Tampilkan postingan dengan label Miskin 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Miskin 1. Tampilkan semua postingan

Senin, 13 Oktober 2025

Miskin 1


 


Kemiskinan merupakan suatu masalah yang sering dihadapi oleh negara￾negara yang kurang maju khususnya di negara negara kita   dalam konteks penelitian 

ini. Kemiskinan di negara kita   bukan lagi suatu masalah yang langka untuk 

dihadapi tapi kemiskinan ini merupakan masalah yang selalu dihadapi. Tingkat 

kemiskinan cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun. Secara ekonomi, 

kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan sumber daya yang dapat 

digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup warga   serta meningkatkan kesejahteraan di setiap kelompok warga  . Kemiskinan merupakan masalah 

yang menyangkut banyak hal sebab   berhubungan dengan tingkat pendapatan 

seseorang yang minimum, kesehatan yang rendah, serta ketidaksamaan jenis 

kelamin dan sebagainya.

Pemerintah juga selalu berusaha merencanakan upaya penanggulangan 

kemiskinan dari setiap tahun, namun kemiskinan di negara kita   juga masih tidak 

mengalami penurunan secara signifikan, walaupun data di BPS menunjukkan 

kecenderungan penurunan kemiskinan, namun secara kualitatif belum 

menunjukkan dampak dari perubahan yang nyata malahan secara kenyataan 

kondisinya semakin memprihatinkan setiap tahunnya. 

Todaro (2000), bahwa pandangan secara ekonomi yang menganggap 

tujuan utama ekonomi maju atau pembangunan ekonomi tidak hanya sebab   

pertumbuhan ekonomi, namun juga dengan cara mengatasi kemiskinan dan 

menurunkan tingkat pengangguran dengan cara meningkatkan penyediaan 

lapangan kerja yang luas dalam konteks perekonomian yang secara terus menerus 

harus maju. Maka dengan demikian, hal ini  dapat diketahui bahwa 

kemiskinan ini menjadi salah satu masalah yang memang harus dikendalikan 

sesuai dengan secara pandangan ekonomi yang baru agar dapat meningkatkan 

pembangunan ekonomi sesuai dengan pandangan ini . Jadi majunya suatu 

negara bukan hanya diukur melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi, namun 

juga dapat diukur melalui kemampuan suatu negara dalam hal mengatasi 

kemiskinan atau menghapuskan kemiskinan serta menurunkan tingkat 

pengangguran. 

berdasar  pada Tabel 1 di bawah Pertumbuhan ekonomi dan 

kemiskinan memiliki cenderung berfluktuasi di mana pola pergerakan 

pertumbuhan ekonomi dan jumlah warga   miskin yang bertolak belakang pada 

beberapa tahun. Saat terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi, maka terjadi 

penurunan jumlah warga   miskin. Maka hal ini , bahwa adanya hubungan 

timbal balik antara pertumbuhan ekonomi dan jumlah warga   miskin. Hal ini 

sesuai dengan hasil penelitian yang memakai   model 

Persamaan Simultan (Simultaneous Equations Models) bahwa meningkatnya 

pertumbuhan ekonomi terbukti memberi dampak terhadap penurunan jumlah 

warga   miskin. Dengan pembahasan ini maka tujuan dalam penelitian ini 

adalah mengetahui bagaimana pengaruh hubungan timbal balik antara 

pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan di negara kita  . Metode yang digunakan 

adalah VAR (Vector Autoregressive).

LANDASAN TEORI

Teori Kemiskinan

Kemiskinan merupakan suatu keadaan yang terjadi akibat 

ketidaksanggupan dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti: makanan, pakaian, 

pendidikan, kesehatan dan perumahan atau tempat berlindung. Kemiskinan ini 

juga dapat disebabkan sebab   kelangkaan sesuatu alat untuk memenuhi kebutuhan 

dasar serta rumitnya suatu akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. 

pemicu  Kemiskinan

 Sharp mengatakan bahwa pemicu  kemiskinan 

yang dipandang dari sisi ekonomi. Kemiskinan ini  terjadi sebab   adanya 

ketidaksamaan pada kepemilikan sumberdaya yang dapat menimbulkan distribusi 

pendapatan yang timpang. warga   yang miskin memiliki sumberdaya yang 

sangat terbatas dan kualitas yang minimum. Kemiskinan juga terjadi akibat 

adanya ketidaksamaan dalam kualitas sumberdaya manusia. Jika kualitas 

sumberdaya seseorang rendah maka tingkat produktivitas juga rendah, hal 

demikian juga dapat menyebabkan upah yang diberikan rendah pula. Rendahnya 

tingkat kualitas sumberdaya manusia sebab   rendahnya tingkat pendidikan. 

pemicu  kemiskinan di atas berakibat pada munculnya teori lingkaran setan 

kemiskinan (vicious circle of poverty). Yang dimaksud lingkaran kemiskinan ini 

merupakan rangkaian kekuatan yang saling mempengaruhi keadaaan di mana 

suatu negara akan tetap terjadi miskin dan banyak mengalami kesulitan dalam 

mencapai tingkat pembangunan yang lebih baik. 

Ada beberapa upaya dalam penanggulangan kemiskinan yang telah 

diambil pemerintah yaitu : (a) meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang 

berkualitas melalui upaya padat karya, perdagangan ekspor serta mengembangkan 

UMKM; (b) meningkatkan kebutuhan dasar; (c) pemberdayaan warga   lewat 

(PNPM) yang tujuannya untuk membuka berpartisipasi bagi warga   miskin 

dalam proses pembangunan; (d) jaminan sosial lewat program (PKH). 

Teori Pertumbuhan Ekonomi 

Pertumbuhan ekonomi yaitu suatu aktivitas ekonomi yang terjadi 

perubahan sepanjang kurun waktu tertentu, atau suatu aktivitas dalam 

pembangunan, di mana dapat megukur tingkat terjadinya perkembangan aktivitas 

ekonomi dalam suatu sistem perekonomian. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat 

juga mengukur tingkat angka pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

Budiono (1981: 9) mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah 

proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Dari uraian di atas dapat 

disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi ada 3 (tiga) aspek

1. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu “proses” maksudnya bahwa suatu 

perekonomian dapat berkembang atau berubah dari waktu ke waktu, di mana 

apakah terjadi penurunan atau terjadi pertumbuhan ekonomi. 

2. Pertumbuhan ekonomi merupakan usaha dalam meningkatkan output, namun 

disertai dengan jumlah warga   yang tinggi dari penambahan jumlah total 

output, maka perekonomian dikatakan dalam keadaan tetap atau tidak terjadi 

pertumbuhan ekonomi. 

3. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dalam jangka panjang adalah dalam 

menganalisis naik atau turunnya keadaan perekonomian suatu negara. 

sebab   pertumbuhan ekonomi sangat berhubungan terhadap perubahan 

faktor-faktor yang memengaruhinya. Jadi dapat disimpulkan, bahwa suatu 

perekonomian dapat dikatakan mengalami pertumbuhan jika  tingkat 

kegiatan atau aktivitas ekonomi lebih tinggi dari pada yang dicapai pada masa 

sebelumnya.

Penelitian Sebelumnya 

Studi analisis kemiskinan terhadap pengaruh pertumbuhan ekonomi telah 

banyak dilakukan oleh banyak peneliti yaitu: 

 menunjukkan hasil penelitian ini bahwa model 

yang dapat digunakan untuk mengresikan jumlah warga   miskin di perdesaan 

di negara kita   yaitu model simultan pada metode 2SLS. (a) Faktor yang 

mempengaruhi jumlah orang miskin di perdesaaan pada taraf nyata 10% yaitu 

pendapatan perkapita rumah tangga petani. (b) Faktor yang memengaruhi 

pendapatan perkapita rumah tangga petani pada taraf nyata 10 % ialah upah. (c) 

Faktor warga   tidak sekolah lebih dipengaruhi pada taraf nyata 10% oleh faktor 

rasio pengeluaran pemerintah disektor pertanian. (d) Faktor produksi pertanian 

dipengaruhi oleh faktor irigasi, harga pupuk, luas lahan dan faktor lag dari 

produksi pertanian pada taraf nyata 10%.

 penelitian ini menunjukkan bahwa, memiliki 

adanya IPM sebagai variabel pure moderator maupun sebagai variabel 

intervening (mediating) terhadap hubungan antara pengeluaran publik dan 

kemiskinan, namun pengaruhnya masih sangat kecil. Pengaruh variabel IPM 

sebagai variabel pure moderator pada tahun 2007 sebesar – 5,913x10-6 dan pada 

tahun 2008 sebesar – 3,964x10-6. sedang  total pengaruh variabel IPM sebagai 

variabel interveningpada tahun 2008 sebesar 5,9732x10-6. Kecilnya pengaruh 

ini  disebab  kan keterbatasan dari penelitian ini, di mana variabel independen 

yang memengaruhi variabel kemiskinan baru sebatas pada political will 

pemerintah kabupaten/kota dalam mengurangi kemiskinan yang dilihat dari 

kebijakan pengeluaran sektor publik yang berkaitan dengan peningkatan kualitas 

pembangunan manusia berupa pengeluaran bidang pendidikan dan kesehatan. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai keterkaitan 

variabel- variabel lain termasuk variabel IPM terhadap variabel kemiskinan.

