Tampilkan postingan dengan label daging anjing. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label daging anjing. Tampilkan semua postingan

Selasa, 30 April 2024

daging anjing


 





Penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi perdagangan daging anjing anjing  yang sedang terjadi 

di negara kita , dengan tujuan perancangan konsep dalam pembuatan animasi pendek yang akan 

dilakukan di masa depan. Walau tidak banyak warga  negara kita  yang mengonsumsi daging 

anjing, perdagangan daging anjing anjing  di negara kita  menjadi salah satu permasalahan yang disorot 

oleh para organisasi perlindungan hewan baik secara nasional maupun internasional. Hasil 

penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa dalam proses perdagangan daging anjing anjing  terjadi 

kekejaman yang tidak manusiawi serta mengonsumsi daging anjing anjing  yang tidak diregulasi 

menyebabkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia. Dengan kategori Original Story, 

penulis menggunakan tema perdagangan daging anjing anjing  dan disampaikan kepada warga  

melalui animasi pendek, dengan tujuan membantu mengurangi dan menyadarkan warga  

untuk menghentikan perdagangan dan mengonsumsi daging anjing anjing . 


negara kita  yaitu  salah satu Negara terbesar di dunia, dengan memiliki penduduk sebanyak 265 

juta jiwa dan menempati posisi ke-4 dengan penduduk terbanyak di dunia. negara kita  yaitu  

Negara yang sedang berkembang, sehingga masih banyak terlihat keterbelakangan di antara para 

penduduk. Salah satu hal yang cukup memprihatinkan di negara kita  yaitu  kurangnya rasa 

kepedulian para warga  terhadap binatang. ada  banyak kasus menyedihkan berkaitan 

dengan penganiayaan binatang-binatang di negara kita  terutama konsumsi daging hewan ini  

secara illegal, salah satu yaitu  hewan anjing. Banyak rakyat di negara kita  yang memelihara 

anjing, tetapi banyak juga anjing liar yang berkeliaran di jalanan.  

Di negara-negara asia sendiri memiliki banyak negara yang masih mengonsumsi daging 

anjing hingga sekarang, berdasarkan kampanye Dog Meat Free negara kita 

dikatakan bahwa banyak negara Asia yang masih percaya bahwa mengonsumsi daging anjing anjing  

dapat memberikan khasiat positif bagi tubuh, misalnya daging anjing anjing  dapat menyembuhkan asma, 

demam berdarah, penyakit tubuh, dan sebagai vitamin. Tentu negara negara kita  menjadi salah satu 

negara yang masih mengonsumsi daging anjing anjing , walaupun dengan jumlah yang sedikit. Pada 

dasarnya, dari perdagangan daging anjing anjing  itu sendiri dapat menyebabkan banyak dampak negatif 

bagi warga . 

Salah satu kasus terkenal tentang perdagangan daging anjing anjing , yaitu terjadi pada 

pertengahan tahun 2017, banyaknya turis yang mendatangi Pulau Bali tertipu dengan  memakan 

sate berkedok daging ayam yang ternyata yaitu  sate daging anjing anjing . Kasus ini  mendapatkan 

banyak perhatian dari negara lain, banyak berita negara lain dan artikel-artikel yang menyorot 

kasus kekejaman proses perdagangan daging anjing anjing  serta memberikan peringatan kepada para 

turis yang akan datang ke negara negara kita . Dr.Syamsul Ma’arif DVM, M.Si. (Director of 

Veterinary Public Health) mengatakan bahwa “banyak negara lain menganggap rendahnya 

kesejahteraan dan kekejaman pada hewan tidak layak atau tidak pantas, sehingga banyak turis 

akan berhenti datang berwisata ke negara negara kita  dan dapat memberikan dampak buruk kepada 

turisme negara kita ”.  

Penghentian dan pencegahan perdagangan daging di negara kita  sulit untuk diatasi karena 

banyak daerah-daerah di negara kita  yang memiliki budaya mengonsumsi daging anjing anjing , seperti 

kota Solo. Dikatakan dalam berita Kompas.com bahwa dalam sehari kota Solo dapat 

mengonsumsi 1.200 ekor anjing. Dituliskan dalam berita ini , FX Rudyatmo yakni selaku 

Wali Kota Solo mengatakan bahwa mereka tidak bisa melarang rakyatnya untuk mengonsumsi 

daging anjing anjing , dikarenakan tidak adanya regulasi yang dapat dilakukan untuk melarang 

rakyatnya. Dikatakan juga bahwa tradisi kuliner mengonsumsi daging anjing anjing  sudah ada sejak 

dahulu ,

Banyaknya kasus perdagangan daging anjing anjing  telah menarik perhatian para pencinta dan 

perlingungan kesejahteraan hewan dari negara lain. Oleh sebab itu, banyaknya komunitas dan 

organisasi terbentuk dan bekerja sama untuk menangani perdagangan daging anjing anjing  ini . Di 

negara kita  sendiri masih banyak warga  tidak menyadari permasalahan ini . 

 

Berdasarkan buku “The Intelligence of Dogs” (Coren, 1994), sejak 140 abad yang lalu, manusia 

dan anjing telah hidup berdampingan. Anjing membantu manusia memburu dan menggiring 

peternakan, anjing juga berperan sebagai panduan, pelindungan rumah, kolektor sampah, 

membantu transportasi, sebagai kawan saat perang, dan juga berbagai peran anjing lainnya dalam 

kehidupan manusia. Anjing yaitu  hewan mamalia yang telah didomestikasi dari hewan serigala 

sejak seratus ribuan tahun yang lalu, tetapi dari hasil penelitian DNA terbaru mengatakan bahwa 

anjing muncul pada akhir era Pleistosen (era yang berlangsung 2.588.000-11.500 tahun yang 

lalu).  

Dari buku ini  juga mengatakan bahwa, hewan bernama miacis yaitu  leluhur hewan 

anjing. Miacis yaitu  hewan yang tinggal sekitar 40 juta tahun yang lalu. Miacis yaitu  hewan 

dengan besar badan serupa dengan hewan cerpelai, miacis juga memiliki kaki yang pendek, ekor, 

badan, serta leher yang panjang, miacis juga memiliki telinga yang lancip. Dikatakan bahwa 

hewan miacis yaitu  leluhur dari famili Canidae (hewan yang termasuk dalam famili ini yaitu  

anjing, serigala, rubah, koyote, jakal, dan dingo), buku ini  juga mengatakan bahwa hewan 

miacis yaitu  leluhur semua hewan beruang dan juga semua hewan kucing. Anjing sendiri 

memiliki berbagai macam ras, Federation Cynologique Internationale (FCI) atau dengan nama 

lain World Canine Organization mendata terdapat 340 ras anjing. 

 

Hubungan manusia dengan hewan  

Sejak masa purba, manusia dan hewan hidup berdampingan, tetapi dari hubungan antara 

manusia dengan hewan ini  terdapat sisi positif dan negatif. Dari sisi negatif, manusia telah 

mengambil banyak keuntungan dari hewan, contohnya menggunakan hewan untuk memenuhi 

kebutuhan primer manusia (pakaian, makanan, dan sebagainya), hewan juga sering kali 

digunakan sebagai makhluk eksperimen dalam riset laboratorium, dan juga kegunaan lainnya 

yang dimanfaatkan oleh para manusia.  

Pada tanggal 24 September 2018, organisasi Peta (People for the Ecthical Treatment of 

Animals) menyatakan kemenangan atas keberhasilan mereka untuk mengajak warga  untuk 

melarang menggunakan bulu luak (badger) sebagai bulu untuk kuas atau alat kecantikan. Kejadian 

ini  berlangsung di Cina, dimana sebuah perusahaan membunuh luak untuk mengambil bulu 

mereka. Kasus ini  merupakan salah satu kasus manusia menggunakan hewan demi 

memenuhi kemewahan. Masih banyak perusahaan besar yang membunuh hewan demi 

keuntungan yang besar, salah satunya yaitu  perusahaan Farfetch, yakni retail busana besar yang 

berpusat di London, United Kingdom. Organisasi Peta telah mencoba untuk mengajukan larangan 

penggunaan bulu hewan sebagai bahan busana, tetapi perusahaan ini  masih belum juga 

menerima larangan ini  sebagai salah satu kebijakan perusahaan mereka. Organisasi Peta 

masih berjuang untuk melarang dan memberantas perusahaan atau organisasi kecil yang 

menyiksa dan menyalahgunakan hewan. 

Dibalik itu semua ada juga sisi positif hubungan manusia dengan hewan, tidak semua 

manusia menggunakan hewan demi kepuasan materialistik. Dari artikel “Phsycholosocial dan 

Pschopsysiological effects of human-animal interactions: the possible role of oxytocin” mengatakan bahwa interaksi antara manusia dengan hewan memberikan banyak 

keuntungan, terutama bagi kesehatan dan kondisi mental manusia, dari hasil riset yang tertera 

dalam artikel ini  disebutkan interaksi antara manusia dengan hewan menyebabkan: 

1. Meningkatnya hubungan intrapersonal, hubungan sosial, sifat, dan mood. 

2. Berkurangnya parameter hal negatif yang berhubungan dengan stres, seperti kortisol, detak 

jantung, dan tekanan darah. 

3. Berkurangnya rasa takut dan panik. 

4. Meningkatnya kesehatan mental dan fisik terutama kesehatan kardiocaskular. 

 

Peningkatan plasma OT (oxytocin), prolactin, phenylacetic acid, dan dopamine terjadi 

pada manusia dan anjing, setelah 5 hingga 24 menit manusia mengelus hewan anjing. Interaksi 

positif dan afeksi antara manusia dengan hewan memengaruhi peningkatan OT (oxytocin) 


 

Kondisi Hewan Anjing di Jakarta 

Jakarta yaitu  ibukota negara negara kita , di Jakarta sendiri memiliki ±10.4 juta jiwa. Banyak 

penduduk di kota Jakarta memiliki hewan peliharaan terutama hewan anjing dan kucing. 

Berdasarkan jurnal yang didapatkan mengenai “Perancangan Kampanye Sosial Sterilisasi untuk 

Hewan Peliharaan di Jakarta” bahwa populasi hewan 

domestik atau hewan peliharaan di negara kita  sudah sangat tinggi dan harus dilakukan tindakan 

untuk mengatasi permasalahan ini . Seekor kucing betina dapat melahirkan ±12 anak kucing, 

sedangkan seekor anjing betina dapat melahirkan ±13-18 anak anjing, maka dari itu populasi 

tinggi (over-populasi) hewan peliharaan dapat menimbulkan banyak permasalahan, salah satunya 

yaitu  dengan over-populasi hewan peliharaan dapat menimbulkan penelantaran hewan atau 

pembuangan hewan. Dari penelantaran atau pembuangan ini  menyebabkan banyaknya 

hewan yang berkeliaran secara liar. Hal ini  menyebabkan banyaknya hewan yang kelaparan, 

tertabrak oleh kendaraan, dianiaya oleh warga , ditangkap dan diperjual-belikan dagingnya, 

digunakan untuk ber-adu dengan anjing lain, dan sebagainya. ada  organisasi seperti Jakarta 

Animal Aid Network (JAAN) bekerja keras dalam menangani permasalahan sejenis. 

