Tampilkan postingan dengan label UMKM 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label UMKM 3. Tampilkan semua postingan

Senin, 13 Oktober 2025

UMKM 3


 


erbentuklah 

Garamiro, singkatan dari Gabungan Pengrajin Mie dan Roti. 

Melalui paguyuban ini, para anggotanya bisa lebih fokus lagi 

menjalankan berbagai aktivitas yang berkaitan dengan 

pengembangan usaha. Jadi, bukan sekadar kumpul-kumpul saja.” 

“ … pembekalan dari sisi skill dan manajemen sudah amat 

mendesak. Untungnya ada generasi penerus, yakni putra-putri 

anggota yang kini giat belajar.” 

  

 - 129 -  

 

“  Para anggota paguyuban juga menyadari, persaingan usaha di 

Jakarta ke depan bakal makin berat. Tapi, jika saling bahu 

membahu, bukan tidak mungkin makin maju.” 

 

“ Pengusaha mie ayam yang tergabung dalam Paguyuban 

melancarkan promosi melalui pembagian kupon berhadiah untuk 

konsumen.” 

 

Sejumlah UMKM Mitra yang telah ada hingga saat ini yaitu  : 

Tabel V.2 : Mitra Mie 

Mitra Mie 

Sampai dengan saat ini telah terbentuk 9 buah Paguyuban, yaitu : 

Daerah Nama UMKM Jumlah Pengusaha Kecil 

Surabaya Pamas 32 

Mitra Mie 

Surakarta Parimas 41 

Yogyakarta Pamiyo 32 

Bandung Parimba 22 

Malang Pamal 20 

Banyumas Pumas 12 

Madiun Papmirna   37 

Cirebon Tunggal Rasa   16 

Magelang Gemilang   42 

Sumber : Data sekunder, PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills, 2008 

 

Tabel V.3 : Mitra Roti 

Mitra Roti 

Sejumlah mitra roti, yaitu : 

Daerah Nama UMKM Jumlah Pengusaha Kecil 

Lampung Kopertimi 38 

Yogyakarta Koperyo 41 

Bandung Kopermie 31 

 

  

 - 130 -  

 

Mitra Roti 

Jakarta KBMBJU 56 

Jakarta  Komiso 116 

Jabodetabek Koperja 70 

Boyolali Kop. Romi 27 

Wonogiri Kop. Bogasanjaya 33 

Semarang Kop. Sehati  71 

Pangkalpinang KPK Aneka Usaha 30 

Mitra Roti 

Palembang Kop. Jasstra 17 

Jatim Muslimat NU 15 

Tangerang Koperta 23 

Sumber : Data sekunder, PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills, 2008 

 

Tabel V.4 : Mitra Peternak 

Mitra Peternak 

100 KUD penerima Pollard : 

Daerah Jumlah KUD 

Jawa Barat 23 

DKI 3 

Jawa Tengah 21 

DIY 2 

Jawa Timur 51 

Kemitraan Sapi perah berupa Dana Talangan : 

Nama Koperasi Penerima Daerah 

Koperasi Susu Warga Mulya DIY 

KUD Sri Sedono Jawa Timur 

Koperasi Agro Niaga Jawa Timur 

KPSP Setia Kawan Jawa Timur 

 

  

 - 131 -  

 

Mitra Peternak 

KUD Pasir Jambu Jawa Barat 

KUD Dewi Sri Bahagia Jawa Barat 

Sumber : Data sekunder, PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills, 2008 

 

Kondisi temuan lapangan ini , secara ringkas dapat 

dikatakan bahwa UMKM Mitra PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour 

Mills, pada mulanya memperoleh sukses usaha yaitu adanya 

kebutuhan yang meningkat.  Peningkatan usaha UMKM Mitra 

menyebabkan kebutuhan terhadap produk UMKM Mitra ini 

meningkat. Pada akhirnya karena melonjaknya permintaan 

konsumen, sementara kemampuan produksi UMKM Mitra terbatas, 

maka UMKM Mitra tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumen. 

Pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan terakumulasi sehingga 

pelanggan tidak lagi memakai  hasil produksinya. Akibatnya 

penjualan semakin menurun.  

 

b. Identifikasi variabel-variabel kunci dalam temuan lapangan ini  

yaitu  sebagai berikut : 

• Pada mulanya, UMKM Mitratelah meningkatkan usahanya. 

