Tidak mampu 10
Dari uraian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya maraknya perencanaan pembangunan dan berbagai kegiatan
pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah balum bisa mengatasi dan
menghilangkan kemiskinan. Jika dilihat dari realita atau fenomena yang terjadi justru sebaliknya, jumlah kemiskinan semakin meningkat. Adanya
ketidak merataan pembangunan dianggap sebagai salah satu penyebab
kegagalan pembangunan yang menimbulkan kemiskinan. Bermacammacam program pengentasan kemiskinan telah diterapkan juga guna
mengatasi fenomena kemiskinan, namun kiranya belum bisa mampu
mengatasi permasalahan tersebut. Berbagai faktor muncul dan menyebabkan
kegagalan penanggulangan kemiskinan di Negara Indonesia. Kurang
tepatnya penanggulangan yang dilakukan pemerintah mengakibatkan
fenomena kemiskinan akan selalu ada. Hal ini juga terjadi karena kurangnya
pemahaman pemerintah mengenai kemiskinan tersebut. Dan masih banyak
faktor-faktor lain yang kemudian mengganggu jalannya program
kemiskinan. Dari adanya kegagalan tersebut perlu adanya strategi
pembangunan yang tepat guna menanggulangi kemiskinan di Negara
Indonesia. Strategi ini kiranya dapat menanggulangi dan mengurangi jumlah
kemiskinan dan mampu mewujudkan cita-cita yang telah ada tercantum
dalam UUD 1945. Pemerintah diharapkan mampu merencanakan dan
memeratakan pembangunan yang ada.
Di masa yang akan datang, warga kita jelas akan menghadapi
banyak perubahan sebagai akibat dari kemajuan yang telah dicapai dalam
proses pembangunan sebelumnya. Hal ini didorong danya kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta pengaruh globalisasi. Satu hal yang tidak
mungkin dihindari adalah kegiatan pembangunan nasional akan semakin
terkait erat dengan adanya perkembangan nasional. Pembangunan
merupakan usaha terencana dan terarah untuk meningkatkan kesejahteraan
hidup manusia yang menuntut adanya perubahan social budaya sebagai pendukung keberhasilannya dan menghasilkan perubahan social budaya.
menyatakan bahwa “Perubahan yang
dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan
atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh fihak-fihak yang
hendak mengadakan perubahan di dalam warga ”.
Pembangunan nasional Indonesia bertujuan untuk mewujudkan
suatu warga adil dan makmur, material, dan spiritual berdasarkan
Pancasila, di dalam wadah negara kesatuan republik Indonesia yang
merdeka, berdaulat, dan bersatu, dalam suasana perikehidupan bangsa yang
damai, tentram, tertib, dan dinamis, serta dalam lingkungan pergaulan hidup
dunia yang merdeka, bersahabat, tertib, dan damai. Hal ini juga tercancum
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah mencantumkan tujuan
pembangunan nasionalnya. Kesejahteraan warga adalah suatu keadaan
yang selalu menjadi cita-cita seluruh bangsa di dunia ini. Sementara, yang
menjadi hakikat pembangunan nasional Indonesia ialah pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh warga
Indonesia.
Pada era masa kini, perencanaan pembangunan seolah-olah telah
menjadi kegiatan utama yang sedang di galakkan oleh pemerintah. Dengan
tujuan lain yaitu untuk mencapai modernisasi. Adanya keinginan untuk
membuat Negara modern inilah kemudian semakin digalakkan kegiatan
pembangunan. Bahkan kegiatan dan konsep pembangunan ini kemudian
diterapkan dalam berbagai hal, seperti pembangunan desa, pembangunan
kota, pembangunan daerah dll. Dan pada akhirnya semua sector mengalami
pembangunan.
Dalam perkembangan lebih lanjut Syarif Moeis mengungkapkan
bahwa, “suatu proses pembangunan dapat dijadikan sebagai suatu ukuran
untuk menilai sejauh mana nilai-nilai dasar warga yang terlibat dalam
proses ini bisa memenuhi seperangkat kebutuhan hidup dan mengatasi
berbagai masalah dari dinamika warga nya.” Lebih lanjut
mengungkapkan bahwa “Terpaan dari faktor-faktor ekonomi yang
menimbulkan krisis ekonomi pada tahun 1998 yang kemudian
mengguncang sendi-sendi pokok kehidupan warga Indonesia secara berkelanjutan seolah-olah memberikan gambaran yang jelas bahwa selama
ini belum ada konsep atau bentuk pembangunan yang jelas dalam
warga ini”. Dari adanya pernyataan diatas dapat dilihat bahwa
sedemikian kurangnya pemahaman nilai-nilai dasar tentang konsep
pembangunan dalam warga .
Maraknya kegiatan dan perencanaan pembangunan belum
sepenuhnya mampu mensejahterakan bangsa dan Negara. Pembangunan di
berbagai sektor juga belum dapat menampung dan memenuhi kebutuhan
warga . Dapat kita lihat bahwa hingga kini masalah kemiskinan belum
bisa di tanggulangi dengan baik. Bahkan semakin maraknya pembangunan
semakin menambah deret kemiskinan di negeri ini.
Kemiskinan merupakan salah satu masalah serius dalam proses
pembangunan nasional di Indonesia. Masalah ini seolah-olah tidak dapat
dituntaskan secara serius, pada-hal upaya pemerintah telah memperkenalkan
berbagai paket dan program yang melibatkan sejumlah pakar kemiskinan
nasional dan internasional. Hakekatnya belum ada keberlanjutan
(sustainability) sistem penanganan kemiskinan baik dalam satu rezim
kekuasaan maupun pada saat peralihan rezim. Berdasarkan data Biro Pusat
Statistik (BPS), tahun 2005 ada 35,10 juta penduduk miskin. Kemudian data
tahun 2006 menjadi 39,05 juta. Artinya jumlah penduduk miskin bertambah
3,95 juta. Pada tahun 2007 tercatat 37,17 juta orang.Dibandingkan tahun
2006, penduduk miskin turun sebesar 2,13 juta.
Selain kegiatan pembangunan ada berbagai program-program
pengentasan kemiskinan yang telah diupayakan untuk menanggulangi
kemiskinan. Beberapa program tersebut diantaranya Inpres Desa Tertinggal
(IDT), Program Tabungan Kesejahteraan Rakyat Kredit Usaha untuk
Kesejahteraan Rakyat (Takesra-Kukesra), Program Penanggulangan
Dampak Kritis Ekonomi (PDM-DKE), dan program Jaring Pengaman Sosial
Bidang Kesehatan (JPS-BK), kemudian diteruskan dengan program dana
bergulirnya program subsidi langsung tunai/ Bantuan Langsung Tunai
(SLT/BLT), bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan program P2KP yaitu
program penanggulangan kemiskinan di perkotaan. Dari sederet program
pengentasan kemiskinan di atas belum sepenuhnya dapat mengentaskan
kemiskinan yang melanda warga . Menurut Ahmad Taufiq “Adanya kelemahan mendasar yang menganggap warga miskin hanya membutuhkan
modal atau bantuan cuma-cuma dari pemerintah dianggap menjadi
penyebab kegagalan program pengentasan kemiskinan tersebut”.
Dari uraian di atas menunjukan adanya ketidak sesuaian antara
tujuan pembangunan dengan realita yang terjadi di lapangan. Tujuan
pembangunan untuk mensejahterakan kehidupan bangsa seoalah hanya
wacana saja. Semakin maraknya perencanaan dan kegiatan pembangunan
belum mampu menanggulangi kemiskinan di Negeri Indonesia. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan
yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan warga ,
bangsa, dan Negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional
yang termakjub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pembangunan nasional dilaksanakan
secara berencana, menyeluruh, terpadu, terarah, bertahap, dan berkelanjutan
untuk memacu peningkatan kemampuan nasional dalam rangka
mewujudkan kehidupan uang sejajar dan sederajat dengan bangsa yang
lebih maju.
Menurut Suharto (2005:5) fungsi pembangunan nasional dapat
dirumuskan dalam tiga tugas utama, antara lain : 1) fungsi pertumbuhan
ekonomi yang mengacu pada bagaimana melakukan wirausaha guna
memperoleh pendapatan financial yang diperlukan untuk membiayai kegiatan pembangunan. 2) Fungsi perawatan warga yang menunjuk
pada bagaimana merawat dan melindungi warga Negara dari berbagai
macam resiko yang mengancam kehidupan. Dan 3) fungsi pengembangan
manusia mengarah pada peningkatan kompetensi SDM yang menjamin
tersedianya angkatan kerja berkualitas yang mendukung mesin
pembangunan.
Secara teoritis, kegiatan nasional suatu bangsa yang menjadi
kegiatan tak terpisahkan dari perkembangan internasional akan
menumbuhkan apa yang biasa disebut dengan global governance. Oleh
karena itu, persoalan-persoalan ekonomi dan politik semakin sukar
dipecahkan dalam bingkai atau pola piker Negara-bangsa.
Tujuan pembangunan itu sendiri adalah ingin menjadikan lebih
makmur dan ingin agar demokrasi menjadi lebih sempurna, suatu kehidupan
nasional yang lebih sempurna yang dapat member akomodasi kepada aneka
warna kebudayaan bangsa, dan dapat menghasilkan lebih banyak karya yang
bisa membanggakan sebagai bangsa Dalam
melakukan pembangunan ada akibat dan aspek negativ dari kemakmuran
serta demokrasi yang terlampau extrem, antara lain : 1) individualism
extrem serta isolasi individu, 2) keretakan prinsip-prinsip kekeluargaan, 3)
hilangnya nilai-nilai hidup rohaniah yang mempertinggi mutu hidup, 4)
penggunaan kelebihan harta dan waktu luang yang tak wajar, dan 5) polusi
dan pencemaran lingkungan hidup.
suatu bangsa yang hendak
mengintensifkan uasha untuk pembangunan harus berusaha agar banyak dari
warganya : 1) lebih menilai tinggi orientasi ke masa depan, dan bersifat
hemat untuk bisa lebih teliti memperhitungkan hidupnya di masa depan, 2)
lebih menilai tinggi hasrat explorasi untuk mempertinggi kapasitas
berinovasi, 3) lebih menilai tinggi orientasi ke arah achievement dari karya,
dan 4) menilai tinggi mentalitas berusaha atas kemampuan sendiri, percaya
kepada diri sendiri, berdisiplin murni dan berani bertanggung jawab sendiri.
b) Kemiskinan
Menurut BPS dan Depos (2002:4) dalam Suharto, kemiskinan
merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standart
kebutuhan minimum, baik untuk makan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold).
Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap
individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori
per orang per hari dan kebutuhan non makanan yang terdiri dari perumahan,
pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa
lainnya.
Dari segi ekonomi, kemiskinan adalah kondisi yang ditandai oleh
serba kekurangan : kekurangan pendidikan, keadaan kesehatan yang buruk,
dan kekurangan transportasi yang dibutuhkan oleh warga (SMERU
dalam Suharto, 2004). Dari segi politik, kemiskinan dapat dilihat dari
tingkat akses terhadap kekuasaan. Dalam konteks politik Friedman
mendefinisikan kemiskinan dalam kaitannya dengan ketidaksamaan
kesempatan dalam mengakumulasikan basis kekuasaan sosial yang meliputi
: a) modal produktif atau asset (tanah, perumahan, alat produksi, kesehatan),
b) sumber keuangan (pekerjaan dan kredit), c) organisasi sosial dan politik
yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan bersama (koperasi,
parpol, organisasi sosial), d) jaringan social untuk memperoleh pekerjaan,
barang, dan jasa, e) pengetahuan dan ketrampilan, dan f) informasi yang
berguna untuk kemajuan hidup (Friedman dalam Suharto, 2004). Dari segi
sosial psikologis, kemiskinan adalah kekurangan jaringan dan struktur sosial
yang mendukung dalam mendapatkan kesempatan-kesempatan peningkatan
produktivitas.
Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan antara kelompok
warga berpendapatan tinggi dan kelompok warga
berpenghasilan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang
berada di bawah garis kemiskinan merupakan dua masalah besar dibanyak
negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia. Kemiskinan adalah
keadaan dimana terjadi ketidak mampuan untuk memenuhi kebutuhan
dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan
kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh
kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang
memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi
memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman
utamanya meliputi: Pertama, gambaran kekurangan materi, yang
biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan,
dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai
situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar. Kedua, gambaran
tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan,
dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam warga . Hal ini
termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya
dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah
politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi. Ketiga,
gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai.
Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian
politik dan ekonomi di seluruh dunia. Penyebab kemiskinan diantaranya :
1. Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan
sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin.
Namun lebih tepatnya terletak pada perbedaan kualitas sumber
daya manusia dan perbedaan akses modal.
2. Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan
pendidikan keluarga. Penyebab sub-budaya (subcultural), yang
menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari
atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
3. Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi
orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi. Karena ciri
dan keadaan warga dalam suatu daerah sangat beragam
(berbeda) ditambah dengan kemajuan ekonomi dan pertumbuhan
ekonomi yang masih rendah.
4. Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan
merupakan hasil dari struktur social dan kebijakan pemerintah.
Kebijakan dalam negeri seringkali dipengaruhi oleh kebijakan luar
negeri atau internasional antara lain dari segi pendanaan. Dan
yang paling penting adalah Ketidakmerataannya Distribusi
Pendapatan yang dilaksanakan oleh pemerintah.
Dengan menggunakan perspektif yang lebih luas, David Cox
membagi kemiskinan ke dalam beberapa dimensi :
1. Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi.
2. Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan.
3. Kemiskinan sosil.
4. Kemiskinan konsekuensial.Ukuran Kemiskinan dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Kemiskinan Absolut
Konsep kemiskinan pada umumnya selalu dikaitkan dengan
pendapatan dan kebutuhan, kebutuhan tersebut hanya terbatas pada
kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar ( basic need ). Kemiskinan dapat
digolongkan dua bagian yaitu :
a. Kemiskinan untuk memenuhi bebutuhan dasar.
b.Kemiskinan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.
2. Kemiskinan Relatif
Menurut Kincaid ( 1975 ) semakin besar ketimpang antara
tingkat hidup orang kaya dan miskin maka semakin besar jumlah
penduduk yang selalu miskin. Yakni dengan melihat hubungan antara
populasi terhadap distribusi pendapatan.
c) Teori Dependensi
Teori dependensi muncul pertama kali di Amerika Latin sebagai
akibat atau reaksi balik terhadap kegagalan teori modernisasi. Pada awal
kelahirannya, teori ini lebih merupakan jawaban atas kegagalan program
yang dijalankan oleh ECLA ( Economic Commission for Latin Amerika).
Lembaga tersebut dibentuk dengan tujuan untuk mampu menggerakkan
perekonomian di negara-negara Amerika Latin dengan membawa
percontohan teori Modernisasi yang telah terbukti berhasil di Eropa. Teori
dependensi lebih menitik beratkan pada persoalan keterbelakangan dan
pembangunan negara Dunia Ketiga.
Teori dependensi lahir dari dua induk, yaitu pertama, Raul Prebisch :
industri substitusi import. Menurut Prebish keterbelakangan di negaranegara Amerika Latin akibat dari terlalu mengandalkan ekspor barangbarang primer. Dan Negara-negara yang terbelakang harus melakukan
industrialisasi yang dimulai dari industri substitusi impor. Prebish tidak
menganjurkan system ekonomi di pimpin oleh Negara seperti yang
dilakukan Negara sosialis. Kedua, Paul Baran: sentuhan yang mematikan
dan kretinisme. Baginya perkembangan kapitalisme di negara-negara
pinggiran beda dengan kapitalisme di negara-negara pusat. Di negara
pinggiran, system kapitalisme yang dikembangkan seperti terkena penyakit
kretinisme yang membuat orang tetap kerdil.Dalam perkembangannya, teori dependensi terbagi dua, yaitu
dependensi klasik yang diwakili oleh Andre Gunder Frank dan Theotonio
Dos Santos, dan dependensi baru yang diwakili oleh F.H. Cardoso.
1. Andre Guner Frank : Pembangunan keterbelakangan. Bagi Frank
keterbelakangan hanya dapat diatasi dengan revolusi, yakni revolusi
yang melahirkan sistem sosialis.
2. Theotonia De Santos : Theotonio Dos Santos mendefinisikan bahwa
negara-negara pinggiran atau satelit pada dasarnya merupakan
bayangan dari negara-negara pusat atau metropolis. Bila negara
pusat berkembang dengan baik maka negara satelit akan berkembang
dan bila negara pusat terjadi krisis maka negara satelit akan
mengalami krisis. Menurutnya ada 3 bentuk ketergantungan, yakni :
a. Ketergantungan Kolonial: hubungan antar penjajah negara pusat
dan negara pinggiran bersifat eksploitatif.
b. Ketergantungan Finansial-Industri: pengendalian dilakukan
melalui kekuasaan ekonomi dalam bentuk kekuasaan financialindustri.
c. Ketergantungan Teknologis-Industrial: penguasaan terhadap
surplus industri dilakukan melalui monopoli teknologi industri.
Menurut Dos Santos bahwa keterbelakangan yang ada
disebabkan karena ekonomi negara-negara yang kurang
menyatu dengan kapitalisme, tetapi sebaliknya, hambatan yang
paling besar bagi pembangunan di negara-negara adalah karena
menyatukan diri dengan system internasional dan mengikuti
hukum perkembangannya. Bagi Dos Santos kapitalisme bukan
kunci pemecahan masalah, melainkan penyebab dari timbulnya
masalah.
3. Henrique Cardoso : kemajuan yang berhasil dilakukan di negara
pinggiran menyisakan beberapa masalah. Masalah tersebut adalah
ketimpangan yang makin besar, mengutamakan produk konsumsi
mewah dan tahan lama serta bukan pada kebutuhan dasar rakyat
banyak, berakibat hutang yang menumpuk, menghasilkan
kemiskinan, kurang terserap dan cenderung mengeksplotasi tenaga
kerja.
Dalam perspektif Teori dependensi tentang negara miskin Santos
mengamsusikan bahwa bentuk dasar ekonomi dunia memiliki aturan-aturan
perkembangannya sendiri, tipe hubungan ekonomi yang dominan di negara
pusat adalah kapitalisme. Santos menjelaskan bagaimana timbulnya
kapitalisme yang dapat menguasai sistem ekonomi dunia. Keterbatasan
sumber daya pada negara maju mendorong mereka untuk melakukan
ekspansi besar-besaran pada negara miskin. Pola yang dilakukan
memberikan dampak negatif berupa adanya ketergantungan yang dialami
oleh negara miskin.
B. Pembahasan
1. Perencanaan dan program pembanguan belum dapat
menanggulangi kemiskinan di Negara Indonesia.
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan pada abad ini
terlihat telah berhasil membawa kesejahteraan dan berbagai kemudahan bagi
manusia dalam menjalani kehidupannya. Meskipun kemudahan hidup
dengan munculnya teknologi baru telah menggiring manusia ke arah
kehidupan manusia yang lebih baik dan sejahtera, tetapi ternyata hanya
sebagian saja yang dapat menikmati kemajuan itu, sebagian lainnya masih
tetap bergelimang dengan kehidupan tradisional (Sairin, 2002:265-266).
Menurut Chambers (1987) kemiskinan dianggapnya sebagai proses
interaksi dari berbagai faktor yang muncul sebagai akibat dari situasi
ketidakadilan, ketidakpastian, ketimpangan, ketergantungan dalam struktur
warga . Oleh karena itu, kemiskinan lebih tepat disebut sebagai
perangkap kemiskinan (deprivation trap). Lima unsur penyebab kemiskinan
yang saling terkait yaitu : ketidakberdayaan (powerlessness), kerawanan
atau kerentanan (vulnerability), kelemahan fisik (physical weakness),
kemiskinan (poverty), dan isolasi (isolation)
(http://kosasihade75.blogspot.com/2009/06/teori-pembangunan.html).
Negara miskin akan selalu menjadi negara yang terbelakang dalam
pembangunan karena tidak dapat mandiri serta selalu tergantung dengan
negara maju. Negara maju identik menjadi negara pusat, sedangkan negara
miskin menjadi satelitnya. Konsep ini lebih dikenal dengan istilah “pusat -
periferi”. Pola hubungan antara pusat-periferi ini dijelaskan oleh Frank
bahwa kemampuan negara satelit dalam pembangunan ekonomi terutama
pembangunan industri kapitalis meningkat pada saat ikatan terhadap negara
pusat sedang melemah. Pendapat ini merupakan antitesis dari modernisasi
yang menyatakan bahwa kemajuan negara dunia ketiga hanya dapat
dilakukan dengan hubungan dan difusi dengan negara maju .Dampak dari ketergantungan ini terhadap dunia ketiga adalah
ketimpangan pembangunan, ketimpangan kekayaan, eksploitasi tenaga
kerja, serta terbatasnya perkembangan pasar domestik negara dunia ketiga
itu sendiri. Asumsi dasar teori dependensi ini menganggap ketergantungan
sebagai gejala yang sangat umum ditemui pada negara-negara dunia ketiga,
disebabkan faktor eksternal, lebih sebagai masalah ekonomi dan polarisasi
regional ekonomi dan kondisi ketergantungan adalah anti pembangunan atau
tak akan pernah melahirkan pembangunan.
Hal ini juga mempengaruhi pandangan-pandangan teoritisi
Dependensi diatas bahwa kemiskinan di suatu negara disebabkan karena
faktor eksternal. Kemiskinan dilihat sebagai akibat dari bekerjanya
kekuatan-kekuatan luar yang menyebabkan negara yang bersangkutan gagal
melakukan pembangunannya. Munculnya kemiskinan juga diakibatkan oleh
bias pembangunan yang hanya bertumpu pada filsafat ketergantungan
(depedensi) terhadap negara-negara maju dan modern. Jika pola dan
ideology pembangunan masih tetap seperti itu dengan mengadopsi teori dan
praktek ideology barat, maka pembangunan Indonesia akan menyisakan
sejumlah persoalan seperti kemiskinan.
Faktanya pola pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah saat
ini, belum menyentuh kepentingan warga secara universal dan
komprehensif, pembangunan hanya mampu diperuntukan untuk kepentingan
para pemilik modal, pembangunan hanya dinikmati oleh segelintir orang.
Paradigma pemerataan yang dihembuskan oleh pemerintah belum bisa
diwujudkan secara nyata dalam dinamika kehidupan warga Indonesia.
Akibat dari biasnya pembangunan tersebut, maka teciptalah warga
miskin. Karena itu, model pembangunan seharusnya bertumpu pada
keinginan warga , sebab kenyataannya antara keinginan pemerintah
sebagai elit pembangunan seringkali bersebrangan dengan keinginan
warga pada umumnya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan penanggulangan
kemiskinan di Negara Indonesia.
Tingkat kemiskinan di Indonesia setiap tahun meningkat, menurut
data statistik tentang tingkat kemiskinan jumlah penduduk yang hidup di
bawah garis kemiskinan pada bulan maret 2006 dan sebanyak 39,90 juta
jiwa (17,75 %) dibandingkan pada bulan februari 2005 jumlah penduduk
yang mengalami peningkatan sebesar 3,95 juta jiwa. (Data BPS). Berbagai
program untuk menanggulagi kemiskinan telah diadakan oleh pemerintah,
namun belum dapat membuahkan hasil. Menurut Alif Basuki (2007) Ada
dua faktor penting yang menyebabkan kegagalan program penanggulangan
kemiskinan di Indonesia. Pertama program-program penagnggulangan
kemiskinan selama ini cenderung fokus pada upaya penyaluran bantuan
sosial untuk orang miskin, kedua adanya latar belakang paradigma dan
pemahaman yang kurang tepat tentang kemiiskinan itu sendiri sehingga
program penanggulangan kemiskinan ini tidak tepat sasaran. Penaggulangan
kemiskinan haruslah berperspektif kepada hak. Artinya Negara harus
berusaha semaksimal mungkin memenuhi hak-hak dasar rakyatnya.
Meliputi hak atas pendidikan, kesehatan, perumahan, pekerjaan layak dll.
Menurut Ritonga (2003) bahwa, program-program penanggulangan
kemiskinan selama ini belum berhasil mengatasi masalah kemiskinan di
Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa kelemahan mendasar,
antara lain: (1) pembangunan terlalu berorientasi pada pertumbuhan
ekonomi dan kurang memperhatikan aspek pemerataan, (2) cenderung lebih
menekankan pendekatan sektoral yang kurang terintegrasi, dan (3) kurang
mempertimbangkan persoalan-persoalan kemiskinan yang multidimensi
(menambahkan bahwa, hampir semua
pendekatan dalam mengkaji kemiskinan masih berporos pada paradigma
modernisasi dan paradigma yang bersandar pada teori-teori pertumbuhan
ekonomi neoklasik yang berpusat pada produksi. Metode yang digunakan
masih belum mencerminkan dinamika kemiskinan karena belum mampu
menggali akar penyebab kemiskinan menurut konsep warga miskin itu
sendiri, bukan menurut orang luar.
