Tampilkan postingan dengan label gandum 5. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label gandum 5. Tampilkan semua postingan

Rabu, 10 Mei 2023

gandum 5


hindari penanaman pada lahan yang masih memiliki

sisa-sisa tanaman gandum, pengolahan tanah dilakukan dengan baik,

pemakaian  varietas tahan, perlakuan benih sebelum tanam dengan air panas

atau fungisida untuk mengurangi inokulum. Perlakuan benih dengan fungisida

iprodione, thiram, 2-methoxyethylmercury chloride, dan phenylmercury acetate

dapat mencegah perkembangan penyakit ini.
11. Penyakit Ergot (Claviceps purpurea)

Gejala/penularan. Penyakit ergot disebabkan oleh cendawan Claviceps

purpurea. Ergot adalah sekumpulan massa miselia yang terbentuk pada biji.

Pada masa pembungaan, malai yang terinfeksi menghasilkan eksudat berwarna

kuning dan lengket yang mengandung kondia. Seiring dengan matangnya malai,

biji yang terinfeksi digantikan oleh struktur cendawan (sclerotia) berwarna

cokelat atau hitam keunguan ,

Perkembangan.  penyakit ini berkembang

dalam keadaan cuaca dingin dan lembab. Infeksi awal berasal dari ascospora

yang berada dalam badan buah yang dihasilkan sclerotia dari pertanaman

sebelumnya. Ascospora menyebar melalui angin dan percikan hujan. Jika

penyebaran bersamaan dengan masa pembungaan gandum, maka ascospora

hinggap pada malai dan menginfeksi ovary dan mengeluarkan eksudat ,Serangga tertarik pada eksudat manis ini  dan

membawa konidia ke malai sehat. Badan buah yang terbentuk pada biji gandum

dapat bertahan hidup dalam tanah dari satu musim ke musim berikutnya. Pada

kondisi kering, badan buah ini  dapat bertahan selama bertahun-tahun.

Sclerotia membutuhkan suhu dingin untuk berkecambah.

Tanaman inang dan daerah sebaran. Penyakit ergot merupakan penyakit

penting pada tanaman serealia. Penyakit ini berkembang pada daerah dingin

dan lembab.

Arti ekonomi. Penyakit ergot bisa memicu  tanaman gandum

kehilangan hasil 5-10% . Kehilangan hasil akibat berkurangnya

kualitas biji dapat terjadi di seluruh dunia.

Pengendalian

• Mengamati pertanaman sebelum panen dan memisahkan tanaman yang

tertular atau membakar tanaman jika mengandung sclerotia yang banyak.

• Menggunakan benih bermutu dan bebas sclerotia.

• Pergiliran tanaman.

• Perlakuan benih dengan fungisida triazole.

• Olah tanah sempurna dan membakar sisa-sisa jerami untuk membunuh

sclerotia.

• Menghindari irigasi yang berlebihan selama musim dingin pada saat

pembungaan.

12. Penyakit take-all (Gaeumannomyces graminis f.sp. tritici syn.

Ophiobolus graminis

Gejala/penularan. Cendawan ini memicu  busuk akar dan batang bagian

bawah ,Penyakit take-all dapat menginfeksi tanaman pada

tingkatan yang rendah tanpa menampakkan gejala yang jelas. Namun infeksi

sedang hingga berat mengurangi jumlah akar aktif yang berpengaruh terhadap

pertumbuhan tanaman. Infeksi pada mahkota akar pada musim semi dan awal

musim panas akan menghambat serapan air dan unsur hara yang

memicu  malai putih (HGCA 2014).

Perkembangan. Cendawan ini berada pada sisa-sisa tanaman di dalam

tanah. Infeksi awal berasal dari hifa atau ascospora. Infeksi dapat terjadi selama

siklus tanaman, namun cendawan ini menyenangi tanah berusaha rendah (12-

180

C) dan tanah alkalin serta kekurangan hara 

Tanaman inang dan daerah sebaran. Penyakit ini ditemukan merusak

tanaman gandum, triticale, dan beberapa jenis rumput-rumputan.

Arti ekonomi. Penyakit ini merupakan penyebab “sindroma gandum kedua”

bila hasil panen dari pertanaman kedua 10-15% lebih sedikit dari hasil panen

pertanaman pertama (HGCA 2014). Penyakit ini menyebar luas pada areal

monocrop, terutama jika pengolahan tanah minimum 

Pengendalian

• Pergiliran tanaman dan pengolohan tanah yang baik.

• Penanaman varietas toleran.

• Perlakuan benih sebelum tanam dengan fungisida silthiofam dan

fluquinconazole.

• Aplikasi Fungisida azoxystrobin atau fluoxastrobin pada tahap  T1.

