dalam pelayanan
publik, meluasnya korupsi dan rendahnya jaminan sosial terhadap
warga
Jika dilihat dari dimensinya, gejala-gejala kemiskinan ini
muncul dalam berbagai bentuk, antara lain: (1) Dimensi Politik; sering
muncul dalam bentuk tidak dimilikinya wadah organisasi yang
mampu memperjuangkan aspirasi kebutuhan warga miskin,
sehingga mereka benar-benar tersingkir dari proses pengambilan
keputusan penting yang menyangkut diri sendiri. (2) Dimensi Sosial; biasanya muncul dengan tidak terintegrasikannya warga miskin
ke dalam institusi sosial yang ada, terinternalisasikannya budaya
kemiskinan yang menjadikan kualitas manusia dan etos kerja mereka
rusak, serta pudarnya nilai-nilai kapital sosial. (3) Dimensi
Lingkungan; sering kali muncul berbentuk sikap, cara pandang, dan
perilaku yang tidak berorientasikan pada pembangunan berkelanjutan
sehingga cenderung memutuskan untuk melaksanakan kegiatan yang
kurang menjaga dan melindungi kelestarian lingkungan. (4) Dimensi
Ekonomi; seringkali hadir dengan bentuk rendahnya penghasilan
sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka yang layak tidak
mampu. (5) Dimensi Aset; tampak dengan minimnya kepemilikan
warga miskin dalam berbagai hal yang bisa menjadi modal hidup
mereka, termasuk aset kualitas human kapital, alat kerja, modal dana
dan lain sebagainya
Dari pemaparan di atas, dapat kita temukan beberapa faktor
pemicu kemiskinan pada warga desa pada umumnya, sebagai
berikut:
a. Kondisi wilayah mulai dari akses jalan yang masih buruk
sehingga terisolasi disebab kan letak geografis.
b. Lemahnya pertumbuhan ekonomi, disebab kan akses
perekonomian yang jauh. Warga miskin akan kesulitan dalam
menjual hasil pertanian ataupun hasil produksi lainnya.
c. Rendahnya pendidikan yang menjadikan warga miskin di desa
menjadi gaptek (gagap teknologi) dan kurang mengikuti
perkembangan zaman. Sehingga dalam pemasaran hasil
produksi mengandalkan cara konvensional.d. Adanya ketimpangan, saat sumber daya alam yang ada
dikuasai oleh pihak-pihak tertentu, di mana warga desa
tidak mendapat imbas dari hasil SDA ini .
e. Rasa ketergantungan yang tinggi warga miskin terhadap
bantuan dari pemerintah.
f. Nyaman dengan zonanya, sehingga kurangnya kesadaran
dalam mengubah taraf kehidupan yang lebih baik sebab
merasa cukup dan tidak ada yang kurang.
2. Pengentasan Kemiskinan Pendekatan Kearifan Lokal
Dari pemaparan analisis konsep kemiskinan yang telah
dipaparkan sebelumnya, mulai dari golongan kemiskinan, sebab
kemiskinan hingga indikator kemiskinan, dapat membantu untuk
merencanakan strategi pengentasan kemiskinan berbasis kearifan lokal
yang disesuaikan pada kebutuhan dan karakteristik kemiskinan pada
suatu wilayah. Selain itu, jika berpedoman pada program pengentasan
kemiskinan saat ini, pemerintah berusaha untuk
mengimplementasikan SDGs dalam setiap program.
Untuk menyeimbangkan dimensi ekonomi, lingkungan dan
sosial, SDGs berpedoman pada 5 prinsip-prinsip dasar yang dikenal
dengan 5 P, yaitu: (1) People atau Manusia. Prinsip pembangunan
global dengan memposisikan manusia sebagai perhatian utama dalam
pembangunan, serta pengentasan kemiskinan dan kelaparan sekaligus
seluruh dimensi dan bentuknya. Prinsip ini juga perlu memastikan
bahwa seluruh manusia mampu memenuhi kebutuhannya secara adil
dan merata, serta hidup pada lingkungan yang baik. (2) Planet atau
Bumi. Prinsip ini memfokuskan pada rencana perlindungan terhadap
planet bumi dari segala bentuk kerusakan dan degradasi yangmerugikan, melalui konsumsi dan produksi yang berkelanjutan,
pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan, juga mengambil sikap
penting dan strategis terkait perubahan iklim, sehingga bisa
mendukung kebutuhan generasi sekarang dan mendatang. (3)
Prosperity atau Kesejahteraan. Prinsip yang memberi jalan pada
pembangunan agar dapat memastikan semua manusia memposisikan
kehidupan yang sejahtera dan layak, semua kebutuhan hidupnya
tercukupi, baik secara ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan, dan
teknologi, dan tercipta harmoni atau selaras dengan alam. (4) Peach
atau Perdamaian. Prinsip yang menunjukkan arah pada terbentuknya
perdamaian dan keadilan, dan terciptanya warga inklusif, yang
bebas dari kekerasan dan ketakutan. sebab , tanpa perdamaian tidak
akan ada pembangunan berkelanjutan, dan begitu pun sebaliknya. (5)
Patnership atau Kemitraan. Prinsip ini bentuk strategi implementasi
dan pencapaian rencana pembangunan berkelanjutan, dengan jalan
memobilisasi, meningkatkan kolaborasi dan kemitraan dengan banyak
pihak termasuk dunia internasional, sehingga tercapai tujuan
pembangunan global, khususnya tujuan pengentasan kemiskinan
dengan partisipasi semua negara dan semua pemegang kepentingan
lainnya.
