rabies 3
golden
standard yaitu satu-satunya cara diagnosa
definitif yang harus diterapkan setidaknya di
tingkat pusat (referensi laboratorium rabies
nasional). FAT dapat mendiagnosa 98-100%
kasus rabies dari semua strain virus jika
memakai konjugat berkualitas baik.
Meskipun demikian, akurasi uji tergantung
pada beberapa variabel, seperti keahlian
penguji, kualitas konjugat dan peralatan
dasar, termasuk mikroskop yang dipakai .
Specimen yang dipakai untuk FAT
yaitu specimen segar (dalam es) atau
dalam pengawet gliserin saline (Direktorat
Kesehatan Hewan 2015).
2. RIAD (rabies immunoperoxidase antigen
detection)
Metode lain yang dipakai yaitu metode
RIAD. Metode RIAD dianggap lebih murah
dan mudah juga memiliki sensititas yang
cukup baik. Uji ini hanya memerlukan
mikroskop cahaya untuk mendiagnosa
sampel. Diharapkan uji ini dapat diaplikasikan
di laboratorium kabupaten dan kota yang
tidak mempunyai mikroskop fluoresens
serta menggantikan uji sellers. Secara
prinsip uji RIAD sama dengan pewarnaan
imunohistokimia, yaitu dengan mereaksikan
antigen dengan antibodi spesifik rabies.
Ikatan antigen-antibodi rabies ditandai adanya
perubahan warna dengan penambahan
substrat tertentu (AEC).
RIAD merupakan metode uji rabies yang
murah namun mempunyai tingkat sensitifitas
dan spesifisitas pengujian yang tinggi.
Menurut Rahmadani et al. (2014) sensitifitas
dan spesifisitas RIAD sebesar 100%. Uji ini
hanya memakai mikroskop cahaya untuk
mendiagnosa sampel. Diharapkan uji ini dapat
diaplikasikan di laboratorium kabupaten
dan kota yang tidak mempunyai mikroskop
fluoresens serta menggantikan uji sellers.
3. DRIT (direct, rapid immunohistochemical
test)
Uji DRIT dikembangkan oleh CDC
(U.S. Centers for Disease Control and
Prevention) pada tahun 2006. Berbagai
penelitian telah dilakukan untuk menilai
manfaat dan penggunaan uji ini. Semua
penelitian memberikan hasil yang sama
yang menyatakan bahwa DRIT tidak hanya
memiliki hasil diagnose yang hamper
sama dengan FAT, tetapi juga lebih murah
dan mudah untuk diintrepretasikan oleh
pembaca yang tidak berpengalaman. Temuan
ini memberikan gambaran yang jelas untuk
DRIT sebagai potensi alat pengujian rabies
yang terakreditasi WHO dan OIE
4. PCR (polymerase chain reaction)
PCR mempunyai peranan yang penting,
namun tidak direkomendasikan untuk
diagnosa secara rutin. Teknik molekuler
dapat dipakai untuk survei epidemiologi
dengan penerapan quality control yang
sangat ketat dan dengan petugas yang
berpengalaman. Teknik ini juga dapat
dipakai pada pemeriksaan ante-mortem
pada manusia. Penggunaan control positif
yang berkualitas baik sangat disarankan
(Direktorat Kesehatan Hewan 2015).
5. Pewarnaan Seller’s
Metode pewarnaan Seller’s memiliki tingkat
spesifitas tinggi namun memiliki tingkat
sensitifitas yang relative rendah sehingga
hanya dipakai sebagai screening test.
Peneguhan diagnosa tetap memakai uji
FAT (Direktorat Kesehatan Hewan 2015).
6. Isolasi dan karakterisasi virus
Virus juga dapat diisolasi untuk
mengkonfirmasi hasil uji deteksi antigen
dan untuk karakterisasi dan amplifikasi
lebih lanjut. Virus dapat diisolasi dalam
biakan jaringan seperti sel neuroblastoma
atau inokulasi intrakranial pada mencit.
Karakterisasi dapat dilakukan memakai
PCR yang dilanjutkan dengan sequencing atau
dengan memakai antibodi monoklonal.
Karakteristik rutin isolat virus dari kasus
dan wabah sangat dianjurkan untuk dapat
mengidentifikasi asal indung semang, sumber
infeksi dan asal secara geografis terutama
pada saat terjadinya peningkatan lalu lintas
hewan (Direktorat Kesehatan Hewan 2015).
Hasil isolasi dan karakterisasi ini dapat
dipakai untuk membedakan antara
strain lapang dan strain vaksin, serta dapat
dipakai untuk mengidentifikasi asal virus
secara geografis dari virus lapang. Uji ini
harus dilakukan oleh personal laboratorium
yang sangat terlatih dan dengan fasilitas
laboratorium khusus (Direktorat Kesehatan
Hewan 2015).
7. Test-kit
Di negara-negara endemic rabies, dana dan
infrastruktur sering tidak tersedia untuk
mendukung penggunaan FAT sebagai golden
standard diagnosa rabies. Test-kit untuk
pemeriksaan rabies telah dikembangkan
memakai antibodi monoklonal yang
dapat mengenali nucleoprotein virus rabies.
Dari hasil penelitian didapatkan hasil yang
menunjukkan bahwa sensitivitas dari metode
ini mencapai lebih dari 92% dan spesifitas lebh
dari 88%. Test-kit ini menyediakan metode
yang sederhana dan cepat dalam mendeteksi
rabies, serta tidak membutuhkan rantai
dingin untuk transportasi atau pelatihan
yang rumit untuk petugas pemeriksa. Test-
kit ini cocok untuk screening virus rabies,
khususnya di daerah dengan prevalensi
rabies tinggi dan di mana FAT tidak tersedia
Vaksinasi massal tahunan dengan vaksin yang
direkomendasi secara internasional masih
merupakan strategi utama dalam pengendalian
dan pemberantasan rabies. Untuk mencapai target
pengendalian dan pemberantasan rabies, kampanye
vaksinasi massal harus dilakukan secara tahunan
dan secara rutin dengan cakupan vaksinasi minimal
70% dari populasi anjing, yang cukup dalam menjaga
kekebalan kelompok populasi yang rentan terhadap
rabies melawan dinamika populasi (turnover
population). Cakupan vaksinasi harus harus dievaluasi
secara rutin, dengan konsultasi epidemiologi yang
sesuai dalam memastikan target dapat dicapai dalam
wilayah yang luas. Program vaksinasi massal harus
dapat dilaksanakan secara fleksibel berkaitan dengan
waktu pelaksanaan dan respon yang cukup terhadap
perubahan kondisi epidemiologi ( .
Vaksinasi oral pada anjing juga dapat dipakai
untuk meningkatkan cakupan terutama pada
populasi anjing yang tidak dapat dihandle atau
ditangkap untuk vaksinasi. Vaksinasi oral dapat
dipakai sebagai pelengkap program vaksinasi
untuk meningkatkan cakupan vaksinasi pada
populasi yang lebih besar ( . Pemegang
program vaksinasi harus memasukkan ekologi lokal,
termasuk ekologi anjing di antara populasi anjing ke
dalam pertimbangan program vaksinasi, terutama
status kepemilikan dan status pemeliharaan.
Melalui analisa biaya dan keuntungan diketahui
bahwa perbandingan biaya yang dibutuhkan
untuk penyediaan VAR pada manusia dengan
pemberantasan rabies secara vaksinasi massal
anjing di Bali yaitu 5:1. Melalui analisa biaya
dan keuntungan pada program pemberantasan
rabies di Bali dengan proyeksi bebas rabies 2020,
biaya yang dapat dihemat setelah 5 tahun yaitu
sebesar Rp.128.6 Miliar. Penghematan terjadi
karena VAR untuk manusia tidak perlu disediakan
lagi. Pemberian VAR pada manusia tidak akan
menurunkan prevalensi rabies, walaupun biaya yang
dibutuhkan bisa mencapai Rp. 1.000.000, yaitu 20
kali lebih besar dibandingkan dengan melakukan
vaksinasi pada anjing Rp. 50.000. Sementara dengan
melakukan vaksinasi pada anjing, kasus rabies pada
manusia dan hewan akan menurun dengan signifikan
Jenis Vaksinasi
berdasar waktu, cakupan target dan tujuan
ada 3 tipe vaksinasi, yaitu:
1. Vaksinasi massal (mass dog vaccination)
Vaksinasi yang dilakukan disuatu daerah
secara serentak dalam waktu tertentu
dengan menargetkan cakupan minimal
populasi HPR yang tervaksin yaitu 70%.
Vaksinasi masal sebaiknya dilakukan secepat
mungkin. Hal ini dilakukan dengan harapan
dapat mempertahankan kekebalan populasi
dalam level yang ingin dicapai. Vaksinasi
masal biasanya dilakukan setiap tahun.
2. Vaksinasi penyisiran (sweeping vaccination)
Vaksinasi penyisiran yang dilakukan
sepanjang tahun untuk menyasar HPR
rentan yang belum terjaring dalam vaksinasi
massal.