, hasil penelitian 

menyatakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi PDRB berpengaruh negatif 

terhadap kemiskinan, tingkat pengangguran berpengaruh positif terhadap 

kemiskinan, pendidikan berpengaruh negatif terhadap kemiskinan, dan kesehatan 

berpengaruh negatif terhadap kemiskinan artinya signifikan α=5%

Selanjutnya, , menunjukkan hasil penelitian bahwa, 

pertumbuhan ekonomi akan memberi dampak terhadap kemiskinan, dimana 

kemiskinan menurun. Pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi sebsear 1% 

maka dapat menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 0,9585 %. Maka dengan 

demikian berdasar  data BPS selama periode 1998-2009 setelah melewati masa 

kritis ternyata pertumbuhan ekonomi yang dicapai negara kita   cukup berkualitas 

dari dampak kemiskinan. 

 hasil penelitian ini

bahwa dalam variabel kesehatan, pendidikan, pengeluaran pemerintah signifikan

dan berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan. Di jawa tengah. Di mana 

meningkatnya variabel pendidikan, kesehatan, dan pengeluaran pemerintah 

menyebabkan terjadinya tingkat kemiskinan menurun sementara untuk variabel 

pengangguran signifikan dan berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan, 

artinya saat  jumlah pengangguran meningkat maka tingkat kemiskinan akan 

juga meningkat. Namun untuk variabel pertumbuhan ekonomi tidak signifikan 

secara statisti mempengaruhi tingkat kemiskinan.

hasil penelitian juga menunjukkan, bahwa 

pengentasan kemiskinan di negara kita   akan mempunyai dampak yang besar dan 

menguntungkan terhadap PDB negara ini . 

Kemiskinan di negara kita  

Secara ekonomi tujuan utama dari kemajuan ekonomi tidak hanya semata￾mata untuk mengejar pertumbuhan ekonomi, pendapatan yang tinggi, tetapi juga 

berusaha untuk menekankan pemerataan pendapatan. Peningkatan pendapatan 

warga   dapat ditempuh dengan berbagai kebijakan. Hal ini bertujuan agar 

dapat mengurangi angka kemiskinan dan mengurangi kesenjangan pendapatan 

antara kelompok kaya dan kelompok miskin. Untuk itu, dapat diketahui bahwa 

kemiskinan menjadi salah satu masalah yang harus dikendalikan agar dapat 

meningkatkan pembangunan ekonomi yang ada di negara negara kita   .Kemiskinan di negara kita   berfluktuasi dari tahun 1990 sampai 2022. 

Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi kemiskinan di 

negara kita   dengan harapan jumlah warga   miskin mengalami penurunan dari 

waktu ke waktu. Tabel 2 dapat memperlihatkan, bahwa keberhasilan ini ditandai 

dengan menurunnya jumlah persentase kemiskinan dari 15,08 persen pada tahun 

1990 menjadi 13,7 persen pada tahun 1993. Pada tahun 1997 merupakan krisis 

ekonomi yang melanda negara kita   menyebabkan jumlah warga   miskin 

meningkat secara derastis. Akibat terjadinya krisis yang dibarengi dengan krisis 

sosial dan politik maka jumlah warga   miskin meningkat sebesar 24,23 persen 

pada tahun 1998 dibandingkan tahun 1997 sebesar 20.85 persen. Peningkatan 

jumlah warga   miskin menjadi 24,23 persen bukan hanya dilakukan oleh krisis 

ekonomi, tetapi juga penyumpurnaan standar kemiskinan yang digunakan. Pada 

tahun 1998 BPS melakukan penyempurnaan standar perhitungan kemiskinan yang 

meliputi perluasan komoditas yang dibutuhkan dalam kebutuhan dasar. Perubahan 

standar ini berakibat pada perubahan jumlah warga   miskin. Sesudah 

mengalami krisis ekonomi dan politik pada tahun 1997, maka negara kita   mencoba 

bangkit. Setelah krisis, perkembangan jumlah persentase warga   miskin pada 

tahun 1999-2022 mengalami penurunan, di mana pada tahun 1999 jumlah 

warga   miskin sebesar 23,43 persen sedang  pada tahun 2022 menurun 

menjadi 9,54 persen.Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah pertumbuhan 

ekonomi. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi mempunyai pengaruh 

terhadap kesempatan kerja sekaligus dapat mengurangi warga   miskin. 

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu alat ukur kesejahteraan warga  . 

Pertumbuhan ekonomi dapat diukur melalui selisih antara Gross Domestik

Product (GDP) tahun berjalan dikurang GDP tahun sebelumnya. Pertumbuhan 

ekonomi dapat dikatakan baik jika  pertumbuhan GDP lebih tinggi dari laju 

pertumbuhan warga  . 

Tabel 3 menunjukkan bahwa, pertumbuhan ekonomi yang cenderung 

berfluktuasi mulai tahun 1990 sampai tahun 2022. Pada tahun 1997-1998 

terjadinya krisis ekonomi di negara kita   disebabkan oleh beberapa faktor antara lain 

stok utang luar negeri swasta sangat besar yang pada umumnya berjangka pendek, 

banyak kelemahan dalam sistem perbankan di negara kita  , serta dengan makin 

tidak jelasnya arah perubahan politik. Hal ini menyebabkan penurunan 

fundamental perekonomian negara kita  . Perkembangan pertumbuhan ekonomi pada 

tahun 2000 terlihat pada proses pemulihan ekonomi yang nampak semakin kuat 

pada beberapa faktor seperti membaiknya permintaan domestik, serta situasi 

ekonomi yang terlihat juga membaik. Pertumbuhan ekonomi mulai membaik pada 

tahun 2007 dengan pertumbuhan sebesar 6,3 persen. Hal ini  disebabkan oleh 

meningkatnya daya beli warga  , membaiknya iklim investasi, dan tingginya

permintaan dunia terhadap ekspor negara kita  . Pada sisi penawaran kinerja 

pertumbuhan ekonomi tahun 2007 ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan 

hampir seluruh sektor ekonomi. Namun iklim yang kondusif ini  tidak dapat 

bertahan lama, sebab   harga minyak semakin tinggi ditambah dengan krisis 

subprime mortage di AS dan gejala resesi dunia serta gejala krisis pangan dunia. 

Keadaan ini  menimbulkan penurunan pertumbuhan ekonomi pada tahun 

2008 sebesar 6 persen dan menurun lagi menjadi sebesar 4,6 persen pada tahun 

2009. Oleh sebab   itu, pemerintah selalu berusaha untuk memulihkan krisis 

ini , sehingga pemerintah berhasil meningkatkan kembali pertumbuhan 

ekonomi pada tahun 2010 dengan pertumbuhan sebesar 6,2 persen dan tahun 2011 

sebesar 6,5 persen. Namun pada tahun 2020 terjadi penurunan kembali lagi 

sebesar -2.1 persen akibat dampak terjadinya Covid, namun pada tahun 2021 

hingga 2022 telah terjadi pemulihan ekonomi kembali sehingga mengalami 

kenaikan pertumbuhan ekonomi tahun 2022 sebesar 5,1 persen.


A. Uji Stasioneritas

Dalam memakai   model VAR maka data yang dapat digunakan harus 

stasioner. Uji stasioneritas ini  dengan memakai   metode metode Phillips￾Perron (PP) untuk menganalisis data yang digunakan, jika 𝑡

ℎ𝑖𝑡>𝑡𝑡𝑎𝑏maka data 

yang digunakan ini  sudah stasioner sedang  jika 𝑡

ℎ𝑖𝑡 ≤ 𝑡𝑡𝑎𝑏 maka data 

yang digunakan belum stasioner. Dalam Pengolahan pada data yang 

memakai   Phillips-Perron (PP) with drift yang artinya data yang digunakan 

harus memiliki trend atau berflukuasi. Berikut ini adalah hasil uji stasioneritas 

yang memakai   Phillips-Perron

berdasar  dari hasil uji Phillips-Perron pada Tabel 4, maka pada 

tingkat level di atas dapat diketahui bahwasanya pada semua variabel yang 

digunakan dalam penelitian ini tidak stasioner pada tingkat level. Selanjutnya, 

sebab   data dalam bentuk persen maka langsung dilakukan uji pada tingkat first 

diffrence. Berikut hasil uji pada tingkat first diffrence memakai   Phillips￾Perron.

berdasar  hasil penelitian di atas dapat dilihat pada Tabel 5, bahwa 

keseluruhan data variabel yang digunakan dalam penelitian ini sudah stasioner 

pada tingkat first difference pada nilai kritis 5% dan 10% untuk PDB. Sementara 

untuk kemiskinan juga belum stasioner. Maka dengan itu dapat melalukan pada 

tingkat first diffrence untuk kedua kalinya. Berikut hasil uji pada tingkat second 

diffrence memakai   Phillips-Perron yang kedua kalinya pada terlihat pada 

Tabel 6 yang di bawah di mana menunjukkan keseluruhan data variabel yang 

digunakan dalam penelitian ini sudah stasioner pasa tingkat first difference untuk 

PDB, sedang  kemiskinan stationer pada tingkat second diffrence.



B. Uji Kausalitas Granger

Uji Granger Causality dapat digunakan oleh penelitian ini untuk melihat 

bagaimana hubungan kausalitas pada variabel pertumbuhan ekonomi dengan 

jumlah warga   miskin. berdasar  hasil uji penelitian ini maka dapat dilihat 

dari nilai probabilitasnya. Konklusi kriteria untuk mengambil keputusan yang 

dipakai adalah Ho ditolak jika nilai probabilitasnya kurang dari 5 persen (taraf yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 persen). Jika Ho ditolak maka satu 

variabel berpengaruh signifikan terhadap variabel lainnya. Jika kedua Ho ditolak 

maka ada   hubungan kausalitas timbal balik pada kedua variabel ini . 

Berikut ini akan memperlihatkan nilai Wald Test Stat dan probabilitas untuk 

masing-masing Ho dalam uji kausalitas Granger.


berdasar  Tabel 7 menunjukkan bahwa hasil penelitian di atas dapat 

dilihat bahwa hasil pertama, pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan 

signifikan terhadap jumlah warga   miskin. Kedua , jumlah warga   miskin 

juga berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dan keseluruhan data 

variabel yang digunakan dalam penelitian ini sudah stasioner untuk variabel 

Kemiskinan dan Variabel Pertumbuhan Ekonomi.

