Tampilkan postingan dengan label ikan hiu 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ikan hiu 3. Tampilkan semua postingan

Selasa, 30 April 2024

ikan hiu 3


 







atusan spesies tersebut, sembilan di antaranya yaitu  jenis hiu martil. Hiu martil hidup di perairan lepas pantai, dengan perairan iklim tropis dan iklim sedang, termasuk di Indonesia.

Hiu martil tergolong ikan pelagis--yang hidupnya di permukaan air hingga kolam air sedalam 200 meter--dan juga dikenal sebagai hewan 'penjelajah lautan'. Tubuh mereka dapat tumbuh hingga sepanjang 4,5 meter.

Mereka memakan berbagai jenis ikan, bahkan juga termasuk jenis hiu lainnya. Hiu martil dapat dikatakan 'agak pemalu' terhadap manusia. Namun, hiu martil juga dapat menyerang manusia, apabila mereka merasa terganggu.

Kemudian, mengapa kepalanya bisa berbentuk menyerupai martil? Bentuk unik tersebut ( cephalofoil) diduga sebagai evolusi bentuk hiu.

Penelitian menunjukkan bahwa hiu pertama muncul sekitar 450 juta tahun yang lalu, sedangkan bukti molekular menunjukkan hiu martil baru muncul sekitar 20 juta yang lalu. David Jacoby dari Zoological Society of London di Inggris menyatakan, hiu martil termasuk dalam spesies hiu termuda yang masih ada.

Dengan bentuk kepala seperti itu, setidaknya, ada beberapa keuntungan yang dapat dirasakan oleh hiu martil.

1.

Bentuk kepala gepeng dan rata meningkatkan performa berenang

Kepala hiu martil membantu pergerakan saat berenang. Foto: Unsplash/David Clode

Stephen Kajiura dkk (2003) menyatakan bahwa hiu martil dapat berbelok lebih tajam dan lebih sering, bahkan dua kali lebih cepat dibandingkan dengan hiu harimau pasir. Bentuk

cephalofoil yang pipih dan rata membantu hiu martil berbelok dengan stabilitas yang cukup besar.

1.

Membantu dalam menangkap mangsa

Hiu martil menjadikan kepalanya yaitu  senjata andalannya. Foto: Unsplash/Jonas Allert

Hiu martil memang memiliki ukuran mulut yang kecil. Namun dengan bantuan kepalanya, hiu ini bahkan mampu menaklukkan seekor ikan pari.

Sekelompok biologis yang mempelajari tentang ikan pari di Bahama menceritakan bahwa seekor hiu martil dengan panjang sekitar 3 meter mampu menaklukkan ikan pari yang berusaha melarikan diri menuju ke dasar laut. Hiu martil dapat memakai  kepalanya seperti senjata, dengan menekankan dan menahan kepalanya ke badan ikan pari, lalu menggigit bagian sirip dan dada ikan pari.

1.

Bentuk kepala yang lebih lebar meningkatkan kemampuan visi teropong

Hiu Martil memiliki visi mengerikan, baik di bawah maupun permukaan laut. Foto: Unsplash/David Clode

Kemampuan visi ini, setidaknya, membantu hiu martil dalam visualisasi kedalaman perairan. Selain meningkatkan kemampuan visi, bentuk kepala yang lebih lebar ini membantu memusatkan kemampuan konsentrasi medan elektromagnetik mereka. Laiknya alat pendeteksi, mereka sering menggerakkan kepala mereka dari sisi ke sisi guna mendeteksi mangsa di permukaan laut.

1.

Bentuk kepala unik dapat dianalogikan seperti antena pada serangga

Kepala hiu martil bisa menjadi radar. Foto: Wikimedia Commons

Gardiner dan Atema (2010) menyatakan bahwa hiu dapat mengetahui lubang hidung mana yang pertama kali mencium bau memikat, dan menentukan ke arah mana mereka akan berbalik. Posisi lubang hidung hiu martil yang berjauhan sangat menguntungkan dalam hal ini, sehingga dapat mendeteksi bau dengan lebih cepat dan efektif.

Bagaimanapun, dengan kelebihan yang mereka miliki, ternyata hiu martil termasuk ke dalam hewan langka. Perburuan hiu yang berlebihan, serta siklus hidup panjang dan masa pertumbuhan yang cukup lama memicu  keberlangsungan hidup hiu sangat rentan. Hiu martil dikategorikan langka menurut Daftar Merah IUCN, dan masuk ke dalam daftar Appendix II menurut CITES of Wild Fauna and Flora.





3. Hiu Greenland


Bisa hidup bersama hewan purba di zaman sekarang mungkin membuat kesan yang menakutkan. Hewan-hewan unik ini bisa bertahan hidup hingga sekarang meskipun populasinya sudah tidak terlalu banyak.

Hiu Greenland yaitu  salah satu hewan purba yang masih ada hingga sekarang. Bentuknya pun cukup mengerikan dibandingkan  hiu jenis lainnya. Hiu ini bisa bertahan hidup dalam waktu yang cukup lama, dibandingkan  kamu penasaran yuk mengulik informasi tentang Hiu Greenland di bawah ini.

1. Jenis hiu yang berenang dengan lambat

Hiu Greenland berenang dengan kecepatan yang lebih lambat dibandingkan  kerabatnya yang lain. Hiu ini termasuk ke dalam kategori sleeper shark yang berarti kumpulan hiu yang berenang secara tidak terlihat karena pergerakannya yang santai. Hiu Greenland berenang kira-kira hanya sejauh 0,3 meter per detik.

2. Memiliki struktur gigi yang tidak biasa

Gigi Hiu Greenland tidak berbentuk gerigi runcing seperti spesies hiu lainnya. Namun Hiu Greenland memiliki susunan gigi yang membuatnya mampu memutar kepala dan memotong daging sesuai dengan kapasitas mulutnya. Gigi atas mereka berfungsi seperti jangkar sedangkan gigi bawahnya memiliki peran untuk pemotongan.

3. Perairan dingin yaitu  tempat favorit Hiu Greenland

Semakin dingin suhu di sekitar mereka, maka semakin bahagia Hiu Greenland hidup. Suhu ternyaman bagi hiu ini berada di antara -1-10°C. Hiu Greeland yaitu  satu-satunya hewan yang tidak terganggu saat  terjadi perubahan suhu dingin yang ekstrem di Antartika.

Baca Juga: 8 Potret Panorama Pantai Gigi Hiu di Lampung, Indahnya Kebangetan!

4. Hiu Greenland merupakan hewan misterius

Untuk menemukan Hiu ini di dalam laut bukan hal yang mudah. Para peneliti dan penyelam baru pertama kali bisa mengabadikan momen ikan tersebut berenang bebas pada tahun 1995. Hiu Greenland termasuk hewan yang pandai menkamuflase penampilannya dan suka berenang di dasar laut yang dalam.

5. Daging Hiu Greenland sangat beracun dan berbahaya jika dikonsumsi

Hiu Greenland memiliki racun yang terdapat dalam dagingnya. Mengonsumsi daging hiu tentunya bukan ide baik karena racun trimethylamine oxide (TMAO) yang bisa melumpuhkan.

6. Hiu Greenland seekor penyelam yang handal

Pergerakan yang lambat tidak membuat hiu asal daerah dingin ini jadi tak pandai menyelam. Hiu Greenland justru seekor ikan dengan kemampuan selam yang handal. Hiu Greenland senang berenang di laut dalam hingga kedalaman 2,000 meter.

7. Hiu Greenland bisa hidup hingga ratusan tahun

Menjadi salah satu hewan vertebrata dengan hidup terpanjang di planet bumi yaitu  gelar terbaik bagi Hiu Greenland. Mereka bisa bertahan hidup selama ratusan tahun dan tumbuh secara sangat lambat. Pertumbuhan Hiu Greenland diperkirakan hanya sekitar 1 meter per tahunnya.

Hewan dengan penampakan yang ganas dan mengerikan ini bikin takjub banget ya. Semoga anak cucu kita nanti bisa mengenal hiu ini dan berkesempatan untuk terus melestarikan mereka di habitat aslinya.




Hiu greenland ( Somniosus microcephalus ) merupakan perenang lambat. Kecepatan renang hiu yang hidup di perairan dingin sekitar Greenland dan Iceland ini hanya 2,7 km per jam. Menurut para ilmuwan, kondisi ini dikarenakan rendahnya suhu air di Laut Arktik.

Hiu jenis ini dapat hidup sepanjang 21 kaki dan mampu hidup selama 200 tahun. Hiu jenis ini terkenal dengan binatang bertulang punggung yang pernah hidup terlama. Mereka cenderung hidup di kedalaman 1800 m di bawah permukaan laut, akan tetapi hiu Greenland ini pernah tertangkap kamera di laut dangkal.

Hiu ini hanya dapat hidup di perairan dengan suhu -1 sampai 10 derajat Celcius. Bahkan saat  perairan bagian atas sudah mulai hangat, hiu ini akan menyelam ke dasar atau ke daerah yang dingin.

4. Hiu Gergaji

Hiu gergaji atau Saw Shark memiliki moncong panjang mirip mata pisau yang dilengkapi serangkaian gigi layaknya gergaji bermata dua. Ikan ini mirip pari gergaji, tapi berbeda pada letak celah insang. Celah insang hiu gergaji terletak pada sisi kepala sedangkan pari gergaji berada di bawah kepala. Jumlah celah insang hiu ini ada enam.

Tubuhnya pun cukup ramping dengan dua sirip dada. Hidupnya di dasar perairan berlumpur pada kedalaman 40 meter dan perairan payau. Hiu jenis ini merupakan pemakan berbagai jenis ikan, penjelajah lautan, dan tidak berbahaya bagi manusia (tidak buas). Daerah persebarannya di seluruh perairan pantai Indonesia dan Indo-Pasifik.Hiu gergaji (Pristis microdon ) yaitu  ikan yang hidup di Danau Sentani. Hiu gergaji juga populer dengan nama pari atau hiu sentani karena memang endemik di Danau Sentani, Papua. Orang barat menyebutnya Largetooth Jawfish yang berarti ikan hiu bergigi besar. Ikan ini termasuk ikan air tawar dan berkembak biak dengan cara ovovivipar.

