Tampilkan postingan dengan label rabies 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label rabies 3. Tampilkan semua postingan

Selasa, 30 April 2024

rabies 3






  golden 

standard yaitu  satu-satunya cara diagnosa 

definitif yang harus diterapkan setidaknya di 

tingkat pusat (referensi laboratorium rabies 

nasional). FAT dapat mendiagnosa 98-100% 

kasus rabies dari semua strain virus jika 

memakai  konjugat berkualitas baik. 

Meskipun demikian, akurasi uji tergantung 

pada beberapa variabel, seperti keahlian 

penguji, kualitas konjugat dan peralatan 

dasar, termasuk mikroskop yang dipakai . 

Specimen yang dipakai  untuk FAT 

yaitu  specimen segar (dalam es) atau 

dalam pengawet gliserin saline (Direktorat 

Kesehatan Hewan 2015).

2. RIAD (rabies immunoperoxidase antigen 

detection)

Metode lain yang dipakai  yaitu  metode 

RIAD.  Metode RIAD dianggap lebih murah 

dan mudah juga memiliki sensititas yang 

cukup baik.  Uji ini hanya memerlukan 

mikroskop cahaya untuk mendiagnosa 

sampel. Diharapkan uji ini dapat diaplikasikan 

di laboratorium kabupaten dan kota yang 

tidak mempunyai mikroskop fluoresens 

serta menggantikan uji sellers. Secara 

prinsip uji RIAD sama dengan pewarnaan 

imunohistokimia, yaitu dengan mereaksikan 

antigen dengan antibodi spesifik rabies.  

Ikatan antigen-antibodi rabies ditandai adanya 

perubahan warna dengan penambahan 

substrat tertentu (AEC).

RIAD merupakan metode uji rabies yang 

murah namun mempunyai tingkat sensitifitas 

dan spesifisitas pengujian yang tinggi. 

Menurut Rahmadani et al. (2014) sensitifitas 

dan spesifisitas RIAD sebesar 100%. Uji ini 

hanya memakai  mikroskop cahaya untuk 

mendiagnosa sampel. Diharapkan uji ini dapat 

diaplikasikan di laboratorium kabupaten 

dan kota yang tidak mempunyai mikroskop 

fluoresens serta menggantikan uji sellers. 


3. DRIT (direct, rapid immunohistochemical 

test)

Uji DRIT dikembangkan oleh CDC 

(U.S. Centers for Disease Control and 

Prevention) pada tahun 2006. Berbagai 

penelitian telah dilakukan untuk menilai 

manfaat dan penggunaan uji ini. Semua 

penelitian memberikan hasil yang sama 

yang menyatakan bahwa DRIT tidak hanya 

memiliki hasil diagnose yang hamper 

sama dengan FAT, tetapi juga lebih murah 

dan mudah untuk diintrepretasikan oleh 

pembaca yang tidak berpengalaman. Temuan 

ini memberikan gambaran yang jelas untuk 

DRIT sebagai potensi alat pengujian rabies 

yang terakreditasi WHO dan OIE 

4. PCR (polymerase chain reaction)

PCR mempunyai peranan yang penting, 

namun tidak direkomendasikan untuk 

diagnosa secara rutin. Teknik molekuler 

dapat dipakai  untuk survei epidemiologi 

dengan penerapan quality control yang 

sangat ketat dan dengan petugas yang 

berpengalaman. Teknik ini juga dapat 

dipakai  pada pemeriksaan ante-mortem 

pada manusia. Penggunaan control positif 

yang berkualitas baik sangat disarankan 

(Direktorat Kesehatan Hewan 2015).

5. Pewarnaan Seller’s

Metode pewarnaan Seller’s memiliki tingkat 

spesifitas tinggi namun memiliki tingkat 

sensitifitas yang relative rendah sehingga 

hanya dipakai  sebagai screening test. 

Peneguhan diagnosa tetap memakai  uji 

FAT (Direktorat Kesehatan Hewan 2015).

6. Isolasi dan karakterisasi virus

Virus juga dapat diisolasi untuk 

mengkonfirmasi hasil uji deteksi antigen 

dan untuk karakterisasi dan amplifikasi 

lebih lanjut. Virus dapat diisolasi dalam 

biakan jaringan seperti sel neuroblastoma 

atau inokulasi intrakranial pada mencit. 

Karakterisasi dapat dilakukan memakai  

PCR yang dilanjutkan dengan sequencing atau 

dengan memakai  antibodi monoklonal. 

Karakteristik rutin isolat virus dari kasus 

dan wabah sangat dianjurkan untuk dapat 

mengidentifikasi asal indung semang, sumber 

infeksi dan asal secara geografis terutama 

pada saat terjadinya peningkatan lalu lintas 

hewan (Direktorat Kesehatan Hewan 2015).

Hasil isolasi dan karakterisasi ini dapat 

dipakai  untuk membedakan antara 

strain lapang dan strain vaksin, serta dapat 

dipakai  untuk mengidentifikasi asal virus 

secara geografis dari virus lapang. Uji ini 

harus dilakukan oleh personal laboratorium 

yang sangat terlatih dan dengan fasilitas 

laboratorium khusus (Direktorat Kesehatan 

Hewan 2015).

7. Test-kit

Di negara-negara endemic rabies, dana dan 

infrastruktur sering tidak tersedia untuk 

mendukung penggunaan FAT sebagai golden 

standard diagnosa rabies. Test-kit untuk 

pemeriksaan rabies telah dikembangkan 

memakai  antibodi monoklonal yang 

dapat mengenali nucleoprotein virus rabies. 

Dari hasil penelitian didapatkan hasil yang 

menunjukkan bahwa sensitivitas dari metode 

ini mencapai lebih dari 92% dan spesifitas lebh 

dari 88%. Test-kit ini menyediakan metode 

yang sederhana dan cepat dalam mendeteksi 

rabies, serta tidak membutuhkan rantai 

dingin untuk transportasi atau pelatihan 

yang rumit untuk petugas pemeriksa. Test-

kit ini cocok untuk screening virus rabies, 

khususnya di daerah dengan prevalensi 

rabies tinggi dan di mana FAT tidak tersedia 


Vaksinasi massal tahunan dengan vaksin yang 

direkomendasi secara internasional masih 

merupakan strategi utama dalam pengendalian 

dan pemberantasan rabies. Untuk mencapai target 

pengendalian dan pemberantasan rabies, kampanye 

vaksinasi massal harus dilakukan secara tahunan 

dan secara rutin dengan cakupan vaksinasi minimal 

70% dari populasi anjing, yang cukup dalam menjaga 

kekebalan kelompok populasi yang rentan terhadap 

rabies melawan dinamika populasi (turnover 

population). Cakupan vaksinasi harus harus dievaluasi 

secara rutin, dengan konsultasi epidemiologi yang 

sesuai dalam memastikan target dapat dicapai dalam 

wilayah yang luas. Program vaksinasi massal harus 

dapat dilaksanakan secara fleksibel berkaitan dengan 

waktu pelaksanaan dan respon yang cukup terhadap 

perubahan kondisi epidemiologi (  .

Vaksinasi oral pada anjing juga dapat dipakai  

untuk meningkatkan cakupan terutama pada 

populasi anjing yang tidak dapat dihandle atau 

ditangkap untuk vaksinasi. Vaksinasi oral dapat 

dipakai  sebagai pelengkap program vaksinasi 

untuk meningkatkan cakupan vaksinasi pada 

populasi yang lebih besar (  . Pemegang 

program vaksinasi harus memasukkan ekologi lokal, 

termasuk ekologi anjing di antara populasi anjing ke 

dalam pertimbangan program vaksinasi, terutama 

status kepemilikan dan status pemeliharaan.

Melalui analisa biaya dan keuntungan diketahui 

bahwa perbandingan biaya yang dibutuhkan 

untuk penyediaan VAR pada manusia dengan 

pemberantasan rabies secara vaksinasi massal 

anjing di Bali yaitu  5:1. Melalui analisa biaya 

dan keuntungan pada program pemberantasan 

rabies di Bali dengan proyeksi bebas rabies 2020, 

biaya yang dapat dihemat setelah 5 tahun yaitu  

sebesar Rp.128.6 Miliar. Penghematan terjadi 

karena VAR untuk manusia tidak perlu disediakan 

lagi. Pemberian VAR pada manusia tidak akan 

menurunkan prevalensi rabies, walaupun biaya yang 

dibutuhkan bisa mencapai Rp. 1.000.000, yaitu 20 

kali lebih besar dibandingkan dengan melakukan 

vaksinasi pada anjing Rp. 50.000. Sementara dengan 

melakukan vaksinasi pada anjing, kasus rabies pada 

manusia dan hewan akan menurun dengan signifikan 


Jenis Vaksinasi

berdasar  waktu, cakupan target dan tujuan 

ada  3 tipe vaksinasi, yaitu:

1. Vaksinasi massal (mass dog vaccination)

Vaksinasi yang dilakukan disuatu daerah 

secara serentak dalam waktu tertentu 

dengan menargetkan cakupan minimal 

populasi HPR yang tervaksin yaitu  70%.  

Vaksinasi masal sebaiknya dilakukan secepat 

mungkin.  Hal ini dilakukan dengan harapan 

dapat mempertahankan kekebalan populasi 

dalam level yang ingin dicapai. Vaksinasi 

masal biasanya dilakukan setiap tahun.