C. The Impulse Response Function

Pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya dalam model VAR 

dapat dilihat juga dari Impulse Response Function (IRF). Grafik IRF ini dapat 

berfungsi untuk melihat signifikan pengaruh antara satu variabel terhadap 

variabel lainnya. Sesuai hasil estimasi sebagaimana dapat diperlihatkan sebagai 

berikut;


Hasil uji IRF Pertumbuhan Ekonomi terhadap kemiskinan pada Gambar 1 

di atas menyatakan bahwa, dalam jangka pendek ada pengaruh dari shock yang 

disebabkan oleh Pertumbuhan Ekonomi terhadap kemiskinan, sedang  dalam 

jangka menengah maupun dalam jangka panjang tidak ada pengaruh dari shock 

yang disebabkan oleh Pertumbuhan Ekonomi terhadap kemiskinan. Pada Gambar 2 menunjukkan bahawa hasil uji Impulse Response Function 

kemiskinan terhadap Pertumbuhan Ekonomi yang menyatakan bahwa, dalam 

jangka pendek ada pegaruh dari shock yang disebabkan oleh kemiskinan terhadap 

Pertumbuhan Ekonomi sedang  dalam jangka menengah maupun dalam jangka 

panjang tidak ada pengaruh dari shock yang disebabkan oleh kemiskinan terhadap 

Pertumbuhan Ekonomi. 


berdasar  dari hasil penelitian dengan memakai   metode VAR, 

dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut :

1. berdasar  hasil Wald Test menunjukkan bahwa, variabel berpengaruh 

negatif terhadap kemiskinan (nilai kritis mutlak 5% ) yang artinya bahwa di

mana setiap peningkatan variabel Pertumbuhan Ekonomi yang akan 

mengalami penurunan terhadap kemiskinan atau penurunan Pertumbuhan 

Ekonomi maka akan mendorong juga meningkatnya kemiskinan di negara

negara kita  .

2. berdasar  hasil Impulse Response Function menunjukkkan bahwa, pada 

variabel Pertumbuhan Ekonomi terhadap kemiskinan dalam jangka pendek, 

menengah maupun jangka panjang di negara kita   menyatakan bahwa dalam 

jangka pendek ada pengaruh dari shock yang disebabkan oleh Pertumbuhan 

Ekonomi terhadap kemiskinan sedang  dalam jangka menengah maupun 

dalam jangka panjang tidak ada pengaruh dari shock yang disebabkan oleh 

Pertumbuhan Ekonomi terhadap kemiskinan.





Kemiskinan merupakan salah satu masalah mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di 

negara manapun. Di hampir semua negara berkembang, standar hidup sebagian besar warga  nya cenderung 

sangat rendah, tidak hanya jika dibandingkan dengan standar hidup orang - orang di negara kaya, namun juga 

dengan golongan elit di negara mereka sendiri. Standar hidup yang rendah ini  terwujud salah satunya dalam 

bentuk tingkat pendapatan yang sangat rendah atau kemiskinan (Todaro, 2006). Pertumbuhan ekonomi diyakini 

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan jumlah kemiskinan. Namun demikian pengaruh ini  

dapat saja berbeda antara negara yang satu dengan negara lainnya. Keadaan distribusi pendapatan, jumlah 

warga  , urbanisasi memiliki kaitan penting dalam menentukan pengaruh yang terjadi antara pertumbuhan 

ekonomi dengan penurunan jumlah kemiskinan 


Kemiskinan merupakan salah satu masalah mendasar yang menjadi pusat perhatian 

pemerintah di negara manapun. Di hampir semua negara berkembang, standar hidup sebagian 

besar warga  nya cenderung sangat rendah, tidak hanya jika dibandingkan dengan standar 

hidup orang - orang di negara kaya, namun juga dengan golongan elit di negara mereka sendiri. 

Standar hidup yang rendah ini  terwujud salah satunya dalam bentuk tingkat pendapatan 

yang sangat rendah atau kemiskinan (Todaro, 2006). Pertumbuhan ekonomi diyakini memiliki 

pengaruh yang signifikan terhadap penurunan jumlah kemiskinan. Namun demikian pengaruh 

ini  dapat saja berbeda antara negara yang satu dengan negara lainnya. Keadaan distribusi 

pendapatan, jumlah warga  , urbanisasi memiliki kaitan penting dalam menentukan 

pengaruh yang terjadi antara pertumbuhan ekonomi dengan penurunan jumlah kemiskinan 

(, ada   hubungan dua arah yang kuat antara pertumbuhan 

ekonomi dan kemiskinan di negara kita  . Pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap 

pengurangan angka kemiskinan, terutama di daerah perdesaan yang banyak ada   kantong–kantong kemiskinan. Sebaliknya kemiskinan juga berpengaruh signifikan terhadap 

pertumbuhan ekonomi. Penelitian Siregar dan Wahyuniarti (2007) menemukan bahwa 

pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan yang artinya 

kenaikan pertumbuhan ekonomi menurunkan tingkat kemiskinan. Namun pengaruh yang 

diberikan oleh per-tumbuhan ekonomi tidak dapat sepenuhnya menyelesaikan masalah 

kemiskinan. Penang-gulangan kemiskinan membutuhkan pertumbuhan ekonomi yang 

berkualitas dan berkeadilan Siregar dan Wahyuniarti menyebutkan bahwa pertumbuhan yang 

berkualitas dan berkeadilan ini  adalah pertumbuhan yang berpihak pada warga   

melalui pembangunan sektor industri dan pertanian yang memiliki pengaruh kuat dalam 

mengurangi kemiskinan.

Indikasi adanya kemungkinan perbedaan pengaruh dari sektor–sektor ekonomi terhadap 

penurunan tingkat kemiskinan memunculkan berbagai penelitian yang melihat aspek sektoral 

dari pertumbuhan ekonomi. Berardi dan Marzo (2015) misalnya menemukan bahwa 

pertumbuhan ekonomi yang dilihat secara sektoral memiliki pengaruh langsung terhadap 

penurunan jumlah kemiskinan di negara–negara di Afrika, terutama pertumbuhan yang terjadi 

di sektor pro–poor yang memang didominasi oleh kantong–kantong kemiskinan. sedang  

 menemukan bahwa penurunan jumlah kemiskinan di negara Pakistan 

dipengaruhi secara signifikan oleh pertumbuhan ekonomi yang didasari oleh pertumbuhan 

pada sektor industri.  menemukan bahwa sektor industri di 

Asia Barat memiliki pengaruh lebih besar dalam penurunan kemiskinan; berbeda dengan 

Amerika Latin, Asia bagian Selatan, dan Afrika dimana sektor pertanian memiliki pengaruh 

lebih pada penurunan kemiskinan.


1. Penjelasan Kemiskinan Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi

Kemiskinan adalah tanggung jawab bersama, terutama bagi pemerintah, dalam upaya 

untuk meningkatkan kualitas hidup warga  . Jumlah warga   yang besar dapat memicu 

pertumbuhan ekonomi melalui efek pengganda sebab   meningkatnya permintaan Pertumbuhan 

ekonomi di negara kita   selama periode pengamatan tahun 2001-2011 cenderung mengalami 

peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5,33% per tahun. Namun, persentase 

warga   miskin di negara kita   cenderung mengalami penurunan dengan nilai rata-rata sebesar 

16,13% per tahun. Meskipun pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan dapat 

meningkatkan kesejahteraan warga  , tingginya pertumbuhan ekonomi suatu daerah tidak 

selalu menjamin kesejahteraan warga   di daerah ini . Contohnya, provinsi Papua Barat memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi tertinggi secara nasional (11,27% per tahun), namun 

persentase warga   miskin di provinsi ini  menduduki posisi nomor dua tertinggi 

(35,77%) setelah provinsi Papua. Fenomena ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi 

tidak selalu berpihak pada warga   miskin

Pertumbuhan ekonomi secara singkat merupakan proses kenaikan output per kapita 

dalam jangka panjang, yang mencakup tiga aspek utama: pertumbuhan real, pertumbuhan 

nominal, dan pertumbuhan perkapita. Pertumbuhan ekonomi yang signifikan dapat 

meningkatkan kesejahteraan warga   dan mengurangi kemiskinan. Sektor keuangan, 

terutama sektor bank, memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan 

mengurangi kemiskinan. Bank dapat memberikan pinjaman kepada warga   untuk 

mendukung investasi, yang kemudian dapat membangun usaha dan membangun ekonomi 

local. Pada tingkat provinsi, pertumbuhan sektor bank dapat meningkatkan pertumbuhan 

ekonomi dan mengurangi kemiskinan. Dapat disimpulkan bahwa Kemiskinan dalam 

meningkatkan pertumbuhan ekonomi Merujuk pada proses menurunnya tingkat kemiskinan di 

lingkungan sekitar, yang disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi 

Merujuk pada penambahan produk yang dihasilkan dalam suatu perekonomian, yang dapat 

memberikan dampak positif terhadap tingkat kemiskinan. Tingkat kemiskinan dapat dilihat 

dari dua sisi, yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif

2. Strategi Pemerintah Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Secara 

Berkelanjutan

1. Penghapusan Kemiskinan Ekstrem dan Penurunan Prevalensi Stunting 

Pemerintah fokus pada strategi jangka pendek untuk mempercepat penghapusan kemiskinan 

ekstrem dan mengurangi prevalensi stunting. Ini melibatkan program-program yang mendukung 

kesejahteraan warga   dan kesehatan anak-anak. Dalam upaya pemerintah negara kita   telah 

mengambil beberapa langkah strategis:

a) Program Bantuan Sosial: Pemerintah memberikan bantuan sosial kepada keluarga 

miskin melalui program seperti Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan 

Non-Tunai (BPNT). Ini membantu mengurangi ketidaksetaraan dan memberikan 

perlindungan bagi yang membutuhkan.

b) Peningkatan Akses Pendidikan dan Kesehatan: Pemerintah berinvestasi dalam 

sektor pendidikan dan kesehatan. Program Kartu negara kita   Pintar (KIP) 

memberikan bantuan biaya pendidikan bagi anak-anak dari keluarga miskin. Selain 

itu, program kesehatan seperti Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).membantu 

mengurangi prevalensi stunting dengan memberikan akses ke layanan kesehatan.c) Pengembangan Ekonomi Pedesaan: Pemerintah fokus pada pengembangan 

ekonomi pedesaan melalui program seperti Program Nasional Pemberdayaan 

warga   Mandiri (PNPM Mandiri.Ini termasuk pelatihan keterampilan, 

bantuan modal usaha, dan infrastruktur dasar untuk meningkatkan kesejahteraan 

warga   di daerah terpencil.

d) Penguatan Sektor Pertanian dan Perikanan: Pemerintah mendukung sektor 

pertanian dan perikanan sebagai sumber mata pencaharian utama bagi banyak 

warga  . Ini melibatkan investasi dalam teknologi pertanian, pengembangan 

pasar, dan pelatihan petani.

2. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) 

Sebagai kegiatan perusahaan atau organisasi yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan 

dan keterampilan dari SDMnya dalam kurun waktu tertentu. Dalam jangka panjang, peningkatan 

kualitas SDM dapat membawa banyak manfaat bagi perusahaan, seperti peningkatan 

produktivitas, kualitas produk atau layanan, dan kepuasan pelanggan. Oleh sebab   itu, 

perusahaan perlu memperhatikan strategi dan metode yang efektif untuk mencapai tujuan ini.

Strategi jangka menengah difokuskan pada mewujudkan SDM unggul yang produktif, inovatif, 

dan berdaya saing. Ini termasuk alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan yang signifikan.

3. Transformasi Ekonomi Hijau dan Digital 

Merupakan langkah strategis yang harus diambil oleh negara-negara untuk mencapai 

pertumbuhan yang berkelanjutan dan menghadapi perubahan global. negara kita   juga telah 

merumuskan strategi untuk mengintegrasikan kedua aspek ini dalam visi negara kita   

2045Pemerintah berkomitmen untuk mendorong ekonomi hijau dan mengoptimalkan 

proses digitalisasi. Ini melibatkan investasi dalam infrastruktur pendukung dan 

transformasi industri.

a) pemakaian  Energi Terbarukan : Mendorong investasi dalam energi terbarukan 

seperti surya, angin, dan hidro.

b) Efisiensi Energi: Mengurangi konsumsi energi dengan teknologi yang lebih efisien.

c) Pengelolaan Limbah: Menerapkan sistem pengelolaan limbah yang berkelanjutan.

d) Kebijakan Lingkungan: Mendorong regulasi yang mendukung praktik bisnis yang 

ramah lingkungan.3. Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengurangan Angka Kemiskinan di 

warga  

1. Peningkatan Pendapatan

Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan nilai total produksi (output) suatu negara dalam 

periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diukur dengan berbagai indikator, seperti produk 

domestik bruto (PDB) Pertumbuhan ekonomi yang stabil dapat meningkatkan pendapatan 

warga  . saat  perekonomian tumbuh, peluang kerja dan penghasilan meningkat, sehingga 

warga   memiliki lebih banyak sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dasar.

2. Akses ke Layanan

Pertumbuhan ekonomi memungkinkan pemerintah untuk mengalokasikan lebih banyak dana 

ke sektor kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. Ini berarti warga   dapat mengakses 

layanan kesehatan yang lebih baik, pendidikan yang lebih berkualitas, dan fasilitas infrastruktur 

yang memadai. Pada era globalisasi ini, akses ke layanan keuangan menjadi kunci penting untuk 

mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Peningkatan akses ke layanan keuangan 

merujuk pada upaya untuk memperluas dan meningkatkan ketersediaan serta aksesibilitas 

berbagai layanan keuangan kepada individu dan kelompok yang sebelumnya kurang terlayani 

oleh sistem keuangan formal. Berikut adalah beberapa jenis peningkatan akses ke layanan 

keuangan

a) Kredit Mikro: Menyediakan akses kepada individu atau kelompok kecil untuk 

mendapatkan pinjaman dengan jumlah yang relatif kecil, biasanya untuk mendukung 

usaha mikro atau kegiatan produktif lainnya.

b) Perbankan Inklusif: Meningkatkan akses terhadap produk dan layanan perbankan seperti 

tabungan, pinjaman, dan layanan pembayaran kepada individu di daerah terpencil atau 

dengan pendapatan rendah.

c) Teknologi Keuangan (Fintech): Memanfaatkan teknologi informasi, khususnya internet 

dan perangkat mobile, untuk menyediakan layanan keuangan yang lebih mudah diakses 

dan terjangkau bagi warga   yang sebelumnya sulit terlayani oleh Lembaga

3. Pengurangan Ketimpangan

Pertumbuhan ekonomi yang inklusif dapat mengurangi ketimpangan sosial dan ekonomi. 

Dengan adanya kesempatan kerja dan akses ke pendidikan, kesenjangan antara kelompok 

warga   dapat berkurang. Pengurangan ketimpangan merupakan aspek penting dalam 

pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil untuk 

mengurangi ketimpangan dan memastikan pertumbuhan ekonomi yang lebih merata:

a) Distribusi Kekayaan: Menerapkan kebijakan yang memastikan distribusi kekayaan dari 

kelompok atas ke kelompok bawahIni dapat mencakup pajak yang lebih adil dan 

perlindungan bagi kelompok rentan.b) Pengembangan Kelas Menengah: Mendorong pertumbuhan kelas menengah (40%-80%)*, 

sebab   indeks Gini sangat sensitif terhadap perubahan di kelas menengah. Dengan 

memperkuat kelas menengah, ketimpangan dapat berkurang.

4. Pertumbuhan Inklusif

Memastikan pertumbuhan ekonomi juga menguntungkan kelompok warga   bawah. Ini 

melibatkan akses yang lebih baik ke layanan dasar, pelatihan keterampilan, dan kesempatan kerja

Program Pengentasan Kemiskinan: Pemerintah dapat memakai   hasil pertumbuhan 

ekonomi untuk mengimplementasikan program-program pengentasan kemiskinan. Contohnya 

adalah bantuan sosial, pelatihan keterampilan, dan program kredit mikro. pertumbuhan ekonomi 

yang inklusif. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi ketimpangan dan 

memastikan pertumbuhan ekonomi yang lebih merata:

a) Distribusi Kekayaan: Menerapkan kebijakan yang memastikan distribusi kekayaan dari 

kelompok atas ke kelompok bawah Ini dapat mencakup pajak yang lebih adil dan 

perlindungan bagi kelompok rentan.

b) Pengembangan Kelas Menengah: Mendorong pertumbuhan kelas menengah (40%-80%), 

sebab   indeks Gini sangat sensitif terhadap perubahan di kelas menengah. Dengan 

memperkuat kelas menengah, ketimpangan dapat berkurang.

c) Pertumbuhan Inklusif: Memastikan pertumbuhan ekonomi juga menguntungkan 

*kelompok warga   bawah. Ini melibatkan akses yang lebih baik ke layanan dasar, 

pelatihan keterampilan, dan kesempatan kerja.

5. Pengembangan Infrastruktur

memainkan peran kritis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Berikut adalah beberapa 

alasan mengapa infrastruktur berperan penting: Pertumbuhan ekonomi memungkinkan investasi 

dalam infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan listrik. Infrastruktur yang baik akan membuka 

akses ke wilayah yang sebelumnya terisolasi dan meningkatkan kesejahteraan warga  .

4. Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Penurunan Kemiskinan di 

negara kita   

1. Pertumbuhan Ekonomi sebagai Pendorong Penurunan Kemiskinan

Pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan dapat menciptakan lapangan pekerjaan 

baru dan meningkatkan pendapatan warga  . Dengan adanya peluang pekerjaan yang lebih 

banyak, warga   memiliki akses yang lebih baik terhadap sumber daya ekonomi. Ini dapat 

mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan pendapatan rumah tangga, sehingga secara 

langsung berkontribusi pada penurunan tingkat kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi sebagai 

pendorong penurunan kemiskinan menciptakan keterkaitan yang erat antara perkembangan 

ekonomi suatu negara dengan tingkat kemiskinan. Meskipun pertumbuhan ekonomi dapat 

berperan sebagai pendorong penurunan kemiskinan, perlu diingat bahwa dampaknya dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor eksternal dan kebijakan pemerintah. Oleh sebab   itu, 

pendekatan holistik yang mempertimbangkan berbagai dimensi ekonomi, sosial, dan kebijakan 

diperlukan untuk mencapai penurunan kemiskinan yang berkelanjutan

2. Distribusi Pendapatan yang Adil

Distribusi pendapatan yang adil adalah konsep penting dalam pembangunan ekonomi yang 

berkelanjutan dan inklusif. Distribusi pendapatan yang merata menciptakan kesetaraan dalam 

membagi manfaat ekonomi di antara berbagai lapisan warga  . Salah satu tujuan utama 

distribusi pendapatan yang adil adalah untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak 

hanya meningkatkan kesejahteraan kelompok-kelompok kaya, tetapi juga menyentuh dan 

meningkatkan kualitas hidup kelompok warga   yang lebih rentan.

Distribusi pendapatan yang merata bukan hanya tentang pemberian sumber daya finansial, 

tetapi juga melibatkan akses yang setara terhadap peluang dan sumber daya lainnya, seperti 

pendidikan, layanan kesehatan, dan infrastruktur. Kesetaraan akses ini memberikan warga   

kesempatan yang lebih besar untuk berkembang dan berpartisipasi dalam proses pembangunan 

ekonomi. Dengan menciptakan lingkungan di mana manfaat pertumbuhan ekonomi tersebar 

secara adil, distribusi pendapatan yang merata menjadi landasan bagi pembangunan ekonomi 

yang berkelanjutan dan inklusif. 

3. Investasi dalam Sumber Daya Manusia

Investasi dalam sumber daya alam adalah upaya yang melibatkan penanaman modal, baik 

oleh pemerintah maupun sektor swasta, untuk mengoptimalkan pemanfaatan dan pengelolaan 

sumber daya alam suatu wilayah. Sumber daya alam melibatkan segala sesuatu yang berasal dari 

alam dan memiliki nilai ekonomi, seperti hutan, pertanian, pertambangan, energi, dan lainnya. 

Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan memungkinkan pemerintah untuk 

menginvestasikan lebih banyak dalam sektor pendidikan dan kesehatan. Peningkatan akses dan 

kualitas pendidikan serta pelayanan. Berikut adalah beberapa aspek penting terkait investasi 

dalam sumber daya alam:

a) Eksploitasi dan Pengelolaan Berkelanjutan: Investasi dalam sumber daya alam haruslah 

melibatkan strategi pengelolaan yang berkelanjutan. Ini mencakup upaya untuk 

mengurangi dampak lingkungan, memperhatikan keberlanjutan ekosistem, dan 

memastikan bahwa eksploitasi sumber daya tidak merugikan generasi mendatang.

b) Infrastruktur dan Teknologi: Investasi seringkali diperlukan untuk membangun 

infrastruktur yang mendukung eksploitasi dan pengelolaan sumber daya alam. Ini 

mencakup pembangunan jalan, pelabuhan, dan fasilitas lainnya untuk memudahkan 

transportasi dan distribusi hasil eksploitasi sumber daya. Selain itu, teknologi yang inovatif 

dapat diterapkan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi dampak lingkungan.c) Keberlanjutan Lingkungan: Investasi yang bertujuan untuk menjaga keberlanjutan 

lingkungan adalah kunci. Inisiatif-inisiatif ini dapat mencakup penanaman kembali hutan, 

pemakaian  metode pertanian berkelanjutan, atau peningkatan teknologi ramah 

lingkungan dalam industri pertambangan. 

4. Pemberdayaan Ekonomi Lokal

Pemberdayaan ekonomi lokal adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan 

kapasitas dan kemandirian ekonomi komunitas atau daerah tertentu. Tujuan utama dari 

pemberdayaan ekonomi lokal adalah memberikan kontrol lebih besar kepada warga   

setempat terhadap sumber daya. Berikut adalah beberapa aspek penting terkait pemberdayaan 

ekonomi loka Pertumbuhan ekonomi yang berpusat pada pengembangan sektor-sektor lokal 

dapat memberikan dampak positif terhadap penurunan kemiskinan. Mendorong usaha mikro dan 

kecil, serta mendukung sektor pertanian, dapat memberdayakan warga   lokal dengan 

menciptakan peluang ekonomi langsung di tingkat lokal.

 

Pertumbuhan ekonomi di negara kita   pada tahun 2023 mengalami perlambatan sedikit 

menjadi 5,05 persen. Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi negara kita   masih memiliki potensial 

untuk pertumbuhan, tetapi ada beberapa tantangan yang harus diselesaikan untuk mencapai

tujuan yang lebih optimal. Pertumbuhan ekonomi ini tergantung pada beberapa faktor, seperti 

kinerja industri, pertumbuhan investasi, dan kinerja sektor jasa. Untuk mencapai pertumbuhan 

lebih optimal, perlu dilakukan beberapa langkah, seperti memperkuat kinerja sektor industri, 

memperluas investasi, dan mengoptimalkan kinerja sektor jasa.Pertumbuhan ekonomi di 

negara kita   mencapai 5,05 persen pada tahun 2023, yang lebih rendah dari tahun sebelumnya.

Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi negara kita   masih memiliki potensial untuk 

pertumbuhan, tetapi ada beberapa tantangan yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan 

yang lebih optimal. Pertumbuhan ekonomi ini tergantung pada beberapa faktor, seperti kinerja

industri, pertumbuhan investasi, dan kinerja sektor jasa. Untuk mencapai pertumbuhan lebih 

optimal, perlu dilakukan beberapa langkah, seperti memperkuat kinerja sektor industri, 

memperluas investasi, dan mengoptimalkan kinerja sektor jasa.Pertumbuhan ekonomi di 

negara kita   pada tahun 2023 mencapai 5,05 persen, yang lebih rendah dari tahun sebelumnya. 

Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi negara kita   memiliki potensial untuk pertumbuhan, tetapi 

ada beberapa tantangan yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan yang lebih optimal. 

Pertumbuhan ekonomi ini tergantung pada beberapa faktor, seperti kinerja industri, 

pertumbuhan investasi, dan kinerja sektor jasa. Untuk mencapai pertumbuhan lebih optimal, perlu dilakukan beberapa langkah, seperti memperkuat kinerja sektor industri, memperluas 

investasi, dan mengoptimalkan kinerja sektor jasa



Artikel ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang terkait dengan 

faktor pemicu  kemiskinan pada warga   pedesaan, bagaimana 

mengentaskan kemiskinan dengan pendekatan kearifan lokal, dan 

bagaimana memberdayakan warga   pedesaan dalam proses 

penanggulangan kemiskinan. Metode dalam penelitian ini adalah dengan 

memakai   studi kepustakaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor￾faktor pemicu  kemiskinan pada warga   pedesaan adalah sebagai 

berikut: kondisi wilayah, pertumbuhan ekonomi yang lemah, pendidikan 

yang rendah, ketimpangan, rasa ketergantungan, dan kenyamanan dalam 

zona. Pengentasan kemiskinan melalui kearifan lokal dapat dilakukan 

dengan menggali sumber daya alam dan potensi diri yang ada pada 

warga   pedesaan. Kemudian pemberdayaan warga   pedesaan 

dalam proses penanggulangan kemiskinan membutuhkan empat prinsip: 

kesetaraan, partisipasi, kemandirian, dan keberlanjutan.Kemiskinan merupakan sebuah problema utama yang ada di

berbagai negara berkembang, termasuk negara kita  . Sejak masa 

berdirinya negara kita   hingga kini, kemiskinan masih menjadi masalah 

utama yang tak pernah habis untuk dikaji. Sebagai persoalan yang 

kompleks dan kronis, kemiskinan perlu melibatkan semua komponen 

permasalahan dalam menganalisisnya dalam menentukan strategi 

penanganan apa yang tepat dan berkelanjutan dalam mencapai 

kesejahteraan warga  . Berbagai macam kebijakan dalam membuat 

strategi pengentasan kemiskinan telah dilakukan oleh pemerintah

dengan mengeluarkan berbagai program-program bantuan terhadap 

warga   miskin. Baik berupa bantuan di bidang kesehatan, 

pendidikan, maupun program-program pemerintah lainnya dalam 

pemberdayaan warga  . 

Pemerintah telah mengimplementasikan Millenium Development 

Goals (MDGs) hingga Sustainable Development Goals (SDGs) dalam 

proses pengentasan kemiskinan. MDGs yang berjalan dari tahun 2005 

hingga 2015 dengan target mengurangi masalah sosial ekonomi 2015 

hingga separuh dari kondisi kemiskinan tahun 2005. Dan berlanjut 

dengan SDGs yang berjalan dari tahun 2016 hingga tahun 2030, dengan 

target menghilangkan masalah sosial ekonomi untuk seluruh warga 

tanpa terkecuali, sehingga kemiskinan menghilang pada tahun 2030 

yang akan datang.

Dari pengimplementasian MDGs, Badan Pusat Statistik (BPS) 

melaporkan pencapaian kemiskinan yang semula pada tahun 1990 

adalah 20,60%, pada tahun 2008 turun sebanyak 5,90%. Dan pada tahun 

2014 menunjukkan persentase warga   mencapai 11,25% berada di bawah garis kemiskinan secara nasional. Walaupun target belum 

tercapai, yaitu 7,55% namun kerja keras ini  perlu kita apresiasi.

Dan pada tahun 2016 disepakati SDGs meneruskan tujuan MDGs 

untuk kehidupan manusia lebih baik. (Admin 2020)

Pada laporan terbaru BPS, jumlah warga   miskin di 

negara kita   pada bulan Maret 2021 mencapai 27,54 juta orang. 

sedang  Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menyatakan 

jumlah warga   negara kita   hingga 2021 mencapai 271.349.889 jiwa. 

Itu artinya jika dipresentasikan kemiskinan di negara kita   pada tahun 

2021 ini adalah 10,14 persen. Ada penurunan kemiskinan jika 

dibandingkan tahun 2015 yang lalu. (Admin 2021)

berdasar  dari indikator ekonomi secara teoritis, garis 

kemiskinan diukur memakai   tiga pendekatan, yaitu pendekatan 

produksi, pendapatan, dan pengeluaran. Sementara BPS menarik garis 

kemiskinan dengan memakai   pendekatan pengeluaran. 

sedang  jika melalui pendekatan sosial masih sulit untuk mengukur 

garis kemiskinan warga  .

Berbicara terkait pengentasan kemiskinan, tentunya seluruh 

warga   mendambakan sebuah program yang ideal untuk semua 

wilayah. Program pengentasan kemiskinan yang ada seringkali disama 

ratakan untuk semua wilayah. Dan sayangnya seringkali program 

pengentasan kemiskinan yang dilakukan selama ini lebih terfokus 

pada program yang mengarah pada sasaran, akan tetapi mengabaikan 

potensi dan modalitas sosial warga   setempat, sehingga program 

ini  tidak berjalan atau gagal. Kegagalan yang terjadi pun 

disebab  kan berbagai macam kondisi yang beragam. Jika kita melihat dari tiga unsur modal sosial, yaitu kepercayaan, 

norma dan jaringan sosial, seringkali ada yang terabaikan dari salah 

satunya saat  program yang ada tengah berjalan. Entah sebab   

kurangnya kepercayaan warga   terhadap pemerintah disebab  kan

merasa pesimis dengan program yang tengah berjalan ini . Atau 

sebab   norma-norma yang diabaikan, seperti rasa individualistis yang 

muncul sehingga kurangnya rasa kebersamaan dan gotong-royong. 

Atau bahkan tidak adanya jaringan yang terbangun dengan baik antar 

warga   dan pemerintah. Hal-hal ini  adalah bagian krusial 

yang harus mendapat perhatian lebih dalam menganalisis sebuah 

masalah sosial ekonomi dan bagaimana membuat sebuah kebijakan 

yang strategis dan tepat.

