daging anjing
Penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi perdagangan daging anjing anjing yang sedang terjadi
di negara kita , dengan tujuan perancangan konsep dalam pembuatan animasi pendek yang akan
dilakukan di masa depan. Walau tidak banyak warga negara kita yang mengonsumsi daging
anjing, perdagangan daging anjing anjing di negara kita menjadi salah satu permasalahan yang disorot
oleh para organisasi perlindungan hewan baik secara nasional maupun internasional. Hasil
penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa dalam proses perdagangan daging anjing anjing terjadi
kekejaman yang tidak manusiawi serta mengonsumsi daging anjing anjing yang tidak diregulasi
menyebabkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia. Dengan kategori Original Story,
penulis menggunakan tema perdagangan daging anjing anjing dan disampaikan kepada warga
melalui animasi pendek, dengan tujuan membantu mengurangi dan menyadarkan warga
untuk menghentikan perdagangan dan mengonsumsi daging anjing anjing .
negara kita yaitu salah satu Negara terbesar di dunia, dengan memiliki penduduk sebanyak 265
juta jiwa dan menempati posisi ke-4 dengan penduduk terbanyak di dunia. negara kita yaitu
Negara yang sedang berkembang, sehingga masih banyak terlihat keterbelakangan di antara para
penduduk. Salah satu hal yang cukup memprihatinkan di negara kita yaitu kurangnya rasa
kepedulian para warga terhadap binatang. ada banyak kasus menyedihkan berkaitan
dengan penganiayaan binatang-binatang di negara kita terutama konsumsi daging hewan ini
secara illegal, salah satu yaitu hewan anjing. Banyak rakyat di negara kita yang memelihara
anjing, tetapi banyak juga anjing liar yang berkeliaran di jalanan.
Di negara-negara asia sendiri memiliki banyak negara yang masih mengonsumsi daging
anjing hingga sekarang, berdasarkan kampanye Dog Meat Free negara kita
dikatakan bahwa banyak negara Asia yang masih percaya bahwa mengonsumsi daging anjing anjing
dapat memberikan khasiat positif bagi tubuh, misalnya daging anjing anjing dapat menyembuhkan asma,
demam berdarah, penyakit tubuh, dan sebagai vitamin. Tentu negara negara kita menjadi salah satu
negara yang masih mengonsumsi daging anjing anjing , walaupun dengan jumlah yang sedikit. Pada
dasarnya, dari perdagangan daging anjing anjing itu sendiri dapat menyebabkan banyak dampak negatif
bagi warga .
Salah satu kasus terkenal tentang perdagangan daging anjing anjing , yaitu terjadi pada
pertengahan tahun 2017, banyaknya turis yang mendatangi Pulau Bali tertipu dengan memakan
sate berkedok daging ayam yang ternyata yaitu sate daging anjing anjing . Kasus ini mendapatkan
banyak perhatian dari negara lain, banyak berita negara lain dan artikel-artikel yang menyorot
kasus kekejaman proses perdagangan daging anjing anjing serta memberikan peringatan kepada para
turis yang akan datang ke negara negara kita . Dr.Syamsul Ma’arif DVM, M.Si. (Director of
Veterinary Public Health) mengatakan bahwa “banyak negara lain menganggap rendahnya
kesejahteraan dan kekejaman pada hewan tidak layak atau tidak pantas, sehingga banyak turis
akan berhenti datang berwisata ke negara negara kita dan dapat memberikan dampak buruk kepada
turisme negara kita ”.
Penghentian dan pencegahan perdagangan daging di negara kita sulit untuk diatasi karena
banyak daerah-daerah di negara kita yang memiliki budaya mengonsumsi daging anjing anjing , seperti
kota Solo. Dikatakan dalam berita Kompas.com bahwa dalam sehari kota Solo dapat
mengonsumsi 1.200 ekor anjing. Dituliskan dalam berita ini , FX Rudyatmo yakni selaku
Wali Kota Solo mengatakan bahwa mereka tidak bisa melarang rakyatnya untuk mengonsumsi
daging anjing anjing , dikarenakan tidak adanya regulasi yang dapat dilakukan untuk melarang
rakyatnya. Dikatakan juga bahwa tradisi kuliner mengonsumsi daging anjing anjing sudah ada sejak
dahulu ,
Banyaknya kasus perdagangan daging anjing anjing telah menarik perhatian para pencinta dan
perlingungan kesejahteraan hewan dari negara lain. Oleh sebab itu, banyaknya komunitas dan
organisasi terbentuk dan bekerja sama untuk menangani perdagangan daging anjing anjing ini . Di
negara kita sendiri masih banyak warga tidak menyadari permasalahan ini .
Berdasarkan buku “The Intelligence of Dogs” (Coren, 1994), sejak 140 abad yang lalu, manusia
dan anjing telah hidup berdampingan. Anjing membantu manusia memburu dan menggiring
peternakan, anjing juga berperan sebagai panduan, pelindungan rumah, kolektor sampah,
membantu transportasi, sebagai kawan saat perang, dan juga berbagai peran anjing lainnya dalam
kehidupan manusia. Anjing yaitu hewan mamalia yang telah didomestikasi dari hewan serigala
sejak seratus ribuan tahun yang lalu, tetapi dari hasil penelitian DNA terbaru mengatakan bahwa
anjing muncul pada akhir era Pleistosen (era yang berlangsung 2.588.000-11.500 tahun yang
lalu).
Dari buku ini juga mengatakan bahwa, hewan bernama miacis yaitu leluhur hewan
anjing. Miacis yaitu hewan yang tinggal sekitar 40 juta tahun yang lalu. Miacis yaitu hewan
dengan besar badan serupa dengan hewan cerpelai, miacis juga memiliki kaki yang pendek, ekor,
badan, serta leher yang panjang, miacis juga memiliki telinga yang lancip. Dikatakan bahwa
hewan miacis yaitu leluhur dari famili Canidae (hewan yang termasuk dalam famili ini yaitu
anjing, serigala, rubah, koyote, jakal, dan dingo), buku ini juga mengatakan bahwa hewan
miacis yaitu leluhur semua hewan beruang dan juga semua hewan kucing. Anjing sendiri
memiliki berbagai macam ras, Federation Cynologique Internationale (FCI) atau dengan nama
lain World Canine Organization mendata terdapat 340 ras anjing.
Hubungan manusia dengan hewan
Sejak masa purba, manusia dan hewan hidup berdampingan, tetapi dari hubungan antara
manusia dengan hewan ini terdapat sisi positif dan negatif. Dari sisi negatif, manusia telah
mengambil banyak keuntungan dari hewan, contohnya menggunakan hewan untuk memenuhi
kebutuhan primer manusia (pakaian, makanan, dan sebagainya), hewan juga sering kali
digunakan sebagai makhluk eksperimen dalam riset laboratorium, dan juga kegunaan lainnya
yang dimanfaatkan oleh para manusia.
Pada tanggal 24 September 2018, organisasi Peta (People for the Ecthical Treatment of
Animals) menyatakan kemenangan atas keberhasilan mereka untuk mengajak warga untuk
melarang menggunakan bulu luak (badger) sebagai bulu untuk kuas atau alat kecantikan. Kejadian
ini berlangsung di Cina, dimana sebuah perusahaan membunuh luak untuk mengambil bulu
mereka. Kasus ini merupakan salah satu kasus manusia menggunakan hewan demi
memenuhi kemewahan. Masih banyak perusahaan besar yang membunuh hewan demi
keuntungan yang besar, salah satunya yaitu perusahaan Farfetch, yakni retail busana besar yang
berpusat di London, United Kingdom. Organisasi Peta telah mencoba untuk mengajukan larangan
penggunaan bulu hewan sebagai bahan busana, tetapi perusahaan ini masih belum juga
menerima larangan ini sebagai salah satu kebijakan perusahaan mereka. Organisasi Peta
masih berjuang untuk melarang dan memberantas perusahaan atau organisasi kecil yang
menyiksa dan menyalahgunakan hewan.
Dibalik itu semua ada juga sisi positif hubungan manusia dengan hewan, tidak semua
manusia menggunakan hewan demi kepuasan materialistik. Dari artikel “Phsycholosocial dan
Pschopsysiological effects of human-animal interactions: the possible role of oxytocin” mengatakan bahwa interaksi antara manusia dengan hewan memberikan banyak
keuntungan, terutama bagi kesehatan dan kondisi mental manusia, dari hasil riset yang tertera
dalam artikel ini disebutkan interaksi antara manusia dengan hewan menyebabkan:
1. Meningkatnya hubungan intrapersonal, hubungan sosial, sifat, dan mood.
2. Berkurangnya parameter hal negatif yang berhubungan dengan stres, seperti kortisol, detak
jantung, dan tekanan darah.
3. Berkurangnya rasa takut dan panik.
4. Meningkatnya kesehatan mental dan fisik terutama kesehatan kardiocaskular.
Peningkatan plasma OT (oxytocin), prolactin, phenylacetic acid, dan dopamine terjadi
pada manusia dan anjing, setelah 5 hingga 24 menit manusia mengelus hewan anjing. Interaksi
positif dan afeksi antara manusia dengan hewan memengaruhi peningkatan OT (oxytocin)
Kondisi Hewan Anjing di Jakarta
Jakarta yaitu ibukota negara negara kita , di Jakarta sendiri memiliki ±10.4 juta jiwa. Banyak
penduduk di kota Jakarta memiliki hewan peliharaan terutama hewan anjing dan kucing.
Berdasarkan jurnal yang didapatkan mengenai “Perancangan Kampanye Sosial Sterilisasi untuk
Hewan Peliharaan di Jakarta” bahwa populasi hewan
domestik atau hewan peliharaan di negara kita sudah sangat tinggi dan harus dilakukan tindakan
untuk mengatasi permasalahan ini . Seekor kucing betina dapat melahirkan ±12 anak kucing,
sedangkan seekor anjing betina dapat melahirkan ±13-18 anak anjing, maka dari itu populasi
tinggi (over-populasi) hewan peliharaan dapat menimbulkan banyak permasalahan, salah satunya
yaitu dengan over-populasi hewan peliharaan dapat menimbulkan penelantaran hewan atau
pembuangan hewan. Dari penelantaran atau pembuangan ini menyebabkan banyaknya
hewan yang berkeliaran secara liar. Hal ini menyebabkan banyaknya hewan yang kelaparan,
tertabrak oleh kendaraan, dianiaya oleh warga , ditangkap dan diperjual-belikan dagingnya,
digunakan untuk ber-adu dengan anjing lain, dan sebagainya. ada organisasi seperti Jakarta
Animal Aid Network (JAAN) bekerja keras dalam menangani permasalahan sejenis.