2. Vaksinasi penyisiran (sweeping vaccination)

Vaksinasi penyisiran yang dilakukan 

sepanjang tahun untuk menyasar HPR 

rentan yang belum terjaring dalam vaksinasi 

massal.

3. Vaksinasi darurat (emergency vaccination)

Vaksinasi yang dilakukan pada satu daerah 

tertentu yang mengalami kasus rabies dengan 

tujuan untuk meningkatkan kekebalan HPR 

kelompok dalam upaya mengurangi laju 

infeksi pada daerah ini .  Vaksinasi 

darurat dilaksanakan dalam waktu 24 jam 

setelah diketahui adanya kasus positif disuatu 

tempat, hal ini dilakukan untuk memastikan 

bahwa anjing disekitar kasus positif telah 

memiliki kekebalan terhadap Rabies

Di antara program vaksinasi massal setiap tahun, 

perlu dilaksanakan vaksinasi konsolidasi untuk 

menyasar anjing yang belum divaksinasi dan juga 

anak anjing yang belum divaksin. Dalam rangka 

mempercepat pencapaian pembebasan, vaksinasi 

massal dapat dilaksanakan lebih dari 1 (satu) 

kali dalam setahun, dengan mempertimbangkan 

epidemiologi penyakit dan dukungan sumberdaya. 

Selain vaksinasi massal, perlu dilakukan juga 

vaksinasi darurat di daerah/desa yang ditemukan 

kasus positif mengikuti hasil investigasi terpadu antara 

kesehatan hewan dan kesehatan warga .

Syarat Keberhasilan Vaksinasi

Untuk mendapatkan tingkat imunitas yang diinginkan 

berikut yaitu  persayaratan keberhasilan vaksinasi:

1. Vaksin memiliki kualitas yang baik

Vaksin yang dipakai  harus memiliki kualitas 

yang baik dan teruji dapat memberikan 

kekebalan minimal 1 (satu) tahun.  

2. Penanganan vaksin

Vaksin yaitu  bahan material organik yang 

memerlukan penanganan yang baik.  Dalam 

proses penanganan vaksin, cold chain 

management dari produsen sampai disuntikkan 

ke hewan target yaitu  sesuatu hal yang 

paling penting untuk dilaksanakan dengan 

baik sehinga potensiasi vaksin dan kualitasnya 

tetap terjaga.  Untuk itu dalam implementasi 

program vaksinasi, infrastruktur dan kapasitas 

petugas harus dipersiapkan terlebih dahulu 

sebelum dilaksanakan program vaksinasi.

3. Proses pemasukan vaksin kedalam tubuh 

hewan

Cara pemberian vaksin akan mempengaruhi 

respon yang timbul. Misalnya vaksin oral 

akan menimbulkan imunitas lokal disamping 

sistemik, sedangkan vaksin parenteral akan 

memberikan imunitas sistemik saja.  Proses 

pemasukan vaksin juga harus memperhatikan 

metode teknis pemberian sehingga vaksin 

dapat menggertak respon  imun dengan baik

4. Pemberian, dosis, frekuensi pemberian dan 

jenis vaksin

Pemberian dosis, frekuensi dan jenis 

vaksin yaitu  faktor lain yang disebaiknya 

diperhatikan dalam pemberian vaksin. Dosin 

pemberian vaksin yang terlalu tinggi atau terlalu 

rendah juga mempengaruhi respon imun yang 

terjadi. Dosis terlalu tinggi akan menghambat 

respon imun yang diharapkan, sedang dosis 

yang terlalu rendah tidak merangsang sel-

sel imunokompeten. Selain itu frekuensi 

pemberian vaksin juga mempengaruhi respon 

imun yang terjadi. 

Implementasi Vaksinasi

1. Target Vaksinasi

Secara implementasi vaksinasi dilakukan 

pada semua anjing termasuk anak anjing 

yang telah berumur lebih dari 2 (dua) minggu 

dan dilakukan pengulangan (booster) setiap 

tahun.

Dalam proses pemberantasan rabies, target 

utama vaksinasi yaitu  anjing yang diliarkan 

atau liar (anjing dewasa dan anak anjing) 

yang sebagai besar waktunya berada di luar 

rumah.

Untuk mencapai kekebalan kelompok 

dan menghentikan sirkulasi virus (Ro <1), 

cakupan vaksinasi harus mencapai minimal 

70% di setiap desa dan dilakukan dalam 

jangka waktu yang singkat

2. Penandaan

Tagging atau penandaan anjing yang telah 

di vaksin yaitu  hal yang penting.  Tujuan 

tagging/penandaan utamanya yaitu  untuk 

membedakan anjing yang telah divaksin dan 

tidak selain itu tagging juga dapat dipakai  

dalam menghitung cakupan vaksinasi yag 

telah dilakukan.  Lebih dari itu tagging juga 

memberikan fungsi lain yaitu fungsi sosial 

terutama dalam memberikan rasa aman bagi 

warga .  

Metode tagging paling umum yaitu  dilakukan 

dengan penandaan seperti kalung anjing 

(tag/collar) yang bisa bertahan lama.  Namun 

metode-metode lain dapat dijuga dilakukan 

dan disesuaikan dengan keadaan masing-

masing daerah dengan mempertimbangkan 

beberapa hal, yaitu:

a. Murah

b. Mudah

c. Bertahan lama

d. Tidak menimbulkan isu kesejahteraan 

hewan

3. Tim Vaksinasi

Pelaksanaan vaksinasi massal dilakukan 

oleh Tim terlatih baik itu dokter hewan, 

---   |  59 

paramedik veteriner maupun petugas Dinas 

yang terlatih dengan sistem rumah ke rumah 

(door to door). 

Vaksinasi pada anjing yang dipelihara dan 

mudah ditangani dapat dilakukan dengan dua 

orang petugas, yaitu vaksinator dan pencatat, 

sedangkan untuk vaksinasi pada anjing liar 

atau anjing yang dilepas liarkan(biasanya di 

luar rumah) vaksinasi dapat dilakukan tim 

yang terdiri dari 6 (enam) orang petugas.  

Tim ini terdiri dari vaksinator, pencatat dan 

dilengkapi 4 (empat) orang penangkap anjing 

terlatih. 

Pada pelaksanaan vaksinasi konsolidasi 

(sweeping vaccination) diutamakan menyasar 

anak anjing yang belum divaksinasi.  Vaksinasi 

ini dapat dilakukan oleh 2 (dua) orang petugas 

dengan cara mengunjungi dari rumah ke 

rumah. Vaksinasi dapat juga dilakukan oleh 

kader kesehatan hewan terlatih di bawah 

pengawasan dokter hewan berwenang.

4. Verifikasi cakupan vaksinasi

Untuk memastikan bahwa vaksinasi 

mencapai cakupan minimal 70%, diperlukan 

adanya estimasi awal populasi anjing. Estimasi 

populasi anjing bisa dilakukan berdasar  

rasio anjing dan manusia. Cara ini pernah 

dipakai  untuk menghitung estimasi anjing 

di Pulau Bali pada tahun 2011 dengan rasio 

1:12,5 (Arif RA 2014) dan di Pulau Nias pada 

tahun 2013 dengan rasio 1:20 (Ditkeswan 

et al. 2013). Estimasi populasi anjing yang 

lebih baik dapat dilakukan dengan cara 

survey yang telah banyak dikembangkan, 

di antaranya yaitu  metode estimasi anjing 

yang dikembangkan oleh World Society for 

the Protection of Animal (WSPA) (sekarang 

disebut World Animal Protection).

Verifikasi cakupan vaksinasi mempunyai 

beberapa fungsi yaitu:

a. Evaluasi cakupan vaksinasi massal yang 

sedang berlangsung

b. Survei ini juga dipakai  untuk 

membuat estimasi populasi 

c. Masukkan untuk pelaksanaan vaksinasi 

massal berikutnya. 

Dengan memperhatikan data dan analisa 

epidemiologis hasil vaksinasi dan situasi 

rabies di tahun sebelumnya, vaksinasi massal 

lanjutan ditargetkan lebih banyak dari jumlah 

vaksinasi dari tahun pertama dan seterusnya. 

Hal ini penting dilakukan karena adanya 

pergantian populasi anjing yang cukup tinggi 

dan juga menghindari estimasi populasi yang 

lebih rendah dari populasi sebenarnya.

Selain survei cakupan vaksinasi, survei 

serologis secara acak juga diperlukan 

untuk mengetahui persentase anjing yang 

menunjukan respon yang baik terhadap 

vaksinasi. Serosurvey ini akan dipakai  

sebagai penunjang survei pasca vaksinasi 

yang dilakukan dengan tagging/collar survey.

Setiap hasil kegiatan vaksinasi dan survei 

paska vaksinasi dibuat laporan formal 

tertulis, juga dilaporkan melalui SMS dengan 

format tertentu kepada petugas di provinsi 

yang telah ditunjuk dengan system pelaporan 

yang dikembangkan dan disepakati antara 

Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota.  