Kepercayaan adalah hal penting yang harus dimiliki antara 

warga   dan pemerintah. sebab   kepercayaan adalah sebuah kunci 

dalam menjalankan roda pemerintahan, saat  kepercayaan sudah 

berada di tengah warga  , maka pemerintah harus bertanggung 

jawab penuh akan kepercayaan ini . Namun jika kepercayaan 

ini  belum muncul di tengah warga  , maka tugas pemerintah 

untuk mengambil strategi dalam mengambil kepercayaan warga  .

Kemiskinan pada suatu wilayah dan strategi penyelesaiannya

memang tidak dapat dipukul rata. sebab   setiap wilayah memiliki 

karakteristiknya masing-masing baik dari segi sosial kulturnya, 

peluang ekonomi maupun lingkungannya. Sehingga prinsip 

pengentasan kemiskinan berbasis kearifan lokal perlu diperkuat

dengan pemberdayaan warga   miskin. warga   di sini 

dijadikan sebagai subyek, bukan hanya sebagai obyek semata. Konsep ini tidak memandang orang miskin sebagai obyek yang tidak 

berkemampuan, melainkan sebagai subyek yang memiliki 

kemampuan serba sedikit. Prinsip ini senada dengan apa yang 

 sebagai prinsip Keswadayaan, yaitu 

menghargai dan mengedepankan kemampuan warga   daripada 

bantuan pihak lain. Dengan prinsip “mulailah dari apa yang mereka 

miliki” menjadi panduan untuk mengembangkan keberdayaan 

warga   

Rasanya tidak adil jika terus memfokuskan sebab kegagalan 

disebab  kan pemerintah. sebab   kenyataannya, banyak yang terjadi di 

lapangan adalah mental warga  nya yang memang tidak ingin 

memperbaiki taraf kehidupannya lebih baik. Terutama di wilayah desa

yang menjadi fokus kajian studi ini, bagaimana mental warga   

miskin desa yang terbentuk selama ini adalah perasaan “nrimo” 

(menerima) apa yang ada dan apa yang terjadi pada dirinya, tanpa 

berpikir bagaimana memperbaiki kehidupannya yang sebenarnya 

telah berada pada masalah sosial ekonomi. Dan adanya prinsip hidup 

yang seringkali telah menjadi dasar filosofi dalam kehidupan 

warga   miskin desa, bahwa: “yang didapat hari ini untuk 

dinikmati hari ini, untuk besok adalah urusan hari esok.” Dan itu 

menjadi cara mereka menikmati hidup, tanpa memikirkan kerentanan 

apa saja yang akan terjadi di masa akan datang.

berdasar  dari latar belakang yang telah penulis paparkan di 

atas, maka tujuan dari artikel ini adalah untuk mengetahui faktor apa 

saja yang menyebabkan kemiskinan pada warga   desa, lalu 

bagaimana pengentasan kemiskinan dengan pendekatan kearifan lokal, serta bagaimana pemberdayaan warga   desa dalam proses 

penanggulangan kemiskinan.. 

B. Metode Penelitian

Artikel ini memakai   pendekatan studi kepustakaan 

(Library Research). Studi kepustakaan merupakan suatu studi yang 

digunakan dalam mengumpulkan informasi dan data dengan bantuan 

berbagai macam material yang ada di perpustakaan seperti dokumen, 

buku, majalah, kisah-kisah sejarah dan sebagainya 

Studi kepustakaan juga berarti teknik pengumpulan data dengan 

melakukan penelaahan terhadap buku, literatur, catatan, serta berbagai 

laporan yang berkaitan dengan masalah yang dipecahkan. 

Sumber data yang menjadi bahan dari penulisan artikel ini 

berupa buku, jurnal dan situs internet yang berkaitan dengan topik

yang telah dipilih terkait kemiskinan, pengentasan kemiskinan, dan 

warga   desa. Teknik pengumpulan data dalam penulisan artikel 

ini adalah dokumentasi, yaitu: mencari data mengenai hal-hal atau 

variabel yang berupa catatan, buku, makalah atau artikel, jurnal dan 

sebagainya.  sedang  instrumen yang penulis 

gunakan adalah klasifikasi bahan penelitian, skema penulisan dan 

format catatan konsep penulisan.

C. 

Kemiskinan merupakan suatu kondisi ketidakmampuan 

seseorang, keluarga, kelompok, warga   untuk memenuhi 

kebutuhan fisik (pangan, sandang, papan) dan non-fisik (kesehatan, 

pendidikan dan rasa aman). Dalam penanganan kemiskinan 

diperlukan kemampuan pemerintah dalam membangun kerjasama dengan berbagai pihak baik swasta, dunia usaha, warga   hingga 

negara lain yang telah berhasil dalam upaya penanganan kemiskinan. 

dan yang terpenting dalam pengentasan kemiskinan diperlukannya 

partisipasi warga  , sehingga modal sosial dan kearifan lokal 

warga   mampu mendukung penanganan kemiskinan. 

Pengentasan kemiskinan tidak dapat dilakukan oleh 

pemerintah saja, namun perlu melibatkan warga   maupun pihak 

swasta. Maka diperlukan pemberdayaan warga   yang 

membutuhkan kerjasama berbagai pihak, antar stakeholder yang 

berkaitan baik warga  , tokoh warga  , pemerintah maupun 

pihak yang dapat menjadi jembatan antara pemerintah dan 

warga  , misalnya LSM.

Dalam pemberdayaan warga   miskin ada   tiga 

pendekatan, antara lain: pendekatan terarah, pendekatan kelompok, 

dan pendekatan pendampingan. Pendekatan terarah adalah 

pemberdayaan warga   yang terarah dengan berpihak pada orang 

miskin. sedang  pendekatan kelompok dengan bersama-sama 

untuk memudahkan pemecahan masalah yang dihadapi. Dan 

pendekatan pendampingan merupakan pendampingan dari 

pendamping profesional sebagai fasilitator, komunikator, dan 

dinamisator terhadap kelompok selama proses pembentukan dan 

penyelenggaraan kelompok warga   supaya cepat dalam mencapai 

kemandirian. 

Ketiga pendekatan di atas, sangatlah penting dan saling 

berkaitan satu dengan yang lain dalam proses pengentasan 

kemiskinan. Dalam pemberdayaan warga  , sebuah strategi sangat diperlukan dengan terlebih dulu mengetahui persoalan yang menjadi 

sumber kemiskinan dan indikator apa saja yang digunakan dalam 

menentukan kemiskinan pada suatu wilayah. Sehingga dapat 

ditentukan bentuk pemberdayaan warga   seperti apa yang tepat. 

Selain itu, pendampingan sangat dibutuhkan dalam setiap program 

pemberdayaan warga  , supaya dapat dengan mudah 

mengevaluasi kegiatan yang berjalan dan terjalin jaringan yang baik 

antar pihak yang harus terlibat.

Jadi, sebelum menentukan sebuah strategi dalam pengentasan 

kemiskinan, diperlukan pula analisis dari kemiskinan itu sendiri. Baik 

sebab kemiskinannya, maupun indikator kemiskinan itu sendiri. Selain 

itu diperlukan pula dari berbagai pihak yang berkompeten untuk turut 

serta andil dalam langkah yang diambil. Hal ini  untuk lebih 

mempertajam analisis dalam menentukan strategi penyelesaian 

persoalan kemiskinan yang tepat dan strategis.

1. Faktor pemicu  Kemiskinan Pada warga   Desa

Nano Prawoto, merangkum definisi kemiskinan berdasar  

pada tiga pengertian, yaitu: kemiskinan absolut, kemiskinan relatif dan 

kemiskinan kultural. Golongan miskin absolut jika  hasil 

pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, artinya tidak 

tercukupinya kebutuhan hidup minimum seperti pangan, sandang, 

papan, kesehatan dan pendidikan. sedang  golongan miskin relatif 

berada di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah 

kemampuan warga   sekitarnya. Dan golongan miskin kultural 

berkaitan dengan sikap seseorang atau sekelompok warga   yang 

tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya walaupun 

ada pihak lain yang membantunya Selain itu, kemiskinan bisa terjadi sebab   disebabkan oleh dua 

kondisi, yaitu: kemiskinan alamiah dan kemiskinan buatan. 

Kemiskinan alamiah terjadi disebab  kan bencana alam, sumber daya 

alam yang terbatas dan pemakaian  teknologi yang rendah. 

sedang  kemiskinan buatan terjadi sebab   lembaga-lembaga yang 

ada di warga   membuat sebagian anggota warga   tidak 

mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang 

tersedia, sehingga mereka tetap miskin. Hal ini  terjadi disebabkan 

kebijakan pembangunan yang terfokus pada pertumbuhan daripada 

pemerataan. 

Dari jenis-jenis kemiskinan ini , memilik masing-masing 

karakteristik dalam jenis kemiskinannya. Artinya, dalam penanganan 

masing-masing kemiskinan ini diperlukan cara yang berbeda satu 

dengan yang lain. Misalnya pada golongan miskin kultural, di mana 

persoalan golongan ini berkaitan dengan mental seseorang atau 

sekelompok warga   yang telah menjadi sebuah kebiasaan yang 

terjadi dalam rentang waktu yang lama, tentunya dalam mengubahnya 

membutuhkan sebuah proses yang tidak sebentar. sebab   pengentasan

kemiskinan ini bukan sesuatu hal yang instan, namun sebuah proses 

untuk sebuah tujuan menjadi lebih baik.

Selain itu sebab kemiskinan disebab  kan kondisi pun berkaitan 

dengan ketiga kemiskinan ini . sebab   setiap kemiskinan pada 

dasarnya ada sebabnya atau dilatarbelakangi oleh sebuah kondisi. 