Perdagangan dan konsumsi daging anjing anjing di negara kita
Di negara kita sendiri, warga yang mengonsumsi daging anjing anjing memiliki jumlah yang sangat
sedikit. Salah satu daerah yang menjadikan konsumsi daging anjing anjing menjadi tradisi kuliner yaitu
Sulawesi Utara (Manado). RW, singkatan dari Rintek Wuuk (dalam bahasa Manado artinya bulu
halus) merupakan makanan berbahan dasar anjing yang merupakan hidangan wajib setiap kali
perhelatan (pernikahan) pesta di Sulawesi Utara
Banyak anjing-anjing liar yang berkeliaran mengidap penyakit rabies karena kondisi
kesehatan hewan di negara kita masih belum diregulasi. Dalam laporan “Jangan ada Lagi Kematian
Akibat Rabies”, dari info Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI 2016. Dikatakan
bahwa di negara kita hewan penular utama, yaitu anjing (98%), serta monyet dan kucing (2%).
Dilaporkan juga distribusi kasus kematian akibat rabies (tahun 2013-2015) berdasarkan provinsi,
dari grafik ini dilaporkan bahwa Sulawesi Utara memiliki jumlah kematian akibat rabies
paling tinggi (PUSDATIN, 2016).
Sulawesi Utara terdapat Pasar Ekstim Tomohon, yang isinya terdapat penjual-penjual
yang menawarkan berbagai macam daging hewan eksotis, dan salah satunya tentu daging anjing anjing .
Bukti terbaru mengenai risiko rabies muncul dalam bentuk karkas anjing positif rabies yang
ditemukan dijual untuk konsumsi manusia di pasar Sulawesi Utara ,
Undang-Undang Perlindungan Terhadap Hewan
negara kita memiliki undang-undang dalam perlindungan hewan dan peternakan, undang-undang
ini yakni undang-undang republik negara kita nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan. Dalam undang-undang ini terdapat pasal yang berisikan tentang
kesejahteraan hewan atau perlindungan penganiayaan hewan:
1. Pasal 66: Kesejahteraan Hewan
2. Pasal 91: Ketentuan Pidana
Pada tahun 2014 dikeluarkan undang-undang nomor 41 tentang perubahan undang-
undang nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Dalam undang-undang
Republik negara kita nomor 41 tahun 2014 terdapat beberapa perubahan Pasal yang berkaitan
dengan penganiayaan hewan, yakni:
1. Di antara Pasal 66 dan Pasal 67 disisipkan 1 (satu) Pasal yakni Pasal 66A sehingga berbunyi
sebagai berikut:
a. Pasal 66A
1) Setiap Orang dilarang menganiaya dan/atau menyalahgunakan Hewan yang
mengakibatkan cacat dan/atau tidak produktif.
2) Setiap Orang yang mengetahui adanya perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) wajib melaporkan pada pihak yang berwenang.
2. Di antara Pasal 91 dan Pasal 92 disisipkan 2 (dua) pasal yakni Pasal 91A dan Pasal 91B
sehingga berbunyi sebagai berikut:
a. Pasal 91 A
1) Setiap Orang yang memproduksi dan/atau mengedarkan Produk Hewan dengan
memalsukan Produk Hewan dan/atau menggunakan bahan tambahan yang dilarang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (6), dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah).
b. Pasal 91B
1) Setiap Orang yang menganiaya dan/atau menyalahgunakan Hewan sehingga
mengakibatkan cacat dan/atau tidak produktif sebagaimana dimaksud dalam Pasal
66A ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling singkat 1 (satu) bulan dan
paling lama 6 (enam) bulan dan denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta
rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).
2) Setiap Orang yang mengetahui adanya perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
66A ayat (1) dan tidak melaporkan kepada pihak yang berwenang sebagaimana
Eksplorasi Perdagangan Daging Anjing sebagai Pendukung Perancangan Film Animasi Pendek
Mathilda Eleonora, Frans Santoso
dimaksud dalam Pasal 66A ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling singkat
1 (satu) bulan dan paling lama 3 (tiga) bulan dan denda paling sedikit Rp
1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan paling banyak Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
Sebagai pelengkap, dalam undang-undang hukum pidana terdapat ketentuan
perlindungan untuk hewan, dapat dilihat pada KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana),
yakni:
(BUKU 2: KEJAHATAN) BAB XIV: Kejahatan Terhadap Kesusilaan
1. Pasal 302
2. Pasal 406
3. Pasal 540
ada juga undang-undang lainnya yang menopang kasus penganiayaan hewan,
seperti:
1. Praktik kekerasan: termasuk pemikulan, penusukan, pencekikan, dan pembuangan hewan
a. KUHP pasal 302, 406, 335, 170, 540
b. Hukuman: maksimal 12 tahun penjara
2. Pengandangan dan perantaian (kandang yang tidak layak, kekurangan air atau
makanan/penyiksaan)
a. KUHP pasal 302, 406, 540, 335
b. Hukuman: maksimal 2 tahun penjara
3. Pertarungan anjing terorganisir
a. KUHP pasal 241, 302, 406, 170
b. Hukuman: maksimal 12 tahun penjara
Pada tanggal 25 September 2018, Pemerintah mengeluarkan peraturan yang dimuat
dalam surat edaran Ditjem peternakan dan kesehatan hewan (PKH) kementan
no.9874/SE/pk.420/F/09/2018. Surat itu sendiri juga bertuliskan tentang peningkatan pengawasan
terhadap “Peredaran Perdagangan Daging Anjing”.
Metode Kualitatif
Pendekatan yang digunakan dalam riset ini yaitu pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif
mementingkan kualitas data yang didapatkan, yang berarti data yang didapatkan tidak hanya
sekadar jumlah atau statistik, melainkan mengutamakan kedetailan dan kedalaman dari data yang
didapatkan.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Dokumentasi / Kepustakaan
Data akan didapatkan dari kepustakaan atau buku-buku dan artikel yang bersangkutan dengan
tema.
Teknik Wawancara
Data juga akan didapatkan dari hasil wawancara yang mendalam dari narasumber yang
bersangkutan dengan tema.
Teknik Obeservasi
Penulis akan melakukan observasi proses dari tema yang bersangkutan, sehingga penulis dapat
menuliskan hasil data dengan detail dari hasil observasi yang dilakukan.
Proses define bertujuan untuk memahami dan menjalani projek agar sesuai pada jalannya dan
tidak keluar dari topik yang sudah ditentukan. Penulis harus mendefinisikan permasalahan yang
dihadapi dalam perancangan ini. Proses ini juga membantu untuk mengetahui solusi yang tepat
untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Dalam proses ini, akan menggunakan 5W+1H:
What : Solusi apa yang pantas untuk diimplementasikan?
Solusi desain projek ini akan diimplementasikan dalam bentuk animasi pendek atau short
animation. Animasi pendek ini akan menggunakan genre fantasi.
When : Berapa lama projek berlangsung?
Projek ini berlangsung selama 2 semester. Mulai dijalankan pada semester 7, pre-produksi
dijalankan seperti riset, pengumpulan data, pembuatan konsep, pembuatan karakter, dan
sebagainya. Kemudian production dan post-production dilakukan pada semester selanjutnya,
yaitu semester 8.
Where : Di mana projek ini akan ditampilkan?
Projek ini pantas ditampilkan pada sosial media seperti facebook, instagram, atau youtube, dengan
tujuan animasi pendek dapat ditonton oleh banyak orang dan pesan dapat tersampaikan tidak
hanya kepada target audience yang telah ditentukan.
Who : Siapakah target audience?
Target audience proyek ini yaitu umur 12-17 tahun. Jangka umur 12-17 tahun yaitu saat anak-
anak membentuk kepribadian dan dapat mengambil keputusan dengan sendirinya. Penulis
memilih target audience umur 12-17 tahun karena penulis ingin menyampaikan pesan agar dapat
membangun kesadaran diri.
Why : Mengapa solusi ini dibutuhkan?
Animasi pendek dapat menyampaikan pesan baik dalam segi moral cerita maupun emosi karakter
kepada para audience lebih mendalam. Penulis ingin menggambarkan situasi kehidupan seekor
anjing pada saat sebelum ditangkap dan diperdagangkan dagingnya. Dengan tema fantasi, panulis
akan mensubtitusi karakter anjing sebagai boneka anjing, dengan tujuan penulis ingin
menyampaikan kekejian yang terjadi, tetapi masih dapat ditayangkan kepada target audience yang
sudah ditentukan.
How : Bagaimana cara mengimplementasikan perancangan ini?
Implementasi perancangan ini dapat dibaca lebih lanjut dalam laporan.
Ideate
Pada proses ini, data yang didapatkan lalu diproses dan menggabungkannya pada permasalahan
yang sudah disebutkan pada fase define. Dengan informasi yang sudah ada, akan digunakan untuk
membuat perancangan desain. Hasil dari proses ini dapat dilihat pada bab 4.
Prototype
Prototype memberikan gambaran visualisasi pada hasil akhir yang akan dilakukan. Tujuan
prototype yaitu untuk meguji aspek tertentu dari solusi desain dan dapat dievaluasi.
Eksplorasi Perdagangan Daging Anjing sebagai Pendukung Perancangan Film Animasi Pendek
Mathilda Eleonora, Frans Santoso
Wawancara dengan Animal Defenders negara kita
Sebagai data pada riset ini, penulis mencari narasumber yang memiliki ilmu dalam dunia
penyelamatan hewan (animal rescue) serta penampungan anjing. Penulis melakukan wawancara
kepada Doni Herdaru Tona, yakni ketua dari Animal Defenders negara kita . Animal Defenders
negara kita yaitu organisasi yang bergerak dalam bidang penyelamatan hewan terutama kucing
dan anjing liar, serta menampung dan merawat hewan-hewan ini hingga kembali dalam
kondisi bugar dan dapat diadopsi oleh warga yang berminat. Dari hasil wawancara yang
telah dilakukan dengan Doni Herdaru Tona, dapat disimpulkan:
1. Geolokasi dari rating laporan penelantaran: 1. Jakarta Barat; 2. Jakarta Utara; 3. Tangerang;
4. Bekasi; 5. Jakarta Timur; 6. Jakarta Selatan; 7. Jakarta Selatan.
2. kondisi hewan-hewan yang ditemukan 80% urgensi fisik (seperti luka terbuka, patah tulang,
dan sebagainya), dan 20% urgensi psikis/psikologi.
3. Kasus yang paling parah yaitu kasus anjing-anjing yang ditangkap untuk dimakan, tetapi
lolos. Dan kasus seperti ini banyak terjadi.
4. Inti dari permasalahan di negara kita yaitu penegakan hokum yang masih tebang pilih.
Undang-undang perlindungan hewan ada, tetapi tidak pernah ditegakkan karena dianggap
bukan kepentingan yang wajib untuk dilaksanakan sekarang.
5. Anjing lokal (Mongrel) yaitu favorit pemakan daging anjing anjing . Dan anjing besar juga salah
satu target bagi para favorit pemakan daging anjing anjing .
6. Proses supply daging anjing anjing sangat brutal: menangkap, menyeret, memukul, meracun, dan
lain-lainnya. ada anjing yang berhasil lolos dari proses ini , tetapi dalam kondisi
yang hancur atau cacat.