Data dan informasi kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran sangat
diperlukan untuk memastikan keberhasilan pelaksanaan serta pencapaian
tujuan atau sasaran dari kebijakan dan program penanggulangan
kemiskinan, baik di tingkat nasional, tingkat kabupaten atau kota, maupun
di tingkat komunitas. Masalah utama yang muncul sehubungan dengan data
mikro sekarang ini adalah, selain data tersebut belum tentu relevan untuk
kondisi daerah atau komunitas, data tersebut juga hanya dapat digunakan
sebagai indikator dampak dan belum mencakup indikator-indikator yang
dapat menjelaskan akar penyebab kemiskinan di suatu daerah atau
komunitas.
Dalam proses pengambilan keputusan diperlukan adanya indikatorindikator yang realistis yang dapat diterjemahkan ke dalam berbagai
kebijakan dan program yang perlu dilaksanakan untuk penanggulangan
kemiskinan. Indikator tersebut harus sensitif terhadap fenomena-fenomena
kemiskinan atau kesejahteraan individu, keluarga, unit-unit sosial yang lebih
besar, dan wilayah. Kajian secara ilmiah terhadap berbagai fenomena yang
berkaitan dengan kemiskinan, seperti faktor penyebab proses terjadinya
kemiskinan atau pemiskinan dan indikator-indikator dalam pemahaman
gejala kemiskinan serta akibat-akibat dari kemiskinan itu sendiri, perlu
dilakukan.
Dalam membangun suatu sistem pengelolaan informasi yang
berguna untuk kebijakan pembangunan kesejahteraan daerah, perlu adanya
komitmen dari pemerintah daerah dalam penyediaan dana secara
berkelanjutan. Dengan adanya dana daerah untuk pengelolaan data dan
informasi kemiskinan, pemerintah daerah diharapkan dapat mengurangi
pemborosan dana dalam pembangunan sebagai akibat dari kebijakan yang
salah arah, dan sebaliknya membantu mempercepat proses pembangunan
melalui kebijakan dan program yang lebih tepat dalam pembangunan. Selain
itu, perlu adanya koordinasi dan kerja sama antara pihak-pihak yang
berkepentingan (stakeholder), baik lokal maupun nasional atau
internasional, agar penyaluran dana dan bantuan yang diberikan ke
warga miskin tepat sasaran dan tidak tumpang tindih.
Dalam rangka penanggulangan kemiskinan pula diluncurkan
berbagai Inpres, seperti Inpres Kesehatan, Inpres Perhubungan, Inpres Pasar,
Bangdes, dan yang agak belakangan namun cukup terkenal adalah Inpres
Desa Tertinggal (IDT). Dapat dicatat juga program-program pemberdayaan
lainnya seperti Program Pembinaan dan Peningkatan Pendapatan Petani dan
Nelayan Kecil (P4K), Program Tabungan dan Kredit Usaha Kesejahteraan
Rakyat (Takesra-Kukesra), Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), Program
Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT), dan
seterusnya. Hampir semua departemen mempunyai program
penanggulangan kemiskinan, dan dana yang telah dikeluarkan pemerintah
untuk pelaksanaan program-program tersebut telah mencapai puluhan
trilyun rupiah.
Sebagaimana dikemukan di atas, struktur perekonomian Indonesia
dengan mudah ambruk karena berat di atas rapuh di bawah. Hal itu terjadi
karena kurang seimbangnya perhatian yang diberikan pemerintah Indonesia
sejak awal kemerdekaan sampai kini pada pengembangan ekonomi
kelompok-kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah dibandingkan
dengan kelompok-kelompok usaha besar. Kelompok-kelompok usaha besar
ini dalam perkembangannya kurang menjalin hubungan yang sifatnya saling
memperkuat dengan kelompok-kelompok usaha mikro, kecil, dan
menengah.
Ukuran-ukuran kemiskinan yang dirancang di pusat belum
sepenuhnya memadai dalam upaya pengentasan kemiskinan secara
operasional di daerah. Sebaliknya, informasi-informasi yang dihasilkan dari
pusat tersebut dapat menjadikan kebijakan salah arah karena data tersebut
tidak dapat mengidentifikasikan kemiskinan sebenarnya yang terjadi di
tingkat daerah yang lebih kecil. Oleh karena itu, di samping data kemiskinan
makro yang diperlukan dalam sistem statistik nasional, perlu juga diperoleh
data kemiskinan (mikro) yang spesifik daerah. Namun, sistem statistik yang
dikumpulkan secara lokal tersebut perlu diintegrasikan dengan sistem
statistik nasional sehingga keterbandingan antarwilayah, khususnya
keterbandingan antarkabupaten dan provinsi dapat tetap terjaga.
Strategi pertumbuhan ekonomi yang cepat yang tidak dibarengi
pemerataan merupakan kesalahan besar yang dilakukan para pemimpin
negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Dalam menjalankan
strategi tersebut, pinjaman luar negeri telah memainkan peran besar sebagai
sumber pembiayaan. Padahal, sering terjadi adanya ketidaksesuaian antara
paket pembangunan yang dianjurkan donor dengan kebutuhan riil
warga . Kebijakan fiskal dan moneter juga tidak pro kaum miskin,
pengelolaan sumber daya alam kurang hati-hati dan tidak bertanggung jawab, perencanaan pembangunan bersifat top-down, pelaksanaan program
berorientasi keproyekan, misleading industrialisasi, liberalisasi
perekonomian terlalu dini tanpa persiapan yang memadai untuk melindungi
kemungkinan terpinggirkannya kelompok-kelompok miskin di dalam
warga . (http://crackbone.wordpress.com/penyebab-kegagalankebijakan-dan-program-pengentasan-kemiskinan-di-indonesia)
3. Strategi pembangunan yang tepat guna menanggulangi kemiskinan
di Negara Indonesia.
Emil Salim memberikan
pemikiran tentang strategi pembangunan nasional, yang pada garis besarnya
diartikan sebagai suatu proses dinamis dan merupakan usaha kearah tingkat
kesejahteraan serta keadilan yang lebih baik,di mana upaya-upaya ini tidak
akan boleh berhenti melainkan harus berlangsung terus.Suatu performance
pembangunan betapapun baiknya, ada kalanya bisa juga menciptakan
masalah-masalah pembangunan yang lain. Kompleksitas permasalahan
dapat juga diperbesar justru karena luasnya wilayah permasalahan yang
makin luas.Beliau mengemukakan bahwa makin terbatas pendapatan
seseorang,semakin sekedar kebutuhannya.Sebaliknya makin besar
pendapatannya,besar pula kebutuhannya.Karena kebutuhan itu adalah reletif
maka pembangunan itu adalah proses tanpa akhir dan harus dikerjakan oleh
suatu bangsa yang ingin terus maju dan harus dapat merupakan sebagai
suatu kontinuitas perjuangan bagi bangsanya.
Pembangunan ekonomi mula-mula menggunakan tahap strategi
pertumbuhan dengan berusaha mengejar kenaikan produksi nasional
setinggi mungkin.Strategi tersebut mula-mula juga dikenal dengan istilah
Growth strategy on GNP Oriented. Dalam pertumbuhan ini kurang
diributkan siapa yang berdominasi dalam kegiatan investasi modal maupun
perdagangan.Untuk memungkinkan growth strategi ini berkembang
prasyarat stabilitas moneter justru sangat menentukan.Pada mulanya
pengejaran terhadap target GNP yang semata-mata dapat naik memang
menakjubkan.tetapi sejarah membuktikan, bahwa pada Negara-negara
sedang berkembang dengan penduduk yang sangat besar,ternyata keadaan
ini belum memberikan kesempatan yang cukup untuk golongan kecil terbesar dari penduduk dalam menikmati hasil pembangunan ini. .
Kemudian muncul strategi pembangunan dengan keadilan, yang
tumbuh setelah memperhatikan kekurangan-kekurangan yang ada pada
strategi pembangunan dengan stabilitas sebelumnya itu. Strategi
pembangunan dengan keadilan menekankan bahwa pertumbuhan
pembangunan itu harus mampu melahirkan keadilan social yang merata
yang bukan saja diperlihatkan oleh kenaikan GNP tetapi juga
menghilangkan adanya kemelaratan.Strategi ini juga disebut dengan istilah
lain sebagai Growth Strategy with Distributive Justice atau Growth with
social justice. Sehingga dari sini bila ingin mengevaluasi keberhasilan
pembangunan, maka bukan penilaian hanya terhadap indicator keberhasilan
ekonomi saja yang perlu dievaluasi, tetapi juga terhadap keberhasilan segi
social. Strategi ini adalah untuk mengharapkan adanya pengaruh apa yang
disebut trikle down effects yaitu suatu keberhasilan ekonomi tanpa
kepincangan social yang berselubung. Menghindarkan yang kaya menjadi
makin kaya, sedangkan yang miskin agar tidak sebaliknya semakin
menjurus menjadi melarat. Dengan strategi ini diharapkan adanya
pertumbuhan, yang mampu memberikan pembagian pendapatan yang lebih
merata reta perluasan kerja yang luas. Perluasan kesempatan memperoleh
pendidikan dan pelayanan kesehatan, pelayanan social maupun
perlindungan hokum keseluruhannya timbal-balik bias memberikan
pengaruh positif terhadap produktivitas individu untuk berkembang secara
lebih baik. Kemampuan individu yang mampu menumbuhkan self-reliance
untuk lebih lanjut berkembang pada suatu kemampuan yang disebut selfpropelling growth.Sebaliknya diharapkan dapat mengurangi dan mengakhiri
ketergantungan tidak saja pada pemerintah, tetapi juga mengakhiri
ketergantungan ekonomi bangsa kepada pihak luar.
Sebagai bagian dari permasalahan pembangunan, sudah sewajarnya
jika strategi penanggulangan kemiskinan dilandasi atas pemahaman
terhadap konsep pembangunan. Pembangunan pada dasarnya merupakan
suatu perubahan struktur yang dimulai dari upaya memperbaiki kapabilitas manusia, sehingga memiliki peluang memasuki kesempatan kerja dan
berusaha, memperoleh peningkatan pendapatan, hingga akhirnya mampu
secara mandiri melakukan perlindungan social yang merupakan wujud nyata
keberhasilan pembangunan kesejahteraan social.
Dengan perubahan struktur sebagai langkah operasional dan manusia
sebagai sasaran, maka strategi penanggulangan kemiskinan yang paling
tepat adalah pemberdayaan warga . Makna pemberdayaan warga
adalah suatu proses untuk meningkatkan kemampuan warga untuk
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dan yang tersedia di lingkungan
sekitarnya untuk meningkatkan kesejahteraan. Penanggulangan kemiskinan
melalui strategi pemberdayaan secara terfokus sekaligus dapat menghindari
penggunaan dana pemerintah untuk kegiatan yang tidak produktif. Sasaran
yang menjadi focus penanggulangan kemiskinan melalui strategi
pemberdayaan adalah penduduk miskin yang berusia produktif, yaitu
berkisar antara 15 tahun hingga 55 tahun.Penduduk miskin pada kisaran ini
yang sehat sacera jasmani maupun rohani merupakan sumber daya manusia
yang memiliki potensi besar untuk menjadi pelaku aktif dalam
pembangunan. Disamping itu, penduduk berusia produktif juga merupakan
individu yang berada pada fase berumah tangga,sehingga apabila tidak
ditangani dengan baik, dapat menciptakan penduduk miskin baru.
Pemerintah menjalankan fungsi sebagai fasilitator, sedangkan
warga miskin ditempatkan sebagai pelaku usaha berskala mikro.