 

Perdagangan dan konsumsi daging anjing anjing  di negara kita  

Di negara kita  sendiri, warga  yang mengonsumsi daging anjing anjing  memiliki jumlah yang sangat 

sedikit. Salah satu daerah yang menjadikan konsumsi daging anjing anjing  menjadi tradisi kuliner yaitu  

Sulawesi Utara (Manado).  RW, singkatan dari Rintek Wuuk (dalam bahasa Manado artinya bulu 

halus) merupakan makanan berbahan dasar anjing yang merupakan hidangan wajib setiap kali 

perhelatan (pernikahan) pesta di Sulawesi Utara 

Banyak anjing-anjing liar yang berkeliaran mengidap penyakit rabies karena kondisi 

kesehatan hewan di negara kita  masih belum diregulasi. Dalam laporan “Jangan ada Lagi Kematian 

Akibat Rabies”, dari info Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI 2016. Dikatakan 

bahwa di negara kita  hewan penular utama, yaitu anjing (98%), serta monyet dan kucing (2%). 

Dilaporkan juga distribusi kasus kematian akibat rabies (tahun 2013-2015) berdasarkan provinsi, 

dari grafik ini  dilaporkan bahwa Sulawesi Utara memiliki jumlah kematian akibat rabies 

paling tinggi (PUSDATIN, 2016). 

Sulawesi Utara terdapat Pasar Ekstim Tomohon, yang isinya terdapat penjual-penjual 

yang menawarkan berbagai macam daging hewan eksotis, dan salah satunya tentu daging anjing anjing . 

Bukti terbaru mengenai risiko rabies muncul dalam bentuk karkas anjing positif rabies yang 

ditemukan dijual untuk konsumsi manusia di pasar Sulawesi Utara , 

 

Undang-Undang Perlindungan Terhadap Hewan 

negara kita  memiliki undang-undang dalam perlindungan hewan dan peternakan, undang-undang 

ini  yakni undang-undang republik negara kita  nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan 

Kesehatan Hewan. Dalam undang-undang ini  terdapat pasal yang berisikan tentang 

kesejahteraan hewan atau perlindungan penganiayaan hewan: 

1. Pasal 66: Kesejahteraan Hewan 

2. Pasal 91: Ketentuan Pidana 

 

Pada tahun 2014 dikeluarkan undang-undang nomor 41 tentang perubahan undang-

undang nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Dalam undang-undang 

Republik negara kita  nomor 41 tahun 2014 terdapat beberapa perubahan Pasal yang berkaitan 

dengan penganiayaan hewan, yakni: 

1. Di antara Pasal 66 dan Pasal 67 disisipkan 1 (satu) Pasal yakni Pasal 66A sehingga berbunyi 

sebagai berikut: 

a. Pasal 66A 

1) Setiap Orang dilarang menganiaya dan/atau menyalahgunakan Hewan yang 

mengakibatkan cacat dan/atau tidak produktif. 

2) Setiap Orang yang mengetahui adanya perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat 

(1) wajib melaporkan pada pihak yang berwenang. 

2. Di antara Pasal 91 dan Pasal 92 disisipkan 2 (dua) pasal yakni Pasal 91A dan Pasal 91B 

sehingga berbunyi sebagai berikut: 

a. Pasal 91 A 

1) Setiap Orang yang memproduksi dan/atau mengedarkan Produk Hewan dengan 

memalsukan Produk Hewan dan/atau menggunakan bahan tambahan yang dilarang 

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (6), dipidana dengan pidana penjara 

paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 

(sepuluh miliar rupiah). 

b. Pasal 91B 

1) Setiap Orang yang menganiaya dan/atau menyalahgunakan Hewan sehingga 

mengakibatkan cacat dan/atau tidak produktif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 

66A ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling singkat 1 (satu) bulan dan 

paling lama 6 (enam) bulan dan denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta 

rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah). 

2) Setiap Orang yang mengetahui adanya perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 

66A ayat (1) dan tidak melaporkan kepada pihak yang berwenang sebagaimana 

Eksplorasi Perdagangan Daging Anjing sebagai Pendukung Perancangan Film Animasi Pendek  

Mathilda Eleonora, Frans Santoso 

 

dimaksud dalam Pasal 66A ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling singkat 

1 (satu) bulan dan paling lama 3 (tiga) bulan dan denda paling sedikit Rp 

1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan paling banyak Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah). 

 

Sebagai pelengkap, dalam undang-undang hukum pidana terdapat ketentuan 

perlindungan untuk hewan, dapat dilihat pada KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana), 

yakni:  

(BUKU 2: KEJAHATAN) BAB XIV: Kejahatan Terhadap Kesusilaan 

1. Pasal 302  

2. Pasal 406 

3. Pasal 540 

 

ada  juga undang-undang lainnya yang menopang kasus penganiayaan hewan, 

seperti: 

1. Praktik kekerasan: termasuk pemikulan, penusukan, pencekikan, dan pembuangan hewan 

a. KUHP pasal 302, 406, 335, 170, 540 

b. Hukuman: maksimal 12 tahun penjara 

2. Pengandangan dan perantaian (kandang yang tidak layak, kekurangan air atau 

makanan/penyiksaan) 

a. KUHP pasal 302, 406, 540, 335 

b. Hukuman: maksimal 2 tahun penjara 

3. Pertarungan anjing terorganisir 

a. KUHP pasal 241, 302, 406, 170 

b. Hukuman: maksimal 12 tahun penjara 

 

Pada tanggal 25 September 2018, Pemerintah mengeluarkan peraturan yang dimuat 

dalam surat edaran Ditjem peternakan dan kesehatan hewan (PKH) kementan 

no.9874/SE/pk.420/F/09/2018. Surat itu sendiri juga bertuliskan tentang peningkatan pengawasan 

terhadap “Peredaran Perdagangan Daging Anjing”. 

 

Metode Kualitatif 

Pendekatan yang digunakan dalam riset ini yaitu  pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif 

mementingkan kualitas data yang didapatkan, yang berarti data yang didapatkan tidak hanya 

sekadar jumlah atau statistik, melainkan mengutamakan kedetailan dan kedalaman dari data yang 

didapatkan. 

 

Teknik Pengumpulan Data 

Teknik Dokumentasi / Kepustakaan 

Data akan didapatkan dari kepustakaan atau buku-buku dan artikel yang bersangkutan dengan 

tema. 

 

Teknik Wawancara 

Data juga akan didapatkan dari hasil wawancara yang mendalam dari narasumber yang 

bersangkutan dengan tema. 

 

Teknik Obeservasi 

Penulis akan melakukan observasi proses dari tema yang bersangkutan, sehingga penulis dapat 

menuliskan hasil data dengan detail dari hasil observasi yang dilakukan. 

Proses define bertujuan untuk memahami dan menjalani projek agar sesuai pada jalannya dan 

tidak keluar dari topik yang sudah ditentukan. Penulis harus mendefinisikan permasalahan yang 

dihadapi dalam perancangan ini. Proses ini juga membantu untuk mengetahui solusi yang tepat 

untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Dalam proses ini, akan menggunakan 5W+1H: 

What :  Solusi apa yang pantas untuk diimplementasikan? 

Solusi desain projek ini akan diimplementasikan dalam bentuk animasi pendek atau short 

animation. Animasi pendek ini akan menggunakan genre fantasi. 

When : Berapa lama projek berlangsung?  

Projek ini berlangsung selama 2 semester. Mulai dijalankan pada semester 7, pre-produksi 

dijalankan seperti riset, pengumpulan data, pembuatan konsep, pembuatan karakter, dan 

sebagainya. Kemudian production dan post-production dilakukan pada semester selanjutnya, 

yaitu semester 8.  

Where : Di mana projek ini akan ditampilkan? 

Projek ini pantas ditampilkan pada sosial media seperti facebook, instagram, atau youtube, dengan 

tujuan animasi pendek dapat ditonton oleh banyak orang dan pesan dapat tersampaikan tidak 

hanya kepada target audience yang telah ditentukan. 

Who : Siapakah target audience? 

Target audience proyek ini yaitu  umur 12-17 tahun. Jangka umur 12-17 tahun yaitu  saat anak-

anak membentuk kepribadian dan dapat mengambil keputusan dengan sendirinya. Penulis 

memilih target audience umur 12-17 tahun karena penulis ingin menyampaikan pesan agar dapat 

membangun kesadaran diri.   

Why : Mengapa solusi ini  dibutuhkan? 

Animasi pendek dapat menyampaikan pesan baik dalam segi moral cerita maupun emosi karakter 

kepada para audience lebih mendalam. Penulis ingin menggambarkan situasi kehidupan seekor 

anjing pada saat sebelum ditangkap dan diperdagangkan dagingnya. Dengan tema fantasi, panulis 

akan mensubtitusi karakter anjing sebagai boneka anjing, dengan tujuan penulis ingin 

menyampaikan kekejian yang terjadi, tetapi masih dapat ditayangkan kepada target audience yang 

sudah ditentukan. 

How : Bagaimana cara mengimplementasikan perancangan ini? 

Implementasi perancangan ini dapat dibaca lebih lanjut dalam laporan. 

 


Ideate  

Pada proses ini, data yang didapatkan lalu diproses dan menggabungkannya pada permasalahan 

yang sudah disebutkan pada fase define. Dengan informasi yang sudah ada, akan digunakan untuk 

membuat perancangan desain. Hasil dari proses ini dapat dilihat pada bab 4. 

 

Prototype 

Prototype memberikan gambaran visualisasi pada hasil akhir yang akan dilakukan. Tujuan 

prototype yaitu  untuk meguji aspek tertentu dari solusi desain dan dapat dievaluasi. 

 

Eksplorasi Perdagangan Daging Anjing sebagai Pendukung Perancangan Film Animasi Pendek  

Mathilda Eleonora, Frans Santoso 

 


Wawancara dengan Animal Defenders negara kita  

Sebagai data pada riset ini, penulis mencari narasumber yang memiliki ilmu dalam dunia 

penyelamatan hewan (animal rescue) serta penampungan anjing. Penulis melakukan wawancara 

kepada Doni Herdaru Tona, yakni ketua dari Animal Defenders negara kita . Animal Defenders 

negara kita  yaitu  organisasi yang bergerak dalam bidang penyelamatan hewan terutama kucing 

dan anjing liar, serta menampung dan merawat hewan-hewan ini  hingga kembali dalam 

kondisi bugar dan dapat diadopsi oleh warga  yang berminat. Dari hasil wawancara yang 

telah dilakukan dengan Doni Herdaru Tona, dapat disimpulkan: 

1. Geolokasi dari rating laporan penelantaran: 1. Jakarta Barat; 2. Jakarta Utara; 3. Tangerang; 

4. Bekasi; 5. Jakarta Timur; 6. Jakarta Selatan; 7. Jakarta Selatan. 

2. kondisi hewan-hewan yang ditemukan 80% urgensi fisik (seperti luka terbuka, patah tulang, 

dan sebagainya), dan 20% urgensi psikis/psikologi. 

3. Kasus yang paling parah yaitu  kasus anjing-anjing yang ditangkap untuk dimakan, tetapi 

lolos. Dan kasus seperti ini banyak terjadi. 

4. Inti dari permasalahan di negara kita  yaitu  penegakan hokum yang masih tebang pilih. 

Undang-undang perlindungan hewan ada, tetapi tidak pernah ditegakkan karena dianggap 

bukan kepentingan yang wajib untuk dilaksanakan sekarang. 

5. Anjing lokal (Mongrel) yaitu  favorit pemakan daging anjing anjing . Dan anjing besar juga salah 

satu target bagi para favorit pemakan daging anjing anjing .  

