Tampilkan postingan dengan label hewan terlatih. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hewan terlatih. Tampilkan semua postingan

Selasa, 30 April 2024

hewan terlatih







 

Anjing diketahui sebagai he-

wan yang setia dan jujur yang mem 

punyai kemampuan indera pen-

dengaran dan penciuman yang 

sangat tajam. Sebagai hewan so-

sial yang hidup berdampingan de-

ngan manusia, anjing memiliki  

perilaku seperti halnya manusia ju-

ga. Kedekatan pola perilaku anjing 

dengan manusia menjadikan anjing 

dapat dilatih, diajak bermain, ting-

gal bersama manusia, dan diajak 

bersosialiasi dengan manusia atau 

anjing yang lain. Anjing memiliki po-

sisi unik dalam hubungan antar 

spesies. Kesetiaan dan pengabdian 

yang ditunjukkan anjing sangat mi-

rip dengan konsep manusia tentang  

persahabatan.  

Namun sebagai hewan yang 

sangat dekat dengan manusia saat 

ini kedudukan anjing sebagai saha-

bat manusia hanya dapat diterima 

kalangan terbatas saja, sedangkan 

sebagian warga  lainnya meng 

-anggap anjing yaitu  binatang 

yang tidak berguna dan layak untuk 

dibasmi keberadaannya, misalnya 

dikalangan warga  negara kita  

yang mayoritas muslim, keberada-

an anjing dianggap sebagai najis 

yang harus dijauhkan dari lingkung-

an, meskipun  di dalam  ajaran Al-

Qur‟an keberadaan anjing  diakui di 

dalam surah Al-Kahfi ayat  10-26. 

Di negara kita  anjing dipan-

dang dengan sebelah mata, kebera 

-daan anjing di sekitar lingkungan 

kadangkala dianggap mengotori 

lingkungan karena anjing dianggap 

sebagai binatang haram, pandang-

an ini tentu saja tidak benar dan 

sangat merendahkan ciptaan Tu-

han. Tuhan menciptakan segala 

sesuatu di muka bumi ini dengan 

maksud dan manfaatnya sendiri-

sendiri, kemudian manusia harus 

belajar memahaminya melalui per-

sahabatan antarspesies 

Melalui persahabatan antar 

spesies manusia dapat memahami 

tentang sifat kesetiaan seekor an-

jing dalam melindungi tuannya 

dalam segala situasi, dan melalui 

hubungan ini manusia juga banyak 

mendapat manfaat dari hewan cip-

taan Tuhan ini. 

Penulis pada beberapa tahun 

yang lalu pernah menjadi anggota 

di IGSC (negara kita n German She-

pherd Club) Medan. Persahabatan 

di dalam kelompok ini dijalin atas 

dasar kegemaran terhadap pemeli-

haraan anjing Gembala Jerman, 

selanjutnya melalui diskusi-diskusi 

panjang pada saat pertemuan, ang-

gota saling bertukar pikiran dan  

mendapatkan pencerahan tentang 

persahabatan manusia dengan he-

wan. Di negara kita  anjing dipandang 

dengan sebelah mata, keberadaan 

anjing di sekitar lingkungan kadang 

kala dianggap mengotori lingkung-

an karena anjing dianggap sebagai 

binatang haram. Melalui kelompok 

IGSC ini banyak dibahas cara pe-

meliharaan, merawat dan melatih 

anjing untuk berbagai keperluan, 

disamping itu juga banyak dibahas 

tentang pendapat-pendapat yang 

menyudutkan posisi anjing dalam 

kehidupan manusia dan cara men-

cari solusi untuk mencapai pen-

cerahan. 

sesudah  mengadakan bebera-

pa kali observasi tentang hubungan 

antarspesies, dalam hal ini manusia 

dengan anjing, manusia dapat  me-

mahami kesetiaan anjing.  Berda-

sarkan pengalaman ini pula  penu-

lis merasakan bahwa  hubungan 

timbal balik ini sangat menarik 

untuk diangkat ke dalam sebuah 

judul penciptaan karya  patung ber-

judul: Hubungan Antarspesies: 

Visualisasi Anjing Setia Dalam 

Seni Patung. 

Untuk memahami dan mera-

sakan kesetiaan seekor anjing, 

seseorang haruslah bersahabat 

dan memiliki  pengalaman  men-

dalam dalam berinteraksi  dengan 

anjing itu sendiri, namun  bersaha-

bat dengan seekor anjing  tidaklah 

berjalan dengan mulus semulus se-

seorang bersahabat dengan manu-

sia lainnya, banyak kendala yang 

dialami dalam  persahabatan ini, mi 

-salnya, kendala fatwa haram, najis 

dan kotor yang melekat pada tubuh 

seekor anjing, juga pandangan  ten 

-tang penyakit rabies serta ke-

buasaan seekor anjing yang dapat 

menyerang seseorang merupakan 

hal yang tidak dapat dipandang 

sebelah mata. Namun dengan lan-

dasan kecintaan akan hubungan 

antarspesies serta memahami ke-

beradaan ciptaan Tuhan maka se-

gala kendala dalam persahabatan 

ini dapat diminimalisir. Beberapa 

pandangan tentang hubungan ma-

nusia dengan anjing dapat dilihat di 

sini: 

 

a. Hubungan manusia dengan 

binatang dalam Islam 

Islam yaitu  ajaran yang me-

nebarkan kasih sayang dan rahmat 

kepada seluruh alam semesta. Ti-

dak hanya membatasi kasih sayang 

hanya kepada sesama manusia sa-

ja, namun makhluk lain juga harus 

mendapatkan imbas rahmaniyah 

dari ajaran Islam ini. Hal ini 

disebabkan karena Allah telah 

menciptakan kehidupan binatang 

bersinggungan dengan kehidupan 

manusia, bahkan mempermudah 

kehidupan manusia. 

 

Allah telah berfirman: 

“Dan binatang ternak telah dicip-

tkan-Nya untuk kalian, padanya ada 

(bulu) yang menghangatkan dan 

berbagai manfaat, serta sebagian-

nya kalian makan. Dan kalian 

memperoleh keindahan padanya, 

ketika kalian membawanya kembali 

ke kandang dan ketika kalian 

melepaskannya. Dan ia mengang-

kut beban-beban kalian ke suatu 

negeri yang kalian tidak sanggup 

mencapainya, kecuali dengan su-

sah payah. Sungguh, Rabb kalian 

benar-benar Maha Pengasih dan 

Penyayang. Dan (Dia telah men-

ciptakan) kuda, baghal dan keledai 

untuk kalian tunggangi dan sebagai 

perhiasan. Allah menciptakan apa 

yang tidak kalian ketahui”. (An Nahl 

[16]: 5-8). 

 

Dalam Hadis Abu Hurairah:  

“Nabi saw. Bersabda, “Suatu saat 

ada seseorang berjalan, ia merasa 

sangat haus, lalu ia turun ke sebuah 

sumur untuk minum daripadanya, 

kemudian ia keluar (dari sumur), 

tiba-tiba ada seekor anjing yang 

sedang menjilat-jilat tanah karena 

sangat haus, maka ia berkata, “ 

Binatang ini telah merasa haus 

sebagaimana yang saya rasakan.” 

Kemudian ia turun kembali ke 

dalam sumur dan mengisi sepatuya 

dengan air lalu digigitnya dengan 

mulutnya dan dibawanya naik ke 

atas sumur, lalu member minum 

pada anjing itu. Maka Allah memuji 

perbuatannya itu dan mengampuni 

dosanya.” Para sahabat bertanya, 

Wahai Rasulullah, apakah kami 

akan mendapatkan pahala dalam 

menolong binatang?” Beliau menja-

wab, “Dalam (menolong) setiap jiwa 

yang hidup itu ada pahalanya.”  

Jelaslah, dari surat dan hadis 

di atas dinyatakan bahwa  Islam 

amat memuliakan binatang. Meme-

nuhi kebutuhan binatang dihitung 

sebagai sebuah shadaqah, seperti 

juga  memberi kepada man usia.  

Dalam sejarah peradaban Is-

lam sendiri, hubungan harmonis 

antara manusia dengan binatang 

terjalin dengan baik, sebagai con-

toh yaitu  eratnya hubungan anta-

ra Ashabul Kahfi dengan anjing me-

reka.  