7. Perbandingan anjing yang ditangkap dan dianiaya untuk dimakan memiliki jumlah lebih besar
dibandingkan dengan anjing yang dianiaya demi kesusilaan pribadi.
8. ada sindikat dalam dunia perdagangan daging anjing anjing .
Wawancara dengan Fieranny Halita
Fierrany Halita yaitu alumni dari Binus University jurusan Desain Komunikasi Visual Animasi.
Animasi pendek “Acquiescence” yaitu animasi pendek karya Fierrany Halita, dan telah
memenangkan banyak penghargaan. Kini Fierrany Halita bekerja di BASE Animasi. Dari hasil
wawancara yang telah dilakukan dengan Fierrany Halita, dapat disimpulkan:
1. Secara pribadi, Fierrany Halita lebih memilih animasi 2D karena peluang eksplorasi style
yang lebih bebas dibandingkan dengan animasi 3D.
2. Secara keseluruhan, kesulitan dalam pembuatan animasi 2D yaitu waktu. Produksi animasi
2D memakan banyak waktu dibandingkan dengan animasi 3D.
3. Mengaplikasikan depth dalam animasi 2D cukup sulit.
4. Fondasi yang paling penting dalam menarik perhatian para audience yaitu story dan
disesuaikan dengan target audience.
5. Untuk menyampaikan pesan atau emosi yang ingin disampaikan kepada audience melalui
animasi yang ditayangkan, yang paling penting yaitu timing.
6. Untuk membuat suatu karakter yang menarik untuk mendukung cerita, harus disesuaikan
dengan target audience. Karakter loveable sesuai dengan target audience yang sudah di
tentukan.
Ringkasan Cerita
Premis: Dua ekor anjing yang menjalani kehidupan sehari-hari, tetapi suatu hari mereka
ditangkap.
Sepasang sahabat bernama Kuu dan Ket selalu bermain bersama sambil mencari bahan
makanan untuk bertahan hidup. Dimulai dari memetik buah dari pohon yang tinggi dan juga
memancing. Pada akhir hari, dengan riang mereka membawa hasil tangkapan mereka menuju
tenda mereka. Dalam tengah perjalanan, mereka melewati gua yang terlihat misterius. Dengan
rasa penasaran, mereka menghampiri gua ini . Isi gua ini terbuat dari Kristal-kristal gula
(Rock Candy) warna-warni. Kuu dan Ket yang sedang berdiri di mulut gua, hendak memasuki
gua ini , tetapi tiba-tiba seseorang memukul kepala mereka dari belakang.
Hilang kesadaran, Kuu dan Ket diseret dan diletakkan bersampingan. Sebuah api membara
dari bawah Kuu dan Ket, api ini membakar Kuu dan Ket yang sedang hilang kesadaran.
Faktanya, Kuu dan Ket sudah di produksi dan daging mereka sedang dibakar diatas panggangan,
dijadikan satu untuk disajikan kepada konsumen pada suatu warung yang menyediakan masakan
daging anjing anjing .
Perancangan Judul
Perancangan judul menggunakan kata cooked dan disedernakan menjadi “kuuket”. Judul “Kuu
Ket” juga perpaduan dari kedua nama karakter utama, yaitu Kuu dan Ket. Menggunakan font
“Gogono Cocoa Mochi”, font ini memiliki bentuk yang cartoonish. Kemudian penulis
melakukan modifikasi dekorasi pada font ini , yaitu menambahkan garis-garis putus
menyerupai jahitan, disini penulis ingin menggambarkan dua karakter utama yang di
simbolisasikan jahitan dan dua warna yang berbeda. Penulis menambahkan efek drop shadow
untuk memberikan dimensi pada judul.
Kuu yaitu seekor anjing yang baik dan pendiam. Sebelum Kuu bertemu dengan sahabatnya, Ket.
Kuu selalu sendirian, karena Kuu tidak mahir dalam mencari keasikan dengan sendirinya. Ketika
Kuu bertemu dengan Ket, Kuu memiliki peran seperti seorang ibu kapada Ket.
Secara visual, Kuu memiliki bentuk dasar kotak. Bentuk dasar kotak untuk
menggambarkan sifat Kuu yang serius. Kuu juga memiliki warna dasar biru, untuk
menggambarkan sifat Kuu yang tenang.
Ket yaitu anjing yang sangat aktif dan selalu semangat dalam menjalan aktivitas sehari-hari.
Karena kesemangatannya, Ket selalu terjatuh atau terluka, berkat fisik Ket, yaitu bulu tubuhnya
yang tebal, Ket terlindungi dari cedera yang serius. Sebelum Ket bertemu dengan sahabatnya,
Kuu. Ket selalu sendirian dan cepat merasa bosan karena tidak ada teman yang bisa diajak untuk
bermain bersama.
Secara visual, Ket memiliki bentuk dasar bulat. Bentuk dasar bulat untuk menggambar
sifat Ket yang bersahabat. Ket juga memiliki warna dasar kuning, dengan tujuan menggambarkan
sifat Ket yang ceria.
Buto yaitu pemilik Warung guguk nikmat. Warung guguk nikmat menyediakan masakan dengan
daging anjing anjing . Sebagai pemilik Warung guguk nikat, tentu Buto menjalankan perannya dengan
serius. Buto menyiapkan segala jenis bahan masakan yang dibutuhkan dan juga memasaknya dan
disajikan kepada konsumen.
Buto memiliki peran antagonis, yang dalam arti melawan karakter utama dalam animasi
pendek ini. Melalui perspektif karakter utama, Buto yaitu karakter jahat, karena Buto
menangkap dan memproduksi karakter utama menjadi makanan yang siap disantap.
Karena peran Buto sebagai antagonis, Buto memiliki proposi tubuh yang mengitimidasi.
Tubuhnya yang terlihat bongsor dan tanganya yang besar. Wajah Buto juga memiliki bentuk dasar
segitiga, untuk menggambarkan perannya yang jahat.
Dunia visual environment dalam anaimasi pendek ini terbagi menajdi 2, yaitu dunia dari
perspektif karakter utama (dunia fantasi) dan dunia dari sudut pandang antagonis (dunia nyata).
Dalam dunia fantasi, environment terbuat dari berbagai jenis permen-permen dan kudapan
manisan lainnya, sedangkan dalam dunia nyata, berlokasi di “Warung Guguk Nikmat” milik sang
antagonis.
Terinspirasi dari banyaknya kasus perdagangan dan konsumsi daging anjing anjing di negara kita , penulis
ingin menyebarkan kejadian ini kepada warga sekitar dengan format animasi pendek.
Untuk melakukan perdagangan dan konsumsi daging anjing anjing sendiri yaitu suatu pelanggaran di
negara kita , sudah terdapat peraturan-peraturan yang menuliskan tentang perdagangan dan
konsumsi daging anjing anjing . Namun, masih banyak rakyat negara kita yang masih menangkap anjing
secara paksa dan memperdagangkan serta mengkonsumsi daging anjing anjing secara illegal. Proses
perdagangan daging anjing anjing sendiri terjadi banyak kekejian di dalamnya, selain kekejian ini
untuk mengkonsumsi daging anjing anjing juga memiliki risiko buruk terhadap kesehatan konsumen.
Mengonsumsi daging anjing anjing dapat menyebabkan terinfeksi penyakit rabies dan zoonosis lainnya.
Penulis melakukan wawancara kepada ketua dari Animal Defenders negara kita , Doni
Herdaru Tona. Hasil dari wawancara ini penulis gunakan sebagai dasar pembuatan cerita
animasi pendek. Penulis juga melakukan wawancara kepada Fierrany Halita, hasil wawancara
ini akan digunakan sebagai basis pembuatan visual animasi pendek dan juga menarik
perhatian target audisi. Untuk mendalami topik perdagangan daging anjing anjing , penulis juga mencari
data lainnya dari buku, jurnal, artikel, dan lainnya. Dari data didapatkan, penulis dapat merancang
cerita dan desain visual untuk animasi pendek “Kuu Ket”.
Eksplorasi Perdagangan Daging Anjing sebagai Pendukung Perancangan Film Animasi Pendek
Mathilda Eleonora, Frans Santoso
Pandemi Covid-19 telah menelan korban secara global.
Tidak hanya berdampak terhadap kesehatan di seluruh
dunia tetapi juga dari segi ekonomi banyak yang kehilangan
pekerjaan sehingga jutaan nyawa orang terancam.
Sebagaimana saat ini dunia sedang bergumul dengan
penyakit, penting juga untuk mempertimbangkan dan
memahami bagaimana hal itu semua terjadi awalnya
sehingga tindakan dapat diambil untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya pandemi yang lain di kemudian hari.
Covid-19 diyakini berasal dari pasar hewan hidup di
Wuhan, Cina, yang berasal dari penularan patogen
zoonotik. Banyak ahli patologi dan ahli virus telah
memperingatkan kepada pihak yang berwenang
sebelumnya tentang bahaya kesehatan masyarakat oleh
kondisi ini.
Sedangkan pandemi COVID-19 tentunya bukan yang
pertama kali menular penyakit telah dikaitkan dengan
aktivitas manusia yang membawa hewan dari berbagai
spesies dan sumber menjadi dekat satu sama lain dan
dengan manusia, tapi skala dan kehancuran pandemi ini
belum pernah terjadi. Hal ini menimbulkan pertanyaan
mengapa tidak ada tindakan yang diambil untuk mengatasi
resiko dari perdagangan hewan ini ketika faktor resiko
zoonosis diketahui sangat tinggi.
Sementara perhatian masyarakat dan pemerintah baru-
baru ini fokus pada perdagangan satwa liar, sedangkan
resiko dari perdagangan daging anjing dan kucing (DCMT)
yang ilegal tidak diatur dan terus diabaikan. Dari berbagai
bukti yang kami dapatkan hal itu tidak hanya semakin
konroversial, tetapi juga menimbulkan ancaman yang
sangat nyata bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia
dan hewan. Perdagangan ini melibatkan hingga 30 juta
anjing dan kucing di seluruh Asia, yang sebagian besar
adalah hewan liar yang diambil dari jalanan dan hewan
peliharaan yang dicuri. Hewan-hewan ini kemudian
dibawan ke pasar untuk disembelih bersama spesies
satwa liar. Di pasar yang umumnya beroperasi ilegal,
melanggar hukum dan peraturan yang ada terkait dengan
pengendalian penyakit menular, sanitasi, lalu lintas
perbatasan, pencurian dan kesejahteraan hewan
Skala sebenarnya dari resiko perdagangan daging anjing
dan kucing terhadap kesehatan masyarakat dan hewan
sulit diukur mengingat sifat operasi perdagangan,
ketergantungan pada pasok hewan dengan status
kesehatan dan asal yang tidak diketahui, serta operasi
ilegal. Namun ada banyak bukti bahwa perdagangan
tersebut menimbulkan resiko yang signifikan terhadap
kesehatan global selain resiko zoonosis yang terkenal dari
perdagangan yang telah terlihat langsung, seperti rabies
dan antraks. Jelas bahwa anjing dan kucing yang
diperdagangkan berfungsi sebagai reservoir yang
signifikan bagi kemunculan dan penyebaran patogen
zoonosis, termasuk virus karena caranya diperlakukan.