Adapun perbankan dan dunia usaha diharapkan dapat menyediakan
pembiayaan serta akses pemasaran. Kesenjangan komunikasi yang terjadi
diantara warga miskin selaku sasaran dengan pemerintah dan
perbankan serta dunia usaha dijembatani melalui tenaga pendamping yang
berfungsi sebagai manajer social dan sekaligus penggerak pembangunan di
tingkat local. Kondisi kemiskinan secara teoritis diakibatkan oleh adanya
kegagalan atau distorsi pasar yang membawa konsekuensi
ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran. Pasar yang terdistorsi
mengakibatkan rendahnya tingkat tabungan warga dan penerimaan
pemerintah dari pajak, sehingga tidak terjadi penumpukan modal yang berakibat tidak terjadi pertumbuhan ekonomi riil. warga tidak
memperoleh peluang yang memadai untuk bekerja dan berusaha, sehingga
tidak memiliki pendapatan dan tabungan yang mencukupi untuk menjalani
kehidupan. Terjadi pengangguran, kesenjangan dan kemiskinan yang dapat
disebut sebagai perangkap atau lingkaran kemiskinan yaitu sebuah lingkaran
proses pemiskinan yang semakin lama semakin kronis, sehingga secara
bertahap dapat menghancurkan tatanan ekonomi suatu Negara. .
Potensi kegagalan pasar lebih lanjut tentu saja harus dicegah melalui
berbagai langkah konkret yang untuk mendorong kegiatan ekonomi riil yang
dihasilkan dari adanya akumulasi modal dan investasi, baik yang dilakukan
pemerintah, warga dan perbankan.Investasi dalam model
perekonomian pasar bersumber dari tabungan warga , penerimaan pajak
dan pinjaman dari dalam maupun luar negeri.Fakta empirik membuktikan
bahwa pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang stabil, berkualitas dan
berkelanjutan pada suatu negara hanya dapat terjadi apabila ditunjang oleh
kecukupan investasi yang berasal dari sumber domestic, khususnya
tabungan warga . Investasi dalam konteks penanggulangan kemiskinan
ditempuh melalui penguatan kelembagaan keuangan mikro yang member
akses modal dan teknologi yang sesuai untuk menciptakan peluang bekerja
dan berusaha. Investasi tersebut secara riil dapat menciptakan pusat-pusat
pertumbuhan dan menggerakkan roda perekonomian yang dimulai dari
tingkat lokal. .
Tugas berat bagi pemerintah saat ini maupun pemerintah
selanjutnya dalam mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran. Tentu
kita mengharapkan, pemimpin-pemimpin negara ini tidak lagi terpecahpecah dengan beragam keinginan partai melainkan menjadi satu untuk
bersama-sama mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran ini.
Masalah kemiskinan di manapun adalah masalah yang sangat sulit
untuk diselesaikan. Berikut ada 16 cara yang dapat dilakukan untuk
mengentasakan kemiskinan tersebut yaitu:
a. Hapuskan larangan impor beras.b. Lakukan investasi di bidang pendidikan dengan fokus pada perbaikan
akses dan keterjangkauan sekolah menengah serta pelatihan
ketrampilan bagi warga miskin, sambil terus meningkatkan mutu
dan efisiensi sekolah dasar.
c. Lakukan investasi di bidang kesehatan dengan fokus pada perbaikan
mutu layanan kesehatan dasar (oleh pemerintah dan swasta) dan akses
yang lebih baik ke layanan kesehatan.
d. Suatu upaya khusus diperlukan untuk menangani angka kematian ibu
yang sangat tinggi di Indonesia.
e. Perbaiki mutu air bagi warga miskin dengan menggunakan strategi
berbeda antara daerah pedesaan dengan perkotaan.
f. Tangani krisis sanitasi yang dihadapi Indonesia dan warga
miskinnya.
g. Luncurkan program berskala besar untuk melakukan investasi
pembangunan jalan desa.
h. Perluas (sampai tingkat nasional) pendekatan pembangunan berbasis
warga (CDD) Indonesia yang sukses.
i. Pengembangan secara utuh sistem jaminan sosial komprehensif yang
mampu menangani risiko dan kerentanan yang dihadapi oleh
warga miskin dan hampir miskin.
j. Revitalisasi pertanian melalui investasi di bidang infrastruktur dan
membangun kembali riset dan penyuluhan.
k. Memperlancar sertifikasi tanah dan memanfaatkan kembali tanah
gundul dan tidak subur untuk penggunaan yang produktif.
l. Membuat peraturan ketenagakerjaan yang lebih fleksibel.
m. Perluas jangkauan layanan keuangan bagi warga miskin dan
tingkatkan akses usaha mikro dan kecil ke pinjaman komersial.
n. Perbaiki fokus kepada kemiskinan dalam perencanaan dan
penganggaran di tingkat nasional untuk penyediaan layanan.
o. Jalankan program pengembangan kapasitas untuk
meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam merencanakan,
menganggarkan dan melaksanakan program pengentasan kemiskinan.
p. Perkuat monitoring dan kajian terhadap program kemiskinan.(http: //
firmansyahsi kumbang.blogspot.com/2012/06/masalah-dan-strategipengentasan.html)
kemiskinan27
Kebijakan pada dasarnya adalah sesuatu yang ditunjukan untuk kepentingan publik, secara luas,
baik untuk negara, warga , dan berbagai status dan kepentingan lainya. Dimana kebijakan publik
mencakup berbagai aspek, baik secara langsung maupun secara tidak langsung . Ada
berbagai kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi kemisikinan, salah satunya ditandai
dengan upaya pemerintah dalam menerbitkan kebijakan yang diatur dalam peraturan perundang
undangan dan merumuskan program kemiskinan Baik pada masa orde lama maupun
pada masa kepemerintahan joko widodo dan jusuf kalla, pemerintah berupaya terus menerus agar
mengurangi jumlah penduduk indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan
Kebijakan program yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam pengentasan kemiskinan memiliki
peran yang sangat penting. Namun pada kenyataanya program yang dilakukan untuk mengentaskan
kemiskinan belum efektif dalam menangani akar permasalahan kemiskinan . Meskipun
banyak kebijakan yang telah dilakukan sebagai solusi, seperti program BLT, penghapusan subsidi minyak
tanah, konversi bahan bakar gas, infrastruktur, air bersih, dan program jaminan kesehatan warga ,
namun program tersebut tidak memberikan dampak signifikan dalam mengurangi angka kemiskinan di
indonesia
Sementara itu suripto menyatakan, pemerintah perlu mengambil kebijakan pengentasan
kemiskinan dengan cara melakukan pembangunan yang mencakup program redistribusi pendapatan.
Yaitu menciptakan keseimbangan antara pembangunan industri dan pertanian serta alokasi sumber daya
yang memadai untuk kebutuhan dasar masyaraakat. Oleh sebab itu diperlukan identifikasi permasalahan
di setiap wilayah dan penyusunan program penangulangan kemiskinan yang terintegrasi dan
berkelanjuatan Kemiskinan adalah permasalahan umum yang dihadapi oleh berbagai
negara berkembang di dunia, salah satunya adalah indonesia. Pada tahun 2022 indonesia merupakan
sebuah negara berkembang dengan persentase penduduk miskin mencapai 9,57 % dengan jumlah 26,36
juta jiwa dan ditetapkan pada urutan ke 73 sebagai negara termiskin di dunia (BPS,2023). Kemiskinan
merupakan permasalahan yang besar, yang membutuhkan penanganan yang serius, karna kemiskinan
bukan hanya permasalahan individu, golongan atau pemerintah saja, tetapi merupakan permasalahan
yang menyeluruh
Menurut Maipita kemiskinan merupakan ketidak sanggupan seseorang untuk mendapatkan
kebutuhan dasar dalam kehidupan sehari-hari seperti rumah sebagai tempat tinggal, yang didukung oleh
pakaian, makanan dan kebutuhan mendasar lainya seperti obat-obatan (Maipita, 2014). Sedangkan
Bapenas juga memberikan definisi bahwa kemiskinan adalah suatu keadaan dimana sekelompok ataupun
perorangan yang terdiri dari laki-laki atau perempuan yang tidak dapat memenuhi hak-hak dasar untuk
mendapatkan dan mengikat kehidupan yang bermartabat. Dimana hak-hak tersebut mencakup:
memenuhi kebutuhan pangan sandang dan papan, memiliki rasa aman dari tindak kekerasan dan akses
untuk ikut serta pada kehidupan sosial dan politik
Kemiskinan secara umum dapat terjadi karna berbagai hal. Todaro & Smith menyatakan sebuah
penyebab terjadinya kemiskinam merupakan karna warga yang tidak mampu mengoptimalkan
fungsi serta manfaat dari suatu komoditi bukan karna tidak memiliki komoditi, hanya saja mereka
memiliki banyak peluang komoditi yang ada, namun warga tidak mampu menjalankan fungsi dan
manfaatnya . Kemiskinan terjadi karna faktor modal manusia yang terlalu dibawah
seperti pendidikan dan kemampuan dalam membangun serta rendahnya modal fisik
Di indonesia, kemiskinan disebabkan oleh berbagai faktor khusus. Penyebab kemiskinan di
indonesia salah satunya adalah keterbatasan SDM, terbatasnya modal, dan terbatasnya lapangan kerja
serta pendidikan yang redah yang menyebabkan warga malas berkerja, dan anggota keluarga yang
menjadi beban (Itang,2015). Dan dalam penelitian lainya juga menyebutkan bahwa variabel sebuah
konsumsi, inflasi , dan tingkat pendapatan perkapita, dan tingkat IPM (indeks pembangunan manusia)
secara menyeluruh memberikan pengaruh yang sangat besar pada tingkat kemiskinan di indonesia
( Tisniwati dalam penelitianya menyatakan bahwa yang menjadi peran penting dalam
tingkat kemikinan salah satunya adalah angka harapan hidup, dimana setiap terjadi 1% penurunan angka
harapan hidup maka akan berpotensi meningkatkan angka kemiskinan sebesar 6,9%
Pengentasan kemiskinan telah dilakukan melalui berbagai program, Remi & Tjiptoherianjo
menyatakan bahwa suatu program penanggulangan kemiskinan yang berhasil tergantung pada target
atau daerah sasaranya, seperti siapa dan dimana dia tinggal . Hal tersebut
sejalan dengn Smith & Thodaro yang menyatakan bahwa pelunya suatu pengetahuan tentang cara
mengetahui siapasaja yang bisa dinyatakan golongan miskin dan bagaimana karakteristik ekonomi yang
mereka miliki sebelum merumuskan mereka pada sebuah kebijakan pada program yang efektif untuk
menuntaskan kemiskinan
Bappenas menyatakan bahwa program penanggulangan dapat dibedakan menjadi dua kelompok
besar, pertama yaitu sebuah kelompok yang meliputi program-program yang khusus bertujuan untuk
kaum miskin, contohnya seperti bantuan yang diberikan berupa beras pada warga misikin, bantuan
langsung tunai dan jaminan kesehatan yang diberikan Sedangkan pada kelompok
kedua semua dari golongan warga berhak menerimanya, bukan hanya warga miskin saja,
adapun contoh dari program ini seperti pengurangan pada biaya sekolah, penyediaan obat generic dan
pemberian dana pada pelayanan kesehatan . Segala upaya yang telah dilakukan
pemerintah guna untuk menangulangi kemiskinan, yaitu: pertama, ekonomi yang semakin tumbuh dan
berkelanjutan, kedua, memiliki pemerintahan yang baik, dan yang ketiga yaitu pembangunan sosial. Hal
yang dapat dilakukan untuk melakukan strategi tesebut dengan memberi dukungan melalui investasi
yang dilakukan pemerintah secara terarah sesuai dengan tujuan pelaksanaanya
pemerintah diberikan kewenanggan dalam berinovasi.
Penelitian ini dilaksanakan dengan memakai metode kualitatif dalam pengambilan datanya. Data
yang diambil bersumber dari data skunder dan primer. Dimana data skunder yaitu sebuah data yang
didapat secara tidak langsung dari sumbenya, melainkan sudah di kumpulkan terlebih dahulu oleh pihak
lain dalam penelitian sebelumnya. Data skunder yang dijadikan sebagai acuan dalam penelitian yang
dihasilkan dari berbagai media. Sedangkan data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan terhadap fakta tentang kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengentasan kemiskinann di
indonesia. Dalam sebuah penelitian kualitatif sangat diperlukan tekhnik pengumpulan data, dalam
penelitian ini.tehnik pengumpulan data yang digunakan observasi (pengamatan).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam sebuah penelitian kualitatif sangat diperlukan tekhnik pengumpulan data, dalam
penelitian ini.tehnik pengumpulan data yang digunakan observasi (pengamatan).