3. Vaksinasi darurat (emergency vaccination)
Vaksinasi yang dilakukan pada satu daerah
tertentu yang mengalami kasus rabies dengan
tujuan untuk meningkatkan kekebalan HPR
kelompok dalam upaya mengurangi laju
infeksi pada daerah ini . Vaksinasi
darurat dilaksanakan dalam waktu 24 jam
setelah diketahui adanya kasus positif disuatu
tempat, hal ini dilakukan untuk memastikan
bahwa anjing disekitar kasus positif telah
memiliki kekebalan terhadap Rabies
Di antara program vaksinasi massal setiap tahun,
perlu dilaksanakan vaksinasi konsolidasi untuk
menyasar anjing yang belum divaksinasi dan juga
anak anjing yang belum divaksin. Dalam rangka
mempercepat pencapaian pembebasan, vaksinasi
massal dapat dilaksanakan lebih dari 1 (satu)
kali dalam setahun, dengan mempertimbangkan
epidemiologi penyakit dan dukungan sumberdaya.
Selain vaksinasi massal, perlu dilakukan juga
vaksinasi darurat di daerah/desa yang ditemukan
kasus positif mengikuti hasil investigasi terpadu antara
kesehatan hewan dan kesehatan warga .
Syarat Keberhasilan Vaksinasi
Untuk mendapatkan tingkat imunitas yang diinginkan
berikut yaitu persayaratan keberhasilan vaksinasi:
1. Vaksin memiliki kualitas yang baik
Vaksin yang dipakai harus memiliki kualitas
yang baik dan teruji dapat memberikan
kekebalan minimal 1 (satu) tahun.
2. Penanganan vaksin
Vaksin yaitu bahan material organik yang
memerlukan penanganan yang baik. Dalam
proses penanganan vaksin, cold chain
management dari produsen sampai disuntikkan
ke hewan target yaitu sesuatu hal yang
paling penting untuk dilaksanakan dengan
baik sehinga potensiasi vaksin dan kualitasnya
tetap terjaga. Untuk itu dalam implementasi
program vaksinasi, infrastruktur dan kapasitas
petugas harus dipersiapkan terlebih dahulu
sebelum dilaksanakan program vaksinasi.
3. Proses pemasukan vaksin kedalam tubuh
hewan
Cara pemberian vaksin akan mempengaruhi
respon yang timbul. Misalnya vaksin oral
akan menimbulkan imunitas lokal disamping
sistemik, sedangkan vaksin parenteral akan
memberikan imunitas sistemik saja. Proses
pemasukan vaksin juga harus memperhatikan
metode teknis pemberian sehingga vaksin
dapat menggertak respon imun dengan baik
4. Pemberian, dosis, frekuensi pemberian dan
jenis vaksin
Pemberian dosis, frekuensi dan jenis
vaksin yaitu faktor lain yang disebaiknya
diperhatikan dalam pemberian vaksin. Dosin
pemberian vaksin yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah juga mempengaruhi respon imun yang
terjadi. Dosis terlalu tinggi akan menghambat
respon imun yang diharapkan, sedang dosis
yang terlalu rendah tidak merangsang sel-
sel imunokompeten. Selain itu frekuensi
pemberian vaksin juga mempengaruhi respon
imun yang terjadi.
Implementasi Vaksinasi
1. Target Vaksinasi
Secara implementasi vaksinasi dilakukan
pada semua anjing termasuk anak anjing
yang telah berumur lebih dari 2 (dua) minggu
dan dilakukan pengulangan (booster) setiap
tahun.
Dalam proses pemberantasan rabies, target
utama vaksinasi yaitu anjing yang diliarkan
atau liar (anjing dewasa dan anak anjing)
yang sebagai besar waktunya berada di luar
rumah.
Untuk mencapai kekebalan kelompok
dan menghentikan sirkulasi virus (Ro <1),
cakupan vaksinasi harus mencapai minimal
70% di setiap desa dan dilakukan dalam
jangka waktu yang singkat
2. Penandaan
Tagging atau penandaan anjing yang telah
di vaksin yaitu hal yang penting. Tujuan
tagging/penandaan utamanya yaitu untuk
membedakan anjing yang telah divaksin dan
tidak selain itu tagging juga dapat dipakai
dalam menghitung cakupan vaksinasi yag
telah dilakukan. Lebih dari itu tagging juga
memberikan fungsi lain yaitu fungsi sosial
terutama dalam memberikan rasa aman bagi
warga .
Metode tagging paling umum yaitu dilakukan
dengan penandaan seperti kalung anjing
(tag/collar) yang bisa bertahan lama. Namun
metode-metode lain dapat dijuga dilakukan
dan disesuaikan dengan keadaan masing-
masing daerah dengan mempertimbangkan
beberapa hal, yaitu:
a. Murah
b. Mudah
c. Bertahan lama
d. Tidak menimbulkan isu kesejahteraan
hewan
3. Tim Vaksinasi
Pelaksanaan vaksinasi massal dilakukan
oleh Tim terlatih baik itu dokter hewan,
--- | 59
paramedik veteriner maupun petugas Dinas
yang terlatih dengan sistem rumah ke rumah
(door to door).
Vaksinasi pada anjing yang dipelihara dan
mudah ditangani dapat dilakukan dengan dua
orang petugas, yaitu vaksinator dan pencatat,
sedangkan untuk vaksinasi pada anjing liar
atau anjing yang dilepas liarkan(biasanya di
luar rumah) vaksinasi dapat dilakukan tim
yang terdiri dari 6 (enam) orang petugas.
Tim ini terdiri dari vaksinator, pencatat dan
dilengkapi 4 (empat) orang penangkap anjing
terlatih.
Pada pelaksanaan vaksinasi konsolidasi
(sweeping vaccination) diutamakan menyasar
anak anjing yang belum divaksinasi. Vaksinasi
ini dapat dilakukan oleh 2 (dua) orang petugas
dengan cara mengunjungi dari rumah ke
rumah. Vaksinasi dapat juga dilakukan oleh
kader kesehatan hewan terlatih di bawah
pengawasan dokter hewan berwenang.
4. Verifikasi cakupan vaksinasi
Untuk memastikan bahwa vaksinasi
mencapai cakupan minimal 70%, diperlukan
adanya estimasi awal populasi anjing. Estimasi
populasi anjing bisa dilakukan berdasar
rasio anjing dan manusia. Cara ini pernah
dipakai untuk menghitung estimasi anjing
di Pulau Bali pada tahun 2011 dengan rasio
1:12,5 (Arif RA 2014) dan di Pulau Nias pada
tahun 2013 dengan rasio 1:20 (Ditkeswan
et al. 2013). Estimasi populasi anjing yang
lebih baik dapat dilakukan dengan cara
survey yang telah banyak dikembangkan,
di antaranya yaitu metode estimasi anjing
yang dikembangkan oleh World Society for
the Protection of Animal (WSPA) (sekarang
disebut World Animal Protection).
Verifikasi cakupan vaksinasi mempunyai
beberapa fungsi yaitu:
a. Evaluasi cakupan vaksinasi massal yang
sedang berlangsung
b. Survei ini juga dipakai untuk
membuat estimasi populasi
c. Masukkan untuk pelaksanaan vaksinasi
massal berikutnya.
Dengan memperhatikan data dan analisa
epidemiologis hasil vaksinasi dan situasi
rabies di tahun sebelumnya, vaksinasi massal
lanjutan ditargetkan lebih banyak dari jumlah
vaksinasi dari tahun pertama dan seterusnya.
Hal ini penting dilakukan karena adanya
pergantian populasi anjing yang cukup tinggi
dan juga menghindari estimasi populasi yang
lebih rendah dari populasi sebenarnya.
Selain survei cakupan vaksinasi, survei
serologis secara acak juga diperlukan
untuk mengetahui persentase anjing yang
menunjukan respon yang baik terhadap
vaksinasi. Serosurvey ini akan dipakai
sebagai penunjang survei pasca vaksinasi
yang dilakukan dengan tagging/collar survey.
Setiap hasil kegiatan vaksinasi dan survei
paska vaksinasi dibuat laporan formal
tertulis, juga dilaporkan melalui SMS dengan
format tertentu kepada petugas di provinsi
yang telah ditunjuk dengan system pelaporan
yang dikembangkan dan disepakati antara
Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota.
Untuk memastikan bahwa kegiatan vaksinasi
dan kegiatan penunjang lainnya berjalan
dengan baik sesuai standar yang telah
disepakati, dimana pencapaian target dan
permasalahan dievaluasi dan diselesaikan
untuk perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan
berikutnya perlu adanya koordinasi rutin
di antara tim yang terlibat dengan sistem
koordinasi yang telah disepakati, baik melalui
pertemuan mingguan, bulanan atau media
lain yang disepakati.