Penyakit yang Disebabkan oleh Bakteri

1. Penyakit bakteri bergores dan sekam hitam (Xanthomonas campestris

pv. translucens)

Penyakit bakteri daun bergores yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas

campestris pv. translucens adalah penyakit bakteri yang paling utama pada

tanaman gandum. Penyakit ini terjadi pada kondisi yang sangat berbeda, seperti

pada lahan irigasi sprinkler, curah hujan tinggi, dan lingkungan lebih hangat.

Gejala/penularan. Penyakit sekam hitam dan bakteri daun bergores

disebabkan oleh patogen yang sama, penamaan ini  dibedakan pada

bagian tanaman yang tertular. Jika bagian tanaman yang terinfeksi adalah malai,

disebut penyakit sekam hitam, dan jika yang terinfeksi adalah daun dan pelepah,

disebut bakteri daun bergores   Gejala khas penyakit bakteri

daun borgores pada gandum adalah adanya lesio berwarna cokelat dan

memanjang pada permukaan daun. Lesio kemudian menyatu sehingga

menutupi permukaan daun. Gejala awal ditandai dengan garis-garis tembus

cahaya. Lesio yang terbentuk menghasilkan eksudat berwarna kuning dan

lengket, terutama bila hujan. Eksudat kemudian mengering dan membentuk

kerak yang dapat pecah, sehingga tampak seperti sisik. Jika penularan terjadi

pada awal musim tanam, malai bisa terinfeksi yang memicu  malai steril.

Jika intensitas penularan berat, maka seluruh daun atau malai mati.

Perkembangan. Bakteri ini bisa berfungsi sebagai penyakit tular tanah dan

berada pada sisa-sisa tanaman dalam tanah, toleran terhadap suhu hangat dan

suhu beku. Patogen ini ditularkan melalui air hujan, embun, kontak

antartanaman, dan serangga. Penyakit ini menyebar sesuai arah angin dan

hembusan air hujan.

Tanaman inang dan daerah sebaran. Penyakit ini dijumpai pada tanaman

serealia dan rumput-rumputan di seluruh dunia, seperti di Amerika Serikat,

Kanada, Amerika Selatan, Asia, Eropa, dan Afrika.

Arti ekonomi. Penyakit ini jarang memicu  kerusakan yang nyata,

walaupun gejala penularannya berat. Kehilangan hasil tertinggi sebesar 40%

pernah terjadi di Idaho, Amerika Serikat, namun pada umumnya kehilangan

hasil hanya sekitar 10% atau kurang.

Pengendalian. Penyakit ini agak sulit dikendalikan, namun beberapa cara

pencegahan dapat dilakukan, yaitu: menggunakan benih bersertifikat, tidak

menggilir tanaman gandum dengan barlkey, dan pemakaian  insektisda anjuran

untuk mengendalikan serangga penular.
2. Penyakit Bakteri Hawar Daun (Pseudomonas syringae pv. atrofaciens

syn. P. atrofaciens)

Gejala/penularan. Daun dan malai gandum dan triticale bisa tertular penyakit

bakteri hawar daun. Gejalanya dimulai dari lesio kecil berwarna hijau, kemudian

berubah menjadi cokelat tua hingga kehitaman. Pada malai, lesio umumnya

dimulai pada glum bagian bawah, kemudian merambat ke atas. Glum yang

tertular nampak transparan jika diarahkan ke cahaya. Perubahan warna menjadi

cokelat tua hingga hitam terjadi sejalan dengan bertambahnya umur tanaman.

Penyakit ini menyebar ke rachis dan lesion, juga bisa nampak pada biji gandum.

Batang yang tertular berwarna gelap, sedangkan daun yang tertular menjadi

kecil.

Perkembangan. Patogen penyebab penyakit ini bertahan hidup pada sisa￾sisa tanaman dan berbagai jenis rumput-rumputan. Penyakit ini menyebar

melalui percikan air hujan, serangga, dan biji.

Tanaman inang dan daerah sebaran. Penyakit ini dapat merusak semua

jenis tanaman serealia kecil, termasuk gandum, oats, dan barley. Daerah

sebarannya meliputi seluruh dunia.

Arti ekonomi. Secara ekonomi, penyakit ini tidak terlalu penting, namun

penularannya dilaporkan pada daerah-daerah pertanaman gandum yang

lembab.

Pengendalian

• Penggunakan benih bebas penyakit.

• Pergiliran tanaman

• Irigasi tidak berlebihan

• Pemusnahan sisa-sisa tanaman sebelumnya.

Penyakit yang Disebabkan oleh Virus

Barley Yellow Dwarf (BYD)

Gejala serangan. Gejala penyakit BYD bervariasi, bergantung pada varietas, umur

tanaman saat tertular, strain virus, dan kondisi lingkungan. Tanaman tertular

daunnya nampak kekuningan, tumbuh kerdil, jumlah akar berkurung,

pembentukan malai terlambat, dan hasil panen turun. Malai yang terinfeksi

cenderung kaku dan berwarna hitam selama pematangan biji (Prescott et al.