1. Diskusi dan Analisis Kebijakan Pengengtasan kemiskinan di indonesia Kemiskinan
Miskin dapat diartikan sebagai individu atau sekelompok orang-orang yang tidak mampu
memberi pendapatan yang cukup untuk dirinya sendiri, dimana hal tersebut akan memberikan dampak
yang buruk terhadap kapasitas warga untuk berpartisipasi dalam ruang lingkup yang meliputi pasar
dan dunia usaha (Jordan,1996). Kemiskinan merupakan segala faktor keterbatasan yang dialami
seseorang tanpa diinginkan orang tersebut. Dimana seseorang dinyatakan miskin karna rendahnya akses
pendidikan, produktivitas kerja, kesejahteraan dan kesehatan, pendapatan. Dimana hal tersebut dapat
memberikan petunjuk pada orang lain bahwa mereka memiliki ketidak berdayaan
Chambers dalam penelitiannya mengemukakan terdapat 5 (lima) dimensi kemiskinan, yaitu: Konsep
kemiskinan, konsep ketidak mampuan, kerentanan dalam mengatasi sebuah situasi darurat, tidak dapat
lepas dari ketergantungan, dan yang terakhir adalah diasingkan secara geografis maupun sosiologis
( Anggota PBB menerima laporan dari bank dunia yang menyatakan “Dalam
pembangunan manusia bukan hanya berfokus dari segi aspek ekonomi, namun aspek pendidikan yang
harus diutamakan yang dapat dijadikan tujuan kepentingan bagi orang miskin untuk mengangkat taraf
kehidupan sosial dan ekonominya (Bank Dunia,1990).
Kemiskinan secara konsepnya dapat dibedakan menjadi kemiskinan absoult (cara pendang
kemiskinan dalam satu bentuk ukuran yang bersifat tidak dapat diubah atau tidak dapat digangugugat
yang berupa dalam bentuk ukuran garis, titik yang menunjukan batas dari kemidkinan tersebut) dan
kemiskinan yang relatif (kemiskinan yang dilihat dari satu bentuk ukuran yang dapat diberikan pengaruh
oleh bentuk lainya yang memiliki keterkaitan dengan proporsi atau distribusi
Seseorang yang hidup dalam sebuah keluarga ataupun hidup sendiri dapat dinyatakan warga miskin
jika akses dan pendapatan yang mereka miliki relatif lemah dan rendah dibandikan orang pada dasarnya,
selain itu cara mengetahui orang yang benar-benar miskin dapat dilihat dari standar gaya hidupnya .Di indonesia kemiskinan merupakan suatu permasalahan umum yang sering ditemukan
hampir di setiap daerah. Kemiskinan tersebut akan mengalami perubahan dari tahun ke tahun tergantung
kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam penangananya.
Seperti dari kurun waktu 2014-2020 jumlah penduduk miskin di indonesia memiliki perubahan
yang cukup signifikan. Dimana pada tahun 2014 jumlah penduduk miskin mencapai 27,73 juta orang
(11,25%), dan sempat mengalami penurunan pada beberapa tahun seperti pada tahun 2019 jumlah
penduduk miskin di indonesia menurun menjadi 25,14 juta orang (9,66%). Dan pada tahun 2020 jumlah
penduduk miskin di indonesia kembali meningkat menjadi 27,55 juta orang (12,6%), (BPS,2014-2015).
Perubahan-perubahan tersebut terjadi karna berbagai hal, seperti upah minimum yang tidak memadai,
taraf hidup warga yang buruk, dan meningkatnya angka pengganguran setiap tahun tanpa adanya
penambahan kesempatan kerja bagi pengangguran tersebut
2. Indikator dan Penyebab kemiskinan
Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS,2016), terdapat tiga indikator yang dipakai untuk
mengukur tingkat kemiskinan, yaitu:a. Persentase warga yang berada dibawah garis kemiskinan.
b. Indeks kedalaaman kemiskinan digunakan untuk mengukur rata-rata kesenjangan pengeluaran
antara penduduk miskin dengan garis kemiskinan.
c. Indeks keparahan kemiskinan yang dapat memberikan informasi tentang sebaran pengeluaran
penduduk miskin
Menurut (Sharp,1996) dalam Kuncoro, kemiskinan dapat disebabkan oleh tiga faktor utama dalam
konteks ekonomi, yaitu:
a. Secara individu, kemiskinan timbul akibat ketidak seimbangan dalam kepemilikan sumber daya
yang menghasilkan ketimpangan pendapatan.
b. Kemiskinan terjadi karna adanya perbedaan dari segi kualitas sumber daya manusia.
c. Ketidaksetaraan akses terhadap modal juga menjadi penyebab kemiskinan.
Menurut Ginandjar, (1996 juga menyatakan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
kemiskinan, antara lain: tingkat pendidikan yang rendah, angka kesehatan yang rendah, keterbatasan
lapangan pekerjaan, dan situasi keterisoliran. Sedangkan Menurut laporan (Bank Dunia,2021) , ada lima
faktor yang mempengaruhi kemiskinan, yaitu: pendidikan, jenis pekerjaan, gender, akses ke layanan
kesehatan dasar dan infrastruktur, serta lokasi geografis. Seperti berikut ini:
a. kemiskinan sering dikaitkan dengan kesulitan meraih pendidikan tinggi, terkait dengan biaya
pendidikan yang mahal. Meskipun pemerintah Indonesia telah menerapkan kebijakan
pembebasan biaya pendidikan di tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama
(SMP), biaya lain seperti buku dan seragam sekolah masih cukup tinggi harus dikeluakan.
b. Kemiskinan juga sering dikaitkan dengan suatu jenis pekerjaan tertentu. Di Indonesia,
kemiskinan sering terkait dengan sektor pertanian di daerah pedesaan dan sektor informal di
daerah perkotaan. Sebuah studi menemukan bahwa sektor pertanian menyumbang lebih dari 50
persen terhadap total kemiskinan di Indonesia, sementara sektor jasa dan industri memiliki
dampak yang lebih rendah (Suryahadi, Suryadarma, dan Sumarto,2006).
c. Gender juga memiliki keterkaitan dengan kemiskinan. Di Indonesia, indikator kemiskinan seperti
tingkat buta huruf, tingkat pengangguran, dan pekerja di sektor informal menunjukkan bahwa
perempuan memiliki posisi yang lebih tidak menguntungkan dibandingkan dengan laki-laki.
d. Kemiskinan juga berhubungan dengan kurangnya akses terhadap infrastruktur dasar. Sistem
infrastruktur yang baik dapat secara langsung atau tidak langsung meningkatkan pendapatan
orang miskin melalui penyediaan layanan kesehatan, pendidikan, transportasi,
telekomunikasi,dan lainya.
e. Lokasi geografis juga berperan dalam kemiskinan. Faktor ini terkait dengan kondisi alam yang
mempengaruhi potensi kesuburan tanah dan kekayaan alam. Selain itu, pembangunan yang tidak
merata antara desa dan kota serta antar provinsi di Indonesia juga memengaruhi kemiskinan.
3. Kebijakan Pengentasan Kemiskinan di Indonesia
Sesuai dengan diktorat kantor kepresidenan, pemerintah telah melakukan perubahan terhadap
perkembangan kebijakan penanggulangan kemiskinan sesuai era kepemimpinan presiden, seperti:
a. Masa Kepemimpinan Presiden Soekarno (1945-1967)
Kebijakan yang dilakukan oleh presiden soekarno pada masa jabatanya dengan upaya pengentasan
kemiskinan adalah dengan orientasi pembangunan orde lama guna membangun warga yang adil dan
merata, yang dilakukan dengan cara mereformasi lahan dan pemenuhan kebutuhan pokok warga
melalui Pembangunan Nasional Berencana Delapan Tahun (Penasbede), (Timbuan, 2021)
b. Masa Kepemimpinan Soeharto (1968-1988)
Pada masa kepresidenan di pimpin oleh soeharto, kebijakan yang ditetapkan untuk mengentasan
kemiskinan diantaranya keluarnya instruksi presiden desa tertinggal, program bantuan kesejahtraan
warga tidak mampu, program keluarga muda mandiri, hinggga program transmigrasi dan
memfokuskan pada program rencana pembangunan lima tahun (REPLITA), (PSKK UGM, 2018)
c. Masa Kepemimpinan BJ. Habiebie (1998-1999)
Pada masa BJ Habiebie, pemerintah telah memberlakukan sebuah program, dimana program tersebut
adalah program jaringan penyelamat sosial (JPS), dan diadakanya beras subsidi untuk warga yang
kurang mampu, pemberian dana pendidikan bagi anak yang berasal dari keluarga kurang mampu, dan
beasiswa dalam program padat karya bagi mahasiswa kurang mampu,
d. Masa Kepemimpinan Gusdur (2000-2001)
Pada masa kepemerintahan Abbdurahman Wahid atau yang biasa dikenal dengan Gusdur, pemerintah
telah memberlakukan adanya layanan kesehatan dan pendidikan bagi warga kurang mampu, hingga
harga BBM yang diberikan Kompensasi dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan bagi pelayanan
menggunakan angkutan umum
e. Masa Kepemimpinan Megawati (2001-2004)Pada masa megawati pemberantasan kemiskinan dilalui dengan program listrik murah untuk rumah
tangga miskin yang dikeluarkan oleh pemerintah, dan juga memperluas subsidi bagi warga kurang
mampu dan berada digaris kemiskinan, subsidi bunga untuk kredit usaha mikro dan juga diberikan
subsidi pupuk untuk pengembangan pertanian dan subsidi layanan kesehatan bagi warga
f. Masa Kepemimpinan SBY
Pada masa ini telah dibentuk koordinasi penanggulangan kemiskinan, dan diluncurkan Program Nasional
Pemberdayaan warga (PNPM) Mandiri, Program Harapan (PKH), Raskin/Subsidi beras bagi
warga miskin, bantuan siswa miskin (BSM), sampai dengan diluncurkannya program langsung tunai
(BLT), maupun program bantuan sementara bagi warga
Pada masa kepemimpinan presiden Joko Widodo sebagai presiden ke tujuh di indonesia telah dilakukanya
upaya meningkatkan program-program pengentasan kemiskinan yang terlebih dahulu, dan juga di
kembangkan dengan mengadakan program indonesia pintar (PIP), program indonesia sehat (PIS),
Pengembangan program keluarga harapan (PKH), ba tuan yang diberikan berupa beras sejahtera dan
bantuan sosial pangan lainya bagi warga miskin, Bantuan non tunai, dana desa, dan program
reforma agraria dan perhutanan sosial (RAPS),
Dari berbagai kebijakan program pengentasan kemiskinan dari masa ke masa tersebut, masingmasing kebijakan yang dilakukan pemerintah diketahui berhasil atau tidaknya dilihat dari seberapa besar
kemampuan mereka dalam menekankan angka kemiskinan. Dan harus disesuaikan dengan masanya
(. Dengan dilakukannya berbagai upaya dalam mengentaskan kemiskinan, namun pada
kenyataanya kemiskinan di indonesia masih menjadi masalah terbesar bagi penduduknya. Pada tahun
2022, indonesia masih menduduki peringkat ke 73 sebagai negara termiskin di dunia dari 100 negara
lainya . Tidak banyak perubahan terjadi dari tahun ke tahun, indonesia adalah negara
yang selalu masuk kedalam kategori 100 negara termiskin di dunia. Hal ini terjadi karna berbagai
program yang dilakukan untuk menentaskan kemiskinan di indonesia hanya bersifat sementara dan
tidak berkelanjutan. Sehingga tidak terlalu berpengaruh pada kemiskinan, dan kemiskinan akan tetap
tinggi
Oleh sebab itu perlu dilakukan adanya tahap assesment, yaitu perumusan tujuan dan strategi, dan
ikut melibatkan peran warga dalam perancangan kebijakan dan program pengentasan kemiskinan
lainya . Tata kelola pemerintahan yang baik sangat diperlukan dalam pengembangan
perekonomian warga , serta diperlukanya hubungan yang sinergis dan terpadu antara pemerintah
dan lembaga sosial warga (LSM) dalam menjalankan program penyiapan dan pendampingan
warga . Untuk mengurangi angka kemiskinan tersebut di masa depan, ruang lingkup
kemiskinan di kecilkan tidak hanya melalui berbagai program-program kebijakan pengentasan
kemiskinan, namun untuk menurunkan angka kemiskinan tersebut agar menjadi lebih rendah perlu
adanya strategi kebijakan yang lebih baik. Ada empat pendekatan utama yang digunakan untuk
mengurangi angka kemiskinan di tingkat nasional, regional dan lokal. Pertama, perlunya upaya untuk
meningkatkan lapangan kerja dengan upah yang layak. Kedua, meningkatkan aksebelitas terhadap
barang dan layanan sosial yang merupakan langkah yang penting. Ketiga, kebijakan yang mendorong
pembangunan aset, terutama yang sederhana menjadi faktor penting. Keempat, penyediaan jaringan
pengaman sosial yang kuat dan efektif juga menjadi elemen yang tidak dapat diabaikan dalam mengatasi
kemiskinan tingkat nasional, regional atau lokal.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulakan bahwa kemiskinan tetap menjadi permasalahan
serius di indonesia meskipun telah dilakukan berbagai kebijakan dan program pengentasan kemiskinan.
