Tampilkan postingan dengan label Manajemen produksi 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Manajemen produksi 1. Tampilkan semua postingan

Senin, 13 Oktober 2025

Manajemen produksi 1





 
 
 
Deskripsi Materi: 
Materi yang akan dibahas pada bab ini yaitu mengenai konsep dasar 
sistem produksi yang meliputi pengertian dan contoh dari sistem 
produksi, jenis sistem produksi, dan konsep dari perencanaan dan 
pengendalian produksi. 
 
Tujuan Pembelajaran: 
a) Mahasiswa mampu memahami fungsi dari sistem produksi. 
b) Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan antara sistem produksi 
manufaktur dan jasa. 
c) Mahasiswa dapat memahami jenis dari sistem produksi. 
d) Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan konsep dari 
perencanaan dan pengendalian produksi. 
 
1.1 FUNGSI PRODUKSI 
Aktivitas produksi sebagai suatu bagian dari fungsi organisasi 
perusahaan bertanggung jawab terhadap pengolahan bahan baku 
menjadi produk jadi yang dapat dijual. Melaksanakan fungsi produksi, 
diperlukan rangkaian kegiatan yang akan membentuk suatu sistem 
produksi. Ada tiga fungsi utama dari kegiatan-kegiatan produksi yang 
dapat di-identifikasi, yaitu: 
a) Proses Produksi, yaitu metode dan teknik yang digunakan dalam 
mengolah bahan baku menjadi produk 
b) Perencanaan Produksi, yaitu merupakan tindakan antisipatif di 
masa mendatang sesuai dengan periode waktu yang direncanakan 
Production Planning and Inventory Control 
 
c) Pengendalian Produksi, yaitu tindakan yang menjamin bahwa 
semua kegiatan yang dilaksanakan dalam perencanaan telah 
dilakukan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. 
 
1.2 SISTEM PRODUKSI 
Melaksanakan fungsi-fungsi produksi dengan baik, maka diperlukan 
rangkaian kegiatan yang akan membentuk suatu sistem produksi. Sistem 
produksi merupakan kumpulan dari subsistem-subsistem yang saling 
berinteraksi dengan mentransformasikan input produksi menjadi output 
produksi. Input produksi ini dapat berupa bahan baku (material), tenaga 
kerja (man), modal (money), mesin (machine), metode (method), energi 
(energy) dan informasi (information). Sedangkan output produksi 
merupakan produk yang dihasilkan berikut hasil sampingannya seperti 
limbah, jasa atau informasi. 
 
 
Bagan 1.1 Input Output Sistem Produksi 
Production Planning and Inventory Control 
 
Pada bagan diatas, terlihat input-input yang digunakan melakukan 
proses transformasi (pembentukan, perubahan, dll) untuk membentuk 
produk jadi berupa barang atau jasa dan juga limbah. 
Untuk lebih memahami lanjut tentang sistem produksi, berikut 
adalah contoh sistem produksi industri 
 
Perbedaan Barang dan Jasa (Goods and Services) – Barang dan jasa 
sering ditawarkan oleh perusahaan kepada pelanggannya untuk 
memenuhi berbagai kebutuhan mereka. Saat ini, keberhasilan bisnis 
terletak pada kombinasi kualitas barang yang terbaik dengan layanan jasa 
yang berorientasi pada pelanggan. Barang atau Goods adalah objek fisik 
sementara Layanan atau Jasa (Services) adalah kegiatan melakukan 
pekerjaan untuk orang lain. 
Barang adalah komoditas atau produk berwujud yang dapat dikirim 
atau dijual ke pelanggan sehingga melibatkan pengalihan kepemilikan dari 
penjual ke pembeli. Di sisi lain, layanan atau jasa adalah kegiatan tidak 
Production Planning and Inventory Control 
 
berwujud yang dapat diidentifikasikan secara terpisah dan memberikan 
kepuasan dari suatu keinginan. Salah satu perbedaan utama dari Barang 
dan Jasa adalah Barang adalah produk yang diproduksi sedangkan Jasa 
adalah kegiatan yang dilakukan. 
 

 
Berikut ini adalah Perbedaan utama antara Barang dan Jasa: 
1) Barang adalah komoditas atau produk yang siap dibeli oleh 
pelanggan dengan harga tertentu, sedangkan Layanan (jasa) adalah 
manfaat atau fasilitas yang disediakan oleh pihak lain. 
2) Barang adalah sesuatu yang berwujud atau tanjibel (tangiable) 
yaitu sesuatu yang dapat dilihat atau disentuh, sedangkan layanan 
(jasa) adalah produk yang tidak berwujud (intangiable). 
3) Ketika pelanggan membeli barang dengan harga tertentu, 
kepemilikan barang tersebut akan berpindah tangan dari penjual ke 
pembeli. Sebaliknya, kepemilikan jasa atau layanan tidak dapat 
dipindahtangankan. 
4) Sulit untuk melakukan Evaluasi terhadap jasa atau layanan karena 
setiap penyedia layanan memiliki pendekatan yang berbeda dalam 
melaksanakan layanan sehingga sulit untuk menilai layanan mana 
yang lebih baik. Sedangkan evaluasi terhadap barang relatif lebih 
mudah untuk dilakukan. 
Production Planning and Inventory Control 
 
5) Barang dapat dikembalikan ataupun ditukar apabila tidak sesuai 
dengan apa yang diinginkan. Namun layanan atau jasa tidak 
mungkin untuk dikembalikan atau ditukar apabila telah disediakan. 
6) Barang dapat disimpan untuk penggunaan di masa mendatang, 
tetapi layanan atau jasa sangat terikat pada waktu dan tidak dapat 
disimpan sebagai persediaan. 
7) Barang diproduksi terlebih dahulu kemudian diperdagangkan dan 
akhirnya dikonsumsi. Sedangkan jasa atau layanan diproduksi dan 
dikonsumsi pada saat yang sama. 
8) Barang dapat berpisah dengan alat produksinya setelah menjadi 
produk jadi, sedangkan Layanan atau jasa tidak dapat dipisahkan 
dari penyedianya. 
 
1.2.1 Pengorganisasian untuk Menghasilkan Barang dan Jasa 
Untuk menghasilkan barang dan jasa, semua jenis organisasi 
menjalankan 3 fungsi. Fungsi-fungsi ini merupakan hal yang penting, 
bukan hanya untuk proses produksi, tetapi juga demi kelangsungan hidup 
sebuah organisasi. Fungsi-fungsi ini adalah: 
a) Pemasaran, yang menghasilkan permintaan, atau paling tidak 
menerima pemesanan untuk sebuah barang atau jasa (tidak akan 
ada aktivitas jika tidak ada penjualan) 
b) Produksi/operasi, yang menghasilkan produk. 
c) Keuangan/akuntansi, yang mengawasi sehat atau tidaknya sebuah 
organisasi, membayar tagihan dan mengumpulkan uang. 
 
   
 
Berikut beberapa contoh pengorganisasian barang dan jasa. 
 
Sebuah organisasi, dan secara utuh berhubungan dengan semua 
fungsi bisnis lainnya. Semua organisasi memasarkan, membiayai, dan 
memproduksi, maka sangat penting untuk mengetahui bagaimana 
aktivitas sistem produksi berjalan. Karena itu pula kita mempelajari 
bagaimana orang mengorganisasikan diri mereka untuk mendapatkan 
perusahaan yang produktif. 
 
1.2.2 Sistem Produksi Menurut Proses Menghasilkan Output 
Sistem produksi menurut proses menghasilkan output secara 
ekstrim dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 
1. Proses Produksi Kontinu (Continuous Process) 
a) Memerlukan waktu set up yang tidak terlalu lama, karena proses ini 
memproduksi secara terus menerus untuk jenis produk yang sama, 
misalnya pabrik semen, pabrik pupuk, pabrik susu dsb. 
b) Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang besar 
(produksi massal) dengan variasi yang sangat sedikit dan sudah 
distandarisasikan. 
c) Proses biasanya menggunakan sistem atau cara penyusunan 
peralatan berdasarkan urutan dari produk yang dihasilkan (product 
layout). 
d) Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi adalah mesin-
mesin yang bersifat khusus untuk menghasilkan produk tersebut, 
yang dikenal dengan nama Special Purpose Machine. 
e) Mesin-mesin bersifat khusus dan biasanya semi otomatis, maka 
operatornya tidak perlu mempunyai keahlian atau keterampilan 
yang tinggi untuk pengerjaan produk tersebut. 
f) Terjadi salah satu mesin/peralatan terhenti atau rusak, maka 
seluruh proses produksi akan terhenti. 
g) Mesin-mesin bersifat khusus dan variasi dari produknya kecil, maka 
job strukturnya sedikit dan jumlah tenaga kerjanya tidak perlu 
banyak. 
Production Planning and Inventory Control 
 
h) Persediaan bahan baku dan bahan dalam proses adalah lebih 
rendah dibandingkan dengan proses produksi terputus (internittent 
process). 
i) Oleh karena Mesin-mesin bersifat khusus, maka proses ini 
membutuhkan ahli pemeliharaan (maintenance) yang mempunyai 
pengetahuan dan pengalaman yang banyak. 
j) Biasanya Bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling 
yang tetap (Fixed Path Equipment) yang menggunakan tenaga 
mesin seperti ban berjalan (Conveyor). 
 
2. Proses Produksi Terputus (Intermittent Process/Discrete System) 
a) Memerlukan waktu set up yang lama, karena proses ini 
memproduksi berbagai jenis spesifikasi barang/produk sesuai 
pesanan, sehingga adanya pergantian jenis barang yang diproduksi 
akan membutuhkan kegiatan set up yang berbeda, misalnya usaha 
perbengkelan. 
b) Produk yang dihasilkan dalam jumlah yang sangat kecil dengan 
variasi yang sangat besar dan didasarkan atas pesanan (job shop) 
c) Proses seperti ini biasanya menggunakan sistem atau cara 
penyusunan peralatan berdasarkan atas fungsi dalam proses 
produksi, dimana peralatan yang sama dikelompokkan pada 
tempat yang sama (processt layout). 
d) Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi adalah mesin-
mesin yang bersifat umum yang dapat digunakan untuk 
menghasilkan bermacam-macam produk dengan variasi yang 
hampir sama, yang dikenal dengan nama General Purpose Machine. 
e) Mesin-mesin bersifat umum dan biasanya kurang otomatis, maka 
pengaruh individual operator terhadap produk yang dihasilkan 
sangat besar, sehingga operatornya perlu mempunyai keahlian 
atau keterampilan yang tinggi dalam pengerjaan produk tersebut. 
Production Planning and Inventory Control 
 
f) Proses produksi tidak akan mudah terhenti walaupun terjadi 
kerusakan atau terhentinya salah satu mesin atau peralatan. 
g) Mesin-mesin bersifat umum dan variasi dari produknya besar, 
maka terdapat pekerjaan (job) yang bermacam-macam sehingga 
pengawasannya lebih sulit. 
h) Persediaan bahan baku biasanya tinggi, karena tidak dapat 
ditentukan pesanan apa yang akan dipesan oleh pembeli dan juga 
persediaan bahan dalam proses akan lebih tinggi dibandingkan 
proses kontinu. 
i) Bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang bersifat 
fleksibel (Varied Path Equipment) dengan menggunakan tenaga 
manusia seperti kereta dorong atau forklift. 
j) Proses seperti ini sering dilakukan pemindahan bahan yang bolak-
balik sehingga perlu adanya ruangan gerak (Aisle) yang besar dan 
ruangan tempat bahan-bahan dalam proses (Work In Process) yang 
besar. 
 
Sistem produksi menurut proses menghasilkan output yang lain: 
a) Industri Hulu (Basic Producer). Industri ini mengolah bahan alam 
menjadi bahan baku industri lain (industri perantara). 
b) Industri Perantara (Converter Industry). Ini merupakan perantara 
dari mata rantai pengolahan bahan alam ke masyarakat konsumen. 
c) Industri Hilir (Fabricator). Perusahaan ini memfabrikasi dan 
merakit produk yang langsung bisa dipakai oleh masyarakat 
konsumen. 
 
1.2.3 Sistem Produksi Menurut Tujuan Operasinya 
Dilihat dari tujuan perusahaan melakukan operasinya dalam 
hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan konsumen, maka sistem 
produksi dibedakan menjadi empat jenis, yaitu: 
Production Planning and Inventory Control 
 
10 
1. Engineering To Order (ETO), yaitu bila pemesan meminta produsen 
untuk membuat produk yang dimulai dari proses perancangannya 
(rekayasa). 
2. Assembly To Order (ATO), yaitu bila produsen membuat desain 
standar, modul-modul opsional standar yang sebelumnya dan 
merakit suatu kombinasi tertentu dari modil-modul tersebut sesuai 
dengan pesanan konsumen. Modul-modul standar tersebut bisa 
dirakit untuk berbagai tipe produk. Contohnya pabrik mobil, 
dimana mereka menyediakan pilihan transmisi secara manual atau 
otomatis, AC, Audio, Opsi-opsi interior, dan opsi-opsi mesin khusus 
sebagaimana juga model bodi dan warna bodi yang khusus. 
Komponen-komponen tersebut telah disiapkan terlebih dahulu dan 
akan mulai diproduksi begitu pesanan dari agen datang. 
3. Make To Order (MTO), yaitu bila produsen menyelesaikan item 
akhimya jika dan hanya jika telah menerima pesanan konsumen 
untuk item tersebut. Bila item tersebut bersifat unik dan 
mempunyai desain yang dibuat menurut pesanan, maka konsumen 
mungkin bersedia menunggu hingga produsen dapat 
menyelesaikannya. 
4. Make To Stock (MTS), yaitu bila produsen membuat item-item 
yang diselesaikan dan ditempatkan sebagai persediaan sebelum 
pesanan konsumen diterima. Item akhir tersebut baru akan dikirim 
dari sistem persediaannya setelah pesanan konsumen diterima. 
Manufacturing Lead Time dari keempat jenis operasi proses 
produksi tersebut digambarkan pada bagan 1.5 sebagai berikut: 
 
Production Planning and Inventory Control 
 
11 
 
Bagan 1.5 Lead Time dari Jenis Operasi Proses Produksi 
 
Tampak pada bagan 1.5, terlihat dari kiri ke kanan menunjukkan 
tahapan proses produksi suatu produk di mulai dari perancangan 
(rekayasa) sampai dengan pengiriman barang (distribusi). Pembuatan 
produk juga terjadi dari customized sampai produk standar. 
 
1.2.4 Sistem Produksi Menurut Aliran Operasi dan Variasi Produk 
Adapun sistem produksi menurut aliran operasi dan variasi produk 
adalah sebagai berikut: 
1. Flow Shop, yaitu proses konvesi dimana unit-unit output secara 
berturut-turut melalui urutan operasi yang sama pada mesin-mesin 
khusus, biasanya ditempatkan sepanjang suatu lintasan. Proses ini 
biasanya digunakan untuk produk yang mempunyai desain dasar 
yang tetap sepanjang waktu yang lama dan ditujukan untuk pasar 
yang luas, sehingga diperlukan penyusunan bentuk proses flow 
shop yang biasanya bersifat Make To Stock (MTS). Proses flow shop 
biasanya disebut juga sistem produksi massal (Mass Production). 
Misalkan industri rokok, pengalengan. 
2. Continuous, proses ini merupakan bentuk ekstrim dari flow shop 
dimana terjadi aliran material yang konstan. Contoh dari proses 
Production Planning and Inventory Control 
 
12 
kontinu adalah industri penyulingan minyak, pemrosesan kimia, 
dan industri-industri lain dimana kita tidak dapat mengidentifikasi-
kan unit-unit output urutan prosesnya secara tepat. Biasanya satu 
lintasan produksi pada proses kontinu hanya dialokasikan untuk 
satu produk saja. 
3. Job Shop, yaitu merupakan bentuk proses konversi dimana unit-
unit untuk pesanan yang berbeda akan mengikuti urutan yang 
berbeda pula dengan melalui pusat-pusat kerja yang 
dikelompokkan berdasarkan fungsinya. Volume produksi tiap jenis 
produk sedikit, variasi produknya banyak, lama proses produksi tiap 
jenis produk agak panjang, dan tidak ada lintasan produksi khusus. 
Job shop ini bertujuan memenuhi kebutuhan khusus konsumen, 
jadi biasanya bersifat Make To Order (MTO). 
4. Bacth, yaitu merupakan bentuk satu langkah ke depan 
dibandingkan job shop dalam hal standarisasi produk, tetapi tidak 
terlalu terstandarisasi seperti produk yang dihasilkan pada aliran 
lintasan perakitan flow shop. Sistem bacth memproduksi banyak 
variasi produk dan volume, lama proses produksi untuk tiap produk 
agak pendek, dan satu lintasan produksi dapat dipakai untuk 
beberapa tipe produk. Pada sistem ini, pembuatan produk dengan 
tipe yang berbeda akan mengakibatkan pergantian peralatan 
produksi, sehingga sistem tersebut harus “general purpose” dan 
fleksibel untuk produk dengan volume rendah tetapi variasinya 
tinggi. Tetapi valume bacth yang lebih banyak dapaty diproses 
secara berbeda, misalnya memproduksi beberapa batch lebih 
untuk tujuan MTS dibandingkan MTO. 
5. Proyek, yaitu merupakan proses penciptaan satu jenis produk yang 
agak rumit dengan suatu pendefinisian urutan tugas-tugas yang 
teratur akan kebutuhan sumber daya dan dibatasi oleh waktu 
penyelesaiannya. Pada jenis proyek ini, beberapa fungsi-fungsi yang 
mempengaruhi produksi seperti perencanaan, desain, pembelian, 
Production Planning and Inventory Control 
 
13 
pemasaran, penambahan personal/mesin (yang biasanya dilakukan 
secara terpisah pada sistem job shop dan flow shop) harus 
diintegrasikan sesuai dengan urutan waktu penyelesaian, sehingga 
dicapai penyelesaian yang ekonomis. 
 