60 | ---
Panduan Teknis Implementasi Vaksinasi
1. Panduan Teknis Vaksinasi Massal
Panduan Vaksinasi Massal
Pendahuluan
Vaksinasi pada anjing harus dilakukan secara efisien (cepat dan efektif) dan dengan cakupan melebihi 70%
populasi anjing. Prosedur harus dijalankan dengan meminimalkan tingkat stress pada anjing dan dengan
cara yang manusiawi. Tindakan ini akan memastikan bahwa setiap kegiatan pada vaksinasi selanjutnya
tidak akan terlalu sulit. Jika pemilik dapat menangkap dan menahan anjing mereka untuk divaksinasi, maka
metode inilah yang lebih dipilih. Penggunaan jaring hanya dipakai jika diperlukan dan bukan sebagai
respon pertama.
Tujuan
Untuk memastikan bahwa semua anjing dapat divaksinasi secara cepat dan efisien untuk mendapatkan
cakupan maksimum pada populasi anjing
Cakupan
Tim vaksinasi melaksanakan vaksinasi semua anjing di wilayah target
Pengguna/Target Peserta
Tim vaksinasi
Penanggungjawab
Koordinator vaksinasi
Materi/Peralatan
• Vaksin dengan nomor registrasi dari Kementerian Pertanian
• Jarum ukuran 18-23 G
• Syrinx
• Jaring penangkap
• Paket pertolongan pertama
• Materi KIE
• Kotak sampah
• Cool box yang dilengkapi dengan rantai dingin standar dan thermometer
• Sarung tangan
• Kalung/kolar
• Form vaksinasi
• Kartu vaksinasi
Personal
Tim vaksinasi yang terdiri atas 6 personal: 1 vaksinator, 1 petugas pencatat dan komunikasi, dan 4
penangkap anjing
Prosedur
Penjadwalan vaksinasi
• Jadwal vaksinasi disusun oleh Dinas Peternakan kabupaten/kota dengan tim vaksinasi sesuai
dengan jadwal vaksinasi yang ditentukan dalam program vaksinasi masal di Provinsi Bali
• Selanjutnya jadwal vaksinasi diinformasikan melalui surat ke desa target minimal 3 hari sebelum
pelaksanaan. Perkiraan jumlah anjing dan kebutuhan vaksin wajib disepakati dalam pertemuan ini.
• Wajib dilakukan pengaturan dengan bagian penyimpanan vaksin di dinas kabupaten/kota untuk
memasok jumlah vaksin yang tepat pada jam 6.00 pagi atau sore hari sebelumnya.
• Vaksin wajib disimpan, diangkut dan dihitung sesuai dengan SOP manajemen rantai dingin rabies
--- | 61
Sosialisasi sebelum vaksinasi ke desa dan dusun
• Desa/dusun yang dijadwalkan untuk vaksinasi pada anjing harus diberitahu dalam waktu tidak
kurang dari 3 hari sebelumnya pada saat pertemuan awal.
• Pada pertemuan awal ini, strategi umum untuk menangkap anjing harus disepakati oleh para tokoh
warga lokal sebelum tim vaksinasi datang dan rencana ini harus dikomunikasikan dengan tim.
Strategi ini mencakup:
o Bagaimana tim bergerak di banjar, contohnya apakah mulai dari bale banjar terlebih dahulu?
o Apakah ada area-area di banjar yang sulit dijangkau atau memiliki banyak anjing yang
berkeliaran?
• Jelaskan metode penanganan anjing, termasuk memberikan peringatan pada para pemilik bahwa
tim vaksinasi menginginkan anjing dipegang jika hal ini dapat dilakukan dengan aman.
• Tanggal dan perkiraan waktu pelaksanaan vaksinasi.
• Meminta tokoh warga untuk menyertai tim saat kegiatan vaksinasi.
• Meminta tokoh warga untuk mensosialisasikan ke seluruh warga
Pada hari vaksinasi
• Bertemu dengan tokoh warga terlebih dahulu dan tinjau kembali rencana untuk melihat
apakah ada perubahan.
• Minta tokoh warga menemani tim untuk memastikan seluruh area banjar didatangi dan
mengunjungi semua rumah yang memelihara anjing.
• Bergerak ke seluruh penjuru banjar sesuai dengan rencana, memastikan bahwa semua rumah
dan tempat lainnya tercakup (termasuk pura, rumah potong, pasar, area pemakaman, sekolah dan
pantai).
• Walaupun anjing merupakan target utama vaksinasi, tetapi jika ada orang yang membawa HPR
lainnya, juga dapat divaksin.
• Jika anjing ada pemiliknya, diminta untuk membantu memegangi anjingnya.
• Jika anjing tidak dapat ditangani oleh pemiliknya, tangkap anjing dengan jaring
• Vaksin semua anjing di banjar, termasuk anak anjing minimal umur 3 minggu atau sudah disapih
(saat anak anjing sudah terbuka matanya) sesuai dengan protokol di bawah. Sedangkan pemilik
anak anjing di bawah umur 3 minggu diwajibkan menghubungi petugas peternakan untuk dilakukan
vaksinasi setelah mencapai umur 3 minggu.
• Beri kalung/peneng pada anjing yang sudah divaksinasi. Ini penting untuk membedakan antara
anjing yang divaksinasi dan yang belum. Pastikan ada jarak sebesar tiga jari di antara tali dan leher
anjing supaya anjing tidak tercekik.
• Jangan pasang kalung pada anak anjing kecuali jika anak anjing ini ada pemiliknya, yang
bertanggungjawab untuk mengganti kalung saat anjing tumbuh besar.
• Catat semua hewan yang divaksin pada formulir vaksinasi. Kalau anjing ada pemiliknya, berikan
kartu vaksinasi rabies pada pemiliknya.
• Konfirmasikan dengan tokoh warga bahwa vaksinasi pada banjar sudah selesai dilaksanakan.
• Jika ada lebih dari satu banjar yang divaksinasi dalam satu hari, cuci dan disinfeksi jaring sebelum
memulai dengan banjar berikutnya, untuk mencegah penyebaran penyakit.
62 | ---
Protokol penanganan anjing
• Pemilik anjing lebih mengetahui cara terbaik memegang anjing mereka, tetapi vaksinator
bertanggungjawab meminimalisasi risiko gigitan anjing. Tanyakan apakah si pemilik bersedia
memegang anjingnya, biarkan pemilik yang memutuskan, jika tidak bersedia, maka jaring dapat
dipakai .
• Secara umum, anjing dapat dipegang dengan dua cara:
o Dipegang oleh pemilik
Pemilik harus hati-hati untuk menahan berat badan anjing dengan benar dan tidak
memegang kaki bagian depan saja.
Pemilik harus waspada pada letak mulut anjing sehingga dapat menghindari dari gigitan.
Beberapa pemilik bersedia menahan mulut anjing dengan tangan seperti yang ditampilkan
pada foto.
Vaksinator harus berdiri di belakang anjing ketika melakukan vaksinasi, bukan berdiri di
depan.
o Memegang anjing di lantai oleh pemilik
Anjing besar dan anjing yang tidak suka diangkat dapat tetap berada di lantai, pemilik
anjing dapat berdiri di sebelah atau berdiri dengan posisi anjing di antara ke dua kaki.
Pemilik harus waspada akan letak mulut anjing dan memegang anjing pada bagian
belakang agar tidak digigit. Beberapa pemilik lebih memilih memegang kaki depan anjing
ketika vaksinasi dilakukan, untuk mencegah anjing bergerak seperti yang ditampilkan
pada foto di bawah ini, tetapi mereka harus memastikan agar anjing tidak menggigit
mereka pada saat vaksinasi.
Protokol Vaksinasi
• Spuit dan Jarum:
o Spuit dapat dipakai ulang maksimum untuk lima (5) ekor anjing.
o Setiap anjing yang divaksin harus memakai jarum baru. Jarum bekas dimasukkan kedalam
safety box.
• Aplikasi vaksinasi dilakukan secara subkutan/intramuskular dibawah supervisi dokter hewan.
• Adapun tempat-tempat penyuntikan subkutan dapat dilakukan di:
o Leher – Area ini yaitu area yang direkomendasikan karena kulitnya berlipat dan mudah
diangkat. Area ini memiliki suplai yang baik dari pembuluh darah, dan pendorong jarum suntik
(plunger) harus ditarik ke belakang agar memastikan vaksin tidak dimasukkan dengan cara
intravenous.
o Rusuk – Area ini yaitu yang paling nyaman dan paling aman.
o Kulit yang menggelambir di bagian panggul – Ini juga bisa menjadi area alternatif karena kulit
di bagian ini juga berlipat.
• Sedangkan penyuntikan secara intramuscular dilakukan pada kaki belakang Cara ini lazim
dipakai sebagai “JAB” (injeksi) yang dapat dijadikan opsi untuk anjing yang bermasalah. Bahaya
terletak pada syaraf Ischiatic, dan tulang kaki yang dapat rusak saat injeksi. Direkomendasikan
untuk memakai jarum yang pendek dan dilakukan hanya oleh vaksinator yang berpengalaman.