Walaupun penampilan hiu gergaji cukup mengerikan, tetapi bukan berarti ikan ini menjadi penguasa di Danau Sentani. Fakta di lapangan menunjukkan populasi anggota famili Pristidae yang bernama Latin Pristis Microdon ini terus menyusut. Ikan yang menyebar di Australia, India, Papua Nugini, Afrika Selatan dan Thailand ini tergolong penghuni air tawar dan menyukai daerah tropis. Biasanya mereka hidup di danau-danau besar, sungai besar atau rawa-rawa tertentu. Di Indonesia ikan hiu gergaji terdapat di Sungai Digul, Sungai Mahakam (Kalimantan), Sungai Siak dan Sungai Sepih

Deskripsi

Ikan ini senang memangsa ikan-ikan berukuran sedang atau yang berbadan lebih kecil. Ukuran tubuh hiu gergaji sendiri lumayan besar, mampu mencapai 6,6 meter. Mulutnya yang diselimuti gerigi tajam cukup ampuh untuk melumpuhkan mangsanya dalam sekejap mata. Padahal menurut beberapa ahli, pandangan mata hiu gergaji tidak terlalu baik, bahkan cenderung buram. Mereka lebih mengandalkan daya penciumannya yang lumayan tajam.

Ikan ini mempunyai 14 hingga 22 gigi gergaji di setiap sisi, di mana digunakan sebagai alat mencari makanan, dan juga alat pertahanan terhadap musuhnya. Tubuhnya tergolong ramping dibandingkan dengan hiu sejenis. Ini memicu  mereka bisa berenang dengan kecepatan di atas rata-rata dan dengan mudah melesat mengejar mangsa. Tubuh hiu jenis ini berwarna hitam keabu-abuan. Bagian bawah tubuhnya berwarna lebih pucat atau keputih-putihan. Warna tubuhnya cukup beragam, tergantung di mana habitat mereka.

Hiu gergaji

Perlindungan

Walaupun penampilan hiu gergaji cukup mengerikan, tetapi bukan berarti ikan ini menjadi penguasa di Danau Sentani. Fakta di lapangan menunjukkan populasi anggota famili Pristidae yang bernama Latin Pristis microdon ini terus menyusut. Ikan yang menyebar di Australia, India, Papua Nugini, Afrika Selatan dan Thailand ini tergolong penghuni air tawar dan menyukai daerah tropis. Biasanya mereka hidup di danau-danau besar, sungai besar atau rawa-rawa tertentu. Di Indonesia ikan hiu gergaji terdapat di Sungai Digul, Sungai Mahakam (Kalimantan), Sungai Siak dan Sungai Sepih.

Ikan ini mulai sulit dijumpai karena itu ia masuk dalam daftar merah IUCN , yakni daftar spesies yang dilindungi karena sudah terancam punah. Populasi ikan ini makin berkurang akibat kian kecilnya habitat hidup mereka seiring makin bertambahnya populasi manusia. Di samping itu, mereka kerap diburu oleh para kolektor ikan secara tidak bertanggung jawab. Bahkan penduduk setempat masih sering menangkapnya karena dianggap sebagai predator ikan-ikan lain.

Indonesia memiliki perairan dengan keragaman hayati yang sangat kaya termasuk diantaranya 117 jenis spesies hiu dari 25 suku yang berbeda. Salah satu spesies hiu tersebut yaitu  hiu Pristis microdon. Bentuk moncongnya yang menyerupai gergaji membuat hiu ini dikenal sebagai hiu gergaji.

Hiu unik ini dikenal dengan banyak penamaan. Dalam bahasa Inggris satwa laut ini disebut sebagai Freshwater sawfish atau

Leichhardt’s sawfish. Dalam bahasa Jepang hiu ini dikenal sebagai Nokogiriei . Penamaan dalam bahasa Belanda disebut Zoetwaterzaa grog. Sedangkan dalam bahasa lokal disebut sebagai cucut krakas (Jawa) dan hiu sentani (Papua).

Hiu gergaji merupakan ikan yang beradaptasi dengan perairan

air tawar. Pada musim hujan (Desember-Maret) ikan ini akan hidup di sungai air tawar sedangkan pada musim kering (Mei-oktober) ikan ini lebih suka tinggal di muara atau teluk yang menyerupai habitat air laut.

Di Indonesia hiu gergaji merupakan hewan endemik di Danau Sentani, Papua. Sayangnya fauna laut ini diberitakan nyaris punah di alam Danau Sentani. Hampir habisnya populasi hiu ini di Danau Sentani disebabkan eksploitasi berlebihan, pencemaran air danau oleh limbah rumah tangga dan penggunaan jaring insang ( gill net ). berdasar  data terakhir tahun 2013, The International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List menyatakan hiu ini secara global termasuk kategori critically endangered yang berarti secara kritis terancam punah.

Bentuk moncong yang khas membuat hiu gergaji banyak diincar pemburu satwa liar ilegal. Foto: wikimedia commons

Hiu gergaji merupakan hewan ovovivipar atau hewan yang berkembang biak dengan cara bertelur dan beranak. Secara morfologi panjang tubuh hiu ini dapat mencapai 7 meter, diukur mulai dari ujung mocong hingga ekor. Seluruh bagian tubuh atas berwarna polos dengan coklat keabu-abuan, sedangkan bagian perut berwarna putih pucat.

Ciri khas dari keluarga hiu gergaji yaitu  adanya moncong atau hidung panjang (rostrum) menyerupai pedang dengan deretan gergaji kecil yang menyamping ( rostral teeth ). Terdapat 14 hingga 22 gigi di setiap sisi moncongnya. Moncong yang menyerupai gergaji tersebut merupakan alat untuk pertahanan terhadap musuh atau saat  ia mulai terancam.

Terdapat lima jenis hiu gergaji di dunia, yaitu Dwarf sawfish, Knifetooth sawfish, Smalltooth sawfish, Largetooth sawfish, dan

Green sawfish.

Berbagai aktivitas penangkapan hiu yang kurang terkontrol di Indonesia membuat spesies hiu terus menurun populasinya. Hiu gergaji termasuk hiu yang mengalami banyak ancaman dan penurunan populasi. Dilansir pada laman fishbase.org , faktor penyebab penurunan populasi hiu gergaji diantaranya penangkapan liar karena jaring insang ( gill nets ); pengambilan sirip, daging, kulit, dan tulang rawan, ditambah pengambil moncongnya untuk perdagangan satwa liar ilegal. Moncong hiu gergaji telah lama dimanfaatkan antara lain sebagai kerajinan oleh suku-suku di beberapa negara, koleksi, serta cenderamata atau suvenir.Indonesia memiliki keragaman biota laut tertinggi di dunia, termasuk jenis elasmobranchii , atau ikan bertulang rawan. Namun, seiring tingginya eksploitasi sumberdaya perikanan, alat tangkap tidak ramah lingkungan, dan degradasi lingkungan habitatnya, populasi beragam jenis ikan di perairan Indonesia berkurang. Bahkan, beberapa jenis ikan pun sudah langka dijumpai, termasuk jenis pari gergaji ( sawfish).

Bagi masyarakat awam pari gergaji ini sering disebut dengan hiu gergaji. Secara morfologi memang bentuknya mirip seperti hiu. Namun jika diperhatikan seksama, terdapat perbedaan spesifik antara jenis hiu dan pari yaitu tapis insangnya.

Jika kelompok jenis hiu posisi tapis insangnya berada disamping bagian kepala pada sisi kiri dan kanan, maka untuk jenis pari posisi tapis insang berada di bagian bawah ( ventral ).

Baca juga: Kala Pari Gergaji Tertangkap Nelayan di Riau

Sebelumya, para saintis menyebut terdapat tujuh jenis pari gergaji di perairan dunia. Penelitian terbaru dengan memakai  uji DNA jumlahnya ditetapkan menjadi lima. Dua jenis teridentifikasi sebagai jenis yang sama dengan Pristis pristis (Faria et al , 2013). Dari lima yang ada, maka empat jenis pari gergaji terdapat di perairan Indonesia.

berdasar  PP Nomor 7/1999, juncto aturan Nomor P.2/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi, maka semua jenis pari gergaji ditetapkan dalam status perlindungan penuh. Artinya spesies ini tidak dapat dimanfaatkan kecuali untuk keperluan penelitian.

Meski telah mendapat status dilindungi, namun sejauh ini tidak ada data dan informasi terkait status populasi dan penyebaran pari gergaji di Indonesia.

Untuk memperoleh data tentang keberadaan pari gergaji, maka selama 2017-2018, hasil kerjasama Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), Wildlife Conservation Society (WCS), Florida Museum of Natural History, dan Des Requins et des Hommes melalui dukungan pendanaan dari Save Our Seas Foundation , dilakukan kegiatan pendataan pari gergaji di perairan Indonesia yang diberi nama “Indonesaw”.

Kegiatan ini meliputi pelatihan identifikasi jenis, peningkatan kesadaran masyarakat tentang konservasi pari gergaji, dan penghimpunan data dan informasi keberadaaan pari gergaji di Indonesia. Dilakukan lewat model jaringan kerja ( focal point dan personal investigator) di tujuh region, yaitu: Jawa (Jawa Barat dan Jawa Timur), Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua.

Data dan informasi dikumpulkan lewat metode wawancara langsung dengan masyarakat nelayan, nakhoda, pedagang, serta pedagang produk hiu dan pari yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia.