Meskipun ada peringatan dari ahli terkemuka dalam
kesehatan manusia dan hewan, antar pemerintah,
organisasi, ahli epidemiologi, mayoritas perdagangan
hewan dan pasar di seluruh Asia terus beroperasi tanpa
tertandingi, menyediakan lingkungan yang hampir identik
hingga virus yang diduga memunculkan Covid-19 dan
berpotensi membuat jutaan orang setiap hari terpapar
berbagai penyakit zoonosis.
Perdangan hewan yang mempengaruhi kesehatan,
kesejahteraan dan stabilitas nasional dan internasional
tidak dapat lagi diabaikan atau dipertahankan sebagai
pilihan atau budaya pribadi. Sekarang adalah waktu krisis
bagi semua negara di seluruh dunia memperkenalkan dan
menerapkan kebijakan yang melarang pembiakan,
penangkapan, penjualan, dan penyembelihan anjing dan
kucing, untuk mengurangi risiko pandemi di masa depan
dan untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan manusia
dan hewan.
Dampak COVID-19 dalam hal hilangnya nyawa manusia,
kesehatan fisik dan mental, ekonomi global, mata
pencaharian, kualitas kehidupan publik, dan hubungan
diplomatik sangat memprihatinkan. Pada saat penulisan,
COVID-19 telah mengakibatkan lebih dari 107.000.000
terinfeksi dan 2.362.000 kematian di 192 negara/wilayah
(11 Februari 2021)1. Perkiraan biaya pandemi COVID-19
yang dihitung bervariasi, dengan Dana Moneter
Internasional mempirkirakan kerugian terhadap ekonomi
global antara US$12 triliun selama 2020-2021 hingga $28
triliun selama 2020-20252, 3. Jelas bahwa biaya sebenarnya
untuk memerangi pandemi global jauh melebihi biaya
pencegahannya.
Ketika penyakit zoonosis menyebar dari hewan ke manusia,
aktifitas manusia sering menjadi penyebabnya. Pandemi
COVID-19 tentunya bukan pertama kalinya penyakit
menular dikaitkan aktifitas manusia. Contohnya, antara
tahun 2002-2003, ada Severe Acute Respitory Syndrome
(SARS) yang mengakibatkan lebih dari 8000 kasus pada
manusia di 29 negara dan mengakibatkan 774 kematian4.
Penyakit zoonosis dan patogen lainnya seperti Ebola,
MERS, HIV, Tuberkolosis sapi, rabies, Leptospirosis5 juga
telah dikaitkan dengan penularan dari hewan-hewan.
Meskipun bukti – bukti semakin meningkat di seluruh
dunia pada beberapa dekade terakhir tentang risiko yang
ditimbulkan oleh kebijakan produksi dan perdagangan
hewan saat ini terhadap kesehatan dan keselamatan
masyarakat, hingga saat ini, hanya sedikit perubahan
permanen dan global yang telah dilakukan untuk
meminimalkan risiko ini. Mengingat bahwa manajemen
dan perawatan hewan telah gagal untuk ditingkatkan,
jumlah wabah penyakit menular yang muncul meningkat
lebih dari tiga kali lipat setiap dekade sejak tahun 1980-an.
Akun asal zoonosis menyumbang sekitar 60% dari semua
penyakit menular dan 75% penyakit menular yang muncul
pada manusia, menunjukkan peningkatan terjadinya
penularan dari hewan – hewan5. Zoonosis bertanggung
jawab atas dua miliar kasus penyakit yang terjadi pada
manusia dan dua juta kematian manusia setiap tahun6.
dari penyakit menular yang muncul
Meskipun terjadi perdebatan tentang sumber pasti dan jalur
infeksinya, COVID-19 tampaknya berasal dari 'pasar hewan
hidup' di Wuhan, China, pada akhir 2019 yang di akibatkan
oleh penularan zoonosis dari inang asli satwa liar,
kemungkinan melalui perantara inang hewan, setelah
kontak dekat dengan manusia7. Beragam spesies hewan
yang berbeda untuk dijual di Pasar Makanan Laut Huanan di
Wuhan telah didokumentasikan secara luas.
Pasar hewan hidup adalah tempat di mana daging segar,
ikan, hasil bumi, dan barang-barang yang mudah rusak
dijual; dan di banyak bagian di Asia, berbagai spesies hewan
hidup, termasuk anjing dan kucing, mereka juga dijual dan
dipotong berdekatan satu sama lain dan berdekatan dengan
manusia pula. Di banyak bagian di wilayah ini, daging segar
lebih disukai daripada daging beku, hal ini mendorong pasar
hewan hidup terletak di kota-kota yang padat penduduk8.
Pasar hewan hidup yang ditemukan di seluruh wilayah
menjual berbagai spesies berbeda untuk disembelih, sering
diperdagangkan melintasi perbatasan provinsi dan
internasional dan diimpor ke kota-kota padat penduduk, di
bawah kondisi yang sangat menegangkan dan brutal serta
dalam kurungan yang tertutup. Sementara perhatian
internasional difokuskan pada perdagangan dan penjualan
spesies satwa liar, namun jutaan anjing dan kucing juga
diperdagangkan dan dibunuh di pasar-pasar ini, bersama
dengan satwa liar. Hewan-hewan ini adalah hewan
peliharaan yang dicuri atau hewan liar yang ditangkap dari
jalanan, dengan hingga 30 juta anjing dan kucing disembelih
setiap tahun di Asia saja untuk perdagangan daging. Selain
masalah kesejahteraan hewan yang jelas, mengingat kondisi
tidak higienis di mana hewan diangkut, dikurung dan
disembelih serta kurangnya penegakan peraturan kesehatan
dan keselamatan, tidak mungkin untuk memastikan bahwa
daging yang dijual di pasar ini aman untuk konsumsi
manusia. Oleh karena itu, hanya masalah waktu saja
sebelum penyakit zoonosis mematikan berikutnya muncul.
Penerimaan secara luas tentang kondisi pasar hewan hidup
yang menyediakan lingkungan sempurna untuk rekombinasi
virus, dari mana patogen mematikan, termasuk virus dapat
muncul dan menyebar ke hewan lain dan manusia; dan
banyak ahli patologi dan ahli virus telah memperingatkan
pihak berwenang tentang bahaya kesehatan masyarakat
yang diwakili oleh kondisi ini9. Beberapa kondisi yang
didokumentasikan di atas juga berlaku untuk perusahaan
perdagangan daging anjing dan kucing yang berada di luar
pasar hidup.
Apakah yang membuat pasar ini sangat berbahaya bagi
kesehatan masyarakat bukan dikarenakan kondisi yang
tidak sehat dan tidak higienis atau keanekaragaman
spesies hewan yang dijual yang berasal dari berbagai
sumber, tetapi juga cara beberapa hewan yang disimpan
untuk dipamerkan, untuk disembelih dan dibantai ditempat
atas permintaan pelanggan. Hewan yang dikurung sering
kali dijejalkan ke dalam ruang sempit, ditumpuk keatas
satu sama lain, dengan kandang ditingkat terendah terus-
menerus yang terkontaminasi oleh kotoran dan darah
hewan yang dikurung di atasnya9. Hewan liar juga dijual
bersamaan dengan spesies peliharaan, termasuk anjing
dan kucing, dan pencampuran reguler dari keragaman
patogen menjadi tinggi, dari spesies liar dan domestik,
yang imunokompromaisnya berasal dari stres luar biasa
yang dialami bahkan sebelum tiba di pasar, membuat
kondisi yang sempurna untuk munculnya patogen baru
yang dapat menginfeksi pada manusia. Anjing dan kucing
yang digunakan untuk diambil dagingnya hampir selalu
dijual di pasar hewan hidup atau dalam fasilitas yang
memenuhi semua kondisi berbahaya yang ditimbulkan
oleh pasar hewan hidup.
Para vendor, pelanggan, dan konsumen dapat terpapar
melalui darah, jaringan, dan cairan tubuh yang
memfasilitasi penularan patogen terhadap manusia, baik
melalui luka, kontaminasi silang makanan, atau melalui
aerosol9. Pada gilirannya, tingginya tingkat interaksi antara
manusia dan hewan didalam dan diluar pasar ini semakin
meningkatkan potensi penularan patogen baru begitu
mereka muncul.
Selain dari kenyataan permasalahan
kesejahteraan hewan yang jelas,
mengingat kondisi pengangkutan
hewan tidak higenis, dikurung dan
disembelih, dan kurangnya
penegakan peraturan kesehatan dan
keselamatan, hal ini tidak mungkin
untuk memastikan bahwa daging
yang dijual di pasar aman untuk
dikonsumsi oleh manusia.
Oleh karena itu, hanya masalah
waktu sebelum penyakit zoonosis
mematikan berikutnya akan muncul.
Pasar dan perdagangan hewan hidup menyediakan kondisi yang optimal untuk
kemunculan patogen yang mematikan dan menularkan kepada manusia
Sumber berbeda
Spesies hewan (termasuk anjing
dan kucing) yang diangkut ke
pasar hewan hidup dapat
berasal / sumber yang berbeda.
Beragam
spesies hewan
Banyak spesies hewan yang
berbeda yang diangkut ke
pasar hewan hidup.
Perdagangan dan
transportasi
Hewan diangkut ke pasar hewan
hidup, seringkali di pusat kota,
dalam kandang yang padat.
Pasar hewan hidup
Praktik yang tidak bersih dan
kondisi stres menyebabkan
jutaan ekskresi patogen.
Hal ini membuat lingkungan
yang sempurna untuk
modifikasi genetik dan
munculnya virus baru.
Kemunculan
dan penularan
virus baru
Virus mematikan mampu untuk
'melompat' dari hewan ke
manusia. Setelah ini terjadi,
banyaknya orang yang masuk
dan keluar pasar dan tempat
penjualan lainnya membuat
situasi yang sempurna untuk
ditularkan ke manusia lainnya.
1.2 Seruan global untuk perubahan
Pandemi COVID-19 telah menyoroti kebutuhan mendesak
banyak negara di seluruh dunia untuk meninjau dan
mempertimbangkan kembali kebijakan yang ada terkait
dengan produksi, transportasi, penjualan, dan
penyembelihan semua spesies hewan yang ditujukan
untuk dikonsumsi oleh manusia. Di seluruh dunia, negara-
negara bersatu dalam tanggapan kolektif terhadap
pandemi COVID-19 yang mematikan, termasuk seruan
dari banyak pihak untuk menutup perdagangan dan pasar
paling berbahaya yang terkait dengan penularan penyakit
dan munculnya penyakit baru. Namun, meskipun ada
peringatan dari pakar kesehatan manusia dan hewan
terkemuka, organisasi antarpemerintah dan ahli
epidemiologi, perdagangan dan pasar hewan yang tidak
diatur di seluruh Asia terus beroperasi sebagian besar
menjadi tidak tertandingi, menampilkan lingkungan yang
hampir identik dengan tempat asal COVID-19, dan
berpotensi mengekspos ratusan ribuan orang setiap hari
untuk berbagai penyakit zoonosis.