2012).

Perkembangan. Penyakit BYD berkembang pada kondisi suhu udara sekitar

200

C. Gejala penularan akan nampak pada 14 hari setelah infeksi terjadi.

Tanaman inang dan daerah sebaran. Tanaman inang penyakit BYD meliputi

lebih dari 150 spesies Poacea. Sejumlah tanaman golongan rumput-rumputan

juga berfungsi sebagai inang alternatif penyakit. Penyakit ini ditularkan oleh

serangga vector aphid. Lebih dari 20 spesies aphid berfungsi sebagai vektor

penyakit ini   Penyakit BYD adalah penyakit virus pada

tanaman serealia yang paling luas daerah penyebarannya, sehingga penyakit

ini ditemukan di seluruh dunia.

Arti ekonomi. Penyakit BYD merupakan penyakit penting secara ekonomi

pada tanaman barley, oats, gandum, jagung, triticale, dan padi. Penularan yang

terjadi pada awal musim tanam dapat menurunkan hasil 20%, bergantung pada

strain virusnya. Kehilangan hasil yang paling besar yang pernah dilaporkan

mencapai 50%.
Pengendalian

• Pemusnahan sisa-sisa tanaman atau tanaman inang alternatif sesegera

mungkin.

• Aplikasi herbisida yang tepat 10 hari sebelum tanam.

• Aplikasi insektisda untuk memusnahkan serangga vektor aphid.

Proporsi terbesar pemakaian  gandum dewasa ini adalah untuk pangan.Hal

ini menuntut standar mutu produk yang tinggi baik di tingkat perdagangan

domestik maupun internasional. FAO (2015) melaporkan bahwa produksi

serealia dunia pada tahun 2015 mencapai 2525 juta ton. Terkait dengan itu,

Hussein dan Brasel (2001) menyatakan sekitar 25% dari produksi serealia dunia

termasuk gandum berpotensi terkontaminasi jamur/mikotoksin sehingga

diperkirakan sekitar 500 juta ton produk serealia diperdagangkan untuk pangan

dan pakan di seluruh dunia.

Aspek pascapanen berperan  penting dalam menghasilkan

produk gandum berkualitas dan bebas dari hama penyakit. Penanganan

pascapanen merupakan salah satu mata rantai penting dalam usahatani

tanaman pangan, termasuk gandum. Gandum yang ditanam pada musim hujan

di wilayah tropis dengan kondisi lingkungan yang lembab memudahkan infeksi

penyakit yang dapat memicu  kehilangan hasil secara signifikan. Beberapa

di antara penyakit ini  langsung merusak malai atau bagian tanaman lainnya

sehingga biji menjadi rusak dan jatuh ke tanah (Johnson and Townsend 2009).

FAO (1999) melaporkan bahwa kehilangan hasil gandum akibat penanganan

pascapanen yang tidak tepat mencapai 25 juta ton setiap tahun dan 46% di

antaranya terjadi di negara berkembang.

Di negara kita  luas pertanaman gandum cenderung stagnan sementara laju

konsumsi gandum terus meningkat dari waktu ke waktu. Kondisi ini

memicu  meningkatnya impor gandum dari tahun ke tahun. Volume impor

biji dan tepung terigu pada tahun 2011 mencapai 6,20 juta ton dan meningkat

menjadi 7,2 juta ton pada tahun 2012 (USDA 2012). Impor tepung gandum pada

tahun 2011 mencapai 680.100 ton dari kebutuhan tepung terigu nasional sekitar

4,7 juta ton, dan pada tahun 2012 meningkat 6% (APTINDO 2013). Hingga tahun

2012, negara kita  merupakan negara importir gandum ketiga terbesar di dunia

setelah Mesir dan Uni Eropa.

Direktorat Budi daya Serealia bekerja sama dengan Badan Litbang Pertanian

telah merintis pengembangan gandum dengan pendekatan agroindustri dan

agribisnis. Hal ini tentu membutuhkan penanganan yang tepat termasuk

pascapanen gandum.

Pascapanen gandum terdiri atas serangkaian kegiatan yang dimulai dari

panen, pengeringan, perontokan, penyimpanan dan penepungan sebelum

diangkut atau dijual. Apabila tidak tertangani dengan baik, hal ini akan

menurunkan kuantitas biji akibat infestasi hama penyakit dan rendahnya kualitas
produk karena berubahnya warna dan aroma biji gandum akibat infeksi

cendawan/jamur. Melalui penerapan teknologi pascapanen yang baik akan

dihasilkan produk yang kompetitif.

Tulisan ini membahas aspek penanganan pascapanen gandum yang

meliputi pemanenan, penjemuran/pengeringan, perontokan, pengemasan,

penyimpanan dan penepungan.