6. Proses supply daging anjing anjing  sangat brutal: menangkap, menyeret, memukul, meracun, dan 

lain-lainnya. ada  anjing yang berhasil lolos dari proses ini , tetapi dalam kondisi 

yang hancur atau cacat. 

7. Perbandingan anjing yang ditangkap dan dianiaya untuk dimakan memiliki jumlah lebih besar 

dibandingkan dengan anjing yang dianiaya demi kesusilaan pribadi. 

8. ada  sindikat dalam dunia perdagangan daging anjing anjing . 

 

Wawancara dengan Fieranny Halita 

Fierrany Halita yaitu  alumni dari Binus University jurusan Desain Komunikasi Visual Animasi. 

Animasi pendek “Acquiescence” yaitu  animasi pendek karya Fierrany Halita, dan telah 

memenangkan banyak penghargaan. Kini Fierrany Halita bekerja di BASE Animasi. Dari hasil 

wawancara yang telah dilakukan dengan Fierrany Halita, dapat disimpulkan: 

1. Secara pribadi, Fierrany Halita lebih memilih animasi 2D karena peluang eksplorasi style 

yang lebih bebas dibandingkan dengan animasi 3D. 

2. Secara keseluruhan, kesulitan dalam pembuatan animasi 2D yaitu  waktu. Produksi animasi 

2D memakan banyak waktu dibandingkan dengan animasi 3D. 

3. Mengaplikasikan depth dalam animasi 2D cukup sulit. 

4. Fondasi yang paling penting dalam menarik perhatian para audience yaitu  story dan 

disesuaikan dengan target audience. 

5. Untuk menyampaikan pesan atau emosi yang ingin disampaikan kepada audience melalui 

animasi yang ditayangkan, yang paling penting yaitu  timing. 

6. Untuk membuat suatu karakter yang menarik untuk mendukung cerita, harus disesuaikan 

dengan target audience. Karakter loveable sesuai dengan target audience yang sudah di 

tentukan. 

 

Ringkasan Cerita 

Premis: Dua ekor anjing yang menjalani kehidupan sehari-hari, tetapi suatu hari mereka 

ditangkap. 

Sepasang sahabat bernama Kuu dan Ket selalu bermain bersama sambil mencari bahan 

makanan untuk bertahan hidup. Dimulai dari memetik buah dari pohon yang tinggi dan juga 

memancing. Pada akhir hari, dengan riang mereka membawa hasil tangkapan mereka menuju 

tenda mereka. Dalam tengah perjalanan, mereka melewati gua yang terlihat misterius. Dengan 

rasa penasaran, mereka menghampiri gua ini . Isi gua ini  terbuat dari Kristal-kristal gula 

(Rock Candy) warna-warni. Kuu dan Ket yang sedang berdiri di mulut gua, hendak memasuki 

gua ini , tetapi tiba-tiba seseorang memukul kepala mereka dari belakang.  

Hilang kesadaran, Kuu dan Ket diseret dan diletakkan bersampingan. Sebuah api membara 

dari bawah Kuu dan Ket, api ini  membakar Kuu dan Ket yang sedang hilang kesadaran. 

Faktanya, Kuu dan Ket sudah di produksi dan daging mereka sedang dibakar diatas panggangan, 

dijadikan satu untuk disajikan kepada konsumen pada suatu warung yang menyediakan masakan 

daging anjing anjing . 

 

Perancangan Judul 

Perancangan judul menggunakan kata cooked dan disedernakan menjadi “kuuket”. Judul “Kuu 

Ket” juga perpaduan dari kedua nama karakter utama, yaitu Kuu dan Ket. Menggunakan font 

“Gogono Cocoa Mochi”, font ini  memiliki bentuk yang cartoonish. Kemudian penulis 

melakukan modifikasi dekorasi pada font ini , yaitu menambahkan garis-garis putus 

menyerupai jahitan, disini penulis ingin menggambarkan dua karakter utama yang di 

simbolisasikan jahitan dan dua warna yang berbeda. Penulis menambahkan efek drop shadow 

untuk memberikan dimensi pada judul. 

Kuu yaitu  seekor anjing yang baik dan pendiam. Sebelum Kuu bertemu dengan sahabatnya, Ket. 

Kuu selalu sendirian, karena Kuu tidak mahir dalam mencari keasikan dengan sendirinya. Ketika 

Kuu bertemu dengan Ket, Kuu memiliki peran seperti seorang ibu kapada Ket.  

Secara visual, Kuu memiliki bentuk dasar kotak. Bentuk dasar kotak untuk 

menggambarkan sifat Kuu yang serius. Kuu juga memiliki warna dasar biru, untuk 

menggambarkan sifat Kuu yang tenang.  

Ket yaitu  anjing yang sangat aktif dan selalu semangat dalam menjalan aktivitas sehari-hari. 

Karena kesemangatannya, Ket selalu terjatuh atau terluka, berkat fisik Ket, yaitu bulu tubuhnya 

yang tebal, Ket terlindungi dari cedera yang serius. Sebelum Ket bertemu dengan sahabatnya, 

Kuu. Ket selalu sendirian dan cepat merasa bosan karena tidak ada teman yang bisa diajak untuk 

bermain bersama.  

Secara visual, Ket memiliki bentuk dasar bulat. Bentuk dasar bulat untuk menggambar 

sifat Ket yang bersahabat. Ket juga memiliki warna dasar kuning, dengan tujuan menggambarkan 

sifat Ket yang ceria. 

 

Buto yaitu  pemilik Warung guguk nikmat. Warung guguk nikmat menyediakan masakan dengan 

daging anjing anjing . Sebagai pemilik Warung guguk nikat, tentu Buto menjalankan perannya dengan 

serius. Buto menyiapkan segala jenis bahan masakan yang dibutuhkan dan juga memasaknya dan 

disajikan kepada konsumen.  

Buto memiliki peran antagonis, yang dalam arti melawan karakter utama dalam animasi 

pendek ini. Melalui perspektif karakter utama, Buto yaitu  karakter jahat, karena Buto 

menangkap dan memproduksi karakter utama menjadi makanan yang siap disantap.  

Karena peran Buto sebagai antagonis, Buto memiliki proposi tubuh yang mengitimidasi. 

Tubuhnya yang terlihat bongsor dan tanganya yang besar. Wajah Buto juga memiliki bentuk dasar 

segitiga, untuk menggambarkan perannya yang jahat. 

Dunia visual environment dalam anaimasi pendek ini terbagi menajdi 2, yaitu dunia dari 

perspektif karakter utama (dunia fantasi) dan dunia dari sudut pandang antagonis (dunia nyata). 

Dalam dunia fantasi, environment terbuat dari berbagai jenis permen-permen dan kudapan 

manisan lainnya, sedangkan dalam dunia nyata, berlokasi di “Warung Guguk Nikmat” milik sang 

antagonis. 

 

Terinspirasi dari banyaknya kasus perdagangan dan konsumsi daging anjing anjing  di negara kita , penulis 

ingin menyebarkan kejadian ini  kepada warga  sekitar dengan format animasi pendek. 

Untuk melakukan perdagangan dan konsumsi daging anjing anjing  sendiri yaitu  suatu pelanggaran di 

negara kita , sudah terdapat peraturan-peraturan yang menuliskan tentang perdagangan dan 

konsumsi daging anjing anjing . Namun, masih banyak rakyat negara kita  yang masih menangkap anjing 

secara paksa dan memperdagangkan serta mengkonsumsi daging anjing anjing  secara illegal. Proses 

perdagangan daging anjing anjing  sendiri terjadi banyak kekejian di dalamnya, selain kekejian ini  

untuk mengkonsumsi daging anjing anjing  juga memiliki risiko buruk terhadap kesehatan konsumen. 

Mengonsumsi daging anjing anjing  dapat menyebabkan terinfeksi penyakit rabies dan zoonosis lainnya.  

Penulis melakukan wawancara kepada ketua dari Animal Defenders negara kita , Doni 

Herdaru Tona. Hasil dari wawancara ini  penulis gunakan sebagai dasar pembuatan cerita 

animasi pendek. Penulis juga melakukan wawancara kepada Fierrany Halita, hasil wawancara 

ini  akan digunakan sebagai basis pembuatan visual animasi pendek dan juga menarik 

perhatian target audisi. Untuk mendalami topik perdagangan daging anjing anjing , penulis juga mencari 

data lainnya dari buku, jurnal, artikel, dan lainnya.  Dari data didapatkan, penulis dapat merancang 

cerita dan desain visual untuk animasi pendek “Kuu Ket”. 

 

Eksplorasi Perdagangan Daging Anjing sebagai Pendukung Perancangan Film Animasi Pendek  

Mathilda Eleonora, Frans Santoso 

 


Pandemi Covid-19 telah menelan korban secara global. 

Tidak hanya berdampak terhadap kesehatan di seluruh 

dunia tetapi juga dari segi ekonomi banyak yang kehilangan 

pekerjaan sehingga jutaan nyawa orang terancam. 

Sebagaimana saat ini dunia sedang bergumul dengan 

penyakit, penting juga untuk mempertimbangkan dan 

memahami bagaimana hal itu semua terjadi awalnya 

sehingga tindakan dapat diambil untuk mengurangi 

kemungkinan terjadinya pandemi yang lain di kemudian hari.

Covid-19 diyakini berasal dari pasar hewan hidup di 

Wuhan, Cina, yang berasal dari penularan patogen 

zoonotik. Banyak ahli patologi dan ahli virus telah 

memperingatkan kepada pihak yang berwenang 

sebelumnya tentang bahaya kesehatan masyarakat oleh 

kondisi ini.

Sedangkan pandemi COVID-19 tentunya bukan yang 

pertama kali menular penyakit telah dikaitkan dengan 

aktivitas manusia yang membawa hewan dari berbagai 

spesies dan sumber menjadi dekat satu sama lain dan 

dengan manusia, tapi skala dan kehancuran pandemi ini 

belum pernah terjadi. Hal ini menimbulkan pertanyaan 

mengapa tidak ada tindakan yang diambil untuk mengatasi 

resiko dari perdagangan hewan ini ketika faktor resiko 

zoonosis diketahui sangat tinggi.

Sementara perhatian masyarakat dan pemerintah baru-

baru ini fokus pada perdagangan satwa liar, sedangkan 

resiko dari perdagangan daging anjing dan kucing (DCMT) 

yang ilegal tidak diatur dan terus diabaikan. Dari berbagai 

bukti yang kami dapatkan hal itu tidak hanya semakin 

konroversial, tetapi juga menimbulkan ancaman yang 

sangat nyata bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia 

dan hewan. Perdagangan ini melibatkan hingga 30 juta 

anjing dan kucing di seluruh Asia, yang sebagian besar 

adalah hewan liar yang diambil dari jalanan dan hewan 

peliharaan yang dicuri. Hewan-hewan ini kemudian 

dibawan ke pasar untuk disembelih bersama spesies 

satwa liar. Di pasar yang umumnya beroperasi ilegal, 

melanggar hukum dan peraturan yang ada terkait dengan 

pengendalian penyakit menular, sanitasi, lalu lintas 

perbatasan, pencurian dan kesejahteraan hewan

Skala sebenarnya dari resiko perdagangan daging anjing 

dan kucing terhadap kesehatan masyarakat dan hewan 

sulit diukur mengingat sifat operasi perdagangan, 

ketergantungan pada pasok hewan dengan status 

kesehatan dan asal yang tidak diketahui, serta operasi 

ilegal. Namun ada banyak bukti bahwa perdagangan 

tersebut menimbulkan resiko yang signifikan terhadap 

kesehatan global selain resiko zoonosis yang terkenal dari 

perdagangan yang telah terlihat langsung, seperti rabies 

dan antraks. Jelas bahwa anjing dan kucing yang 

diperdagangkan berfungsi sebagai reservoir yang 

signifikan bagi kemunculan dan penyebaran patogen 

zoonosis, termasuk virus karena caranya diperlakukan.  