Setiap tahun, diperkirakan 30 juta anjing dan kucing
diperjualbelikan untuk perdagangan daging di Asia,
terutama di Cina, Vietnam, Indonesia, Kamboja, Laos, dan
Korea Selatan. Dengan pengecualian di Korea Selatan,
mayoritas anjing digunakan untuk permintaan kebutuhan
pertanian, kebanyakan beberapa negara mengambil anjing
dari jalanan atau mencuri hewan peliharaan untuk
memenuhi permintaan.
Ada kekhawatiran yang berkembang mengenai risiko
perdagangan terhadap kesehatan manusia dan hewan.
Perdagangan daging anjing dan kucing hampir universal
beroperasi secara ilegal atau melanggar hukum dan
peraturan yang ada berkaitan dengan pengendalian
penyakit, kesehatan dan kebersihan, serta perlindungan
hewan dan hukum pidana.
Mengingat bahwa perdagangan mengandalkan pada
pemotongan anjing dan kucing tanpa diketahui status
kesehatan dan dari mana asalnya, hal ini sangat mustahil
untuk memastikan bahwa daging tersebut aman untuk
dikonsumsi oleh manusia. Hewan yang diperdagangkan
sering kali menunjukkan tanda-tanda penyakit klinis atau
sedang dalam masa inkubasi. Beberapa hewan bahkan
diracuni sebelum dikonsumsi, karena penggunaan zat
yang sangat beracun, termasuk strychnine, potassium
cyanide, dan succinylcholine, diketahui dapat digunakan
untuk menangkap anjing dan kucing. Hewan-hewan ini
kemudian diperdagangkan dan disembelih di pasar yang
sama dengan pasar yang diyakini tempat sumber dari
COVID-19 berasal, yang sangat berimbas pada kesehatan
manusia secara global.
Risiko sebenarnya bagi kesehatan masyarakat dan hewan
sulit bahkan tidak mungkin dapat diukur, mengingat sifat
perdagangan yang tidak diatur dan sifatnya tidak
terdokumentasi, ketergantungan pada pasokan hewan
dengan status kesehatan dan asal usul yang tidak
diketahui, serta operasi ilegal. Anjing dan kucing dalam
perdagangan berfungsi sebagai reservoir yang signifikan
untuk penyakit zoonosis yang dapat ditularkan ke manusia
melalui air liur atau aerosol yang terinfeksi, urin atau
feses yang terkontaminasi dan kontak langsung10. Bukti
dari seluruh Asia selama beberapa dekade tentang peran
perdagangan daging anjing dalam penularan penyakit
yang dapat dilaporkan, termasuk kolera dan rabies.
Pengetahuan yang berkembang tentang penularan
penyakit dan kemunculannya menunjukkan bahwa ada
umum risiko kematian terjadi di semua tahap perdagangan
daging anjing dan kucing - mulai dari pengadaan hingga
pengangkutan, penjualan, penyembelihan, pemotongan,
dan konsumsi. Kurangnya penerapan hingga prinsip-
prinsip dasar kesejahteraan hewan dapat menimbulkan
stres berat dan penderitaan yang luar biasa, yang
2. Perdagangan daging anjing dan kucing merupakan
resiko kesehatan bagi masyarakat yang terabaikan
berkontribusi pada penekanan kekebalan dan pemulihan
beragam infeksi bakteri, virus dan parasit. Kegiatan
tertentu dalam perdagangan memiliki potensi
menimbulkan stres tingkat tinggi, memfasilitasi dalam
penularan penyakit, dan memperburuk penyebaran
penyakit, termasuk dalam berikut ini:
- Pengumpulan dan pengangkutan hewan: Jutaan
anjing dan kucing dengan penyakit yang tidak
diketahui dan status vaksinasi dijadikan satu secara
brutal dari jalan atau dicuri yang diambil dari berbagai
wilayah atau provinsi dalam suatu negara (terkadang
juga secara internasional), dijejalkan ke dalam
kandang kecil di atas truk dan diangkut dengan jarak
yang jauh ke area penampungan yang padat atau
langsung ke pasar dan rumah jagal yang tidak higienis.
- Diberi Makan paksa: Dalam upaya meningkatkan
berat badan anjing dan harga pasar, pedagang sering
kali memasukkan pipa ke dalam perut anjing dengan
paksa dan memompa air untuk menambah berat badan
anjing. Air yang digunakan biasanya air limbah tercemar
dan berbau busuk. Proses ini tidak hanya menyebabkan
stres dan rasa sakit luar biasa pada hewan, juga
menyebabkan kematian pada beberapa anjing selama
proses tersebut, dan juga berpotensi menularkan
patogen yang terbawa air seperti kolera, yang terkait
erat dengan praktik perdagangan daging anjing.
- Holding: Anjing dan kucing yang ditangkap disimpan
dengan berdesakan, di fasilitas yang tidak higienis,
seringkali selama berhari-hari atau berminggu-
minggu, menunggu transportasi atau pembantaian
selanjutnya. Dari sudut pandang penularan penyakit,
tempat tersebut meningkatkan paparan terhadap
patogen dan kerentanan infeksi, sehingga
memperbesar potensi penularan penyakit. Tingkat
kontak patogen yang tinggi disebabkan oleh kepadatan
yang berlebihan dibuktikan dengan kontribusi patogen
pada pernapasan anjing seperti yang terlibat secara
kompleks pada penyakit pernapasan menular pada
anjing (CIRDC), yang mencakup berbagai patogen
bakteri virus mulai dari parainfluenza hingga Bordetella
bronchiseptica dan flu anjing (H3N8 dan H3N2)11.
- Penjualan dan penyembelihan: Di pasar dan rumah
jagal, anjing dan kucing dikurung dengan atau di
samping sejenis atau spesies lain; disimpan berdekatan
dengan orang; mengalami penanganan yang kasar;
dan diberi makanan atau air yang tidak memadai atau
tidak ada sama sekali. Penyembelihan dan pemotongan
dilakukan di lantai dan permukaan terkontaminasi
limbah organik, dikelilingi oleh hewan hidup yang
disembelih dari spesies yang sama atau berbeda dari
berbagai sumber asal yang tidak diketahui.
Tingkatan stres yang sangat besar pada hewan yang
mengalami gangguan kekebalan, dan hal ini, ditambah
dengan kondisi yang tidak higienis, dapat meningkatkan
kerentanan pada hewan terhadap infeksi patogen dan
kemungkinan mereka akan menyebarkan patogen. Hal ini
dapat menekankan meningkatnya risiko penularan
terhadap hewan dan manusia lain12, menyediakan ruang
berkembang biak yang sempurna untuk bencana
kesehatan masyarakat yang serius berikutnya.
Selain itu, ada banyak peluang untuk terpapar penyakit
secara langsung bagi pedagang yang bekerja di pasar, dan
mereka yang berkunjung, termasuk wisatawan. Pasar
hewan hidup secara khusus berpotensi memaparkan
ratusan ribu orang setiap hari ke berbagai penyakit
zoonosis, terutama mengingat kondisi yang tidak higienis,
penuh sesak, dan penuh tekanan pada hewan-hewan yang
dipelihara dan disembelih. Situasi dimana paparan
penyakit yang dapat terjadi antara lain:
- Seorang pedagang yang menangani atau menjagal
anjing dan kucing: mengingat kondisi anjing dan
kucing yang sangat stres dan menanganinya dengan
kasar dilakukan oleh pedagang dan tukang daging,
risiko tinggi untuk menggigit dan mencakar serta
kontak dengan air liur dan cairan tubuh lainnya di
penanganan dan penyembelihan hewan tersebut.
Proses pembantaian seringkali brutal, dengan banyak
percikan darah dan bahan organik. Jarang sekali, jika
pernah, tukang daging mengenakan pakaian atau
peralatan pelindung diri apa pun atau mengikuti
pedoman atau peraturan kesehatan dan keselamatan.
- Seorang konsumen yang memakan daging anjing
atau kucing yang terkontaminasi silang.
- Pengunjung yang menghirup tetesan darah atau air
liur mikroskopis dari hewan yang terluka atau
disembelih.
- Turis yang digigit atau dicakar oleh anjing atau
kucing yang dikurung di pasar yang sedang
menunggu penyembelihan.
2.1 Penyebaran rabies dan perdagangan
daging anjing
Walaupun pemberantasan rabies telah ditandai sebagai
prioritas kesehatan global oleh Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO), dan meskipun protokol pemberantasannya
terdokumentasi dengan baik dan program berhasil
dilaksanakan di negara-negara seluruh dunia, setiap
tahun sekitar 59.000 orang masih meninggal dikarenakan
oleh rabies – 45% di Asia – dengan perkiraan biaya global
sebesar US$ 8,6 miliar per tahun13.
Penyebaran virus rabies lintas provinsi dan lintas negara
dipercaya sebagai salah satu aspek yang bertanggung
jawab memperburuk epizootik rabies anjing di Indonesia14
dan Cina15, dan WHO telah secara eksplisit menyoroti
perdagangan anjing untuk dikonsumsi oleh manusia
sebagai faktor penyebab penyebaran dari rabies16. Dengan
pengetahuan yang luas tentang virus rabies, tidak
mengherankan bahwa perdagangan daging anjing hanya
diperdagangkan di Asia yang mendorong pergerakan
massal jutaan anjing yang tidak diketahui penyakit dan
vaksinasinya melintasi perbatasan provinsi bahkan
internasional pada setiap tahunnya. Gerakan perpindahan
massal ini dan gangguan populasi tersebut melanggar
rekomendasi dari semua pakar kesehatan manusia dan
hewan terkemuka tentang pedoman pengendalian dan
eliminasi rabies – termasuk WHO, Organisasi Kesehatan
Pan Amerika (PAHO), Organisasi Pangan dan Pertanian
Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) dan Organisasi
Kesehatan Hewan Dunia (OIE) – menetapkan vaksinasi
anjing massal dan membatasi perpindahan anjing sebagai
persyaratan minimum untuk perlunya menciptakan
kekebalan kawanan anjing yang diperlukan dan membatasi
risiko masuknya infeksi baru.
Apa itu imunitas pada kawanan?
'Imunitas kawanan', juga dikenal sebagai
'imunitas populasi', mengacu pada perlindungan
tidak langsung diberikan oleh populasi manusia
atau hewan ketika proporsi tertentu imun
terhadap penyakit, baik melalui vaksinasi atau
infeksi sebelumnya. Ambang batas tingkat
populasi dihitung di mana imunitas kawanan
dapat tercapai – yang berarti individu, seperti
anjing, yang tidak imun terhadap penyakit
tertentu dilindungi karena imun individu lain
bertindak sebagai penyangga antara mereka dan
individu yang sedang terinfeksi17.