Adapun pembagian lebih jelas dari ke-lima Sistem Produksi 
Menurut Aliran Operasi dapat dilihat pada bagan 1.6. 
 
 
15 
1.3 PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI (PPC) 
PPC (Production Planning Control) dapat diartikan sebagai proses 
untuk merencanakan dan mengendalikan aliran material yang masuk, 
mengalir dan keluar dari sistem produksi/operasi sehingga permintaan 
pasar dapat dipenuhi dengan jumlah yang tepat, waktu penyerahan yang 
tepat, dan biaya produksi yang minimum. Dari definisi diatas, maka 
pekerjaan yang terkandung dalam PPC secara garis besar dapat kita 
bedakan menjadi dual hal yang saling berkaitan, yaitu: Perencanaan 
Produksi dan Pengendalian Produksi. 
Perencanaan Produksi dilakukan dengan tujuan menentukan arah 
awal dari tindakan-tindakan yang harus dilakukan di masa mendatang, 
apa yang harus dilakukan, berapa banyak melakukannya, dan kapan harus 
melakukan. Perencanaan ini berkaitan dengan masa mendatang, maka 
perencanaan yang dibuat harus dievaluasi secara berkala dengan 
melakukan pengendalian. 
Pengendalian Produksi akan sangat tergantung pada ada tidaknya 
penyimpangan dalam pelaksanaan produksi terhadap rencana produksi 
yang telah dibuat sebelumnya. Penyimpangan yang terjadi cukup besar, 
maka perlu diadakan tindakan-tindakan penyesuaian untuk membenahi 
penyimpanan yang terjadi. Hasil penyesuaian akan dijadikan dasar dalam 
menyusun rencana produksi selanjutnya. 
 
1.3.1 Perencanaan Produksi 
Dalam usaha untuk mencapai tujuan perencanaan produksi, maka 
perencana bertugas mengkoordinir bagian produksi dengan bagian-
bagian lainnya di dalam perusahaan agar rencana produksi yang disusun 
benar-benar mencerminkan keadaan dan kemampuan perusahaan, 
sehingga dapat ditentukan barang/produk apa yang akan diproduksi, 
jumlah barang/produk diproduksi, kapan produksi dimulai dan selesai, 
serta jumlah tenaga kerja, bahan baku dan peralatan yang dibutuhkan 
Production Planning and Inventory Control 
 
16 
dalam proses produksi tersebut. Perencanaan produksi harus mempunyai 
sifat-sifat sebagai berikut: 
1. Berjangka Waktu 
Suatu perusahaan tidak mungkin dapat membuat suatu rencana 
produksi yang dapat digunakan selamanya. Rencana baru harus dapat 
dibuat bila keadaan yang digunakan sebagai dasar pembuatan rencana 
yang lama sudah berubah. Pendekatan yang digunakan adalah membuat 
rencana produksi yang mencakup periode waktu tertentu dan akan 
diperbaharui bila periode waktu tersebut sudah dicapai. Ada tiga jenis 
perencanaan berdasarkan periode waktu perencanaan, yaitu: 
a) Perencanaan produksi jangka panjang 
b) Perencanaan produksi jangka menengah 
c) Perencanaan produksi jangka pendek 
 
2. Berjenjang 
Pembuatan rencana produksi tidak bisa dilakukan hanya sekali dan 
digunakan untuk selamanya. Perencanaan produksi harus dilakukan 
secara bertahap dan berjenjang. Artinya, perencanaan produksi akan 
bertingkat dari perencanaan produksi level tinggi sampai ke level rendah, 
dimana pada level rendah adalah merupakan penjabaran dari 
perencanaan produksi level yang lebih tinggi. 
 
3. Terpadu 
Perencanaan produksi akan melibatkan banyak faktor (bahan baku, 
tenaga kerja, mesin, peralatan, waktu) dimana ke semua faktor tersebut 
harus sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan dalam mencapai 
target produksi tertentu yang didasarkan atas peramalan. Masing - 
masing-masing - masing faktor tersebut tidak harus direncanakan sendiri-
sendiri sesuai dengan keterbatasan yang ada pada masing - masing faktor 
yang dimiliki perusahaan, tetapi rencana tersebut harus dibuat dengan 
mengacu pada satu rencana terpadu untuk produksi. Rencana tersebut 
Production Planning and Inventory Control 
 
17 
juga harus terkait dengan rencana-rencana lain yang berpengaruh 
langsung terhadap rencana produksi, seperti pemeliharaan, rencana 
tenaga kerja, rencana pengadaan bahan baku, dan sebagainya. 
 
4. Berkelanjutan 
Perencanaan produksi disusun untuk satu periode tertentu yang 
merupakan masa berlakunya rencana tersebut. Setelah habis berlakunya, 
baru ini dibuat rencana baru untuk periode waktu berikutnya lagi. Dengan 
demikian rencana baru tersebut haruslah merupakan kelanjutan dari 
rencana yang dibuat sebelumnya. 
 
5. Terukur 
Pelaksanaan produksi, realisasi dari rencana produksi akan selalu 
dimonitor untuk mengetahui apakah terjadi penyimpangan dari rencana 
yang ditetapkan. Untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan, maka 
rencana produksi harus menetapkan suatu nilai yang dapat diukur, 
sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan ada tidaknya 
penyimpangan. Nilai-nilai tersebut dapat berupa target produksi yang 
bisa dinyatakan dalam satuan unit produk, kilogram, lusin, dan lainnya. 
Jika dalam realisasinya nanti tidak memenuhi target produksi, maka kita 
dengan mudah dapat mengukur berapa besar penyimpangan tersebut, 
sehingga hasilnya dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan menyusun 
rencana berikutnya. 
 
6. Realistik 
Rencana produksi yang dibuat harus disesuaikan dengan kondisi 
yang ada di perusahaan, sehingga target yang ditetapkan merupakan nilai 
yang realistik untuk dapat dicapai dengan kondisi yang dimiliki 
perusahaan pada saat rencana tersebut dibuat. Jika rencana produksi 
dibuat secara muluk-muluk tanpa memperhitungkan kondisi yang ada 
pada perusahaan, maka perencanaan yang dibuat tidak akan ada gunanya 
Production Planning and Inventory Control 
 
18 
karena target produksi yang ditetapkan sudah pasti tidak akan dapat 
dicapai. Selain itu, kita tidak akan pernah tepat sesuai dengan rencana. 
Dengan membuat suatu rencana yang realistik, maka akan dapat 
memotivasi pelaksana untuk berusaha mencapai apa yang telah disusun 
pada rencana tersebut. 
 
7. Akurat 
Perencanaan produksi harus dibuat berdasarkan informasi-
informasi yang akurat tentang kondisi internal dan eksternal perusahaan, 
sehingga angka-angka yang dimunculkan dalam target produksi dapat 
dipertanggung jawabkan. Kesalahan dalam membuat perkiraan nilai 
parameter produksi akan berakibat fatal terhadap rencana produksi yang 
disusun. Demikian juga perhitungan yang dilakukan dalam penentuan 
nilai variabel produksi berdasarkan nilai parameter produksi harus 
dilakukan seteliti mungkin, sehingga tidak akan terjadi kesalahan yang 
sama. 
 
8. Menantang 
Rencana produksi harus dibuat serealistis mungkin, hal ini bukan 
berarti rencana produksi harus menetapkan target yang dengan mudah 
dapat dicapai. Rencana produksi yang baik harus menetapkan target 
produksi yang hanya dapat dicapai dengan usaha yang sungguh-sungguh. 
 
1.3.2 Pengendalian Produksi 
Rencana produksi yang telah disusun tidak akan dapat dilaksanakan 
tanpa adanya pengendalian terhadap pelaksanaan rencana tersebut. 
Sesuai dengan fungsinya, pengendalian produksi melakukan aktivitas-
aktivitas sebagai berikut: 
1. Mengukur realisasi dari rencana produksi 
Dalam aktivitas ini, hasil pelaksanaan produksi dicatat dalam satuan 
ukuran (unit, kilogram, meter, dsb) seperti yang digunakan pada target 
Production Planning and Inventory Control 
 
19 
produksi. Pengukuran harus dilakukan sesering mungkin, sehingga 
penyimpangan akan dengan cepat dapat dideteksi. 
 
2. Membandingkan realisasi dengan rencana produksi 
Hasil pencatatan dari pelaksanaan produksi harus dibandingkan 
dengan rencana/target yang telah ditetapkan sebelumnya untuk dijadikan 
dasar dalam menentukan tindakan berikutnya. Bila terjadi penyimpangan 
yang cukup berarti, maka harus dilakukan langkah-langkah perbaikan. Jika 
tidak terjadi penyimpangan yang cukup berarti, maka tidak perlu 
dilakukan langkah-langkah perbaikan. Oleh karena itu, target yang dibuat 
harus menyertakan suatu batas kewajaran dalam penyimpangan yang 
masih dapat ditolerir, sehingga suatu target biasanya diberikan dalam 
bentuk interval (mempunyai batas atas dan batas bawah) yang lebarnya 
sangat tergantung besarnya variasi dari besaran yang dikendalikan. 
 
3. Mengamati penyimpangan yang terjadi 
Penyimpangan yang terjadi dapat dikelompokkan menjadi dua, 
yaitu penyimpangan yang masih dapat ditolerir dan penyimpangan yang 
tidak dapat ditolerir. Penyimpangan yang tidak dapat ditolerir adalah 
penyimpangan yang terjadi karena proses produksi yang sedang berjalan 
memang betul-betul sudah menyimpang dari yang direncanakan, 
sehingga perlu diadakan tindakan-tindakan perbaikan. Sedangkan 
penyimpangan yang masih dapat ditolerir adalah penyimpangan bersifat 
semu yang terjadi karena faktor-faktor acak. Oleh karena itu, perlu 
penetapan berapa persen penyimpangan dari target produksi yang masih 
dapat dikategorikan sebagai penyimpangan semu, sehingga tidak perlu 
diadakan langkah-langkah perbaikan. 
 
4. Menganalisa sebab-sebab terjadinya persediaan 
Dapat melakukan perbaikan secara tepat, maka harus diketahui 
terlebih dahulu faktor penyebab sesungguhnya dari penyimpangan yang 
Production Planning and Inventory Control 
 
20 
terjadi. Hal ini merupakan langkah yang sulit karena harus dibedakan 
mana yang merupakan gejala dan mana yang merupakan faktor penyebab 
sesungguhnya. Misalnya, keterlambatan dalam pengiriman pesanan tidak 
mesti disebabkan karena bagian pengiriman bekerja secara lambat, tetapi 
bisa juga disebabkan karena kualitas produk yang dihasilkan terlalu jelek 
sehingga harus diadakan reworking (pengerjaan ulang) dan akibatnya 
barang tidak dapat dikirim tepat pada waktunya. 
 
5. Melakukan tindakan perbaikan 
Penyebab diketahui dengan pasti, maka tindakan perbaikan dapat 
dilakukan untuk menghilangkan penyebab tersebut dan melakukan 
penyesuaian-penyesuaian yang dapat mengkonpensasikan penyimpangan 
yang terjadi. Proses pengendalian produksi ini memakai konsep umpan 
balik, dimana output dari suatu proses (realisasi) setelah lebih dahulu 
dibandingkan dengan standar (target) akan digunakan untuk 
menyesuaikan input (tindakan) atau proses (rencana) sebelumnya, 
sehingga tindakan atau rencana yang akan datang dapat lebih baik dan 
realistis dibandingkan tindakan atau rencana sebelumnya. 
 
  


 A. Ruang Lingkup Manajemen Produksi dan Operasi 

Bidang Manajemen Operasi masih terbilang muda, namun sejarah 

amatlah kaya dan menarik. Kehidupan kita dan juga disiplin Manajemen 

Operasi diperkuat oleh inovasi-inovasi dan sumbangan-sumbangan dari 

banyak pakar yaitu Eli Whitney (1800) dikenal sebab  mempopulerkan bagian 

yang dapat dibongkar pasang, yang dicapainya melalui standarisasi dan 

pengendalian mutu pada pembuatan produk. Melalui kontrak yang ia tanda 

tangani dengan pemerintah Amerika untuk 10.000 pucuk senjata, ia berhasil 

mendapatkan laba yang baik sebab  produk dijadikan bagian yang dapat 

dibongkar pasang.  yang dikenal sebagai bapak ilmu 

manajemen, menyumbangkan seleksi personel, perencanaan dan penjadwalan, 

studi gerakan, dan bidang faktor-faktor manusia yang sekarang populer. Salah 

satu sumbangsih yang ia berikan ialah bahwa manajemen semestinya lebih 

panjang akal dan agresif dalam membuat metode kerja. Taylor dan rekannya, 

Henry L. Gantt dan Frank, dan Lilian Gilberth, termasuk yang pertama kali 

membuat sistematika cara memproduksi yang terbaik. Sumbangsih Taylor 

 

 

 

yang lain yaitu  bahwa manajemen seharusnya lebih bertanggung jawab 

untuk hal-hal sebagai berikut : 

1. Menempatkan pegawai pada pekerjaan yang cocok. 

2. Menyediakan latihan yang dibutuhkan. 

3. Menyediakan metode dan peralatan kerja yang benar. 

4. Menerapkan sistem komisi/insentif untuk setiap pekerjaan yang 

diselesaikan. 

Pada tahun 1913, Henry Ford dan Charles Sorensen menggabungkan 

apa yang mereka tahu tentang standarisasi suku cadang dengan lini perakitan 

dan pengepakan makanan industri mail-order, ditambah konsep lini perakitan 

(assembly line) dimana para pekerja hanya berdiri di satu tempat dan bahan 

yang bergerak. 

Pengendalian mutu, yaitu  sumbangsih berharga lain di bidang MO. 

Walter Shewhart (1924) menggabungkan pengetahuan yang dimilikinya 

tentang statistik dengan pentingnya suatu pengendalian mutu, dan membuat 

suatu peta kendali mutu dari produk yang diambil sebagai sampel. W. 

Edwards Deming (1950) dan Frederick Taylor percaya bahwa manajemen 

harus berbuat lebih banyak untuk meningkatkan proses dan lingkungan kerja 

agar mutu dapat lebih ditingkatkan. Rangkuman kejadian-kejadian penting 

Manajemen Operasi dapat dilihat pada Gambar 1.1. dibawah ini : 

 

 

 

 

 

Manajemen operasi dapat terus berkembang dengan bantuan disiplin 

ilmu lainnya, termasuk teknik industri dan ilmu manajemen. Disiplin ilmu ini, 

seiring dengan ilmu statistik, manajemen dan ekonomi telah banyak 

menyumbang untuk produktivitas yang lebih baik. 

Penemuan-penemuan dari ilmu-ilmu pasti (biologi, anatomi, kimia, 

fisika) juga telah menyumbang untuk kemajuan Manajemen Operasi. Sebagai 

contoh yaitu  bahan pencampur baru, proses kimiawi untuk papan sirkuit, 

sinar gamma untuk mengawetkan makanan dan meja. Desain produk dan juga 

proses pembuatan sering kali bergantung pada ilmu biologi dan fisika. Salah 

satu sumbangsih penting pada bidang Manajemen Operasi datang juga dari 

ilmu informasi, dimana proses sistematik data dapat menghasilkan informasi. 

Pembagian tenaga kerja (Adam Smith 1776 dan Charles Babbage 1852) 

       Suku cadang terstandarisasi (Whitney 1800) 

 Manajemen ilmiah (Taylor 1881) 

        Lini perakitan terkoordinasi (Ford/Sorensen/Avery 1913) 

  Bagan Gantt (Gantt 1916) 

        Studi gerakan (Frank & Lilian Gilbert 1992) 

   Kendali mutu (Shewhart 1924; Deming 1950) 

         Komputer (Atanasoff 1938) 

    CPM/PERT (Dupont 1957) 

          Perencanaan kebutuhan bahan (Orlicky 1960) 

     Desain yang dibantu komputer  

          Sistem manufaktur fleksibel 

      Pabrikasi terintegrasi komputer 

           Internet 

 

1776 1800 1886 1890 1913 1924 1938 1957 1965 1970 1975 1980 1985 1990 1995 

                   Masa Depan 

Kemajuan 

masa depan 

didasarkan 

pada : 

- Manajemen 

- Ilmu fisik 

- Ilmu 

informasi 

 

 

 

Ilmu informasi memberikan sumbangsih yang besar untuk produktivitas yang 

lebih baik dan pada saat yang sama menyediakan barang dan jasa yang lebih 

beragam pada warga . Pengambilan keputusan dalam manajemen operasi 

memerlukan individu yang cakap dalam ilmu manajemen, ilmu informasi dan 

juga sering kali salah satu dari ilmu biologi atau ilmu fisika.  