--- | 63
• Metode yang benar untuk injeksi vaksin subcutan:
o Kulit harus dipegang saat mempersiapkan penetrasi jarum, dan ini bergantung pada pilihan
pribadi dari vaksinator. Ada beberapa pilihan berbeda berdasar ketepatan area di mana
vaksin harus dimasukkan: di leher, di sepanjang garis tengah di atas tulang punggung (vertebra)
atau di bagian kiri atau kanan. Biasanya dapat dilakukan di kedua sisi garis tengah.
o Tarik kulit pada bagian leher
o Suntik seperti yang ditunjukan yaitu pararel pada lipatan kulit
Pencatatan vaksinasi
• Formulir pelaksanaan vaksinasi secara harian dicatat pada formulir yang disediakan oleh dinas dan
dikumpulkan setiap selesai vaksinasi kepada penanggung jawab vaksinasi dinas kabupaten untuk
diinput oleh data encoder Kabupaten dalam database untuk selanjutnya ke data encoder Provinsi.
Jumlah anjing yang berhasil divaksinasi harus dilaporkan melalui SMS ke Koordinator Vaksinasi
Kabupaten secepatnya setelah menyelesaikan vaksinasi di banjar ini .
Pemusnahan peralatan vaksinasi
• Vaksin yang sudah dibuka dan yang tidak dipakai dan semua jarum dan spuit bekas pakai harus
dikumpulkan di akhir hari, di kantor dinas, dan dimusnahkan secara mingguan dengan cara dibakar
atau insenerasi (lihat SOP rantai dingin).
Risiko dan pencegahan
• Semua staff yang terlibat dalam vaksinasi pada anjing disarankan mendapatkan vaksinasi pra-
paparan secara lengkap.
• Anggota tim vaksinasi dilarang mencoba menangkap anjing dengan jaring tanpa mendapatkan
pelatihan.
2. Panduan Teknis Survei Pasca Vaksinasi
Panduan Survei Pasca Vaksinasi
Pendahuluan
Tim vaksinasi telah mengunjungi banjar dan melakukan vaksinasi pada sebanyak mungkin anjing. Seluruh
anjing yang divaksinasi diberikan kalung/peneng, sebagai penanda bahwa mereka telah divaksinasi. Tim
survei harus memperkirakan cakupan vaksinasi yang telah dilakukan oleh tim vaksinasi dan hal ini harus
dilakukan paling lambat dalam waktu 72 jam (3 hari) setelah vaksinasi. Survei harus dilakukan dengan
benar sehingga didapatkan perkiraan cakupan vaksinasi yang tepat. Jika tidak dilakukan dengan benar
maka 70% cakupan mungkin tidak akan tercapai dan hal ini akan mempengaruhi imunitas kelompok.
Tim harus berkoordinasi dengan kepala desa dan kepala dusun.
Maksud/Tujuan
Untuk memperkirakan dengan cepat apakah proporsi anjing yang telah divaksinasi di satu banjar telah
mencapai 70% atau lebih; jika cakupan berada di bawah 70%, vaksinasi lanjutan harus dilakukan sesegera
mungkin di banjar ini
Ruang lingkup
Tim survei dinas menilai cakupan vaksinasi di banjar-banjar paling lambat dalam waktu 72 jam (3 hari)
setelah vaksinasi massal dilakukan di banjar
Pelaksana
Tim survei pasca-vaksinasi
64 | ---
Penanggungjawab
Penanggung jawab survei pasca-vaksinasi Kabupaten/kota
Materi/Perlengkapan
• Sepeda motor dan helm serta biaya perjalanan
• Format dan formulir pelaporan
• Telepon seluler dan biaya pulsa untuk pelaporan cepat
Sumberdaya manusia/personil
Satu petugas untuk mencatat dan satu pengendara sepeda motor
Prosedur kerja tahap demi tahap
Sebelum melakukan survei
• Koordinator harus memiliki jumlah perkiraan populasi anjing di banjar, dan jumlah anjing yang
telah divaksinasi oleh tim vaksinasi sehingga jumlah minimal anjing yang akan dihitung dapat
dikalkulasi. Hal ini akan dikalkulasikan secara otomatis oleh database.
• Formula yang dipakai untuk ukuran sampel minimal yaitu :
96/(1+ (96/N))
N = perkiraan populasi anjing di banjar dinas
Jumlah ini harus diberikan kepada tim sehari sebelum survei oleh koordinator survei di
kabupaten/kota.
• Akan lebih baik jika survei dilakukan di jam-jam tenang saat anjing sedang aktif dan pemiliknya
kemungkinan besar ada di rumah sehingga dapat diwawancara jika diperlukan. Waktunya antara
jam 6 hingga 11 pagi dan jam 3 sore hingga 7 malam. Sepeda motor dipakai untuk berkeliling
banjar namun adakalanya berjalan kaki bila diperlukan.
• Tim survei harus melakukan konfirmasi dengan kepala desa dan banjar mengenai jadwal survei
yang akan dilakukan. Hal ini dapat dilakukan malam sebelumnya melalui telepon dan kemudian
dikonfirmasi di pagi hari sebelum tim mulai bekerja.
• Tim harus memperkenalkan diri kepada kepala banjar dan meminta penjelasan mengenai banjar
ini untuk memastikan bahwa mereka telah menjangkau seluruh area. Mintalah seorang
tokoh desa untuk menemani tim sehingga mereka akan mendapatkan bantuan saat bekerja dan
dapat menemukan anjing sebanyak mungkin. Untuk menghindari bias akan lebih baik jika orang ini
bukan orang yang sama yang menemani tim vaksinasi.
• Tuliskan informasi yang relevan di lembar data sebelum melakukan survei. Termasuk nama desa,
kecamatan, tanggal, tanggal vaksinasi sebelumnya dan populasi banjar.
Survei pada anjing
• Bergerak melewati banjar dengan sepeda motor atau berjalan kaki. Setiap bagian dari banjar harus
dikunjungi termasuk pantai, jalan-jalan kecil, pasar, tempat pemotongan, pura dan pemakaman.
Berhenti dan bicaralah dengan orang-orang di rumah untuk memastikan bahwa seluruh anjing
yang berkeliaran dan anjing yang berpemilik telah diperiksa.
• Buatlah sebuah pencakupan banjar yang sistematis sehingga semua jalan dilewati dan untuk
menghindari mengunjungi jalan yang sama. Hanya satu orang yang melakukan enumerasi
(penghitungan) di setiap banjar. Satu orang lagi membonceng orang yang melakukan
penghitungan.
• Seluruh anjing harus dicatat apakah telah divaksinasi atau tidak, yang ditunjukkan dengan kalung/
peneng merah.
--- | 65
• Jangan tinggalkan banjar sebelum jumlah minimum anjing telah dihitung, berdasar kalkulasi
pada rumus sebelumnya. Teruslah mencari selama maksimal 3 jam hingga jumlah anjing mencapai
target. Jika tidak menemukan anjing sebanyak jumlah yang diperlukan, maka perhitungan ulang
harus dilakukan di banjar ini pada waktu yang memungkinkan. Jika jumlah yang diiperlukan
tetap tidak dapat dihitung, maka kirimkan kedua hasil perhitungan kepada koordinator.
• Pastikan bahwa formulir diisi dengan benar dan disampaikan ke penanggung jawab survei
tingkat kabupaten dan koordinator LDCC setelah selesai melaksanakan survei dan menghitung
persentase cakupan serta melaporkan melalui SMS kepada koordinator vaksinasi kabupaten/kota.
(rincian ada pada formulir)
• Penghitungan persentase anjing yang telah divaksinasi akan dilakukan oleh tim survei
• Kalkulasi berikut ini dipakai untuk menghitung cakupan secara otomotis oleh database
• Jika lebih dari 70% anjing telah divaksinasi maka tugas di banjar ini dianggap telah selesai.
Jika kurang dari 70%, tim vaksinasi yang ditunjuk oleh koordinator wajib kembali lagi ke banjar
sesegera mungkin dan melakukan vaksinasi pada anjing yang belum divaksin dan kemudian tim
survei akan kembali melakukan survei sesegera mungkin.
• Estimasi populasi anjing akan dihitung secara otomotis oleh database dengan memakai
rumus di bawah ini:
Estimasi populasi: (a x b) / c
Keterangan:
a: jumlah anjing yang divaksinasi (data dari tim vaksinasi)
b: total anjing yang dilihat oleh tim survei (berkalung dan tidak berkalung)
c: total jumlah anjing yang ditandai kalung (data dari tim survei)
Risiko dan langkah-langkah pencegahan
Jika ada seekor anjing suspek yang menunjukkan tanda-tanda rabies, informasikan kepada tim respons
cepat; jika ada informasi gigitan pada manusia oleh anjing suspek yang menunjukkan tanda-tanda rabies,
informasikan ke hotline Kesehatan Manusia dan sarankan untuk mengikuti protokol untuk gigitan pada
manusia
3. Panduan Teknis Pengelolaan Rantai Dingin dan Penyimpanan Stok
Panduan Pengelolaan Rantai Dingin dan Penyimpanan Stok
Pendahuluan
Manajemen rantai dingin yang dilakukan dengan kehati-hatian memastikan vaksin rabies disimpan dan
dibawa ke lapangan dengan benar untuk memastikan bahwa vaksin dapat bekerja pada saat vaksinasi.