Untuk memastikan bahwa kegiatan vaksinasi 

dan kegiatan penunjang lainnya berjalan 

dengan baik sesuai standar yang telah 

disepakati, dimana pencapaian target dan 

permasalahan dievaluasi dan diselesaikan 

untuk perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan 

berikutnya perlu adanya koordinasi rutin 

di antara tim yang terlibat dengan sistem 

koordinasi yang telah disepakati, baik melalui 

pertemuan mingguan, bulanan atau media 

lain yang disepakati.

60  | --- 

Panduan Teknis Implementasi Vaksinasi

1. Panduan Teknis Vaksinasi Massal

Panduan Vaksinasi Massal

Pendahuluan

Vaksinasi pada anjing harus dilakukan secara efisien (cepat dan efektif) dan dengan cakupan melebihi 70% 

populasi anjing. Prosedur harus dijalankan dengan meminimalkan tingkat stress pada anjing dan dengan 

cara yang manusiawi. Tindakan ini akan memastikan bahwa setiap kegiatan pada vaksinasi selanjutnya 

tidak akan terlalu sulit. Jika pemilik dapat menangkap dan menahan anjing mereka untuk divaksinasi, maka 

metode inilah yang lebih dipilih. Penggunaan jaring hanya dipakai  jika diperlukan dan bukan sebagai 

respon pertama.

Tujuan

Untuk memastikan bahwa semua anjing dapat divaksinasi secara cepat dan efisien untuk mendapatkan 

cakupan maksimum pada populasi anjing

Cakupan

Tim vaksinasi melaksanakan vaksinasi semua anjing di wilayah target

Pengguna/Target Peserta

Tim vaksinasi

Penanggungjawab

Koordinator vaksinasi

Materi/Peralatan

• Vaksin dengan nomor registrasi dari Kementerian Pertanian

• Jarum ukuran 18-23 G

• Syrinx

• Jaring penangkap

• Paket pertolongan pertama

• Materi KIE

• Kotak sampah

• Cool box yang dilengkapi dengan rantai dingin standar dan thermometer

• Sarung tangan

• Kalung/kolar

• Form vaksinasi

• Kartu vaksinasi

Personal

Tim vaksinasi yang terdiri atas 6 personal: 1 vaksinator, 1 petugas pencatat dan komunikasi, dan 4 

penangkap anjing

Prosedur

Penjadwalan vaksinasi

• Jadwal vaksinasi disusun oleh Dinas Peternakan kabupaten/kota dengan tim vaksinasi sesuai 

dengan jadwal vaksinasi yang ditentukan dalam program vaksinasi masal di Provinsi Bali

• Selanjutnya jadwal vaksinasi diinformasikan melalui surat ke desa target minimal 3 hari sebelum 

pelaksanaan. Perkiraan jumlah anjing dan kebutuhan vaksin wajib disepakati dalam pertemuan ini.

• Wajib dilakukan pengaturan dengan bagian penyimpanan vaksin di dinas kabupaten/kota untuk 

memasok jumlah vaksin yang tepat pada jam 6.00 pagi atau sore hari sebelumnya.

• Vaksin wajib disimpan, diangkut dan dihitung sesuai dengan SOP manajemen rantai dingin rabies

---   |  61 

Sosialisasi sebelum vaksinasi ke desa dan dusun

• Desa/dusun yang dijadwalkan untuk vaksinasi pada anjing harus diberitahu dalam waktu tidak 

kurang dari 3 hari sebelumnya pada saat pertemuan awal.

• Pada pertemuan awal ini, strategi umum untuk menangkap anjing harus disepakati oleh para tokoh 

warga  lokal sebelum tim vaksinasi datang dan rencana ini harus dikomunikasikan dengan tim. 

Strategi ini mencakup:   

o Bagaimana tim bergerak di banjar, contohnya apakah mulai dari bale banjar terlebih dahulu? 

o Apakah ada area-area di banjar yang sulit dijangkau atau memiliki banyak anjing yang 

berkeliaran?  

• Jelaskan metode penanganan anjing, termasuk memberikan peringatan pada para pemilik bahwa 

tim vaksinasi menginginkan anjing dipegang jika hal ini dapat dilakukan dengan aman.   

• Tanggal dan perkiraan waktu pelaksanaan vaksinasi. 

• Meminta tokoh warga  untuk menyertai tim saat kegiatan vaksinasi. 

• Meminta tokoh warga  untuk mensosialisasikan ke seluruh warga

Pada hari vaksinasi

• Bertemu dengan tokoh warga  terlebih dahulu dan tinjau kembali rencana untuk melihat 

apakah ada perubahan.

• Minta tokoh warga  menemani tim untuk memastikan seluruh area banjar didatangi dan 

mengunjungi semua rumah yang memelihara anjing.  

• Bergerak ke seluruh penjuru banjar sesuai dengan rencana, memastikan bahwa semua rumah 

dan tempat lainnya tercakup (termasuk pura, rumah potong, pasar, area pemakaman, sekolah dan 

pantai).

• Walaupun anjing merupakan target utama vaksinasi, tetapi jika ada orang yang membawa HPR 

lainnya, juga dapat divaksin.

• Jika anjing ada pemiliknya, diminta untuk membantu memegangi anjingnya.

• Jika anjing tidak dapat ditangani oleh pemiliknya, tangkap anjing dengan jaring

• Vaksin semua anjing di banjar, termasuk anak anjing minimal umur 3 minggu atau sudah disapih 

(saat anak anjing sudah terbuka matanya) sesuai dengan protokol di bawah. Sedangkan pemilik 

anak anjing di bawah umur 3 minggu diwajibkan menghubungi petugas peternakan untuk dilakukan 

vaksinasi setelah mencapai umur 3 minggu.

• Beri kalung/peneng pada anjing yang sudah divaksinasi. Ini penting untuk membedakan antara 

anjing yang divaksinasi dan yang belum. Pastikan ada jarak sebesar tiga jari di antara tali dan leher 

anjing supaya anjing tidak tercekik.

• Jangan pasang kalung pada anak anjing kecuali jika anak anjing ini  ada pemiliknya, yang 

bertanggungjawab untuk mengganti kalung saat anjing tumbuh besar.

• Catat semua hewan yang divaksin pada formulir vaksinasi. Kalau anjing ada pemiliknya, berikan 

kartu vaksinasi rabies pada pemiliknya.

• Konfirmasikan dengan tokoh warga  bahwa vaksinasi pada banjar sudah selesai dilaksanakan.

• Jika ada lebih dari satu banjar yang divaksinasi dalam satu hari, cuci dan disinfeksi jaring sebelum 

memulai dengan banjar berikutnya, untuk mencegah penyebaran penyakit. 

62  | --- 

Protokol penanganan anjing

• Pemilik anjing lebih mengetahui cara terbaik memegang anjing mereka, tetapi vaksinator 

bertanggungjawab meminimalisasi risiko gigitan anjing. Tanyakan apakah si pemilik bersedia 

memegang anjingnya, biarkan pemilik yang memutuskan, jika tidak bersedia, maka jaring dapat 

dipakai . 

• Secara umum, anjing dapat dipegang dengan dua cara: 

o Dipegang oleh pemilik 

Pemilik harus hati-hati untuk menahan berat badan anjing dengan benar dan tidak 

memegang kaki bagian depan saja.  

Pemilik harus waspada pada letak mulut anjing sehingga dapat menghindari dari gigitan. 

Beberapa pemilik bersedia menahan mulut anjing dengan tangan seperti yang ditampilkan 

pada foto.  

Vaksinator harus berdiri di belakang anjing ketika melakukan vaksinasi, bukan berdiri di 

depan. 

o Memegang anjing di lantai oleh pemilik 

Anjing besar dan anjing yang tidak suka diangkat dapat tetap berada di lantai, pemilik 

anjing dapat berdiri di sebelah atau berdiri dengan posisi anjing di antara ke dua kaki.

Pemilik harus waspada akan letak mulut anjing dan memegang anjing pada bagian 

belakang agar tidak digigit. Beberapa pemilik lebih memilih memegang kaki depan anjing 

ketika vaksinasi dilakukan, untuk mencegah anjing bergerak seperti yang ditampilkan 

pada foto di bawah ini, tetapi mereka harus memastikan agar anjing tidak menggigit 

mereka pada saat vaksinasi.  

Protokol Vaksinasi

• Spuit dan Jarum:

o Spuit dapat dipakai  ulang maksimum untuk lima (5) ekor anjing. 

o Setiap anjing yang divaksin harus memakai  jarum baru. Jarum bekas dimasukkan kedalam 

safety box.  

• Aplikasi vaksinasi dilakukan secara subkutan/intramuskular dibawah supervisi dokter hewan. 

• Adapun tempat-tempat penyuntikan subkutan dapat dilakukan di: 

o Leher – Area ini yaitu  area yang direkomendasikan karena kulitnya berlipat dan mudah 

diangkat. Area ini memiliki suplai yang baik dari pembuluh darah, dan pendorong jarum suntik 

(plunger) harus ditarik ke belakang agar memastikan vaksin tidak dimasukkan dengan cara 

intravenous.

o Rusuk – Area ini yaitu  yang paling nyaman dan paling aman. 

o Kulit yang menggelambir di bagian panggul – Ini juga bisa menjadi area alternatif karena kulit 

di bagian ini juga berlipat.   