Misalnya kemiskinan absolut disebab  kan adanya bencana alam dan

terjadinya hilangnya harta benda. Sehingga sandang, pangan, maupun 

papan tidak sanggup ia dapatkan. Begitu pula dengan kemiskinan 

relatif yang berpotensi muncul, sebab   adanya pertumbuhan ekonomi yang tidak diimbangi dengan kemerataan. Selain itu sebab   struktur 

dan sistem yang ada menjadikan sebagian warga   tak mampu 

menguasai sarana ekonomi maupun fasilitas yang tersedia, sehingga ia 

tetap miskin meskipun berada di tengah-tengah wilayah 

perindustrian.

BAPPENAS mengeluarkan indikator kemiskinan dari berbagai 

sisi kebutuhan kehidupan, antara lain: (1) terbatasnya kecukupan dan 

mutu pangan; (2) terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan 

kesehatan; (3) terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan 

pendidikan; (4) terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha; (5) 

lemahnya perlindungan terhadap aset usaha, dan perbedaan upah; (6) 

terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi; (7) terbatasnya 

akses terhadap air bersih; (8) lemahnya kepastian kepemilikan dan 

penguasaan tanah; (9) memburuknya kondisi lingkungan hidup dan 

sumber daya alam, serta terbatasnya akses warga   terhadap 

sumber daya alam; (10) lemahnya jaminan rasa aman; (11) lemahnya 

partisipasi; (12) besarnya beban kewarga  an yang disebabkan oleh 

besarnya tanggungan keluarga; (13) tata kelola pemerintah yang buruk 

yang menyebabkan inefisiensi dan inefektivitas dalam pelayanan 

publik, meluasnya korupsi dan rendahnya jaminan sosial terhadap 

warga   

Jika dilihat dari dimensinya, gejala-gejala kemiskinan ini  

muncul dalam berbagai bentuk, antara lain: (1) Dimensi Politik; sering 

muncul dalam bentuk tidak dimilikinya wadah organisasi yang 

mampu memperjuangkan aspirasi kebutuhan warga   miskin, 

sehingga mereka benar-benar tersingkir dari proses pengambilan 

keputusan penting yang menyangkut diri sendiri. (2) Dimensi Sosial; biasanya muncul dengan tidak terintegrasikannya warga   miskin 

ke dalam institusi sosial yang ada, terinternalisasikannya budaya 

kemiskinan yang menjadikan kualitas manusia dan etos kerja mereka

rusak, serta pudarnya nilai-nilai kapital sosial. (3) Dimensi 

Lingkungan; sering kali muncul berbentuk sikap, cara pandang, dan 

perilaku yang tidak berorientasikan pada pembangunan berkelanjutan 

sehingga cenderung memutuskan untuk melaksanakan kegiatan yang 

kurang menjaga dan melindungi kelestarian lingkungan. (4) Dimensi 

Ekonomi; seringkali hadir dengan bentuk rendahnya penghasilan 

sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka yang layak tidak 

mampu. (5) Dimensi Aset; tampak dengan minimnya kepemilikan 

warga   miskin dalam berbagai hal yang bisa menjadi modal hidup 

mereka, termasuk aset kualitas human kapital, alat kerja, modal dana

dan lain sebagainya 

Dari pemaparan di atas, dapat kita temukan beberapa faktor 

pemicu  kemiskinan pada warga   desa pada umumnya, sebagai 

berikut:

a. Kondisi wilayah mulai dari akses jalan yang masih buruk 

sehingga terisolasi disebab  kan letak geografis.

b. Lemahnya pertumbuhan ekonomi, disebab  kan akses 

perekonomian yang jauh. Warga miskin akan kesulitan dalam 

menjual hasil pertanian ataupun hasil produksi lainnya.

c. Rendahnya pendidikan yang menjadikan warga miskin di desa 

menjadi gaptek (gagap teknologi) dan kurang mengikuti 

perkembangan zaman. Sehingga dalam pemasaran hasil 

produksi mengandalkan cara konvensional.d. Adanya ketimpangan, saat  sumber daya alam yang ada 

dikuasai oleh pihak-pihak tertentu, di mana warga   desa 

tidak mendapat imbas dari hasil SDA ini .

e. Rasa ketergantungan yang tinggi warga miskin terhadap 

bantuan dari pemerintah.

f. Nyaman dengan zonanya, sehingga kurangnya kesadaran 

dalam mengubah taraf kehidupan yang lebih baik sebab   

merasa cukup dan tidak ada yang kurang.

2. Pengentasan Kemiskinan Pendekatan Kearifan Lokal

Dari pemaparan analisis konsep kemiskinan yang telah 

dipaparkan sebelumnya, mulai dari golongan kemiskinan, sebab 

kemiskinan hingga indikator kemiskinan, dapat membantu untuk 

merencanakan strategi pengentasan kemiskinan berbasis kearifan lokal 

yang disesuaikan pada kebutuhan dan karakteristik kemiskinan pada 

suatu wilayah. Selain itu, jika berpedoman pada program pengentasan 

kemiskinan saat ini, pemerintah berusaha untuk 

mengimplementasikan SDGs dalam setiap program. 

Untuk menyeimbangkan dimensi ekonomi, lingkungan dan 

sosial, SDGs berpedoman pada 5 prinsip-prinsip dasar yang dikenal 

dengan 5 P, yaitu: (1) People atau Manusia. Prinsip pembangunan 

global dengan memposisikan manusia sebagai perhatian utama dalam 

pembangunan, serta pengentasan kemiskinan dan kelaparan sekaligus

seluruh dimensi dan bentuknya. Prinsip ini juga perlu memastikan 

bahwa seluruh manusia mampu memenuhi kebutuhannya secara adil 

dan merata, serta hidup pada lingkungan yang baik. (2) Planet atau 

Bumi. Prinsip ini memfokuskan pada rencana perlindungan terhadap

planet bumi dari segala bentuk kerusakan dan degradasi yangmerugikan, melalui konsumsi dan produksi yang berkelanjutan, 

pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan, juga mengambil sikap

penting dan strategis terkait perubahan iklim, sehingga bisa

mendukung kebutuhan generasi sekarang dan mendatang. (3) 

Prosperity atau Kesejahteraan. Prinsip yang memberi jalan pada 

pembangunan agar dapat memastikan semua manusia memposisikan

kehidupan yang sejahtera dan layak, semua kebutuhan hidupnya

tercukupi, baik secara ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan, dan

teknologi, dan tercipta harmoni atau selaras dengan alam. (4) Peach

atau Perdamaian. Prinsip yang menunjukkan arah pada terbentuknya

perdamaian dan keadilan, dan terciptanya warga   inklusif, yang 

bebas dari kekerasan dan ketakutan. sebab  , tanpa perdamaian tidak 

akan ada pembangunan berkelanjutan, dan begitu pun sebaliknya. (5) 

Patnership atau Kemitraan. Prinsip ini bentuk strategi implementasi 

dan pencapaian rencana pembangunan berkelanjutan, dengan jalan 

memobilisasi, meningkatkan kolaborasi dan kemitraan dengan banyak

pihak termasuk dunia internasional, sehingga tercapai tujuan 

pembangunan global, khususnya tujuan pengentasan kemiskinan 

dengan partisipasi semua negara dan semua pemegang kepentingan 

lainnya.

Tiga pilar utama yang menjadi konsep pengembangan SDGs, 

yaitu: (1) pembangunan manusia (Human Development), sebagai contoh

kesehatan dan pendidikan; Kedua, lingkungan sosial ekonomi (Social 

Ekonomi Development), berupa pertumbuhan ekonomi dan ketersediaan 

sarana juga prasarana lingkungan; Ketiga, lingkungan (Environmental 

Development), seperti kualitas lingkungan yang sehat dan tersedianya

sumber daya alam. Dari lima prinsip dan tiga pilar SDGs ini , tampak jelas 

bahwa SDGs bertujuan untuk terciptanya kehidupan manusia yang 

lebih baik dalam bidang ekonomi dan sosial, dan bersinergi dengan 

lingkungan. Hal ini  searah dan sejalan dengan pengentasan 

kemiskinan berbasis kearifan lokal, di mana warga   miskin 

dijadikan subyek dalam proses pengentasan kemiskinan dengan 

pemanfaatan sumber daya yang ada di sekitarnya dalam rangka 

mengembangkan menjadi nilai ekonomi dan membuka diri untuk 

menjalin kemitraan sehingga melatih kemandirian warga   dalam 

mencapai kesejahteraan bersama-sama.

Kearifan lokal merupakan pengetahuan lokal yang telah 

menyatu dengan kepercayaan, norma dan budaya dan diekspresikan 

dalam tradisi dalam waktu yang lama. Jadi, dalam strategi 

pengentasan kemiskinan di suatu wilayah diperlukan pemahaman 

mendalam tentang pola pikir warga   setempat dan sumber daya 

yang ada di wilayah ini . Banyak hal yang dapat dimanfaatkan 

dari hal-hal kecil di sekitar, yang terkadang malah diabaikan. Ataupun 

sebenarnya banyak dari kebiasaan-kebiasaan dari suatu warga   

yang sesungguhnya adalah peluang besar untuk menaikkan 

perekonomian suatu wilayah.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengentasan kemiskinan 

berbasis kearifan lokal, antara lain: (1) Menghormati dan menjunjung 

tinggi Hak Asasi Manusia; (2) Komitmen global terhadap 

pembangunan sosial warga   adat sesuai dengan konvensi yang 

diselenggarakan oleh ILO; (3) Isu pelestarian lingkungan dan 

menghindari keterdesakan komunitas asli dari eksploitasi sumber 

daya alam yang berlebihan; (4) Meniadakan marginalisasi warga   asli dalam pembangunan nasional; (5) Memperkuat nilai-nilai kearifan 

warga   setempat dengan cara mengintegrasikannya dalam desain

kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan (Saharuddin 

2009)

Memang untuk mencapai kehidupan warga   yang lebih 

baik, diperlukan kerja keras dari pemerintah dalam pengambilan 

kebijakan dan usaha warga   untuk ikut andil bertanggung jawab 

dalam proses upaya pengentasan kemiskinan. diharapkan semua turut 

andil bagian tanpa ada terkecuali. Upaya ini  dapat dilakukan 

dengan tiga pilar, yaitu: sosio kultural, ekonomi, dan lingkungan.