Meskipun ada peringatan dari ahli terkemuka dalam 

kesehatan manusia dan hewan, antar pemerintah, 

organisasi, ahli epidemiologi, mayoritas perdagangan 

hewan dan pasar di seluruh Asia terus beroperasi tanpa 

tertandingi, menyediakan lingkungan yang hampir identik 

hingga virus yang diduga memunculkan Covid-19 dan 

berpotensi membuat jutaan orang setiap hari terpapar 

berbagai penyakit zoonosis.

Perdangan hewan yang mempengaruhi kesehatan, 

kesejahteraan dan stabilitas nasional dan internasional 

tidak dapat lagi diabaikan atau dipertahankan sebagai 

pilihan atau budaya pribadi. Sekarang adalah waktu krisis 

bagi semua negara di seluruh dunia memperkenalkan dan 

menerapkan kebijakan yang melarang pembiakan, 

penangkapan, penjualan, dan penyembelihan anjing dan 

kucing, untuk mengurangi risiko pandemi di masa depan 

dan untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan manusia 

dan hewan.

Dampak COVID-19 dalam hal hilangnya nyawa manusia, 

kesehatan fisik dan mental, ekonomi global, mata 

pencaharian, kualitas kehidupan publik, dan hubungan 

diplomatik sangat memprihatinkan. Pada saat penulisan, 

COVID-19 telah mengakibatkan lebih dari 107.000.000 

terinfeksi dan 2.362.000 kematian di 192 negara/wilayah 

(11 Februari 2021)1. Perkiraan biaya pandemi COVID-19 

yang dihitung bervariasi, dengan Dana Moneter 

Internasional mempirkirakan kerugian terhadap ekonomi 

global antara US$12 triliun selama 2020-2021 hingga $28 

triliun selama 2020-20252, 3. Jelas bahwa biaya sebenarnya 

untuk memerangi pandemi global jauh melebihi biaya 

pencegahannya.

Ketika penyakit zoonosis menyebar dari hewan ke manusia, 

aktifitas manusia sering menjadi penyebabnya. Pandemi 

COVID-19 tentunya bukan pertama kalinya penyakit 

menular dikaitkan aktifitas manusia. Contohnya, antara 

tahun 2002-2003, ada Severe Acute Respitory Syndrome 

(SARS) yang mengakibatkan lebih dari 8000 kasus pada 

manusia di 29 negara dan mengakibatkan 774 kematian4. 

Penyakit zoonosis dan patogen lainnya seperti Ebola, 

MERS, HIV, Tuberkolosis sapi, rabies, Leptospirosis5 juga 

telah dikaitkan dengan penularan dari hewan-hewan.

Meskipun bukti – bukti semakin meningkat di seluruh 

dunia pada beberapa dekade terakhir tentang risiko yang 

ditimbulkan oleh kebijakan produksi dan perdagangan 

hewan saat ini terhadap kesehatan dan keselamatan 

masyarakat, hingga saat ini, hanya sedikit perubahan 

permanen dan global yang telah dilakukan untuk 

meminimalkan risiko ini. Mengingat bahwa manajemen 

dan perawatan hewan telah gagal untuk ditingkatkan, 

jumlah wabah penyakit menular yang muncul meningkat 

lebih dari tiga kali lipat setiap dekade sejak tahun 1980-an. 

Akun asal zoonosis menyumbang sekitar 60% dari semua 

penyakit menular dan 75% penyakit menular yang muncul 

pada manusia, menunjukkan peningkatan terjadinya 

penularan dari hewan – hewan5. Zoonosis bertanggung 

jawab atas dua miliar kasus penyakit yang terjadi pada 

manusia dan dua juta kematian manusia setiap tahun6.


dari penyakit menular yang muncul

Meskipun terjadi perdebatan tentang sumber pasti dan jalur 

infeksinya, COVID-19 tampaknya berasal dari 'pasar hewan 

hidup' di Wuhan, China, pada akhir 2019 yang di akibatkan 

oleh penularan zoonosis dari inang asli satwa liar, 

kemungkinan melalui perantara inang hewan, setelah 

kontak dekat dengan manusia7. Beragam spesies hewan 

yang berbeda untuk dijual di Pasar Makanan Laut Huanan di 

Wuhan telah didokumentasikan secara luas.

Pasar hewan hidup adalah tempat di mana daging segar, 

ikan, hasil bumi, dan barang-barang yang mudah rusak 

dijual; dan di banyak bagian di Asia, berbagai spesies hewan 

hidup, termasuk anjing dan kucing, mereka juga dijual dan 

dipotong berdekatan satu sama lain dan berdekatan dengan 

manusia pula. Di banyak bagian di wilayah ini, daging segar 

lebih disukai daripada daging beku, hal ini mendorong pasar 

hewan hidup terletak di kota-kota yang padat penduduk8.

Pasar hewan hidup yang ditemukan di seluruh wilayah 

menjual berbagai spesies berbeda untuk disembelih, sering 

diperdagangkan melintasi perbatasan provinsi dan 

internasional dan diimpor ke kota-kota padat penduduk, di 

bawah kondisi yang sangat menegangkan dan brutal serta 

dalam kurungan yang tertutup. Sementara perhatian 

internasional difokuskan pada perdagangan dan penjualan 

spesies satwa liar, namun jutaan anjing dan kucing juga 

diperdagangkan dan dibunuh di pasar-pasar ini, bersama 

dengan satwa liar. Hewan-hewan ini adalah hewan 

peliharaan yang dicuri atau hewan liar yang ditangkap dari 

jalanan, dengan hingga 30 juta anjing dan kucing disembelih 

setiap tahun di Asia saja untuk perdagangan daging. Selain 

masalah kesejahteraan hewan yang jelas, mengingat kondisi 

tidak higienis di mana hewan diangkut, dikurung dan 

disembelih serta kurangnya penegakan peraturan kesehatan 

dan keselamatan, tidak mungkin untuk memastikan bahwa 

daging yang dijual di pasar ini aman untuk konsumsi 

manusia. Oleh karena itu, hanya masalah waktu saja 

sebelum penyakit zoonosis mematikan berikutnya muncul.

Penerimaan secara luas tentang kondisi pasar hewan hidup 

yang menyediakan lingkungan sempurna untuk rekombinasi 

virus, dari mana patogen mematikan, termasuk virus dapat 

muncul dan menyebar ke hewan lain dan manusia; dan 

banyak ahli patologi dan ahli virus telah memperingatkan 

pihak berwenang tentang bahaya kesehatan masyarakat 

yang diwakili oleh kondisi ini9. Beberapa kondisi yang 

didokumentasikan di atas juga berlaku untuk perusahaan 

perdagangan daging anjing dan kucing yang berada di luar 

pasar hidup.

Apakah yang membuat pasar ini sangat berbahaya bagi 

kesehatan masyarakat bukan dikarenakan kondisi yang 

tidak sehat dan tidak higienis atau keanekaragaman 

spesies hewan yang dijual yang berasal dari berbagai 

sumber, tetapi juga cara beberapa hewan yang disimpan 

untuk dipamerkan, untuk disembelih dan dibantai ditempat 

atas permintaan pelanggan. Hewan yang dikurung sering 

kali dijejalkan ke dalam ruang sempit, ditumpuk keatas 

satu sama lain, dengan kandang ditingkat terendah terus-

menerus yang terkontaminasi oleh kotoran dan darah 

hewan yang dikurung di atasnya9. Hewan liar juga dijual 

bersamaan dengan spesies peliharaan, termasuk anjing 

dan kucing, dan pencampuran reguler dari keragaman 

patogen menjadi tinggi, dari spesies liar dan domestik, 

yang imunokompromaisnya berasal dari stres luar biasa 

yang dialami bahkan sebelum tiba di pasar, membuat 

kondisi yang sempurna untuk munculnya patogen baru 

yang dapat menginfeksi pada manusia. Anjing dan kucing 

yang digunakan untuk diambil dagingnya hampir selalu 

dijual di pasar hewan hidup atau dalam fasilitas yang 

memenuhi semua kondisi berbahaya yang ditimbulkan 

oleh pasar hewan hidup.

Para vendor, pelanggan, dan konsumen dapat terpapar 

melalui darah, jaringan, dan cairan tubuh yang 

memfasilitasi penularan patogen terhadap manusia, baik 

melalui luka, kontaminasi silang makanan, atau melalui 

aerosol9. Pada gilirannya, tingginya tingkat interaksi antara 

manusia dan hewan didalam dan diluar pasar ini semakin 

meningkatkan potensi penularan patogen baru begitu 

mereka muncul.

Selain dari kenyataan permasalahan 

kesejahteraan hewan yang jelas, 

mengingat kondisi pengangkutan 

hewan tidak higenis, dikurung dan 

disembelih, dan kurangnya 

penegakan peraturan kesehatan dan 

keselamatan, hal ini tidak mungkin 

untuk memastikan bahwa daging 

yang dijual di pasar aman untuk 

dikonsumsi oleh manusia.

Oleh karena itu, hanya masalah 

waktu sebelum penyakit zoonosis 

mematikan berikutnya akan muncul.

Pasar dan perdagangan hewan hidup menyediakan kondisi yang optimal untuk 

kemunculan patogen yang mematikan dan menularkan kepada manusia

Sumber berbeda

Spesies hewan (termasuk anjing

dan kucing) yang diangkut ke

pasar hewan hidup dapat

berasal / sumber yang berbeda.

Beragam

spesies hewan

Banyak spesies hewan yang

berbeda yang diangkut ke

pasar hewan hidup.

Perdagangan dan

transportasi

Hewan diangkut ke pasar hewan

hidup, seringkali di pusat kota,

dalam kandang yang padat.

Pasar hewan hidup

Praktik yang tidak bersih dan

kondisi stres menyebabkan

jutaan ekskresi patogen.

 

Hal ini membuat lingkungan

yang sempurna untuk

modifikasi genetik dan

munculnya virus baru.

Kemunculan

dan penularan

virus baru

Virus mematikan mampu untuk

'melompat' dari hewan ke

manusia. Setelah ini terjadi,

banyaknya orang yang masuk

dan keluar pasar dan tempat

penjualan lainnya membuat

situasi yang sempurna untuk

ditularkan ke manusia lainnya.



1.2 Seruan global untuk perubahan

Pandemi COVID-19 telah menyoroti kebutuhan mendesak 

banyak negara di seluruh dunia untuk meninjau dan 

mempertimbangkan kembali kebijakan yang ada terkait 

dengan produksi, transportasi, penjualan, dan 

penyembelihan semua spesies hewan yang ditujukan 

untuk dikonsumsi oleh manusia. Di seluruh dunia, negara-

negara bersatu dalam tanggapan kolektif terhadap 

pandemi COVID-19 yang mematikan, termasuk seruan 

dari banyak pihak untuk menutup perdagangan dan pasar 

paling berbahaya yang terkait dengan penularan penyakit 

dan munculnya penyakit baru. Namun, meskipun ada 

peringatan dari pakar kesehatan manusia dan hewan 

terkemuka, organisasi antarpemerintah dan ahli 

epidemiologi, perdagangan dan pasar hewan yang tidak 

diatur di seluruh Asia terus beroperasi sebagian besar 

menjadi tidak tertandingi, menampilkan lingkungan yang 

hampir identik dengan tempat asal COVID-19, dan 

berpotensi mengekspos ratusan ribuan orang setiap hari 

untuk berbagai penyakit zoonosis.