PANEN TEPAT WAKTU

Tanaman gandum yang tumbuh pada wilayah dengan kelembaban udara yang

tinggi mudah berkecambah dan berjamur sehingga mempengaruhi kualitas

hasil panen. Biji yang berkecambah akibat terlambat panen akan menurunkan

viabilitas biji/benih gandum serta menurunkan kualitas/sifat adonan dari tepung

yang dihasilkan sehingga akan mempengaruhi nilai jual tepung. Oleh karena

itu, untuk menekan susut jumlah dan mutu maka panen segera dilakukan setelah

biji masak fisiologis (Bloksma and Bushuk 1988).

Waktu panen gandum dapat diketahui dengan berbagai cara, diantaranya:

(1) berdasarkan deskripsi varietas tanaman gandum, (2) berdasarkan umur

berbunga tanaman, dan (3) melihat ciri-ciri visual tanaman di lapangan.

Berdasarkan deskripsi, tanaman gandum mempunyai umur panen berkisar

antara 85-134 hari, bergantung pada varietas dan ketinggian tempat/variasi suhu

lingkungan. Terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi tempat/elevasi

maka umur panen gandum semakin panjang. Gandum varietas Selayar yang

mulai banyak dibudidayakan mempunyai umur panen 125 hari. Varietas Guri-3

Agritan, Guri-4 Agritan, dan Guri-5 Agritan yang dilepas Badan Litbang Pertanian

pada tahun 2014 mempunyai umur panen 123-126 hari (Aqil dan Rahmi 2014).

Selain berpedoman pada deskripsi varietas, waktu panen juga dapat diketahui

dengan melihat ciri-ciri visual pada batang, daun dan bulir gandum.

Pemanenan dapat dilakukan setelah terlihat ciri-ciri seperti berubahnya

warna daun dari hijau menjadi kuning tua, malai telah merunduk/terkulai ke

tanah dan biji telah mengeras. Selain ciri visual, saat panen juga dapat diduga

dengan melihat umur berbunga tanaman (biasanya 65-80 hari setelah tanam).

Berdasarkan informasi ini  maka waktu panen gandum yang tepat adalah

55-65 hari setelah tanaman mulai berbunga. Kadar air biji gandum pada saat

panen bervariasi antara 18-24% (Mc Neill and Overhults 2014).

Panen sebaiknya dilakukan pada kondisi cuaca cerah untuk memudahkan

proses pengeringan. Tinggi tanaman gandum pada saat panen mencapai 90-

100 cm. Batang tanaman gandum dipotong sekitar 3-6 cm dari pangkal/bawah

batang tanaman menggunakan sabit. Pemanenan gandum juga dapat dilakukan

dengan Combine Harvester yang umumnya pada hamparan lahan yang luas.

Batang yang telah dipanen selanjutnya dikumpulkan dan dikeringkan di bawah

sinar matahari sebelum dirontok. Kehilangan hasil selama pemanenan

dipengaruhi oleh jenis alat/mesin yang digunakan. Chaudhry (1979) melaporkan
bahwa kehilangan hasil selama panen gandum relatif kecil, yaitu 0,35%. Namun

kehilangan hasil akibat penanganan pascapanen yang tidak tepat bisa mencapai

10-15% (Thaherzadeh and Hojat 2013).

PERONTOKAN DENGAN MESIN PERONTOK

Perontokan merupakan salah satu tahapan pascapanen gandum yang perlu

diperhatikan mengingat kehilangan hasil terbesar pada kegiatan pascapanen

gandum adalah pada saat perontokan yang mencapai 1,24% atau sekitar 0,44

kg/kuintal gandum. Mesin perontok padi dapat digunakan untuk merontok

gandum tetapi kehilangan hasil tinggi, mencapai 4,5-8,0% (Firmansyah 2010).

Oleh karena itu, jenis varietas gandum dan keterampilan operator berperan

dalam menurunkan kehilangan hasil pada tahap  perontokan. 

menyatakan bahwa varietas gandum mempunyai sifat  malai dan biji/

gabah yang berbeda dengan tanaman padi, sehingga pemakaian  perontok

padi untuk merontok gandum berpotensi menghasilkan biji pecah serta biji

tidak terontok yang tinggi.  melaporkan varietas Dewata lebih

sulit dirontok dibanding varietas lainnya. Setelah dirontok, biji kemudian

dibersihkan menggunakan blower untuk memisahkan malai, kulit, dan biji

gandum.