 

Islam menjauhkan pemeluk-

nya dari perbuatan zalim terhadap 

binatang, Hadis Ibnu „Umar ra. Dari 

Sa‟ad bin Jubair di mana ia 

berkata:  

 

“Saya berada di sisi Ibnu „Umar, 

maka mereka melewati segolongan 

pemuda atau beberapa orang yang 

memasang seekor ayam betina 

untuk dijadikan sasaran memanah, 

maka ketika melihat Ibnu „Umar 

berkata “Siapa yang berbuat seperti 

ini? Sesungguhnya Nabi saw. 

Mengutuk orang yang berbuat 

begini.” 

 

Dari beberapa hadis di atas 

dapat diambil kesimpulan bahwa 

hubungan antara manusia dengan 

binatang sebenarnya telah diatur 

Islam, keberadaan anjing sebenar-

nya tidak dilarang jika keberadaan-

nya untuk menjaga diri dari bahaya 

yang akan mengancam, misalnya 

kekayaan dan rumah. Namun, ha-

rus berhati-hati terhadap najisnya. 

Agama mengajarkan kebaikan dan 

kelembutan pada hati umatnya, ba-

ik pada sesama manusia, maupun 

pada hewan, dengan demikian ma-

nusia sebagai makhluk yang sem-

purna wajib faham dan mengerti ta-

tacara mencurahkan rasa kasih 

sayang antarsesama makhluk cip-

taaNya. 

 

b. Tinjauan tentang anjing 

Banyak binatang peliharaan 

yang hidup di sekitar manusia, di 

antaranya burung, ayam, anjing, 

kambing, dan sapi. Binatang ini ada 

yang jinak dan ada yang liar. Anjing 

yaitu  salah satunya. Anjing ada-

kalanya bersifat baik dan bersaha-

bat, namun ada juga yang galak 

dan bertubuh besar sehingga me-

nakutkan orang yang melihatnya. 

Anjing yang jinak sangat disukai, 

karena dapat bersahabat dengan 

tuannya dan lingkungan, anjing 

yang manis dan perangai penurut 

membuat orang senang melihat 

keindahannya.  

Hal ini tergantung pada tingkat 

kemampuan tuannya dalam melatih 

peliharaannya. Sebagai binatang 

peliharaan,   yang sudah berada di 

de-kat manusia sejak berabad-

abad yang lalu, anjing termasuk  

kerabat Canidae yang bersifat 

Carnivora. Berbagai teori  sejarah 

anjing digali dan dikembangkan 

para peneliti untuk mengungkap 

asal usulnya.  (Budiana, 2002: 4) 

Pada masa lalu anjing dikenal 

sebagai bahan makanan manusia. 

Anjing diburu dan kemudian di-

ternakkan, namun lama kelamaan 

manusia belajar dari sifat baik dari 

peliharaannya ini. Selanjutnya an-

jing tidak lagi  dijadikan sebagai ba-

han pangan, tetapi diajak sebagai 

teman berburu dan sebagai penja-

ga lingkungan mereka dari se-

rangan binatang buas pada saat ini 

manusia sudah mulai memahami 

bahwa anjing merupakan binatang 

yang setia. 

 

c. Dog Art 

Seni menggambarkan bina-

tang dalam kehidupan manusia su-

dah dimulai sejak jaman purba, 

temuan lukisan di dinding-dinding 

gua menunjukkan adanya hasrat 

manusia purba untuk merasakan se 

suatu kekuatan yang melebihi ke-

kuatan dirinya. Lukisan-lukisan di-

buat dalam bentuk cerita upacara 

penghormatan nenek moyang, upa-

cara perkawinan, kesuburan, me-

minta hujan, berburu dan sebagai-

nya. Selanjutnya pada masa orang 

purba sudah mulai bercocok tanam, 

mereka muali tinggal di huma-huma 

di tepian hutan, sesudah  hutannya 

mulai tidak subur mereka mulai 

berpindah dalam kelompok kecil 

mencari penghidupan baru di hutan 

lain. Pada masa bercocok tanam 

dan beternak ini manusia purba 

mulai bersosialisasi dengan hewan, 

ada kalanya hewan digunakan se-

bagai sarana untuk berburu. Lu-

kisan-lukisan pada gua-gua yang 

menggambarkan binatang buruan 

merupakan sebuah ritual keperca-

yaan untuk menambah kekuatan 

dalam keberhasilan berburu bahan 

pangan, sebagai contoh yaitu  ha-

sil penelitian Dr Josep Roder dalam 

Claire Holt: 

  

“Bahkan saat ini ada beberapa 

situs di mana sesaji, termasuk 

tulang-tulang ikan dibawa ke 

patung-patung matutua dari kayu 

untuk memperkuat agar “binatang 

tidak berkurang” Nenek moyang 

yang jauh dari penduduk 

sekarang, pasti tergantung pada 

penangkapan ikan untuk hidup- 

nya. Dengan demikian ikan dan 

perahu serta elemen-elemen ma-

tahari, bulan, laut, serta angin-

yaitu  sangat penting dalam 

kesadaran manusia, yaitu sumber 

dari kehidupan serta kesuburan”. 

Tradisi menggambarkan he-

wan seperti ini secara tidak disadari 

menjadi akar kreativitas manusia 

modern, karena pada dasarnya 

kreativitas itu telah dimulai sejak 

jaman purba.  

Dewasa ini penggambaran he 

-wan oleh manusia pada umumnya 

untuk sebuah alasan eksotisme 

binatang, hal ini mungkin karena 

karena Si Seniman yaitu  salah 

seorang pecinta binatang. Dari be-

berapa alasan yang ditemui, 

sebenarnya tujuan utama manusia 

modern menciptakan karya berso-

sok binatang masih tetap seperti 

yang dialami manusia purba, yaitu 

untuk membangun spirit atau 

kekuatan dari jenis binatang yang 

disayanginya dalam bentuk yang 

lebih modern, salah satu contoh 

yaitu  Dog Art 

Dog Art yaitu  seni yang me-

lulu menggambarkan tentang an-

jing. Seorang seniman yang ber-

karya pada „warna‟ Dog Art umum-

nya yaitu  pecinta anjing. Untuk 

menggambarkan subjek anjing ini, 

seseorang haruslah mengenali an-

jing secara mendalam, sehingga ia 

dapat memahami, anatomi, pro-

porsi, kebiasaan, jenis, postur dan 

sebagainya tentang anjing yang 

menjadi objek gambarnya. 

Berbicara tentang eksotisme 

binatang, manusia selalu terpukau 

pada pengabdian dan kesetiaan bi-

natang yang dipikirkannya, selanjut 

-nya manusia mengabadikannya da 

-lam bentuk karya seni, hal ini juga 

terjadi pada seniman Dog Art. 

Dalam lukisan atau patung, 

anjing biasanya berperan sebagai 

aksesori, atau simbol status, na-

mun dari semua itu, anjing yaitu  

simbol kesetiaan dan pengabdian 

sepanjang masa. 

Seniman yang selalu meng-

gambarkan anjing dalam berkarya, 

mereka biasanya dikelompokkan 

dalam seniman Dog Art. Karya me-

reka dapat dilihat dalam bentuk 

patung, lukisan, kriya, fotografi, film 

dan sebagainya. 

Kaitan dog art dengan proyek 

penciptaan ini yaitu  untuk mereali 

-sasikan sebuah ide dalam menge-

nalkan dan mengakrabkan hubung-

an manusia dengan anjing. Pencip-

taan ini bukan hanya untuk menga-

gumi eksotisme anjing saja, akan 

tetapi juga untuk dapat mengambil 

pelajaran yang dapat disimak dari 

kehidupan seekor anjing, misalnya, 

ketajaman insting, kesabaran, ke-

ikhlasan, dan kesetiaan. 

 

 

B. Rumusan Masalah Penciptaan 

Manusia di dalam kehidup-

annya akan selalu berhubungan 

dengan hewan, baik hewan pe-

liharaan yang berfungsi sebagai 

hewan kesayangan, atau hewan 

yang dikaryakan dalam kehidupan-

nya sehari hari. Hubungan ini me-

warnai kehidupan manusia dan he-

wan dengan rasa persahabatan 

dan penuh kasih. 

Dalam rencana penciptaan ini 

dirumuskan masalah penciptaan se 

bagai berikut: 

 

1. Bagaimana merealisasikan 

bentuk anjing setia dalam 

bentuk patung tiga dimensi 

2. Bagaimana 

mengejawantahkan 

keprihatinan penulis tentang 

stereotipe anjing dan kecin-

taan penulis pada anjing se-

bagai makhluk yang setia 

melalui karya patung. 