Hasilnya kebutuhan terhadap produk UMKM Mitra meningkat. 

Pada akhirnya, produksi UMKM Mitra ini tidak dapat memenuhi 

kebutuhan. Pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan 

terakumulasi sehingga pelanggan tidak lagi memakai  hasil 

produksinya. Akibatnya penjualan semakin menurun. Dengan 

berjalannya waktu, peningkatan kapasitas berhasil dilakukan, 

kebutuhan produksi UMKM Mitra sejalan dengan pengambilan 

keputusan untuk peningkatan kapasitas, namun siklus naik 

turunnya kebutuhan terhadap produksi UMKM Mitra berulang 

terus.   

 

 

Kondisi temuan lapangan ini , bila dikaitkan dengan 

pemodelan archetype maka sesuai dengan sistem Archetypes, 

yaitu :  Growth and Under Investment. Sistem Archetypes Growth 

and Under Investment yaitu  keadaan ketidakseimbangan antara 

peningkatan kebutuhan dengan kapasitas pertambahan modal 

untuk memenuhi kebutuhan. Dalam situasi Growth and Under 

Investment, akan terjadi pertumbuhan yang mendekati batas yang 

dapat dieliminasi atau ditunda bila dibuat kapasitas penanaman 

modal yang memadai. Meskipun demikian, sebagai hasil dari 

kebijakan atau perlambatan di dalam sistem, permintaan yang 

menurun akan membatasi pertumbuhan lebih lanjut. Penurunan 

permintaan kemudian diikuti oleh pengurangan kapasitas 

penanaman modal yang lebih buruk. 

 

 2. Elaborasi Masing-masing Systems Archetype 

Selanjutnya hasil temuan lapangan dengan sistem Archetype dalam 

UMKM Mitra PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills, lebih lengkapnya 

yaitu  sebagai berikut : 

  

a) Success to The Successful  

Struktur Success to The Successful mempresentasikan bahwa 

dalam suatu sistem dengan sumberdaya terbatas, kesuksesan 

awal dari satu pihak membenarkan tersedotnya lebih banyak lagi 

sumberdaya kepada pihak ini , yang kemudian memperlebar 

kesenjangan kinerja berbagai pihak.  

Terdapat 3 (tiga) kondisi yang dapat membentuk dinamika model 

success to the successful, yaitu : 

 

1) Struktur zero sum game, dimana satu atau dua alternatif 

berkompetisi untuk sumber daya yang sama. Artinya, kapan pun 

seseorang/kelompok mendapatkan sumber daya berlebih, 

orang/kelompok lain akan mendapatkan lebih sedikit lagi.   

  

 - 134 -  

 

2) Kondisi dimana penyimpangan sumber daya lebih banyak, 

maka orang/kelompok ini  akan memilih alternatif untuk 

lebih sukses lagi.     

3) Kondisi dengan mengurangi pemberian sumber daya pada 

salah satu alternatif, maka akan mengurangi kesuksesannya.  

 

Dalam UMKM Mitra PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills, 

struktur hubungan sebab akibat dari Sistem Archetype Success to 

The Successful yaitu  sebagai berikut : 

 

Gambar V.1 : Causal Loop Diagram (CLD) dengan  Archetype 

Success to The Successful 

      

 

 

Gambar V.1 memperlihatkan CLD struktur sistemik Success to The 

Successful yang terdiri atas 2 (dua) loop yang dihubungkan dengan 

variabel.  Variabel utama, yaitu : Alokasi untuk UMKM Mitra tidak 

untuk UMKM Non Mitra, menunjukkan kecenderungan pada  

UMKM Mitra bukan pada UMKM Non Mitra, mengutamakan UMKM 

Mitra daripada UMKM Non Mitra, atau kepercayaan lebih untuk 

UMKM Mitra daripada untuk UMKM Non Mitra. Apabila 

kecenderungan ini berlanjut, energi yang diberikan sistem lebih 

berat ke loop sebelah kiri. Sumber daya lebih banyak mengalir ke 

Keberhasilan

UMKM Mitra

Alokasi Sumber Daya untuk

UMKM Mitra tidak untuk

UMKM Non Mitra

Keberhasilan

UMKM Non Mitra

Sumber Daya untuk

UMKM Non MitraSumber Daya

untuk UMKM Mitra

+

+

+

R1 R2

-

-

+

  

 - 135 -  

 

UMKM Mitra, yang akan meningkatkan kesuksesan UMKM Mitra. 