Balai Penelitian Tanaman Serealia telah merancang mesin perontok gandum

yang diberi nama PG-M1. Mesin perontok gandum ini merupakan modifikasi

dari mesin perontok multikomoditas TH-6. Perbaikan atau modifikasi komponen

TH-6, yaitu panjang jeruji/gigi pada selinder perontok(pegtooth) bertambah 2

cm. Ini dimaksudkan agar biji gandum yang terletak pada malai lebih banyak

tergesek oleh gigi perontok. Jarak antara ujung jeruji/gigi perontok dengan

penutup selinder perontok dipersempit menjadi 4 cm. Ruangan silinder

perontok diperpanjang menjadi 111 cm, agar malai dan biji mudah dipisahkan.

Selain itu, untuk mengurangi kelelahan operator, tinggi mesin dikurangi 12 cm,

sehingga lengan operator tidak terlampau tinggi dalam memasukan malai

gandum kedalam ruang selinder perontok. Secara keseluruhan, dimensi PG￾M1-Balitsereal lebih ringan dan lebih ramping dibandingkan dengan H-6,

sehingga menjadi lebih ramping dan ringan (Tabel 1).

pemakaian  alsin perontok gandum model PG-M1-Balitsereal setelah

dimodifikasi meningkatkan kapasitas perontokan menjadi 350,45 kg/jam pada

putaran silinder perontok 600-800 rpm dan laju pengumpanan 6-8 kg/menit.

Jumlah biji gandum yang rusak dan kehilangan hasil biji pada putaran silinder

600-800 rpm tidak ditemukan. Biji gandum tidak terontok berkisar antara 0,33-

0,46%. Kotoran yang didapatkan pada berbagai putaran silinder perontok

berkisar antara 4,65-6,21%. Efisiensi perontokan cukup tinggi, yaitu 99,67%

PEMBERSIHAN BIJI SECARA MEKANIS

Setelah malai dirontok dilakukan pemisahan antara biji gandum, serasah, batu,

biji rusak, dan kotoran lainnya dengan alat pembersih biji seperti tampi, kipas/

blower atau mesin pembersih mekanis. Pembersihan biji gandum memegang

peranan penting dalam menentukan kualitas biji dan keamanan selama

penyimpanan.  bahwa tujuan

pembersihan biji gandum adalah (1) memisahkan gandum dari kotoran organik

dan bahan yang bersifat ferromagnetic, (2) menghilangkan dedak dari

endosperm biji, (3) standardisasi kadar air biji sebelum digiling.

FAO (1999) menyatakan pembersihan biji secara tradisional dilakukan

dengan cara tampi atau keranjang yang diisi biji gandum dan digerakkan

sedemikian rupa, sehingga kotoran dan biji yang ringan dan rusak akan

terkumpul di pinggir tampi atau keranjang. Pembersihan biji secara tradisional

juga dapat dilakukan dengan menjatuhkan biji dari ketinggian tertentu (150-

170 cm di atas permukaan tanah), khususnya pada saat angin cukup kencang.

Pembersihan model curah ini  cukup efektif memisahkan kotoran atau

benda-benda ringan yang tercampur dalam biji meskipun harus dilakukan

beberapa kali sampai didapatkan biji yang bersih.

Pembersihan biji secara mekanis dilakukan berdasarkan ukuran dan sifat

aerodinamis bahan. Alat pembersih mekanis umumnya merupakan kombinasi

antara pengayakan dan hembusan. Alat pembersih mekanis yang banyak

digunakan dalam pembersihan biji adalah air screen cleaner, winnowing

mekanis, dan silinder separator 

PENGERINGAN BIJI DENGAN ALAT PENGERING

Pengeringan biji gandum bertujuan untuk menurunkan kadar air biji agar aman

disimpan. Pengeringan dilakukan sampai kadar air biji turun di bawah 14%

selama 48 jam untuk menjaga kualitas biji. Selama pengeringan berlangsung

terjadi proses penguapan air pada biji karena adanya panas dari media

pengering, sehingga uap air akan lepas dari permukaan biji ke ruangan di

sekeliling tempat pengering ,.

Penurunan kadar air biji gandum sebelum penyimpanan bertujuan untuk

menghindari terjadinya perkecambahan (sprouting) dan pembusukan

(spoilage) biji. Pengeringan biji-bijian dianjurkan sampai kadar air 10-12%

sebelum disimpan, agar tidak mudah terserang hama dan terkontaminasi

cendawan/jamur, serta mempertahankan volume dan bobot bahan sehingga

memudahkan penyimpanan 

Biji gandum mempunyai tingkat ketahanan terhadap laju pengeringan yang

tinggi dibandingkan dengan jagung. Walaupun gradient penurunan kadar air

gandum lebih tinggi dibanding jagung namun tingkat kerusakan/stress biji

gandum akibat pengeringan tidak sebesar biji jagung
Pengeringan biji gandum tidak boleh dilakukan dalam jumlah besar sekaligus

karena akan mengganggu proses pengeringan dan pengeringan tidak merata

sehingga menurunkan kualitas biji gandum  

Perubahan suhu pengeringan yang mendadak juga dapat memicu 

terjadinya kerusakan pada biji gandum yang berdampak langsung pada mutu

yang dihasilkan . Suhu maksimum mesin pengering yang

dianjurkan untuk pengeringan gandum bergantung peruntukan, untuk benih

suhu pengeringan maksimum 60o

C, untuk bahan pangan 60-65oC, dan untuk

pakan ternak maksimum 80-100o

C. bahwa

untuk mempertahankan sifat tepung, khususnya untuk roti, pengeringan harus

dilakukan pada suhu dibawah 60o

C.