3. Bagaimana mengolah ma-

terial, alat dan teknik secara 

kreatif dan tepat untuk me-

wujudkan karya patung yang 

unik dan berkarakteristik, 

bersumber dari hubungan tim 

bal balik manusia dan anjing 

sehingga dapat tampil me-

narik. 

 

C. METODE PENCIPTAAN 

Metode penciptaan karya di-

mulai dari mempelajari sejarah hu-

bungan manusia dengan anjing da-

lam kehidupan sehari-hari. Sejarah 

hubungan ini kemudian akan ber-

pengauh pada rasa estetik pencipta 

dalam membangun karya yang di-

inginkan. Beberapa data hubungan 

manusia dengan anjing yaitu : 

Persahabatan manusia deng-

an hewan yang telah terjalin sejak 

jaman purba dapat dilihat dari 

bentuk-bentuk totem yang dicipta-

kan manusia purba. Adapun totem 

ini dibuat sebagai bentuk penggam-

baran dari suatu persahabatan, 

partisipasi, dan saling menjadi ba-

gian antara manusia dan binatang. 

Dalam persahabatan itu manusia 

primitif percaya bahwa ia akan 

memperoleh kekuatan yang luar 

biasa.  

Dalam hal ini Van Baal me-

nyatakan dalam Sejarah dan Per-

tumbuhan Teori Antropologi Buda-

ya menyatakan: 

“Sementara itu suatu bentuk baru 

religi primitif, di samping animisme 

yaitu  totemisme, yaitu keperca-

yaan akan adanya hubungan gaib 

antara sekelompok orang, terka-

dang dengan seseorang dan 

segolongan binatang atau tanaman 

atau benda materi. Definisi itu  

tidak jauh beda dengan definisi 

totemisme. Menurut J.G. Frazer 

(1887), yaitu segolongan obyek 

materi, sangat sering binatang atau 

tanaman, yang oleh orang liar 

karena takhayul dipandang dengan 

rasa hormat, sebab percaya antara 

dirinya dengan segolongan benda-

benda itu  ada hubungan intim 

dan sangat khusus. Hubungan 

antara suatu klan dengan suatu 

jenis tanaman atau binatang disebut 

totemistis, karena anggota-anggota 

klan menyadari adanya relasi 

khusus dengan totem itu  dan 

menamakan diri menurut totemnya”. 

Malinowski, seorang antropo-

log dari aliran fungsional menyata-

kan dalam tulisannya:  

“Totemisme memberikan kesaksian 

“man’s selective interest in nature”. 

Memang demikianlah, demikianlah, 

bahwa jenis-jenis binatang tertentu 

(dan juga termasuk jenis-jenis 

tanaman) lebih menarik perhatian 

manusia daripada yang lain, mi-

salnya karena binatang itu mem-

punyai nilai istimewa bagi peme-

liharaan hidup manusia atau karena 

binatang itu membawa kepada ke-

percayaan, bahwa beberapa orang 

tertentu memiliki  kekuasaan ke-

kuasaan khusus atas jenis-jenis itu. 

Pada gilirannya kepercayaan ini 

menimbulkan perbuatan tertentu, 

“the most obvious being a pro-

hibition to kill and to eat; on the 

other hand it endows man with the 

supernatural faculty of contributing 

ritually to the abundance of the 

species”. Suatu contoh mengenai 

hal ini ialah totemisme Australia, di 

mana klan memiliki  kekuasaan 

gaib khusus terhadap totem dan 

penyelenggaraan ritual yang ber-

kaitan dengan itu”. 

 

Sementara itu antropolog sai-

ngan Malinowski, yaitu Radcliffe-

Brown memiliki pandangan yang 

lebih luas tentang totemisme, ia 

melihat hal ini sebagai bagian dari 

kelompok fenomena yang luas 

tentang hubungan manusia dengan 

spesies alam dalam mitos dan 

ritual. 

Berdasarkan beberapa  pen-

dapat di atas dapat disimpulkan 

bahwa hubungan manusia dengan 

binatang sudah dimulai pada kehi-

dupan warga  primitif, contoh 

yang lainnya yaitu , di Polinesia, 

Afrika, dan negara kita  binatang-

binatang tertentu secara tersendiri 

(kadal di Selandia Baru, buaya suci 

di Afrika, ikan belut atau harimau di 

negara kita ) menjadi objek pujaan 

dari suatu kelompok lokal, contoh-

nya yaitu  tempat ibadah Parma-

lim yang berbentuk gereja di Tanah 

Batak;  pada atap bangunan ini ter-

dapat lambang tiga ekor ayam. 

Lambang tiga ayam ini memiliki  

warna yang berbeda, yaitu hitam 

sebagai lambang keberanian, putih 

lambang kesucian dan, merah se-

bagai lambang kekuatan atau 

kekuasaan. Contoh lainnya lagi di 

Tanah Toraja, kerbau atau dalam 

bahasa setempat disebut Tedong 

atau Karembau, tidak dapat dipi-

sahkan dari kehidupan sehari-hari. 

Selain sebagai hewan untuk meme-

nuhi kebutuhan hidup sosial, ritual 

maupun kepercayaan tradisional, 

kerbau juga menjadi alat takaran 

status sosial. 

Perilaku bersahabat dengan 

binatang ini terus berkembang hi-

ngga sekarang dan, dalam kehi-

dupan sehari-hari warga  mo-

dern saat ini dapat ditemui contoh 

persahabatan manusia dengan 

binatang kesayangan tertentu, se-

lanjutnya di antara mereka terben-

tuk komunitas pecinta binatang 

yang menyatukan mereka dalam 

sebuah perkumpulan cerdas penuh 

persahabatan.  

Salah satu hubungan manu-

sia dan binatang yaitu  persaha-

batannya dengan anjing. Pada 

warga  primitif, anjing atau se-

rigala ditokohkan sebagai simbol 

kekuatan, kesetiaan dalam keluar-

ga, dan kekerabatan dalam masya-

rakat. Banyak kisah dalam bentuk li 

san maupun tulisan yang diciptakan 

manusia untuk mengisahkan per-

sahabatannya dengan anjing. An-

jing pada mulanya merupakan 

serigala yang hidup berkelompok di 

dalam hutan. Sifat hidupnya yang 

berkelompok ini menjadikan anjing 

sebagai hewan yang mudah dilatih 

dibandingkan hewan lain. Sebagai 

anggota kelompok, anjing mempu-

nyai naluri untuk patuh. Sebagian 

besar anjing memang sering tidak 

perlu berurusan dengan tugas yang 

rumit-rumit, sehingga tidak perlu 

belajar hal-hal yang sulit seperti 

membuka pintu tanpa bantuan ma-

nusia. Anjing yang sudah dilatih 

sebagai anjing penuntun bagi tuna-

netra dapat mengenali berbagai 

macam keadaan bahaya dan cara 

menghindar dari keadaan itu . 

Dalam hal ini Sarjono menjelaskan: 

 

“Tuhan menciptakan semua mahluk 

berbeda, ada yang berakal dan 

tidak berakal ada yang sempurna 

dan tidak sempurna. Anjing 

mungkin tidak diciptakan sempurna, 

itulah mungkin kekurangannya, se 

dangkan manusia yaitu  mahkluk 

yang diciptakan oleh Tuhan se 

sempurna mungkin dan sebaik mu 

ngkin. Manusia tidak hanya memiliki 

akal budi, manusia juga memiliki 

akal-pikiran yang serba rasional. 

Dan dengan akal pikiran inilah ma 

nusia menanggapi naluri yang hidup 

dalam dirinya”. 

 Anjing sebagai hewan yang 

berada di bawah tatanan ciptaan 

Tuhan, tentu tidak memiliki kesem-

purnaan seperti kesempurnaan ma-

nusia, namun kekurangannya itu di-

imbangi dengan indera penciuman 

yang sangat tajam. Indera pencium 

-an yang tajam ini dapat dimanfa-

atkan untuk melindungi manusia 

dalam menangkal kejahatan atau 

untuk kepentingan lain. Ada be-

berapa sumber tertulis yang dapat 

menggambarkan hubungan manu-

sia dengan anjing. Namun kondisi 

persahabatan manusia dengan an-

jing tidaklah selamanya berjalan 

dengan mulus, kadang kala dalam 

persahabatan ini juga terjadi hubu-

ngan yang kurang harmonis, hal ini 

dapat dilihat dari beberapa literatur 

yang menuliskan kisah tentang 

perjalanan persahabatan anjing de-

ngan manusia pada masa silam. 