• Sedangkan penyuntikan secara intramuscular dilakukan pada kaki belakang Cara ini lazim 

dipakai  sebagai “JAB” (injeksi) yang dapat dijadikan opsi untuk anjing yang bermasalah.  Bahaya 

terletak pada syaraf Ischiatic, dan tulang kaki yang dapat rusak saat injeksi.  Direkomendasikan 

untuk memakai  jarum yang pendek dan dilakukan hanya oleh vaksinator yang berpengalaman. 

---   |  63 

• Metode yang benar untuk injeksi vaksin subcutan:

o Kulit harus dipegang saat mempersiapkan penetrasi jarum, dan ini bergantung pada pilihan 

pribadi dari vaksinator. Ada beberapa pilihan berbeda berdasar  ketepatan area di mana 

vaksin harus dimasukkan: di leher, di sepanjang garis tengah di atas tulang punggung (vertebra) 

atau di bagian kiri atau kanan. Biasanya dapat dilakukan di kedua sisi garis tengah.  

o Tarik kulit pada bagian leher 

o Suntik seperti yang ditunjukan yaitu pararel pada lipatan kulit

Pencatatan vaksinasi

• Formulir pelaksanaan vaksinasi secara harian dicatat pada formulir yang disediakan oleh dinas dan 

dikumpulkan setiap selesai vaksinasi kepada penanggung jawab vaksinasi dinas kabupaten untuk 

diinput oleh data encoder Kabupaten dalam database untuk selanjutnya ke data encoder Provinsi. 

Jumlah anjing yang berhasil divaksinasi harus dilaporkan melalui SMS ke Koordinator Vaksinasi 

Kabupaten secepatnya setelah menyelesaikan vaksinasi di banjar ini .

Pemusnahan peralatan vaksinasi

• Vaksin yang sudah dibuka dan yang tidak dipakai  dan semua jarum dan spuit bekas pakai harus 

dikumpulkan di akhir hari, di kantor dinas, dan dimusnahkan secara mingguan dengan cara dibakar 

atau insenerasi (lihat SOP rantai dingin).

Risiko dan pencegahan

• Semua staff yang terlibat dalam vaksinasi pada anjing disarankan mendapatkan vaksinasi pra-

paparan secara lengkap.

• Anggota tim vaksinasi dilarang mencoba menangkap anjing dengan jaring tanpa mendapatkan 

pelatihan.

2. Panduan Teknis Survei Pasca Vaksinasi

Panduan Survei Pasca Vaksinasi

Pendahuluan

Tim vaksinasi telah mengunjungi banjar dan melakukan vaksinasi pada sebanyak mungkin anjing. Seluruh 

anjing yang divaksinasi diberikan kalung/peneng, sebagai penanda bahwa mereka telah divaksinasi. Tim 

survei harus memperkirakan cakupan vaksinasi yang telah dilakukan oleh tim vaksinasi dan hal ini harus 

dilakukan paling lambat dalam waktu 72 jam (3 hari) setelah vaksinasi. Survei harus dilakukan dengan 

benar sehingga didapatkan perkiraan cakupan vaksinasi yang tepat. Jika tidak dilakukan dengan benar 

maka 70% cakupan mungkin tidak akan tercapai dan hal ini akan mempengaruhi imunitas kelompok.

Tim harus berkoordinasi dengan kepala desa dan kepala dusun.

Maksud/Tujuan

Untuk memperkirakan dengan cepat apakah proporsi anjing yang telah divaksinasi di satu banjar telah 

mencapai 70% atau lebih; jika cakupan berada di bawah 70%, vaksinasi lanjutan harus dilakukan sesegera 

mungkin di banjar ini 

Ruang lingkup

Tim survei dinas menilai cakupan vaksinasi di banjar-banjar paling lambat dalam waktu 72 jam (3 hari) 

setelah vaksinasi massal dilakukan di banjar

Pelaksana

Tim survei pasca-vaksinasi

64  | --- 

Penanggungjawab

Penanggung jawab survei pasca-vaksinasi Kabupaten/kota

Materi/Perlengkapan

• Sepeda motor dan helm serta biaya perjalanan

• Format dan formulir pelaporan

• Telepon seluler dan biaya pulsa untuk pelaporan cepat

Sumberdaya manusia/personil

Satu petugas untuk mencatat dan satu pengendara sepeda motor

Prosedur kerja tahap demi tahap

Sebelum melakukan survei

• Koordinator harus memiliki jumlah perkiraan populasi anjing di banjar, dan jumlah anjing yang 

telah divaksinasi oleh tim vaksinasi sehingga jumlah minimal anjing yang akan dihitung dapat 

dikalkulasi. Hal ini akan dikalkulasikan secara otomatis oleh database.

• Formula yang dipakai  untuk ukuran sampel minimal yaitu : 

96/(1+ (96/N))     

N = perkiraan populasi anjing di banjar dinas

Jumlah ini harus diberikan kepada tim sehari sebelum survei oleh koordinator survei di 

kabupaten/kota. 

• Akan lebih baik jika survei dilakukan di jam-jam tenang saat anjing sedang aktif dan pemiliknya 

kemungkinan besar ada di rumah sehingga dapat diwawancara jika diperlukan. Waktunya antara 

jam 6 hingga 11 pagi dan jam 3 sore hingga 7 malam. Sepeda motor dipakai  untuk berkeliling 

banjar namun adakalanya berjalan kaki bila diperlukan.

• Tim survei harus melakukan konfirmasi dengan kepala desa dan banjar mengenai jadwal survei 

yang akan dilakukan. Hal ini dapat dilakukan malam sebelumnya melalui telepon dan kemudian 

dikonfirmasi di pagi hari sebelum tim mulai bekerja.

• Tim harus memperkenalkan diri kepada kepala banjar dan meminta penjelasan mengenai banjar 

ini  untuk memastikan bahwa mereka telah menjangkau seluruh area. Mintalah seorang 

tokoh desa untuk menemani tim sehingga mereka akan mendapatkan bantuan saat bekerja dan 

dapat menemukan anjing sebanyak mungkin. Untuk menghindari bias akan lebih baik jika orang ini 

bukan orang yang sama yang menemani tim vaksinasi.

• Tuliskan informasi yang relevan di lembar data sebelum melakukan survei. Termasuk nama desa, 

kecamatan, tanggal, tanggal vaksinasi sebelumnya dan populasi banjar.

Survei pada anjing

• Bergerak melewati banjar dengan sepeda motor atau berjalan kaki. Setiap bagian dari banjar harus 

dikunjungi termasuk pantai, jalan-jalan kecil, pasar, tempat pemotongan, pura dan pemakaman. 

Berhenti dan bicaralah dengan orang-orang di rumah untuk memastikan bahwa seluruh anjing 

yang berkeliaran dan anjing yang berpemilik telah diperiksa.

• Buatlah sebuah pencakupan banjar yang sistematis sehingga semua jalan dilewati dan untuk 

menghindari mengunjungi jalan yang sama. Hanya satu orang yang melakukan enumerasi 

(penghitungan) di setiap banjar. Satu orang lagi membonceng orang yang melakukan 

penghitungan.

• Seluruh anjing harus dicatat apakah telah divaksinasi atau tidak, yang ditunjukkan dengan kalung/

peneng merah.

---   |  65 

• Jangan tinggalkan banjar sebelum jumlah minimum anjing telah dihitung, berdasar  kalkulasi 

pada rumus sebelumnya. Teruslah mencari selama maksimal 3 jam hingga jumlah anjing mencapai 

target. Jika tidak menemukan anjing sebanyak jumlah yang diperlukan, maka perhitungan ulang 

harus dilakukan di banjar ini  pada waktu yang memungkinkan. Jika jumlah yang diiperlukan 

tetap tidak dapat dihitung, maka kirimkan kedua hasil perhitungan kepada koordinator.

• Pastikan bahwa formulir diisi dengan benar dan disampaikan ke penanggung jawab survei 

tingkat kabupaten dan koordinator LDCC setelah selesai melaksanakan survei dan menghitung 

persentase cakupan serta melaporkan melalui SMS kepada koordinator vaksinasi kabupaten/kota. 

(rincian ada  pada formulir)

• Penghitungan persentase anjing yang telah divaksinasi akan dilakukan oleh tim survei

• Kalkulasi berikut ini dipakai  untuk menghitung cakupan secara otomotis oleh database

• Jika lebih dari 70% anjing telah divaksinasi maka tugas di banjar ini  dianggap telah selesai. 

Jika kurang dari 70%, tim vaksinasi yang ditunjuk oleh koordinator wajib kembali lagi ke banjar 

sesegera mungkin dan melakukan vaksinasi pada anjing yang belum divaksin dan kemudian tim 

survei akan kembali melakukan survei sesegera mungkin.