Pengeringan biji-bijian khususnya yang menggunakan peralatan mekanis

juga memicu  terjadinya perubahan warna bahan. Laju perubahan warna

bahan berbanding lurus dengan lama proses pengeringan , Warna biji dapat menjadi salah satu indikasi lama proses pengeringan

biji gandum.

Gandum yang ditanam di negara kita  umumnya dalam skala kecil di Pasuruan,

Malino, dan Timor Tengah Selatan. Cara pengeringan gandum di tingkat petani

di daerah ini  adalah menjemur dengan sinar matahari. Penjemuran

gandum langsung di lapang dengan bantuan sinar matahari umumnya

dilakukan pada malai atau biji sebelum disimpan. Efektivitas penjemuran

ditentukan oleh: (1)ketebalan lapisan pengeringan, (2) suhu dan lama

pengeringan, (3) bulk density, dan(4) frekuensi pembalikan (FAO 1999,

Muhlbauer 1983). Lama penjemuran gandum bervariasi antara3-5 hari dengan

asumsi kondisi cuaca cerah. Dengan kisaran waktu ini , kadar air biji akan

turun dengan laju penurunan 0,7-1%/hari  

Pengeringan secara mekanis atau menggunakan alat pengering

dioperasikan secara mekanis. Beberapa alat pengering mekanis adalah: (a) alat

pengering dengan sumber panas energi bahan bakar minyak (solar, minyak

tanah, premium); (b) alat pengering dengan sumber panas energi bahan bakar

limbah pertanian; (c) alat pengering dengan sumber panas sinar matahari.

Alat pengering jagung juga dapat digunakan untuk mengeringkan gandum,

hanya perlu memperhatikan laju aliran udara pengeringan dan ketebalan

tumpukan. Laju dan durasi pengeringan dipengaruhi oleh dua faktor penting,

yaitu jumlah aliran udara/panas yang dialirkan dan kapasitas mengikat air dari

udara. Pengeringan tipe flat bed memerlukan laju udara pengeringan berkisar

antara 0,5-1,5 m3

/detik per meter kubik biji gandum yang dikeringkan, sedangkan

untuk pengeringan dengan sistem kontinu memerlukan laju aliran udara 1,5-

2,5 m3

/detik per meter kubik biji gandum   bahwa selama pengeringan berlangsung

terjadi pergerakan uap air dari endosperm menuju bagian kecambah (germ)

melalui sel yang berbentuk seperti ibu jari dari lapisan epithelium dan selanjutnya

keluar dari biji.  lebih lanjut melaporkan bahwa laju pergerakan

uap air pada bagian endosperm biji lebih tinggi dibandingkan dengan bagian

kecambah. Laju penguapan air dari biji dapat diketahui dari model pengeringan

lapis tipis (thin layer drying) menggunakan hukum ke dua Fiks tentang proses

difusi uap air ,

Badan Litbang Pertanian telah mengembangkan alat pengering

multikomoditas (jagung, gandum, sorgum) dengan sumber panas matahari

dan kayu bakar  ,Kapasitas pengeringan mencapai 5-10

ton biji atau malai untuk setiap kali pengeringan. Alat ini umumnya digunakan

untuk mengeringkan benih jagung dan gandum. Pengering sumber panas

matahari hanya dioperasikan pada siang hari, sedangkan pengeringan dengan

bahan bakar kayu dioperasikan pada malam hari atau apabila cuaca mendung.

Bangunan pengering terdiri atas atap bangunan yang merupakan

komponen utama alat pengering energi surya yang berfungsi sebagai kolektor

tenaga surya. Udara panas dari modul kolektor energi surya disalurkan ke ruang

pengering melalui saluran mendatar dan dialirkan ke bawah melalui saluran

tegak sepanjang 6,0 m. Pengaliran udara ke arah bawah dan yang masuk ke

plenum mengikuti sistem pengaliran paksa arah bawah (downdraft circulation

force), dibantu dengan kipas penarik.