Produksi (operasi) menurut Daryanto (2012 : h. 2), merupakan 

penghasil dari produk atau jasa yang akan dipasarkan kepd konsumen. Proses 

produksi meliputi : 

1. Proses ekstraktif, contoh pertambangan batu bara, pertambangan timah. 

2. Proses pabrikasi, contoh perusahaan mebel, perusahaan tas. 

3. Proses analitik, contoh minyak bumi, diproses menjadi bensin, solar dan 

kerosin. 

4. Proses sintetik, contoh proses pembuatan obat dan pengolahan baja 

5. Proses perakitan, contoh perusahaan televisi serta perusahaan industri 

mobil dan motor. 

6. Proses penciptaan jasa-jasa administrasi, contoh lembaga konsultasi dalam 

bidang administrasi keuangan.  

Produksi menurut Daryanto (2012 : h. 13), yaitu  kegiatan yang 

menimbulkan tambahan manfaat atau faedah baru. Produksi sering dikaitkan 

sebagai aktivitas yang ditujukan untuk meningkatkan nilai masukan (input). 

Secara skematis sistem produksi dapat disajikan pada Gambar 1.2. sebagai 

berikut : 

 

 

Skema Sistem Produksi 

 

Proses produksi merupakan kegiatan operasional atau produksi secara 

singkat dapat dikatakan sebagai serangkaian kegiatan atau proses untuk 

mengubah input menjadi output seperti ditampilkan pada Gambar 1.3. 

dibawah ini :          

 

 

 

 

 

Proses pembuatan barang dan jasa memerlukan transformasi sumber 

daya menjadi barang dan jasa. Produktivitas secara tidak langsung 

menyatakan kemajuan dari perubahan ini. Peningkatan berarti perbandingan 

yang baik antara jumlah sumber daya yang dipakai (input) dengan jumlah 

barang dan jasa yang dihasilkan (output). (lihat Gambar 1.4.). Pengurangan 

masukan (input) pada saat keluaran (hasil) tetap, atau penambahan pada hasil, 

sementara masukan tetap, menunjukkan kemajuan pada produktivitas. Dalam 

pemikiran ekonomi, masukan yaitu  tempat, tenaga kerja, modal dan 

manajemen yang dipadukan menjadi satu sistem produksi. Manajemen 

membuat sistem produksi ini, yang menyediakan perpindahan dari masukan 

ke keluaran. Hasil (output) berupa barang dan jasa, termasuk didalamnya 

beraneka ragam produk. (

Sistem Ekonomi Mengubah Masukan menjadi Keluaran 

 

Tanah, Tenaga kerja, 

Modal, Manajemen 

Sistem ekonomi 

mengubah masukan 

menjadi keluaran dengan 

peningkatan produktivitas 

tahunan kira-kira sebesar 

2,5%. Produktivitas 

meningkat sebagai akibat 

dari bauran modal (0,4%), 

tenaga kerja (0,5%), dan 

manajemen (1,6%) 

Barang dan Jasa 

 

 

 

Menurut Daryanto (2012 : h. 5), ditinjau dari kedatangan konsumen 

dan jumlah yang diminta, tranformasi produksi dapat dibedakan sebagai 

berikut : 

1. Job shop, transformasi produksi bekerja jika ada pesanan saja. Jumlah 

pesanan relatif tidak terlalu besar dan jenis produk yang dipesan tidak 

standar (sesuai dengan permintaan konsumen). 

2. Flow shop, transformasi produksi akan selalu bekerja, baik pada pesanan 

maupun tidak. Jumlah pesanan biasanya relatif besar dan jenis produksinya 

standar.  

3. Project, yaitu  bentuk spesial dari transformasi produksi dimana hanya 

ada satu atau beberapa pesanan yang spesifik dari konsumen. 

Karakteristik umum dari ketiga jenis transformasi ini 

 

 

Ukuran produktivitas yaitu  cara yang terbaik untuk mengevaluasi 

kemampuan suatu negara menyediakan standar hidup yang baik bagi 

penduduknya. Hanya lewat penambahan produktivitaslah standar kehidupan 

dapat membaik. Lebih dari itu, hanya lewat penambahan produktivitas, maka 

tenaga kerja, modal dan manajemen menerima pembayaran tambahan. Jika 

tenaga kerja, modal, manajemen ditingkatkan tanpa meningkatnya 

produktivitas, maka harga akan naik. Disisi lain, tekanan ke bawah pada harga 

saat produktivitas meningkat, menghasilkan lebih banyak yang diproduksi 

dengan sumber daya yang sama.  

Pengukuran produktivitas dapat dirumuskan sebagai berikut :  

             Unit yang diproduksi 

Produktivitas = 

           Masukan yang dipakai   

 

Dalam banyak hal, masalah pengukuran memang ada. Beberapa dari 

masalah pengukuran yaitu  : 

1. Mutu dapat berubah sementara jumlah masukan (input) dan keluaran 

(output) tetap sama.  

2. Elemen eksternal dapat menyebabkan penambahan atau penurunan dalam 

produktivitas dimana sistem yang sedang dipelajari tidak dapat 

bertanggung jawab langsung. 

3. Ukuran unit yang pasti dipakai mungkin tidak ada.  

Variabel-variabel produktivitas terdiri dari : 

1. Tenaga kerja. Peningkatan dalam kontribusi ketenagakerjaan pada 

produktivitas yaitu  hasil dari tenaga kerja yang lebih sehat, 

 

 

 

berpendidikan lebih baik, dan lebih terjamin. Beberapa peningkatan 

bahkan dapat terlihat dari lebih pendeknya waktu kerja sekarang. Tiga 

variabel kunci untuk produktivitas ketenagakerjaan yang lebih baik   

yaitu  : 

a. Pendidikan dasar cocok bagi angkatan kerja yang efektif. 

b. Pengetahuan angkatan kerja. 

c. Pengeluaran sosial yang membuat tenaga kerja tersedia, seperti 

transportasi dan sanitasi. 

2. Modal. Manusia yaitu  makhluk yang memakai  peralatan. Investasi 

modal menyediakan peralatan ini. Inflasi dan pajak meningkatkan biaya 

pada modal, membuat investasi model terus bertambah mahal. Pada saat 

modal yang ditanamkan per pegawai menurun, maka akan terjadi 

penurunan produktivitas. memakai  tenaga kerja lebih banyak 

daripada modal, memang dapat mengurangi tingkat pengangguran dalam 

jangka pendek, namun sebaliknya dapat membuat ekonomi menjadi 

kurang produktif dan mengurangi upah minimum pekerja dalam jangka 

panjang. Trade-off antara modal dan tenaga kerja terus berubah. Selain itu, 

semakin tinggi tingkat suku bunga, semakin banyak proyek yang 

memerlukan modal “disaring”, artinya, tidak dilaksanakan sebab  potensi 

pengembalian investasi untuk risiko yang diberikan sudah berkurang. 

Manajer menyesuaikan rencana investasi dengan perubahan pada 

pembiayaan modal.  

 

 

 

3. Manajemen. Manajemen ialah faktor dari produksi dan sumber daya 

ekonomi dipakai   bertanggung jawab untuk meyakinkan bahwa tenaga 

kerja dan modal dipakai   secara efektif untuk meningkatkan 

produktivitas. Manajemen bertanggung jawab atas hampir 2/3 dari dua 

koma lima persen peningkatan produktivitas tahunan (sekitar 1,6% dari 

2,6% pertambahan tahunan). Termasuk didalamnya perbaikan yang terjadi 

melalui aplikasi teknologi dan pemanfaatan ilmu. 

Ruang lingkup manajemen produksi meliputi beberapa aspek 

diantaranya sebagai berikut 

1. Aspek struktural : memperlihatkan konfigurasi komponen yang 

membangun sistem manajemen produksi dan interaksinya, termasuk 

komponen bahan, alat tulis kantor, peralatan dan modal. 

2. Aspe fungsional : terkait dengan manajemen dan organisasi komponen 

struktural maupun interaksinya mulai dari perencanaan, penerapan, 

pengendalian dan perbaikan agar diperoleh kinerja yang optimum. 

3. Aspek lingkungan : memperhatikan perkembangan dan kecenderungan 

yang terjadi di luar sistem. Sistem bergantung dari kemampuan beradaptasi 

terhadap lingkungan sekitar, baik warga , pemerintah, teknologi, 

politik maupun sosial budaya. 

Manajemen produksi berkaitan dengan : 

1. Perencanaan output. 

2. Desain proses transformasi. 

3. Perencanaan kapasitas. 

 

 

11 

 

4. Perencanaan bangunan pabrik. 

5. Perencanaan tata letak fasilitas. 

6. Desain aliran kerja. 

7. Manajemen persediaan. 

8. Manajemen proyek. 

9. Scheduling/penjadwalan. 

10. Pengendalian kualitas. 

11. Kehandalan kualitas dan pemeliharaan. 

Ruang lingkup manajemen operasional menurut Daryanto (2012 : h. 

16) 

Menurut T. Hani Handoko (1997 : h. 3), manajer produksi dan operasi 

mengarahkan berbagai masukan (input) agar dapat memproduksi berbagai 

keluaran (output) dalam jumlah, kualitas, harga, waktu dan tempat tertentu 

sesuai dengan permintaan konsumen. Gambar 1.7. secara umum, 

menggambarkan ruang lingkup kegiatan-kegiatan operasi produksi sebagai 

berikut : 

 

Gambar 1.7. di atas menunjukkan bahwa organisasi-organisasi yang 

sukses hendaknya mempunyai sistem pelaporan yang memberikan informasi 

umpan balik (feedback) agar manajer dapat mengetahui apakah kegiatan-

kegiatannya dapat memenuhi permintaan konsumen atau tidak. 

Konsekuensinya bila tidak, dan agar kelangsungan hidup organisasi terjaga, 

organisasi harus merancang kembali produk-produk dan jasa-jasanya. 

Perubahan-perubahan yang dilakukan bisa operasi internalnya atau faktor-

faktor produksi yang dipakai  . 

Manajer juga harus selalu memperhatikan dan menanggapi kekuatan-

kekuatan dari lingkungan eksternal, seperti peraturan-peraturan pemerintah, 

tuntutan-tuntutan serikat buruh, kondisi ekonomi lokal, regional, nasional dan 

internasional, kemajuan teknologi dan lain-lain sebagai kondisi sekarang 

maupun akan datang yang bergejolak terus menerus dan sangat dinamik. 

 

B. Konsep-Konsep  Dasar dalam Manajemen Produksi dan Operasi 

(2001 : h. 2) produksi yaitu  

penciptaan barang dan jasa. Manajemen operasi (MO) yaitu  serangkaian 

kegiatan yang membuat barang dan jasa melalui perubahan dari masukan 

menjadi keluaran. Kegiatan membuat barang dan jasa terjadi di semua sektor 

organisasi. 

Kegiatan-kegiatan manajemen produksi dan operasi-operasi 

hendaknya hanya menyangkut pemrosesan (manufacturing) berbagai barang. 

Tentu saja benar bahwa kegiatan-kegiatan produksi banyak dilaksanakan di 

 

 

14 

 

perusahaan-perusahaan manufacturing yang membentuk tulang belakang 

warga  konsumen melalui produksi berbagai macam produk. Tetapi 

orang-orang juga melaksanakan kegiatan-kegiatan produksi dalam organisasi-

organisasi yang menyediakan berbagai bentuk jasa. Dalam kenyataannya, 

akhir-akhir ini berkembang cukup pesat usaha-usaha produktif di sektor jasa. 

Organisasi-organisasi penyedia jasa seperti bisnis perbankan, asuransi, 

transportasi, hotel dan restoran memproduksi jasa (pelayanan) sebanding 

dengan perusahaan-perusahaan manufacturing memproduksi mobil, perabot 

dan makanan dalam kaleng. 

Atas dasar pekermbangan ini , istilah manajemen produksi yang 

telah banyak dipakai sebelumnya (sampai sekarang) secara meluas, dipandang 

kurang mencakup seluruh kegiatan sistem-sistem produktif dalam warga  

ekonomi. Oleh sebab  itu, diperlukan suatu istilah yang lebih tepat dan 

mempunyai cakupan luas, seperti manajemen operasi (secara implisit berarti 

operasi-operasi). Istilah ini telah mulai dipakai   oleh sejumlah penulis dan 

praktisi. Meskipun demikian, pada masa transisi, istilah yang sering dipakai   

yaitu  manajemen produksi/operasi (P/O) atau manajemen produksi dan 

operasi. Manajemen produksi dan operasi merupakan usaha-usaha 

pengelolaan secara optimal pemakaian  sumber daya-sumber daya (atau 

sering disebut faktor-faktor produksi) yaitu tenaga kerja, mesin-mesin, 

peralatan, bahan mentah dan sebagainya dalam proses transformasi bahan 

mentah dan tenaga kerja menjadi berbagai produk atau jasa. 

 

 

15 

 

Manajemen produksi yaitu  penerapan manajemen berdasarkan 

fungsinya untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan standar yang 

ditetapkan berdasarkan keinginan konsumen, dengan teknik produksi yang 

seefisien mungkin, mulai dari pemilihan lokasi produksi hingga produk akhir 

yang dihasilkan dengan proses produksi. 

Sedangkan manajemen operasional menurut Manahan P. Tampubolon 

(2004 : h. 13), didefinisikan sebagai manajemen proses konversi, dengan 

bantuan fasilitas seperti tanah, tenaga kerja, modal dan manajemen masukan 

(inputs) yang diubah menjadi keluaran yang diinginkan, berupa barang atau 

jasa/layanan. 

Richard B. Chase dan Nicholas J. Aquilano dalam T. Hani Handoko, 

1997 : h. 8), menyatakan bahwa manajemen operasi dapat juga didefinisikan 

sebagai pelaksanaan kegiatan-kegiatan manajerial yang dibawakan dalam 

pemilihan, perancangan, pembaharuan, pengoperasian dan pengawasan 

sistem-sistem produktif. Kegiatan-kegiatan ini secara ringkas dapat diuraikan 

sebagai berikut : 

1. Pemilihan : keputusan strategis yang menyangkut pemilihan proses 

melalui mana berbagai barang atau jasa akan diproduksi atau disediakan. 

2. Perancangan : keputusan-keputusan taktikal yang menyangkut kreasi 

metoda-metoda pelaksanaan suatu operasi produktif. 

3. Pengoperasian : keputusan-keputusan perencanaan tingkat keluaran jangka 

panjang dan dasar forecast permintaan dan keputusan-keputusan 

scheduling pekerjaan dan pengalokasian karyawan jangka pendek. 

 

 

16 

 

4. Pengawasan : prosedur-prosedur yang menyangkut pengambilan tindakan 

korektif dalam operasi-operasi produksi barang dan penyediaan jasa. 

5. Pembaharuan : implementasi perbaikan-perbaikan yang diperlukan dalam 

sistem produktif berdasarkan perubahan-perubahan permintaan, tujuan-

tujuan organisasional, teknologi dan manajemen. 

Tugas dari manajemen produksi ada 2 (dua) yakni : 

1. Merancang sistem produsi. 

2. Mengoperasikan suatu sistem produksi untuk memenuhi persyaratan 

produksi yang ditentukan. 

 

 

BAB II 

STRATEGI PERENCANAAN UNTUK PRODUK DAN OPERASI  

SERTA ANALISIS FINANSIAL DAN ANALISIS EKONOMI  

DALAM OPERASIONAL 

 

A. Strategi Perencanaan untuk Produk dan Operasi 

(2001 : h. 28), strategi yaitu  

rencana aksi organisasi untuk mencapai misi. Setiap bidang fungsional 

memiliki strategi untuk mencapai misinya dan untuk membantu organisasi 

untuk mencapai seluruh misinya. 

Michael Porter menegaskan bahwa perusahaan mencapai misi dalam 3 

(tiga) cara konseptual : (1) diferensiasi; (2) kepelaporan biaya; dan (3) respons 

yang cepat. Atau dengan kata lain, pelanggan menginginkan barang dan jasa 

yang : (1) lebih baik, atau setidaknya berbeda; (2) lebih murah; dan (3) lebih 

cepat. Manajer-manajer operasi menerjemahkan konsep-konsep stratejik ini 

menjadi tugas-tugas berwujud yang harus dituntaskan. Salah satu atau 

kombinasi dari ketiga konsep stratejik ini bisa menghasilkan sebuah sistem 

yang memiliki keungggulan unik atas perusahaan-perusahaan pesaingnya.  

Diferensiasi, kepelaporan biaya dan tanggapan yang cepat paling baik 

dicapai apabila manajer operasi membuat keputusan yang efektif berdasarkan 

10 (sepuluh) bidang pengaruh. Inilah yang dikenal dengan keputusan-

keputusan operasi yang mendukung misi dan menerapkan strategi yaitu  : 

 

 

18 

 

1. Mutu. Harapan mutu pelanggan harus ditentukan dan kebijakan dan 

prosedur dibangun untuk mengidentifikasi serta mencapai mutu yang 

ditetapkan. 