Tiga pilar utama yang menjadi konsep pengembangan SDGs,
yaitu: (1) pembangunan manusia (Human Development), sebagai contoh
kesehatan dan pendidikan; Kedua, lingkungan sosial ekonomi (Social
Ekonomi Development), berupa pertumbuhan ekonomi dan ketersediaan
sarana juga prasarana lingkungan; Ketiga, lingkungan (Environmental
Development), seperti kualitas lingkungan yang sehat dan tersedianya
sumber daya alam. Dari lima prinsip dan tiga pilar SDGs ini , tampak jelas
bahwa SDGs bertujuan untuk terciptanya kehidupan manusia yang
lebih baik dalam bidang ekonomi dan sosial, dan bersinergi dengan
lingkungan. Hal ini searah dan sejalan dengan pengentasan
kemiskinan berbasis kearifan lokal, di mana warga miskin
dijadikan subyek dalam proses pengentasan kemiskinan dengan
pemanfaatan sumber daya yang ada di sekitarnya dalam rangka
mengembangkan menjadi nilai ekonomi dan membuka diri untuk
menjalin kemitraan sehingga melatih kemandirian warga dalam
mencapai kesejahteraan bersama-sama.
Kearifan lokal merupakan pengetahuan lokal yang telah
menyatu dengan kepercayaan, norma dan budaya dan diekspresikan
dalam tradisi dalam waktu yang lama. Jadi, dalam strategi
pengentasan kemiskinan di suatu wilayah diperlukan pemahaman
mendalam tentang pola pikir warga setempat dan sumber daya
yang ada di wilayah ini . Banyak hal yang dapat dimanfaatkan
dari hal-hal kecil di sekitar, yang terkadang malah diabaikan. Ataupun
sebenarnya banyak dari kebiasaan-kebiasaan dari suatu warga
yang sesungguhnya adalah peluang besar untuk menaikkan
perekonomian suatu wilayah.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengentasan kemiskinan
berbasis kearifan lokal, antara lain: (1) Menghormati dan menjunjung
tinggi Hak Asasi Manusia; (2) Komitmen global terhadap
pembangunan sosial warga adat sesuai dengan konvensi yang
diselenggarakan oleh ILO; (3) Isu pelestarian lingkungan dan
menghindari keterdesakan komunitas asli dari eksploitasi sumber
daya alam yang berlebihan; (4) Meniadakan marginalisasi warga asli dalam pembangunan nasional; (5) Memperkuat nilai-nilai kearifan
warga setempat dengan cara mengintegrasikannya dalam desain
kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan (Saharuddin
2009)
Memang untuk mencapai kehidupan warga yang lebih
baik, diperlukan kerja keras dari pemerintah dalam pengambilan
kebijakan dan usaha warga untuk ikut andil bertanggung jawab
dalam proses upaya pengentasan kemiskinan. diharapkan semua turut
andil bagian tanpa ada terkecuali. Upaya ini dapat dilakukan
dengan tiga pilar, yaitu: sosio kultural, ekonomi, dan lingkungan.