• Estimasi populasi anjing akan dihitung secara otomotis oleh database dengan memakai  

rumus di bawah ini: 

Estimasi populasi:  (a x b) / c

Keterangan: 

a: jumlah anjing yang divaksinasi (data dari tim vaksinasi) 

b: total anjing yang dilihat oleh tim survei (berkalung dan tidak berkalung)

c: total jumlah anjing yang ditandai kalung (data dari tim survei)

Risiko dan langkah-langkah pencegahan

Jika ada seekor anjing suspek yang menunjukkan tanda-tanda rabies, informasikan kepada tim respons 

cepat; jika ada informasi gigitan pada manusia oleh anjing suspek yang menunjukkan tanda-tanda rabies, 

informasikan ke hotline Kesehatan Manusia dan sarankan untuk mengikuti protokol untuk gigitan pada 

manusia

3. Panduan Teknis Pengelolaan Rantai Dingin dan Penyimpanan Stok

Panduan Pengelolaan Rantai Dingin dan Penyimpanan Stok

Pendahuluan

Manajemen rantai dingin yang dilakukan dengan kehati-hatian memastikan vaksin rabies disimpan dan 

dibawa ke lapangan dengan benar untuk memastikan bahwa vaksin dapat bekerja pada saat vaksinasi. 

Vaksin rabies dapat rusak jika terpapar sinar matahari atau terpapar temperatur di bawah 2oC atau di 

atas 8oC. Untuk memastikan kegiatan-kegiatan manajemen rantai dingin dan penyimpanan vaksin telah 

dilaksanakan dengan benar diperlukan monitoring.

Maksud/Tujuan

Untuk memastikan pengelolaan rantai dingin yang tepat di tingkat dinas dan lapangan dan memastikan 

akses yang tepat untuk mendapatkan dan mengontrol vaksin.

Cakupan

Para petugas penyimpanan vaksin dinas dan tim vaksinasi

Pelaksana

Para petugas penyimpanan vaksin Dinas dan penanggungjawab rantai dingin dalam tim vaksinasi

66  | --- 

Penanggung jawab

Penanggung jawab logistik

Bahan/Peralatan

• Refrigerator/kulkas vaksin

• Termometer

• Kartu penyimpanan vaksin

• Cool box besar dan kecil

• Cool packs

• Formulir monitoring

• Generator (gen set)

• Kotak styrofoam

Prosedur kerja tahap demi tahap

Penyimpanan Vaksin di Provinsi/Dinas/Puskeswan  

Penerimaan Vaksin

• Petugas yang menerima harus memeriksa dokumen vaksin dan mencatat nama dan jenis vaksin 

serta jumlahnya, dosis per botol, nomor batch, dan tanggal kadaluarsa. 

• Cek temperatur memakai  termometer digital yang dimasukkan ke dalam kemasan paket. 

Kalau temperatur tidak dalam suhu antara 2o sampai 8oC, vaksin tidak dapat dipakai lagi dan harus 

ditolak. 

• Jika ada ketidaksesuaian dengan dokumen dan kondisi fisik vaksin, hal ini harus dilaporkan kepada 

penanggung jawab logistik pengirim. 

Penyimpanan Vaksin

• Vaksin rabies harus disimpan pada suhu antara 2 dan 8 oC dan harus dimonitor dan dicatat secara 

teratur untuk memastikan keutuhan rantai dingin. 

• Vaksin harus disimpan di kulkas yang didisain khusus untuk penyimpanan vaksin, didukung dengan 

listrik cadangan dari generator. Kulkas rumah tangga (manual defrost) yang telah dimodifikasi 

dapat dipakai  untuk penyimpanan vaksin.

• Vaksin akan menjadi kurang efektif atau rusak jika terpapar oleh sinar matahari atau terpapar suhu 

di bawah 2oC dan di atas 8oC serta disimpan melebihi kapasitas efektif penyimpanan vaksin.   

• Vaksin tidak boleh disimpan bertumpuk-tumpuk agar ada sirkulasi udara. Stok harus dirotasi untuk 

memastikan vaksin lama yang sudah dekat tanggal kadaluarsanya, dipakai  terlebih dahulu. 

Pelabelan yang baik pada semua wadah akan mencegah terjadinya pembukaan wadah yang tidak 

perlu terjadi. Botol-botol air atau kemasan-kemasan gel dalam kulkas dan botol-botol air pada pintu 

tempat penyimpanan bisa membantu menjaga fluktuasi temperatur. 

• Beri saran untuk menyimpan vaksin dalam plastik bening dengan pelabelan yang jelas di dalam 

kulkas. Taruh gel packs di dalam container sebagai penahan temperatur. 

Manajemen Penyimpanan

• Untuk memastikan penggunaan vaksin sebelum kadaluarsa, gunakan sistem Early Expired Early 

(First) Out (Lebih Dulu Kadaluarsa, Lebih Dulu Dipakai). Jadi, semua vaksin baru disusun di belakang 

vaksin yang lebih dulu kadaluarsa. 

• Catatan penyimpanan harus diperbarui setiap hari. 

• Jika listrik padam, jangan membuka pintu kulkas. Jika listrik padam lebih dari 4 jam, pindahkan 

vaksin ke dalam box Styrofoam yang telah diisi cool packs dari sumber lain. Lakukan monitoring dan 

pencatatan temperatur dua kali sehari.

---   |  67 

Membawa vaksin ke lapangan 

• Vaksin harus diambil dari Dinas disesuaikan dengan kebutuhan atau target vaksinasi pada hari 

kerja. Pengambilan vaksin dilakukan pada jam 6.00 pagi –atau malam sebelumnya. 

• Cool pack harus didinginkan selama 24 jam di kulkas sebelum dipakai , pastikan air dalam cool 

pack tidak membeku. Cool pack yang terbaik terbuat dari plastik (kantung plastik yang diisi air).

• Untuk membawa vaksin ke lapangan gunakan cool box yang berinsulasi (pelapis penahan suhu) dan 

cool packs. 60% volume cool box harus berisi cool packs. Cool packs diletakkan di bagian bawah, 

samping dan atas cool box dan menutupi vaksin di bagian atasnya. Vaksin harus disimpan dalam 

kemasan aslinya di dalam box.

• Untuk memastikan suhu dalam cool box tetap termonitor gunakanlah termometer. Jika 

memakai  termometer digital beserta probe-nya (alat berbahan metal) maka dapat dilakukan 

pembacaan temperatur tanpa harus membuka cool box secara terus menerus.

• Cool box harus disimpan di bagian terdingin di dalam mobil, terhindar dari sinar matahari dan 

permukaan yang panas. Saat berhenti di satu tempat, letakan box di tempat yang sedingin mungkin, 

contoh di mobil, di bale banjar, di bawah tempat yang teduh, dsb. Tutup dengan kertas atau kotak 

untuk meningkatkan insulasi dan memperlambat pemanasan.

Vaksin sisa dan pembuangan sampah

• Setelah vaksinasi selesai, semua vaksin yang sudah dibuka, jarum dan spuit harus dibuang ke dalam 

safety box (kotak pembuangan aman). Semua vaksin dan benda-benda tajam yang tidak dipakai 

harus dikumpulkan dan diinsenerasi sekali seminggu.

• Setiap vaksin yang tidak dibuka dan tersimpan di cool box dapat dikembalikan ke box penyimpanan 

besar jika temperatur tetap 20 dan 80 C, seperti ditunjukkan dalam catatan temperatur.

• Sisa vaksin di dalam cool box besar harus dikembalikan ke tempat penyimpanan di Dinas, dan harus 

dipakai  pada hari berikutnya.

• Penghitungan Vaksin

• Perlu ada monitoring stok vaksin untuk menghindari kekurangan stok vaksin di lapangan

Manajemen monitoring rantai dingin

• Dilakukan oleh penanggung jawab logistik provinsi:

o Membuat jadwal monitoring

o Mengisi formulir monitoring

o Bila ditemukan kesalahan dalam penyimpanan dan manajemen rantai dingin segera lakukan 

perbaikan

Risiko dan pencegahan

Hanya gunakan vaksin yang disimpan dengan benar; buang vaksin yang telah disimpan di luar rentang 

temperatur yang direkomendasikan.

4. Panduan Teknis Respon Cepat Terhadap Hewan Suspek Rabies

Panduan Respon Cepat Terhadap Hewan Suspek Rabies

Pendahuluan

Respon cepat terhadap hewan suspek rabies penting dilakukan pada anjing yang digigit anjing rabies 

(baik yang belum divaksin atau sudah divaksin), anjing dengan gejala klinis rabies dan anjing yang terpapar 

anjing rabies di suatu daerah yang bertujuan untuk mencegah adanya kasus baru dan meminimalkan kasus  

pada manusia.

68  | --- 

Maksud/Tujuan

Untuk membantu petugas PDSR yang terlatih untuk mengambil keputusan terhadap sejumlah tindakan 

ketika merespon kasus suspek rabies.  

Lingkup

Petugas PDSR yang terlatih akan memakai  panduan ini ketika merespon laporan hewan suspek yang 

menunjukkan tanda-tanda rabies.