Vaksin rabies dapat rusak jika terpapar sinar matahari atau terpapar temperatur di bawah 2oC atau di
atas 8oC. Untuk memastikan kegiatan-kegiatan manajemen rantai dingin dan penyimpanan vaksin telah
dilaksanakan dengan benar diperlukan monitoring.
Maksud/Tujuan
Untuk memastikan pengelolaan rantai dingin yang tepat di tingkat dinas dan lapangan dan memastikan
akses yang tepat untuk mendapatkan dan mengontrol vaksin.
Cakupan
Para petugas penyimpanan vaksin dinas dan tim vaksinasi
Pelaksana
Para petugas penyimpanan vaksin Dinas dan penanggungjawab rantai dingin dalam tim vaksinasi
66 | ---
Penanggung jawab
Penanggung jawab logistik
Bahan/Peralatan
• Refrigerator/kulkas vaksin
• Termometer
• Kartu penyimpanan vaksin
• Cool box besar dan kecil
• Cool packs
• Formulir monitoring
• Generator (gen set)
• Kotak styrofoam
Prosedur kerja tahap demi tahap
Penyimpanan Vaksin di Provinsi/Dinas/Puskeswan
Penerimaan Vaksin
• Petugas yang menerima harus memeriksa dokumen vaksin dan mencatat nama dan jenis vaksin
serta jumlahnya, dosis per botol, nomor batch, dan tanggal kadaluarsa.
• Cek temperatur memakai termometer digital yang dimasukkan ke dalam kemasan paket.
Kalau temperatur tidak dalam suhu antara 2o sampai 8oC, vaksin tidak dapat dipakai lagi dan harus
ditolak.
• Jika ada ketidaksesuaian dengan dokumen dan kondisi fisik vaksin, hal ini harus dilaporkan kepada
penanggung jawab logistik pengirim.
Penyimpanan Vaksin
• Vaksin rabies harus disimpan pada suhu antara 2 dan 8 oC dan harus dimonitor dan dicatat secara
teratur untuk memastikan keutuhan rantai dingin.
• Vaksin harus disimpan di kulkas yang didisain khusus untuk penyimpanan vaksin, didukung dengan
listrik cadangan dari generator. Kulkas rumah tangga (manual defrost) yang telah dimodifikasi
dapat dipakai untuk penyimpanan vaksin.
• Vaksin akan menjadi kurang efektif atau rusak jika terpapar oleh sinar matahari atau terpapar suhu
di bawah 2oC dan di atas 8oC serta disimpan melebihi kapasitas efektif penyimpanan vaksin.
• Vaksin tidak boleh disimpan bertumpuk-tumpuk agar ada sirkulasi udara. Stok harus dirotasi untuk
memastikan vaksin lama yang sudah dekat tanggal kadaluarsanya, dipakai terlebih dahulu.
Pelabelan yang baik pada semua wadah akan mencegah terjadinya pembukaan wadah yang tidak
perlu terjadi. Botol-botol air atau kemasan-kemasan gel dalam kulkas dan botol-botol air pada pintu
tempat penyimpanan bisa membantu menjaga fluktuasi temperatur.
• Beri saran untuk menyimpan vaksin dalam plastik bening dengan pelabelan yang jelas di dalam
kulkas. Taruh gel packs di dalam container sebagai penahan temperatur.
Manajemen Penyimpanan
• Untuk memastikan penggunaan vaksin sebelum kadaluarsa, gunakan sistem Early Expired Early
(First) Out (Lebih Dulu Kadaluarsa, Lebih Dulu Dipakai). Jadi, semua vaksin baru disusun di belakang
vaksin yang lebih dulu kadaluarsa.
• Catatan penyimpanan harus diperbarui setiap hari.
• Jika listrik padam, jangan membuka pintu kulkas. Jika listrik padam lebih dari 4 jam, pindahkan
vaksin ke dalam box Styrofoam yang telah diisi cool packs dari sumber lain. Lakukan monitoring dan
pencatatan temperatur dua kali sehari.
--- | 67
Membawa vaksin ke lapangan
• Vaksin harus diambil dari Dinas disesuaikan dengan kebutuhan atau target vaksinasi pada hari
kerja. Pengambilan vaksin dilakukan pada jam 6.00 pagi –atau malam sebelumnya.
• Cool pack harus didinginkan selama 24 jam di kulkas sebelum dipakai , pastikan air dalam cool
pack tidak membeku. Cool pack yang terbaik terbuat dari plastik (kantung plastik yang diisi air).
• Untuk membawa vaksin ke lapangan gunakan cool box yang berinsulasi (pelapis penahan suhu) dan
cool packs. 60% volume cool box harus berisi cool packs. Cool packs diletakkan di bagian bawah,
samping dan atas cool box dan menutupi vaksin di bagian atasnya. Vaksin harus disimpan dalam
kemasan aslinya di dalam box.
• Untuk memastikan suhu dalam cool box tetap termonitor gunakanlah termometer. Jika
memakai termometer digital beserta probe-nya (alat berbahan metal) maka dapat dilakukan
pembacaan temperatur tanpa harus membuka cool box secara terus menerus.
• Cool box harus disimpan di bagian terdingin di dalam mobil, terhindar dari sinar matahari dan
permukaan yang panas. Saat berhenti di satu tempat, letakan box di tempat yang sedingin mungkin,
contoh di mobil, di bale banjar, di bawah tempat yang teduh, dsb. Tutup dengan kertas atau kotak
untuk meningkatkan insulasi dan memperlambat pemanasan.
Vaksin sisa dan pembuangan sampah
• Setelah vaksinasi selesai, semua vaksin yang sudah dibuka, jarum dan spuit harus dibuang ke dalam
safety box (kotak pembuangan aman). Semua vaksin dan benda-benda tajam yang tidak dipakai
harus dikumpulkan dan diinsenerasi sekali seminggu.
• Setiap vaksin yang tidak dibuka dan tersimpan di cool box dapat dikembalikan ke box penyimpanan
besar jika temperatur tetap 20 dan 80 C, seperti ditunjukkan dalam catatan temperatur.
• Sisa vaksin di dalam cool box besar harus dikembalikan ke tempat penyimpanan di Dinas, dan harus
dipakai pada hari berikutnya.
• Penghitungan Vaksin
• Perlu ada monitoring stok vaksin untuk menghindari kekurangan stok vaksin di lapangan
Manajemen monitoring rantai dingin
• Dilakukan oleh penanggung jawab logistik provinsi:
o Membuat jadwal monitoring
o Mengisi formulir monitoring
o Bila ditemukan kesalahan dalam penyimpanan dan manajemen rantai dingin segera lakukan
perbaikan
Risiko dan pencegahan
Hanya gunakan vaksin yang disimpan dengan benar; buang vaksin yang telah disimpan di luar rentang
temperatur yang direkomendasikan.
4. Panduan Teknis Respon Cepat Terhadap Hewan Suspek Rabies
Panduan Respon Cepat Terhadap Hewan Suspek Rabies
Pendahuluan
Respon cepat terhadap hewan suspek rabies penting dilakukan pada anjing yang digigit anjing rabies
(baik yang belum divaksin atau sudah divaksin), anjing dengan gejala klinis rabies dan anjing yang terpapar
anjing rabies di suatu daerah yang bertujuan untuk mencegah adanya kasus baru dan meminimalkan kasus
pada manusia.
68 | ---
Maksud/Tujuan
Untuk membantu petugas PDSR yang terlatih untuk mengambil keputusan terhadap sejumlah tindakan
ketika merespon kasus suspek rabies.
Lingkup
Petugas PDSR yang terlatih akan memakai panduan ini ketika merespon laporan hewan suspek yang
menunjukkan tanda-tanda rabies.