Hasil identifikasi melalui sampel rostum dan sirip ekor, tim studi menjumpai 4 jenis pari gergaji yang ada di Indonesia, yaitu: Anoxypristis cuspidata, Pristis clavata, Pristis zijsron, dan Pristis pristis (nama sebelumnya

Pristis microdon atau yang dikenal dengan sebutan hiu sentani).

Dari 4 jenis pari tersebut A. cuspidata merupakan jenis yang dominan tertangkap sebagai bycatch (tangkapan sampingan) dari alat tangkap jaring dan pancing oleh nelayan tradisional yang beroperasi di sekitar perairan Merauke, Papua.

Jenis ini umumnya tertangkap di perairan dangkal dengan kedalaman sekitar 30-40 m di sekitar muara Selat Savan yang terletak antara Pulau Dolok dan Pulau Papua.

Hasil identifikasi rostrum setidaknya terdapat 156 ekor jenis pari gergaji A.cuspidata di perairan tersebut (Masrul, focal point Merauke, 2018). Daerah penangkapan lain pari gergaji yaitu sekitar muara Sungai Bian, Sungai Kumbe, dan Sungai Torassi – Papua hingga perairan Timur Laut Arafura.

berdasar  informasi dari nelayan, maka pari gergaji berukuran besar yang diduga jenis Pristis pristis masih tertangkap di perairan muara Selat Mariana

Pada umumnya pari gergaji tertangkap pada bulan Nopember-April yang merupakan musim penghujan. Diduga kemunculan pari gergaji pada periode tersebut terkait dengan kelimpahan jenis ikan pelagis kecil mangsa yang muncul akibat berlimpahnya nutrien yang berasal dari muara-muara sungai.

Salah satu nelayan di Merauke melaporkan bahwa pari gergaji berukuran besar juga pernah tertangkap di perairan perbatasan Indonesia-Australia pada periode musim hujan (Fauzi, nelayan Merauke, pers.comm ., 2017).

Keberadaan pari gergaji terdapat juga di perairan Sulawesi. Indikasi keberadaan pari gergaji ini berdasar  informasi dari salah satu focal point , dimana pada 2017 seorang nelayan pernah menangkap pari gergaji disekitar perairan Pulau Selayar, Sulawesi Selatan.

Pada tahun yang sama kemunculan pari gergaji juga terlihat oleh nelayan di sekitar perairan Donggala, Sulawesi Tengah. Selain itu, lokasi keberadaan pari gergaji di pulau Sulawesi terdapat di perairan Toli-Toli, Togean, Ampanan, Banggai, dan Morowali (Haruna, focal point Sulawesi, 2018).

Di Sumatera, pari gergaji jenis Pristis pristis tertangkap tidak sengaja oleh nelayan di perairan muara sungai kepulauan Riau pada Januari 2018 (Dina, focal point Sumatera, 2017).

Sedangkan pada bulan Nopember-Desember tahun yang sama nelayan Probolinggo, Jawa Timur juga pernah melihat langsung kemunculan pari gergaji di perairan sekitar Madura (Hasan, nelayan, pers.comm. , 2018).

Kemunculan dan tertangkapnya pari gergaji oleh nelayan di beberapa wilayah perairan tersebut menunjukkan bahwa keberadaan dan populasi sawfish di perairan Indonesia perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah, khususnya Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Meskipun status sumberdayanya sudah dilindungi, namun fakta di lapangan menunjukkan jenis-jenis pari gergaji masih tertangkap nelayan di Indonesia; yang umumnya dimanfaatkan masyarakat lokal untuk dikonsumsi dagingnya. Hal ini terjadi karena sebagian nelayan belum mengetahui jika biota tersebut sudah dilindungi penuh.

Jika kejadian ini terus dibiarkan maka bukan tidak mungkin status sumberdaya sawfish akan berubah dari status langka (endangered) menjadi sangat langka

(critically endangered) . Khususnya untuk pari gergaji dominan dari jenis Anoxypristis cuspidata .

Dalam rangka melestarikan jenis-jenis pari gergaji, maka kedepan perlu dilakukan upaya oleh pemerintah pusat untuk melakukan: 1) Sosialisasi pengenalan jenis-jenis pari gergaji dan peningkatan pemahaman pentingnya perlindungan pari gergaji, 2) Pelatihan teknis pelepasan pari gergaji jika tertangkap oleh nelayan, dan 3) Pengembangan strategi konservasi lewat kerjasama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, petugas lapangan, kelompok nelayan, dan lembaga swadaya masyarakat baik nasional maupun internasional.Satu pari gergaji atau dikenal dengan hiu gergaji ( Pristis pristis) terjaring nelayan Desa Tanjung Peranap, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, Jumat (19/1/18) sore. Pari dibagikan ke sejumlah warga. Kini, Balai Pengelolaan Sumberdaya Perairan dan Laut (BPSPL) Padang melacak siapa penyimpan muncung gergajinya.

Aswandi, Kepala Desa Tanjung Peranap, Kecamatan Tebing Tinggi Barat, mengatakan, lima nelayan jaring kurau ta sengaja mendapatkan pari, Jumat sore kemarin. Saat menarik jaring ternyata berat. Mereka minta pertolongan kapal lain untuk menarik jaring ke pantai.

“Mereka jaring ikan kurau, itulah, saat  mereka narik , makin berat dan makin berat. Ternyata hiu gergaji. Kebetulan yang menjaring masyarakat desa saya,” katanya) saat dihubungi Mongabay, Sabtu (20/1/18) sore.

Pari terjaring di selat antara Pulau Sumatera dan Pulau Tebing Tinggi, berjarak hanya setengah mil dari bibir pantai. Diduga nelayan tak tahu pari jenis ini dilindungi oleh hukum Indonesia bahkan status terancam.

“Ini kejadian pertama kali. Warga gak tau bahwa ini dilindungi. Ramai-ramai ke laut karena ikan gratis. Ndak dijual itu. Habis semua. Tulangnya aja ndak ada lagi,” kata Aswandi.

Windi Syahrian Djambak, Koordinator BPSPL Padang Wilayah Kerja Riau, Jambi, Sumatera Selatan mengatakan, tim tengah menyusuri kemungkinan masih ada sisa bagian tubuh pari. Bagian yang bernilai ekonomis tinggi yaitu  muncung gergaji yang biasa jadi koleksi.

“Biasanya muncung jadi kerajinan. Ini satwa langka dilindungi. Ia diburu masyarakat terutama muncungnya,” katanya kepada Mongabay.

berdasar  Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, setiap orang dilarang menyimpan bagian satwa dilindungi baik dalam keadaan hidup maupun mati. Ancaman, hukuman lima tahun penjara dan denda maksimal Rp500 juta.

“Soal tindakan atau penyidikan lebih lanjut, masih kewenangan KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan-red). Kita (BPSPL) lebih kepada sosialisasi dan pencegahan.”

Terancam punah

berdasar  daftar merah lembaga pemeringkat konservasi dunia (IUCN), satwa ini terancam punah atau satu tahap menuju punah di alam liar. Hal itu diakui Dharmadi dari Pusat Riset Perikanan, Badan Riset Sumber Daya Manusia-KKP.

Yang tertangkap ini, katanya, pari gergaji jenis besar yakni Pristis pristis. Dari penelitian dia di Merauke, Papua, baru-baru ini, teridentifikasi tiga jenis dari spesies pari ini yakni Anoxypristis cuspidata, Pristis zijsron dan

Pristis pristis (nama baru Pristis microdon).

Dia bilang, pari gergaji yang tertangkap itu bukan hiu karena insang ada di bawah. Untuk penyebarannya, kata Dharmadi, hampir di seluruh perairan Indonesia.

“Di Indonesia baru teridentifikasi dari penelitian di Merauke yang merupakan bagian dari kegiatan Indonesaw, baru ada tiga spesies. Diduga ada empat spesies. Itu jenis (tertangkap di Riau), yang memang sangat-sangat jarang tertangkap. Ukurannya besar.

Pristis pristis yang tertangkap di Riau,” katanya.

Menurut dia, sosialisasi kepada nelayan sudah dilakukan sejak November lalu. Hasilnya lumayan, beberapa nelayan mulai melepas kembali pari kalau tertangkap jaring mereka.

Dharmadi berharap, ada upaya konservasi bersama hingga bisa memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat di kantong-kantong nelayan di Indonesia.











5. Hiu Pemotong Kue

Hiu bukanlah hewan laut yang asing bagi manusia. Tubuhnya yang ramping dan moncongnya yang besar memicu  ikan ini mudah dibedakan dari hewan-hewan laut lainnya. Ada banyak spesies hiu yang sudah diketahui oleh manusia. Dari sekian banyak spesies hiu tersebut, salah satu yang paling menarik yaitu  hiu pemotong kue. Spesies hiu kecil yang perilakunya bakal mengingatkan kita akan peribahasa “kecil-kecil cabe rawit”.

Hiu Pemotong Kue Bukanlah Pemakan Kue

Hiu pemotong kue atau cookiecutter shark mendapatkan nama demikian bukan karena ikan ini hobi memakan kue, tetapi karena hiu ini memiliki perilaku makannya yang aneh sekaligus menakutkan. Setiap kali ia selesai menggigit mangsanya, ia akan meninggalkan bekas luka berbentuk bundar yang bentuknya terlihat seperti adonan kue yang baru saja dilubangi memakai cetakan pemotong kue.

Selain dengan nama hiu pemotong kue, ikan ini juga dikenal dengan nama hiu cerutu karena tubuhnya berbentuk panjang layaknya cerutu. Sahabat anehdidunia.com sementara kontributor National Geographic yang bernama Ed Yong merasa kalau hiu ini lebih cocok diberi nama hiu sendok es krim karena bekas luka yang ditinggalkan hiu ini lebih mirip dengan cekungan yang timbul pada adonan es krim saat seseorang mengambil potongan es krim memakai sendok es krim.