Setiap tahun, diperkirakan 30 juta anjing dan kucing 

diperjualbelikan untuk perdagangan daging di Asia, 

terutama di Cina, Vietnam, Indonesia, Kamboja, Laos, dan 

Korea Selatan. Dengan pengecualian di Korea Selatan, 

mayoritas anjing digunakan untuk permintaan kebutuhan 

pertanian, kebanyakan beberapa negara mengambil anjing  

dari jalanan atau mencuri hewan peliharaan untuk 

memenuhi permintaan.

Ada kekhawatiran yang berkembang mengenai risiko 

perdagangan terhadap kesehatan manusia dan hewan. 

Perdagangan daging anjing dan kucing hampir universal 

beroperasi secara ilegal atau melanggar hukum dan 

peraturan yang ada berkaitan dengan pengendalian 

penyakit, kesehatan dan kebersihan, serta perlindungan 

hewan dan hukum pidana.

Mengingat bahwa perdagangan mengandalkan pada 

pemotongan anjing dan kucing tanpa diketahui status 

kesehatan dan dari mana asalnya, hal ini sangat mustahil 

untuk memastikan bahwa daging tersebut aman untuk 

dikonsumsi oleh manusia.  Hewan yang diperdagangkan

sering kali menunjukkan tanda-tanda penyakit klinis atau 

sedang dalam masa inkubasi. Beberapa hewan bahkan 

diracuni sebelum dikonsumsi, karena penggunaan zat 

yang sangat beracun, termasuk strychnine, potassium 

cyanide, dan succinylcholine, diketahui dapat digunakan 

untuk menangkap anjing dan kucing. Hewan-hewan ini 

kemudian diperdagangkan dan disembelih di pasar yang 

sama dengan pasar yang diyakini tempat sumber dari 

COVID-19 berasal, yang sangat berimbas pada kesehatan 

manusia secara global.

Risiko sebenarnya bagi kesehatan masyarakat dan hewan 

sulit bahkan tidak mungkin dapat diukur, mengingat sifat 

perdagangan yang tidak diatur dan sifatnya tidak 

terdokumentasi, ketergantungan pada pasokan hewan 

dengan status kesehatan dan asal usul yang tidak 

diketahui, serta operasi ilegal. Anjing dan kucing dalam 

perdagangan berfungsi sebagai reservoir yang signifikan 

untuk penyakit zoonosis yang dapat ditularkan ke manusia 

melalui air liur atau aerosol yang terinfeksi, urin atau 

feses yang terkontaminasi dan kontak langsung10. Bukti 

dari seluruh Asia selama beberapa dekade tentang peran 

perdagangan daging anjing dalam penularan penyakit 

yang dapat dilaporkan, termasuk kolera dan rabies.

Pengetahuan yang berkembang tentang penularan 

penyakit dan kemunculannya menunjukkan bahwa ada 

umum risiko kematian terjadi di semua tahap perdagangan 

daging anjing dan kucing - mulai dari pengadaan hingga 

pengangkutan, penjualan, penyembelihan, pemotongan, 

dan konsumsi. Kurangnya penerapan hingga prinsip-

prinsip dasar kesejahteraan hewan dapat menimbulkan 

stres berat dan penderitaan yang luar biasa, yang 

2. Perdagangan daging anjing dan kucing merupakan

    resiko kesehatan bagi masyarakat yang terabaikan

berkontribusi pada penekanan kekebalan dan pemulihan 

beragam infeksi bakteri, virus dan parasit. Kegiatan 

tertentu dalam perdagangan memiliki potensi 

menimbulkan stres tingkat tinggi, memfasilitasi dalam 

penularan penyakit, dan memperburuk penyebaran 

penyakit, termasuk dalam berikut ini:

 -  Pengumpulan dan pengangkutan hewan: Jutaan 

anjing dan kucing dengan penyakit yang tidak 

diketahui dan status vaksinasi dijadikan satu secara 

brutal dari jalan atau dicuri yang diambil dari berbagai 

wilayah atau provinsi dalam suatu negara (terkadang 

juga secara internasional), dijejalkan ke dalam 

kandang kecil di atas truk dan diangkut dengan jarak 

yang jauh ke area penampungan yang padat atau 

langsung ke pasar dan rumah jagal yang tidak higienis.

 -  Diberi Makan paksa: Dalam upaya meningkatkan 

berat badan anjing dan harga pasar, pedagang sering 

kali memasukkan pipa ke dalam perut anjing dengan 

paksa dan memompa air untuk menambah berat badan 

anjing. Air yang digunakan biasanya air limbah tercemar 

dan berbau busuk. Proses ini tidak hanya menyebabkan 

stres dan rasa sakit luar biasa pada hewan, juga 

menyebabkan kematian pada beberapa anjing selama 

proses tersebut, dan juga berpotensi menularkan 

patogen yang terbawa air seperti kolera, yang terkait 

erat dengan praktik perdagangan daging anjing.

 -  Holding: Anjing dan kucing yang ditangkap disimpan 

dengan berdesakan, di fasilitas yang tidak higienis, 

seringkali selama berhari-hari atau berminggu-

minggu, menunggu transportasi atau pembantaian 

selanjutnya. Dari sudut pandang penularan penyakit, 

tempat tersebut meningkatkan paparan terhadap 

patogen dan kerentanan infeksi, sehingga 

memperbesar potensi penularan penyakit. Tingkat 

kontak patogen yang tinggi disebabkan oleh kepadatan 

yang berlebihan dibuktikan dengan kontribusi patogen 

pada pernapasan anjing seperti yang terlibat secara 

kompleks pada penyakit pernapasan menular pada 

anjing (CIRDC), yang mencakup berbagai patogen 

bakteri virus mulai dari parainfluenza hingga Bordetella 

bronchiseptica dan flu anjing (H3N8 dan H3N2)11.

 -  Penjualan dan penyembelihan: Di pasar dan rumah 

jagal, anjing dan kucing dikurung dengan atau di 

samping sejenis atau spesies lain; disimpan berdekatan 

dengan orang; mengalami penanganan yang kasar; 

dan diberi makanan atau air yang tidak memadai atau 

tidak ada sama sekali. Penyembelihan dan pemotongan 

dilakukan di lantai dan permukaan terkontaminasi 

limbah organik, dikelilingi oleh hewan hidup yang 

disembelih dari spesies yang sama atau berbeda dari 

berbagai sumber asal yang tidak diketahui.

Tingkatan stres yang sangat besar pada hewan yang 

mengalami gangguan kekebalan, dan hal ini, ditambah 

dengan kondisi yang tidak higienis, dapat meningkatkan 

kerentanan pada hewan terhadap infeksi patogen dan 

kemungkinan mereka akan menyebarkan patogen. Hal ini 

dapat menekankan meningkatnya risiko penularan 

terhadap hewan dan manusia lain12, menyediakan ruang  

berkembang biak yang sempurna untuk bencana 

kesehatan masyarakat yang serius berikutnya.

Selain itu, ada banyak peluang untuk terpapar penyakit 

secara langsung bagi pedagang yang bekerja di pasar, dan 

mereka yang berkunjung, termasuk wisatawan. Pasar 

hewan hidup secara khusus berpotensi memaparkan 

ratusan ribu orang setiap hari ke berbagai penyakit 

zoonosis, terutama mengingat kondisi yang tidak higienis, 

penuh sesak, dan penuh tekanan pada hewan-hewan yang 

dipelihara dan disembelih. Situasi dimana paparan 

penyakit yang dapat terjadi antara lain:

 -  Seorang pedagang yang menangani atau menjagal 

anjing dan kucing: mengingat kondisi anjing dan 

kucing yang sangat stres dan menanganinya dengan 

kasar dilakukan oleh pedagang dan tukang daging, 

risiko tinggi untuk menggigit dan mencakar serta 

kontak dengan air liur dan cairan tubuh lainnya di 

penanganan dan penyembelihan hewan tersebut. 

Proses pembantaian seringkali brutal, dengan banyak 

percikan darah dan bahan organik. Jarang sekali, jika 

pernah, tukang daging mengenakan pakaian atau 

peralatan pelindung diri apa pun atau mengikuti 

pedoman atau peraturan kesehatan dan keselamatan.

 -  Seorang konsumen yang memakan daging anjing 

atau kucing yang terkontaminasi silang.

 -  Pengunjung yang menghirup tetesan darah atau air 

liur mikroskopis dari hewan yang terluka atau 

disembelih.

 -  Turis yang digigit atau dicakar oleh anjing atau 

kucing yang dikurung di pasar yang sedang 

menunggu penyembelihan.



2.1 Penyebaran rabies dan perdagangan

daging anjing

Walaupun pemberantasan rabies telah ditandai sebagai 

prioritas kesehatan global oleh Organisasi Kesehatan 

Dunia (WHO), dan meskipun protokol pemberantasannya 

terdokumentasi dengan baik dan program berhasil 

dilaksanakan di negara-negara seluruh dunia, setiap 

tahun sekitar 59.000 orang masih meninggal dikarenakan 

oleh rabies – 45% di Asia – dengan perkiraan biaya global 

sebesar US$ 8,6 miliar per tahun13.

Penyebaran virus rabies lintas provinsi dan lintas negara 

dipercaya sebagai salah satu aspek yang bertanggung 

jawab memperburuk epizootik rabies anjing di Indonesia14 

dan Cina15, dan WHO telah secara eksplisit menyoroti 

perdagangan anjing untuk dikonsumsi oleh manusia 

sebagai faktor penyebab penyebaran dari rabies16. Dengan 

pengetahuan yang luas tentang virus rabies, tidak 

mengherankan bahwa perdagangan daging anjing hanya 

diperdagangkan di Asia yang mendorong pergerakan 

massal jutaan anjing yang tidak diketahui penyakit dan 

vaksinasinya melintasi perbatasan provinsi bahkan 

internasional pada setiap tahunnya. Gerakan perpindahan 

massal ini dan gangguan populasi tersebut melanggar 

rekomendasi dari semua pakar kesehatan manusia dan 

hewan terkemuka tentang pedoman pengendalian dan 

eliminasi rabies – termasuk WHO, Organisasi Kesehatan 

Pan Amerika (PAHO), Organisasi Pangan dan Pertanian 

Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) dan Organisasi 

Kesehatan Hewan Dunia (OIE) – menetapkan vaksinasi 

anjing massal dan membatasi perpindahan anjing sebagai 

persyaratan minimum untuk perlunya menciptakan 

kekebalan kawanan anjing yang diperlukan dan membatasi 

risiko masuknya infeksi baru.


Apa itu imunitas pada kawanan?

'Imunitas kawanan', juga dikenal sebagai 

'imunitas populasi', mengacu pada perlindungan 

tidak langsung diberikan oleh populasi manusia 

atau hewan ketika proporsi tertentu imun 

terhadap penyakit, baik melalui vaksinasi atau 

infeksi sebelumnya. Ambang batas tingkat 

populasi dihitung di mana imunitas kawanan 

dapat tercapai – yang berarti individu, seperti 

anjing, yang tidak imun terhadap penyakit 

tertentu dilindungi karena imun individu lain 

bertindak sebagai penyangga antara mereka dan 

individu yang sedang terinfeksi17.