Beberapa diantaranya yaitu : 

 Para peneliti mencatat 

bahwa bukti arkeologis dan genetik 

menunjukkan hubungan anjing dan 

kucing dengan manusia sejak 

14.000 tahun yang lalu, hal ini se-

jalan dengan periode pertama pe-

mukiman manusia secara perma-

nen. Pada saat itu hubungan manu-

sia dengan anjing diperkirakan te-

lah akrab, karena anjing dapat di-

pekerjakan dalam menggiring ter-

nak, pengendalian tikus atau hama 

lainnya, serta perlindungan kelom-

pok dari serangan manusia lainnya, 

mereka berpikir bahwa ciri-ciri peri-

laku anjing dapat diandalkan untuk 

tugas-tugas terpilih ini 

Hubungan manusia dengan 

anjing dapat dilihat pada beberapa 

data berikut: 

 

1. Dawn E. Bastian dan Judy K. 

Mitchell di dalam bukunya Han 

book of Native American Mytho 

logy menuliskan bahwa di Gre-

enland pada masa silam ada 

sebuah kisah yang berjudul 

Dog Husband, kisah ini meng-

gambarkan keadaan seorang 

gadis yang dinikahkan orang-

tuanya dengan seekor anjing, 

kisahnya begini: 

“Ada seorang gadis yang menolak 

untuk menikah walaupun telah 

banyak yang melamarnya; karena, 

menurutnya tidak ada yang pantas 

untuk menjadi suaminya. Akhirnya 

sang ayah marah dan berkata, 

"Kamu akan memiliki suami 

seekor anjing”. Akhirnya pada 

malam itu, datanglah seekor 

anjing dalam bentuk seorang pria 

dan tidur dengan gadis itu . 

Ketika gadis itu hamil, ayahnya 

mengantarkannya dengan sebuah 

perahu ke sebuah pulau di sekitar 

kediaman mereka, tanpa diketahui 

sang anjing ikut berenang di 

belakang mereka, dan ia tinggal 

bersama gadis itu sampai 

akhirnya mati karena dibunuh oleh 

ayah gadis itu”. 

 Tentu saja  tidak ada 

manusia bersuamikan anjing, 

namun untuk membaca dan me-

mahami kisah di atas seseorang 

harus memiliki  nalar dan akal 

yang sehat dalam memahami 

kisah di atas, menikah dengan 

anjing bukanlah menikah dalam 

arti yang sebenarnya, namun 

menikah di sini yaitu  berdam-

pingan atau memiliki  teman 

dalam mendampingi dan menja-

ga sang gadis dengan penuh 

kesetiaan, dalam hal ini Risley 

(2010: 39) mengulas bahwa me-

ngingat hewan  pendamping su-

dah dianggap sebagai anggota 

keluarga, maka mereka sudah  

termasuk di dalam salah satu 

sistem atau aturan dalam  ke-

luarga itu , dengan demi-

kian hewan pendamping  dan 

keluarga akan saling mempenga 

-ruhi satu sama lain di dalam 

tatanan keluarga itu .  Ke-

luarga yang berinteraksi  interak-

si dengan hewan  pendamping 

dapat saja tidur dengan hewan 

pendamping, dan  hewan pen-

damping dapat berbagi makanan 

dengan keluarga yang didam-

pinginya, bahkan keluarga dapat 

saja merayakan hari ulang tahun  

hewan pendamping dengan  pe-

nuh suka cita.   

2. Di negara kita , kisah anjing yang 

menikah dengan manusia dijum-

pai pada dongeng rakyat dari 

Jawa Barat yaitu kisah Sangku-

riang, seperti diceritakan kembali 

oleh Emha Yudhistira: 

“Bagaimanapun Dayang Sumbi 

merasa berat hati harus 

bersuamikan seekor anjing 

walaupun anjing itu jelmaan 

dewa. 

Hari-hari berlalu, Dayang Sumbi 

dikaruniai seorang bayi laki-laki 

yang tampan, Bayi itu diasuhnya 

dengan penuh kasih sayang. Ia 

diberi nama Sangkuriang. 

Tak terasa tujuh tahun berlalu. 

Sangkuriang sudah pandai ber-

buru binatang bersama si Tu-

mang. Sangkuriang tak pernah 

tahu kalau si Tumang yaitu  

ayahnya. Sebab Dayang Sumbi l

tidak pernah bercerita siapa se-

sungguhnya si Tumang itu”. 

Kisah di atas yaitu  kisah 

yang menggambarkan kedekat-

an hubungan manusia dengan 

hewan kesayangannya, namun 

sekali lagi manusia harus dapat 

jernih karena kisah itu  

membahas tentang kesetiaan 

seekor anjing dengan manusia 

yang didampinginya, bukan men 

-ceritakan manusia menikahi se-

ekor anjing. 

3. Pada cerita dongeng anak-anak 

Grimms‟ bersaudara menuliskan 

tentang persahabatan yang sa-

ling setia antara seekor anjing 

pada sahabatnya yang berwujud 

burung gereja, kisah persaha-

batan ini sebenarnya untuk 

membangun rasa kasih sayang 

anak-anak dengan sesamanya, 

maupun dengan hewan pelihara-

annya. Grimm’s Fairy Tales, me-

nuliskan, persahabatan itu dimu-

lai ketika sang anjing yang ber-

jalan dengan lemah lunglai ka-

rena kelaparan bertemu dengan 

seekor burung gereja dalam per-

jalanan mencari makanan. Bu-

rung gereja merasa iba dan ber-

usaha mencarikan makanan 

yang terbaik untuk anjing gem-

bala itu , namun sesudah  

sang anjing kekenyangan, maka 

anjingpun itu pun tertidur di 

tengah jalan raya, bahkan anjing 

itu mati akibat terlindas kereta 

kuda seorang petani anggur. 

Burung gereja sangat sedih ha-

tinya dan berusaha menuntut ke-

adilan pada petani anggur ter-

sebut, Cerita di atas mengajar-

kan tentang moral kesetiaka-

wanan, (Grimm, 1993: 39). Ada 

kemungkinan pada saat itu Ero-

pa sedang dalam masa masa 

sulit. 

Selama periode ini para  

elite yang biasanya memiliki an-

jing bersilsilah untuk kepenting-

an olahraga atau sebagai hewan 

peliharaan. Anjing ini sebagian 

besar mendapat makanan yang 

baik. Mereka merupakan simbol 

status tuannya dalam memamer-

kan kesejahteraan dan kekaya-

an. Sedangkan warga  mis-

kin memiliki anjing blasteran 

yang digunakan sebagai anjing 

penjaga atau anjing pekerja.  

  Pada awal abad ke-19 ada 

peraturan resmi untuk mengatur 

popolasi anjing liar, dengan de-

mikian jumlah anjing terlantar 

dapat dikendalikan, dan kejadian 

seperti kisah di atas tidak akan 

terjadi kembali. 

 Selanjutnya anjing yang me-

rupakan sahabat setia manusia 

ini kehidupannya dapat terken-

dali, manfaat dan kegunaannya 

dapat diperoleh dengan maksi-

mal. 

4. Hubungan timbal balik persa-

habatan manusia dan anjing ini 

kadangkala begitu eratnya se-

hingga manusia menjadi begitu 

terkesan atas jasa anjing yang 

dipeliharanya dan adakalanya 

manusia berusaha dengan ber-

susah payah membuat monu-

men bagi hewan kesayangannya 

itu .  Sebagai contoh ada-

lah patung Romulus dan Remus 

yang sedang menyusu pada 

seekor anjing serigala di Italia: 

Dalam mitologi Romawi kuno, 

dikisahkan tentang proses berdiri-

nya kota Roma, Richler menulis-

kan: 

“Menurut mitologi Romawi kuno, 

kota Roma didirikan oleh Ro-

mulus. Dahulu kala ada dua 

bersaudara kembar Remus dan 

Romulus.  

Awalnya Remus dan Romulus 

yaitu  anak dari Rhea yang 

diperkosa Dewa Perang Mars. 

Kemudian Remus dan Romulus 

dimasukkan ke dalam keranjang 

dan pasangan kembar ini 

diselamatkan oleh dewa sungai 

Tibeirus. Selanjutnya mereka 

diasuh oleh srigala betina. 

Kemudian mereka ditemukan oleh 

seorang penggembala dan me-

ngangkatnya menjadi anak. Dalam 

perjalanan hidupnya mereka me-

ngabdi kepada raja Numitor yang 

ternyata yaitu  kakek mereka 

sendiri. Mereka kemudian mem-

bantu sang kakek untuk merebut 

kembali tahta yang dikuasai Amu-

lius.  