Dalam kajian ilmiah sendiri, hiu pemotong kue dalam sejarahnya memiliki 3 nama ilmiah yang berbeda. Saat pertama kali diidentifikasi pada tahun 1824, hiu ini pada awalnya diberi nama ilmiah Tristius brasiliensis. Sesudah itu, hiu yang bersangkutan nama ilmiahnya diubah menjadi Scymnus brasiliensis.

Nama ilmiah tadi tidak bertahan lama setelah hiu yang bersangkutan diberi nama ilmiah baru Isistius brasiliensis. Nama depan atau genus hiu ini diambil dari nama Dewi Isis, dewi cahaya dalam mitologi Mesir Kuno. Sementara nama ilmiah belakangnya (brasilensis) diambil dari negara Brazil yang menjadi lokasi ditemukannya ikan ini.

Hiu Pemotong Kue Tidak Takut Menyerang Hiu Putih Raksasa

Seperti halnya spesies hiu lain, hiu pemotong kue yaitu  hewan karnivora alias pemakan daging. Namun yang membuat hiu ini berbeda dari hiu lainnya yaitu  perilaku makannya yang terkesan berani sekaligus nekat. Bagaimana tidak, hiu ini panjangnya tidak sampai 60 cm, tetapi mereka berani menyerang hewan-hewan yang berukuran lebih besar darinya. Entah itu tuna, bawal laut, paus, lumba-lumba, dan bahkan hiu putih besar yang terkenal amat ganas.

Saat hiu pemotong kue sudah menemukan hewan yang ingin diserangnya, ia akan bergerak menuju bagian samping atau belakang sasarannya. Sesudah itu, hiu pemotong kue akan menempel pada tubuh sasarannya dengan memakai mulutnya yang bundar dan berbentuk seperti penghisap. Hal berikutnya yang dilakukan oleh hiu pemotong kue yaitu  menggerogoti daging luar mangsanya dengan gigi-giginya yang besar dan tajam.

Begitu hiu pemotong kue sudah mencabik daging mangsanya, ia akan meninggalkan luka besar yang kedalamannya bisa mencapai lebih dari 6 cm. Sahabat anehdidunia.com sesudah itu, hiu pemotong kue akan segera melepaskan diri dari mangsanya dan berenang menjauh. Dengan memanfaatkan tubuhnya yang kecil dan gelapnya lautan, hiu pemotong kue bisa menyingkir dengan aman tanpa khawatir bakal diserang balik oleh hewan yang dicaploknya.

Hiu pemotong kue pada dasarnya bukanlah hewan yang berbahaya bagi manusia. Namun dalam kasus-kasus yang amat jarang, hiu ini diketahui pernah menyerang manusia. Mike Spaulding yaitu  satu dari sedikit orang yang pernah menjadi korban gigitan hiu ini. Pada awalnya ia merasa ada benda berbentuk lunak yang menabrak tubuhnya. Karena Spaulding mengira kalau yang menabraknya hanyalah cumi-cumi yang tidak sengaja melintas, ia awalnya mengabaikan peristiwa tersebut.

Setelah benda lunak tersebut menabrak dirinya untuk keempat kali, Spaulding mendadak merasakan sakit di bagian dadanya. Spaulding yang merasa panik kemudian langsung naik ke atas perahu kecil. Rasa kagetnya semakin menjadi saat ia melihat ada luka besar yang menganga di bagian dadanya.

Hiu pemotong kue bukan hanya tertarik pada makhluk-makhluk yang berukuran lebih besar darinya. Hewan ini diketahui juga pernah menyerang kapal selam karena salah mengiranya sebagai paus atau ikan besar. Sepanjang tahun 1970-an, kubah sonar yang ada di kapal-kapal selam AS kerap dilaporkan kerap mengalami kerusakan akibat dicaplok oleh hiu pemotong kue. Untuk mengatasinya, lapisan fiberglass pun kemudian dipasang di bagian luar kubah.

Hiu Pemotong Kue Hobi Memakan Giginya Sendiri

Hiu pemotong kue memang hanya berukuran kecil. Namun jika ukuran gigi dan tubuhnya dibandingkan, ikan ini merupakan spesies hiu dengan rasio gigi terbesar di dunia. Seperti spesies hiu lainnya, gigi pemotong kue akan selalu tanggal sepanjang hidupnya untuk kemudian digantikan dengan gigi yang baru. Jumlah gigi di kedua deret rahangnya mencapai lebih dari 60 buah.

Yang menarik dari hiu pemotong kue yaitu  begitu gigi bawahnya tanggal, ia tidak akan membuang giginya begitu saja, tetapi justru menelannya. Sahabat anehdidunia.com tindakan ini ternyata sengaja dilakukan oleh hiu pemotong kue supaya ia bisa menyerap kalsium dari giginya yang tanggal. Karena hiu ini hidup di laut dalam yang miskin akan zat gizi, hiu ini harus pandai-pandai memanfaatkan setiap sumber nutrisi yang ada.

Hiu Pemotong Kue Hanya Ditemukan di Laut Dalam

Berbeda dengan nama ilmiahnya, hiu pemotong kue aslinya bukan hanya ditemukan di Brazil. Hiu ini bisa ditemukan di perairan seluruh dunia yang bersuhu hangat. Khususnya di Samudera Atlantik dan Pasifik. Mereka banyak ditemukan di perairan berkedalaman antara 1.000 hingga 3.700 meter pada siang hari. Pada malam hari, hiu ini akan naik ke perairan yang lebih dangkal.

Hiu pemotong kue paling sering ditemukan di dekat daratan karena di lokasi macam itu, hewan-hewan yang menjadi mangsa hiu pemotong kue kerap berkumpul sehingga hiu pemotong kue jadi lebih mudah mendapatkan makanannya.

Kalau menurut pendapat lain, hiu pemotong kue menyukai habitat yang dekat dengan daratan karena di habitat macam itu, hiu pemotong kue lebih mudah berkembang biak dan peluang bagi keturunannya untuk bertahan hidup menjadi lebih besar. Pasalnya di dekat daratan, banyak celah dan bebatuan besar yang bisa digunakan untuk bersembunyi.

Bicara soal berkembang biak, hiu pemotong kue yaitu  hewan ovovivipar yang berarti hewan ini menghasilkan telur, namun telurnya akan tetap disimpan di dalam tubuh induknya hingga menetas sehingga hiu ini terlihat seolah-olah melahirkan anaknya. Waktu yang diperlukan bayi hiu dari telur hingga keluar dari tubuh induknya mencapai hampir 2 tahun. Bayi hiu yang baru keluar dari tubuh induknya sudah bisa berenang dengan lincah dan sudah harus hidup mandiri.

Hiu Pemotong Kue Bisa Menghasilkan Cahaya

Laut dalam dikenal sebagai salah satu tempat tergelap di bumi karena cahaya matahari tidak bisa menembus hingga ke kedalaman. Namun hal tersebut bukan masalah bagi hiu pemotong kue. Pasalnya hiu pemotong kue memiliki deretan organ penghasil cahaya di bagian bawah tubuhnya. Keberadaan organ cahaya ini pula yang memicu  hiu ini memiliki nama ilmiah depan Isistius yang diambil dari nama depan Isis, dewi cahaya dalam kepercayaan Mesir Kuno.

Ada beberapa teori mengenai fungsi organ cahaya pada hiu pemotong kue. Menurut salah satu pendapat, dengan menyalakan organ cahaya di bagian perutnya, hiu pemotong kue jadi lebih sulit dilihat dari bawah karena tubuhnya nampak menyatu dengan cahaya yang datang dari permukaanlaut.

Kalau menurut pendapat lain, hiu pemotong kue memakai  organ cahayanya untuk menarik perhatian hewan yang hendak diserangnya. saat  ada hewan besar yang mendekat, hiu pemotong kue akan mematikan organ cahayanya dan kemudian menyergap mangsanya dengan memanfaatkan gelapnya lautan. Jika hiu ini mati, organ cahayanya akan tetap menyala hingga 3 jam kemudian.



Hiu pemotong kue. Sumber: Animalstime.com

Hiu ini memang mempunyai nama yang lucu dan ukuran tubuh tak ‘menakutkan’ yakni hanya sekitar 50 cm. Namun, Cookiecutter shark ini memiliki gigitan yang sangat tajam. Tak hanya itu, mangsa ikan ini yaitu  ikan-ikan yang seukuran dengannya atau yang lebih besar darinya, termasuk paus, hiu lain, dan lumba-lumba.

Hiu ini bahkan bisa merebut makanan dari hiu lainnya, termasuk dari hiu putih yang besarnya berkali lipat dari tubuhnya. Hiu ini juga dikenal sering menggigit kabel bawah laut dan bahan lain yang digunakan kapal selam hingga berlubang.

6. Hiu Thresher

Hiu thresher terdiri dari empat spesies yang keempatnya ditandai dengan ekor pada sirip atas yang panjangnya mencapai 50 persen dari total panjang keseluruhan. Hiu ini memiliki moncong pendek dan mata yang besar di depan kepala. Sirip punggung kedua jauh lebih pendek dari yang pertama.

Hiu ini merupakan perenang yang kuat dan dapat melompat di atas permukaan air. Panjang maksium untuk spesies ini yaitu  6,1 meter namun umummnya berkisar antara 2-5 meter. Hiu ini bisa ditemukan di area pesisir di kedalaman 500 meter di bawah permukaan laut. Terutama di Samudera Pasifik maupun Atlantik bagian utara.




7. Hiu Berjumbai

Hiu berjumbai ini bernama ilmiah Chlamydoselachus anguineus dan ditemukan pertama kali di perairan Jepang pada 21 Januari 2007. Hiu ini yaitu  satu dari dua Chlamydoselachus yang masih hidup. Penyebarannya merata di laut dalam perairan Atlantik dan Samudra Pasifik.