Pengguna/kelompok target
Petugas PDSR yang terlatih
Penanggungjawab
District Focal Person dari para petugas PDSR yang terlatih
Bahan-bahan/perlengkapan
• Kendang isolasi dengan dinding lapis ganda
• Materi KIE
• Vaksin dan bahan-bahan vaksinasi
• Perlengkapan menangkap dan mengekang anjing
• Perangkat euthanasia
• Cool box dan cool bricks (kotak penyimpanan vaksin yang bersuhu dingin dengan balok es)
Sumberdaya manusia/personil
Tim respon cepat: 1 pencatat, petugas komunikasi, 1 dokter hewan (PDSR), 2-3 penangkap
Prosedur tahap demi tahap
• Menerima laporan tentang Hewan suspek yang menunjukkan tanda-tanda rabies
• Laporan hewan suspek rabies dapat masuk ke dinas dengan beberapa cara:
o Telepon/kunjungan langsung ke Dinas Peternakan
o Telepon/kunjungan langsung ke Dinas Kesehatan
o Telepon/kunjungan langsung dari anggota atau tokoh warga
o Pemberitahuan dari LSM
o Pemberitahuan dari dokter medis atau dokter hewan
• Laporan dapat masuk dari sambungan telepon ke hotline, ke pos kesehatan manusia atau masyakarat,
laporan dari rumah sakit, LSM termasuk BAWA, dokter hewan swasta, dan dokter (medis). Ketika
laporan diterima, informasi-informasi berikut harus dikumpulkan:
o Tanggal kejadian/insiden
o Lokasi hewan suspek
o Spesies hewan suspek
o Tanda-tanda yang teramati
o Jumlah manusia yang digigit dan lokasi mereka
o Jumlah hewan lain yang digigit
o Nama dan nomor telepon orang yang memberi laporan
• Bagi siapapun yang digigit oleh anjing, terlepas dari riwayat anjing ini , sarankan mereka untuk
segera mencuci luka dengan sabun dan di bawah air yang mengalir selama 15 menit dan pergi ke
rumah sakit terdekat yang telah diberikan izin melaksanakan vaksinasi rabies pasca-paparan. Harus
ada sistem tindak lanjut untuk memastikan bahwa semua vaksinasi pasca-paparan telah diterima.
--- | 69
• Semua laporan kasus suspek rabies pada hewan perlu dinilai tingkat risikonya. Penyelidikan
terhadap laporan kasus gigitan hewan pada manusia dan kasus terkait kesehatan manusianya
sebaiknya didukung oleh dinas kesehatan. Penilaian risiko harus dilakukan oleh seorang dokter
hewan, yang didasarkan pada informasi yang dikumpulkan dari wawancara telepon dan kunjungan
lapangan.
Silakan mengacu pada definisi kasus tanda-tanda rabies (Lampiran A).
• Ingatlah bahwa anjing yang telah divaksinasi masih mungkin untuk mengidap rabies jika anjing-
anjing ini divaksinasi ketika berada dalam masa inkubasi penyakit atau anjing-anjing ini
tidak menghasilkan tingkat respon kekebalan yang memadai setelah vaksinasi dilakukan.
• Tindakan yang diambil
Dalam melakukan respon cepat, PDSR dapat mengkategorikan respon sebagai berikut:
o Respon Kategori 1 (Ekstrim): Anjing yang menggigit dengan setidaknya satu tanda tambahan
– tim respon cepat harus segera melakukan kunjungan.
o Respon Kategori 2 (Risiko tinggi): Anjing bertingkah aneh tetapi tidak berusaha menggigit
anjing lainnya atau manusia – lakukan kunjungan dalam satu hari setelah diterimanya laporan
o Respon Kategori 3 (Risiko sedang): Anjing telah menggigit atau berusaha untuk gigit tanpa
ada tanda rabies lainnya dan belum menerima vaksin dalam satu tahun terakhir – lakukan
kunjungan kepada anjing ini dalam 3 hari setelah laporan untuk melakukan pemeriksaan
klinis dan vaksinasi pada anjing ini bila dinyatakan sehat (yakni tidak ada tanda-tanda
rabies). Minta kepada pemiliknya untuk melakukan pengamatan terhadap anjing ini
selama 10 hari dan lakukan kunjungan lanjutan dalam 10 hari.
o Respon Kategori 4 (Risiko rendah): Anjing telah menggigit atau berusaha untuk gigit tanpa ada
tanda rabies lainnya dan sudah menerima vaksin dalam satu tahun terakhir – Minta kepada
pemiliknya untuk melakukan pengamatan dan laporkan jika ada tingkah laku yang tidak
wajar. Telepon kembali setelah 10 hari untuk tindak lanjut.
Jika anjing telah menggigit, tetapi tanda-tanda kilinisnya tidak bisa dinilai secara baik melalui
sambungan telepon (contohnya anjing liar), maka diasumsikan sebagai Respon Kategori 1.
• Jika seorang manusia telah digigit:
o Respon Kategori 1: Segera beritahukan kepada korban gigitan untuk mencuci lukanya di bawah
air yang mengalir dengan sabun selama 15 menit dan segera pergi ke rumah sakit terdekat
yang memiliki izin pemberian vaksin. Hubungi tim Respon Cepat dari Dinas Kesehatan untuk
memperoleh kunjungan.
o Respon Kategori 3: Segera beritahukan warga yang telah digigit ini untuk mencuci
luka mereka di bawah air yang mengalir dengan sabun selama 15 menit dan segera pergi ke
rumah sakit terdekat yang memiliki izin pemberian vaksin. Hubungi tim Respon Cepat dari
Dinas Kesehatan untuk memperoleh kunjungan.
o Respon Kategori 4: Segera beritahukan kepada korban gigitan untuk mencuci luka mereka
di bawah air yang mengalir dengan sabun selama 15 menit. Jika anjing yang mengigit tidak
menampakkan tanda-tanda klinis dalam waktu 10 hari, maka tidak perlu melakukan vaksinasi
pasca-paparan. Jika seseorang telah digigit di bagian leher atau kepala, hubungi mereka melalui
telepon sebagai tindak lanjut untuk menentukan apakah anjing ini menunjukkan tanda-
tanda klinis rabies.
70 | ---
• Pembuatan keputusan pada saat kunjungan respon cepat
Hewan suspek tinggi:
o Hewan dengan dua atau lebih tanda rabies dengan atau tanpa gigitan.
o Semua anak anjing dari induk yang suspek atau telah dikonfirmasi mengidap rabies.
o Lakukan euthanasia pada semua hewan yang suspek tinggi dan bawa kepalanya ke BBVet.
Jangan kirimkan kepala anak-anak anjing yang tidak menunjukkan tanda-tanda klinis. Bahas
tentang kemungkinan melakukan vaksinasi massal pada rapat koordinasi bulanan atau buatlah
keputusan segera untuk melakukan vaksinasi cepat.
Hewan suspek sedang:
o Hewan yang menunjukkan salah satu tanda rabies. Dapat terjadi kasus gigitan pada manusia
maupun tidak. Tangkap, vaksinasi, dan karantina di Puskeswan semua hewan suspek sedang
yang ada pemiliknya. Jika hewan tidak dapat ditangkap, maka dilakukan pelumpuhan dari
jarak jauh dan lakukan euthanasia. Jika hewan ini merupakan anjing liar (tidak ada
pemilik), maka dapat dikarantina dan dicarikan rumah baru bila sudah dinyatakan sehat setelah
karantina. Jika sudah tidak ada tanda-tanda rabies setelah 14 hari, anjing ini dapat
dilepas.
Hewan suspek rendah:
o Hewan tanpa rabies. Kategori dapat mencakup hewan yang memiliki kondisi sakit yang tidak
konsisten dengan rabies. Jika sudah divaksinasi dalam satu tahun terkahir, maka dilakukan
vaksinasi ulang dan tanyakan kepada pemiliknya untuk melakukan pengamatan; tindaklanjuti
dengan menelepon dalam waktu 10 hari. Jika belum divaksinasi, maka berikan vaksinasi dan
tindaklanjuti dengan kunjungan dalam waktu 10 hari.
Ketika anjing suspek menggigit anjing lainnya
o Jika anjingnya tenang tanpa menunjukkan tanda-tanda rabies, dan berpemilik, maka minta
pemiliknya untuk mencuci luka pada anjing ini dengan air dan di bawah air yang mengalir
selama 15 menit. Sarankan memasangkan berangus atau menutup moncong anjing terlebih
dahulu.
Jika anjing dengan suspek tinggi dan sedang telah menggigit anjing lainnya
o Jika anjing yang digigit merupakan anjing liar (yakni tidak berpemilik): Tangkap dan lakukan
euthanasia semua anjing liar (tidak berpemilik) yang tidak berkalung dan telah digigit.
o Jika anjingnya berpemilik:
Jika telah divaksinasi dalam satu tahun terakhir: Lakukan vaksinasi ulang dan tanyakan
pada pemiliknya untuk melakukan pengamatan kepada anjing ini untuk melihat
tanda-tanda rabies dan tindaklanjuti dengan menelepon pemilik ini dalam waktu
10 hari. Jika anjing suspek ini ternyata menunjukkan tanda-tanda rabies, maka
lanjutkan dengan menelepon pemilik setiap 14 hari selama 6 bulan.
Jika tidak divaksinasi: Lakukan vaksinasi, karantina di Puskeswan sampai adanya
konfirmasi status hewan suspek ini . Jika anjing suspek ternyata menunjukkan
tanda-tanda rabies, lakukan euthanasia pada semua anjing yang telah digigit. Jika anjing
suspek telah dipastikan tidak menunjukkan tanda-tanda rabies, maka dapat dilepas
setelah 14 hari.