Saat akan mendirikan sebuah ko-

ta, Romulus dan Remus berselisih 

dan kemudian berkelahi. Romulus 

kemudian membunuh Remus be-

serta bapak angkatnya si Peng-

gembala.  

Dan sesudah  kota itu berdiri Ro-

mulus menamainya dengan RO-

MA sesuai namanya. (Richler, 

1998: 36) 

 

5. Penggambaran persahabatan 

manusia dan anjing juga dilukis 

-kan seorang seniman Renai-

sans dari Belanda ia melukis-

kan suasana pergi berburu di 

musim dingin, di sini kelihatan 

sang pemburu berangkat ber-

buru diiringi oleh anjing-anjing-

 

"Hunters in the Snow," (1565), 

lukisan ini dapat dinikmati oleh 

berbagai tingkatan pengamat 

hanya dengan melihat dan 

menyerap totalitas dari hasil 

karyanya, selanjutnya mem-

biarkan mata dan pikiran 

menjangkau dari objek ke 

objek seperti, para pemburu, 

anjing-anjing mereka, pohon-

pohon serta rumah-rumah de 

sa yang tersebar di salju, 

kolam, lembah, terlihat jauh, 

dan burung-burung menggam-

barkan perspektif dari kejauh 

an.   Ketika kita berpikir ten 

tang visi dilakukan sang artis 

maka kita menemukan kein 

dahan terletak pada pola 

desain keseluruhannya, caha 

ya gelap terang yang kontras, 

kejelasan dari realita, peng-

gambaran yang puitis dan pe-

nuh  kedalaman menjadikan lu-

kisan ini seperti nyata. Para 

pemburu dan anjing mereka 

berwarna gelap di latar depan 

kontras dengan pohon-pohon 

yang indah, dalam hal estetika, 

dengan bukit bersalju di keting-

gian, rumah-rumah beratap 

salju berwarna putih, para pem 

buru berjalan menunduk meng 

gambarkan suasana magis, se 

nyap dan, dingin. .

6. Selanjutnya beberapa peneliti-

an menjelaskan tentang manfa-

at manusia bersahabat dengan 

hewan, diantaranya yaitu  tu-

lisan Huddart dan Naherniak 

(1996) dalam tulisan Anderson 

(2007) yang berjudul Who let 

the dog in? yang dikhususkan 

untuk pembelajaran bagi anak-

anak di dalam kelas,  menya-

takan bahwa selama  dekade 

belakangan ini, para peneliti 

yang bekerja di lingkungan 

pendidikan dan  terapi telah 

belajar tentang penyembuhan 

melalui hewan, menemukan 

bahwa merawat   harga diri, me 

-ngurangi kecemasan dan de-

presi,  meningkatkan keteram-

pilan sosial, dan membina ko-

munikasi verbal dan nonverbal. 

Kemudian guru, yang memiliki 

hewan sebagai bagian dari pe-

liharaan mereka, melaporkan 

bahwa hewan  membantu anak 

-anak dengan mengatasi rasa 

malu untuk menjadi percaya 

diri dan dapat mengeks-

presikan emosi dengan tepat.  

bahwa ada banyak man 

faat dari mengintegrasikan he 

wan ke dalam ruang kelas, khu 

susnya melalui terapi hewan. 

Hewan dapat meningkatkan se 

mangat belajar siswa dengan 

cara berikut: (a) memperoleh 

pengetahuan tentang hewan, 

(b) belajar perawatan hewan, 

(c) pelatihan hewan, (d) berla 

tih disiplin, (e) menggabungkan 

sikap kebaikan dan kasih sa 

yang, (f) belajar tentang peng 

asuhan, (g) berlatih loyalitas 

dan tanggung jawab, dan (h) 

mengalami ikatan manusia-he 

wan. 

 

sesudah  mengumpulkan ba-

nyak data tentang manfaat hu-

bungan manusia dengan hewan, 

maka manusia dapat memandang 

positif pada persahabatan manusia 

dengan anjing, karena melalui per 

sahabatan inilah manusia dapat me 

rasakan manfaat dan kesetiaan se-

ekor anjing yang selanjutnya men-

jadi konsep dalam penciptaan kar-

ya dalam tulisan ini. 

 

PROSES PERWUJUDAN 

Proses perwujudan karya se- 

ni selalu dihubungkan dengan pro-

ses kerja yang bersifat intuitif dan 

personal, kadangkala proses yang 

dilalui tidak runut dan tidak masuk 

akal, karena tahapan yang dilaku-

kan tidak dapat ditentukan dengan 

waktu yang tepat. Secara keselu-

ruhan proses penciptaan seni itu 

memiliki kemiripan dengan proses 

penciptaan untuk memperoleh ke-

benaran, yang terdiri dari tahapan 

merumuskan masalah, menganali-

sis, memverifikasi data dan men-

simpulkan semua tahapan itu  

agar dapat dilaksanakan dengan 

sistem metodologis.  

Setiap seniman dapat meng-

gunakan metode yang dianggap 

cocok dengan dirinya dalam proses 

penciptaan karya seninya. Metode 

itu  yaitu  tahapan-tahapan 

yang dipilih untuk dilalui dalam 

menyatukan pandangan dan nilai-

nilai yang harus dihadirkan di da-

lam karya ciptaannya. 

Graham Wallas dalam buku 

The Art of Thought (dalam Dje-

lantik, 2001: 64) menyatakan bah-

wa proses penciptaan karya seni 

terdiri dari: persiapan (preparation), 

inkubasi (incubation), inspirasi/ il-

ham (inspiration), elaborasi/ per-

luasan/ pemantapan (elaboration). 

Tahap-tahap ini terjadi tetapi tidak 

teratur urutan waktunya seperti 

halnya dalam pemikiran masalah 

ilmiah. Kadang kala tidak ada tahap 

pertama, atau tahap kedua meng-

ambil waktu yang lama sekali 

karena belum mendapat inspirasi 

(ilham). Ilham bisa datang kapan 

saja, bisa saja kesalahan mencoret 

kemudian mendapatkan ilham baru. 

Pada penjabaran di bagian 

Bab ini, kerangka pembicaraan di-

arahkan untuk lebih meyakinkan 

bahwa sebuah proses kerja intuitif 

yang selama ini dianggap tidak me-

todis sebenarnya juga merupakan 

kerja ilmiah. Secara garis besar, 

proses kreatif intuitif itu berbeda 

dengan dengan sebuah proses 

kerja metodis jika dan hanya jika 

dalam tahapan metode. Seorang 

seniman dihadapkan pada pilihan 

metode spontan (serta merta) atau 

terencana. Saat itu  yaitu  

tahapan pemilihan metode dalam 

rangka visualisasi ide. Kedua me-

tode itu  telah berada  di da-

lam wilayah operasional. Kedua ti-

pe itu  dapat bergerak atau di-

operasionalkan karena menyesuai-

kan instruksi dari perangkat yang 

lebih abstrak yaitu paradigma, pen-

dekatan, dan teori dalam keselu-

ruhan proses penciptaan yang ter-

alur logis. 

Menurut David Campbell: “Se 

orang seniman yang masuk 

dalam kategori seniman kreatif, 

biasanya mencapai ide, gagas 

an, pemecahan, penyelesaian, 

cara kerja, melalui beberapa 

tahap dengan urutan sebagai 

berikut: (1). Persiapan (Prepara 

tion) meletakkan dasar, mem 

pelajari latar belakang perkara, 

seluk-beluk dan problematika-

nya. (2). Konsentrasi (Concentra 

tion), sepenuhnya memikirkan, 

masuk luluh, terserap dalam 

perkara yang dihadapi. (3). 

Inkubasi (Incubation), mengam 

bil waktu santai, mencari ke 

giatan-kegiatan yang bisa me 

lepaskan diri dari kesibukan 

pikiran mengenai perkara yang 

sedang dihadapi. (4). Illuminasi 

(Illumination), pada tahap ini 

biasanya seniman mendapatkan 

ide gagasan, pemecahan,  pe-

nyelesaian, cara kerja, jawaban 

baru. (5). Verifikasi/Produksi (Ve 

rification/Production), 

menghadapi dan memecahkan  

masalah-masalah praktis sehu-

bungan dengan perwujudan ide, 

gagasan, pemecahan, penyele-

saian, cara kerja, jawaban baru, 

seperti menghubungi, meyakin-

kan dan mengajak orang, me-

nyusun rencana kerja, dan me-

laksanakannya”. 