Setelah imunitas kawanan terbentuk dan
digabungkan dengan upaya lain untuk mencegah
penyebaran penyakit, hal ini dapat mengarah
pada hilangnya penyakit – salah satu contohnya
adalah cacar.
Ambang batas umum vaksinasi yang diterima
pada anjing untuk imunitas kawanan rabies – yang
diperlukan untuk memberantas penyakit – adalah
70%18. Namun karena Perdagangan Daging
Anjing menghilangkan sejumlah besar anjing
(termasuk anjing yang divaksinasi) dari populasi,
hal ini mengakibatkan imunitas mencapai 70%
menjadi, bahkan tidak mungkin terjadi.
Perdagangan Daging Anjing merusak upaya
suatu negara untuk memberantas rabies pada
anjing melalui program vaksinasi.
Selain itu, terdapat bukti yang terdokumentasi dengan baik
tentang anjing positif rabies yang diperdagangkan dan
disembelih untuk dikonsumsi oleh manusia di pasar umum,
rumah jagal, dan bahkan restoran di Cina19, 15, Vietnam20 dan
Indonesia21, hingga 20%22 anjing yang dites positif mengidap
penyakit rabies. Dalam banyak kasus tersebut, anjing
dilaporkan tidak menunjukkan gejala rabies.
Dalam pembicaraan pribadi dengan koalisi Dog Meat Free
Indonesia, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
(CDC) Amerika Serikat menjelaskan, “Ada laporan bahwa
pasar daging anjing memiliki tingkat rabies yang lebih tinggi
daripada populasi anjing pada umumnya, karena orang sering
menjual anjing yang terlihat sakit ke pasar; beberapa dari
anjing yang sakit ini mengidap rabies. Beberapa laporan
menemukan bahwa sebanyak 5% anjing yang memasuki
pasar daging anjing mengalami rabies di negara-negara
endemik, merupakan risiko yang sangat tinggi mengingat
penyakit ini hampir 100% berakibat fatal. Selain itu, setidaknya
ada tiga laporan yang diterbitkan tentang manusia yang
tertular rabies dari aktivitas yang terkait dengan pasar daging
anjing, yang menekankan bahwa risikonya sangatlah nyata.”
Terdapat risiko yang signifikan terpapar rabies bagi
pedagang, penyembelihan/penjagal dan konsumen,
misalnya:
- Pedagang yang menangani anjing terinfeksi terkena
gigitan, cakaran, dll.
- Penyembelihan dan pemotongan (yang menangani
bangkai hewan yang terinfeksi) dapat menyebabkan
penularan rabies. Dua survei pada orang yang
bekerja di rumah jagal anjing di Nigeria masing-
masing melaporkan 18/19 dan 8/12 digigit selama
menangani pekerjaan mereka23, 24. Mempertim-
bangkan kesamaan dalam praktik di DCMT antara
Nigeria dan Asia, angka yang sama mungkin terjadi
di Asia. Penularan rabies melalui kontak dengan
daging hewan yang terinfeksi telah disorot oleh
beberapa penelitian22, 25, dan pembantaian spesies
reservoir rabies yang tidak divaksinasi (termasuk
anjing) di daerah endemik perlu benar – benar
dipertimbangkan sebagai keterpapparan kategori III
(parah), yang membutuhkan profilaksis22.
- Mengkonsumsi anjing dan kucing yang terinfeksi
rabies. WHO dan USCDC tidak menyarankan
mengkonsumsi daging dari hewan yang dicurigai
terjangkit rabies. Terdapat pula laporan sejarah dari
Cina26, Vietnam20,27, dan Filipina28 dengan pasien yang
memiliki tanda-tanda terjangkit infeksi rabies
dengan memiliki riwayat menyiapkan dan
mengonsumsi anjing dan kucing yang mungkin telah
terinfeksi.
- Orang-orang, termasuk turis, mengunjungi pasar
yang menjual hewan yang terinfeksi rabies dapat
berhubungan dengan virus tanpa disadari.
Studi kasus : Vietnam
Pada tahun 2009, Wertheim et al. menerbitkan studi
kasus dari 2 pria yang meninggal karena rabies
meskipun tidak ada pasien yang mungkin menjadi
sumber infeksi22. Kedua kasus dibagikan kesamaan
termasuk, pembunuhan, penyembelihan, persiapan
dan makan daging anjing dan kucing.
Pasien 1 memotong dan mengonsumsi daging anjing
lalu terkena kecelakaan lalu lintas.
Pasien 2 memotong dan mengonsumsi daging kucing
lalu sakit selama 3 hari.
Ada beberapa kemungkinan terbesar mereka terkena
rabies dan mati, semua karena praktek perdagangan
daging anjing dan kucing. Kedua pasien lalu sakit
dalam waktu inkubasi yang terpapar selama
pemotongan, dan para peneliti proses pengeluaran/
pengangkatan otak anjing dan kucing menghasilkan
virus rabies yang bisa terjadi melalui konjungtiva atau
mukosa mulut. Pasien mungkin saja terinfeksi
melalui luka luar atau lecet setelah bangkai yang
terinfeksi. Infeksi Rabies melalui luka terbuka setelah
penanganan bangkai yang terinfeksi telah dilaporkan
sebelumnya25. Kedua kasus tersebut jelas menun-
jukkan bahwa perdagangan daging anjing dan kucing
bisa sangat fatal terhadap manusia.
2 kasus rabies di Vietnam
Studi kasus: Kamboja
Kerajaan Kamboja adalah tempat perdagangan
daging anjing tidak terkendali dan endemik dari
rabies. Diperkirakan bahwa rabies membunuh 800
orang setiap tahun di Kamboja; namun, hal ini
mungkin menjadi perkiraan yang terlalu rendah.
Sejak tahun 2000, Institut Pasteur di Kamboja, otoritas
terkemuka terkait rabies di negara tersebut, telah
menguji rata-rata 200 anjing yang menggigit setiap
tahunnya. Hampir 50% dari anjing yang diuji diidentifikasi
terinfeksi rabies29. Terlepas dari kenyataan risiko
kesehatan pada masyarakat, perdagangan daging
anjing terus berlanjut tanpa henti di sebagian besar
negara, melibatkan lebih dari 3 juta anjing dalam per
tahunnya, berpotensi mengekspos puluhan ribu orang
termasuk pedagang, penjual grosir, tukang daging, dan
orang lain yang berpotensi terpapar anjing selama
proses berlangsung. Untuk mencapai pemberantasan
rabies dan pengurangan risiko penularan ke manusia,
diperlukan program vaksinasi anjing yang diikuti dengan
larangan perdagangan daging anjing.
Perdagangan daging anjing dan rabies di Kamboja
2.2 Bahaya lain untuk kesehatan masyarakat
dan keamanan konsumen
Mengingat pengolahan daging anjing dan kucing tidak
memiliki aturan, tidak ada pedoman atau praktik resmi
untuk memastikan bahwa daging disiapkan secara aman
dengan higienis atau aman untuk dikonsumsi manusia –
termasuk memastikan tidak terkontaminasi zoonosis
patogen atau racun yang digunakan pedagang untuk
melumpuhkan atau membunuh anjing, termasuk kalium
sianida. Selain itu, fasilitas dalam pemrosesan daging
anjing dan kucing mengundang sejumlah besar lalat,
serangga lain, serta hewan pengerat, dalam mencemari
produk daging dan berpotensi berkontribusi pada
penyebaran penyakit.
Penyakit menular lainnya
Selain rabies, mengonsumsi daging anjing dan kucing juga
dapat mengakibatkan risiko terinfeksi penyakit mematikan
lainnya termasuk E.coli dan Salmonella spp., yang biasa
ditemukan pada daging yang terkontaminasi; dan
perdagangan daging anjing juga berhubungan dengan
penularan sejumlah penyakit penting lainnya, termasuk
antraks, brucellosis, hepatitis, kolera dan trichinellosis.
Kolera
Kolera adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Vibriocholerae dapat menyebar dengan cepat yang
menyebabkan diare berair dalam jumlah banyak, muntah,
atau bahkan gagal ginjal dan kematian akut jika tidak
ditangani. Wabah penyakit dapat berlangsung selama
berbulan-bulan dan menjadi beban masalah kesehatan
masyarakat yang signifikan. Wabah kolera dikaitkan
dengan adanya perdagangan daging anjing di seluruh
Vietnam Utara30, bakteri Kolera ditemukan pada sampel
daging anjing, peralatan di rumah jagal dan restoran, serta
didalam air limbah yang dikeluarkan dari rumah jagal
anjing di Hanoi31.
Pada Juli 2010, 60 restoran daging anjing dan rumah jagal
di sekitar kota Hanoi ditutup di tengah kekhawatiran
terhadap kesehatan manusia – terutama penjualan daging
anjing yang terkontaminasi dengan bakteri vibrio cholerae
– pejabat kesehatan Hanoi menyatakan bahwa dalam tujuh
bulan pertama di tahun 2010, lebih dari 60% kasus kolera
yang dilaporkan di Hanoi (121 dari 200) berkaitan dengan
daging anjing
Dari Oktober 2007 sampai Juni 2009, wabah diare
akut parah menyerang ribuan orang di 22 kota dan
provinsi di seluruh Vietnam Utara. Lebih dari 1.500
kultur positif untuk V cholerae O1 ketika sampel tinja
diuji di Departemen Bakteriologi, Institut Nasional
Higiene dan Epidemiologi (NIHE) di Hanoi. Menurut
sebuah penelitian pengamatan impor anjing sebagai
kemungkinan penyebab vektor Vibrio cholerae O1,
mayoritas pasien mengawali wabah telah
mengonsumsi daging anjing baik di rumah mereka
atau di restoran daging anjing33.
Di Huong Noi Commune (Hanoi), 37 sampel
dikumpulkan dari empat rumah pemotongan hewan
pada 8 Mei 2009, dengan 11 sampel ditemukan positif V.
cholerae O1. Kemudian pada bulan tersebut, 54 sampel
dikumpulkan dari rumah pemotongan anjing di provinsi
Thanh Hoa, dengan 3 sampel dinyatakan positif 33.
Analisis yang dilakukan oleh NIHE tentang gelombang
epidemi kolera antara tahun 2007 dan 2010
mengidentifikasi daging anjing sebagai makanan
yang dicurigai dapat menyebabkan kolera di lebih dari
64% kasus pada tahun 2007 dan lebih dari 83% kasus
pada tahun 2008. Menariknya, para peneliti juga
menyimpulkan bahwa tradisi orang Vietnam tidak
mengkonsumsi daging anjing pada awal bulan lunar,
dikarenakan takhayul, dapat terlihat dari rendahnya
kasus diare akut yang juga terlihat pada dua minggu
pertama kalender lunar. Analisis faktor risiko yang
terkait dengan infeksi 34 menghasilkan peringatan
dari WHO bahwa mengkonsumsi daging anjing, atau
makanan lain dari warung yang menyajikannya,
terkait dengan peningkatan risiko 20 kali lipat
terjangkit infeksi35.