Alat pengering dengan sumber panas matahari dan tungku bahan bakar

tongkol jagung/kayu dapat mengeringkan biji jagung dan gandum di Balitsereal

pada musim hujan dengan suhu pengering pada pukul 08:00-16:00 berkisar

antara 30-45ºC, kemudian menurun sampai 25ºC pada pukul 17:00. Suhu udara

pada kotak pengering yang diamati pada panel kolektor panas bagian atap

bangunan pengering dan saluran udara pemanas masing-masing 30ºC dan

55ºC. Kelembaban nisbi udara (RH) yang tercatat selama pengamatan berkisar

antara 80-100% dengan suhu lingkungan (ambient) 21-35ºC. Suhu maksimum

pada kotak pengering cocok untuk pengeringan benih, dengan kisaran suhu

40-45ºC.

Proses pengeringan secara manual atau menggunakan peralatan mekanis

dapat menciptakan kondisi kesetimbangan kadar air biji atau equilibrium

moisture content. Kadar air keseimbangan biji gandum dipengaruhi oleh suhu

dan kelembaban relatif udara di sekitar tempat pengeringan. Biji gandum

melakukan respirasi dengan menyerap air dari lingkungan. Biji akan terus

menyerap air sampai mencapai titik keseimbangan dengan lingkungan. 

menunjukkan nilai kadar air keseimbangan biji gandum pada berbagai suhu

dan kelembaban. Sebagai contoh, biji gandum akan mencapai kadar air

keseimbangan 14,8% apabila dikeringkan pada suhu udara 21,1oC dan

kelembaban relatif 80%.

PENYIMPANAN

Penyimpanan gandum merupakan rangkaian tahapan proses pascapanen yang

bertujuan untuk mempertahankan jumlah dan mutu biji sampai menunggu

proses selanjutnya. Penyimpanan umumnya dilakukan setelah biji dikeringkan

sampai menunggu proses pengangkutan/penjualan. FAO (1999) menyatakan

bahwa biji gandum dengan kadar air 14% tahan disimpan hingga 2-3 bulan.
Untuk penyimpanan yang lebih lama, kadar air biji gandum harus diturunkan

pada level 13% atau dibawahnya.

Kerusakan biji/tepung gandum selama penyimpanan disebabkan oleh

faktor fisik (suhu, kelembaban), biologi (mikroflora, vertebrata) dan teknis

(kondisi gudang penyimpanan, metode serta lama waktu penyimpanan).

Kondisi yang mendukung perkembangan hama adalah pada suhu sekitar 30o

C

dengan kelembaban udara berkisar antara 40-80%. Pada suhu diatas 40o

C

sebagian besar hama yang menyerang biji atau tepung akan mati. Dalam

implementasinya, kadar air awal biji dan bahan kemasan merupakan kombinasi

yang baik untuk mempertahankan kualitas biji selama penyimpanan.

Penyimpanan gandum di petani umumnya menggunakan fasilitas

sederhana, misalnya gudang berdinding kayu atau bambu, ruang sekat

berukuran kecil, drum dan lain lain. Kehilangan hasil dengan cara penyimpanan

ini  mencapai 4%  sifat 

biji gandum yang berkaitan erat dengan penyimpanan adalah kadar air, aktivitas

respirasi biji yang menghasilkan panas, uap air dan CO2

, densitas serta sifat fisik

biji yang melakukan perpindahan panas secara konduksi.

 bahwa gudang tempat penyimpanan benih

berbeda dengan gudang penyimpanan biji. Gudang untuk penyimpanan benih,

selain memenuhi syarat sebagai tempat penyimpanan, suhu dan kelembaban

dalam gudang harus dapat diatur agar dapat mempertahankan kualitas dan

daya simpan benih, terutama di daerah tropis yang mempunyai suhu dan

kelembaban yang tinggi sepanjang tahun.
Penyimpanan benih gandum dengan periode simpan 0-6 bulan cenderung

meningkatkan kadar air biji dan penurunan daya berkecambah benih 

Varietas Dewata yang disimpan selama 6 bulan mengalami peningkatan kadar

air dari 9,46% pada awal penyimpanan menjadi 10,40% setelah 6 bulan

penyimpanan. Daya kecambah benih juga mengalami penurunan dari 84%

menjadi 66%.

Selama penyimpanan, biji gandum peka terhadap infestasi hama

pascapanen. Hama S. zeamais merupakan hama gudang utama pada

komoditas serealia. Tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini dapat

mencapai diatas 30%. Faktor yang mempercepat perkembangan kumbang

bubuk ini  adalah tingginya kadar air awal penyimpanan, suhu, kelembaban

udara, dan rendahnya mutu biji  S. zeamais umumnya menyerang

malai menjelang panen di lapangan dan tempat penyimpanan. Seekor serangga

betina dapat meletakkan telur sebanyak 300-500 butir dalam waktu 4-5 bulan

dan dalam waktu satu tahun terjadi 5-7 generasi 
melaporkan bahwa selain S. zeamais, serangga Cryptolestus

fussilus, Tribolium comfusum, T. castaneum, Rhyzoperta dominica, Corcyra

chevalonica, dan Sitotroga cerealella juga menyerang biji sorgum dalam

penyimpanan.