Selanjutnya proses pencipta-

an dimulai dari tahap: 

 

A. Eksplorasi 

Tahap eksplorasi merupakan 

langkah awal dari proses pencipta 

an. Tahap ini memerlukan proses 

yang panjang karena tidak terjadi 

dalam waktu yang singkat, namun 

sangat menentukan karena berkait 

-an dengan langkah-langkah yang 

akan dilalui. Dalam proses meng-

kaji sumber penciptaan yang ber-

hubungan dengan subjek anjing, 

maka perlu diadakan penggalian 

dan pencarian sumber referensi 

yang berupa sumber tertulis mau-

pun yang visual. Pada tahap per-

tama ini, persiapan dimulai dengan 

meletakkan dasar pemikiran, ten-

tang alasan pentingnya mengang-

kat subjek anjing dalam penciptaan 

karya seni rupa yang akan digarap, 

selanjutnya kegiatan dilanjutkan 

dengan mempelajari latar belakang 

masalah dan problematikanya, me-

lakukan aktivitas penjelajahan me-

nggali sumber ide, mengadakan 

pengamatan dan pencermatan pa-

da sumber penciptaan, yang nanti-

nya menjadi sumber ide, dengan 

langkah identifikasi dan perumusan 

masalah. sesudah  dilakukan peng-

amatan terhadap materi objek, lang 

-kah berikutnya yaitu  pendataan 

terhadap objek yang dianggap pen-

ting dan berhubungan topik pencip-

taan. Dengan melakukan konsen-

trasi penuh, menyatu dengan objek 

penciptaan, menghadapi permasa-

lahan, serta mencari solusi peme-

cahan maka dilakukanlah berbagai 

tindakan dan pendekatan ilmiah. 

Penciptaan karya seni patung 

yang mengangkat topik Anjing se-

bagai Subjek Penciptaan Karya 

Seni Patung,  yaitu  suatu bentuk 

rasa prihatin pada sosok anjing 

yang pada dasarnya yaitu  hewan 

ciptaan Tuhan, namun keberada-

annya dipandang negatif bagi se-

bagian orang. Cara pandang yang 

salah ini tentu saja karena ku-

rangnya pengetahuan dasar ten-

tang anjing. Perlakuan yang tidak 

adil manusia terhadap anjing ini ka-

dangkala harus dibayarnya dengan 

nyawa. Untuk dapat menentukan 

langkah proses penciptaan lebih 

lanjut, maka diperlukan identifikasi 

data visual dan kemungkinan-ke-

mungkinan penerapannya dalam 

penciptaan. Identifikasi dalam pen-

ciptaan ini meliputi: 

 

1. Penelusuran Sumber 

Penciptaan 

Penelusuran yang berkaitan 

dengan problematika anjing dalam 

bentuk tema, asal usul, latar be-

lakang sejarah, visualisasi, serta 

kisah-kisah yang berkaitan dengan 

sifat kesetiaannya pada manusia. 

Penelusuran ini mencakup bentuk 

fisik dan kisah persahabatan anjing 

dengan manusia yang telah di-

tuliskan dalam data kesejarahan 

dan perkembangannya pada masa 

kini, transformasi bentuk teks ke 

dalam bentuk visual, penerapan ce-

rita dengan beragam media, serta 

esensi kisah kesetiaan anjing da-

lam persahabatannya dengan ma-

nusia. 

Penelusuran dilakukan me-

lalui data-data tertulis, baik koleksi 

pribadi dan perpustakaan, internet, 

maupun mengunjungi monumen-

monumen yang menggambarkan 

persahabatan manusia dengan an-

jing. Langkah ini dimulai dengan 

mempelajari sumber tertulis (pusta-

ka) dan sumber visual yang ber-

kaitan dengan kisah anjing. Data ini 

ada  pada perpustakaan pri-

badi, Perpustakaan EKF. Eger, 

Hungary, Universitas Gajah Mada 

dan ISI Yogyakarta. Langkah eks-

plorasi ini, selain mendapatkan da-

ta tertulis, juga data visual yang 

direkam dengan kamera maupun 

dengan membuat sketsa subjek 

anjing dalam berbagai gerakan 

yang kemudian akan diseleksi dan 

disesuaikan dengan topic pencip-

taan. 

2. Penelusuran Pengalaman 

Pribadi 

Sejak masa kanak-kanak, ke-

dekatan dengan dunia binatang 

sudah menjadi hal yang lumrah ba-

gi penulis. Hal ini menjadi sebuah 

dorongan kreatif bagi penulis dalam 

berolah seni. Dunia binatang juga 

kerap menjadi media yang ampuh 

bagi orangtua penulis dalam ber-

komunikasi dengan anak-anaknya, 

cara ini ditempuh untuk melatih 

kepekaan dan tanggungjawab bagi 

anggota keluarga. 

Pada masa balita anak-anak 

mengembangkan kemampuan kog-

nitifnya, di sini anak akan belajar 

focus pada karakter binatang dalam 

kehidupan dunia nyata. Selanjutnya 

ketertarikan pada dunia binatang 

menimbulkan keinginan untuk  ber-

interaksi dengan binatang. Pada 

masa ini penulis belajar tentang 

beberapa perbedaan dan  persama 

-an binatang dengan   waktu tidur, 

kesehatan dan kesetiaannya. 

Hal ini berhubungan erat de-

ngan prilaku seseorang, karena se-

makin dekat hubungan seseorang 

dengan binatang peliharaannya, 

maka semakin tinggi pula kemam-

puan kognitifnya, yang selanjutnya 

berdampak pula pada intelijensia-

nya. Selanjutnya pelajaran empati 

juga dimulai dengan cara memper-

lakukan hewan peliharaannya de-

ngan baik. Karakter orang yang be-

sar empatinya cenderung baik dan 

tidak kasar, hal ini dapat terjadi 

karena seseorang bisa mengukur 

seberapa besar kemampuannya 

sehingga tidak membuat orang lain 

terluka. Ia akan melakukan sesuatu 

dengan sangat hati-hati dan penuh 

perhitungan. 

Pengalaman utama yang di-

peroleh dalam memelihara anjing 

yaitu  terjalinnya persahabatan 

dengan penuh kesetiaan. Persaha-

batan mungkin berarti memiliki te-

man bekerja atau tugas tertentu, 

dalam hal ini anjing merupakan te-

man yang dapat dipercaya. Aspek 

luas dari persahabatan dengan an 

jing bagi penulis yaitu  kedekatan 

yang menimbulkan rasa nyaman 

dalam penjagaan. 

 

3. Pengumpulan dan Identifikasi 

Data 

Data tertulis yang diperoleh 

secara empirik, kepustakaan, inter-

net, maupun hasil olah pikir yang 

ada hubungannya dengan kesetia-

an anjing dikumpulkan sebagai 

bank data. Pengumpulan data vi-

sual anjing dilakukan dengan ban-

tuan kamera, mengunduh data an-

jing yang menjadi inspirasi tulisan 

ini. Data yang telah dikumpulkan 

selanjutnya akan dipilih sebagai 

penunjang proses penciptaan. 

Pada tahap akhir gerakan 

dan karakter anjing yang terpilih di 

pindahkan ke atas kertas dalam 

bentuk sketsa. Kegiatan terakhir 

meneruskannya selanjutnya dalam 

bentuk bentuk tiga dimensi dalam 

ukuran yang sebenarnya. 

Pada tahap proses pemben-

tukan penggunaan material menjadi 

suatu hal yang penting dalam 

penyelesaian patung. Material yang 

digunakan dalam perwujudan ini 

yaitu  Paper Clay yang berupa 

campuran bubur kertas, tanah liat 

dan lem putih yang diolah sede-

mikian rupa sehingga menjadi ba-

han yang solid dan mudah di-

bentuk. 

Teknik pengerjaan dengan 

bahan bubur kertas ini memiliki  

keunikan tersendiri, yaitu bahan 

yang ringan dan dapat diolah sen-

diri dengan formula yang disesuai-

kan dengan penggunaannya, mi-

salnya, bahan untuk dasar patung 

berlainan formulanya dengan ba-

han finishing yang memerlukan 

tekstur halus. 

Eksperimen media ini menjadi 

sebuah pengalaman berharga bagi 

seorang seniman. Pada eksperi-

men ini ditemukan formulasi dan 

teknik dalam mewujudkan karya 

sesuai dengan keinginan seniman, 

proses melatih kesabaran dan ke-

tekunan juga terjadi pada tahap ini, 

bubur kertas yang basah misalnya, 

bahan ini memerlukan waktu pe-

ngeringan selama sebulan agar da-

pat sampai pada proses finishing, 

tekstur permukaan patung yang 

kasar juga memerlukan perhatian 

tersendiri dalam penanganannya. 