Trichinellosis
Trichinellosis adalah penularan parasit melalui makanan
yang disebabkan oleh mengkonsumsi daging mentah atau
setengah matang mengandung larva infektif dari nematoda
trichinella. Infeksi yang terjadi manusia di tahap dewasa
atau larva trichinella, yang dikenal sebagai trichinellosis,
adalah akibat langsung dari menelan larva trichinella.
Trichinellosis, jika tidak segera diobati, bisa berakibat fatal.
Sumber infeksi yang paling umum pada manusia adalah
babi domestik; namun, trichinellosis juga dapat terjadi
dikarenakan mengkonsumsi daging yang tidak diolah
dengan benar dari yang hewan lain, termasuk anjing.
Daging anjing adalah sumber utama infeksi trichinella
pada manusia di China, dan kemungkinan besar juga
terjadi di negara lain dimana daging anjing biasa
ditemukan. Survei dilakukan di sembilan provinsi atau
Daerah Otonomi China di antara 19.662 sampel anjing.
Prevalensi trichinellosis anjing berkisar dari 7% di Henan
hingga 39,5% di Heilongjiang, dengan prevalensi
keseluruhan 21,1%36. Daging anjing juga menjadi penyebab
trichinellosis pada manusia di Thailand37. Pada sebuah
survei menunjukkan 7 anjing yang terinfeksi dari 421
anjing di salah satu pasar daging anjing38.
Zat beracun
Untuk memudahkan dalam penangkapan anjing, berbagai
racun dan / atau obat penenang terkadang dimasukkan ke
dalam umpan oleh pedagang untuk melumpuhkan atau
membunuh anjing. Tidak ada cara untuk memastikan
bahwa daging dari anjing yang diracuni tidak terkontaminasi
dan aman untuk dikonsumsi oleh manusia. Racun yang
umum digunakan termasuk kalium sianida dan strychnine,
serta pelemas otot, seperti suxamethonium. Racun dan
immobilizer ini tidak hanya sangat kejam bagi hewan yang
menjadi sasaran, tetapi juga dapat menimbulkan risiko
kesehatan bagi pengkonsumsi dagingnya. Misalnya, pada
tahun 2014, 11 orang dijatuhi hukuman penjara di Cina
karena menjual daging dari hampir 1.000 anjing yang
dibunuh dengan racun menggunakan dart yang
mengandung succinylcholine chloride39. Pada Juni 2020,
sepasang suami istri ditangkap di Vietnam Tengah setelah
mencampur makanan dengan sianida untuk membunuh
dan mencuri anjing dan kucing untuk diperdagangkan
Untuk memudahkan penangkapan
anjing, berbagai racun dan / atau
obat penenang terkadang
dimasukkan ke dalam umpan oleh
pedagang untuk melumpuhkan
atau membunuh anjing. Tidak ada
cara untuk memastikan bahwa
daging dari anjing diracun tidak
terkontaminasi dan aman untuk
dikonsumsi manusia.
Sejak munculnya COVID-19, pemerintah nasional dan
masyarakat serta organisasi kesehatan hewan
antarpemerintah dan para ahli telah menyerukan kepada
negara-negara di seluruh dunia untuk meninjau kebijakan
dan mengadopsi langkah-langkah yang ketat dan
mendesak untuk menangani perdagangan dan industri
melibatkan hewan, yang dapat menimbulkan risiko bagi
kesehatan manusia.
Dengan sorotan global pada pasar hewan hidup yang
menjual satwa liar bersama spesies domestik, termasuk
anjing dan kucing untuk diambil dagingnya, komunitas
global dan pemangku kepentingan utama kesehatan
masyarakat telah meminta pemerintah untuk menangani
perdagangan yang tidak diatur pada satwa liar serta
perdagangan daging anjing dan kucing tidak hanya menjadi
alasan kesehatan bagi manusia dan hewan tetapi juga
etika, diakui bahwa anjing dan kucing di seluruh dunia
secara luas dianggap sebagai 'hewan teman' dan bukan
'hewan ternak' atau 'hewan konsumsi’.
Skema progresif dan inovatif serta undang-undang yang
disahkan dengan cepat yang sebelumnya belum pernah
terjadi untuk menangani perdagangan satwa liar. Bahkan
sebelum WHO mengklasifikasikan COVID-19 sebagai
'pandemi global'41, China menanggapi wabah tersebut
dengan larangan inovatif pada perdagangan satwa liar
yang memiliki efek secara langsung, dengan kota-kota
mengadopsi langkah-langkah tambahan yang melarang
mengkonsumsi satwa liar untuk menjaga kesehatan
manusia, termasuk Wuhan dan Beijing, Kota Shenzhen,
misalnya, mengeluarkan undang-undang yang secara
permanen melarang mengkonsumsi, pembiakan, dan
penjualan satwa liar seperti ular, kadal, dan hewan liar
lainnya untuk dikonsumsi oleh manusia, dengan denda
berat hingga 150.000 yuan (> US $ 20.000)42.
Skema pertama nasional dari jenisnya di China sedang
membuat program untuk membantu pedagang satwa liar
beralih ke mata pencaharian alternatif lain, seperti
menanam buah-buahan, sayuran, tanaman teh, dan
Hewan yang disembelih di pasar hewan hidup di Indonesia
Pencampuran hewan hidup dan mati dari berbagai spesies di pasar hewan hidup di Indonesia
herbal43. Perubahan ini terjadi meskipun perdagangan
satwa liar dan industri konsumsi China dihargai 520 miliar
yuan44 (US $ 74 miliar) oleh Akademi Teknik China pada
tahun 2017, dengan menyadari ancaman yang dapat
ditimbulkan oleh industri ini terhadap kesehatan global
pada manusia.
Langkah serupa diambil pada Juli 2020 oleh Vietnam
untuk "mengurangi risiko pandemi baru" melalui publikasi
arahan yang berlaku secara langsung, melarang pasar
satwa liar dan perdagangan satwa liar (termasuk impor
hewan liar hidup dan produk satwa liar); dan memperkuat
penegakan larangan perburuan dan perdagangan hewan
liar secara ilegal, termasuk penjualan online.
Selama bulan-bulan berikutnya, Kementerian Pertanian
China dan dua kota besar China mengadopsi langkah-
langkah ini untuk mengatasi perdagangan daging anjing
dan kucing di tengah meningkatnya kekhawatiran nasional
dan internasional serta penegakkannya. Baik di tingkat
nasional maupun kota, dasar dari reformasi legislatif
adalah bahwa anjing adalah 'hewan teman' bukan 'hewan
ternak', dan menyadari perlunya undang-undang untuk
mencerminkan sentimen dari publik.
Shenzhen, Provinsi Guangdong
Pada 31 Maret 2020, Shenzhen menjadi kota pertama di
daratan China yang secara permanen melarang konsumsi
anjing, kucing, dan satwa liar. Undang-undang keamanan
pangan ('Peraturan Kawasan Ekonomi Khusus Shenzhen
tentang Larangan Komprehensif Konsumsi Alam Liar
Hewan')42 diusulkan pada Februari 2020 oleh Legislator
Shenzhen dan mulai berlaku pada 1 Mei 2020. Undang-
undang melarang konsumsi daging anjing dan kucing
dengan mencantumkan spesies yang diizinkan untuk
dikonsumsi, anjing dan kucing tidak termasuk dalam list
tersebut45. Mulai 1 Mei 2020, perdagangan kucing dan
anjing untuk dikonsumsi oleh manusia telah dilarang di
restoran dan toko di seluruh kota Shenzhen, dan
perdagangan kucing dan anjing hidup untuk dikonsumsi di
pasar juga telah dilarang.
Selama pengumuman terobosan undang-undang tersebut,
juru bicara pemerintah Shenzhen menyatakan: “… anjing
dan kucing sebagai hewan peliharaan telah menjalin
hubungan yang jauh lebih dekat dengan manusia daripada
semua hewan lainnya, dan melarang mengkonsumsi anjing
dan kucing serta hewan peliharaan lainnya adalah hal yang
umum yang dipraktekkan di negara maju dan di HongKong
serta Taiwan. Larangan ini juga menanggapi tuntutan dan
semangat peradaban dari manusia46.”
Legislasi Nasional
Pada 27 Mei 2020, Katalog Nasional Sumber Daya Genetik
Ternak dan Unggas45 telah diperbarui oleh pemerintah
nasional (Kementerian Pertanian). Katalog tersebut
mencakup daftar hewan yang dianggap 'ternak'. Baik
anjing maupun kucing tidak termasuk dalam daftar, dan
untuk pertama kalinya, dokumen tersebut menyertakan
penjelasan untuk tidak mencantumkan anjing, dan secara
resmi mengklasifikasikan ulang mereka sebagai 'hewan
teman': “Dengan kemajuan peradaban manusia dan
perhatian serta preferensi publik untuk perlindungan hewan,
anjing telah berubah dari hewan peliharaan domestik
menjadi hewan teman. Anjing dalam lingkup umum di seluruh
dunia tidak dianggap sebagai hewan ternak dan unggas, dan
China juga tidak boleh mengelola anjing sebagai hewan
ternak dan unggas47.”
Zhuhai, Provinsi Guangdong
Pada tanggal 15 April 2020, mengikuti perilisan
pembaharuan draft Katalog Nasional Sumber Daya
Genetik Ternak dan Unggas45, kota Zhuhai menjadi kota
kedua di daratan China yang secara permanen melarang
untuk mengkonsumsi anjing, kucing, dan satwa liar.
Komite Tetap Kongres Rakyat Kota Zhuhai menyatakan
bahwa pembuat undang-undang harus mematuhi 'daftar
putih' hewan ternak di China untuk dikonsumsi oleh
manusia48, di mana anjing dan kucing tidak termasuk.
Telapak anjing di barbeque di Kamboja
Daging anjing dan kucing untuk diperjualbelikan di pasar Vietnam
Perdagangan daging anjing dan kucing tidak hanya semakin
kontroversial dan mengakibatkan perpecahan, tetapi juga
menimbulkan ancaman yang sangat nyata bagi kesehatan
dan kesejahteraan manusia dan hewan. Selain itu, hal itu
dapat berdampak signifikan secara negatif pada reputasi
internasional suatu negara dengan intoleransi global yang
terus tumbuh dan vokal terhadap kekejaman terhadap
hewan termasuk meningkatnya penentangan lokal terhadap
perdagangan, terutama di kalangan generasi muda.