Pendekatan sosio kultural dimaksudkan adalah usaha untuk
mempertimbangkan aspek sosiokultural dan menggali nilai kultural
serta pengetahuan lokal yang positif dalam warga yang berguna
dalam proses pengentasan kemiskinan. Sehingga proses yang
dilakukan akan mengantarkan manusia sadar akan harkat dan
martabatnya sebagai manusia seutuhnya. sedang pendekatan
ekonomi penting untuk meningkatkan pendapatan warga . dan
pendekatan lingkungan diharapkan dapat melestarikan lingkungan
untuk generasi selanjutnya. (S, Nugrahani, and Rejeki 2015)
Program pengentasan kemiskinan yang dilakukan pemerintah
secara umum memiliki dua tujuan, yaitu: (1) mengurangi pengeluaran
warga miskin, yang dibebankan kepada pihak lain seperti ke
pemerintah atau warga lainnya; (2) meningkatkan pendapatan
warga miskin sehingga dapat keluar dari jurang kemiskinan.
Dalam teori ekonomi, bahwa untuk memutus mata rantai
lingkaran setan kemiskinan dapat dilakukan peningkatan keterampilan sumber daya manusianya, penambahan modal investasi,
dan mengembangkan teknologi. Secara umum ada dua hal yang dapat
dikembangkan dalam warga desa dengan pendekatan kearifan
lokal, yaitu:
a. Sumber Daya Alam
Sumber daya alam merupakan segala sesuatu yang berasal dari
alam, bermanfaat dan dapat digunakan oleh manusia. Banyak hal yang
dapat dimanfaatkan dari alam untuk berlangsungnya hidup manusia.
Bahkan dari alam dapat juga dimanfaatkan menjadi nilai ekonomi
yang dapat menambah pendapatan sehingga mampu menaikkan taraf
hidup. Seringkali alam yang ada di desa terbengkalai begitu saja, atau
kurangnya pemanfaatan dari warga . pemicu nya bisa
disebab kan kurangnya dukungan dari pemerintah, maupun
kurangnya kepedulian warga setempat.
Meningkatkan kegiatan ekonomi rakyat dapat dilakukan dengan
memberikan kesempatan untuk berusaha bagi warga miskin.
Kesempatan ini dapat diberikan melalui bentuk yang beraneka
macam, termasuk pengembangan bidang pertanian dan pemanfaatan
sumber daya yang ada di wilayah pedesaan. (Zaini 2009)
Sebagai contoh, jika suatu wilayah ini berdekatan dengan
pantai, hutan, gunung maupun keindahan alam lainnya, hal ini
dapat dikelola menjadi tempat wisata alam. Dengan dukungan
pemerintah sebagai penyedia sarana dan prasarana, sedang
warga ikut serta dalam pengelolaannya. Dari sini akan
didapatkan peningkatan perekonomian untuk warga setempat.
Selain itu, pemanfaatan lahan kosong juga dapat dilakukan
dalam program pengentasan kemiskinan. Lahan kosong yang ada, dapat diberdayakan menjadi lahan untuk menanam jamu-jamuan,
seperti: sereh, jahe, kunyit, sambiloto, dan lain-lain. Terutama dimasa
pandemi seperti saat ini, saat jamu-jamuan menjadi barang yang
sangat dicari-cari untuk menjaga stamina. Sosialisasi pemanfaatan
lahan kosong di sekitar rumah juga perlu digalakkan. Lahan kosong
sekitar rumah dapat dimanfaatkan untuk menanam aneka sayuran,
maupun bumbu-bumbu dasar, seperti cabai dan bawang. Hal-hal kecil
ini akan mampu mengurangi pengeluaran bagi warga
miskin untuk bahan-bahan dasar.
Jika kita gali lebih dalam, sangat banyak hal yang ada pada alam
dapat dimanfaatkan sebagai upaya pengentasan kemiskinan. Namun,
yang paling penting untuk diperhatikan adalah kelestarian sumber
daya alam yang ada, jangan sampai alam menjadi rusak sebab adanya
pengeksploitasian secara besar-besaran.
b. Potensi Diri
Potensi diri merupakan kemampuan seseorang yang tampak
maupun yang belum tampak, namun belum digunakan secara
maksimal. Potensi diri ini perlu digali dan diasah untuk mendapatkan
hasil maksimal. Dalam menggali dan mengasahnya pun perlu adanya
latihan secara terus menerus, dan diperlukan pula pendampingan.
Pengembangan potensi diri ini berkaitan dengan peningkatan sumber
daya manusia.
Upaya meningkatkan potensi diri diyakini mampu dapat
menurunkan tingkat kemiskinan, sebab dengan sumber daya
manusia yang berkualitas maka kemampuan dan kesempatan
warga untuk maju dan berkembang lebih besar. Selain itu,
pengembangan potensi diri dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia menjadi investasi masa depan. Yang mana dari
potensi diri ini yang akan bermanfaat dalam pengelolaan sumber daya
yang ada, sehingga kesejahteraan warga dapat terwujud.