Para ahli memperkirakan, hiu ini bisa menelan mangsa tanpa mengunyah. Yakni dengan membengkoknya tubuhnya agar tubuh mangsa tersebut leluasa masuk ke perutnya.Hiu putih memang mengerikan, tapi apa kamu pernah membayangkan seekor hiu bertubuh mirip ular atau belut dengan ratusan gigi berenang di wilayah laut dalam yang gelap dan sepi? Mereka dinamakan frilled shark atau dalam bahasa Indonesia dinamakan hiu berjumbai.

Hiu ini agak berbeda dari hiu kebanyakan. Penampilannya yang tampak kuno membuat mereka disebut sebagai fosil hidup. Tahukah kamu kalau hiu ini memiliki tiga ratus gigi berbentuk seperti kail untuk menjebak mangsanya? Simak, yuk, delapan fakta menarik hiu berjumbai berikut ini!

1. Sekali tanganmu digigit ikan berjumbai, kamu akan sulit melepasnya

Hiu berjumbai memiliki total 300 gigi untuk menerkammu. Melansir laman Mental Floss , mereka memiliki 25 baris gigi yang mengarah ke dalam, sehingga hampir mirip seperti kail.

Kalau jarimu tergigit, satu-satunya cara untuk melepasnya dengan mendorong jarimu masuk ke dalam mulut hiu ini lalu baru menariknya keluar. Bila langsung menariknya keluar, dampaknya akan fatal.

2. Pinggiran mulutnya pun bergigi

Tiga ratus gigi ternyata masih belum cukup. Mengutip laman

Wired, hiu ini memiliki semacam duri di pinggiran mulutnya yang disebut sebagai dermal denticles. Duri ini merupakan sisik yang telah dimodifikasi sedemikian rupa menjadi "gigi palsu".

3. Gigi putih cemerlang untuk menarik mangsa

Kontras dengan tubuhnya yang berwarna cokelat atau abu-abu, hiu berjumbai memiliki gigi putih cemerlang. Bukan tanpa alasan, mereka memakai nya untuk memancing mangsa mendekat. Mangsa di perairan dalam yang gelap tentu akan tertarik dengan warnanya yang cerah.

Baca Juga: 4 Alasan Luar Biasa Kenapa Hiu Sangat Penting bagi Kehidupan Kita

4. Berenang mengapung di perairan dalam

Para ahli awalnya menduga kalau ikan ini berenang meliuk seperti belut atau ular. ReefQuest Centre for Shark Research mengatakan kalau ikan ini justru mengapung di kedalaman.

Hiu berjumbai memiliki rongga tubuh yang memanjang dan hati berukuran besar yang berisi hidrokarbon dan minyak dengan kepadatan rendah. Oleh karena itu, mereka mudah mengapung. Bagian tubuh beserta sirip belakang akan bergerak mendorong atau melesat ke arah mangsa.

5. Menyerang layaknya ular

Hiu berjumbai mampu membuka rahang mereka lebar-lebar layaknya ular. Dengan rahang ini, mereka sanggup menelan langsung mangsa berukuran separuh panjang tubuhnya. Ini berbeda dengan hiu yang justru mencabik-cabik mangsanya.

6. Masa kehamilan lebih dari tiga tahun!

Hiu berjumbai merupakan makhluk bertulang belakang dengan masa kehamilan paling lama. Mengutip laman Thoughtco , para ilmuwan yakin bahwa masa kehamilan hiu berjumbai bisa mencapai tiga setengah tahun. Hiu betina bisa melahirkan dua sampai lima belas ekor anak. Anak yang baru lahir berukuran antara 40-60 cm.

Hiu berjumbai jantan dewasa mampu tumbuh antara 1-1,2 meter, sementara betina dewasa antara 1,3-1,5 meter. Betina dewasa dapat bertumbuh lebih panjang lagi hingga maksimum 2 meter.

7. Tidak ada yang tahu jumlah pasti populasi mereka

Habitat alami hiu berjumbai yang berada di kedalaman antara 50-1500 meter membuat ilmuwan tak bisa memastikan seberapa banyaknya jumlah populasi mereka. Sampel hidup yang ada tak bisa bertahan hidup terlalu lama di kondisi lingkungan yang berbeda dengan habitat mereka.

Namun, IUCN (International Union for Conservation of Nature) mengategorikan mereka sebagai least concern atau 'berisiko rendah mengalami kepunahan'.

Setelah mengetahui faktanya, dari skor satu sampai sepuluh, menurutmu seberapa mengerikannya ikan satu ini?





8. Hiu Karpet Wobbegong


Hiu merupakan salah satu faktor penting dalam ekosistem laut. Berperan sebagai predator, hiu memiliki fungsi untuk menjaga ekosistem tetap sehat dengan memangsa hewan-hewan sakit dan lemah.

Hiu yaitu  hewan Vertebrata yang masuk ke dalam kelas

Chondrichthyes yang salah satu cirinya kerangka terbuat dari

chonroblast atau tulang lunak.

Kelas Chondrichthyes terbagi menjadi 8 ordo, yaitu:

Carcharhiniformes , Heterodontiformes , Hexanchiformes ,

Lamniformes , Orectolobiformes, Pristiophoriformes , Squaliformes , dan Squatiniformes .

Salah satu hiu yang saya temui di Selat Dampit, Kab. Raja Ampat, Papua Barat yaitu  hiu karpet yang sering disebut dengan nama wobbegong.

Hiu karpet merupakan keluarga Orectolobidae , anggota dari ordo

Orectolobiformes , memiliki ciri-ciri sepasang sirip dorsal, tak bersirip atas ( spine ), mulut kecil pipih di depan, beberapa jenis memiliki barbel (semacam tentakel di depan mulut), dan sirip belah yang mungil.

Ada 3 genus dalam keluarga Orectolobidae , yaitu Eucrossorhinus,

Orectolobus, dan Sutorectus.

Hiu karpet yang sering ditemui di perairan sekitar Australia dan Indonesia barat yaitu  hiu dari genus Orectolobus.

Wobbegong yang saya temui di perairan Raja Ampat dan yang saya sebut di tulisan ini yaitu  spesies wobbegong Orectolobus leptolineatus (Indonesian wobbegong).

Wobbegong memiliki ciri suka hidup di dasar laut. Panjang maksimal bisa mencapai 1,2 meter.

Warna kulit wobbegong abu-abu kecoklatan dan memiliki corak simetris totol-totol yang keras. Warna kulit ini digunakan wobbegong untuk menyamar dan berbaur dengan lingkungan sekitarnya. Wobbegong memangsa ikan-ikan kecil dengan cara menunggu lalu menyergap tiba-tiba pada malam hari.

Seperti hiu pada umumnya, wobbegong relatif tidak berbahaya terhadap manusia. Wobbegong bisa menyerang hanya bila merasa terganggu.

Saya melihat wobbegong di dua titik penyelaman, yaitu di Blue Magic dan Mios Kon.

Saat ditemui, wobbegong tengah berdiam di bawah karang dan saat  terusik, dia pun berenang menghindar dengan gerakan yang anggun.

Kedua titik penyelaman ini memiliki terumbu karang yang sehat dan cukup dangkal. Dasar berada di kedalaman sekitar 20 meter berupa lapisan pasir ( sandy bottom) dan puncak karang berada di kedalaman sekitar 9 meter).

Kedua titik penyelaman di atas sangat cocok untuk wobbegong. Perairan hangat, sekitar 29-30 Celcius, terumbu karang yang mendukung untuk penyamaran, dan ikan-ikan karang yang berlimpah.

Wobbegong berkembang biak dengan cara ovovivipar , telur ditetaskan di dalam tubuh, kemudian keluar menjadi anak hiu.

Meski wobbegong bukan termasuk hewan yang dilidungi, namun kelestariannya perlu dijaga.

Seperti halnya hiu, perkembangbiakan wobbegong tidak secepat dan semudah hewan lain.

Jika wobbegong punah, peran predator akan berkurang sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem.

Apalagi di tengah maraknya perburuan hiu untuk konsumsi, keberadaan wobbegong pun bisa terancam.

Pemerintah Indonesia telah menetapkan laut sekitar Waigeo Selatan, yang meliputi pulau-pulau kecil seperti Gam, Mansuar, kelompok Yeben dan kelompok Batang Pele, telah disahkan sebagai Suaka Margasatwa Laut.

Menurut SK Menhut No. 81/KptsII/1993, luas wilayah Suaka Margasatwa Laut Raja Ampat mencapai 60.000 hektar.

Inilah hiu yang pendiam. Hiu karpet wobbegong (Orectolobus maculatus) yang juga disebut hiu karpet ini bergerak lamban. Bahkan, ia tidak berburu mangsa. Ikan unik ini justru menyamar di dasar laut hingga mangsa datang ke hadapannya. Julukan hiu karpet didapat karena motif kulitnya yang menyerupai karpet.

Warna tubuhnya abu-abu kecoklatan dan memiliki corak simetris totol-totol yang keras. Ini digunakan untuk berbaur di sekitar karang dan pasir laut. Panjangnya bisa mencapai 1,5 meter. Wobbegong hidup di sekitar karang dan goa di dasar Samudera Pasifik, Samudera Hindia, Australia, Jepang, dan Indonesia.

9. Hiu Zebra

Hiu Zebra, Stegostoma fasciatum , yaitu  hiu yang ada di perairan Indo-Pasifik yang memiliki sirip yang sangat panjang, hampir sepanjang tubuhnya. Hiu ini diberi nama hiu Zebra karena garis pada tubuhnya yang mirip garis zebra.

saat  dewasa, garis tersebut berubah menjadi titik seperti cheetah. Oleh sebab itu, hiu ini terkadang disebut sebagai hiu macan tutul, nama yang secara luas merujuk padaTriakis semifasciata, hiu yang dapat ditemukan di pantai Pasifik timur Amerika Utara. Hiu zebra ditemukan di perairan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia dengan kedalaman sekitar 5 hingga 30 m.  Hiu yang dikenal dengan hiu zebra ini ditemukan oleh ilmuwan Australia Dr William White dari Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) di Hobart, Tasmania, Australia, dan Dr Christine Dudgeon dari University of Queensland, Brisbane.