2. Desain barang dan jasa. Merancang barang dan jasa mendefinisikan 

sebagaian besar proses transformasi. Keputusan mutu, biaya dan sumber 

daya manusia sangat berinteraksi dengan desain. Desain sering kali 

menetapkan batas bawah biaya dan batas atas mutu. 

3. Desain proses dan kapasitas. Pilihan proses tersedia untuk produk dan jasa. 

Keputusan proses mengikat manajemen pada teknologi, mutu, 

pemanfaatan sumber daya manusia, dan pemeliharaan yang spesifik. 

Komitmen biaya dan modal ini akan menentukan struktur biaya dasar 

perusahaan. 

4. Seleksi lokasi. Keputusan lokasi fasilitas baik untuk perusahaan 

manufaktur maupun jasa bisa menentukan keberhasilan perusahaan. 

Kesalahan yang dibuat pada saat ini dapat menghambat efisiensi. 

5. Desain tata-letak. Kebutuhuan kapasitas, tingkat personel, keputusan 

pembelian, dan kebutuhan persediaan mempengaruhi tata-letak. Selain itu, 

proses dan bahan baku harus ditempatkan dengan memperhatikan 

keterkaitan satu sama lain. 

6. Manusia dan sistem kerja. Manusia yaitu  bagian integral dan mahal dari 

desain sistem total. Oleh sebab  itu, kehidupan mutu-kerja yang 

disediakan, bakat dan keahlian yang dibutuhkan, dan biayanya harus 

ditentukan. 

 

 

19 

 

7. Manajemen dan rantai-pasokan. Keputusan ini menentukan apa yang akan 

dibuat dan apa yang perlu dibeli. Pertimbangan juga diperlukan untuk 

mutu, pengiriman, dan inovasi, dengan harga yang memuaskan. Suasana 

saling menghormati antara pembeli dan pemasok dibutuhkan untuk 

pembelian yang efektif. 

8. Persediaan. Keputusan persediaan bisa dioptimalkan hanya bila keputusan 

pelanggan pemasok, jadwal produksi, dan perencanaan sumber daya 

manusia dipertimbangkan. 

9. Penjadwalan. Jadwal produksi yang layak dan efisien harus 

dikembangkan, permintaan terhadap sumber daya manusia dan fasilitas 

harus ditentukan dan dikendalikan. 

10. Pemeliharaan. Keputusan harus dibuat berkaitan dengan tingkat 

pemeliharaan yang diinginkan. Rencana untuk implementasi dan 

pengawasan sistem pemeliharaan yaitu  perluIsu-isu strategi operasi meliputi : 

1. Riset. Karakteristik yang mempengaruhi keputusan MO statejik yaitu  : 

a. Mutu produk yang tinggi (relatif terhadap persaingan). 

b. Pemanfaatan kapasitas yang tingi. 

c. Efektivitas operasi yang tinggi (rasio produktivitas pekerjaan yang 

diharapkan terhadap aktualisasinya). 

d. Intensitas investasi yang rendah (jumlah modal yang dibutuhkan untuk 

menghasilkan dalam penjualan). 

e. Biaya langsung per unit yang rendah (relatif terhadap persaingan). 

 

 

20 

 

2. Prakondisi. Manajer operasi perlu memahami prakondisi berikut ini untuk 

strategi MO yang efektif : 

a. Lingkungan sekarang dan yang sedang berubah, yaitu kondisi ekonomi 

dan teknologi dimana perusahaan berusaha menerapkan strateginya. 

b. Permintaan kompetitif, yang menuntut manajer operasi 

mengidentifikasi para pesaing sekaligus kekuatan dan kelemahan 

mereka sendiri. 

c. Mengetahui strategi persaingan, sehingga fungsi operasi bisa dirancang 

dan diterapkan untuk mendukung strategi. 

d. Daur-hidup produk, yang menunjukkan akan seperti apa strategi 

operasi nanti. Manajer operasi harus mengidentifikasi posisi setiap 

produk dalam daur-hidup produknya.  

3. Dinamika. Strategi berubah sebab  2 (dua) alasan. Pertama, strategi 

bersifat dinamis sebab  perubahan dalam organisasi. Semua bidang dalam 

perusahaan bisa berubah. Perubahan strategi terjadi dalam berbagai bidang 

termasuk pembelian, keuangan, teknolgi dan usia produk. Semuanya 

menciptakan perbedaaan kekuatan dan kelemahan organisasi dan oleh 

sebab itu terjadi perubahan pada strateginya. Kedua, strategi yaitu  

dinamis sebab  perubahan dalam lingkungan.  

(2001 : h. 36), perusahaan-

perusahaan mengevaluasi kekuatan dan kelemahannya sebagaimana  peluang 

dan tantangan dari lingkungannya. Kemudian mereka memposisikan diri 

mereka sendiri melalui keputusan-keputusan mereka untuk memiliki 

 

 

21 

 

keunggulan bersaing. Gagasannya yaitu  untuk memaksimalkan peluang dan 

meminimalkan tantangan. Strategi secara kontinu dievaluasi terhadap nilai 

yang diberikan pada pelanggan  dan realitas persaingan. 

1. Mengidentifikasi tugas-tugas penting 

sebab  tidak ada perusahaan yang melakukan  segalanya dengan baik, 

penerapan strategi yang berhasil membutuhkan identifikasi tugas-tugas 

penting untuk mencapai sukses. Tugas-tugas penting perlu diseleksi tidak 

hanya untuk mencapai misi, tetapi juga dengan mempertimbangkan 

kekuatan internal perusahaan. Sebagian besar perusahaan mengembangkan 

kompetensi unik yang membuat mereka mampu bersaing dengan sukses 

dan mencapai posisinya saat ini. Bahkan perusahaan-perusahaan baru 

biasanya memulai sebab  merasa yakin bahwa mereka dapat memberikan 

kemampuan unik bagi organisasi. Porter menyebut kemampuan unik ini, 

kompetensi yang berbeda (distinctive competencies). Suatu organisasi 

biasanya membuat dan memperluas penemuan kompetensi uniknya 

menjadi aset untuk menciptakan keunggulan bersaing. Keunggulan itu bisa 

berupa inovasi. 

2. Membangun dan mengisi organisasi 

Tugas manajer operasi yaitu  proses 3 (tiga) tahap. Pertama, strategi 

dikembangkan, tahap kedua yaitu  mengelompokkan aktivitas ke dalam 

struktur organisasi. Tahap ketiga yaitu  mengisinya dengan personel yang 

akan melaksanakan pekerjaan. Manajer bekerja sama dengan para 

 

 

22 

 

bawahannya untuk menyusun rencana, anggaran, dan program yang akan 

menerapkan strategi untuk mencapai misi yang sukses.  

Fungsi produksi yaitu  menciptakan barang dan/atau jasa sesuai 

dengan kebutuhan warga  pada wkatu harga dan jumlah yang tepat. 

Perencanaan produksi dilakukan agar fungsi produksi dapat berperan dengan 

baik. 

Perencanaan produksi merupakan aktivitas untuk menetapkan prosuk 

yang diproduksi, jumlah yang dibutuhkan, kapan produk ini  harus selesai 

dan sumber-sumber yang dibutuhkan. . 

Perencanaan produksi yaitu  aktivitas untuk menetapkan 

1. Apa yang harus diproduksi ? 

2. Berapa banyak ? 

3. Kapan ? 

4. Sumber-sumber apa yang dibutuhkan ? 

5. Tujuan perencanaan ? 

6. Pemanfaatan sumber-sumber secara efektif ? 

Perencanaan produksi meliputi : 

1. Menyiapkan rencana produksi tingkat agregat perusahaan. 

2. Menjadwalkan penyelesaian produk spesifik. 

3. Merencanakan produksi dan pembelian komponen serta bahan baku. 

4. Menjadwalkan urutan proses stasiun kerja/mesin. 

 

 

23 

 

Keputusan yang menyangkut dan berkaitan dengan masalah 

perencanaan diantaranya sebagai berikut : 

1.  Jenis barang yang akan dibuat. 

2. Jumlah barang yang akan dibuat. 

3. Cara pembuatan (pemakaian  peralatan yang dipakai). 

Keputusan tentang jenis dan jumlah barang yang akan dibuat sangat 

dipengaruhi oleh data/informasi tentang kebutuhan pasar (dari bagian 

pemasaran). Perencaanaan jenis barang yang akan dibuat, terdiri atas 4 

(empat) tahap yaitu : 

1. Penentuan desain awal yang berupa desain spesifikasi dan syarat-syarat 

yang harus dipenuhi. 

2. Penentuan desain barang yang tepat. 

3. Penentuan cara pembuatan yang berupa penentuan urutan proses produksi, 

tempat kerja dan peralatan yang dipakai. 

4. Pembuatan merupakan usaha memodifikasi tahap ketiga yang disesuaikan 

dengan layout, tuntutan kualitas dan mesin/peralatan yang tersedia. 

Keputusan tentang jumlah barang yang akan dibuat dipengaruhi oleh 

perkiraan penjualan (sales forecast) atau pola permintaannya dan 

mempengaruhi penentuan jenis mesin/peralatan yang akan dipakai  . 

  

B. Analisis Finansial dan Analisis Ekonomi dalam Operasional 

Konsep dan terminologi tidak selalu mungkin dilakukan oleh 

pengambil keputusan, harus dicoba untuk mencari alternatif yang logis dan 

 

 

24 

 

dapat diperbandingkan. Analisis ekonomi dapat membentuk terminologi 

standar ekonomi dan akuntansi. 

Penerimaan dan biaya (cost and revenues), manajer harus 

memperhatikan biaya yang ada didalam operasional fasilitas dan peralatan. 

Biaya dipakai   untuk menganalisis kondisi ekonomi sekarang dan  biaya 

aktual, dengan menguji beberapa biaya yang dianggap penting untuk 

dipakai   dalam analisis. 

Opportunity costs merupakan biaya yang dipergunakan akibat adanya 

kesempatan untuk menghasilkan, yang bila tidak dipergunakan dapat 

menimbulkan pengembalian atau penerimaan, atau kerugian. Merupakan hasil 

seleksi alternatif dari beberapa kemungkinan yang ada dalam biaya 

operasional. 

Sunk costs merupakan bagian pengeluaran yang menyimpang dan 

harus diputuskan secara cepat, yang sering harus diputuskan manajer 

operasional. 

Penyusutan (depreciation), berdasarkan prosedur akuntansi harus 

diantisipasi sebagai pengeluaran untuk penggantian aset sesuai jangka waktu 

pemakaiannya. 

Nilai residu (salvage value) merupakan pendapatan dari hasil 

penjualan dari aset-aset yang tidak dipergunakan lagi. 

Umur akuntansi (accounting life) merupakan jangka waktu pemakaian 

aset yang disesuaikan dengan skedul penyusutan. 

 

 

25 

 

Umum mesin (machine life) merupakan jangka waktu mesion ini  

dipergunakan sesuai fungsinya. 

Umum ekonomis (economic life) yaitu  jangka waktu selama mesin 

ini  masih dapat dipergunakan. 

Nilai waktu dari uang (time value of money) yaitu  potensi dari uang 

untuk menghasilkan pendapatan sepanjang waktu. 

Beberapa metode formal yang dapat memberikan penilaian atas 

perubahan operasional dan dibutuhkan beberapa informasi. Kemudian 

difokuskan pada investasi fasilitas, mesin peralatan yang dibutuhkan, 

selanjutnya mempunyai masalah pengembalian atau penggantian atas investasi 

ini  : 

1. Payback Method merupakan metode evaluasi usulan investasi, dengan 

mengkalkulasi periode pengembalian investasi itu sebagai berikut : 

        Net Investment 

Payback Period =  

         Net Annual Income for Investment 

2. Net Present Value Method (NPV) merupakan hasil dari pemotongan cash 

flow dari pengembalian investasi berdasarkan nilai sekarang bersih yang 

dijaring dari pemasukan kas dan pengeluaran kas, yang dihitung dengan 

rumus berikut : 

  n 

NPV =  ∑    (Vt – Ct [PWF (S)ti] – 1 

           t = 1 

 

Dimana : 

i = Tingkat bunga per tahun, nilai sekarang 

 

 

26 

 

1   = Inisial investasi berdasarkan waktu sekarang, dalam Rp. 

n  = Umum investasi, dalam tahun 

Vt = Income atau penerimaan pada periode t, dalam Rp. 

Ct = Pengeluaran atau biaya pada periode t, dalam Rp. 

3. Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat bunga hasil perolehan 

dari sejumlah pengeluaran yang dinilai sebagai penerimaan dalam nilai 

sekarang. IRR merupakan kompensasi pengembalian investasi yang 

dihitung dari laba bersih (return on investment) atau ROI setiap tahun, 

yang dikurangkan pada total investasi. Seberapa besar nilai ROI sangat 

mempengaruhi waktu pengembalian investasi. 

Analisis keuangan didalam manajemen operasional sangat penting 

dilakukan sebab  sangat berpengaruh terhadap tingkat efisiensi dan 

produktivitas yang dapat dihasilkan. Pada akhirnya, kegiatan operasional akan 

tergantung pada penciptaan laba (earning power) dan usaha untuk 

mempertahankan laba (net income after tax).  Dua sudut pandang tentang laba 

itu sangat mempengaruhi manajemen operasional; earning power diperoleh 

saat  manajemen operasional perusahaan mampu menciptakan keunggulan 

bersaing, dari sisi income after tax dipertahankan oleh perusahaan saat  

kondisi manajemen operasional menghadapi tantangan yang sangat gencar 

dari pesaingnya. 

Dengan demikian, analisis keuangan yang baik akan dapat mendorong 

manajer operasional lebih sensitif, apabila analisis keuangan menggambarkan 

suatu kondisi yang baik atau ketat, para manajer operasional dapat menyusun 

 

 

27 

 

strategi perencanaan serta strategi formulasi untuk diimplementasi yang 

berbeda pada kedua kondisi ini . 

BAB III 

PERAMALAN 

 

A. Pengertian Peramalan 

Peramalan yaitu  prediksi, proyeksi atau estimasi tingkat kejadian 

yang tidak pasti di masa yang akan datang. Ketepatan secara mutlak dalam 

memprediksi peristiwa dan tingkat kegiatan yang akan datang yaitu  mutlak 

tidak mungkin dicapai. Oleh sebab  itu, saat  perusahaan tidak dapat melihat 

kejadian yang akan datang dengan pasti, diperlukan waktu dan tenaga besar 

agar dapat memiliki kekuatan untuk menarik kesimpulan terhadap kejadian 

yang akan datang. peramalan 

(forecasting) yaitu  seni dan ilmu memprediksi peristiwa-peristiwa masa 

depan. Peramalan memerlukan pengambilan data historis  dan 

memproyeksikannya ke masa depan dengan beberapa bentuk model 

matematis. Bisa jadi berupa prediksi subjektif atau intuitif tentang masa 

depan. Atau peramalan bisa mencakup kombinasi model matematis yang 

disesuaikan dengan penilaian yang baik oleh manajer. 

Peramalan atau forecasting menurut A. Hakim Nasution dalam 

 yaitu  proses untuk memperkirakan beberapa 

kebutuhan di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, 

kualitatas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi 

permintaan barang dan jasa. 

 

 

29 

 

Peramalan biasanya dikelompokkan oleh horison waktu masa depan 

yang mendasarinya. Tiga kategori peramalan yang bermanfaat bagi manajer 

operasi yaitu  

1. Peramalan jangka pendek. Rentang waktunya mencapai satu tahun tetapi 

umumnya kurang dari 3 (tiga) bulan. Peramalan jangka pendek dipakai   

untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, 

penugasan dan tingkat produksi. 

2. Peramalan jangka menengah. Peramalan jangka menengah biasanya 

berjangka 3 (tiga) bulan hingga 3 (tiga) tahun. Peramalan ini sangat 

bermanfaat dalam perencanaan penjualan, perencanaan dan penganggaran 

produksi, penganggaran kas dan menganalisis berbagai rencana operasi. 

3. Peramalan jangka panjang. Rentang waktunya biasanya 3 (tiga) tahun atau 

lebih; dipakai   dalam merencanakan produk baru, pengeluaran modal, 

lokasi fasilitas, atau ekspansi dan penelitian serta pengembangan. 

Faktor lain untuk mempertimbangkan kapan mengembangkan ramalan 

penjualan, terutama ramalan penjualan jangka panjang yaitu  daur hidup 

produk (product life cycle). Produk, dan bahkan jasa, tidak dijual pada tingkat 

konstan sepanjang hidupnya. Sebagian besar produk yang sukses melalui 4 

(empat) tahap : (1) perkenalan; (2) pertumbuhan; (3) dewasa; dan (4) 

penurunan. 

Produk dan jasa dalam dua tahap pertama dari daur hidupnya 

membutuhkan ramalan yang lebih panjang dibandingkan produk dan jasa di 

dalam tahap dewasa dan penurunan. Peramalan berguna dalam 

 


 

memproyeksikan tingkat penetapan staf yang berbeda, tingkat persediaan, dan 

kapasitas pabrik saat  produk bergerak dari tahap pertama ke tahap terakhir.  