Pengguna/kelompok target

Petugas PDSR yang terlatih

Penanggungjawab

District Focal Person dari para petugas PDSR yang terlatih

Bahan-bahan/perlengkapan

• Kendang isolasi dengan dinding lapis ganda

• Materi KIE

• Vaksin dan bahan-bahan vaksinasi

• Perlengkapan menangkap dan mengekang anjing

• Perangkat euthanasia

• Cool box dan cool bricks (kotak penyimpanan vaksin yang bersuhu dingin dengan balok es)

Sumberdaya manusia/personil

Tim respon cepat: 1 pencatat, petugas komunikasi, 1 dokter hewan (PDSR), 2-3 penangkap

Prosedur tahap demi tahap

• Menerima laporan tentang Hewan suspek yang menunjukkan tanda-tanda rabies

• Laporan hewan suspek rabies dapat masuk ke dinas dengan beberapa cara: 

o Telepon/kunjungan langsung ke Dinas Peternakan

o Telepon/kunjungan langsung ke Dinas Kesehatan

o Telepon/kunjungan langsung dari anggota atau tokoh warga 

o Pemberitahuan dari LSM 

o Pemberitahuan dari dokter medis atau dokter hewan

• Laporan dapat masuk dari sambungan telepon ke hotline, ke pos kesehatan manusia atau masyakarat, 

laporan dari rumah sakit, LSM termasuk BAWA, dokter hewan swasta, dan dokter (medis). Ketika 

laporan diterima, informasi-informasi berikut harus dikumpulkan:

o Tanggal kejadian/insiden

o Lokasi hewan suspek

o Spesies hewan suspek

o Tanda-tanda yang teramati

o Jumlah manusia yang digigit dan lokasi mereka

o Jumlah hewan lain yang digigit

o Nama dan nomor telepon orang yang memberi laporan

• Bagi siapapun yang digigit oleh anjing, terlepas dari riwayat anjing ini , sarankan mereka untuk 

segera mencuci luka dengan sabun dan di bawah air yang mengalir selama 15 menit dan pergi ke 

rumah sakit terdekat yang telah diberikan izin melaksanakan vaksinasi rabies pasca-paparan. Harus 

ada sistem tindak lanjut untuk memastikan bahwa semua vaksinasi pasca-paparan telah diterima.

---   |  69 

• Semua laporan kasus suspek rabies pada hewan perlu dinilai tingkat risikonya. Penyelidikan 

terhadap laporan kasus gigitan hewan pada manusia dan kasus terkait kesehatan manusianya 

sebaiknya didukung oleh dinas kesehatan. Penilaian risiko harus dilakukan oleh seorang dokter 

hewan, yang didasarkan pada informasi yang dikumpulkan dari wawancara telepon dan kunjungan 

lapangan.

Silakan mengacu pada definisi kasus tanda-tanda rabies (Lampiran A).

• Ingatlah bahwa anjing yang telah divaksinasi masih mungkin untuk mengidap rabies jika anjing-

anjing ini  divaksinasi ketika berada dalam masa inkubasi penyakit atau anjing-anjing ini  

tidak menghasilkan tingkat respon kekebalan yang memadai setelah vaksinasi dilakukan.

• Tindakan yang diambil

Dalam melakukan respon cepat, PDSR dapat mengkategorikan respon sebagai berikut:

o Respon Kategori 1 (Ekstrim):  Anjing yang menggigit dengan setidaknya satu tanda tambahan 

– tim respon cepat harus segera melakukan kunjungan. 

o Respon Kategori 2 (Risiko tinggi):  Anjing bertingkah aneh tetapi tidak berusaha menggigit 

anjing lainnya atau manusia – lakukan kunjungan dalam satu hari setelah diterimanya laporan

o Respon Kategori 3 (Risiko sedang):  Anjing telah menggigit atau berusaha untuk gigit tanpa 

ada tanda rabies lainnya dan belum menerima vaksin dalam satu tahun terakhir – lakukan 

kunjungan kepada anjing ini  dalam 3 hari setelah laporan untuk melakukan pemeriksaan 

klinis dan vaksinasi pada anjing ini  bila dinyatakan sehat (yakni tidak ada tanda-tanda 

rabies). Minta kepada pemiliknya untuk melakukan pengamatan terhadap anjing ini  

selama 10 hari dan lakukan kunjungan lanjutan dalam 10 hari.

o Respon Kategori 4 (Risiko rendah):  Anjing telah menggigit atau berusaha untuk gigit tanpa ada 

tanda rabies lainnya dan sudah menerima vaksin dalam satu tahun terakhir – Minta kepada 

pemiliknya untuk melakukan pengamatan dan laporkan jika ada  tingkah laku yang tidak 

wajar. Telepon kembali setelah 10 hari untuk tindak lanjut.

Jika anjing telah menggigit, tetapi tanda-tanda kilinisnya tidak bisa dinilai secara baik melalui 

sambungan telepon (contohnya anjing liar), maka diasumsikan sebagai Respon Kategori 1.

• Jika seorang manusia telah digigit: 

o Respon Kategori 1:  Segera beritahukan kepada korban gigitan untuk mencuci lukanya di bawah 

air yang mengalir dengan sabun selama 15 menit dan segera pergi ke rumah sakit terdekat 

yang memiliki izin pemberian vaksin. Hubungi tim Respon Cepat dari Dinas Kesehatan untuk 

memperoleh kunjungan. 

o Respon Kategori 3:  Segera beritahukan warga  yang telah digigit ini  untuk mencuci 

luka mereka di bawah air yang mengalir dengan sabun selama 15 menit dan segera pergi ke 

rumah sakit terdekat yang memiliki izin pemberian vaksin.  Hubungi tim Respon Cepat dari 

Dinas Kesehatan untuk memperoleh kunjungan.

o Respon Kategori 4:  Segera beritahukan kepada korban gigitan untuk mencuci luka mereka 

di bawah air yang mengalir dengan sabun selama 15 menit. Jika anjing yang mengigit tidak 

menampakkan tanda-tanda klinis dalam waktu 10 hari, maka tidak perlu melakukan vaksinasi 

pasca-paparan. Jika seseorang telah digigit di bagian leher atau kepala, hubungi mereka melalui 

telepon sebagai tindak lanjut untuk menentukan apakah anjing ini  menunjukkan tanda-

tanda klinis rabies.  

70  | --- 

• Pembuatan keputusan pada saat kunjungan respon cepat

Hewan suspek tinggi: 

o Hewan dengan dua atau lebih tanda rabies dengan atau tanpa gigitan. 

o Semua anak anjing dari induk yang suspek atau telah dikonfirmasi mengidap rabies.  

o Lakukan euthanasia pada semua hewan yang suspek tinggi dan bawa kepalanya ke BBVet. 

Jangan kirimkan kepala anak-anak anjing yang tidak menunjukkan tanda-tanda klinis. Bahas 

tentang kemungkinan melakukan vaksinasi massal pada rapat koordinasi bulanan atau buatlah 

keputusan segera untuk melakukan vaksinasi cepat.

Hewan suspek sedang:  

o Hewan yang menunjukkan salah satu tanda rabies. Dapat terjadi kasus gigitan pada manusia 

maupun tidak. Tangkap, vaksinasi, dan karantina di Puskeswan semua hewan suspek sedang 

yang ada pemiliknya. Jika hewan tidak dapat ditangkap, maka dilakukan pelumpuhan dari 

jarak jauh dan lakukan euthanasia.   Jika hewan ini  merupakan anjing liar (tidak ada 

pemilik), maka dapat dikarantina dan dicarikan rumah baru bila sudah dinyatakan sehat setelah 

karantina. Jika sudah tidak ada  tanda-tanda rabies setelah 14 hari, anjing ini  dapat 

dilepas.

Hewan suspek rendah: 

o Hewan tanpa rabies. Kategori dapat mencakup hewan yang memiliki kondisi sakit yang tidak 

konsisten dengan rabies. Jika sudah divaksinasi dalam satu tahun terkahir, maka dilakukan 

vaksinasi ulang dan tanyakan kepada pemiliknya untuk melakukan pengamatan; tindaklanjuti 

dengan menelepon dalam waktu 10 hari. Jika belum divaksinasi, maka berikan vaksinasi dan 

tindaklanjuti dengan kunjungan dalam waktu 10 hari.

Ketika anjing suspek menggigit anjing lainnya

o Jika anjingnya tenang tanpa menunjukkan tanda-tanda rabies, dan berpemilik, maka minta 

pemiliknya untuk mencuci luka pada anjing ini  dengan air dan di bawah air yang mengalir 

selama 15 menit. Sarankan memasangkan berangus atau menutup moncong anjing terlebih 

dahulu.

Jika anjing dengan suspek tinggi dan sedang telah menggigit anjing lainnya

o Jika anjing yang digigit merupakan anjing liar (yakni tidak berpemilik): Tangkap dan lakukan 

euthanasia semua anjing liar (tidak berpemilik) yang tidak berkalung dan telah digigit.  

o Jika anjingnya berpemilik:

Jika telah divaksinasi dalam satu tahun terakhir: Lakukan vaksinasi ulang dan tanyakan 

pada pemiliknya untuk melakukan pengamatan kepada anjing ini  untuk melihat 

tanda-tanda rabies dan tindaklanjuti dengan menelepon pemilik ini  dalam waktu 

10 hari. Jika anjing suspek ini  ternyata menunjukkan tanda-tanda rabies, maka 

lanjutkan dengan menelepon pemilik setiap 14 hari selama 6 bulan.

Jika tidak divaksinasi: Lakukan vaksinasi, karantina di Puskeswan sampai adanya 

konfirmasi status hewan suspek ini . Jika anjing suspek ternyata menunjukkan 

tanda-tanda rabies, lakukan euthanasia pada semua anjing yang telah digigit. Jika anjing 

suspek telah dipastikan tidak menunjukkan tanda-tanda rabies, maka dapat dilepas 

setelah 14 hari.