Mengapa disebut hiu zebra? Saat baru menetas hiu itu tinggal di sebuah kantung yang disebut tas putri duyung. Makhluk laut itu memiliki kulit bermotif garis yang mirip zebra.

Saat usianya menginjak satu bulan, garis-garis itu berubah menjadi corak titik, dan disebut fase leopard. Menurut Dudgeon, hiu ini merupakan spesies hiu yang mengalami perubahan pola kulit paling dramatis, bahkan mengalahkan hiu bambu yang berubah dari garis-garis ke abu-abu seluruhnya.

Alasan bentuk pola warna itu berkaitan dengan cara gerak mereka. Hal itu diperoleh dari hasil penelitian Dr White dan Dr Dudgeon yang bekerjasama dengan tim riset ular laut bergelar doktoral, Vinay Udyawe dan Blance D'Anastasi dari James Cook University, staf dari akuarium Reef HQ di Townsville, dan IQ Kelautan yang berlokasi di Cairns, Australia.

Selain coraknya, ikan hiu ini memiliki ekor panjang yang ukurannya sama dengan tubuh mereka. Hiu zebra ditemukan di kepulauan tropis dan subtropis Pasifik Indo-Barat. Karena cenderung langka, mereka ditemukan berenang di perairan dangkal, bisanya di area yang terdapat rumput laut atau bakau.

Wujud mereka yang mirip ular laut bisa menjadi cara yang ampuh untuk menghalangi predator yang mengintai di perairan dangkal, dan sulit untuk melarikan diri. Bukan hanya corak tubuhnya, namun cara hiu zebra berenang sangat mirip dengan ular air. (Ikr/Tnt)




10. Hiu Goblin


Hiu Goblin telah ada di Bumi sejak 125 juta tahun lalu. Hiu ini di percaya menjadi spesies hiu tertua yang diketahui masih hidup di planet yang sangat kita sayangi ini. Mereka berevolusi sejak zaman kapur dan berbagi planet bumi dengan dinosaurus seperti Tyrannosaurus Rex .

Berikut beberapa fakta luar biasa tentang hiu goblin yang mungkin belum Anda ketahui dengan baik dan benar.

1. Hiu goblin diketahui pertama kali pada tahun 1898 di lepas pantai Jepang. Sejak saat itu, mereka telah ditemukan di lautan di seluruh dunia.

saat  spesies ini pertama kali ditemukan para peneliti menyadari bahwa mereka telah melihat hiu goblin sebelumnya - tidak berenang di laut, tetapi di sisa-sisa fosil. Fosil hiu dari spesies Scapanorhynchus yang telah berumur lebih dari 100 juta tahun memiliki kemiripan yang mencolok dengan hiu goblin. Karena spesies itu dianggap sudah punah, maka hiu goblin sekarang disebut juga sebagai fosil hidup. Perlu diketahui bahwa terdapat spesies hiu lain yang juga disebut sebagai fosil hidup yakni Hiu Berjumbai ( Frilled Shark).

2. Hiu goblin terdistribusi secara global - meskipun tidak seragam. Spesies ini pernah ditemukan di Samudra Pasifik, di Samudra Hindia, dan di Atlantik. Walaupun demikian, ikan unik ini terkonsentrasi di perairan Jepang, Australia, Selandia Baru, Guyana, Suriname, Guyana Prancis, Prancis, Madeira, Portugal, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat.

3. Seperti banyak spesies yang biasanya berada di laut dalam, para ilmuwan percaya hiu goblin hanya mendekati permukaan pada malam hari dan menghabiskan sebagian besar hidup mereka dalam kegelapan.

4. Kurang dari 50 hiu goblin pernah ditangkap atau diamati oleh manusia. Walaupun demikian, hiu Goblin tidak bisa bertahan hidup di penangkaran. Terdapat dua hiu goblin berbeda di penangkaran dalam sejarah. Satu mati dalam waktu 1 minggu, sedangkan satunya lagi mati dalam 2 hari.

5. Meskipun sangat sedikit manusia yang melihat hiu goblin karena mereka hidup sangat jauh di bawah permukaan laut, diyakini bahwa mereka yaitu  spesies hiu yang sangat umum.

6. Hiu Goblin terlihat sangat aneh sehingga saat orang-orang melihat hiu ini pertama kali, sebagian besar orang berpikir mereka telah menemukan hiu yang rusak atau sakit.

7. Meskipun hiu goblin tampak memiliki kulit yang berwarna merah muda atau coklat, kulit mereka sebenarnya transparan. Warna ini berasal dari warna daging dan pembuluh darah di bawah kulit mereka. Warna yang dimiliki bergantung pada usia. Hiu muda mungkin warnanya hampir putih. Setelah mati, warna tubuh hiu ini cepat memudar menjadi abu-abu kusam atau coklat.

8. Ukuran panjang tubuh Hiu goblin dewasa biasanya antara 3 sampai 4 meter (10 sampai 13 kaki). Namun, pada tahun 2000 ditangkap seekor hiu goblin yang sangat besar, diperkirakan panjang tubuhnya mencapai 5,4 - 6,2 meter (18 - 20 kaki). Hal ini menunjukkan bahwa spesies ini bisa tumbuh jauh lebih besar dari yang diduga sebelumnya. Berat maksimum hiu goblin yang sempat di catat yaitu  sebesar 210 kg (460 lb) untuk hiu yang panjang tubuhnya 3,8 meter.

9. Hiu goblin memiliki moncong yang panjang dan rata, menyerupai bilah pedang. Panjang proporsional moncong berkurang seiring dengan bertambahnya usia.

Hidung panjang hiu goblin ini digunakan sebagai organ indera elektromagnetik untuk mendeteksi mangsa. Para peneliti percaya, bahwa moncong itu juga dapat digunakan untuk menggali mangsa dari dasar laut. Karena moncongnya yang panjang, hiu ini disebut sebagai spesies hiu yang paling jelek. Spesies hiu yang paling tampan atau paling cantik belum ditemukan.

10. Rahang hiu goblin sangat menonjol dan dapat diperpanjang hampir ke ujung moncong. Meskipun demikian, rahangnya biasa ditahan rata di bagian bawah kepala.

11. Mereka memiliki gigi yang panjang dan kecil. Oleh sebab itu, mereka cenderung menangkap mangsa, kemudian menelannya secara utuh. Hiu goblin memiliki 35-53 baris gigi di rahang atas dan 31-62 baris gigi di rahang bagian bawah. Panjang dan lebar giginya bervariasi karena yang dekat dengan pusat rahang lebih panjang dibandingkan  yang ada di belakang.

12. Hiu goblin memiliki lima pasang celah insang, dua di antaranya terletak di atas sirip punggung.

13. Hiu Goblin berburu di sepanjang lereng benua, ngarai bawah laut, dan gunung bawah laut pada kedalaman di bawah sekitar 330 kaki.

14. Hiu goblin seringkali disebut sebagai "hiu vampir" karena hiu ini membenci sinar matahari.

15. Mereka memiliki mata kecil dan tidak memiliki selaput nictitating .

Selaput nictitating merupakan selaput tipis namun tangguh yang bertindak seperti kelopak mata dan bergerak secara horizontal di atas mata. Hiu memakai  selaput nictitating untuk melindungi matanya saat  situasi berpotensi berbahaya, seperti saat  sedang menerjang mangsanya.

16. berdasar  pemeriksaan isi perut diketahui bahwa hiu goblin kebanyakan memakan krutasea, cumi-cumi, kepiting, ikan kecil, dan rattail.

17. Hiu Goblin memiliki hati besar yang membantu mereka untuk mengapung dan menjaga tubuh tetap hangat.

18. Hiu Goblin memiliki sirip yang kecil dan tubuh ramping yang lembek, jadi mereka dianggap sebagai pemburu yang lambat.

19. Karena lamban dan bukan perenang cepat, hiu goblin mungkin merupakan predator penyergap. Dengan kepadatan daging yang rendah dan hati besar yang berminyak membuatnya apung secara netral. Hal ini memungkinkannya melayang ke arah mangsa dengan gerakan minimal sehingga sulit terdeteksi.

20. Ia mendeteksi mangsa dengan menggabungkan indera penglihatan, penciuman, dan persepsi elektro-nya. Jika berada di dekat dasar laut dan menemukan korban, ia mengamatinya dari bawah tanpa bergerak. Karena bukan perenang yang terampil atau cepat, jadi ia bergerak perlahan menuju makanannya agar tidak ketahuan. Setelah mangsa masuk dalam jangkauan, rahang khusus hiu dapat melompat maju untuk menangkapnya.

Peristiwa penangkapan mangsa oleh hiu goblin direkam untuk pertama kalinya pada tahun 2008 dan 2011. Bukti video ini yang membantu mengonfirmasi penggunaan dan sistematik rahang hiu goblin yang menonjol.

Peristiwa penangkapan mangsa oleh hiu goblin ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

(Sumber Gambar: www.earthtouchnews.com/natural-world/how-it-works/the-goblin-sharks-slingshot-jaws-are-the-fastest-of-any-shark-species)

Rahang bawah memiliki kecepatan sekitar dua kali lebih besar dari rahang atas karena tidak hanya menjorok ke depan, tetapi juga berayun ke atas untuk menangkap mangsa, dan kecepatan maksimum rahang yaitu  3,14 m/s.

21. Hiu goblin yang hamil tidak pernah ditemukan, sehingga sedikit yang diketahui tentang kegiatan reproduksinya. Para peneliti menduga mungkin hiu goblin tergolong vivipar atau melahirkan anak.

Kurangnya informasi tentang kebiasaan reproduksi hiu goblin karena penampakannya sedikit. Beberapa data yang tersedia berasal dari individu yang tertangkap secara tidak sengaja, bukan dari pengamatan secara langsung di habitat aslinya.