 

B. Jenis-Jenis Peramalan 

Organisasi memakai  3 (tiga) jenis peramalan saat  

merencanakan masa depan operasinya yaitu 

1. Ramalan ekonomi membahas siklus bisnis dengan memprediksi tingkat 

inflasi, suplai uang permulaan perumahan, dan indikator-indikator 

perencanaan lain. 

2. Ramalan teknologi berkaitan dengan tingkat kemajuan teknologi yang 

akan melahirkan produk-produk baru yang mengesankan, membutuhkan 

pabrik dan peralatan baru. 

3. Ramalan permintaan yaitu  proyeksi permintaan untuk produk atau jasa 

perusahaan. Ramalan ini, disebut juga ramalan penjualan, mengarahkan 

produksi, kapasitas dan sistem penjadwalan perusahaan dan bertindak 

sebagai masukan untuk perencanaan keuangan, pemasaran, keuangan dan 

personalia. 

 

C. Pendekatan Peramalan 

Pendekatan peramalan yang umum dipakai   sebagai berikut 

 

 

31 

 

1. Peramalan kuantitatif memakai  berbagai model matematis yang 

memakai  data historis dan atau variabel-variabel kausal untuk 

meramalkan permintaan. Ada 4 (empat) metode peramalan kuantitatif, 

yaitu : 

a. Rata-rata bergerak (moving averages) bermanfaat jika kita 

mengasumsikan bahwa permintaan pasar tetap stabil sepanjang waktu.  

     Permintaan data n periode sebelumnya 

Rata-rata bergerak = 

     n 

b. Penghalusan eksponensial (exponential smoothing) yaitu  metode 

peramalan yang mudah dipakai   dan efisien bila dilakukan dengan 

komputer. Penghalusan eksponensial mencakup pemeliharaan data 

masa lalu yang sangat sedikit. Rumus penghalusan eksponensial dasar 

yaitu  sebagai berikut : 

Ramalan baru = Ramalan periode lalu + α (Permintaan aktual periode  

        lalu – ramalan periode lalu) 

c. Proyeksi trend (trend projection) yaitu teknik yang mencocokkan garis 

trend ke rangkaian titik data historis dan kemudian memproyeksikan 

garis itu ke dalam ramalan jangka-menengah hingga jangka-panjang. 

d. Regresi linear (linear regression) yaitu model peramalan kausal 

kuantitatif yang paling umum. Teknik ini biasanya dipakai   sebagai 

alat dalam kasus ekonomi dan hukum. 

Model rata-rata bergerak dan penghalusan eksponensial disebut model seri 

waktu (time series) yaitu memprediksi berdasarkan asumsi bahwa masa 

depan yaitu  fungsi dari masa lalu. Dengan kata lain, model ini melihat 

 

 

32 

 

pada apa yang terjadi selama periode waktu dan memakai  seri data 

masa lalu untuk membuat ramalan.  

Sedangkan model proyeksi trend dan regresi linier disebut model kausa 

yaitu model variabel atau hubungan yang bisa mempengaruhi jumlah yang 

sedang diramal. 

2. Peramalan subjektif atau kualitatif memanfaatkan faktor-faktor penting 

seperti intuisi, pengalaman pribadi dan sistem nilai pengambilan 

keputusan. Ada 5 (lima) teknik peramalan kualitatif yang berbeda : 

a. Juri dari opini eksekutif. Metode ini mengambil opini dari sekelompok 

kecil manajer tingkat tinggi, sering kali dikombinasikan dengan 

model-model statistik, dan menghasilkan estimasi permintaan 

kelompok. 

b. Gabungan armada penjualan. Dalam pendekatan ini, setiap wiraniaga 

mengestimasi jumlah penjualan di wilayahnya, ramalan ini kemudian 

dikaji ulang untuk meyakinkan kerealistisannya, lalu dikombinasikan 

pada tingkat provinsi dan nasional untuk mencapai ramalan secara 

menyeluruh. 

c. Metode Delphi. Proses kelompok iteratif ini mengizinkan para ahli, 

yang mungkin tinggal di berbagai tempat, untuk membuat ramalan. 

Ada 3 (tiga) partisipan dalam proses Delphi : pengambil keputusan, 

personel staf, dan responden.  

d. Survei pasar konsumen. Metode memperbesar masukan dari pelanggan 

atau calon pelanggan tanpa melihat rencana pembelian masa depannya. 

 

 

33 

 

Metode ini bisa membantu tidak hanya dalam menyiapkan ramalan 

tetapi juga dalam memperbaiki desain produk baru. 

e. Pendekatan naif. Cara sederhana untuk peramalan ini mengasumsikan 

bahwa permintaan dalam periode berikutnya yaitu  sama dengan 

permintaan dalam periode sebelumnya (most recent period).  

Tanpa melihat metode yang dipakai   untuk meramal, maka ada  

8 (delapan) tahap yang umumnya diikuti  

1. Menentukan pemakaian  peramalan itu. 

2. Memilih hal-hal yang akan diramalkan. 

3. Menentukan horison waktunya. 

4. Memilih model peramalannya. 

5. Mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk membuat ramalan. 

6. Menentukan model peramalan yang tepat. 

7. Membuat ramalan. 

8. Menerapkan hasilnya. 

 

D. Peramalan Seri Waktu 

(2001 : h. 50), seri waktu (time 

series) didasarkan pada tahapan dari titik data yang sudah tertentu (mingguan, 

bulanan, kuartalan, dan sebagainya). Meramalkan dari seri waktu memberikan 

implikasi bahwa nilai masa depan diprediksi hanya dari nilai masa lalu dan 

bahwa variabel-variabel lain, tidak peduli berapa pun nilainya, dihilangkan. 

 

 

34 

 

Menganalisis seri waktu berarti membongkar data masa lalu menjadi 

komponen-komponen dan kemudian memproyeksikannya ke depan. Seri 

waktu biasanya memiliki 4 (empat) komponen yaitu 

1. Trend (T) yaitu  gerakan ke atas atau ke bawah secara berangsur-angsur 

dari data sepanjang waktu. 

2. Musim (S) yaitu  pola data yang berulang setelah periode harian, 

mingguan, bulanan atau kuartalan. 

3. Siklus (C) yaitu  pola dalam data yang terjadi setiap beberapa tahun. 

Siklus biasanya dikaitkan dengan siklus bisnis dan merupakan hal yang 

sangat penting dalam analisis dan perencanaan bisnis jangka pendek. 

4. Variasi acak  (R) yaitu  “tanda” dalam data yang disebabkan oleh peluang 

dan situasi yang tidak biasa; variabel acak mengikuti pola yang tidak dapat 

dilihat. Variasi acak sering dihapus dengan menghilangkan periode waktu 

yang jelas-jelas menyimpang, atau dengan menghilangkan nilai yang 

tinggi dan rendah saat  seri setidaknya mempunyai hitungan lusin. 

Salah satu bentuk model seri waktu yang umum dipakai   dalam 

statistik yaitu  model perkalian yang mengasumsikan bahwa permintaan 

yaitu  hasil dari 4 (empat) unsur : Permintaan = T x S x C x R. 

 

 

 

 

 

 

35 

 

BAB IV 

ANALISIS   POHON   KEPUTUSAN   UNTUK   PENINGKATAN  

KAPASITAS DAN ANALISIS TITIK IMPAS 

 

A. Keputusan dalam Manajemen Operasional 

Bagi suatu perusahaan, pengambilan keputusan merupakan hal yang 

umum dilakukan baik itu yang lingkup keputusannya besar maupun kecil, 

rumit atau sederhana. Dalam pengambil suatu keputusan walaupun lingkupnya 

sederhana akan tetapi tetap memerlukan pertimbangan yang baik, apalagi 

keputusannya dengan lingkup yang luas dan rumit tentu memerlukan analisa 

yang hati-hati dan matang, sebab  akan dapat mempengaruhi tingkat 

kesuksesan suatu perusahaan itu sendiri. 

Manajemen operasional merupakan persoalan yang menyangkut  

pengambilan keputusan (decision making) yang berhubungan dengan kegiatan 

operasional  didalam merubah dan menciptakan barang dan jasa yang 

mempunyai kegunaan lebih daripada bentuk semula serta untuk mencapai 

tujuan organisasi. (Manahan P. Tampubolon, 2004 : h. 54). ada  4 (empat) 

macam pengambilan keputusan dalam manajemen operasional yaitu : 

1. Peristiwa yang pasti (certainty). 

2. Peristiwa tidak pasti (uncertainty). 

3. Peristiwa dengan risiko (under risk). 

4. Peristiwa akibat konflik antarlembaga (institutional conflict). 

Pola pengambilan keputusan dapat disajikan pada Gambar 4.1. berikut: 

 

 

Pola pengambilan keputusan umumnya seperti diuraikan pada Gambar 

4.1. di atas. Data yang diolah menjadi informasi merupakan unsur terpenting 

sebagai masukan didalam sistem pengambilan keputusan, selanjutnya 

disalurkan melalui prosedur untuk dilakukan peramalan. Hasil dari peramalan 

yang diperoleh akan merupakan kumpulan alternatif kemungkinan yang bisa 

saja terjadi. Setiap alternatif akan diukur berdasarkan kriteria nilai, untuk 

diklasifikasikan pada tingkat alternatif, mulai dari peristiwa yang dapat diduga 

(certainty), berisiko sampai peristiwa yang tidak dapat diduga (high level of 

certainty). Pada akhir proses pengambilan keputusan, melalui kriteria 

keputusan yang sudah dapat diukur nilai (values) berdasarkan alternatif-

Data/Informasi 

Prosedur/Sistem 

untuk Peramalan 

dari Alternatif 

Kriteria dan Nilai 

yang Mengukur 

Alternatif 

Kriteria Keputusan 

(Decision Criterium) 

KEPUTUSAN  

(Decision) 

• Tindakan  

• Maksimum 

(Result) 

Alternatif-Alternatif 

1 2 3 4 5 

 

 

37 

 

alternatif pilihan akan dapat diambil keputusan dari alternatif terbaik (the best 

of alternative). 

Tipe-tipe keputusan menurut Simon dalam Manahan P. Tampubolon 

(2004 : h. 55) dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu : 

1. Tipe Pertama 

a. Tipe keputusan yang terprogram (programmed decision) yaitu  

keputusan yang terstruktur dengan dan sifatnya berulang-ulang 

berdasarkan kebiasaan, aturan main atau prosedur baku. sebab  

permasalahan seperti ini sering muncul dalam organisasi maka 

prosedur baku sangat diperlukan. Analisis Hirarkhi Proses/AHP salah 

satu contoh model keputusan yang terprogram yang mendapat banyak 

perhatian, untuk memecahkan masalah-masalah yang berhubungan 

dengan penentuan prioritas dan alokasi sumber daya atau pemilihan 

alternatif proyek-proyek lainnya. 

b. Tipe keputusan yang tidak terprogram (unprogrammed decision) 

yaitu  keputusan yang berhubungan dengan masalah-masalah yang 

unik atau diluar kebiasaan. Jika muncul masalah yang tidak mampu 

diliput oleh kebijakan-kebijakan atau mungkin sangat memerlukan 

perlakuan khusus, maka permasalahan ini  harus ditangani atau 

diselesaikan dengan tipe keputusan yang tidak terprogram.  

2. Tipe Kedua 

a. Tipe keputusan dengan kondisi pasti (certainty decision). Situasi pasti 

(certainty) yaitu  keadaan kita mengetahui secara pasti apa yang 

 

 

 

terjadi di masa yang akan datang. Kondisi ini ada  sejumlah 

informasi yang akurat, dapat diukur, reliabel, dapat dipakai   sebagai 

dasar pengambilan keputusan, dimana pengambil keputusan dapat 

mengetahui apa yang akan terjadi. 

b. Tipe keputusan berisiko dan tidak pasti (under risk and uncertainty). 

Keputusan dalam keadaan tidak pasti dan berisiko pilihannya kurang 

jelas. 

Risiko dan keputusan yaitu  dua hal yang sulit dipisahkan, sebab  

keputusan menimbulkan konsekuensi apakah dalam bentuk manfaat 

keuntungan atau bentuk risiko kerugian. Sikap terhadap risiko pengambil 

keputusan pada hakekatnya dipengaruhi oleh sikap pengambil keputusan 

terhadap risiko yang timbul akibat keputusan ini . Sikap seseorang 

terhadap risiko dapat dibedakan ke dalam sikap sebagai penghindar risiko, 

sikap netral dan sikap sebagai penantang atau penggemar risiko.Secara 

kuantitatif, sikap seseorang terhadap risiko juga dapat dikaji melalui kriteria 

keputusan atau pilihannya pada berbagai alternatif situasi yang dihadapinya. 

Kriteria keputusan ini  yaitu sebagai berikut : 

1. Optimistik yaitu jika pilihannya dalam mengambil keputusan selalu yang 

paling  maksimal dan mempunyai keyakinan yang kuat untuk mencapai 

hasil. 

2. Pesimistik yaitu individu mempunyai berbagai pilihan terhadap 

kemungkinan  hasil yang diperoleh dan pilihannya paling minimum, yaitu 

memilih biaya paling  minimum diantara alternatif lain. Bila dengan 

 

 

39 

 

pilihan ini masih diharapkan keuntungan  yang tinggi walaupun biaya 

naik, disebut kriteria minimax. 

3. Netral yaitu jika individu selalu mempertimbangkan alternatif dengan 

biaya yang paling minimal, tetapi selalu mengharapkan hasil yang wajar. 

Menurut , suatu keputusan dinilai baik apabila 

pengambilan keputusan dilakukan secara analitis, yaitu logis dan 

mempertimbangkan semua data relevan dan alternatif yang tersedia. 

Stevenson dalam , mengemukakan langkah-langkah 

dalam pengambilan keputusan yang baik yaitu : 

1. Mendefinisikan tujuan spesifik dan kriteria untuk membuat keputusan. 

2. Mengembangkan alternatif. 

3. Menganalisis dan membandingkan alternatif. 

4. Memilih alternatif terbaik. 

5. Mengimplementasikan alternatif yang dipilih. 

6. Memonitor hasil untuk memastikan bahwa hasil yang diinginkan ini  

tercapai. 

 

B. Analisis Pohon Keputusan Untuk Peningkatan Kapasitas 

Permasalahan dan keputusan yaitu  dua kata yang tidak dapat 

dipisahkan, dimana tipe permasalahan akan berhubungan dengan tipe 

keputusan yang diambil. Sebagai contoh, keputusan pemesanan kembali 

persediaan (raw materials) yaitu  tipe salah satu permasalahan yang sangat 

rutin, sebab sudah didefinisikan dengan jelas alternatifnya, dan dengan mudah 

 

 

40 

 

dapat dikalkulasi serta secara keseluruhan dapat ditangani melalui prosedur 

yang baku. Sebaliknya, keputusan yang menyangkut produk baru (new 

product) atau pemanfaatan peralatan baru merupakan permasalahan tidak 

rutin. Secara umum dipahami bahwa keputusan yang tidak rutin biasanya 

ditangani pimpinan puncak (top management) dan keputusan rutin ditangani 

lebih banyak manajemen tingkat menengah dan bawah. 

Pohon keputusan menurut

yaitu  suatu jaringan kerja yang menggambarkan urutan dan kombinasi dari 

berbagai alternatif tindakan dan kejadian yang tersedia bagi pengambil 

keputusan.  

, pohon keputusan (decision tree) 

yaitu penggambaran secara grafis dari proses pembuatan keputusan. Raiffa 

dalam Azhar Kasim (1995 : h. 65), menyatakan bahwa tahap pertama dalam 

analisis keputusan yaitu  pembuatan pohon keputusan yaitu kita harus 

mempelajari kemungkinan-kemungkinan alternatif keputusan untuk mencapai 

tujuan pemecahan masalah yang dihadapi. Jadi kita harus membuat diagram 

arus keputusan yang mempunyai beberapa cabang dan tiap cabang mungkin 

mempunyai beberapa ranting. Dalam membuat keputusan, pada suatu tahap 

kita dapat memilih pilihan yang kita inginkan, tetapi pada tahap lain kita 

sebagai pembuat keputusan menghadapi pilihan yang berada di luar kekuasaan 

kita dan ditentukan oleh kesempatan yang muncul kemudian. 

 

 

41 

 

Stevenson dalam , menyatakan bahwa : ”a 

decision tree is a schematic representation of the alternatives available to be a 

decision maker and their possible consequence”. Dijelaskan oleh Salah 

Wahab, et al dalam  bahwa keberhasilan pemakaian  

metode pengambilan keputusan bentuk decision tree ini akan tergantung pada 

: (1) perumusan yang jelas tahap-tahap jalan pikiran dan alternatif yang 

tercakup dalam membentuk metode-metode itu, dan (2) perkiraan yang 

sebaik-baiknya akan memungkinkan setiap hasil yang diharapkan. 

Pilihan yang tidak dapat ditentukan oleh pembuat keputusan yaitu  hal 

yang menyangkut konsekuensi suatu pilihan terhadap alternatif keputusan 

tertentu yang tergantung kepada faktor lain seperti kondisi perekonomian pada 

masa yang akan datang, keadaan cuaca dan sebagainya, sehingga akan 

mempengaruhi hasil yang diperoleh atau kerugian yang diderita. 