Periode karantina yaitu  14 hari. Fasilitas karantina bertanggungjawab terhadap semua kasus 

pada hewan, termasuk makan dan minumnya. Pengeluaran dan pengaturan untuk makanan dan 

air.

---   |  71 

Karantina Puskeswan:

Tempatkan kandang-kandang di Puskeswan supaya anjing-anjing ini  dapat dipelihara 

dibawah pengawasan dokter hewan. Lokasi dan desain kandang harus dapat menjamin bahwa 

anjing yang telah diiisolasi tidak dapat menggigit manusia, anak-anak yang penasaran atau hewan 

lainnya. Satu kandang hanya boleh ditempati oleh satu hewan saja. Makan dan minum harus 

diberikan sedemikian rupa sehingga mencegah anjing ini  menggigit penjaganya.

Komunikasi

• Selenggarakan kegiatan-kegiatan komunikasi di tingkat banjar dan tinggalkan materi-materi 

KIE untuk mereka. Jelaskan kepada banjar ini  bahwa yang terbaik yaitu  menangkap 

dan menangani semua anjing yang telah digigit oleh anjing suspek dengan cara yang tepat dan 

tidak dengan melakukan eliminasi terhadap seluruh anjing di banjar ini .  Anjing yang telah 

divaksinasi dapat melindungi banjar.

• Isilah laporan respon cepat, formulir surveilans, termasuk titik koordinat GPS untuk wilayah wabah. 

Kirimkan laporan ke LDCC.

Saran bagi manusia yang digigit oleh hewan suspek rabies

Sarankan warga  untuk mencuci lukanya selama 15 menit dengan sabun di bawah air yang mengalir 

dan pergi ke rumah sakit terdekat yang memiliki izin untuk melakukan vaksinasi rabies pasca-paparan.  

Petugas kesehatan warga  harus dapat memberikan saran yang sesuai dan lakukan tindaklanjut. 

Silakan mengacu pada protokol untuk manusia yang terpapar rabies.

Risiko dan Pencegahan

Semua orang yang akan menangani kasus suspek rabies atau memasuki situasi lapangan dimana 

kemungkinan ditemukan hewan yang menunjukkan tanda-tanda rabies, sebaiknya memperoleh vaksinasi 

rabies pra-paparan secara lengkap.

Semua tim lapangan harus membawa kotak P3K (pertolongan pertama).

5. Panduan Teknis Euthanasia yang Manusiawi terhadap Anjing

Panduan Euthanasia yang Manusiawi terhadap Anjing

Pendahuluan

Praktek euthanasia terhadap anjing suspek rabies, anjing tanpa vaksinasi rabies yang digigit oleh anjing 

terduga rabies, atau anak-anak dari anjing pengidap rabies bertujuan untuk menjamin keselamatan manusia 

sekaligus mencegah menularnya penyakit ini .   

Maksud/tujuan

Melakukan praktek eutanasia yang manusiawi terhadap anjing terduga atau positif rabies, atau terhadap 

anjing sakit yang tidak dapat disembuhkan.

Ruang Lingkup

Pelaksanaan eutanasia yang manusiawi terhadap anjing terduga rabies, atau anjing yang terekspos anjing 

lain yang terduga atau positif rabies

Pengguna/Target Kelompok

Tim Respons Cepat yang terlatih dalam pengendalian dan penanggulangan rabies

Penanggungjawab

Koordinator Tim Respons Cepat

72  | --- 

Bahan/perlengkapan

Xylazine 50ml 20mg/ml & Ketamine 50 ml 100mg/ml

Pentobarbitone (misalnya Lethobarb (450ml, Euthatal, Valabarb 500ml)

Alat suntik 3, 5 dan 10 ml

Jarum suntik ukuran 1 inci dengan pengukur (gauge) 21-23; dan 1 ½ inci dengan gauge 21

Safety box (atau kaleng kosong) untuk limbah jarum suntik

Penutup moncong anjing (berangus), kapas perban 2” (yang tidak merenggang)

Kapas

Gunting lengkung (ukuran sedang)

Stetoskop

Alkohol kadar 70% sebanyak 250 ml

Bahan untuk sterilisasi tangan (Hand Sterilizer)

Kacamata pelindung

Masker

Sarung tangan

Pisau bedah No. 4

Pisau 22

Cold box atau cold pack untuk mendinginkan sampel

Kantung plastik besar (plastik tempat sampah) untuk kepala anjing

Semua disimpan dalam satu tempat khusus, seperti kotak alat (tool box).

Sumber Daya Manusia/personil

Tim Respons Cepat: 1 petugas pencatat, petugas komunikasi, 1 petugas euthanasia, 2-3 petugas penangkap

Petunjuk tahap demi tahap:

Pakaian pelindung

Sepatu tertutup

Eutanasia harus dilakukan dengan metode yang berperikemanusiaan untuk mengurangi rasa sakit 

yang dialami anjing; injeksi barbiturat intravena dengan atau tanpa pembiusan terlebih dahulu

Metode Euthanasia

o Jika anjing yang akan di-euthanasia bersikap tenang dan tidak menunjukkan gejala apapun, 

segera gunakan pentobarbitone. 

o Jika anjing menunjukkan tanda klinis rabies, terluka atau agresif, mula-mula lakukan pembiusan 

pada anjing seperti dijelaskan berikut ini.

Lakukan estimasi berat badan anjing.

Lakukan pembiusan berat pada anjing yang akan di-euthanasia memakai  campuran 

Xylazine 20mg/ml & Ketamine 100mg/ml dengan perbandingan 1:1. Ikuti petunjuk dosis 

pada tabel berikut ini (Contoh: Untuk seekor anjing dengan berat 10 kg, campurkan 1 ml 

Xylazine dan 1 ml Ketamine dalam satu alat suntik 3 ml dengan jarum suntik 21G atau 

23G. Kemudian berikan melalui jaring secara IM pada punggung atau kaki belakang.  

Suntikkan jarum tepat tegak lurus dengan kulit).

Tunggu 10 menit hingga anjing betul-betul terbius. Jika dalam 10 menit setelah 

suntikan yang kedua pembiusan tidak cukup, berikan lagi ½ dosis IM.  Kemudian berikan 

Pentobarbitone (misalnya Lethabarb, Euthatal) sebanyak 1625 mg/10 kg berat badan 

secara intravena (lihat tabel berikut)

---   |  73 

Xylazine (2mg/kg) + Ketamine (10mg/kg):

Pentobarbitone (Lethobarb or Valabarb) IV 1625mg/10kg

Gunakan jarum ukuran 1 inci dengan pengukur (gauge) 21-23 untuk IV. Berikan dosis yang tepat, 

seperti ditunjukkan di atas, melalui vena cephalic atau saphaneous. Jika anjing dalam keadaan 

terbius, mungkin harus dipakai  metode intra-kardial.

Pentobarbitone intracardiac hanya boleh dipakai  apabila hewan dalam keadaan terbius dan 

vena perifer tidak dapat diakses.  Gunakan jarum suntik ukuran 11/2 inci dengan gauge 21.

Hewan harus dipastikan sudah mati sebelum dilakukan penguburan/pembungkusan dengan 

konfirmasi dokter hewan yang tidak menemukan tanda-tanda reflek kornea (sentuh kornea mata; 

apabila tidak ada gerakan maka anjing sudah mati), detak jantung dan pernapasan (memakai  

stetoskop), dan denyut nadi (memakai  arteri femoral)  

Jasad hewan yang telah di-euthanasia harus dikubur atau dibakar oleh petugas yang 

bertanggungjawab. Pemimpin tim harus mengawasi langsung pelaksanaan penguburan/

pembakaran.

Isilah formulir surveilans (kita harus pastikan formulir surveilans hanya diisi satu kali) dan formulir 

Jika anjing menunjukkan gejala rabies, pisahkan kepala dari tubuhnya dengan memotong di antara 

tengkorak dan vertebra pertama (atlanto occipital junction). Pakaian pelindung harus selalu 

dikenakan.  Dinginkan kepala anjing dalam cold box untuk dikirim ke BBVet, kemudian isi formulir 

pengiriman sampel.  Laporkan hasil kegiatan kepada warga 

Komunikasikan kegiatan penanggulangan rabies kepada warga  sekaligus menyerahkan 

bahan-bahan KIE

Laporkan hasil kegiatan kepada kepala banjar dan kepala desa, dan jangan lupa berterimakasih 

atas dukungan mereka.

Risiko dan pencegahan

Semua personil yang terlibat dalam kegiatan penanggulangan respons cepat harus mendapatkan 

vaksinasi terlebih dahulu setidaknya tiga minggu sebelum mulai bekerja.

Perangkat P3K harus selalu dibawa pada setiap kunjungan ke lapangan.

Diagnosa rabies, euthanasia, dan memastikan kematian anjing yang di-euthanasia hanya boleh 

dilakukan oleh dokter hewan yang berkualifikasi.

Penggunaan Pentobarbitone (misalnya Solusi Valabarb Euthanasia (Jurox 500 ml) & Lethabarb 

(Virbac 450ml) dalam program pengendalian rabies hanya boleh dilakukan oleh ahli bedah 

hewan melalui injeksi intravena atau injeksi intrakardiak setelah hewan dianestesi dengan sedasi  

yang cukup.   