22. Habitat hiu Goblin sangat dalam, sehingga mereka dianggap tidak mengancam manusia.

23. Oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN), hiu goblin dikategorikan sebagai spesies yang paling dikhawatirkan ( least concern , LC). Mereka tidak memenuhi syarat sebagai terancam, hampir terancam, atau (sebelum 2001) bergantung pada konservasi.

Sekelompok nelayan menangkap tidak sengaja (by catch) empat ekor hiu Goblin di perairan Aceh Jaya, Naggroe Aceh Darussalam pada Kamis (4/4/2019).

Hiu Goblin berjuluk fosil hidup yang langka ini kemudian didaratkan di TPI Rigaih, Aceh Jaya. Sayangnya hiu itu sudah terjual, tidak bisa dilacak lagi

Tertangkapnya hiu itu menjadi catatan pertama kali keberadaan hiu Goblin di perairan Indonesia. Sebelumnya, hiu Goblin tercatat ditemukan samudera di Jepang, Afrika Selatan, dan Australia.

Sejauh ini, informasi ilmiah mengenai hiu dari jenis famili Mitsukurinidae yang masih tersisa ini masih sangat sedikit. Garis keturunan famili Mitsukurinidae berusia sekitar 125 juta tahun, yang berevolusi selama periode awal Zaman Kapur bersama dengan dinosaurus.

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dimana terdapat kawasan segitiga terumbu karang yang merupakan pusat keanekaragaman hayati laut dunia.

Kawasan ini yaitu  terdapat beragam spesies yang unik dan bahkan mungkin terdapat spesies baru yang belum diketahui. Kawasan ini juga dianggap sebagai tempat yang tak tergantikan di dunia satwa laut bertulang rawan dari Kelas Chondrichthyes, seperti pari dan hiu.

Di perairan Indonesia, disebut dalam sebuah data terdapat 221 jenis satwa laut bertulang lunak. Jumlah ini bertambah lagi setelah baru-baru ini ditemukan hiu laut dalam yang langka yaitu hiu Goblin ( Mitsukurina owstoni).

Sekelompok nelayan menangkap tidak sengaja ( by catch) empat ekor hiu Goblin di perairan Aceh Jaya, Naggroe Aceh Darussalam pada Kamis (4/4/2019).

baca : 10 Jenis Hiu “Aneh” yang Patut Anda Ketahui

“Kita mendapatkan informasi ada nelayan yang menangkap hiu yang belum pernah dilihat sebelumnya di perairan Aceh Jaya. Tertangkap by catch di jaring tancap nelayan. Hiu itu kemudian didaratkan di TPI (tempat pelelangan ikan) Rigaih, Aceh Jaya,” kata Muhammad Ichsan, Sharks and Rays Officer Wildlife Conservation Society – Indonesia Program (WCS-IP).

Setelah mendapat kiriman foto-foto dari Jafar, Panglima Laot Aceh Jaya, Ichsan memastikan empat hiu itu merupakan hiu Goblin. “Waktu itu tidak ada (enumerator WCS IP) di lapangan. Kita cek fotonya, itu hiu Goblin. Sayangnya hiu itu sudah terjual, tidak bisa dilacak lagi,” katanya yang dihubungi Mongabay Indonesia, Selasa (6/8/2019).

Tertangkapnya hiu itu menjadi catatan pertama kali ditemukannya hiu Goblin di perairan Indonesia. “Nelayan (Aceh Jaya) sendiri puluhan tahun melaut, baru sekali dapat hiu seperti itu. (Penemuan hiu Goblin) jadi catatan pertama di Indonesia. Karena hiu ini biasanya ditemukan di perairan laut dalam di Jepang, Afrika Selatan, Australia atau di negara lain,” kata Ichsan.

baca juga : Benarkah Satwa Air Ini Tidak Berevolusi Selama Jutaan Tahun?

Sedangkan Peneliti pada Pusat Riset Perikanan BRSDM KP Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Dharmadi mengatakan hiu goblin tercatat pernah tertangkap ( by catch) oleh nelayan di Pelabuhan Ratu, Jawa Barat pada 2002.

“Hiu Goblin pernah ditemukan di Pelabuhan Ratu tahun 2002 saat kegiatan penelitian hiu pari kerjasama dengan ACIAR (Australian Centre for International Agricultural Research ) periode 2001-2006,” kata Dharmadi yang dihubungi Mongabay Indonesia, Rabu (7/8/2019).

Hiu itu kemudian disimpan untuk koleksi LIPI. Dharmadi mengatakan hiu Goblin memang belum ditetapkan status konservasinya oleh pemerintah karena sedikitnya informasi tentang hiu goblin, sangat jarang tertangkap dan tidak bernilai ekonomis bagi nelayan.

Badan konservasi internasional (IUCN) memasukkan hiu Goblin dalam status resiko rendah ( least concern ) karena kurangnya informasi. “Ke depan, IUCN akan melakukan kajian untuk deep sea shark . Mungkin hiu goblin akan dimasukkan (sebagai jenis satwa yang diteliti). Pada Oktober 2019 ini juga akan diadakan pertemuan grup

deep sea shark IUCN di Kanada,” tambah Dharmadi.

Hiu goblin sebelumnya telah tercatat ditemukan di perairan Indo-Pasifik, di utara Australia. Juga pernah terjerat jaring di lepas pantai Florida, Amerika.

Sejauh ini, informasi ilmiah mengenai hiu goblin masih sangat terbatas. Hiu yang sering dijuluki fosil hidup (living fossil) merupakan jenis hiu dari famili Mitsukurinidae yang masih ada.

Garis keturunan famili Mitsukurinidae berusia sekitar 125 juta tahun, yang berevolusi selama periode awal Zaman Kapur bersama dengan dinosaurus.

Hiu Goblin biasanya menghuni kedalaman lebih dari 100 meter, meskipun mereka tertangkap pada kedalaman lebih satu kilometer. Hiu goblin bergerak lambat dan hidup di kedalaman 1.200 m di berbagai perairan dalam di Samudera Pasifik dan Atlantik. Panjang tubuhnya bisa mencapai 3,8 meter.

Moncongnya yang khas memanjang –sehingga diberi nama hiu goblin– berfungsi untuk penting untuk proses makan di kegelapan laut. Moncong dengan ampullae elektro-sensorik Lorenzini ini mampu mendeteksi medan listrik kecil yang diproduksi oleh mangsa mendekat seperti cepalopoda dan krustasea. Rahangnya kemudian dapat memanjang dengan cepat, hampir ke ujung moncongnya, untuk menangkap mangsanya.

menarik dibaca : 10 Makhluk Dasar Laut yang Patut Anda Ketahui

Pentingnya Penelitian

Meski banyak jenis satwa laut bertulang rawan dari Kelas Chondrichthyes yang ditemukan di perairan Indonesia, hiu goblin saat ini tidak dianggap berisiko punah. Karena penyebarannya yang luas dan habitat airnya yang dalam, yang berisiko lebih rendah dari tekanan penangkapan ikan.

Namun kondisi tersebut bisa berubah dengan ekspansi perikanan tangkap laut dalam. Banyak spesies laut dalam memiliki siklus hidup yang lambat dan tidak dapat dengan mudah pulih dari tekanan penangkapan.

Ini sangat berisiko bagi spesies langka seperti hiu goblin, yang hanya memiliki sedikit riwayat kehidupan dan informasi ekologis untuk membuat keputusan manajemen yang terinformasi.

Hal itu menggarisbawahi pentingnya penelitian perikanan yang berkelanjutan tentang spesies hiu yang untuk memastikan tidak cepat punah.

Ichsan mengatakan WCS-IP telah bekerja pada penelitian dan manajemen hiu di provinsi Aceh sejak 2016. Aceh sendiri merupakan salah satu provinsi dengan tangkapan hiu terbesar di Indonesia.

WCS-IP bekerjasama dengan lembaga tradisional yang unik untuk perikanan dan pengelolaan laut yang disebut Panglima Laot, pemerintah daerah, LSM, dan untuk mengembangkan rencana pengelolaan hiu di Aceh.


Hiu Goblin , Perikanan Tangkap, Satwa Dilindungi , Satwa Laut Sekelompok nelayan menangkap tidak sengaja (by catch) empat ekor hiu Goblin di perairan Aceh Jaya, Naggroe Aceh Darussalam pada Kamis (4/4/2019). Foto : Jafar/Panglima Laot Aceh Jaya/Mongabay Indonesia

Sekelompok nelayan menangkap tidak sengaja (by catch) empat ekor hiu Goblin di perairan Aceh Empat ekor hiu Goblin yang tertangkap nelayan dan dibawa ke TPI Rigaih, Aceh Jaya, Naggroe Aceh Darussalam pada Kamis (4/4/2019). 

Empat hiu Goblin yang langka di TPI Rigaih, Aceh Jaya, Aceh pada Kamis (4/4/2019). Sayangnya hiu ini terjual dan tidak bisa terlacak lagi. 

Gambar di atas yaitu  hiu goblin yang terjerat jaring di lepas pantai Florida, Amerika. Hiu bernama ilmiah Mitsukurina owstoni ini mungkin yaitu  hiu dengan penampilan paling menyeramkan.

Hiu goblin bergerak lambat dan hidup di kedalaman 1.200 m di berbagai perairan dalam di di Samudera Pasifik dan Atlantik. Ia hidup dengan mengkonsumsi ikan, termasuk hiu, dan tubuhnya bisa tumbuh hingga 3,8 m.