Analisis pohon keputusan yaitu  salah satu proses pembuatan 

keputusan dengan memakai  teknik penggambaran secara grafis dimana 

diperhitungkan probabilitas serta payoff dari setiap alternatif yang ada. Pohon 

keputusan dapat dipakai   dalam menganalisis suatu keputusan dimana 

ada  situasi ketidakpastian. Dipihak lain pohon keputusan juga dapat 

dipakai untuk menganalisis suatu keputusan dimana ada  banyak alternatif 

keputusan yang harus diambil, serta dimana situasi masa depan mempunyai 

banyak kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi. 

 

 

42 

 

Menurut , metode pohon keputusan tepat 

dipakai   apabila permasalahan yang dihadapi memiliki sejumlah keputusan 

yaitu dua atau lebih keputusan yang berurutan, dan keputusan yang terakhir 

didasarkan pada hasil keputusan yang sebelumnya. Dalam melakukan 

pengambilan keputusan (decision making) dengan memakai  metode atau 

pendekatan decision tree maka prosedur teknis penyelesaian dapat dilakukan 

melalui langkah-langkah sebagai berikut :  

1. Menentukan kerangka pohon keputusan yang mencerminkan seluruh 

alternatif peluang yang dapat dipilih. 

2. Menentukan besarnya peluang (probability = P) untuk setiap cabang pada 

kerangka pohon keputusan. 

3. Menentukan nilai harapan (expected value = EV) yang dimulai dari sisi 

kanan ke sisi kiri. 

4. Menentukan pengambilan keputusan terbaik. 

Setiap alternatif keputusan dan konsekuensinya ditunjukkan oleh arah 

panah yang berbeda dalam pohon keputusan pada Gambar 4.2. Salah satu 

keuntungan dari pohon keputusan yaitu  permasalahan memiliki struktur yang 

jelas, sehingga memudahkan pemilihan alternatif dan pengambilan keputusan 

yang berbingkai. Setiap bingkai yang merupakan cabang-cabang pohon 

memiliki arti yang menggambarkan alternatif hasil yang diperoleh dengan 

kondisi risiko yang bervariasi, mulai dari tanpa risiko, artinya memperoleh 

keuntungan secara cepat atau lambat, dan dengan risiko, artinya akan 

menderita kerugian atau kegagalan. 

Simbol-simbol yang selalu dipergunakan dan perlu diperhatikan 

didalam pengambilan keputusan antara lain : 

 = Simpul Keputusan (Decision Node) 

O  = Kejadian (Event) 

< = Hasil dengan Kemungkinan Tertentu 

Ai = Alternatif ke-i 

Oij = Output dari Alternatif ke-i 

Pij = Peluang Terjadinya Output ke-j dari Alternatif ke-i 

Investasi Peralatan Rp 

2 Juta 

Investasi Peralatan 

Sementara Rp 100 ribu 

 

Produk berhasil sesuai 

perkiraan. Keuntungan 

Rp 1 juta/tahun, untuk 

jangka waktu 5 tahun 

Penjualan produk lambat 

Keuntungan Rp 200 

ribu/tahun untuk jangka 

waktu 5 tahun  

Produk gagal, Kerugian 

Rp 2 Juta  

Produk berhasil sesuai 

perkiraan. Keuntungan 

Rp 200 ribu/tahun. 

Penjualan produk lambat 

Keuntungan Rp 50 

ribu/tahun untuk jangka 

waktu 5 tahun  

Produk gagal, Kerugian 

Rp 2 Juta  

 

 

Sebagai contoh pada Gambar 4.3. di atas, didalam proses menilai dan 

memutuskan atau memilih suatu Nilai Harapan (NH). Perhitungan nilai 

harapan dilakukan dengan menghitung setiap alternatif, output sampai pada 

peluang yang akan terjadi. Sehingga dari setiap perhitungan dari alternatif, 

output dan peluang yang ada akan diperoleh masing-masing nilai harapan. 

Selanjutnya dipertimbangkan menjadi pilihan untuk diputuskan, yaitu nilai 

harapan yang paling tinggi. 

Perhitungan Nilai Harapan (NH) yaitu : 

NH (A1) = 0,3 (5000) + 0,2 (4000) + 0,5 ( 1000)  = 2800 

NH (A2) .............  A21 = 0,6 (6000) + 0,4 (4000) = 5200            Pilih A21 = 5200 

   A22................................................... = 5000 

NH (A2) = 0,7 (5200) + 0,3 (4000)............................... = 4840 

NH (A3).............. A31..... A311 = 0,7 (2000) + 0,3 (9000) = 4100 

                A312.......................................... = 6000        Pilih A312 = 6000 

A32 = 0,4 (4000) + 0,6 (6000)............... = 5200 

Kesimpulan : Pilih................NH (3) = 6000 

Didalam pengambilan keputusan operasional yang akurat akan dapat 

dipertimbangkan segala efek yang timbul, sebagai akibat dari keputusan; baik 

efek yang negatif atau merugikan maupun efek yang positif yang diharapkan 

dari hasil keputusan itu. Proses pengambilan keputusan membutuhkan data, 

informasi dan Sistem Informasi Manajemen (SIM).  

Data yaitu  bentuk angka atau gambar-gambar yang belum diolah atau 

dianalisis, biasanya disebut data dasar, untuk diolah dan dianalisis. Informasi 

 

 

46 

 

yaitu  data yang sudah diolah dan siap untuk dipakai   bagi pengambilan 

keputusan. 

SIM yaitu  informasi yang diimplementasikan ke dalam tindakan, 

dimana setiap tindakan telah ditentukan urutan dan prosedurnya yang 

dinyatakan sebagai sistem. SIM didalam struktur organisasi dapat menjadi 

sistem jaringan kerja (net working) yang membangun informasi antarindividu 

maupun individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok yang 

menyangkut data based setiap individu dan kelompok, yang dapat 

dipergunakan pada setiap individu dan kelompok yang ada didalam organisasi 


 

Nilai Harapan Informasi Sempurna (NHIS) yaitu  : 

I. Nilai Harapan Alternatif Pertama (NHA1) = 0,5 (300) – 0,5 (100) = Rp 

100 juta 

Nilai Harapan Alternatif Kedua (NHA2) = 0 

Nilai Harapan Alternatif Ketiga (NHA3), atau 

NHA3 = 0,5 {1,0 (300) + (0)} – 0,5 {1,0 (100) + (0)} = Rp 150 juta 

II. Nilai Harapan Informasi Sempurna (NHIS) yaitu  : 

NHA3 dikurangi dengan NHA1 (tanpa informasi) atau NHA1 – NHA3, 

maka NHIS = 150 – 100 = Rp 50 juta. 

Perhitungan di atas ternyata dengan tambahan informasi yang 

sempurna bisa menambah keuntungan sebesar Rp 50 juta, berarti informasi 

memberikan hasil lebih besar dari biayanya. 

 

C. Analisis Titik Impas 

Menurut T. Hani Handoko (1997 : h. 308), analisis titik impas (break-

even) dipakai   untuk menentukan berapa jumlah produk (dalam rupiah atau 

unit keluaran) yang harus dihasilkan, agar perusahaan minimal tidak 

menderita rugi. Analisis ini merupakan peralatan yang berguna untuk 

menjelaskan hubungan antara biaya, penghasilan dan volume penjualan atau 

produksi, sehingga banyak dipakai   dalam penganalisaan masalah-masalah 

ekonomi manajerial. Analisis break-even menunjukkan berapa besar laba 

perusahaan yang akan diperoleh atau rugi yang akan diderita pada berbaagai 

tingkat volume yang berbeda-beda di atas dan di bawah titik break even. 

 

 , menyatakan bahwa 

tujuan analisis titik impas yaitu  menemukan titik, dimana biaya sama dengan 

pendapatan. Titik ini disebut titik impas. Analisis titik impas memerlukan 

estimasi biaya tetap, biaya variabel dan pendapatan.  

Biaya tetap yaitu  biaya yang terus ada walaupun tidak satu unit pun 

diproduksi. Biaya variabel yaitu  biaya-biaya yang bervariasi sesuai dengan 

banyaknya unit yang diproduksi. Elemen lain dalam analisis titik impas yaitu  

fungsi pendapatan. Fungsi ini dimulai pada titik origin dan terus bergerak     

ke sebelah kanan atas, semakin meningkat sebab  kenaikan harga jual setiap 

unit. 

Menurut Muhardi (2011 : h. 186), model titik impas (break-even point 

model) merupakan pendekatan yang dapat dipakai   untuk mengetahui 

kondisi keuntungan dan kerugian perusahaan. Model titik impas dapat 

dinyatakan secara grafis yang menunjukkan hubungan antara volume, biaya-

biaya dan penerimaan penjualan dapat disajikan pada Gambar 4.5. sebagai 

berikut : 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

49 

 

Grafik BEP 

 

Beberapa asumsi yang mendasari model dasar titik impas. Biaya dan 

pendapatan ditunjukkan sebagai garis lurus. Keduanya ditunjukkan meningkat 

secara linier, yaitu dalam proporsi langsung dengan jumlah unit yang 

diproduksi. Meskipun demikian, biaya tetap maupun variabel sebenarnya tidak 

berupa garis lurus. (Barry Render dan Jay Heizer, 2001 : h. 190). 

Tahap awal dalam pendekatan grafik terhadap analisis titik impas 

adala mendefinisikan biaya-biaya yang tetap dan menjumlahknnya. Biaya 

variabel kemudian diestimasi dengan analisis tenaga kerja, bahan baku dan 

biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan produksi dari setiap unit. Biaya 

tetap diambil sebagai garis horisontal dimulai pada volume tertentu dolar/Rp 

BEP (rupiah) Variable cost 

Fixed cost 

Sales line 

Total cost (Tc) line 

Profit area 

Loss area 

Costs and 

revenue 

Fixed cost (Fc) line 

Volume 

(Unit) 

 

 

50 

 

pada sumbu vertikal. Biaya variabel ditunjukkan sebagai biaya yang 

meningkat sesuai dengan penambahan yang terjadi, dimulai dari titik potong 

antara biaya tetap dengan sumbu vertikal dan semakin menaik dengan adanya 

perubahan jumlah unit yang diproduksi pada sumbu horisontal. 

Rumus yang berhubungan dengan titik impas dalam unit dan dolar 

ditunjukkan dibawah ini : 

BEP(x)  = titik impas dalam unit 

BEP($)  = titik impas dalam dolar 

P   = harga per unit 

X   = jumlah unit yang diproduksi 

TR  = pendapatan total = Px 

F   = biaya tetap 

V   = biaya variabel 

TC  = total biaya = F + Vx 

Dengan menetapkan TR sama dengan TC, maka = 

TR = TC 

Px = F + Vx 

 

Untuk mencari nilai x, didapatkan : 

 

      F 

BEP(x) =  

  P – V  

 

 

BEP($) = BEP(x) P 

      F    F 

=              P   = 

     1 - V         (P-V) / P 

 

 

 

51 

 

        F 

                1 – V / P  

 

Prosedur penyelesaian dengan model BEP dapat dilakukan melalui 

langkah-langkah sebagai berikut 

1. Identifikasi masalah yang dihadapi. 

2. Pengumpulan data yang dibutuhkan, diantaranya biaya-biaya, penjualan 

dan data relevan lainnya. 

3. Kalkulasi dengan formulasi BEP. 

4. Pengambilan keputusan berdasarkan kalkulasi yang dilakukan. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

52 

 

BAB V 

DESAIN BARANG DAN JASA SERTA STRATEGI PROSES 

 

A. Seleksi Barang dan Jasa 

(2001 : h. 146), manajemen 

mempunyai berbagai pilihan dalam hal seleksi, ketentuan dan desain atas 

barang dan jasa yang akan dijual perusahaan. Seleksi produk yaitu  kegiatan 

pemilihan barang atau jasa yang akan dipakai   untuk memenuhi kebutuhan 

konsumen atau klien perusahaan.  

Keputusan produk merupakan hal yang fundamental dan mempunyai 

implikasi yang besar pada fungsi operasi. Keputusan produk akan 

mempengaruhi biaya peralatan modal, desain tata letak, kebutuhan ruang, 

keahlian orang-orang yang dipekerjakan dan yang harus diberi pelatihan, 

bahan mentah dan proses yang dipakai  . 

Kegiatan seleksi, pencarian manfaat, dan desain produk terjadi secara 

terus-menerus sebab  adanya peluang hadirnya produk baru. Ada 5 (lima) 

faktor yang mempengaruhi peluang pasar yaitu : 

1. Perubahan ekonomi, dalam jangka panjang perubahan ekonomi 

mendorong kenaikan tingkat kekayaan warga , tetapi dalam jangka 

pendek memicu perubahan siklus ekonomi dan harga. 

2. Perubahan sosiologis dan demografi, yang dapat terjadi pada faktor-faktor 

seperti menurunnya jumlah anggota keluarga. Hal ini  akan merubah 

preferensi keluarga pada ukuan rumah, apartemen dan mobil mereka. 

 

 

53 

 

3. Perubahan teknologi, yang memungkinkan akan segala sesuatu, mulai dari 

komputer pribadi sampai ke telepon mobil dan bahkan jantung buatan. 

4. Perubahan politik, yang menimbulkan persetujuan-persetujuan 

perdagangan baru, persyaratan tarif dan kontrak pemerintah. 

5. Perubahan-perubahan lain, yang bisa timbul dari dinamika pasar, standar 

profesi, pemasok dan penyalur. 

Kehidupan suatu produk dapat dibagi atas 4 (empat) fase yaitu 

perkenalan, pertumbuhan, dewasa dan menurun. Fase umum siklus hidup 

produk digambarkan pada Gambar 5.1. sebagai berikut : 

 

 

Siklus hidup produk bisa beberapa jam saja, beberapa bulan, beberapa 

tahun atau beberapa dekade. Tanpa melihat panjang pendeknya umur produk, 

sebenarnya seorang manajer operasi tetap mempunyai tugas yang sama, yaitu : 

T

Perkenalan Pertumbuhan Kedewasaan Penurunan 

Waktu 

 

 

54 

 

keharusan mendesain suatu sistem yang dapat membantu pengenalan produk 

baru dengan sukses. Bila fungsi operasinya tidak dapat berjalan efektif pada 

tahap ini , maka perusahaan akan terjerat dengan kekalahan-bisa berupa 

produk yang tidak dapat diproduksi secara efisien atau bahkan tidak dapat 

diproduksi sama sekali. 

Organisasi sesungguhnya tidak dapat bertahan hidup tanpa 

memperkenalkan produk-produk baru. Produk-produk lama yang ada telah 

mencapai tahap dewasa dan ada yang telah mencapai tahap penurunan. 

Dengan demikian perusahaan membutuhkan pengenalan produk baru yang 

terus-menerus dan yang bisa sukses dan perlu adanya partisipasi aktif manajer 

operasi.  

Pengembangan produk melewati 8 (delapan) tahap, dimulai dengan ide 

dan diakhiri dengan pengiriman pada pasar dan kemudian melakukan evaluasi 

akhir seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.2. dibawah ini : 

 

 

Seberapa jauh pengembangan produk dikelola mungkin bukan hanya 

sangat menentukan kesuksesan produk, tetapi juga menentukan masa depan 

perusahaan. Berbagai sumber daya berperan dalam proses ini . 

Penekanannya dapat bersifat eksternal (diarahkan oleh pasar), internal 

(diarahkan oleh teknologi dan inovasi) atau kombinasi keduanya. 

Siklus hidup produk menjadi bertambah singkat. Hal ini  

menyebabkan pentingnya unsur pengembangan produk. Oleh sebab  itu, 

pengembang produk baru yang bisa lebih cepat akan memperoleh keuntungan 

yang lebih besar dibandingkan dengan pengembang yang lambat, dan 

Ide  

Persyaratan yang harus 

dipenuhi di pasar 

Spesifikasi fungsional 

Spesifikasi produk 

Ulasan rancangan (desain) 

Pengujian pasar 

Pengenalan produk 

Berhasil ? 

Sumber-sumber ide : perubahan teknologi, 

perubahan demografi/sosiologi/budaya, ekonomi, 

perubahan politik, konsumen, distributor, perbaikan 

karywan dst 

(pendekatan yang diperlukan untuk memuaskan 

konsumen) 

(bagaimana cara kerja produk itu) 

(bagaimana produk akan dibuat) 

(bagaimana produk akan dibuat 

secara ekonomis dan Quality Robust) 

(apakah produk itu memenuhi 

keinginan pasar ?) 

(produk diantarkan ke konsumen) 

(evaluasi) 

Lingkup 

kelompok 

rancangan untuk 

manufacturability 

dan rekayasa nilai 

Lingkup 

kelompok 

pengembangan 

produk 

 

 

56 

 

mendapatkan keunggulan kompetitif. Konsep ini  disebut kompetisi yang 

berbasis waktu (time-based competition). 

 

B. Pengembangan Produk 

(2001 : h. 150), pendekatan 

dalam pengembangan produk yang terbaik kelihatannya yang dilakukan oleh 

tim yang formal. Kelompok seperti ini dikenal sebagai kelompok kerja (tim) 

pengembangan produk, kelompok kerja desain untuk dapat diproduksi, dan 

kelompok kerja perekayasa nilai. Kelompok kerja pengembangan produk yang 

sukses biasanya mempunyai : 

1. Dukungan dari manajemen puncak. 

2. Kepemimpinan yang memenuhi syarat dan berpengalaman, dengan 

wewenang pengambilan keputusan. 