Contoh dari potensi diri ini yang dapat dimanfaatkan dalam
pengentasan kemiskinan berbasis kearifan lokal pada warga desa
misalnya, perajin batik atau tradisi memproduksi batik, perajin perak,
kerajinan ukiran, dan lain sebagainya. Dari berbagai potensi ini
dapat pula dikembangkan menjadi wisata budaya, yang khas dengan
negara kita akan budayanya yang kaya. Selain itu, potensi diri juga
dapat ditemukan pada bidang jasa. Misalnya jasa potong rambut dan
jasa tukang pijat yang sering dibutuhkan pada semua warga ,
termasuk warga desa.
Kearifan lokal yang berkaitan dengan potensi diri ini lahir dan
berkembang dari generasi ke generasi seolah-olah bertahan dan
berkembang dengan sendirinya. Namun, sesungguhnya ada
proses transfer of knowledge yang berlangsung secara alami. Tanpa ada
pelatihan formal pun, keahlian dalam bentuk kearifan lokal akan terus
ada. Dan kini telah diperkuat dengan pelatihan formal yang sudah
mulai diselenggarakan oleh pemerintah.
3. Pemberdayaan warga Desa dalam Penanggulangan
Kemiskinan
Salah satu tujuan pembangunan warga adalah mendorong
terjadinya perubahan dan pembiasaan warga dari penerima
pembangunan dan pelayanan (pasif) menuju warga yang kapabel dan
berpartisipasi (aktif) menentukan pilihan, menangani isu bersama
dalam warga . Pendekatan ini sebagai paradigma pembangunan
berpusat manusia (people centered development) yang menempatkan warga sebagai fokus maupun sumber utama pembangunan.
Pendekatan itu dipandang sebagai suatu strategi alternatif yang
menjamin komplementaritas dengan pembangunan bidang lain.
Orientasinya adalah pada pertumbuhan kualitas, mendorong
kemampuan, dan kapasitas warga warga terlibat dalam
keputusan penting menyangkut kehidupannya. (Saharuddin 2009)
Pembangunan warga dipahami melalui tiga orientasi,
yaitu: (1) upaya pengadaan pelayanan dasar sebagai kelengkapan dari
strategi kebutuhan pokok, diidentikkan dengan peningkatan
pelayanan sosial dan pemberian fasilitas sosial, seperti fasilitas
kesehatan, peningkatan gizi, pendidikan, dan sanitasi untuk
kesejahteraan warga ; (2) upaya terencana untuk mencapai tujuan
lebih kompleks dan bervariasi, guna mencapai tujuan sosial yang lebih
sulit diukur, seperti keadilan, pemerataan, peningkatan budaya,
kedamaian, serta adanya kesempatan yang sama; dan (3) upaya
meningkatkan kemampuan manusia untuk berbuat dan meningkatkan
potensialitasnya, memobilisasi antusiasmenya untuk berpartisipasi
aktif dalam proses pengambilan keputusan atau kebijakan terkait
dengan diri mereka.
Dalam mencapai keberhasilan pengentasan kemiskinan berbasis
kearifan lokal, diperlukan adanya pemberdayaan warga .
Sehingga warga ikut serta dalam memberikan pelayanan kepada
warga lainnya, terlibat dalam proyek, serta lebih banyak akan
mengetahui permasalahan dan kebutuhan dalam lingkungannya.
warga juga akan mampu mengembangkan diri menuju
kemandirian ekonomi dengan proteksi kebijakan pemerintah. Dalam
hal ini, dibutuhkan keterlibatan sektor swasta sesuai kadar tanggungjawabnya, maupun LSM yang memiliki tanggung jawab atas
pembangunan sosial. Biasanya mereka akan mendorong pemerintah
agar responsif terhadap problematika warga (Tjokrowinoto 1987)
Namun kebijakan penanggulangan kemiskinan juga perlu
didasari atas persepsi tentang faktor-faktor pemicu dan dimensi
kemiskinan itu sendiri. Jika pemicu nya ada pada diri manusianya
atau kelompok miskin, misalnya aspek budaya tidak mau bekerja
keras, maka kebijakannya adalah memotivasi mereka untuk bekerja
keras agar dapat mandiri. Dalam hal ini pemerintah tidak
mengintervensi pasar tetapi membiarkan sistem pasar bebas
berlangsung apa adanya. warga miskin itu sendirilah yang harus
menyelesaikan sendiri masalah kemiskinannya. Memberikan bantuan
material hanya mengakibatkan ketergantung
.jpeg)