• Periode karantina yaitu 14 hari. Fasilitas karantina bertanggungjawab terhadap semua kasus
pada hewan, termasuk makan dan minumnya. Pengeluaran dan pengaturan untuk makanan dan
air.
--- | 71
• Karantina Puskeswan:
Tempatkan kandang-kandang di Puskeswan supaya anjing-anjing ini dapat dipelihara
dibawah pengawasan dokter hewan. Lokasi dan desain kandang harus dapat menjamin bahwa
anjing yang telah diiisolasi tidak dapat menggigit manusia, anak-anak yang penasaran atau hewan
lainnya. Satu kandang hanya boleh ditempati oleh satu hewan saja. Makan dan minum harus
diberikan sedemikian rupa sehingga mencegah anjing ini menggigit penjaganya.
Komunikasi
• Selenggarakan kegiatan-kegiatan komunikasi di tingkat banjar dan tinggalkan materi-materi
KIE untuk mereka. Jelaskan kepada banjar ini bahwa yang terbaik yaitu menangkap
dan menangani semua anjing yang telah digigit oleh anjing suspek dengan cara yang tepat dan
tidak dengan melakukan eliminasi terhadap seluruh anjing di banjar ini . Anjing yang telah
divaksinasi dapat melindungi banjar.
• Isilah laporan respon cepat, formulir surveilans, termasuk titik koordinat GPS untuk wilayah wabah.
Kirimkan laporan ke LDCC.
Saran bagi manusia yang digigit oleh hewan suspek rabies
Sarankan warga untuk mencuci lukanya selama 15 menit dengan sabun di bawah air yang mengalir
dan pergi ke rumah sakit terdekat yang memiliki izin untuk melakukan vaksinasi rabies pasca-paparan.
Petugas kesehatan warga harus dapat memberikan saran yang sesuai dan lakukan tindaklanjut.
Silakan mengacu pada protokol untuk manusia yang terpapar rabies.
Risiko dan Pencegahan
Semua orang yang akan menangani kasus suspek rabies atau memasuki situasi lapangan dimana
kemungkinan ditemukan hewan yang menunjukkan tanda-tanda rabies, sebaiknya memperoleh vaksinasi
rabies pra-paparan secara lengkap.
Semua tim lapangan harus membawa kotak P3K (pertolongan pertama).
5. Panduan Teknis Euthanasia yang Manusiawi terhadap Anjing
Panduan Euthanasia yang Manusiawi terhadap Anjing
Pendahuluan
Praktek euthanasia terhadap anjing suspek rabies, anjing tanpa vaksinasi rabies yang digigit oleh anjing
terduga rabies, atau anak-anak dari anjing pengidap rabies bertujuan untuk menjamin keselamatan manusia
sekaligus mencegah menularnya penyakit ini .
Maksud/tujuan
Melakukan praktek eutanasia yang manusiawi terhadap anjing terduga atau positif rabies, atau terhadap
anjing sakit yang tidak dapat disembuhkan.
Ruang Lingkup
Pelaksanaan eutanasia yang manusiawi terhadap anjing terduga rabies, atau anjing yang terekspos anjing
lain yang terduga atau positif rabies
Pengguna/Target Kelompok
Tim Respons Cepat yang terlatih dalam pengendalian dan penanggulangan rabies
Penanggungjawab
Koordinator Tim Respons Cepat
72 | ---
Bahan/perlengkapan
• Xylazine 50ml 20mg/ml & Ketamine 50 ml 100mg/ml
• Pentobarbitone (misalnya Lethobarb (450ml, Euthatal, Valabarb 500ml)
• Alat suntik 3, 5 dan 10 ml
• Jarum suntik ukuran 1 inci dengan pengukur (gauge) 21-23; dan 1 ½ inci dengan gauge 21
• Safety box (atau kaleng kosong) untuk limbah jarum suntik
• Penutup moncong anjing (berangus), kapas perban 2” (yang tidak merenggang)
• Kapas
• Gunting lengkung (ukuran sedang)
• Stetoskop
• Alkohol kadar 70% sebanyak 250 ml
• Bahan untuk sterilisasi tangan (Hand Sterilizer)
• Kacamata pelindung
• Masker
• Sarung tangan
• Pisau bedah No. 4
• Pisau 22
• Cold box atau cold pack untuk mendinginkan sampel
• Kantung plastik besar (plastik tempat sampah) untuk kepala anjing
Semua disimpan dalam satu tempat khusus, seperti kotak alat (tool box).
Sumber Daya Manusia/personil
Tim Respons Cepat: 1 petugas pencatat, petugas komunikasi, 1 petugas euthanasia, 2-3 petugas penangkap
Petunjuk tahap demi tahap:
• Pakaian pelindung
• Sepatu tertutup
• Eutanasia harus dilakukan dengan metode yang berperikemanusiaan untuk mengurangi rasa sakit
yang dialami anjing; injeksi barbiturat intravena dengan atau tanpa pembiusan terlebih dahulu
• Metode Euthanasia
o Jika anjing yang akan di-euthanasia bersikap tenang dan tidak menunjukkan gejala apapun,
segera gunakan pentobarbitone.
o Jika anjing menunjukkan tanda klinis rabies, terluka atau agresif, mula-mula lakukan pembiusan
pada anjing seperti dijelaskan berikut ini.
Lakukan estimasi berat badan anjing.
Lakukan pembiusan berat pada anjing yang akan di-euthanasia memakai campuran
Xylazine 20mg/ml & Ketamine 100mg/ml dengan perbandingan 1:1. Ikuti petunjuk dosis
pada tabel berikut ini (Contoh: Untuk seekor anjing dengan berat 10 kg, campurkan 1 ml
Xylazine dan 1 ml Ketamine dalam satu alat suntik 3 ml dengan jarum suntik 21G atau
23G. Kemudian berikan melalui jaring secara IM pada punggung atau kaki belakang.
Suntikkan jarum tepat tegak lurus dengan kulit).
Tunggu 10 menit hingga anjing betul-betul terbius. Jika dalam 10 menit setelah
suntikan yang kedua pembiusan tidak cukup, berikan lagi ½ dosis IM. Kemudian berikan
Pentobarbitone (misalnya Lethabarb, Euthatal) sebanyak 1625 mg/10 kg berat badan
secara intravena (lihat tabel berikut)
--- | 73
• Xylazine (2mg/kg) + Ketamine (10mg/kg):
• Pentobarbitone (Lethobarb or Valabarb) IV 1625mg/10kg
• Gunakan jarum ukuran 1 inci dengan pengukur (gauge) 21-23 untuk IV. Berikan dosis yang tepat,
seperti ditunjukkan di atas, melalui vena cephalic atau saphaneous. Jika anjing dalam keadaan
terbius, mungkin harus dipakai metode intra-kardial.
• Pentobarbitone intracardiac hanya boleh dipakai apabila hewan dalam keadaan terbius dan
vena perifer tidak dapat diakses. Gunakan jarum suntik ukuran 11/2 inci dengan gauge 21.
• Hewan harus dipastikan sudah mati sebelum dilakukan penguburan/pembungkusan dengan
konfirmasi dokter hewan yang tidak menemukan tanda-tanda reflek kornea (sentuh kornea mata;
apabila tidak ada gerakan maka anjing sudah mati), detak jantung dan pernapasan (memakai
stetoskop), dan denyut nadi (memakai arteri femoral)
• Jasad hewan yang telah di-euthanasia harus dikubur atau dibakar oleh petugas yang
bertanggungjawab. Pemimpin tim harus mengawasi langsung pelaksanaan penguburan/
pembakaran.
• Isilah formulir surveilans (kita harus pastikan formulir surveilans hanya diisi satu kali) dan formulir
• Jika anjing menunjukkan gejala rabies, pisahkan kepala dari tubuhnya dengan memotong di antara
tengkorak dan vertebra pertama (atlanto occipital junction). Pakaian pelindung harus selalu
dikenakan. Dinginkan kepala anjing dalam cold box untuk dikirim ke BBVet, kemudian isi formulir
pengiriman sampel. Laporkan hasil kegiatan kepada warga
• Komunikasikan kegiatan penanggulangan rabies kepada warga sekaligus menyerahkan
bahan-bahan KIE
• Laporkan hasil kegiatan kepada kepala banjar dan kepala desa, dan jangan lupa berterimakasih
atas dukungan mereka.
Risiko dan pencegahan
• Semua personil yang terlibat dalam kegiatan penanggulangan respons cepat harus mendapatkan
vaksinasi terlebih dahulu setidaknya tiga minggu sebelum mulai bekerja.
• Perangkat P3K harus selalu dibawa pada setiap kunjungan ke lapangan.
• Diagnosa rabies, euthanasia, dan memastikan kematian anjing yang di-euthanasia hanya boleh
dilakukan oleh dokter hewan yang berkualifikasi.