Setelah imunitas kawanan terbentuk dan 

digabungkan dengan upaya lain untuk mencegah 

penyebaran penyakit, hal ini dapat mengarah 

pada hilangnya penyakit – salah satu contohnya 

adalah cacar.

Ambang batas umum vaksinasi yang diterima 

pada anjing untuk imunitas kawanan rabies – yang 

diperlukan untuk memberantas penyakit – adalah 

70%18. Namun karena Perdagangan Daging 

Anjing menghilangkan sejumlah besar anjing 

(termasuk anjing yang divaksinasi) dari populasi, 

hal ini mengakibatkan imunitas mencapai 70% 

menjadi, bahkan tidak mungkin terjadi.

Perdagangan Daging Anjing merusak upaya 

suatu negara untuk memberantas rabies pada 

anjing melalui program vaksinasi.


Selain itu, terdapat bukti yang terdokumentasi dengan baik 

tentang anjing positif rabies yang diperdagangkan dan 

disembelih untuk dikonsumsi oleh manusia di pasar umum, 

rumah jagal, dan bahkan restoran di Cina19, 15, Vietnam20 dan 

Indonesia21, hingga 20%22 anjing yang dites positif mengidap 

penyakit rabies. Dalam banyak kasus tersebut, anjing 

dilaporkan tidak menunjukkan gejala rabies.

Dalam pembicaraan pribadi dengan koalisi Dog Meat Free 

Indonesia, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit 

(CDC) Amerika Serikat menjelaskan, “Ada laporan bahwa 

pasar daging anjing memiliki tingkat rabies yang lebih tinggi 

daripada populasi anjing pada umumnya, karena orang sering 

menjual anjing yang terlihat sakit ke pasar; beberapa dari 

anjing yang sakit ini mengidap rabies. Beberapa laporan 

menemukan bahwa sebanyak 5% anjing yang memasuki 

pasar daging anjing mengalami rabies di negara-negara 

endemik, merupakan risiko yang sangat tinggi mengingat 

penyakit ini hampir 100% berakibat fatal. Selain itu, setidaknya 

ada tiga laporan yang diterbitkan tentang manusia yang 

tertular rabies dari aktivitas yang terkait dengan pasar daging 

anjing, yang menekankan bahwa risikonya sangatlah nyata.”

Terdapat risiko yang signifikan terpapar rabies bagi 

pedagang, penyembelihan/penjagal dan konsumen, 

misalnya:

 -  Pedagang yang menangani anjing terinfeksi terkena 

gigitan, cakaran, dll.

 -  Penyembelihan dan pemotongan (yang menangani 

bangkai hewan yang terinfeksi) dapat menyebabkan 

penularan rabies. Dua survei pada orang yang 

bekerja di rumah jagal anjing di Nigeria masing-

masing melaporkan 18/19 dan 8/12 digigit selama 

menangani pekerjaan mereka23, 24. Mempertim-

bangkan kesamaan dalam praktik di DCMT antara 

Nigeria dan Asia, angka yang sama mungkin terjadi 

di Asia. Penularan rabies melalui kontak dengan 

daging hewan yang terinfeksi telah disorot oleh 

beberapa penelitian22, 25, dan pembantaian spesies 

reservoir rabies yang tidak divaksinasi (termasuk 

anjing) di daerah endemik perlu benar – benar 

dipertimbangkan sebagai keterpapparan kategori III 

(parah), yang membutuhkan profilaksis22.

 -  Mengkonsumsi anjing dan kucing yang terinfeksi 

rabies. WHO dan USCDC tidak menyarankan 

mengkonsumsi daging dari hewan yang dicurigai 

terjangkit rabies. Terdapat pula laporan sejarah dari 

Cina26, Vietnam20,27, dan Filipina28 dengan pasien yang 

memiliki tanda-tanda terjangkit infeksi rabies 

dengan memiliki riwayat menyiapkan dan 

mengonsumsi anjing dan kucing yang mungkin telah 

terinfeksi.

 -  Orang-orang, termasuk turis, mengunjungi pasar 

yang menjual hewan yang terinfeksi rabies dapat 

berhubungan dengan virus tanpa disadari.


Studi kasus : Vietnam

Pada tahun 2009, Wertheim et al. menerbitkan studi 

kasus dari 2 pria yang meninggal karena rabies 

meskipun tidak ada pasien yang mungkin menjadi 

sumber infeksi22. Kedua kasus dibagikan kesamaan 

termasuk, pembunuhan, penyembelihan, persiapan 

dan makan daging anjing dan kucing.

Pasien 1 memotong dan mengonsumsi daging anjing 

lalu terkena kecelakaan lalu lintas.

Pasien 2 memotong dan mengonsumsi daging kucing 

lalu sakit selama 3 hari.

Ada beberapa kemungkinan terbesar mereka terkena 

rabies dan mati, semua karena praktek perdagangan 

daging anjing dan kucing. Kedua pasien lalu sakit 

dalam waktu inkubasi yang terpapar selama 

pemotongan, dan para peneliti proses pengeluaran/

pengangkatan otak anjing dan kucing menghasilkan 

virus rabies yang bisa terjadi melalui konjungtiva atau 

mukosa mulut. Pasien mungkin saja terinfeksi 

melalui luka luar atau lecet setelah bangkai yang 

terinfeksi. Infeksi Rabies melalui luka terbuka setelah 

penanganan bangkai yang terinfeksi telah dilaporkan 

sebelumnya25. Kedua kasus tersebut jelas menun-

jukkan bahwa perdagangan daging anjing dan kucing 

bisa sangat fatal terhadap manusia.

2 kasus rabies di Vietnam

Studi kasus: Kamboja

Kerajaan Kamboja adalah tempat perdagangan 

daging anjing tidak terkendali dan endemik dari 

rabies. Diperkirakan bahwa rabies membunuh 800 

orang setiap tahun di Kamboja; namun, hal ini 

mungkin menjadi perkiraan yang terlalu rendah. 

Sejak tahun 2000, Institut Pasteur di Kamboja, otoritas 

terkemuka terkait rabies di negara tersebut, telah 

menguji rata-rata 200 anjing yang menggigit setiap 

tahunnya. Hampir 50% dari anjing yang diuji diidentifikasi 

terinfeksi rabies29. Terlepas dari kenyataan risiko 

kesehatan pada masyarakat, perdagangan daging 

anjing terus berlanjut tanpa henti di sebagian besar 

negara, melibatkan lebih dari 3 juta anjing dalam per 

tahunnya, berpotensi mengekspos puluhan ribu orang 

termasuk pedagang, penjual grosir, tukang daging, dan 

orang lain yang berpotensi terpapar anjing selama 

proses berlangsung. Untuk mencapai pemberantasan 

rabies dan pengurangan risiko penularan ke manusia, 

diperlukan program vaksinasi anjing yang diikuti dengan 

larangan perdagangan daging anjing.

Perdagangan daging anjing dan rabies di Kamboja


2.2 Bahaya lain untuk kesehatan masyarakat 

dan keamanan konsumen

Mengingat pengolahan daging anjing dan kucing tidak 

memiliki aturan, tidak ada pedoman atau praktik resmi 

untuk memastikan bahwa daging disiapkan secara aman 

dengan higienis atau aman untuk dikonsumsi manusia –

termasuk memastikan tidak terkontaminasi zoonosis 

patogen atau racun yang digunakan pedagang untuk 

melumpuhkan atau membunuh anjing, termasuk kalium 

sianida. Selain itu, fasilitas dalam pemrosesan daging 

anjing dan kucing mengundang sejumlah besar lalat, 

serangga lain, serta hewan pengerat, dalam mencemari 

produk daging dan berpotensi berkontribusi pada 

penyebaran penyakit.

Penyakit menular lainnya

Selain rabies, mengonsumsi daging anjing dan kucing juga 

dapat mengakibatkan risiko terinfeksi penyakit mematikan 

lainnya termasuk E.coli dan Salmonella spp., yang biasa 

ditemukan pada daging yang terkontaminasi; dan 

perdagangan daging anjing juga berhubungan dengan 

penularan sejumlah penyakit penting lainnya, termasuk 

antraks, brucellosis, hepatitis, kolera dan trichinellosis.

Kolera

Kolera adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri 

Vibriocholerae dapat menyebar dengan cepat yang 

menyebabkan diare berair dalam jumlah banyak, muntah, 

atau bahkan gagal ginjal dan kematian akut jika tidak 

ditangani. Wabah penyakit dapat berlangsung selama 

berbulan-bulan dan menjadi beban masalah kesehatan 

masyarakat yang signifikan. Wabah kolera dikaitkan 

dengan adanya perdagangan daging anjing di seluruh 

Vietnam Utara30, bakteri Kolera ditemukan pada sampel 

daging anjing, peralatan di rumah jagal dan restoran, serta 

didalam air limbah yang dikeluarkan dari rumah jagal 

anjing di Hanoi31.

Pada Juli 2010, 60 restoran daging anjing dan rumah jagal 

di sekitar kota Hanoi ditutup di tengah kekhawatiran 

terhadap kesehatan manusia – terutama penjualan daging 

anjing yang terkontaminasi dengan bakteri vibrio cholerae 

– pejabat kesehatan Hanoi menyatakan bahwa dalam tujuh 

bulan pertama di tahun 2010, lebih dari 60% kasus kolera 

yang dilaporkan di Hanoi (121 dari 200) berkaitan dengan 

daging anjing


Dari Oktober 2007 sampai Juni 2009, wabah diare 

akut parah menyerang ribuan orang di 22 kota dan 

provinsi di seluruh Vietnam Utara. Lebih dari 1.500 

kultur positif untuk V cholerae O1 ketika sampel tinja 

diuji di Departemen Bakteriologi, Institut Nasional 

Higiene dan Epidemiologi (NIHE) di Hanoi. Menurut 

sebuah penelitian pengamatan impor anjing sebagai 

kemungkinan penyebab vektor Vibrio cholerae O1, 

mayoritas pasien mengawali wabah telah 

mengonsumsi daging anjing baik di rumah mereka 

atau di restoran daging anjing33.

Di Huong Noi Commune (Hanoi), 37 sampel 

dikumpulkan dari empat rumah pemotongan hewan 

pada 8 Mei 2009, dengan 11 sampel ditemukan positif V. 

cholerae O1. Kemudian pada bulan tersebut, 54 sampel 

dikumpulkan dari rumah pemotongan anjing di provinsi 

Thanh Hoa, dengan 3 sampel dinyatakan positif 33.

Analisis yang dilakukan oleh NIHE tentang gelombang 

epidemi kolera antara tahun 2007 dan 2010 

mengidentifikasi daging anjing sebagai makanan 

yang dicurigai dapat menyebabkan kolera di lebih dari 

64% kasus pada tahun 2007 dan lebih dari 83% kasus 

pada tahun 2008. Menariknya, para peneliti juga 

menyimpulkan bahwa tradisi orang Vietnam tidak 

mengkonsumsi daging anjing pada awal bulan lunar, 

dikarenakan takhayul, dapat terlihat dari rendahnya 

kasus diare akut yang juga terlihat pada dua minggu 

pertama kalender lunar. Analisis faktor risiko yang 

terkait dengan infeksi 34 menghasilkan peringatan 

dari WHO bahwa mengkonsumsi daging anjing, atau 

makanan lain dari warung yang menyajikannya, 

terkait dengan peningkatan risiko 20 kali lipat 

terjangkit infeksi35.