Berat Badan (Kg) Xylazine 20mg/ml Ketamine 100mg/ml

1 0,1ml 0,1ml

5 0,5ml 0,5ml

10 1,0ml 1,0ml

15 1,5ml 1,5ml

20 2,0ml 2,0ml

Berat Badan (Kg) Lethobarb (1ml/2kg) Valabarb (2ml/5kg)

1 0,5 ml 0,4 ml

5 2,5ml 2 ml

10 5 ml 4 ml

15 7,5ml 6 ml

20 1,0ml 8 ml


Secara implementasi Takgit membutuhkan 

kerjasama teknis dari pemangku kepentingan utama 

yaitu Dinas kesehatan dan Dinas peternakan dan 

kesehatan hewan, petugas puskesmas dan petugas 

puskeswan,  

Dari sisi kesehatan manusia, tugas utama dari Takgit 

yaitu  

a. Melakukan manajemen gigitan anjing pada 

manusia (penanganan luka dan pemberian 

VAR); dan 

b. Memberikan pelaporan kepada dinas 

peternakan dan kesehatan hewan.  

Sedangkan dari sisi kesehatan hewan mempunyai 

tugas utama Takgit yaitu :

a. Melakukan tindak lanjut dari pelaporan yang 

dilakukan oleh petugas kesehatan berupa 

investigasi kasus 

b. Melakukan diagnosa kasus pada hewan 

(melalui pengamatan dan konfirmasi 

laboratoirum dan

c. Melaporkan informasi hasil pengamatan 

hewan suspek dan hasil konfirmasi 

laboratorium juga diambil sampelnya

d. Melakukan respon terhadap kasus positif  

Takgit merupakan kegiatan minimal yang akan ada 

di semua wilayah negara kita , Sesuai dengan kondisi 

penyakit dan sumberdaya yang ada, setiap daerah 

dapat menentukan apakah strategi vaksinasinya 

masing-masing.  Sejalan dengan semakin 

menguatnya sumberdaya manusia dan terpenuhinya 

kebutuhan untuk program pemberantasan di setiap 

daerah,  maka program dapat ditingkatkan skalanya, 

misalnya dari hanya kegiatan Takgit, menjadi 

Takgit dan vaksinasi darurat sampai kemudian bisa 

dilaksanakan program penuh dimana ada Takgit dan 

vaksinasi massal. 

Dengan adanya keterbatasan sumber daya baik 

manusia maupun pendanaan baik ditingkat pusat 

maupun daerah, maka pelaksanaan program ini 

akan dijalankan secara bertahap sesuai dengan 

prioritas daerah dan nasional. Pendanaan pusat 

akan difokuskan kepada daerah-daerah yang 

menjadi fokus pusat dan daerah-daerah yang 

mengalokasikan dana yang memadai sebagai 

pendamping dana pusat.  Pentahapan program 

pemberantasan ini dapat dilaksanakan baik dengan 

pendekatan per wilayah administrasi maupun per 

pulau sesuai dengan kebutuhan.



berdasar  hasil lokakarya tentang roadmap 

nasional rabies, yang dilaksanakan di Bogor pada 

tanggal 21-22 Desember 2015, Gambar 14 yaitu  

posisi dan status masing-masing daerah berdasar  

tingkat penyakit dan tingkat sumberdaya yang dimiliki. 

Status ini  sudah berubah pada tahun 2019 karena 

beberapa daerah berhasil dibebaskan, sedangkan 

daerah lain menjadi daerah tertular baru.


Surveilans merupakan pemantauan yang dilakukan 

secara terus menerus dan diikuti dengan tindakan 

yang segera dilakukan jika hasil pemantauan 

mengindikasikan terjadinya kenaikan prevalensi atau 

insidensi kasus yang signifikan. Tujuan surveilans 

yaitu  untuk memperoleh informasi tentang situasi 

dan distribusi penyakit untuk segera ditindaklanjuti 

secara terintegrasi oleh otoritas veteriner.

Tujuan dari surveilans yaitu :

1. Untuk penetapan status awal daerah bagi 

daerah tersangka (insidensi tidak diketahui), 

sehingga tingkat insidensi dasar (baseline 

incidence) dapat diketahui.

2. Untuk pemantuan penyakit bagi daerah yang 

dianggap tertular sehingga tingkat insidensi 

dapat diketahui sampai ke situasi yang tepat 

untuk pemberantasan.

3. Untuk demonstrasikan dan melakukan 

pembuktian status bebas (proof of freedom), 

sehingga tingkat insidensi yang ditemukan 

dapat dijadikan dasar ilmiah yang kuat dan 

dapat dipertanggung jawabkan secara 

epidemiologis.

Pada dasarnya surveilans merupakan langkah 

strategis dalam pemberantasan rabies yang terdiri 

dari 2 (dua) macam kegiatan yaitu:

1. Surveilans Sindromik

Surveilans ini merupakan program 

surveilans yang dilaksanakan secara rutin 

untuk mendeteksi kasus gigitan atau kasus 

hewan pembawa rabies (terutama anjing) 

yang menunjukan gejala klinis tertentu 

yang terjadi di lapangan dan kemudian 

dilakukan investigasi dan wawancara dan jika 

memungkinkan mencari hewan tersangka. 

2. Surveilans Berbasis Takgit

Surveilans berbasis Takgit  merupakan 

program surveilans yang dilaksanakan 

berdasar  proses pelaporan kasus 

gigitan dari pihak kesehatan manusia untuk 

mendeteksi kasus positif rabies pada hewan 

(terutama anjing).

Kegiatan surveilans dilakukan melalui pengumpulan 

data tentang epidemiologi penyakit yang meliputi 

agen penyakit, identitas hewan penular rabies 

(HPR), populasi dan distribusi HPR, data klinis, faktor 

lingkungan yang mendukung munculnya rabies, 

dampak rabies terhadap kesehatan warga , 

kesehatan hewan, maupun kesehatan lingkungan. 

Pengambilan data dilakukan paling sedikit melalui 

pengambilan sampel dan/atau spesimen yang 

disebut sebagai surveilans aktif. Selain itu dapat 

dilakukan surveilans pasif, yaitu mengumpulkan dan 

menganalisis pelaporan dan sampel yang diterima 

dari warga .

Surveilans dilakukan baik di daerah tertular, terduga, 

maupun daerah bebas. Surveilans di daerah tertular 

bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan 

menentukan strategi pemberantasan. Surveilans 

di daerah terduga dilakukan untuk memastikan 

status wilayah. Sedangkan di daerah bebas, 

surveilans dipakai  untuk deteksi dini. Pada daerah 

bebas, surveilans harus tetap dilakukan untuk 

mengantisipasi masuknya kembali rabies.

Pengukuran antibodi spesifik rabies tidak dapat 

direkomendasikan untuk surveilans secara rutin. 

Beberapa informasi yang dapat dipakai  sebagai 

data pendukung analisa hasil surveilans yaitu  

kasus konfirmasi laboratorium, jumlah kasus suspek, 

gigitan hewan, serta jumlah orang yang mendapatkan 

VAR dan/atau SAR.


Untuk memungkinkan menjalankan manajemen 

populasi anjing yang berkelanjutan, asal penyebab 

utama yang berkaitan populasi yang berlebihan harus 

ditangani. Untuk setiap program MPA sebaiknya 

menangani 8 komponen yang berbeda.

Tergantung dengan situasi yang spesifik, komponen-

kompoenen diatas dibanyak kasus bisa dilakukan 

secara bersamaan dan hal ini tidak perlu dilakukan 

secara berurutan.

1. Edukasi

Edukasi yaitu  kunci dalam pendekatan 

komprehensif jangka panjang dari MPA.  

Edukasi ini dapat membuka jalan untuk lebih 

bertanggung jawab yang lebih besar terhadap 

anjing bagi pemilik anjing dan pemilik non-

anjing. Pendidikan dapat meningkatkan 

pengetahuan, mempengaruhi persepsi 

dan mengubah sikap, belum lagi membawa 

manfaat sosial dan ekonomi ketika masyrakat 

belajar tentang pencegahan gigitan anjing dan 

hewan peliharaan kepemilikan bertanggung 

jawab

2. Legislasi

Legislasi - dan penegakan legislasi - yaitu  

penting bagi keberlanjutan program MPA. 

Legislasi memberikan kewengan kepada 

pemegang otoritas untuk bisa bertindak 

untuk memastikan populasi anjing dapat 

terkontrol secara humane (manusiawi). 

Kombinasi hal ini dengan program pendidikan 

dapat mempromosikan solusi kesejahteraan 

hewan serta pemeliharaan hewan yang 

bertanggung jawab.

3. Identifikasi dan registrasi 

Identifikasi dan registrasi yaitu  alat 

yang esensial dalam mempromosikan 

pemeliharaan anjing yang bertanggung 

jawab. ada  berbagai cara dan metode 

dalam melakukan identifikasi. Sangat penting 

untuk memilih salah satu yang sesuai dengan 

situasi lokal, sehingga dapat membantu 

pemilik anjing mencari kembali anjing yang 

hilang dari pemiliknya dan juga dalam 

menegakkan legislasi.


4. Kontrol