Seperti halnya hiu berjumbai, hiu goblin juga diperkirakan ada sejak zaman prasejarah dengan struktur tubuh yang tidak berubah selama jutaan tahun. Sejauh ini, informasi ilmiah mengenai hiu goblin masih sangat terbatas. Meski demikian hewan ini masih eksis, masih ada di perairan Jepang dan beberapa kali berhasil terekam kamera.Hiu Goblin ( Mitsukurina owstoni ) yaitu  spesies hiu laut dalam langka yang kurang dipahami. Kadang-kadang disebut "fosil hidup", itu yaitu  satu-satunya wakil yang masih ada dari keluarga Mitsukurinidae, garis keturunan tua sekitar 125 juta tahun. Hewan berkulit merah muda ini memiliki profil ciri yang khas dengan moncong pipih memanjang, dan rahang yang sangat protrusible yang mengandung gigi seperti kuku yang dapat menonjol keluar. Hiu ini panjangnya biasanya antara 3 dan 4 m (10 dan 13 kaki) saat  dewasa, meskipun dapat tumbuh jauh lebih besar. hiu Goblin mendiami lereng atas benua, lembah bawah laut, dan gunung laut di seluruh dunia pada kedalaman lebih dari 100 m (330 ft), dengan spesimen dewasa yang ditemukan lebih dalam dibandingkan  spesimen remaja.

ukuran hiu goblin

Berbagai fitur anatomi hiu goblin, seperti tubuh lembek dan sirip kecil, menunjukkan bahwa ia yaitu  bergerak lamban di alam. Spesies ini memburu ikan teleost, cumi, dan krustasea baik dekat dasar laut dan tengah laut. Moncong panjang ditutupi dengan disembut ampullae of Lorenzini yang memungkinkan untuk merasakan medan listrik yang diproduksi oleh mangsa di dekatnya, yang bisa mengambil cepat mangsa dengan rahangnya. Sejumlah kecil dari hiu goblin yang tidak sengaja tertangkap oleh nelayan. The International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah dinilai sebagai Least Concern, mengutip distribusi yang luas dan rendah insiden penangkapan.

Taksonomi

Berbeda posisi rahang di diawetkan hiu goblin memicu  beberapa spesimen yang keliru digambarkan sebagai spesies yang berbeda.

perbedaan posisi rahang yang terawetkan dihiu goblin memicu  beberapa spesimen yang keliru digambarkan sebagai spesies yang berbeda. Ichthyologist Amerika David Starr Jordan menggambarkan hiu goblin tahun 1898 dalam edisi Prosiding California Academy of Sciences, mengakui ikan aneh tidak hanya sebagai spesies baru, tetapi juga genus dan keluarga baru. Akunnya Dia berdasar  pejantan yang belum dewasa dengan panjang 107 cm (42 in) tertangkap di Sagami Bay dekat Yokohama, Jepang. Spesimen telah diakuisisi oleh nakhoda kapal dan naturalis Alan Owston, yang telah diberikan kepada Profesor Kakichi Mitsukuri di Universitas Tokyo, yang pada gilirannya telah membawanya ke Yordania. Dengan demikian, Jordan memberi mnama hiu tersebut dengan nama Mitsukurina owstoni untuk menghormati kedua orang ini.

Nama umum "goblin shark" yaitu  terjemahan lama dari nama Jepang tenguzame, sebuah Tengu yang menjadi makhluk mitos Jepang yang sering digambarkan dengan hidung panjang dan wajah merah, Nama lain untuk spesies ini yaitu  Hiu peri.Tak lama setelah deskripsi Jordan diterbitkan, beberapa ilmuwan mencatat kesamaan antara Mitsukurina dan hiu punah dari era

Mesozoikum , yaitu hiu Scapanorhynchus. Untuk sementara waktu, pandangan yang berlaku yaitu  untuk mengobati Mitsukurina sebagai sinonim junior dari Scapanorhynchus. Akhirnya, fosil yang lebih lengkap mengungkapkan banyak perbedaan anatomis antara Scapanorhynchus dan Mitsukurina, memimpin penulis untuk menganggap mereka sebagai genera yang berbeda. Beberapa spesimen hiu goblin digambarkan sebagai spesies yang terpisah pada tahun 1904-1937, tidak ada yang sekarang dianggap valid. Kebingungan taksonomi ini muncul karena rahang spesimen itu tetap pada berbagai tingkat tonjolan selama hidup, memberikan penampilan perbedaan proporsional dikepala.

Filogeni dan evolusi

studi filogenetik berdasar  morfologi umumnya menempatkan hiu goblin sebagai anggota paling basal dari urutan Lamniformes, atau yang dikenal sebagai hiu makarel.Studi yang memakai  data genetika juga telah mendukung posisi basal untuk spesies ini. Keluarga Mitsukurinidae, diwakili oleh Mitsukurina, Scapanorhynchus, dan Anomotodon, yang hidup di zaman Aptian dari periode Cretaceous (125-113 juta tahun yang lalu). Mitsukurina sendiri pertama kali muncul dalam catatan fosil selama Eosen Tengah (49-37 juta tahun yang lalu); spesies punah termasuk M.lineata dan M. maslinensis.Striatolamia macrota, yang hidup di perairan dangkal yang hangat selama Paleogen (66- 23 juta tahun yang lalu), juga dapat menjadi spesies Mitsukurina. Sebagai anggota terakhir dari garis keturunan purba, dan salah satu yang mempertahankan beberapa sifat-sifat primitif, hiu goblin juga telah digambarkan sebagai "fosil hidup".

Deskripsi

Rahang hiu goblin memperpanjang secara dramatis saat  makan

Hiu goblin memiliki moncong khas panjang dan datar, menyerupai pisau pedang. Panjang proporsional moncong menurun sesuai dengan usia. Mata kecil dan kurang membran pelindung nictitating; di belakang mata spirakel. Mulut besar, Rahang sangat protrusible dan dapat memanjang hampir ke ujung moncong, meskipun biasanya tertahan di bawah kepala. Ia memiliki 35-53 baris gigi di rahang atas dan 31-62 baris gigi yang ada di rahang bawah. Gigi di bagian utama dari rahang yang panjang dan ramping, terutama yang dekat simfisis (rahang titik tengah), dan halus beralur memanjang. Gigi belakang dekat sudut rahang kecil dan memiliki bentuk pipih yang digunakan untuk menghancurkan. Banyak variasi individu panjang dan lebar gigi terjadi, di apakah gigi memiliki cusplet kecil disetiap sisi titik puncak utama, dan dengan adanya kesenjangan antara gigi utama dan belakang. Lima pasang celah insang yang pendek, dengan filamen insang dalam sebagian; pasangan kelima ada di atas sirip dada.

tubuh cukup ramping dan lembek. Kedua sirip punggung serupa dalam ukuran dan bentuk, baik yang kecil dan bulat. Sirip dada juga agak kecil dan bulat. sirip perut dan dubur memiliki basis panjang dan lebih besar dari sirip punggung. pangkal ekor rata dari sisi ke sisi dan tidak memiliki keels atau takik. Sirip ekor asimetris memiliki lobus atas yang panjang dengan lekukan ventral dangkal dekat ujung, dan lobus bawah tidak jelas.

kulit lunak semitranslucent memiliki tekstur kasar dari tudung dari dentikel kulit, masing-masing berbentuk seperti tulang belakang yang tegak dan pendek dengan puncak memanjang. Dalam kehidupan, spesies ini berwarna merah muda atau cokelat karena pembuluh darah yang terlihat dari bawah kulit; warna bergantung dengan usia, dan hiu muda mungkin warnanya hampir putih. Margin sirip yang tembus berwarna abu-abu atau biru, dan mata berwarna hitam dengan garis-garis kebiruan di iris. Setelah kematian, warna cepat memudar menjadi abu-abu kusam atau coklat.Hiu dewasa biasanya berukuran panjng antara 3 dan 4 m (10 dan 13 kaki). Namun, penangkapan oleh seorang perempuan yang berukuran sangat besar diperkirakan mencapai panjang 5,4-6,2 m (18-20 kaki) pada tahun 2000, menunjukkan spesies ini dapat tumbuh jauh lebih besar dari yang diduga sebelumnya. Berat maksimum pada catatan yaitu  210 kg (460 lb) untuk hiu yang panjangnya 3.8 m.

Distribusi dan habitat

Hiu goblin telah tertangkap diketiga samudera utama, menunjukkan distribusi global yang luas. Di Samudra Atlantik, telah direkam dari Teluk Meksiko utara, Suriname , Guyana Prancis, dan Brasil selatan dibagian barat, dan Prancis, Portugal , Madeira, dan Senegal dibagian timur.Ini juga telah berkumpul dari gunung laut di sepanjang Mid-Atlantic Ridge. Di Indo-Pasifik dan Oceania, telah ditemukan di lepas pantai Afrika Selatan, Mozambik, Jepang ,

Taiwa n, Australia , dan Selandia Baru . Sebuah spesimen tunggal Pasifik timur dikenal, berkumpul dari California selatan.jenis ini paling sering ditemukan di atas lereng benua atas pada kedalaman 270–960 m (890-3,150 kaki). Telah tertangkap sedalam 1.300 m (4.300 kaki), dan gigi telah ditemukan bersarang di kabel bawah laut pada kedalaman 1.370 m (4.490 ft). dewasa menghuni kedalaman lebih dari remaja. Hiu goblin belum menghasilkan sering lembah kapal selam dari Jepang selatan pada kedalaman 100–350 m (330-1,150 kaki), dengan individu kadang-kadang berkelana ke perairan pantai dangkal 40 m (130 kaki).Pada bulan April 2014, nelayan di Key West, Florida, saat memancing di Teluk Meksiko menangkap hiu goblin di jaring mereka, hanya yang kedua yang pernah ditangkap di Teluk. Hiu difoto dan dilepaskan kembali ke air. Pada Juli 2014 hiu Goblin ditemukan dijaring perikanan di Sri Lanka. Hal ini dilaporkan dalam valaichchenai garis pantai timur di Sri Lanka. hiu yang panjangnya yaitu  sekitar 4 meter dan berat sekitar 7.5 kg. hiu itu diserahkan ke (Badan Nasional Sumber Daya Penelitian & Pengembangan Aquatic) NARA untuk penelitian lebih lanjut.