Trichinellosis

Trichinellosis adalah penularan parasit melalui makanan 

yang disebabkan oleh mengkonsumsi daging mentah atau 

setengah matang mengandung larva infektif dari nematoda 

trichinella. Infeksi yang terjadi manusia di tahap dewasa 

atau larva trichinella, yang dikenal sebagai trichinellosis, 

adalah akibat langsung dari menelan larva trichinella. 

Trichinellosis, jika tidak segera diobati, bisa berakibat fatal. 

Sumber infeksi yang paling umum pada manusia adalah 

babi domestik; namun, trichinellosis juga dapat terjadi 

dikarenakan mengkonsumsi daging yang tidak diolah 

dengan benar dari yang hewan lain, termasuk anjing.

Daging anjing adalah sumber utama infeksi trichinella 

pada manusia di China, dan kemungkinan besar juga 

terjadi di negara lain dimana daging anjing biasa 

ditemukan. Survei dilakukan di sembilan provinsi atau 

Daerah Otonomi China di antara 19.662 sampel anjing. 

Prevalensi trichinellosis anjing berkisar dari 7% di Henan 

hingga 39,5% di Heilongjiang, dengan prevalensi 

keseluruhan 21,1%36. Daging anjing juga menjadi penyebab 

trichinellosis pada manusia di Thailand37. Pada sebuah 

survei menunjukkan 7 anjing yang terinfeksi dari 421 

anjing di salah satu pasar daging anjing38. 

Zat beracun

Untuk memudahkan dalam penangkapan anjing, berbagai 

racun dan / atau obat penenang terkadang dimasukkan ke 

dalam umpan oleh pedagang untuk melumpuhkan atau 

membunuh anjing. Tidak ada cara untuk memastikan 

bahwa daging dari anjing yang diracuni tidak terkontaminasi

dan aman untuk dikonsumsi oleh manusia. Racun yang 

umum digunakan termasuk kalium sianida dan strychnine, 

serta pelemas otot, seperti suxamethonium. Racun dan 

immobilizer ini tidak hanya sangat kejam bagi hewan yang 

menjadi sasaran, tetapi juga dapat menimbulkan risiko 

kesehatan bagi pengkonsumsi dagingnya. Misalnya, pada 

tahun 2014, 11 orang dijatuhi hukuman penjara di Cina 

karena menjual daging dari hampir 1.000 anjing yang 

dibunuh dengan racun menggunakan dart yang 

mengandung succinylcholine chloride39. Pada Juni 2020, 

sepasang suami istri ditangkap di Vietnam Tengah setelah 

mencampur makanan dengan sianida untuk membunuh 

dan mencuri anjing dan kucing untuk diperdagangkan


Untuk memudahkan penangkapan 

anjing, berbagai racun dan / atau 

obat penenang terkadang 

dimasukkan ke dalam umpan oleh 

pedagang untuk melumpuhkan 

atau membunuh anjing. Tidak ada 

cara untuk memastikan bahwa 

daging dari anjing diracun tidak 

terkontaminasi dan aman untuk 

dikonsumsi manusia.


Sejak munculnya COVID-19, pemerintah nasional dan 

masyarakat serta organisasi kesehatan hewan 

antarpemerintah dan para ahli telah menyerukan kepada 

negara-negara di seluruh dunia untuk meninjau kebijakan 

dan mengadopsi langkah-langkah yang ketat dan 

mendesak untuk menangani perdagangan dan industri 

melibatkan hewan, yang dapat menimbulkan risiko bagi 

kesehatan manusia.

Dengan sorotan global pada pasar hewan hidup yang 

menjual satwa liar bersama spesies domestik, termasuk 

anjing dan kucing untuk diambil dagingnya, komunitas 

global dan pemangku kepentingan utama kesehatan 

masyarakat telah meminta pemerintah untuk menangani 

perdagangan yang tidak diatur pada satwa liar serta 

perdagangan daging anjing dan kucing tidak hanya menjadi 

alasan kesehatan bagi manusia dan hewan tetapi juga 

etika, diakui bahwa anjing dan kucing di seluruh dunia 

secara luas dianggap sebagai 'hewan teman' dan bukan 

'hewan ternak' atau 'hewan konsumsi’.

Skema progresif dan inovatif serta undang-undang yang 

disahkan dengan cepat yang sebelumnya belum pernah 

terjadi untuk menangani perdagangan satwa liar. Bahkan 

sebelum WHO mengklasifikasikan COVID-19 sebagai 

'pandemi global'41, China menanggapi wabah tersebut 

dengan larangan inovatif pada perdagangan satwa liar 

yang memiliki efek secara langsung, dengan kota-kota 

mengadopsi langkah-langkah tambahan yang melarang 

mengkonsumsi satwa liar untuk menjaga kesehatan 

manusia, termasuk Wuhan dan Beijing, Kota Shenzhen, 

misalnya, mengeluarkan undang-undang yang secara 

permanen melarang mengkonsumsi, pembiakan, dan 

penjualan satwa liar seperti ular, kadal, dan hewan liar 

lainnya untuk dikonsumsi oleh manusia, dengan denda 

berat hingga 150.000 yuan (> US $ 20.000)42.

Skema pertama nasional dari jenisnya di China sedang 

membuat program untuk membantu pedagang satwa liar 

beralih ke mata pencaharian alternatif lain, seperti 

menanam buah-buahan, sayuran, tanaman teh, dan 

Hewan yang disembelih di pasar hewan hidup di Indonesia

Pencampuran hewan hidup dan mati dari berbagai spesies di pasar hewan hidup di Indonesia


herbal43. Perubahan ini terjadi meskipun perdagangan 

satwa liar dan industri konsumsi China dihargai 520 miliar 

yuan44 (US $ 74 miliar) oleh Akademi Teknik China pada 

tahun 2017, dengan menyadari ancaman yang dapat 

ditimbulkan oleh industri ini terhadap kesehatan global 

pada manusia.

Langkah serupa diambil pada Juli 2020 oleh Vietnam 

untuk "mengurangi risiko pandemi baru" melalui publikasi 

arahan yang berlaku secara langsung, melarang pasar 

satwa liar dan perdagangan satwa liar (termasuk impor 

hewan liar hidup dan produk satwa liar); dan memperkuat 

penegakan larangan perburuan dan perdagangan hewan 

liar secara ilegal, termasuk penjualan online.

Selama bulan-bulan berikutnya, Kementerian Pertanian 

China dan dua kota besar China mengadopsi langkah-

langkah ini untuk mengatasi perdagangan daging anjing 

dan kucing di tengah meningkatnya kekhawatiran nasional 

dan internasional serta penegakkannya. Baik di tingkat 

nasional maupun kota, dasar dari reformasi legislatif 

adalah bahwa anjing adalah 'hewan teman' bukan 'hewan 

ternak', dan menyadari perlunya undang-undang untuk 

mencerminkan sentimen dari publik.

Shenzhen, Provinsi Guangdong

Pada 31 Maret 2020, Shenzhen menjadi kota pertama di 

daratan China yang secara permanen melarang konsumsi 

anjing, kucing, dan satwa liar. Undang-undang keamanan 

pangan ('Peraturan Kawasan Ekonomi Khusus Shenzhen 

tentang Larangan Komprehensif Konsumsi Alam Liar 

Hewan')42 diusulkan pada Februari 2020 oleh Legislator 

Shenzhen dan mulai berlaku pada 1 Mei 2020. Undang-

undang melarang konsumsi daging anjing dan kucing 

dengan mencantumkan spesies yang diizinkan untuk 

dikonsumsi, anjing dan kucing tidak termasuk dalam list 

tersebut45. Mulai 1 Mei 2020, perdagangan kucing dan 

anjing untuk dikonsumsi oleh manusia telah dilarang di 

restoran dan toko di seluruh kota Shenzhen, dan 

perdagangan kucing dan anjing hidup untuk dikonsumsi di 

pasar juga telah dilarang.

Selama pengumuman terobosan undang-undang tersebut, 

juru bicara pemerintah Shenzhen menyatakan: “… anjing 

dan kucing sebagai hewan peliharaan telah menjalin 

hubungan yang jauh lebih dekat dengan manusia daripada 

semua hewan lainnya, dan melarang mengkonsumsi anjing 

dan kucing serta hewan peliharaan lainnya adalah hal yang 

umum yang dipraktekkan di negara maju dan di HongKong 

serta Taiwan. Larangan ini juga menanggapi tuntutan dan 

semangat peradaban dari manusia46.”

Legislasi Nasional

Pada 27 Mei 2020, Katalog Nasional Sumber Daya Genetik 

Ternak dan Unggas45 telah diperbarui oleh pemerintah 

nasional (Kementerian Pertanian). Katalog tersebut 

mencakup daftar hewan yang dianggap 'ternak'. Baik 

anjing maupun kucing tidak termasuk dalam daftar, dan 

untuk pertama kalinya, dokumen tersebut menyertakan 

penjelasan untuk tidak mencantumkan anjing, dan secara 

resmi mengklasifikasikan ulang mereka sebagai 'hewan 

teman': “Dengan kemajuan peradaban manusia dan 

perhatian serta preferensi publik untuk perlindungan hewan, 

anjing telah berubah dari hewan peliharaan domestik  

menjadi hewan teman. Anjing dalam lingkup umum di seluruh 

dunia tidak dianggap sebagai hewan ternak dan unggas, dan 

China juga tidak boleh mengelola anjing sebagai hewan 

ternak dan unggas47.”

Zhuhai, Provinsi Guangdong

Pada tanggal 15 April 2020, mengikuti perilisan 

pembaharuan draft Katalog Nasional Sumber Daya 

Genetik Ternak dan Unggas45, kota Zhuhai menjadi kota 

kedua di daratan China yang secara permanen melarang 

untuk mengkonsumsi anjing, kucing, dan satwa liar. 

Komite Tetap Kongres Rakyat Kota Zhuhai menyatakan 

bahwa pembuat undang-undang harus mematuhi 'daftar 

putih' hewan ternak di China untuk dikonsumsi oleh 

manusia48, di mana anjing dan kucing tidak termasuk.


Telapak anjing di barbeque di Kamboja

Daging anjing dan kucing untuk diperjualbelikan di pasar Vietnam

Perdagangan daging anjing dan kucing tidak hanya semakin 

kontroversial dan mengakibatkan perpecahan, tetapi juga 

menimbulkan ancaman yang sangat nyata bagi kesehatan 

dan kesejahteraan manusia dan hewan. Selain itu, hal itu 

dapat berdampak signifikan secara negatif pada reputasi 

internasional suatu negara dengan intoleransi global yang 

terus tumbuh dan vokal terhadap kekejaman terhadap 

hewan termasuk meningkatnya penentangan lokal terhadap 

perdagangan, terutama di kalangan generasi muda.