Namun kebijakan pemerintah terkait pengentasan kemiskinan di indonesia cukup baik. Hal itu terbukti
dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang dituangkan kedalam peraturan perundangundangan yang kemudian program-program pengentasan kemiskinan yang dirumuskan. Dimulai dari
masa kepemimpinan presiden pertama yaitu soekarno hingga masa kepemimpinan presiden joko
widodo.Pemerintah akan terus berupaya mengurangi angka kemiskinan dari masa kemasa dengan cara
menyempurnakan program-program pada masa ke presidenan sebelumnya atau dengan menciptakan
program baru sesuai dengan masanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada tahun 2014 jumlah penduduk miskin mencapai
27,73 juta orang (11,25%), dan sempat mengalami penurunan pada beberapa tahun seperti pada tahun
2019 jumlah penduduk miskin di indonesia menurun menjadi 25,14 juta orang (9,66%). Dan pada tahun
2020 jumlah penduduk miskin di indonesia kembali meningkat menjadi 27,55 juta orang (12,6%), (BPS,2014-2015). Hal tersebut menunjukan bahwa kebijakan yang dilakukan pemerintah memiliki
perubahan yang signifikan, namun belum mampu keluar dari garis kemiskinan sepenuhnya.
Meskipun pemerintah telah menerbitkan kebijakan dan merumuskan program kemiskinan,
upaya-upaya tersebut belum efektif dalam menangani akar permasalahan kemiskinan. Program-program
seperti bantuan sosial, penghapusan subsidi minyak tanah, konsversi bahan bakar gas, infrastruktur, air
bersih, dan jaminan kesehatan warga belum memberikan jaminan signifikan dalam mengurangi
angka kemiskinan.
Faktor yang menyebabkan kemiskinan di indonesia, antara lain keterbatasan sumber daya
manusia, terbatasnya modal dan lapangan kerja, serta rendahnya tingkat pendidikan. Faktor-faktor
tersebut perlu ditangani melalui pembangunan yang mencakup program redistribusi pendapatan,
keseimbangan antara pembangunan industri dan pertanian, serta identifikasi permasalahan dan
penyusunan program penanggulangan kemiskinan yang terintegrasi dan berkelanjutan.
Pengentasan kemiskinan memerlukan program yang tepat sasaran dan memperhatikan
karakteristik ekkonomi warga yang menjadi target. Program-program penanggulangan kemiskinan
dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu program khusus untuk kaum miskin dan program yang
berlaku untuk semua golongan warga . Pentingnya ekonomi yang tumbuh dan berkelanjutan,
pemerintah yang baik serta pembangunan sosial juga menjadi faktor penunjang dalam pengentasan
kemiskinan.
Dalam mengatasi kemiskinan, perlu dilakukan investasi yang terarahsesuai dengan tujuan, dan
pemerintah perlu berinovasi dalam pelaksanaan kebijakan. Kemiskinan memiliki berbagai dimensi,
seperti konsep kemiskinan, konsep ketidak mampuan, kerentanan, ketergantungan, dan keterasingan.
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi kemiskinan absoult dan relatif, danm seseorang dapat dikatakan
miskin jika akses pendapatanya lemah jika dibandingkan dengan standar yanga ada.kemiskinan35
Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa
hal sebagai berikut :
1. Laju Pertumbuhan dan Pengeluaran Pemerintah berpengaruh negatif
terhadap kemiskinan, artinya bahwa jika pendapatan perkapita warga
meningkat akan mengurangi angka kemiskinan. Tetapi dalam peneliatian
ini hasil perhitungan yang diperoleh tidak signifikan sehingga bisa
dianggap kedua variabel ini tidak berpengaruh terhadap kemiskinan
di Kabupaten Kutai Kartanegara. Hal ini disebabkan sebab tidak
terjadinya pemerataan pembangunan dari hasil pertumbuhan ekonomi
ini . Luas Wilayah dan letak Geografis yang sulit dijangkau juga
menjadi salah satu penyebab tidak berpengaruhnya pertumbuhan ekonomi
terhadap kemiskinan, ditambah fluktuatifnya pengeluaran pemerintah
terhadap penanganan kemiskinan melalui KUBE, lemahnya
pendampingan dan kurangnya kemauan warga yang telah dibantu
untuk mengubah nasibnya sendiri juga memicu pengeluaran
pemerintah tidak berpengaruh terhadap kemiskinan.
2. Pendidikan berpengaruh negatif terhadap kemiskinan, artinya bahwa jika
Pendidikan warga meningkat akan mengurangi angka kemiskinan,
sedangkan Pengangguran berpengaruh positif terhadap kemiskinan,
artinya bahwa jika pengangguran meningkat akan tejadi kenaikan angka
kemiskinan. Kedua variabel ini berpengaruh signifikan terhadap
kemiskinan di kabupaten kutai Kartanaegara. Fakta bahwa tingkat
pendidikan sangat dibutuhkan dalam mencari pekerjaan yang layak tidak
bisa dipungkiri, rendahnya tingkat pendidikan di Kabupaten Kutai
Kartanegara terutama didaerah daerah pedalaman yang masih terasing
memicu warga nya masih sulit untuk lepas dari kemsikinan.
Sedangkan masalah kalah bersaingnya tenaga kerja lokal dengan para
pendatang dalam memperoleh pekerjaan di posisi strategis pada sebuah
perusahaan memicu penggguran banyak berasal dari warga atau
penduduk lokal. Dan pada akhirnya hal ini menjadi penyumbang
meningkatnya angka Kemiskinan.3. Secara bersama sama keempat variabel ini berpengaruh signifikan
terhadap kemiskinan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Walaupun jika
secara parsial hanya pengangguran dan pendidikan yang berpengaruh
signifikan terhadap kemiskinan. sebab keempat variabel ini memiliki
hungungan yang sangat terkait antar satu dengan lainya. Singkatnya
tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kemampuan memperoleh
pekerjaan yang layak yang berujung terhadap perubahan angka
kemiskinan, sedangkan pengeluaran pemerintah yang fluktuatif dalam
penanganan kemiskinan dan kurangnya pemerataan hasil pertumbuhan
ekonomi berakibat masih tingginya angka kemiskinan di Kabupaten Kutai
Kartanegara.
4. pengangguran merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap
kemiskinan di Kabupaten Kutai Kartanegara sebab pengangguran
merupakan gerbang menuju kemiskinan dan banyak faktor yang
mempengaruhi jumlah pengangguran di Kabupaten Kutai Kartanegara
diantaranya, Tingkat Pendidikan penduduk yang masih rendah, sehingga
kalah bersaing dengan tenaga kerja pendatang. Kultur warga yang
masih nyaman dengan bematapencaharian sebagai nelayan dan berkebun
bagi yang tinggal dipedalaman juga memicu kemiskinan sulit
teratasi.
Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh negara,
terutama di negara sedang berkembang seperti negara kita . Kemiskinan adalah
keterbatasan yang disandang seseorang, keluarga, komunitas atau bahkan negara
yang memicu ketidaknyamanan dalam kehidupan, terancamnya penegakan
hukum dan keadilan serta hilangnya generasi dan suramnya masa depan bangsa
dan negara. Pengertian itu merupakan pengertian secara luas, telah dikatakan
kemiskinan terkait dengan ketidaknyamanan dalam hidup. Dalam segala bidang
selalu menjadi kaum tersingkir sebab tidak dapat menyamakan kondisi dengan
kondisi warga sekitarnya.
Menurut PBB definisi kemiskinan adalah bahwa kemiskinan merupakan
kondisi dimana seseorang tidak dapat menikmati segala macam pilihan dan
kesempatan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya, seperti tidak dapat memenuhi
kesehatan, standar hidup, kebebasan, harga diri dan rasa dihormati seperti orang
lain. Ukuran kemiskinan menurut Nurkse (dalam Arsyad, 1999), secara
sederhana dan yang umum digunakan dapat dibedakan menjadi dua pengertian :
1. Kemiskinan Absolut
Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya
berada di bawah garis kemiskinan dan tidak cukup untuk menentukan kebutuhan
dasar hidupnya. Konsep ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat pendapatan
minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik terhadap makanan,
pakaian, dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup. Kesulitan utama dalam konsep kemiskinan absolut adalah menentukan komposisi dan tingkat
kebutuhan minimum sebab kedua hal ini tidak hanya dipengaruhi oleh adat
kebiasaan saja, tetapi juga iklim, tingkat kemajuan suatu negara, dan faktor-faktor
ekonomi lainnya. Walaupun demikian, untuk dapat hidup layak, seseorang
membutuhkan barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
sosialnya.
2. Kemiskinan Relatif
Seseorang termasuk golongan miskin relatif apabila telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan
keadaan warga sekitarnya. Berdasarkan konsep ini, garis kemiskinan akan
mengalami perubahan bila tingkat hidup warga berubah sehingga konsep
kemiskinan ini bersifat dinamis atau akan selalu ada. Oleh sebab itu, kemiskinan
dapat dari aspek ketimpangan sosial yang berarti semakin besar ketimpangan
antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah, maka akan
semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat dikategorikan selalu miskin.
Sharp (1996) mencoba mengidentifikasi penyebab kemiskinan dipandang
dari sisi ekonomi:
a) Secara mikro, kemiskinan muncul sebab adanya ketidaksamaan pola
kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan
yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya dalam
jumlah terbatas dan kualitasnya rendah.
b) Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumberdaya
manusia. Kualitas sumberdaya manusia yang rendah berarti
produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah.
Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini sebab rendahnya
pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau
sebab keturunan.
c) Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.
Indikator Kemiskinan
Menurut Badan Pusat Statistik (2010), penetapan perhitungan garis
kemiskinan dalam warga adalah warga yang berpenghasilan dibawah
Rp 7.057 per orang per hari. Penetapan angka Rp 7.057 per orang per hari ini
berasal dari perhitungan garis kemiskinan yang mencakup kebutuhan makanan
dan non makanan. Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2.100
kilokalori per kapita per hari. Sedang untuk pengeluaran kebutuhan minimum
bukan makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, pendidikan, dan
kesehatan.
Sedangkan ukuran menurut World Bank menetapkan standar kemiskinan
berdasarkan pendapatan per kapita. Penduduk yang pendapatan per kapitanya
kurang dari sepertiga rata-rata pendapatan perkapita nasional. Dalam konteks
ini , maka ukuran kemiskinan menurut World Bank adalah USD $2 per orang
per hari. Ukuran kemiskinan dipertimbangkan berdasarkan pada norma pilihan
dimana norma ini sangat penting terutama dalam hal pengukuran didasarkan
konsumsi (consumption based poverty line).Teori Lingkaran Kemiskinan
Kemiskinan dapat disebabkan oleh berbagai hal. Sharp (1996) mencoba
mengidentifikasi penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi:
a) Secara mikro, kemiskinan muncul sebab adanya ketidaksamaan pola
kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan
yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam
jumlah terbatas dan kualitasnya rendah.
b) Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya
manusia. Kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti
produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah.
Rendahnya kualitas sumber daya manusia ini sebab rendahnya
pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau
sebab keturunan.
c) Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.
Ketiga penyebab kemiskinan diatas bermuara pada teori Lingkaran
Kemiskinan (vicious circle of poverty) yaitu suatu lingkaran suatu rangkaian yang
saling mempengaruhi satu sama lain secara sedemikian rupa, sehingga
menimbulkan suatu keadaan dimana suatu negara akan tetap miskin dan akan
banyak mengalami kesukaran untuk mencapai tingkat pembangunan yang lebih
baik.
Pertumbuhan Ekonomi.