Manfaat lain- yang diperoleh yaitu   

pengalaman mengenal bahan baku 

dan pengalaman pemanfaatannya  

pada perwujudan karya seni. Di  

samping itu bahan bubur kertas  

tersedia di mana saja, hal ini  sa-

ngat menguntungkan karena  tidak 

di setiap daerah tersedia bahan ba-

ku untuk menciptakan karya, na-

mun bahan bubur kertas dapat 

ditemukan di mana saja sehingga 

sangat membantu bagi seniman 

yang ingin dalam mengekspesikan 

pengalaman pribadinya di mana sa-

ja dan kapan saja. 

Proses perancangan selain 

berkaitan dengan tema, bentuk, 

dan teknik, perwujudannya perlu ju-

ga diperhatikan agar rancangan 

yang dikehendaki sesuai dengan 

kenyamanan saat dilihat, keaman-

an saat dipajang, dan unsur estetik 

yang menunjang nilai penyajian 

karya. Pada umumnya karya pa-

tung disajikan dengan mengguna-

kan penumpu sebagai alas patung 

agar letaknya lebih tinggi dari lantai 

dengan demikian pemirsa dapat me 

-nikmati penampilan karya dengan 

leluasa. 

Karya seni sebagai hasil dari 

kemampuan berolah rasa seorang 

seniman akan dianalisa dengan 

mengupas ide penciptaan, ide ben-

tuk, proses dan perwujudan karya-

nya, karena konsep penciptaan se-

ni bukan saja memikirkan tentang 

wujud akhir karya sebagai konsep 

teksnya, tetapi juga konsep konteks 

sebagai bentuk kesadaran tercip-

tanya karya. Selanjutnya seniman 

sebagai pencipta karya juga di-

tuntut untuk memiliki kemampuan 

sebagai seorang pengkaji, karena 

dasar seseorang dalam melahirkan 

karyanya yaitu  menciptakan kar-

ya yang baru dan bertolak dari 

sesuatu yang telah ada dalam 

wacana yang sedang berkembang. 

Dengan demikian manusia diposi-

sikan sebagai penerus budaya da-

lam perjalanan peradaban manu-

sia.  

Selanjutnya  dalam berkomu-

nikasi lewat karya ini, seniman 

akan dipengaruhi oleh faktor  ling-

kungan di sekitarnya. Segala  ma-

salah yang terjadi terkadang  ada-

lah karena ulah manusia, dan se-

benarnya permasalahan itu dapat 

diselesaikan oleh manusia itu  sen-

diri. Namun masih banyak manusia 

yang tidak ingin  memperbaikinya, 

namun justru memperburuk keada-

an. Di sinilah  seniman berperan 

sebagai mediator yang tujuannya 

yaitu    terpinggirkan atau bahkan 

terlupakan 

Dalam hal penciptaan karya 

Hubungan Antarspesies: Hubungan 

antarspesies: Visualisasi Anjing 

Setia Dalam Seni Patung, penulis  

ingin mengajak warga  untuk 

menoleh ke belakang atau meng-

ingat sejarah masa lalu yang sudah 

terlupakan. Ada kemungkinan  bah-

wa kemajuan teknologi menjadikan 

manusia merasa asyik dengan di-

rinya sendiri, sehingga tidak lagi 

memandang pada lingkungan mau-

pun kearifan budaya adiluhung 

yang mengajarkan kearifan budaya 

dalam hubungan antarspesies, 

tentu saja hal ini berdampak pada 

alam dan lingkungan, karena alam 

tidak dapat memperbaiki dirinya 

sendiri, kecuali karena ada campur-

tangan manusia. 

Karya-karya yang diciptakan 

ini mengajak manusia berpikir dan

merenungkan tentang apa yang su-

dah diingkari tentang ciptaan Tu-

han. Segala hal yang telah dirusak 

akan memberikan dampak kepada 

manusia, karena sebagaimana ma-

nusia, hewan-hewan dan tumbuhan 

juga ingin berkomunikasi satu sama 

lain dalam sebuah persahabatan 

yang tulus ikhlas untuk tujuan har-

monisasi di alam ini. 

Selanjutnya karya yang di-

tampilkan di sini tidak saja meng-

gambarkan rekaman kejadian yang 

ada, namun juga memiliki  nilai 

historik yang bila  ditinjau sudah 

terjadi jauh sebelum manusia 

modern lahir. Hasil perwujudan kar-

ya yang berkaitan dengan proyek 

penciptaan di atas dapat dilihat 

pada foto karya berikut ini: 

Deskripsi Karya: 

Karya patung yang berjudul 

Qithmir anjing berkalung sorban 

merupakan pengembangan dari kar 

ya selanjutnya, karya ini terinspirasi 

dari riwayat Ashabul Kahfi yang 

mengisahkan tentang seekor anjing 

yang mengikuti beberapa orang 

wali tinggal di dalam sebuah goa 

selama 309 tahun. 

Kisah Ashabul Kahfi yaitu  

cerita yang kebenarannya dibukti-

kan di dalam Al-Quran, manusia 

biasa tidak akan mencapai usia 

hingga ratusan tahun, Namun bagi 

orang yang beriman kepada Allah 

SWT dan meyakini bahwa tak ada 

yang tak mungkin jika Allah telah 

berkehendak, maka orang pema-

haman spiritual yang seperti ini 

akan menjadikan Ia semakin men-

dekatkan dirinya pada Sang pen-

cipta. 

Dalam cerita ini dikisahkan 

Qithmir sebagai seekor anjing yang 

tertidur selama 309 tahun. Di dalam 

riwayat Ashabul Kahfi diceritakan 

tentang beberapa orang pemuda 

yang berasal dari sebuah kota yang 

bernama Aphesus. Pemuda terse-

but bernama Tamlikha, Miksalmina, 

Mikhaslimina, Martelius, Casitius, 

Sidemius dan seekor anjing yang 

bernama Qithmir, mereka mencoba  

untuk menyelamatkan diri dari se-

orang raja dzalim bernama Di-

qyanus, sehingga mereka bersem-

bunyi di gua Kheram, di gunung 

Nagus. Allah menyelamatkan me-

reka dengan membuat mereka ter-

tidur selama 309 tahun. Dinilai oleh 

para mufassir ada  keterlibatan 

malaikat untuk membalikkan posisi 

tidur mereka, sehingga mereka 

masih sehat seperti sediakala ke-

tika terbangun 309 tahun kemu-

dian, di sini Qitmir digambarkan se-

bagai anjing yang berkalung sor-

ban. Atribut sorban yang tersampir 

di leher anjing ini melambangkan 

tentang kesetiaannya dalam men-

jaga orang saleh di dalam gua. Sor-

ban sendiri yaitu  kain yang 

dipakai di kepala pada warga  

Arab, pemakaiannya bukanlah wa-

jib, namun bersandar pada adat 

dan kebiasaan saja. Kisah Qithmir 

yang diduga berasal dari Yordania 

disesuaikan dengan pakaian ma-

syarakat pada masa itu, yaitu me-

makai sorban. Sorban ini juga se-

bagai gambaran kesolehan Qithmir 

yang dijanjikan Allah SWT sebagai 

anjing yang diijinkan masuk ke da-

lam surgaNya. 

Deskripsi karya: 

Kontradiksi yaitu  sebuah 

keadaan yang menggambarkan ke-

adaan keberadaan anjing sebagai 

sahabat dan sebagai binatang pe-

liharaan, namun di sisi lain anjing 

juga yaitu  binatang buas sesuai 

dengan keadaannya yang bertaring 

dan berkuku tajam, di satu sisi lagi 

anjing memiliki  sifat setia, 

kebuasannya yaitu  sebagai sifat 

ingin melindungi diri bawaan yang 

sudah melekat pada dirinya sejak 

dia dilahirkan. Bentuk anjing yang 

bertaring dengan gerakan yang 

siap melompat yaitu  bentuk ke-

siap siagaan dia untuk melindungi 

diri dan kelompoknya, dalam hal ini 

sifatnya disebut sebagai sifat alpha 

atau sifat memimpin kelompoknya 

dan siap melindungi kelompoknya. 

Kelompoknya di sini bukan saja 

sebagai sesama anjing, tetapi juga 

dapat berupa spesies lain, misalnya 

manusia sebagai tuannya. Di sini 

sifat pelindung dan setia akan ter-

lihat, dia akan siap mengorbankan 

jiwa dan raganya demi kelompok-

nya. 