3. Organisasi formal dari kelompok itu. 

4. Program-program pelatihan untuk mengajarkan keahlian dan teknik 

pengembangan produk. 

5. Kelompok yang beragam dan bekerja sama. 

6. Pengalokasian staf, pendanaan dan bantuan penjual yang cukup. 

Tim pengembangan produk diberi tanggung jawab untuk mengubah 

produk yang diinginkan pasar ke pencapaian suksesnya produk di pasar. Hal 

ini termasuk kemampuan produk untuk dipasarkan (marketability), diproduksi 

(manufacturaility) dan kemampuan purna jualnya (seviceability). pemakaian  

kelompok seperti itu juga disebut concurrent engineering dan merupakan 

 

 

57 

 

kelompok yang mewakili semua bidang yang terkait langsung (dikenal dengan 

kelompok cross functional). Rekayasa yang terpadu (concurrent engineering) 

juga menyangkut pengembangan produk yang lebih cepat dengan 

dilakukannya tindakan terpadu atas berbagai aspek yang terkait dengan 

pengembangan produk. 

Desain untuk kelompok rekayasa nilai dan keandalan poduksi, disisi 

lain, mempunyai peran yang tidak terlalu luas. Peran yang dibebankan kepada 

mereka yaitu  peningkatan desain dan spesifikasi pada tahap penelitian, 

pengembangan, perancangan dan produksi dalam pengembangan produk. 

Lebih lanjut lagi, selain penurunan biaya yang efektif dan cepat, desain 

dalam rekayasa nilai dan keandalan produksi bisa menghasilkan keuntungan 

yang lain, diantaranya yaitu  : 

1. Penurunan kerumitan produk. 

2. Standarisasi tambahan atas produk. 

3. Peningkatan aspek fungsional produk. 

4. Desain metode kerja yang lebih baik. 

5. Keamanan kerja yang lebih baik. 

6. Peningkatan keandalan (serviceability) produk. 

7. Rancangan untuk memperoleh produk (mutu) yang andal (quality robust 

design). 

Rancangan mutu yang andal menuntut suatu produk harus didesain 

sedemikian rupa sehingga variasinya kecil dalam produksi atau dalam proses 

perakitan tidak berdampak negatif pada produk. Tim pengembangan produk, 

 

 

58 

 

kelompok kerja desain untuk urusan pengerjaannya, kelompok rekayasa nilai, 

bisa menjadi teknik terbaik menghindari biaya yang tersedia bagi manajer 

operasi. Kelompok-kelompok ini menghasilkan peningkatan nilai dengan 

memperjelas fungsi-fungsi penting dari suatu unit produk dan mencapai fungsi 

ini  tanpa mengurangi mutunya. Program-program rekayasa nilai, bila 

dikelola secara efektif, bisa menurunkan biaya antara 15% dan 70% tanpa 

mengurangi mutu. Rekayasa nilai terjadi saat  produk diseleksi dan didesain. 

Meskipun demikian, suatu teknik yang wajar, analisis nilai, yang terjadi 

selama proses produksi saat  sudah jelas bahwa produk baru itu sukses. 

Usaha peningkatan ini mengarah kepada produk yang lebih baik atau produk 

yang lebih ekonomi. 

 

C. Nilai Suatu Produk 

(2001 : h. 152), manajer operasi 

harus memberikan perhatian khusus pada unit-unit produk yang prospeknya 

paling baik. Hal ini  yaitu  prinsip Pareto yang diterapkan pada bauran 

produk (product mix). Sumber daya harus diinvestasikan pada sejumlah kecil 

pos yang penting dan pada sejumlah besar pos yang relatif kurang penting. 

Analisis produk berdasar nilainya mengidentifikasikan produk yang 

diurut ke bawah dimulai dari kontribusi $ yang terbesar. Analisis produk 

berdasar nilainya juga memuat daftar kontribusi total nilai uang produk 

ini  per tahun. Kontribusi yang rendah (dengan dasar per unit) bisa terlihat 

 

 

59 

 

sangat berbeda bila kontribusi yang rendah itu mewakili penjualan perusahaan 

dalam ukuran besar. 

Laporan urutan produk yang dibuat berdasar nilainya memungkinkan 

manajemen mengevaluasi strategi alternatif yang mungkin diterapkan untuk 

setiap produk. Strategi ini  bisa termasuk arus kas yang meningkat, 

peningkatan penetrasi pasar atau penurunan biaya. Laporan seperti itu juga 

memberitahu manajemen tentang produk yang seharusnya tidak dijual lagi dan 

yang tidak dapat ditambah investasinya lebih lanjut baik pada penelitian 

maupun dalam pengembangan atau investasi peralatan modal. Laporan 

ini  memusatkan perhatian manajemen pada peluang yang dimiliki oleh 

setiap produk. 

 

D. Dokumentasi Produk 

(2001 : h. 153), sekali barang 

atau jasa baru diseleksi untuk diperkenalkan pada pasar, barang atau jasa baru 

ini  harus didefinisikan. Pertama-tama, suatu barang atau jasa harus 

didefinisikan sesuai dengan fungsinya, yakni apa yang bisa dimanfaatkan 

konsumen dari produk ini . Kemudian produknya dirancang, ditentukan 

bagaimana fungsi-fungsi yang harus dimanfaatkan konsumen itu dapat 

dicapai. Manajemen biasanya menghadapi berbagai pilihan bagaimana cara 

produk melakukan fungsinya. 

Spesifikasi umum barang atau jasa diperlukan untuk memastikan 

produksi yang efisien. Tata letak (layout) peralatan dan kualifikasi SDM tidak 

 

 

60 

 

dapat ditentukan sebelum dilakukan pendefinisian, perancangan dan 

pendokumentasian barang atau jasa. Oleh sebab  itu, setiap organisasi 

membutuhkan dokumen-dokumen untuk mendefinisikan produknya. Hal ini 

berlaku untuk segala jenis produk. Bahkan, ada spesifikasi atau peringkat 

standar tertulis yang memberikan definisi bagi berbagai produk. 

Gambar teknik (engineering drawing) menampilkan dimensi, toleransi, 

bahan mentah dan bentuk jadi dari suatu komponen. Sedangkan struktur 

produk (bill-of-material) memuat daftar komponen, deskripsi komponen, 

jumlah komponen yang dibutuhkan untuk membuat suatu unit produk. 

Gambar teknik menunjukkan bagaimana kita dapat membuat salah satu 

produk pada struktur produk. 

Untuk kebanyakan produk, perusahaan dihadapkan pada berbagai 

pilihan dalam memproduksi sendiri komponen atau membeli komponen yang 

dibutuhkan dari pihak eksternal. Memilih salah satu dari berbagai pilihan 

ini  dikenal dengan keputusan membuat atau membeli. Keputusan 

membuat atau membeli, membedakan antara apa yang ingin diproduksi 

dengan apa yang akan dibeli oleh perusahaan. Banyak produk dapat dibeli 

sebagai “produk standar” yang diproduksi pihak lain. Produk standar seperti 

ini tidak memerlukan struktur produk ataupun gambar teknik yang khusus 

digambar, sebab  spesifikasinya dianggap cukup sebagai produk standar. 

Gambar teknik yang modern juga akan mencakup aturan fasilitas 

teknologi kelompok. Teknologi kelompok mengharuskan suatu komponen 

diidentifikasi lewat skema pemberian kode yang memberikan spesifikasi 

 

 

61 

 

jenins produk dan parameter proses ini . Penerapan teknologi kelompok 

mengarah pada : 

1. Perbaikan desain. 

2. Penurunan bahan mentah dan pembelian. 

3. Penyederhanaan perencanaan dan pengendalian produksi. 

4. Perbaikan jalur proses dan pemakaian  mesin. 

5. Pengembangan sel kerja. 

6. Penurunan waktu pemasangan alat, bahan dalam proses dan waktu 

produksi. 

Desain produk sangat diperkaya dengan pemakaian  CAD (Computer 

Aided Design). Saat CAD dipakai  , perekayasa desain 

(perancang/desaigner) memulai dengan mengembangkan sketsa kasar atau 

hanya ide saja. Perancang memakai  tampilan grafis sebagai dasar 

percobaan untuk membentuk geometrik desain. Setelah definisi geometrisnya 

ditetapkan, suatu sistem CAD yang canggih memungkinkan perancang 

menentukan berbagai data rekayasa, seperti kekuatan atau transfer panas. 

CAD juga memungkinkan perancang memastikan suku cadang-suku 

cadangnya cocok satu sama lain sehingga tidak akan ada lagi hambatan saat 

suku cadang masuk proses perakitan.  

Setelah perancang merasa puas dengan desainnya, sketsa itu pun 

menjadi bagian dari “database” media elektronik. Sistem CAD ini lewat 

daftar simbol dan detail, juga membantu memastikan bahwa kita tetap 

berpedoman pada standar pembuatan gambar. 

 

 

62 

 

Bidang teknologi CAD semakin menyatu dengan bidang teknologi 

CAM (Computer-Aided-Manufacture). Teknologi CAD saat ini telah 

bercabang-cabang untuk memberikan data-data pada departemen alat-alat dan 

untuk membuat suatu program komputer untuk mesin-mesin yang 

dikendalikan dengan angka-angka (numerical control). Sekarang kita dapat 

menggabungkan program CAD dan CAM yang disebut program CAD/CAM. 

Dengan cara ini, pemrograman awal yang dilakukan pada tahap pra desain 

dapat dipakai   untuk menciptakan program komputer yang akan dipakai   

bukan hanya oleh departemen yang mengelola pembuatan gambar, tetapi juga 

oleh departemen pengelola peralatan dan produksi. 

Pendekatan CAD/CAM memberikan beberapa manfaat : 

1. Mutu produk. CAD memberikan peluang kepada perancang untuk 

menyelidiki lebih banyak lagi alternatif, antisipasi masalah-masalah, dan 

bahaya timbul lebih awal. 

2. Waktu desain yang lebih pendek. sebab  waktu yaitu  uang, maka 

semakin singkat, tahap desain, semakin rendah biaya yang dikeluarkan. 

3. Penurunan biaya produksi. Penerapan yang lebih cepat atas perubahan-

perubahan desain dapat menekan biaya. 

4. Ketersediaan database. Hasil dari pengkonsolidasian data produk, yang 

dilakukan agar semua bekerja atas dasar informasi yang sama, yaitu  

penurunan biaya yang lumayan besarnya. 

 

 

63 

 

5. Kisaran baru kemampuan. CAD/CAM menghilangkan pekerjaan yang 

mendetail, sehingga designer dapat berkonsentrasi pada aspek imajinasi 

dan konseptual dari tugas-tugas mereka. 

 

E. Dokumen Produksi 

(2001 : h. 157), sekali produk 

dapat diseleksi dan didesain, produksi produk ini  harus diiringi dengan 

pengadaan berbagai dokumen. Jenis dokumen ini antara lain : 

1. Gambar perakitan merupakan gambar yang menunjukkan visualisasi 

produk. Gambar perakitan biasanya bersifat 3 (tiga) dimensi, dikenal 

dengan istilah : gambar isometrik; lokasi relatif komponen-komponen 

digambar menurut keterkaitan antara masing-masing untuk menunjukkan 

bagaimana perakitan unit produk dilakukan.  

2. Diagram perakitan menunjukkan bentuk skematis cara merakit sebuah 

produk. Komponen-komponen yang dibuat, dibeli, atau dibuat dan dibeli 

dapat ditunjukkan oleh suatu diagram perakitan. Diagram ini 

mengidentifikasi titik produksi dimana komponen-komponen bergerak ke 

subperakitan dan akhirnya sampai menjadi produk jadi. 

3. Lembar rute memuat daftar operasi (termasuk perakitan dan inspeksi) 

yang diperlukan unuk memproduksi komponen dengan bahan baku yang 

dispesifikasi pada struktur produk (bill-of-material). Lembar rute memuat 

informasi yang mencakup metode-metode operasi spesifik dan standar 

 

 

64 

 

tenaga kerja yang diperlukan, lembar ini sering kali disebut dengan lembar 

proses (process sheet). 

4. Perintah kerja yaitu  suatu lembar instruksi untuk membuat sejumlah 

produk tertentu, biasanya yang sesuai jadwal tertentu. 

5. Pemberitahuan perubahan tekniks (engineering change notices/ECN) yaitu 

mengubah beberapa aspek dari definisi atau dokumentasi produk, seperti 

gambar teknik atau struktur produk. 

 

F. Desain Produk Jasa 

(2001 : h. 159), mendesain jasa 

untuk mendukung karakteristik yang unik merupakan sesuatu yang 

menantang. Sebagaimana halnya barang, bagian besar dari biaya dan mutu 

jasa didefinisikan pada tahap desain. Lebih bagus lagi, jika tersedia beberapa 

teknik dalam desain jasa yang dapat menurunkan biaya dan memberikan jasa 

yang bermutu. Salah satu teknik yaitu  mendesain produk sedemikian rupa 

sehingga penyesuaian produk dengan keinginan konsumen dapat dilakukan 

belakangan.  

Pendekatan kedua yaitu  membuat modul produk agar penyesuaian 

dilakukan dengan cara membolak-balikkan modul itu. Hal ini 

memungkingkan modul ini  didesain menjadi kesatuan yang tetap dan 

standar. Pendekatan modul dalam mendesain produk diterapkan pada industri 

manufaktur dan jasa.  

 

 

65 

 

Pendekatan ketiga dalam mendesain produk jasa yaitu  membagi jasa 

menjadi bagian-bagian kecil dan mengidentifikasi bagian-bagian yang bisa 

diotomatisasi atau dikurangi interaksinya dengan konsumen.  

Teknik keempat yaitu  memfokuskan desain pada titik-titik terkesan 

atau “moment-of-truth” yaitu saat yang menunjukkan kesan mendalam, yang 

bisa meningkatkan atau mengurangi harapan konsumen. 

sebab  tingginya interaksi konsumen pada sebagian besar pelayanan 

jasa, dokumen-dokumen yang dipakai   untuk menunjukkan pergerakan 

produk ke dalam proses dokumentasi berbeda. Dokumentasi untuk produk jasa 

sering mengambil bentuk instruksi pekerjaan yang jelas yang membuat 

spesifikasi mengenai apa yang akan terjadi pada saat konsumen memperoleh 

kesan mendalam. 

 

G. Kehandalan Produk 

(2001 : h. 16), tingginya 

keandalan produk (sejauh mana produk dapat diandalkan) menimbulkan 

dampak positif pada kepuasan konsumen. Bila ada komponen yang gagal 

berfungsi, apapun sebabnya, keseluruhan sistem akan gagal. Dan komponen 

itu memang bisa gagal. Oleh sebab  itu, manajer operasi harus meningkatkan 

keandalan sistem produksi mereka dan produk yang mereka buat bagi 

konsumen. Keandalan ini diekspresikan sebagai probabilitas satu komponen 

(beberapa komponen yang saling terkait) dapat berfungsi dengan tepat dalam 

jangka waktu tertentu. Padaa saat mendesain produk, dipakai   2 (dua) 

 

 

66 

 

pendekatan untuk meningkatkan keandalan dan menurunkan kemungkinan 

kegagalan. Kedua pendekatan ini yaitu  : 

1. Meningkatkan keandalan masing-masing komponen. 

2. Memberikan unsur pendukung (back-up). 

 

H. Strategi Proses 

Strategi proses menurut Manahan P. Tampubolon (2004 : h. 109), 

disebut juga sebagai strategi transformasi inputs faktor menjadi outputs. 

Strategi dimaksudkan untuk dapat memproduksi barang dan jasa yang sesuai 

dengan keinginan konsumen yang selalu berubah-ubah, dilakukan dengan 

sistem transformasi yang efektif dan efisien. 

Didalam sistem operasional dikenal ada 4 (empat) strategi proses   

yaitu : 

1. Proses produksi yang terputus-putus (intermitten process). 

Merupakan kegiatan operasional yang mempergunakan peralatan produksi 

yang disusun dan diatur sedemikian rupa, yang dapat dimanfaatkan untuk 

secara fleksibel (multipurpose) untuk menghasilkan berbagai produk atau 

jasa. Pada umumnya, proses intermitten merupakan sistem operasional 

yang tidak terstandardisir, hanya berdasarkan keinginan pelanggan pada 

saat dilakukan pemesanan. 

2. Proses produksi yang kontinu (continous process). 

Merupakan proses produksi yang mempergunakan peralatan produksi 

yang disusun dan diatur dengan memperhatikan urutan-urutan kegiatan 

 

 

67 

 

atau routing dalam menghasilkan produk atau jasa, serta arus bahan 

didalam proses telah terstandardisasi. 

3. Proses produksi yang berulang-ulang (repetitive process). 

Merupakan proses produksi yang menggabungkan fungsi intermitten 

process dan continous process. Tetapi proses ini mempergunakan bagian 

dan bahan komponen yang berbagai jenis diantara proses yang kontinu. 