Menurut Kuznets (dikutip dari Budiono, 1999: 41) Pertumbuhan Ekonomi
adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan
untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan
kapasitas itu sendiri ditentukan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian
teknologi, institusional (kelembagaan), dan ideologi terhadap berbagai tuntutan
keadaan yang ada. Hal ini menjadikan pertumbuhan ekonomi dicirikan
dengan 3 hal pokok, antara lain: 1. laju pertumbuhan perkapita dalam arti nyata
(riil). 2. persebaran atau distribusi angkatan kerja menurut sektor kegiatan
produksi yang menjadi sumber nafkahnya. 3. pola persebaran penduduk.
Boediono (1999:46) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah salah satu
proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang dimana penekanannya
pada 3 aspek, antara lain:
1) proses, yaitu pertumbuhan ekonomi bukan merupakan suatu gambaran
dari suatu perekonomian yang melihat bagaimana suatu perekonomian
berkembang atau berubah dari waktu ke waktu.
2) output perkapita, yaitu pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan adanya
kenaikan output per kapita dalam hal ini ada dua unsur yang penting
seperti output total dan jumlah penduduk.
3) jangka waktu, yaitu kenaikan output per kapita selama 1 – 2 tahun lalu
diikuti penurunan output per kapita bukan merupakan pertumbuhan
ekonomi. Dikatakan tumbuh bila dalam jangka waktu yang lama (5
tahun atau lebih) mengalami kenaikan output per kapita.
Menurut Todaro (dikutip dari Tambunan, 2001) sampai akhir tahun 1960,
para ahli ekonomi percaya bahwa cara terbaik untuk mengejar keterbelakangan ekonomi adalah dengan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi setinggitingginya sehingga dapat melampaui tingkat pertumbuhan penduduk. Dengan cara
ini , angka pendapatan per kapita akan meningkat sehingga secara otomatis
terjadi pula peningkatan kemakmuran warga dan pada akhirnya akan
mengurangi jumlah penduduk miskin. Akibatnya, sasaran utama dalam
pembangunan ekonomi lebih ditekankan pada usaha-usaha pencapaian tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Akan tetapi, pembangunan yang dilakukan
pada negara yang sedang berkembang sering mengalami dilema antara
pertumbuhan dan pemerataan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah:
1. Faktor Sumber Daya Manusia
Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga
dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting
dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung
kepada sejauh mana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan
memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses
pembangunan dengan membangun infrastruktur di daerah-daerah.
2. Faktor Sumber Daya Alam
Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya
alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun, sumber daya
alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila
tidak didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola
sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud
dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil
hutan dan kekayaan laut.
3. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat
mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja
yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin
canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian
aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat
pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
4. Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan
ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau
pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat
pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya
sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya
yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis,
egois, boros, KKN, dan sebagainya.
5. Sumber Daya Modal
Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan
meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang
modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan
ekonomi sebab barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitasHubungan antara pertumbuhan ekonomi atau peningkatan output dan
kemiskinan menghasilkan suatu dasar kerangka pemikiran, yakni efek trickledown dari pertumbuhan ekonomi dalam bentuk peningkatan kesempatan kerja
atau pengurangan pengangguran dan peningkatan upah/pendapatan dari kelompok
miskin. Dengan asumsi bahwa ada mekanisme yang diperlukan untuk
memfasilitasi trickle-down dari keuntungan dari pertumbuhan ekonomi kepada
kelompok miskin, pertumbuhan ekonomi bisa menjadi suatu alat yang efektif bagi
pengurangan kemiskinan. (Tambunan, 2001)
2.2.3 Pendidikan
Hampir tidak ada yang membantah bahwa pendidikan adalah pionir dalam
pembangunan masa depan suatu bangsa. Jika dunia pendidikan suatu bangsa
sudah jeblok, maka kehancuran bangsa ini tinggal menunggu waktu. Sebab,
pendidikan menyangkut pembangunan karakter dan sekaligus mempertahankan
jati diri manusia suatu bangsa. Sehingga, setiap bangsa yang ingin maju maka
pembangunan dunia pendidikan selalu menjadi prioritas utama. Banyak orang
miskin yang mengalami kebodohan atau mengalami kebodohan bahkan secara
sistematis. sebab itu, menjadi penting bagi kita untuk memahami bahwa
kemiskinan bisa mengakibatkan kebodohan,dan kebodohan jelas identik dengan
kemiskinan. Untuk memutus rantai sebab akibat diatas, ada satu unsur kunci yaitu
pendidikan. sebab pendidikan adalah sarana menghapus kebodohan sekaligus
kemiskinan.
Pengangguran
Dalam standar pengertian yang sudah ditentukan secara internasional,
yang dimaksudkan dengan pengangguran adalah seseorang yang sudah
digolongkan dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan
pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang
diinginkannya.
Menurut Edwards, 1974 (dikutip dari Arsyad, 1997:72), bentuk-bentuk
pengangguran adalah:
1) Pengangguran terbuka (open unemployment), adalah mereka yang
mampu dan seringkali sangat ingin bekerja tetapi tidak tersedia
pekerjaan yang cocok untuk mereka.
2) Setengah pengangguran (under unemployment), adalah mereka yang
secara nominal bekerja penuh namun produktivitasnya rendah
sehingga pengurangan dalam jam kerjanya tidak mempunyai arti atas
produksi secara keseluruhan.
3) Tenaga kerja yang lemah (impaired), adalah mereka yang mungkin
bekerja penuh tetapi intensitasnya lemah sebab kurang gizi atau
penyakitan.
4) Tenaga kerja yang tidak produktif, adalah mereka yang mampu bekerja
secara produktif tetapi tidak bisa menghasilkan sesuatu yang baik.
Hilangnya lapangan pekerjaan memicu berkurangnya sebagian besar
penerimaan yang digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Lebih jauh,
jika masalah pengangguran ini terjadi pada kelompok warga berpendapatan rendah (terutama kelompok warga dengan tingkat pendapatan sedikit berada
di atas garis kemiskinan), maka insiden pengangguran akan dengan mudah
menggeser posisi mereka menjadi kelompok warga miskin. Besarnya
dampak krisis terhadap kemiskinan yang memicu menjamurnya insiden
kebangkrutan sebagai akibat tekanan pada kesempatan kerja di sektor informal
perkotaan semakin besar.
Hal ini menunjukkan ada hubungan yang erat sekali antara tingginya
tingkat pengangguran dengan luasnya kemiskinan. Pada negara yang sedang
berkembang bukan saja menghadapi kemerosotan dalam ketimpangan relatif
tetapi juga masalah kenaikan dalam kemiskinan dan tingkat pengangguran.
Besarnya dimensi kemiskinan tercermin dari jumlah penduduk yang tingkat
pendapatan atau konsumsinya berada di bawah tingkat minimum yang telah
ditetapkan.
warga miskin pada umumnya menghadapi permasalahan
terbatasanya kesempatan kerja, terbatasnya peluang mengembangkan usaha,
melemahnya perlindungan terhadap aset usaha, perbedaan upah, serta lemahnya
perlindungan kerja terutama bagi pekerja anak dan pekerja perempuan seperti
buruh migran perempuan dan pembantu rumah tangga.
Pengeluaran Pemerintah
Dalam rangka mencapai kondisi warga yang sejahtera pemerintah
menjalankan berbagai macam program pembangunan ekonomi, aktivitas
pemerintah dalam melakukan pembangunan membutuhkan dana yang cukup
besar, pengeluaran pemerintah mencerminkan kombinasi produk yang dihasilkan
untuk menyediakan barang publik dan pelayanan kepada warga yang
memuat pilihan atas keputusan yang dibuat oleh pemerintah. Dalam kebijakan
fiskal dikenal ada beberapa kebijakan anggaran yaitu anggaran berimbang,
anggaran surplus dan anggaran defisit. Pemerintah negara kita membagi
pengeluaran pemerintah menjadi dua macam :
1. Pengeluaran Rutin
Pengeluaran rutin adalah pengeluaran yang digunakan oleh pemerintah
untuk kepentingan pemeliharaan dan penyelenggaraan roda pemerintahan
sehari- hari, meliputi belanja pegawai, belanja barang, berbagai macam
subsidi (subsidi dibedakan menjadi dua : subsidi daerah dan subsidi harga
barang), pembayaran angsuran dan bunga utang negara.
2. Pengeluaran Pembangunan
Merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah yang memiliki
sifat menambah modal warga dalam bentuk pembangunan fisik dan non
fisik. Pengeluaran ini ditujukan untuk membiayai program-program
pembangunan sehingga anggaran yang diajukan selalu menyesuaikan dana
yang didapatkan oleh pemerintah. Dana ini kemudian dialokasikan pada
berbagai bidang sesuai dengan prioritas yang telah direncanakan oleh pemerintah.
Kerangka Konsep
Berdasarkan dasar teoritis dan hubungan antar variabel yang telah
dikemukakakan sebelumnya, penulis mencoba membuat kerangka berfikir yang
menjelasakan bagaimana variabel variabel ini berpengaruh terhadap
kemiskinan. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah bahwa kemiskinan
dipengaruhi oleh empat variabel pembangunan ekonomi, antara lain Pertumbuhan
Ekonomi, Pendidikan, Pengangguran dan Pengeluaran Pemerintah. Kemudian
variabel-variabel ini sebagai variabel independen (bebas) dan bersama-sama,
dengan variabel dependen (terikat) yaitu kemiskinan yang diukur dengan alat
analisis regresi untuk mendapatkan tingkat signifikansinya. Skema kerangka
pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
Hipotesis
Dengan mengacu pada dasar pemikiran yang bersifat teoritis dan
berdasarkan studi empiris yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian
dibidang ini, maka akan diajukan hipotesis sebagai berikut :
1) Diduga Laju Pertumbuhan Ekonomi, Pendidikan, Pengangguran dan
Pengeluaran Pemerintah secara bersama-sama berpengaruh terhadap
kemiskinan di Kutai Kartanegara.
2) Diduga Laju pertumbuhan Ekonomi berpengaruh langsung dan
signifikan terhadap kemiskinan.
3) Diduga Pendidikan berpengaruh terhadap kemiskinan dan signifikan
terhadap kemiskinan
4) Diduga Pengangguran berpengaruh langsung dan signifikan terhadap
kemiskinan di Kutai Kartanegara.
5) Diduga pengeluaran pemerintah berpengaruh dan signifikan terhadap
kemiskinan.
6) sebab pengangguran merupakan gerbang menuju kemiskinan dan
banyak faktor yang mempengaruhi jumlah pengangguran di Kabupaten
Kutai kartanegara maka diduga pengangguran merupakan variabel
yang berpengaruh dominan terhadap kemiskinan di Kabupaten Kutai
Kartanegara.
Berdasarkan hasil perhitungan diatas terlihat bahwa fungsi regresi yang
terbentuk adalah :
Y = 6,210 – 0,029X1 - 2,994X2 + 0,774X3 – 0,004X4
Nilai konstan sebesar 6,210 artinya jika tidak ada laju pertumbuhan,
pendidikan, pengangguran, dan KUBE maka Tingkat Kemiskinan sebesar 6,210,
dan selanjutnya persamaan ini memiliki makna sebagai berikut :
Pengaruh X1( Laju Pertumbuhan) terhadap Y (Kemiskinan)
Nilai koofisen regresi variable pertumbuhan ekonomi bertanda negatif
berarti setiap peningkatan pertumbuhan ekonomi akan mengurangi kemiskinan di
Kabupaten Kutai Kartanegara (Y), dengan kata lain nilai koefisien regresi variable
Laju Pertumbuhan sebesar -0,029 artinya setiap kenaikan pertumbuhan ekonomi
1% maka akan ada penurunan pada tingkat kemiskinan di Kabupaten Kutai
Kartanegara sebesar 0,029%.
Nilai t hitung variable Laju Pertumbuhan sebesar -0,171 dengan
signifikansi hitung 0,868 > α 0,05 artinya H0 diterima sedangkan H1 ditolak yang
berarti laju Pertumbuhan tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat
kemiskinan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi tidak mempengaruhi kemiskinan di Kabupaten Kutai
Kartanegara, penyebabnya diantaranya adalah wilayah Kabupaten Kutai
Kartanegara yang sangat luas dan geografisnya yang sulit dijangkau. Kondisi
ini mengakibatkan pemerataan pembangunan dan ekonomi sulit dilakukan,
sedangkan masih banyak kantong kantong kemiskinan yang masih tersebar di
wilayah wilayah pedalaman, sehingga besarnya pendapatan perkapita hanya
dinikmati oleh orang orang tertentu saja bahkan cenderung mengalir ke luar
daerah. Dari kondisi ini kemiskinan di Kabupaten Kukar masih sangat tinggi
angkanya.