Hal ini diharapkan dapat me-

jadi inspirasi bagi manusia di se-

kelilingnya agar dapat mengambil 

hikmah dan menghargai kesetiaan 

binatang ini dan selanjutnya me-

nerapkannya pada diri sendiri untuk 

membangun suatu hubungan yang 

harmonis saling menghargai antar 

manusia dan antarspesies. 

 

Anjing yaitu  binatang cer-

das yang selalu siap membantu 

manusia, dalam hal ini majikannya. 

Anjing memiliki banyak sekali ke-

ahlian yang bisa pergunakan untuk 

memudahkan kegiatan manusia se-

hari-hari. Misalnya anjing sebagai 

penjaga. 

Anjing penjaga mampu men-

jaga harta benda yang dititipkan 

kepadanya. Anjing dengan sigap 

dan cekatan akan mengeluarkan 

semua kemampuannya dalam me-

laksanakan perintah pemiliknya. Di 

beberapa tempat di negara kita , an-

jing penjaga diharuskan menjaga 

rumah pemiliknya dari kedatangan 

tamu yang tidak diundang. Anjing 

bertipe penjaga ini memiliki suara 

yang nyaring untuk mengonggong 

dengan keras, sehingga musuhnya 

pun takut. Selain itu anjing penjaga 

juga memiliki ukuran tubuh yang 

cukup besar dan kuat serta gigi 

geligi tajam, agar lawannya takut 

melihatnya.  

Anjing penjaga biasanya di-

tempatkan di depan rumah yang 

dijaganya. Pemilik menaruh kan-

dang berisi anjing penjaga agar 

terlihat oleh tamu dan orang yang 

berkeliaran di depan rumah ter-

sebut. Anjing ini sangat setia dan 

tak segan-segan mempertaruhkan 

nyawanya jika ia melihat sang ma-

jikannya terancam. 

Karya patung yang berjudul 

„Dengan segenap jiwa dan raga‟ ini 

menggambarkan anjing penjaga 

yang memiliki  karakter penjaga 

yang melekat pada figur anjing ter-

sebut. Anjing ini bersedia mengor-

bankan waktu dan hidupnya pada 

pemiliknya. Posisi anjing di sini 

berada pada strata pets, ia yaitu  

sahabat, bagian dari keluarga dan 

juga sebagai pelindung keluarga. 

Anjing ini memakai perhiasan 

yang merupakan simbol kesayang-

an dan dipercaya sebagai penjaga 

harta majikannya, tempat ia meng-

abdi dengan segenap jiwa dan 

raganya, kain batik yang menutupi 

tubuh figure anjing yaitu  merupa-

kan pakaian Tuannya, karena gam-

baran seorang pemilik anjing akan 

tercermin pada peliharaannya, pe-

nggunaan kain yang baik akan me-

nunjukkan tentang kebaikan. Anjing 

ini baik sebagai anjing penjaga, 

karena Ia memang dididik sebagai 

penjaga oleh tuannya yang baik.  

 

B. Sintesis 

Anjing sebagai makhluk yang 

memiliki perilaku unik dan lucu da-

pat dijadikan sebagai bahan peng-

kembangan pengajaran moral. Ma-

nusia telah diberikan kelebihan oleh 

Tuhan berupa akal pikiran. Dengan 

akal pikiran itulah manusia dapat 

belajar terus menerus sepanjang 

hayat. Jika akal pikiran itu tidak di-

gunakan, sama saja kita meng-

kufuri nikmat yang telah diberikan 

Tuhan. Belajar dari perilaku yang 

ditunjukkan oleh anjing, merupakan 

bukti bahwa kita sebagai mahluk 

ciptaan Tuhan dapat belajar dari 

ciptaanNya. 

Anjing mengajarkan kepada 

manusia nilai kesetiaan. Namun ka-

dangkala anjing juga menjadi se-

butan untuk menghardik orang ke-

tika sedang marah. Anjing tidak ber 

-salah, anjing justru mengajari kita 

untuk memiliki kesetiaan yang ting-

gi. Anjing juga sama dengan manu-

sia sama-sama mahkluk Tuhan.  

Kesetiaan yaitu  nilai moral 

yang harus dimiliki oleh setiap 

manusia. Apalagi manusia dewasa 

yang sudah memiliki pasangan 

hidup yang syah. Kesetiaan juga 

harus kita berikan kepada bangsa 

dan Negara. 

Pada akhirnya hasil akhir dari 

olah rasa dan kreativitas yang telah 

dilakukan dapat berguna sebagai 

terapi mental, sebagai perjalanan 

spiritual untuk mencari makna ke-

hidupan menjadi manusia dewasa 

yang berwawasan luas dan se-

kaligus sebagai media kritisi yang 

santun, karena hasil ciptaan ini ti-

dak untuk melawan atau dilawan 

siapapun, namun karya seni ini 

diharap memiliki  makna bagi 

kelangsungan keselarasan hubung-

an manusia dengan spesies lain. 

Saat hubungan persahabatan 

menjadi langka dan manusia men-

jadi semakin beringas terhadap se-

samanya, kisah-kisah persahabat-

an antara manusia dan anjing bisa 

menjadi refleksi yang baik.  

Kisah jalinan persahabatan 

purba antarspesies berbeda sejak 

ribuan tahun silam ini dapat me-

nunjukan kepada kita bahwa ada 

hal yang lebih penting dari “kepen-

tingan” itu sendiri, yaitu kesetiaan 

dan  hal ini mejadi dasar pencipta-

an karya yang selanjutnya melalui 

proses pencarian panjang telah 

sampai pada bentuk karya yang di-

kehendaki, yang akhirnya proses 

penciptaannya disimpulkan dengan 

beberapa temuan, antara lain yaitu: 

 

1. Temuan Material 

Teknik dan pemanfaatan bu-

bur kertas ini merupakan temuan 

baru bagi saya. Disini pemanfaatan 

bahan kertas daur ulang untuk  kar-

ya seni tiga dimensi diletakkan pa-

da posisi bahan utama. Temuan ini 

juga sangat membantu bila  di-

terapkan pada tempat-tempat atau 

lokasi di mana bahan berkarya seni 

sangat minim. Kertas koran bekas 

mudah ditemukan di mana saja, ke-

inginan untuk berkarya bisa datang 

di mana saja dan kapan saja, tentu 

saja bahan alternatif ini sangat me-

bantu, teknik perwujudan dapat di-

kerjakan dengan mudah. 

 

2. Temuan Teknik 

Teknik mematung dengan ca-

ra membangun konstruksi rangka 

yang telah saya kerjakan ini me-

rupakan teknik yang mudah diikuti 

bagi orang lain, terutama bagi me-

reka yang ingin bekerja sendiri 

tanpa bantuan orag lain. Pekerjaan 

pembangunan konstruksi dapat di-

kerjakan oleh siapa saja, baik pe-

mula dan pematung yang ber-

pengalaman, melalui teknik yang 

sederhana ini saya berharap dapat 

memberikan masukan teknik me-

matung untuk mahasiswa di ling-

kungan perguruan tinggi tempat sa 

ya bertugas, maupun di tempat 

yang lain. 

 

3. Temuan Metodik 

Metoda mematung yang di-

mulai dari pengenalan obyek seca-

ra mendalam sangat membantu sa-

ya dalam membentuk karya seni 

ini. Persiapan perwujudan secara 

umum dan khusus yang kemudian 

dilanjutkan dengan pembuatan sket 

-sa bentuk yaitu  sebuah langkah 

awal dalam kegiatan berkarya di 

sini. 

 

4. Temuan Wacana 

Cara pandang negatif ma-

nusia terhadap anjing selama ini 

dianggap kurang pada tempatnya, 

selanjutnya melalui hasil akhir pro-

yek ini diharapkan manusia dapat 

belajar dari sejarah hubungan ma-

nusia dengan anjing dimulai dari 

jaman purba hingga jaman modern 

ini. Kesadaran untuk memahami 

suatu kebenaran dapat membantu 

manusia dalam menjaga lingkung-

an dan menghormati ciptaan Tu-

han. 

 

5. Temuan konsepsual 

sesudah  melalui proses pen-

ciptaan yang panjang untuk me-

nemukan ide penciptaan tentang 

anjing setia dalam lingkup hu-

bungan antarspesies, maka ditemu-

kan konsep hubungan abadi antara 

anjing dengan manusia. Selanjut-

nya konsep itu melahirkan bentuk 

estetik tentang anjing setia yang di-

simbolkan dalam bentuk patung.