4. Proses produksi massa (mass customization). 

Merupakan proses produksi dengan menggabungkan intermitten process, 

continous process serta repetitive process yang memakai  berbagai 

komponen bahan, mempergunakan teknik skedul produksi dan 

mengutamakan kecepatan pelayanan. Umumnya, mass customization 

merupakan penggabungan usaha produk barang dan jasa pelayanan, 

sebagian besar pada operasional layanan (jasa). 

Perbedaan karakteristik dari keempat tipe proses di atas dapat disajikan 

pada Tabel 5.1. dibawah ini : 

Tabel 5.1. 

Perbedaan Karakteristik dari Keempat Tipe Proses 

 

No Intermitten Process  

(Volume : Sedikit 

Variasi : Banyak) 

Repetitive Process 

Terdiri : Bagian dan 

Komponen 

Continous Process 

(Volume : Besar 

Variasi : Banyak) 

Mass Customization 

(Volume : Besar 

Variasi : Banyak) 

1. Kuantitas sedikit dan 

banyak yang 

diproduksi. 

Jangka panjang, 

produk biasanya 

produk standardisasi 

diproduksi 

berdasarkan modul. 

Kuantitas banyak 

dan sedikit variasi 

diproduksi. 

Kuantitas banyak 

dan banyak variasi 

yang diproduksi. 

2. Mesin yang 

dipakai   serba guna 

(multipurposes). 

Mesin khusus 

membantu lini 

penggabungan. 

Mesin yang 

dipakai   mesin 

khusus (spesial). 

Cepat berubah dan 

dengan mesin 

fleksibel. 

3. Pekerja dengan 

kemampuan dan 

Pekerja dilatih sesuai 

dengan mode (gaya) 

pemakaian  tenaga 

operator sedikit 

Operator yang 

fleksibel dilatih 

 

 

68 

 

keahlian yang tinggi. pesanan. keahlian. sesuai dengan 

kebutuhan 

pelanggan. 

4. Banyak petunjuk 

dalam tugas sebab  

banyak perubahan 

tugas. 

Operasional yang 

berulang-ulang, 

pelatihan berkurang, 

banyak perubahan 

tugas. 

Tugas berdasarkan 

order, dan beberapa 

petunjuk, sebab  

distandarisasi 

Order membutuhkan 

banyak petunjuk 

tugas. 

5. Persediaan (bahan 

baku) tinggi, untuk 

menghasilkan suatu 

nilai pada produk. 

dipakai   persediaan 

dan teknik ”waktu 

yang pantas” (dengan 

JIT). 

Persediaan (bahan 

baku) sedikit, 

menciptakan nilai 

produk. 

Persediaan (bahan 

baku) sedikit, 

menciptakan nilai 

produk. 

6. ”Pekerjaan dalam 

proses” sangat 

menentukan outputs. 

dipakai   persediaan 

dan teknik ”waktu 

yang pantas” (dengan 

JIT) 

Pekerjaan dalam 

proses hanya sedikit 

mempengaruhi 

outputs. 

Pekerjaan dalam 

proses harus 

dikendalikan dan 

efisiensi dengan JIT. 

7. Pergeseran unit 

barang didalam 

mesin lambat. 

Pergerakan yang 

diukur per jam dan 

hari. 

Pergerakan otomatis 

yang cepat dengan 

fasilitas mesin 

tertentu. 

Pergerakan barang 

dengan fasilitas 

mesin. 

8. Barang jadi sesuai 

order. 

Barang jadi sesuai 

ramalan. 

Barang jadi, sesuai 

ramalan kebutuhan 

persediaan toko. 

Barang jadi dibuat 

sesuai dengan 

pesanan. 

9. Skedul pesanan 

dibuat sangat 

kompleks dan sesuai 

dengan kebutuhan 

persediaan yang 

dibutuhkan, kapasitas 

dan pelayanan 

pelanggan. 

Skedul disusun sesuai 

dengan model-model 

dari keragaman modul 

yang di-forecast. 

Skedul relatif simpel 

dan berlandaskan 

tingkat outputs yang 

sesuai target sales. 

Skedul ditentukan 

oleh akomodasi 

kebutuhan untuk 

memenuhi order. 

10. Biaya tetap 

cenderung rendah, 

biaya variabel tinggi. 

Biaya tetap terikat, 

tetapi fleksibel sesuai 

fasilitas. 

Biaya tetap 

cenderung naik, 

tetapi biaya variabel 

turun. 

Biaya tetap 

cenderung tinggi, 

tetapi biaya variabel 

diusahakan rendah. 

11. Pembiayaan, antara 

pengakuan dan 

pelaksanaan tugas, 

harus ditaksir 

sebelum melakukan 

tugas, tetapi baru 

diketahui sesudah 

selesai tugas. 

Biaya biasanya 

diketahui, sebab sudah 

dikembangkan dari 

pengalaman 

sebelumnya. 

sebab  biaya tetap 

tinggi, biaya 

cenderung terikat 

tinggi sesuai 

pemakaian  

fasilitas. 

Tinggi biaya tetap 

dan dinamin, biaya 

variabel menjadi 

tantangan 

menentukan biaya. 

 ada  3 

(tiga) strategi proses yaitu : 

1. Fokus proses. Proses yang aneka produknya sedikit dan bervariasi banyak 

kini juga dikenal dengan istilah proses yang terputus-putus (intermittent 

processes). Bila peralatan produksinya diatur diseputar proses, maka hal 

itu menunjukkan bahwa mereka memiliki fokus proses.  

2. Fokus produk. Proses dengan jumlah produk besar namun variasinya 

sedikit yaitu  proses yang fokus produk. Peralatan produknya diatur 

diseputar produk. Proses ini disebut pula proses yang terus menerus. 

Jalannya produksi pada proses ini memakan waktu lama, dan terus-

menerus, sebagaimana sebutannya.  

3. Fokus proses berulang. Produksi tidak perlu berada dibawah atau di atas 

titik ekstrim dari garis kontinu (rangkaian kesatuan) proses tetapi bisa saja 

berupa proses berulang yang berada di tengah-tengah garis kontinu itu. 

Proses berulang memakai  modul. Modul yaitu  suku cadang atau 

komponen yang sebelumnya sudah disiapkan, seringkali dengan proses 

yang terus menerus. 

Lean Producers yaitu  istilah yang dipakai   untuk menggambarkan 

produsen-produsen teratas yang memakai  fokus berulang. Misi prosuksi 

yang ramping ini yaitu  untuk mencapai kesempurnaan. Produksi yang 

ramping menuntut proses belajar, kreativitas dan kerja kelomppok yang terus 

menerus. Produksi yang ramping mengharuskan komitmen dan pemanfaatan 

penuh kemampuan semua pihak. 

 

 

70 

 

I. Mesin, Peralatan dan Teknologi 

(2001 : h. 176), pemilihan 

mesin-mesin dan peralatan dapat memberikan keuntungan kompetitif. Banyak 

perusahaan, misalnya, mengembangkan mesin atau teknik unik, dalam proses-

proses yang suda solid yang memberikan keuntungan yang dapat 

menghasilkan flesibilitas tambahan dalam memenuhi keinginan konsumen, 

biaya yang lebih murah, atau mutu yang lebih baik. Modifikasi dapat juga 

memungkinkan lebih stabilnya proses produksi yang membutuhkan lebih 

sedikit penyesuaian, pemeliharaan, dan pelatihan operator.  

Pengembangan mikroprosesor terakhir memungkinkan peningkatan 

fleksibilitas peralatan, terutama saat sedang memproses produk-produk yang 

rumit. Hal ini merupakan hasil dari kemudahan teknologi yang sekarang dapat 

memprogram ulang mesin sebab  teknologi informasi. Transisi dari 

pengendalian manual dan mekanik ke pengendalian elektronik telah 

memungkinkan adanya fleksibilitas ini. Mesin-mesin tanpa memori komputer, 

teapi dikendalikan dengan pita magnetik disebut mesin-mesin angka pengganti 

(numerical control/CN). Mesin-mesin yang memiliki memori sendiri disebut 

mesin-mesin angka pengganti komputer (computer numerical control/CNC). 

Pengendalian secara elektronik dicapai dengan menulis program komputer 

untuk mengendalikan sebuah mesin. 

Pengendalian proses yaitu  pemakaian  teknologi informasi untuk 

mengendalikan proses secara fisik. Misalnya pengendalian proses dipakai   

untuk mengukur kandungan kelembaban dan ketebalan kertas itu melewati 

 

 

71 

 

mesin kertas pada tingkat seribu kaki per menit. Pengendalian proses juga 

dipakai   untuk menentukan suhu, tekanan dan jumlah pada pengolahan 

bensin, proses-proses petrokimia, pabrik semen, penggilingan baja, reaktor 

nuklir dan proses terus-menerus lainnya. 

Robot yaitu  alat mekanik yang dapat mempunyai beberapa dorongan 

elektronika yang dimasukkan dalam bentuk chip semikonduktor yang akan 

mengaktifkan motor atau tombol. Bila robot menjadi bagian dari sistem 

transformasi, robot biasanya menggerakkan bahan-bahan baku, dari mesin 

satu ke mesin yang lain. Robot-robot itu bisa juga dipakai   secara efektif 

untuk melakukan tugas-tugas yang sangat monoton, atau berbahaya atau bila 

tugas-tugas itu dapat ditingkatkan dengan penggantian usaha manusia dengan 

usaha mesin. Inilah yang terjadi bila konsistensi, keakuratan, kecepatan atau 

kekuatan yang diperlukan dapat ditingkatkan dengan penggantian orang 

dengan mesin.  

Penanganan bahan baku secara otomatis dapat berbentuk rel tunggal, 

ban karet, robot (kendaraan yang dipandu secara otomatis atau automated 

guided vehicles/AGV). Kendaraan ini yaitu  diagram-diagram yang dipandu 

dan dikendalikan secara elektronik, dipakai   untuk memindahkan suku 

cadang-suku cadang dan peralatan.  

Peralatan penanganan bahan baku dari satu stasiun kerja dapat 

dihubungan ke fasilitas komputer sentralisasi biasa, yang memberikan 

instruksi-instruksi untuk membuat rute pekerjaan ke stasiun kerja yang sesuai 

dan instruksi-instruksi untuk setiap stasiun kerja. Pengaturan seperti ini 

 

 

72 

 

merupakan fasilitas kerja otomatis atau lebih dikenal dengan sistem 

manufaktur fleksibel. 

Sistem manufaktur yang fleksibel dapat diperluas ke bagian belakang, 

secara elektronik ke departemen-departemen rekayasa (computer-aided-

design), produksi dan pengendalian persediaan. Dengan cara ini, pembuatan 

sketsa dengan bantuan komputer akhirnya dapat menghasilkan kode 

(instruksi) elektronik untuk mengendalikan mesin-mesin yang langsung 

dikendalikan dengan angka-angka (direct numerical control/DNC). Bila mesin 

dihubungkan dengan yang lainnya dan dengan peralatan penanganan bahan 

baku sebagai bagian dari sistem manufaktur fleksibel, maka keseluruhan 

sistem akan menjadi sistem pengerjaan dengan komputer. 

 

J. Rekayasa Ulang Proses 

(2001 : h. 179), kegiatan 

merekayasa ulang suatu proses artinya memikirkan kembali secara mendasar 

dan merancang kembali secara radikal proses bisnis, untuk menghasilkan 

perbaikan yang dramatis pada kinerja. 

Rekayasa ulang proses berarti mengevaluasi ulang tujuan proses dan 

mempertanyakan tujuan-tujuan dan asumsi-asumsi ini . Rekayasa ulang 

hanya berhasil bila proses dasar dan tujuannya diamati lagi. Seringkali 

perusahaan menemukan bahwa asumsi awal dari proses tidak valid lagi. 

Rekayasa ulang mengesampingkan semua gerakan mengenai bagaimana 

proses saat ini dikerjakan dan memfokuskan pada peningkatan dinamis atas 

 

 

73 

 

biaya, waktu atau pelayanan konsumen. Semua proses berpotensi untuk 

didesain ulang secara radikal. 

Ada beberapa pendekatan dalam menganalisis proses dan merekayasa 

proses yaitu (Barry Render dan Jay Heizer, 2001 : h. 179) : 

1. Pemetaan fungsi-waktu atau pemetaan proses yaitu memakai  diagram 

arus proses tradisional tetapi dengan menambahkan waktu pada sumbu 

mendatarnya. 

2. Analisis arus kerja yaitu membuat dokumentasi atas suatu jaringan 

transaksi antara konsumen dan pelaku. Tujuan dari setiap transaksi yaitu  

untuk mencapai kepuasan konsumen. Analisis arus kerja mencakup 4 

(empat) tahap yaitu : 

a. Permohonan dari konsumen atau penawaran untuk menyajikan 

pelayanan jasa oleh pelaku. 

b. Negosiasi yang memungkinkan konsumen dan pelaku menyetujui cara 

pengerjaan pekerjaan dan sejauh mana pekerjaan dapat dianggap 

memuaskan. 

c. Kinerja dari penugasan dan penyelesaiannya. 

d. Penerimaan yang menutup transaksi, asalkan konsumen mencerminkan 

kepuasan dan menyetujui bahwa keinginannya telah dipenuhi. 

 

K. Pemilihan Strategi Proses Jasa 

(2001 : h. 185), strategi-strategi 

proses jasa disimpulkan sebagai : (1) pemisahan keinginan konsumen yang 

 

 

74 

 

unik dengan pelayanan jasa pribadi yang memakan biaya ; (2) otomatisasi ; (3) 

penjadwalan yang sangat baik ; dan (4) pelatihan yang sangat baik. 

Beberapa dari ide ini dapat ditampilkan pada Tabel 5.2. dibawah ini : 

Tabel 5.2. 

Teknik-teknik yang dipakai   untuk Meningkatkan  

Produktivitas Operasi pada Jasa 

 

Strategi Teknik Contoh 

Pemisahan Pembatasan penawaran  

Penyesuaian pada saat 

pengantaran 

Restoran dengan menu terbatas 

penyesuaian pada kipas angin pada saat 

kipas angin diantarkan konsumen, 

bukan pada saat kipas angin diproduksi 

 Membentuk pelayanan jasa 

sehingga konsumen harus 

mendatangi tempat 

ditawarkannya jasa 

Bank dimana konsumen menemui 

manajer agar dapat membuka rekening, 

mendatangi petugas pinjaman untuk 

mendapatkan pinjaman, dan teller untuk 

menyetor tabungan 

 Melayani sendiri sehingga 

konsumen dapat mengamati, 

membandingkan, dan 

mengevaluasi dengan puas  

Penyeleksiaan jasa secara modul 

Penyeleksian investasi dan asuransi 

Otomatisasi Memisahkan jasa yang mungkin 

dapat dilakukan dengan jenis 

otomatisasi tertentu 

ATM (Automatic Teller Machine) 

Penjadwalan Penjadwalan karyawan secara 

tepat 

Penjadwalan karyawan di counter tiket 

pada interval 15 menit di maskapai 

penerbanga 

Pelatihan Memperjelas pilihan jasa 

Menjelaskan masalah 

Penasihat investasi, pengarah 

pemakaman karyawan pemeliharaan 

purna jual 


 

BAB VI 

MODEL KAPASITAS PERENCANAAN DAN METODE TRANSPORTASI 

 

A. Model Kapasitas Perencanaan 

, menyatakan 

bahwa kapasitas yaitu  batas kemampuan dari unit produksi untuk 

berproduksi dalam kurun waktu tertentu, biasanya dinyatakan dengan istilah 

unit keluaran per unit waktu.  

Kapasitas menurut , 

didefinisikan sebagai desain kapasitas sebagai sistem yang secara teoritis 

dapat menghasilkan produk secara maksimum dalam suatu periode. Yang 

pengertiannya sebagai tingkat kemampuan maksimal fasilitas operasional 

untuk menghasilkan keluaran (outputs) pada setiap periode operasional, yang 

sering disebut dengan besaran (volume). 

(2001 : h. 186), kapasitas 

yaitu  hasil produksi (output) maksimal dari sistem pada periode tertentu. 

Kapasitas biasanya dinyatakan dalam angka per satuan waktu. Untuk beberapa 

perusahaan, pengukuran kapasitas dapat dilakukan secara langsung. Ukuran 

kapasitasnya merupakan jumlah maksimal unit yang dapat diproduksi pada 

jangka waktu tertentu. Meskipun demikian, untuk beberapa organisasi, 

penentuan kapasitas bisa menjadi lebih sulit. Kapasitas dapat diukur dalam 

tempat banyaknya tempat tidur (pada rumah sakit), anggota aktif (pada gereja) 

atau jumlah penasihat (pada program penyalahgunaan obat bius). Organisasi 

 

 

76 

 

lain yang memakai  waktu kerja total yang tersedia sebagai ukuran 

kapasitas keseluruhan. 

Kapasitas efektif atau pemanfaatan efektif merupakan persentase 

kapasitas desain yang benar-benar diharapkan mampu secara operasional. 

Kapasitas efektif ini  dapat di  hitung dengan memakai  rumus : 

       Kapasitas yang diharapkan 

Kapasitas/utilitas efektif = 

       Kapasitas 

 

Kapasitas atau pemanfaatan (utilitas) efektif yaitu  kapasitas yang 

dapat diharapkan perusahaan untuk menghasilkan berbagai produk dengan 

metode penjadwalan, cara pemeliharaa