Pendekatan sosio kultural dimaksudkan adalah usaha untuk 

mempertimbangkan aspek sosiokultural dan menggali nilai kultural 

serta pengetahuan lokal yang positif dalam warga   yang berguna 

dalam proses pengentasan kemiskinan. Sehingga proses yang 

dilakukan akan mengantarkan manusia sadar akan harkat dan 

martabatnya sebagai manusia seutuhnya. sedang  pendekatan 

ekonomi penting untuk meningkatkan pendapatan warga  . dan 

pendekatan lingkungan diharapkan dapat melestarikan lingkungan 

untuk generasi selanjutnya. (S, Nugrahani, and Rejeki 2015)

Program pengentasan kemiskinan yang dilakukan pemerintah 

secara umum memiliki dua tujuan, yaitu: (1) mengurangi pengeluaran

warga   miskin, yang dibebankan kepada pihak lain seperti ke 

pemerintah atau warga   lainnya; (2) meningkatkan pendapatan 

warga   miskin sehingga dapat keluar dari jurang kemiskinan. 

Dalam teori ekonomi, bahwa untuk memutus mata rantai 

lingkaran setan kemiskinan dapat dilakukan peningkatan keterampilan sumber daya manusianya, penambahan modal investasi, 

dan mengembangkan teknologi. Secara umum ada dua hal yang dapat 

dikembangkan dalam warga   desa dengan pendekatan kearifan 

lokal, yaitu:

a. Sumber Daya Alam

Sumber daya alam merupakan segala sesuatu yang berasal dari 

alam, bermanfaat dan dapat digunakan oleh manusia. Banyak hal yang 

dapat dimanfaatkan dari alam untuk berlangsungnya hidup manusia. 

Bahkan dari alam dapat juga dimanfaatkan menjadi nilai ekonomi 

yang dapat menambah pendapatan sehingga mampu menaikkan taraf 

hidup. Seringkali alam yang ada di desa terbengkalai begitu saja, atau 

kurangnya pemanfaatan dari warga  . pemicu nya bisa 

disebab  kan kurangnya dukungan dari pemerintah, maupun 

kurangnya kepedulian warga   setempat.

Meningkatkan kegiatan ekonomi rakyat dapat dilakukan dengan 

memberikan kesempatan untuk berusaha bagi warga   miskin. 

Kesempatan ini  dapat diberikan melalui bentuk yang beraneka 

macam, termasuk pengembangan bidang pertanian dan pemanfaatan 

sumber daya yang ada di wilayah pedesaan. (Zaini 2009)

Sebagai contoh, jika suatu wilayah ini  berdekatan dengan 

pantai, hutan, gunung maupun keindahan alam lainnya, hal ini  

dapat dikelola menjadi tempat wisata alam. Dengan dukungan 

pemerintah sebagai penyedia sarana dan prasarana, sedang  

warga   ikut serta dalam pengelolaannya. Dari sini akan 

didapatkan peningkatan perekonomian untuk warga   setempat.

Selain itu, pemanfaatan lahan kosong juga dapat dilakukan 

dalam program pengentasan kemiskinan. Lahan kosong yang ada, dapat diberdayakan menjadi lahan untuk menanam jamu-jamuan, 

seperti: sereh, jahe, kunyit, sambiloto, dan lain-lain. Terutama dimasa 

pandemi seperti saat ini, saat  jamu-jamuan menjadi barang yang 

sangat dicari-cari untuk menjaga stamina. Sosialisasi pemanfaatan 

lahan kosong di sekitar rumah juga perlu digalakkan. Lahan kosong 

sekitar rumah dapat dimanfaatkan untuk menanam aneka sayuran, 

maupun bumbu-bumbu dasar, seperti cabai dan bawang. Hal-hal kecil 

ini  akan mampu mengurangi pengeluaran bagi warga   

miskin untuk bahan-bahan dasar.

Jika kita gali lebih dalam, sangat banyak hal yang ada pada alam 

dapat dimanfaatkan sebagai upaya pengentasan kemiskinan. Namun, 

yang paling penting untuk diperhatikan adalah kelestarian sumber 

daya alam yang ada, jangan sampai alam menjadi rusak sebab   adanya 

pengeksploitasian secara besar-besaran.

b. Potensi Diri

Potensi diri merupakan kemampuan seseorang yang tampak 

maupun yang belum tampak, namun belum digunakan secara 

maksimal. Potensi diri ini perlu digali dan diasah untuk mendapatkan 

hasil maksimal. Dalam menggali dan mengasahnya pun perlu adanya 

latihan secara terus menerus, dan diperlukan pula pendampingan. 

Pengembangan potensi diri ini berkaitan dengan peningkatan sumber 

daya manusia.

Upaya meningkatkan potensi diri diyakini mampu dapat 

menurunkan tingkat kemiskinan, sebab   dengan sumber daya 

manusia yang berkualitas maka kemampuan dan kesempatan 

warga   untuk maju dan berkembang lebih besar. Selain itu, 

pengembangan potensi diri dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia menjadi investasi masa depan. Yang mana dari 

potensi diri ini yang akan bermanfaat dalam pengelolaan sumber daya 

yang ada, sehingga kesejahteraan warga   dapat terwujud. 

Contoh dari potensi diri ini yang dapat dimanfaatkan dalam 

pengentasan kemiskinan berbasis kearifan lokal pada warga   desa 

misalnya, perajin batik atau tradisi memproduksi batik, perajin perak, 

kerajinan ukiran, dan lain sebagainya. Dari berbagai potensi ini  

dapat pula dikembangkan menjadi wisata budaya, yang khas dengan 

negara kita   akan budayanya yang kaya. Selain itu, potensi diri juga 

dapat ditemukan pada bidang jasa. Misalnya jasa potong rambut dan 

jasa tukang pijat yang sering dibutuhkan pada semua warga  , 

termasuk warga   desa.

Kearifan lokal yang berkaitan dengan potensi diri ini lahir dan 

berkembang dari generasi ke generasi seolah-olah bertahan dan 

berkembang dengan sendirinya. Namun, sesungguhnya ada   

proses transfer of knowledge yang berlangsung secara alami. Tanpa ada 

pelatihan formal pun, keahlian dalam bentuk kearifan lokal akan terus 

ada. Dan kini telah diperkuat dengan pelatihan formal yang sudah 

mulai diselenggarakan oleh pemerintah.

3. Pemberdayaan warga   Desa dalam Penanggulangan 

Kemiskinan 

Salah satu tujuan pembangunan warga   adalah mendorong 

terjadinya perubahan dan pembiasaan warga dari penerima 

pembangunan dan pelayanan (pasif) menuju warga yang kapabel dan 

berpartisipasi (aktif) menentukan pilihan, menangani isu bersama 

dalam warga  . Pendekatan ini sebagai paradigma pembangunan 

berpusat manusia (people centered development) yang menempatkan warga   sebagai fokus maupun sumber utama pembangunan. 

Pendekatan itu dipandang sebagai suatu strategi alternatif yang 

menjamin komplementaritas dengan pembangunan bidang lain. 

Orientasinya adalah pada pertumbuhan kualitas, mendorong 

kemampuan, dan kapasitas warga warga   terlibat dalam 

keputusan penting menyangkut kehidupannya. (Saharuddin 2009)

Pembangunan warga   dipahami melalui tiga orientasi, 

yaitu: (1) upaya pengadaan pelayanan dasar sebagai kelengkapan dari 

strategi kebutuhan pokok, diidentikkan dengan peningkatan 

pelayanan sosial dan pemberian fasilitas sosial, seperti fasilitas 

kesehatan, peningkatan gizi, pendidikan, dan sanitasi untuk 

kesejahteraan warga  ; (2) upaya terencana untuk mencapai tujuan 

lebih kompleks dan bervariasi, guna mencapai tujuan sosial yang lebih 

sulit diukur, seperti keadilan, pemerataan, peningkatan budaya, 

kedamaian, serta adanya kesempatan yang sama; dan (3) upaya 

meningkatkan kemampuan manusia untuk berbuat dan meningkatkan 

potensialitasnya, memobilisasi antusiasmenya untuk berpartisipasi 

aktif dalam proses pengambilan keputusan atau kebijakan terkait 

dengan diri mereka.

Dalam mencapai keberhasilan pengentasan kemiskinan berbasis 

kearifan lokal, diperlukan adanya pemberdayaan warga  . 

Sehingga warga   ikut serta dalam memberikan pelayanan kepada 

warga   lainnya, terlibat dalam proyek, serta lebih banyak akan 

mengetahui permasalahan dan kebutuhan dalam lingkungannya. 

warga   juga akan mampu mengembangkan diri menuju 

kemandirian ekonomi dengan proteksi kebijakan pemerintah. Dalam 

hal ini, dibutuhkan keterlibatan sektor swasta sesuai kadar tanggungjawabnya, maupun LSM yang memiliki tanggung jawab atas 

pembangunan sosial. Biasanya mereka akan mendorong pemerintah 

agar responsif terhadap problematika warga   (Tjokrowinoto 1987)

Namun kebijakan penanggulangan kemiskinan juga perlu 

didasari atas persepsi tentang faktor-faktor pemicu  dan dimensi 

kemiskinan itu sendiri. Jika pemicu nya ada pada diri manusianya 

atau kelompok miskin, misalnya aspek budaya tidak mau bekerja 

keras, maka kebijakannya adalah memotivasi mereka untuk bekerja 

keras agar dapat mandiri. Dalam hal ini pemerintah tidak 

mengintervensi pasar tetapi membiarkan sistem pasar bebas 

berlangsung apa adanya. warga   miskin itu sendirilah yang harus 

menyelesaikan sendiri masalah kemiskinannya. Memberikan bantuan 

material hanya mengakibatkan ketergantung