Untuk mencegah kerusakan biji yang disimpan diperlukan monitoring yang

intensif terhadap kondisi ruang penyimpanan dan biji/tepung gandum yang

disimpan. Pengamatan terhadap ruang penyimpanan meliputi kondisi aerasi

dan peralatan pendingin. Pengamatan juga diperlukan terhadap hama yang

muncul dalam gudang penyimpanan. Secara berkala diperlukan fumigasi

terhadap biji/tepung yang disimpan. Pengamatan juga harus dilakukan terhadap

kualitas biji/tepung secara rutin untuk mengtetahui perubahan sifat fisik dan

fungsional selama penyimpanan.
PENGGILINGAN DAN PENEPUNG

Proses produksi tepung terigu yang berkualitas dengan penampilan warna yang

menarik memerlukan proses pascapanen yang penting, yaitu penggilingan biji.

Penggilingan biji merupakan proses pengecilan ukuran biji gandum menjadi

bagian yang lebih halus. Penggilingan bertujuan untuk menghilangkan lapisan

aleuron pada biji. Lapisan aleuron meliputi 6-9% dari biji dan umumnya

mengandung protein dan serat yang tinggi 

Seperti halnya padi, gandum yang telah dirontok masih menyisakan lapisan

kulit pada bagian luarnya yang harus di buang, atau proses debranning. Proses

penggilingan mencakup penghapusan lapisan endosperm dari kulit luar, dedak.

 bahwa sebanyak 80% residu pestisida

terdapat pada kulit luar biji gandum. Proses debranning dengan menghilangkan

sekitar 4% lapisan kulit terluar biji mampu menekan kontaminasi mikroba sampai

87% dibanding biji yang tidak digiling/sosoh.

mengklasifikan metode pengupasan kulit terluar biji

gandum atau debranning menjadi dua, yaitu metode peeling (menggunakan

prinsip friction/memecah) dan pearling (pengupasan kulit dengan menggunakan

metode abrasif). Proses peeling menggunakan mesin/peeler yang dilengkapi rotor

dengan arah yang berlawanan. Interaksi rotor dengan biji pada arah yang saling

berlawanan memungkinkan pelepasan lapisan peripheral (pericarp) dari biji.

Sementara itu proses pearling menggunakan metode yang berbeda, yaitu dengan

prinsip penggerusan/abrasif dan tekanan udara digunakan untuk melepaskan

lapisan peripheral , Tingkat pelepasan lapisan kulit luar

biji dapat diatur dengan mengatur jarak antara batu abrasif dengan screen.

Pelepasan 4% kulit luar dengan metode pearling akan menurunkan kontmainasi

mikroba sampai 90%  ,

Sebelum digiling dengan metode peeling maupun pearling, biji memerlukan

proses conditioning selama beberapa waktu, biasanya melalui perendaman biji

selama 12-36 jam. Hal ini memungkinkan penetrasi air hanya pada bagian terluar

dan diikuti oleh pelepasan lapisan aleuron. Perlakuan conditioning

memungkinkan bran menjadi kompak dan biji tidak mudah rusak pada saat

digiling. Hal ini berbeda dengan cara konvensional, dimana lapisan seed coating

dan aleuron dihilangkan sekaligus dalam bentuk bran Salah satu keuntungan debranning adalah dapat memperbaiki tampilan

dan kualitas biji gandum.

Proses selanjutnya adalah penepungan endosperma yang telah melalui

proses debranning. Penepungan memungkinkan diperolehnya hasil ekstraksi

yang tinggi dengan kualitas tepung yang baik. Proses ukuran reduksi dilakukan

dimana endosperma yang sudah dihancurkan diperkecil lagi menjadi tepung

terigu, untuk selanjutnya diayak untuk dipisahkan antartepung dengan kotoran

yang terikut pada saat proses penepungan. Proses penepungan yang baik

umumnya menghasilkan 74-84% tepung terigu sedangkan bran dan pollard

berkisar antara 20-26%
Tepung terigu yang dihasilkan secara umum dibagi menjadi tiga kategori,

yaitu (1) tepung berprotein tinggi (bread flour), yaitu tepung terigu yang

mengandung kadar protein 11%-13%, digunakan sebagai bahan pembuat roti,

mi, pasta, dan donat; (2) tepung berprotein sedang/serbaguna (all purpose

flour) yaitu tepung terigu yang mengandung protein 8-10%, digunakan sebagai

bahan pembuat cake; dan (3) tepung berprotein rendah (pastry flour) yang

mengandung protein 6-8%, umumnya digunakan untuk kue yang renyah, seperti

biskuit atau kulit gorengan atau keripik.