Sampai saat ini, tidak ada negara yang secara resmi 

melegalkan atau mengatur perdagangan anjing dan kucing 

untuk dikonsumsi; dan secara jelas bahwa setiap upaya 

untuk mengatur perdagangan yang melanggar hukum yang 

telah ada (termasuk peraturan kesehatan dan keselamatan), 

dan bergantung pada kurangnya penegakan hukum akan 

gagal. Tidak ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa 

regulasi produksi daging anjing dan kucing akan 

menyelesaikan kekejaman sistemik yang terlibat atau 

mengurangi semua risiko yang ditimbulkan pada kesehatan 

manusia. Selain itu, baik pemerintah atau organisasi antar-

pemerintah tidak menemukan cara yang aman dan 

manusiawi dalam memelihara dan menyembelih anjing dan 

kucing untuk produksi daging komersial, dan dalam upaya 

apa pun untuk melakukannya pasti tidak sejalan dengan yang 

lain, di mana anjing dan kucing dianggap sebagai sahabat.

Penelitian dan investigasi dari seluruh Asia menunjukkan 

bahwa di mana pun hal tersebut lazim, mengkonsumsi 

daging anjing dan kucing sangat kontroversial dan biasanya 

hanya dilakukan oleh – pemberi keuntungan finansial 

kepada – sebagian kecil populasi, sementara perdagan-

gannya berdampak negatif pada seluruh populasi dalam hal 

kesehatan, ekonomi, dan reputasi.

Misalnya, hewan berteman tidak pernah menjadi bagian 

dari arus utama kuliner China, dan survei menunjukkan 

bahwa daging anjing hanya dimakan – jarang – oleh kurang 

dari 20% populasi di China49. Hal ini mencerminkan survei 

dan investigasi serupa di Kamboja, di mana diperkirakan 

hanya 12% orang Kamboja yang secara teratur 

mengonsumsi daging anjing, dan mengkonsumsinya secara 

teratur menjadi praktik kontroversial di kalangan 

masyarakat Khmer50; dan di Indonesia, yang diperkirakan 

oleh koalisi Dog Meat Free Indonesia bahwa kurang dari 7% 

populasi mengonsumsi daging anjing. Di Korea Selatan, 

konsumsi daging anjing menurun, terutama di kalangan 

yang generasi muda, dan kebanyakan orang Korea tidak 

memakannya secara teratur. Di Vietnam, sebuah studi riset 

pasar menemukan bahwa prevalensi konsumsi daging 

anjing sangat bervariasi berdasarkan lokasi. Di Hanoi 

misalnya, kota yang terkenal memiliki prevalensi 

mengkonsumsi daging anjing yang tinggi, survei 

menemukan bahwa hanya 11% orang yang mengkonsumsi 

daging anjing secara teratur, dan di Kota Ho Chi Minh 

bahkan lebih sedikit, hanya 1,5%. Selain itu, di Kota Ho Chi 

Minh, 88%51 dari mereka yang disurvei menjawab bahwa 

mereka akan menolak makan daging anjing. Sebuah survei 

dilakukan oleh Gallup Korea pada Juni 2018 menunjukkan 

bahwa 70% dari orang Korea Selatan mengatakan mereka 

tidak akan makan daging anjing di masa depan52. Oleh 

karena itu – untuk mengakhiri perdagangan yang akan 

berdampak pada kaum minoritas tetapi menguntungkan 

populasi mayoritas yang lebih luas.

16 | Perdagangan Daging Anjing dan Kucing: Global Resiko Kesehatan Perdagangan Daging Anjing dan Kucing: Global Resiko Kesehatan | 17

Sebagai pengakuan atas kebutuhan kejelasan hukum, 

semakin banyak negara dan wilayah telah mengeluarkan 

undang-undang progresif yang secara eksplisit mengakui 

anjing dan kucing sebagai 'hewan teman', bukan sebagai 

'hewan ternak' atau 'hewan konsumsi', dan menghapusnya 

dari daftar 'spesies ternak' dalam pearturan hukum. 

Misalnya, Filipina, Taiwan, dan Hong Kong telah 

mengeluarkan undang-undang, peraturan, dan tata cara 

yang secara eksplisit melarang penyembelihan, penjualan, 

dan mengkonsumsi anjing, sejalan dengan sentimen 

publik, komitmen untuk melindungi kesejahteraan hewan, 

dan sejalan dengan kepiawaan global dalam pengendalian 

rabies dan persyaratan penghapusan, dengan mengambil 

berbagai pendekatan hukum. Di Taiwan dan Hong Kong, 

penyembelihan, penjualan, dan konsumsi kucing juga 

dilarang secara eksplisit, sedangkan di Filipina, kucing 

tidak terdaftar sebagai spesies yang dapat dikonsumsi, 

yang secara efektif juga menghalangi mereka untuk 

mengkonsumsi daging kucing.

Di negara lain, seperti India, tidak ada larangan eksplisit 

melainkan dianggap ilegal berdasarkan Peraturan Standar 

dan Keamanan Pangan (Standar dan Aditif Produk 

Makanan)53, yang tidak mengakui anjing sebagai makanan 

konsumsi, sebagai Peraturan Nasional Pencegahan 

Kekejaman Terhadap Hewan Act54 (1960); dan di Singapura55, 

undang-undang perlindungan hewan dan keamanan 

pangan melarang penyembelihan dan konsumsi anjing 

dan kucing, yang tidak diakui sebagai 'hewan konsumsi'. 

Rute hukum untuk mendefinisikan 'hewan konsumsi’- 

yang dianggap dapat dikonsumsi oleh manusia – adalah 

pendekatan yang juga diadopsi di Thailand dan Indonesia; 

dan tercermin dari langkah-langkah yang diambil oleh 

China sejak pandemi COVID-19 dalam menuntut 

peninjauan kembali kebijakan yang terkait dengan praktik 

perdagangan dan konsumsi hewan.

Jutaan anjing dan kucing telah diambil, diperdagangkan, 

dan disembelih untuk dikonsumsi setiap tahun di sebagian 

besar Asia, dan mengingat ancaman kesehatan masyarakat 

yang serius dapat ditimbulkan dari perdagangan ini, 

menjadi tanggung jawab pemerintah regional dan nasional 

di seluruh dunia untuk melakukan segalanya dengan 

kekuatan untuk menghilangkan sumber wabah penyakit 

ini. Kebijakan dan praktik apa pun yang menopang 

perdagangan daging anjing dan kucing tidak hanya untuk 

melarang upaya apa pun memberantas rabies – mengingat 

perdagangan daging anjing dan kucing dan program 

eliminasi rabies tidak sesuai – tetapi juga membawa risiko 

kesehatan masyarakat yang besar dan tidak dapat diprediksi 

dapat menyebabkan wabah dan pandemi penyakit zoonosis 

di masa depan di antara populasi manusia.

Oleh karena itu, pemerintah di seluruh Asia berkewajiban 

untuk ikut menangani perdagangan daging anjing dan 

kucing meskipun tidak dianggap sebagai asal mula 

COVID-19, yang tidak diragukan lagi dapat menimbulkan 

risiko kesehatan manusia yang signifikan, termasuk 

penyebaran trichinellosis, kolera, dan rabies yang 

membunuh puluhan ribu orang setiap tahun.

Akibatnya, langkah-langkah yang semakin progresif dan 

ketat diperlukan untuk secara langsung meningkatnya 

keprihatinan nasional dan global atas risiko yang 

ditimbulkan oleh perdagangan anjing dan kucing yang 

dikonsumsi oleh manusia terhadap kesehatan dan 

keselamatan publik; dan untuk secara langsung  

mengembangkan kesadaran global tentang tanggung 

jawab kita untuk melindungi kesejahteraan hewan dengan 

lebih baik melalui ketentuan undang-undang yang 

memadai untuk mencegah kekejaman terjadi terhadap 

hewan. Selanjutnya, beban ekonomi perdagangan harus 

dipertimbangkan baik dari segi biaya ekonomi maupun 

sosial. Kisaran ini dari biaya yang terkait dengan peran 

perdagangan dalam mempertahankan dan memperburuk 

penularan penyakit, terutama rabies, hingga yang terkait 

dengan reputasi internasional negara dan pariwisata serta 

industri dan peluang investasi lainnya yang terdampak.

Penting bagi pemerintah di seluruh dunia untuk bertindak 

untuk mengatasi sumber patogen zoonosis yang 

mematikan – yang diyakini dalam kasus COVID-19 sebagai 

pasar hewan hidup manusia dan berbagai spesies hewan 

saling berdekatan – untuk memastikan mereka bukanlah 

titik asal pandemi berikutnya. Jika tindakan tidak diambil, 

pertanyaannya bukan apakah pandemi serupa akan 

muncul, tetapi kapan. Mengingat dampak bencana pandemi 

COVID-19, sebuah pendekatan yang hati-hati diperlukan 

untuk membatasi semua risiko yang akan terjadi. 

Perdagangan hewan yang mempengaruhi kesejahteraan 

dan stabilitas nasional maupun internasional tidak dapat 

lagi diabaikan atau dipertahankan sebagai pilihan atau 

budaya pribadi. Sekarang adalah waktu yang kritis bagi 

negara-negara di seluruh dunia untuk meninjau dan 

mempertimbangkan kembali kebijakan mereka terkait 

dengan pembiakan / penangkapan, pemeliharaan, 

pengangkutan, penjualan, dan penyembelihan semua 

spesies hewan yang diperuntukkan untuk konsumsi 

manusia, termasuk anjing dan kucing.

Berdasarkan bukti ilmiah dan rekomendasi para ahli, 

kami mendesak pemerintah di seluruh daerah untuk 

mengambil tindakan pencegahan segera dengan cara:

 -  Menerbitkan Undang-undang atau Arahan 

komprehensif yang melarang semua aspek 

perdagangan daging anjing dan kucing, termasuk 

perdagangan, penjualan, penyembelihan, dan 

konsumsi.

 -  Memastikan penutupan semua pasar dan fasilitas 

yang menjual dan / atau menyembelih anjing dan 

kucing secara hidup.

 -  Mengeluarkan pernyataan publik tentang bahaya 

kesehatan masyarakat dari penyembelihan dan 

konsumsi anjing dan kucing.

 -  Mengambil tindakan tegas untuk memastikan 

penegakan hukum, peraturan, dan arahan yang 

ada untuk mengakhiri perdagangan daging anjing 

dan kucing.

6. Rekomendasi

Sangatlah penting bagi 

pemerintah di seluruh dunia untuk 

bertindak segera mengatasi 

sumber patogen zoonosis yang 

mematikan, yang diyakini dari 

kasus COVID-19 dari pasar hewan 

hidup dimana manusia dan hewan 

berdekatan – untuk memastikan 

bahwa mereka bukan pembawa ke 

pandemi selanjutnya.

5. Legislasi progresif untuk mengakhiri perdagangan

Dampak perdagangan terhadap pemilik hewan 

peliharaan dan masyarakat

Perdagangan daging anjing tidak hanya melanggar 

hukum yang berlaku, tetapi juga menyebabkan 

keresahan dan ketidakpuasan masyarakat 

dikarenakan pencurian dan pedagang anjing 

semakin bertentangan dengan komunitas pemilik 

hewan peliharaan dan pecinta hewan peliharaan 

yang terus berkembang. Di China dan Vietnam, 

misalnya, laporan tentang pedagang yang 

mencoba untuk mencuri hewan peliharaan yang 

terluka parah bahkan dibunuh selama bentrokan 

selalu ditampilkan di media, dengan pemilik 

hewan peliharaan menjadi semakin frustrasi 

dengan kurangnya penegakan hukum dan 

mengambil tindakan sendiri untuk melindungi 

hewan peliharaan mereka.

Pejabat pemerintah Kamboja menunjukkan kesediaan mereka untuk mengambil tindakan terhadap perdagangan daging anjing