• Penggunaan Pentobarbitone (misalnya Solusi Valabarb Euthanasia (Jurox 500 ml) & Lethabarb
(Virbac 450ml) dalam program pengendalian rabies hanya boleh dilakukan oleh ahli bedah
hewan melalui injeksi intravena atau injeksi intrakardiak setelah hewan dianestesi dengan sedasi
yang cukup.
Berat Badan (Kg) Xylazine 20mg/ml Ketamine 100mg/ml
1 0,1ml 0,1ml
5 0,5ml 0,5ml
10 1,0ml 1,0ml
15 1,5ml 1,5ml
20 2,0ml 2,0ml
Berat Badan (Kg) Lethobarb (1ml/2kg) Valabarb (2ml/5kg)
1 0,5 ml 0,4 ml
5 2,5ml 2 ml
10 5 ml 4 ml
15 7,5ml 6 ml
20 1,0ml 8 ml
Secara implementasi Takgit membutuhkan
kerjasama teknis dari pemangku kepentingan utama
yaitu Dinas kesehatan dan Dinas peternakan dan
kesehatan hewan, petugas puskesmas dan petugas
puskeswan,
Dari sisi kesehatan manusia, tugas utama dari Takgit
yaitu
a. Melakukan manajemen gigitan anjing pada
manusia (penanganan luka dan pemberian
VAR); dan
b. Memberikan pelaporan kepada dinas
peternakan dan kesehatan hewan.
Sedangkan dari sisi kesehatan hewan mempunyai
tugas utama Takgit yaitu :
a. Melakukan tindak lanjut dari pelaporan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan berupa
investigasi kasus
b. Melakukan diagnosa kasus pada hewan
(melalui pengamatan dan konfirmasi
laboratoirum dan
c. Melaporkan informasi hasil pengamatan
hewan suspek dan hasil konfirmasi
laboratorium juga diambil sampelnya
d. Melakukan respon terhadap kasus positif
Takgit merupakan kegiatan minimal yang akan ada
di semua wilayah negara kita , Sesuai dengan kondisi
penyakit dan sumberdaya yang ada, setiap daerah
dapat menentukan apakah strategi vaksinasinya
masing-masing. Sejalan dengan semakin
menguatnya sumberdaya manusia dan terpenuhinya
kebutuhan untuk program pemberantasan di setiap
daerah, maka program dapat ditingkatkan skalanya,
misalnya dari hanya kegiatan Takgit, menjadi
Takgit dan vaksinasi darurat sampai kemudian bisa
dilaksanakan program penuh dimana ada Takgit dan
vaksinasi massal.
Dengan adanya keterbatasan sumber daya baik
manusia maupun pendanaan baik ditingkat pusat
maupun daerah, maka pelaksanaan program ini
akan dijalankan secara bertahap sesuai dengan
prioritas daerah dan nasional. Pendanaan pusat
akan difokuskan kepada daerah-daerah yang
menjadi fokus pusat dan daerah-daerah yang
mengalokasikan dana yang memadai sebagai
pendamping dana pusat. Pentahapan program
pemberantasan ini dapat dilaksanakan baik dengan
pendekatan per wilayah administrasi maupun per
pulau sesuai dengan kebutuhan.
berdasar hasil lokakarya tentang roadmap
nasional rabies, yang dilaksanakan di Bogor pada
tanggal 21-22 Desember 2015, Gambar 14 yaitu
posisi dan status masing-masing daerah berdasar
tingkat penyakit dan tingkat sumberdaya yang dimiliki.
Status ini sudah berubah pada tahun 2019 karena
beberapa daerah berhasil dibebaskan, sedangkan
daerah lain menjadi daerah tertular baru.
Surveilans merupakan pemantauan yang dilakukan
secara terus menerus dan diikuti dengan tindakan
yang segera dilakukan jika hasil pemantauan
mengindikasikan terjadinya kenaikan prevalensi atau
insidensi kasus yang signifikan. Tujuan surveilans
yaitu untuk memperoleh informasi tentang situasi
dan distribusi penyakit untuk segera ditindaklanjuti
secara terintegrasi oleh otoritas veteriner.
Tujuan dari surveilans yaitu :
1. Untuk penetapan status awal daerah bagi
daerah tersangka (insidensi tidak diketahui),
sehingga tingkat insidensi dasar (baseline
incidence) dapat diketahui.
2. Untuk pemantuan penyakit bagi daerah yang
dianggap tertular sehingga tingkat insidensi
dapat diketahui sampai ke situasi yang tepat
untuk pemberantasan.
3. Untuk demonstrasikan dan melakukan
pembuktian status bebas (proof of freedom),
sehingga tingkat insidensi yang ditemukan
dapat dijadikan dasar ilmiah yang kuat dan
dapat dipertanggung jawabkan secara
epidemiologis.
Pada dasarnya surveilans merupakan langkah
strategis dalam pemberantasan rabies yang terdiri
dari 2 (dua) macam kegiatan yaitu:
1. Surveilans Sindromik
Surveilans ini merupakan program
surveilans yang dilaksanakan secara rutin
untuk mendeteksi kasus gigitan atau kasus
hewan pembawa rabies (terutama anjing)
yang menunjukan gejala klinis tertentu
yang terjadi di lapangan dan kemudian
dilakukan investigasi dan wawancara dan jika
memungkinkan mencari hewan tersangka.
2. Surveilans Berbasis Takgit
Surveilans berbasis Takgit merupakan
program surveilans yang dilaksanakan
berdasar proses pelaporan kasus
gigitan dari pihak kesehatan manusia untuk
mendeteksi kasus positif rabies pada hewan
(terutama anjing).
Kegiatan surveilans dilakukan melalui pengumpulan
data tentang epidemiologi penyakit yang meliputi
agen penyakit, identitas hewan penular rabies
(HPR), populasi dan distribusi HPR, data klinis, faktor
lingkungan yang mendukung munculnya rabies,
dampak rabies terhadap kesehatan warga ,
kesehatan hewan, maupun kesehatan lingkungan.
Pengambilan data dilakukan paling sedikit melalui
pengambilan sampel dan/atau spesimen yang
disebut sebagai surveilans aktif. Selain itu dapat
dilakukan surveilans pasif, yaitu mengumpulkan dan
menganalisis pelaporan dan sampel yang diterima
dari warga .
Surveilans dilakukan baik di daerah tertular, terduga,
maupun daerah bebas. Surveilans di daerah tertular
bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan
menentukan strategi pemberantasan. Surveilans
di daerah terduga dilakukan untuk memastikan
status wilayah. Sedangkan di daerah bebas,
surveilans dipakai untuk deteksi dini. Pada daerah
bebas, surveilans harus tetap dilakukan untuk
mengantisipasi masuknya kembali rabies.
Pengukuran antibodi spesifik rabies tidak dapat
direkomendasikan untuk surveilans secara rutin.
Beberapa informasi yang dapat dipakai sebagai
data pendukung analisa hasil surveilans yaitu
kasus konfirmasi laboratorium, jumlah kasus suspek,
gigitan hewan, serta jumlah orang yang mendapatkan
VAR dan/atau SAR.
Untuk memungkinkan menjalankan manajemen
populasi anjing yang berkelanjutan, asal penyebab
utama yang berkaitan populasi yang berlebihan harus
ditangani. Untuk setiap program MPA sebaiknya
menangani 8 komponen yang berbeda.
Tergantung dengan situasi yang spesifik, komponen-
kompoenen diatas dibanyak kasus bisa dilakukan
secara bersamaan dan hal ini tidak perlu dilakukan
secara berurutan.
1. Edukasi
Edukasi yaitu kunci dalam pendekatan
komprehensif jangka panjang dari MPA.
Edukasi ini dapat membuka jalan untuk lebih
bertanggung jawab yang lebih besar terhadap
anjing bagi pemilik anjing dan pemilik non-
anjing. Pendidikan dapat meningkatkan
pengetahuan, mempengaruhi persepsi
dan mengubah sikap, belum lagi membawa
manfaat sosial dan ekonomi ketika masyrakat
belajar tentang pencegahan gigitan anjing dan
hewan peliharaan kepemilikan bertanggung
jawab
2. Legislasi
Legislasi - dan penegakan legislasi - yaitu
penting bagi keberlanjutan program MPA.
Legislasi memberikan kewengan kepada
pemegang otoritas untuk bisa bertindak
untuk memastikan populasi anjing dapat
terkontrol secara humane (manusiawi).
Kombinasi hal ini dengan program pendidikan
dapat mempromosikan solusi kesejahteraan
hewan serta pemeliharaan hewan yang
bertanggung jawab.
3. Identifikasi dan registrasi
Identifikasi dan registrasi yaitu alat
yang esensial dalam mempromosikan
pemeliharaan anjing yang bertanggung
jawab. ada berbagai cara dan metode
dalam melakukan identifikasi. Sangat penting
untuk memilih salah satu yang sesuai dengan
situasi lokal, sehingga dapat membantu
pemilik anjing mencari kembali anjing yang
hilang dari pemiliknya dan juga dalam
menegakkan legislasi.
4. Kontrol