Sampai saat ini, tidak ada negara yang secara resmi
melegalkan atau mengatur perdagangan anjing dan kucing
untuk dikonsumsi; dan secara jelas bahwa setiap upaya
untuk mengatur perdagangan yang melanggar hukum yang
telah ada (termasuk peraturan kesehatan dan keselamatan),
dan bergantung pada kurangnya penegakan hukum akan
gagal. Tidak ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa
regulasi produksi daging anjing dan kucing akan
menyelesaikan kekejaman sistemik yang terlibat atau
mengurangi semua risiko yang ditimbulkan pada kesehatan
manusia. Selain itu, baik pemerintah atau organisasi antar-
pemerintah tidak menemukan cara yang aman dan
manusiawi dalam memelihara dan menyembelih anjing dan
kucing untuk produksi daging komersial, dan dalam upaya
apa pun untuk melakukannya pasti tidak sejalan dengan yang
lain, di mana anjing dan kucing dianggap sebagai sahabat.
Penelitian dan investigasi dari seluruh Asia menunjukkan
bahwa di mana pun hal tersebut lazim, mengkonsumsi
daging anjing dan kucing sangat kontroversial dan biasanya
hanya dilakukan oleh – pemberi keuntungan finansial
kepada – sebagian kecil populasi, sementara perdagan-
gannya berdampak negatif pada seluruh populasi dalam hal
kesehatan, ekonomi, dan reputasi.
Misalnya, hewan berteman tidak pernah menjadi bagian
dari arus utama kuliner China, dan survei menunjukkan
bahwa daging anjing hanya dimakan – jarang – oleh kurang
dari 20% populasi di China49. Hal ini mencerminkan survei
dan investigasi serupa di Kamboja, di mana diperkirakan
hanya 12% orang Kamboja yang secara teratur
mengonsumsi daging anjing, dan mengkonsumsinya secara
teratur menjadi praktik kontroversial di kalangan
masyarakat Khmer50; dan di Indonesia, yang diperkirakan
oleh koalisi Dog Meat Free Indonesia bahwa kurang dari 7%
populasi mengonsumsi daging anjing. Di Korea Selatan,
konsumsi daging anjing menurun, terutama di kalangan
yang generasi muda, dan kebanyakan orang Korea tidak
memakannya secara teratur. Di Vietnam, sebuah studi riset
pasar menemukan bahwa prevalensi konsumsi daging
anjing sangat bervariasi berdasarkan lokasi. Di Hanoi
misalnya, kota yang terkenal memiliki prevalensi
mengkonsumsi daging anjing yang tinggi, survei
menemukan bahwa hanya 11% orang yang mengkonsumsi
daging anjing secara teratur, dan di Kota Ho Chi Minh
bahkan lebih sedikit, hanya 1,5%. Selain itu, di Kota Ho Chi
Minh, 88%51 dari mereka yang disurvei menjawab bahwa
mereka akan menolak makan daging anjing. Sebuah survei
dilakukan oleh Gallup Korea pada Juni 2018 menunjukkan
bahwa 70% dari orang Korea Selatan mengatakan mereka
tidak akan makan daging anjing di masa depan52. Oleh
karena itu – untuk mengakhiri perdagangan yang akan
berdampak pada kaum minoritas tetapi menguntungkan
populasi mayoritas yang lebih luas.
16 | Perdagangan Daging Anjing dan Kucing: Global Resiko Kesehatan Perdagangan Daging Anjing dan Kucing: Global Resiko Kesehatan | 17
Sebagai pengakuan atas kebutuhan kejelasan hukum,
semakin banyak negara dan wilayah telah mengeluarkan
undang-undang progresif yang secara eksplisit mengakui
anjing dan kucing sebagai 'hewan teman', bukan sebagai
'hewan ternak' atau 'hewan konsumsi', dan menghapusnya
dari daftar 'spesies ternak' dalam pearturan hukum.
Misalnya, Filipina, Taiwan, dan Hong Kong telah
mengeluarkan undang-undang, peraturan, dan tata cara
yang secara eksplisit melarang penyembelihan, penjualan,
dan mengkonsumsi anjing, sejalan dengan sentimen
publik, komitmen untuk melindungi kesejahteraan hewan,
dan sejalan dengan kepiawaan global dalam pengendalian
rabies dan persyaratan penghapusan, dengan mengambil
berbagai pendekatan hukum. Di Taiwan dan Hong Kong,
penyembelihan, penjualan, dan konsumsi kucing juga
dilarang secara eksplisit, sedangkan di Filipina, kucing
tidak terdaftar sebagai spesies yang dapat dikonsumsi,
yang secara efektif juga menghalangi mereka untuk
mengkonsumsi daging kucing.
Di negara lain, seperti India, tidak ada larangan eksplisit
melainkan dianggap ilegal berdasarkan Peraturan Standar
dan Keamanan Pangan (Standar dan Aditif Produk
Makanan)53, yang tidak mengakui anjing sebagai makanan
konsumsi, sebagai Peraturan Nasional Pencegahan
Kekejaman Terhadap Hewan Act54 (1960); dan di Singapura55,
undang-undang perlindungan hewan dan keamanan
pangan melarang penyembelihan dan konsumsi anjing
dan kucing, yang tidak diakui sebagai 'hewan konsumsi'.
Rute hukum untuk mendefinisikan 'hewan konsumsi’-
yang dianggap dapat dikonsumsi oleh manusia – adalah
pendekatan yang juga diadopsi di Thailand dan Indonesia;
dan tercermin dari langkah-langkah yang diambil oleh
China sejak pandemi COVID-19 dalam menuntut
peninjauan kembali kebijakan yang terkait dengan praktik
perdagangan dan konsumsi hewan.
Jutaan anjing dan kucing telah diambil, diperdagangkan,
dan disembelih untuk dikonsumsi setiap tahun di sebagian
besar Asia, dan mengingat ancaman kesehatan masyarakat
yang serius dapat ditimbulkan dari perdagangan ini,
menjadi tanggung jawab pemerintah regional dan nasional
di seluruh dunia untuk melakukan segalanya dengan
kekuatan untuk menghilangkan sumber wabah penyakit
ini. Kebijakan dan praktik apa pun yang menopang
perdagangan daging anjing dan kucing tidak hanya untuk
melarang upaya apa pun memberantas rabies – mengingat
perdagangan daging anjing dan kucing dan program
eliminasi rabies tidak sesuai – tetapi juga membawa risiko
kesehatan masyarakat yang besar dan tidak dapat diprediksi
dapat menyebabkan wabah dan pandemi penyakit zoonosis
di masa depan di antara populasi manusia.
Oleh karena itu, pemerintah di seluruh Asia berkewajiban
untuk ikut menangani perdagangan daging anjing dan
kucing meskipun tidak dianggap sebagai asal mula
COVID-19, yang tidak diragukan lagi dapat menimbulkan
risiko kesehatan manusia yang signifikan, termasuk
penyebaran trichinellosis, kolera, dan rabies yang
membunuh puluhan ribu orang setiap tahun.
Akibatnya, langkah-langkah yang semakin progresif dan
ketat diperlukan untuk secara langsung meningkatnya
keprihatinan nasional dan global atas risiko yang
ditimbulkan oleh perdagangan anjing dan kucing yang
dikonsumsi oleh manusia terhadap kesehatan dan
keselamatan publik; dan untuk secara langsung
mengembangkan kesadaran global tentang tanggung
jawab kita untuk melindungi kesejahteraan hewan dengan
lebih baik melalui ketentuan undang-undang yang
memadai untuk mencegah kekejaman terjadi terhadap
hewan. Selanjutnya, beban ekonomi perdagangan harus
dipertimbangkan baik dari segi biaya ekonomi maupun
sosial. Kisaran ini dari biaya yang terkait dengan peran
perdagangan dalam mempertahankan dan memperburuk
penularan penyakit, terutama rabies, hingga yang terkait
dengan reputasi internasional negara dan pariwisata serta
industri dan peluang investasi lainnya yang terdampak.
Penting bagi pemerintah di seluruh dunia untuk bertindak
untuk mengatasi sumber patogen zoonosis yang
mematikan – yang diyakini dalam kasus COVID-19 sebagai
pasar hewan hidup manusia dan berbagai spesies hewan
saling berdekatan – untuk memastikan mereka bukanlah
titik asal pandemi berikutnya. Jika tindakan tidak diambil,
pertanyaannya bukan apakah pandemi serupa akan
muncul, tetapi kapan. Mengingat dampak bencana pandemi
COVID-19, sebuah pendekatan yang hati-hati diperlukan
untuk membatasi semua risiko yang akan terjadi.
Perdagangan hewan yang mempengaruhi kesejahteraan
dan stabilitas nasional maupun internasional tidak dapat
lagi diabaikan atau dipertahankan sebagai pilihan atau
budaya pribadi. Sekarang adalah waktu yang kritis bagi
negara-negara di seluruh dunia untuk meninjau dan
mempertimbangkan kembali kebijakan mereka terkait
dengan pembiakan / penangkapan, pemeliharaan,
pengangkutan, penjualan, dan penyembelihan semua
spesies hewan yang diperuntukkan untuk konsumsi
manusia, termasuk anjing dan kucing.
Berdasarkan bukti ilmiah dan rekomendasi para ahli,
kami mendesak pemerintah di seluruh daerah untuk
mengambil tindakan pencegahan segera dengan cara:
- Menerbitkan Undang-undang atau Arahan
komprehensif yang melarang semua aspek
perdagangan daging anjing dan kucing, termasuk
perdagangan, penjualan, penyembelihan, dan
konsumsi.
- Memastikan penutupan semua pasar dan fasilitas
yang menjual dan / atau menyembelih anjing dan
kucing secara hidup.
- Mengeluarkan pernyataan publik tentang bahaya
kesehatan masyarakat dari penyembelihan dan
konsumsi anjing dan kucing.
- Mengambil tindakan tegas untuk memastikan
penegakan hukum, peraturan, dan arahan yang
ada untuk mengakhiri perdagangan daging anjing
dan kucing.
6. Rekomendasi
Sangatlah penting bagi
pemerintah di seluruh dunia untuk
bertindak segera mengatasi
sumber patogen zoonosis yang
mematikan, yang diyakini dari
kasus COVID-19 dari pasar hewan
hidup dimana manusia dan hewan
berdekatan – untuk memastikan
bahwa mereka bukan pembawa ke
pandemi selanjutnya.
5. Legislasi progresif untuk mengakhiri perdagangan
Dampak perdagangan terhadap pemilik hewan
peliharaan dan masyarakat
Perdagangan daging anjing tidak hanya melanggar
hukum yang berlaku, tetapi juga menyebabkan
keresahan dan ketidakpuasan masyarakat
dikarenakan pencurian dan pedagang anjing
semakin bertentangan dengan komunitas pemilik
hewan peliharaan dan pecinta hewan peliharaan
yang terus berkembang. Di China dan Vietnam,
misalnya, laporan tentang pedagang yang
mencoba untuk mencuri hewan peliharaan yang
terluka parah bahkan dibunuh selama bentrokan
selalu ditampilkan di media, dengan pemilik
hewan peliharaan menjadi semakin frustrasi
dengan kurangnya penegakan hukum dan
mengambil tindakan sendiri untuk melindungi
hewan peliharaan mereka.
Pejabat pemerintah Kamboja menunjukkan kesediaan mereka untuk mengambil tindakan terhadap perdagangan daging anjing