Pengaruh X2( Pendidikan) terhadap Y (Kemiskinan)
Nilai koofisen regresi variable Pendidikan bertanda negative berarti setiap
peningkatan pendidikan akan mengurangi kemiskinan di Kabupaten Kutai
Kartanegara (Y), dengan kata lain nilai koefisien regresi variable pendidikan sebesar -2,994 artinya setiap kenaikan pendidikan 1% maka akan ada penurunan
pada tingkat kemiskinan di Kabupaten Kutai Kartanegara sebesar 2,994%.
Nilai t hitung variable Pendidikan sebesar -2,571 dengan signifikansi
hitung 0,28 > α 0,05 artinya H1 diterima sedangkan H0 ditolak yang berarti
pendidikan berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten
Kutai Kartanegara. Pendidikan merupakan faktor utama dalam mencari pekerjaan,
pendidikan rendah menghasilkan Sumber Daya Manusia yang rendah pula,
warga kukar masih sangat tergantung dari hasil alam, tetapi jika tidak
memiliki kemampuan yang memadai dalam memanfaatkanya maka akan kalah
bersaing dengan tenaga kerja dari luar daerah. Fakta yang terjadi dilapangan
adalah bahwa masih banyak warga pedalaman yang masih tertinggal
pendidikanya sebab masih terbatas sarana dan prasarana pendidikanya, sehingga
walaupun angka melek huruf tinggi tetapi tidak dibarengi dengan kemampuan dan
ketrampilan yang memadai. Hal ini lah yang menjadi penyebab pendidikan
mempengaruhi kemiskinan di kabupaten kutai kartanegara sangat signifikan.
Pengaruh X3( Pengangguran) terhadap Y (Kemiskinan)
Nilai koofisen regresi variable penggangguran bertanda positif berarti
setiap peningkatan pengangguran akan meningkatkan kemiskinan di Kabupaten
Kutai Kartanegara (Y), dengan kata lain nilai koefisien regresi variable
pengangguran sebesar 0,774 artinya setiap kenaikan pengangguran 1% maka akan
meningkatkan jumlah tingkat kemiskinan di Kabupaten Kutai Kartanegara sebesar
0,774%.
Nilai t hitung variable Pengangguran sebesar 1,860 dengan signifikansi
hitung 0,93 < α 0,05 artinya H1 diterima sedangkan H0 ditolak yang berarti
pengangguran berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten
Kutai Kartanegara pada level alfa 10%. Pengangguran merupakan gerbang dari
kemiskinan, di kabupaten Kutai Kartanegara pengangguran banyak disebabkan
sebab kalah bersaingnya SDM warga asli dengan SDM warga pendatang.
Sedangkan banyak perusahaan perusahaan baik asing maupun dalam negri yang
mengolah hasil bumi di Kabupaten ini memerlukan tenaga kerja yang berkualitas
dan berstandar tinggi. Warga asli yang masih minim pengetahuan dan pengalaman
akhirnya tersisih walaupun ada sebagian dari mereka yang bekerja pada
perusahaan perusahaan ini , pasti mereka da di posisi terbawah sehingga
penghasilanya pun juga rendah dan belum mampu mencukupi kebutuhan sehari
harinya secara layak. Fakta juga yang ditemukan dilapangan bahwa penduduk asli
kukar juga lebih suka menjadi nelayan dan pekerjaan pekerjaan yang sifatnya
hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari juga menjadi penyebab
mengapa kemiskinan di kukar masih tinggi.
Pengaruh X4( Pengeluaran Pemerintah) terhadap Y (Kemiskinan)
Nilai koofisen regresi variable KUBE bertanda negatif berarti setiap
peningkatan pengeluaran pemerintah akan mengurangi kemiskinan di Kabupaten
Kutai Kartanegara (Y), dengan kata lain nilai koefisien regresi variable ini sebesar
-0,004 artinya setiap kenaikan KUBE 1% maka akan ada penurunan pada tingkat
kemiskinan di Kabupaten Kutai Kartanegara sebesar 0,004%.Nilai t hitung variable KUBE sebesar -0,108 dengan signifikansi hitung
0,916 > α 0,05 artinya H0 diterima sedangkan H1 ditolak yang berarti variabel ini
tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Kutai
Kartanegara. Kondisi ini dipengaruhi oleh tidak konsistenya pemerintah daerah
dalam megucurkan dana dalam memerangi kemiskinan atau bisa juga disebut
fluktuatif, kadang dana ini tinggi dan kadang rendah sementara angaka
kemiskinan masih tinggi sehingga pengeluaran pemerintah menjadi tidak
berpengaruh terhadap kemiskinan. Lemahnya pendampingan terhadap kelompok
kelompok penerima bantuan juga memicu program yang dilaksanakan tidak
memperoleh hasil yang maksimal, sehingga belum bisa mengurangi angka
kemiskinan itu sendiri.
Pembangunan adalah suatu proses perubahan menuju ke arah yang lebih
baik dan terus menerus untuk mencapai tujuan yakni mewujudkan warga
negara kita yang berkeadilan, berdaya saing, maju, dan sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik negara kita . Pembangunan harus diarahkan sedemikian
rupa sehingga setiap tahap semakin mendekati tujuan. Hidup layak merupakan
hak asasi manusia yang diakui secara universal.
Pembangunan nasional pada dasarnya ialah meningkatkan kesejahteraan
umum yang adil dan merata bagi seluruh rakyat negara kita . Dengan demikian
pengentasan kemiskinan merupakan prioritas utama pembangunan. Pemerintah
negara kita menyadari bahwa Pembangunan Nasional adalah salah satu upaya
untuk mencapai tujuan warga adil dan makmur. Sejalan dengan tujuan
ini , berbagai kegiatan pembangunan telah diarahkan kepada pembangunan
daerah khususnya daerah yang relatif tertinggal.
Perencanaan merupakan sebuah upaya untuk mengantisipasi
ketidakseimbangan yang terjadi yang bersifat akumulatif. Artinya, perubahan
yang terjadi pada sebuah keseimbangan awal dapat memicu perubahan pada
sistem sosial yang kemudian akan membawa sistem yang ada menjauhi
keseimbangan semula. Perencanaan memiliki peran yang sangat penting dalam
proses pembangunan. Salah satu peran perencanaan adalah sebagai arahan bagi
proses pembangunan untuk berjalan menuju tujuan yang ingin dicapai disamping
sebagai tolok ukur keberhasilan proses pembangunan yang dilakukan. Sedangkan
pembangunan sendiri dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di tingkat nasional
atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di tingkat daerah.
Pemerintah baik pusat maupun daerah telah berupaya dalam melaksanakan
berbagai kebijakan dan program-program penanggulangan kemiskinan namun
masih jauh dari induk permasalahan. Kebijakan dan program yang dilaksanakan
belum menampakkan hasil yang optimal. Masih terjadi kesenjangan antara
rencana dengan pencapaian tujuan sebab kebijakan dan program penanggulangan
kemiskinan lebih berorientasi pada program sektoral. Oleh sebab itu diperlukan
suatu strategi penanggulangan kemiskinan yang terpadu, terintegrasi dan sinergis
sehingga dapat menyelesaikan masalah secara tuntas.
Permasalahan strategis di Pemerintahan Kabupaten Kutai Kartanegara
tidak jauh berbeda dengan di pemerintahan pusat (Problem Nasional), yakni
masih tingginya angka kemiskinan jika di bandingkan dengan kabupaten dan
provinsi lain di Kaltim dan pulau Jawa. Oleh sebab itu, kemiskinan menjadi
tanggung jawab bersama, terutama pemerintah sebagai penyangga proses
perbaikan kehidupan warga dalam sebuah pemerintahan, untuk segera
mencari jalan keluar dengan merumuskan langkah-langkah yang sistematis dan
strategis sebagai upaya pengentasan kemiskinan.
Bagi Kabupaten Kutai Kartanegara, kemiskinan merupakan isu strategis
dan mendapatkan prioritas utama untuk ditangani kemiskinan merupakan salah
satu dari issue strategis yang mendapat prioritas untuk penanganan pada setiap
tahapan pelaksanaannya. Terkait dengan target tujuan pembangunan millenium
yang harus tercapai pada tahun 2015, maka Kabupaten Kutai Kartanegara masih
harus bekerja keras untuk dapat mencapai target ini , mengingat upaya
penanggulangan kemiskinan bukan merupakan hal yang mudah untuk
dilaksanakan.Pertumbuhan ekonomi merupakan tema sentral dalam kehidupan ekonomi
semua negara di dunia dewasa ini. Pemerintah di negara manapun dapat segera
jatuh atau bangun berdasarkan tinggi rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi
yang dicapainya dalam catatan statistik nasional. Berhasil tidaknya programprogram di negara-negara dunia ketiga sering dinilai berdasarkan tinggi rendahnya
tingkat output dan pendapatan nasional (Todaro 2000).
Rendahnya pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan jumlah penduduk
yang cukup besar akan berpengaruh terhadap kondisi sosial manusia di Kutai
Kartanegara. Permasalahan dan tantangan pembangunan daerah lima tahun ke
depan masih diprioritaskan pada masalah-masalah sosial yang mendasar, antara
lain besarnya angka kemiskinan dan pengangguran.
Penelitian ini dilakukan di Kutai Kartanegara dalam periode 2000 – 2014
sebab di Kutai Kartanegara terjadi fenomena tranformasi struktur ekonomi yang
meningkatkan produk domestik regional bruto (PDRB), tetapi juga diikuti dengan
peningkatan persentase kemiskinan. Kemiskinan sendiri merupakan masalah yang
menyangkut banyak aspek sebab berkaitan dengan pendapatan yang rendah, buta
huruf, derajat kesehatan yang rendah dan ketidaksamaan derajat antar jenis
kelamin serta buruknya lingkungan hidup (Word Bank, 2004).
Singkatnya di kabupaten Kutai Kartangara Kemiskinan di pengaruhi oleh
faktor faktor ini diatas, dimana Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
ternyata tidak dibarengi dengan penurunan angka kemiskinan yang signifikan hal
ini bisa disebabkan juga sebab faktor geografis yang sangat luas sehingga
pemerataan ekonomi tidak berjalan dengan baik, sehingga warga yang
bertempat tnggal jauh dari pusat kota atau bahkan di pedalaman tidak akan
merasakan dampak pertumbuhan ekonomi ini .
Faktor pendidikan juga menjadi faktor utama dalam bertambahanya angka
kemiskinan, minimnya fasilitas pendidikan di daerah daerah terpencil
menyebakan Sumber Daya Manusia yang ada juga masih sangat rendah tingkat
pengetahuan dan ketrampilanya sehingga belum mampu mencari penghidupan
yang layak. Pengagguran menjadiisu utama dalam hungunganya dengan
kemiskinan sebab faktor ini merupakan pintu gerbang menuju kemiskinan,
pengangguran itu sendiri juga disebabkan banyak hal yang mempengaruhinya,
diantaranya tingkat SDM yang rendah sehingga lkalah bersaing dengan tenaga
kerja pendatang, kecenderungan mata pencaharian warga daerah aliran
sungai yang lebih suka menjadi nelayan kecil yang hasilnya hanya cukup untuk
memenuhi kehidupan sehari hari sehingga tingkat kesejahteraanya pun rendah.
Pengeluaran Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara dirasa sangat
minim untuk ukuran kabupaten terkaya di negara kita dengan APBD rata rata 3
triliun rupiah pertahun, fokus penanganan kemiskinan di wilayah ini masih sangat
kecil, dana yang di gelontorkan dalam upaya pengentasan kemiskinan pun masih
kurang. Masalah lemahnya pendampingan terhadap program program kemiskinan
juga masih terjadi. Besarnya biaya yang keluarkan oleh pemerintah belum bisa
memperoleh hasil yang memuaskan.
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan
penelitian ini adalah untuk: Menganalisis dan menguji pengaruh Laju Pertumbuhan Ekonomi, Pendidikan, Pengangguran dan Pengeluaran Pemerintah
terhadap Kemiskinan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Menganalisis dan menguji
variabel yang berpengaruh dominan terhadap kemiskinan di Kutai Kartanegara.
.jpeg)