Pada waktu yang sama, keutamaan yang diberikan pada UMKM 

Mitra akan membuat penurunan sumber daya yang diterima oleh 

UMKM Non Mitra. Kesuksesan UMKM Non Mitra relatif menurun 

terhadap UMKM Mitra. Penurunan kesuksesan UMKM Non Mitra ini 

mendorong lebih banyak lagi pemberian sumber daya pada UMKM 

Mitra.      

Deskripsi lengkap tentang UMKM Mitra PT ISM Tbk, Divisi 

Bogasari Flour Mills, struktur hubungan sebab akibat dari Sistem 

Archetype Success to The Successful yaitu  sebagai berikut : 

 

(1) CLD Ketrampilan  

Keberhasilan UMKM Mitra : Kualitas Produk UMKM Mitra 

Keberhasilan UMKM Non 

Mitra 

: Kualitas Produk UMKM Non Mitra 

Alokasi Sumber Daya untuk 

UMKM Mitra 

: Ketrampilan 

Sumber Daya untuk UMKM 

Mitra 

: Pelatihan Ketrampilan Produk untuk 

UMKM Mitra 

Sumber Daya untuk UMKM 

Non Mitra 

: Pelatihan Ketrampilan Produk untuk 

UMKM Non Mitra 

 

 

 

 

 

 

Dari hasil simulasi terlihat bahwa alokasi sumber daya Ketrampilan 

lebih banyak mengalir ke UMKM Mitra karena mengikuti Pelatihan 

Ketrampilan Produk yang diselenggarakan oleh PT ISM Tbk, Divisi 

Bogasari Flour Mills, sehingga akan meningkatkan Keberhasilan 

Kualitas Produk UMKM Mitra. Pelatihan yang diikuti oleh UMKM 

Mitra, antara lain : Bogasari Baking Centre; Manajemen Usaha 

Kecil; Lokakarya. Manfaat yang diperoleh dengan mengikuti 

pelatihan bagi UMKM Mitra yaitu  kreativitas pengolahan bahan 

baku terigu sebagai bahan dasar yang sesuai dengan jenis 

makanan yang dihasilkan (Cakra Kembar untuk produk Mie dan 

Roti, Segitiga Biru untuk produk Martabak). 

Pada waktu yang sama, keutamaan yang diberikan pada UMKM 

Mitra akan membuat penurunan sumber daya yang diterima oleh 

UMKM Non Mitra, yaitu karena tidak adanya Pelatihan Ketrampilan 

Produk. Keberhasilan Kualitas Produk UMKM Non Mitra relatif 

menurun terhadap UMKM Mitra. Penurunan kesuksesan UMKM 

Non Mitra ini mendorong lebih banyak lagi pemberian sumber daya 

pada UMKM Mitra (Gambar V.2). 

 


Hasil ini  memperkuat persepsi bahwa UMKM Non Mitra tidak 

cukup terampil dalam meningkatkan kualitas produknya.   

 

(2) CLD Permodalan  

Keberhasilan UMKM Mitra : Akses ke Bank untuk UMKM Mitra 

Keberhasilan UMKM Non 

Mitra 

: Akses ke Bank untuk UMKM Non Mitra 

Alokasi Sumber Daya 

untuk UMKM Mitra 

: Permodalan 

Sumber Daya untuk 

UMKM Mitra 

: Kapasitas Modal untuk UMKM Mitra 

Sumber Daya untuk 

UMKM Non Mitra 

: Kapasitas Modal untuk UMKM Non 

Mitra 

 

Gambar V.3 :  

Causal Loop Diagram (CLD) dengan  Archetype Success to The 

Successful Model Permodalan 

 

  

  

Dari hasil simulasi terlihat bahwa alokasi sumber daya Permodalan 

lebih banyak mengalir ke UMKM Mitra karena menjadi Anggota 

BMC (Bogasari Mitra Card), yang akan meningkatkan Akses ke 

Bank untuk UMKM Mitra. Modal Usaha diperoleh berkat kerjasama 

PT ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills dengan Bank, sehingga 

Bank akan memberikan kredit usaha bagi UMKM yang menjadi 

anggota BMC.  Pada waktu yang sama, keutamaan yang diberikan 

pada UMKM Mitra akan membuat penurunan sumber daya yang 

Akses ke Bank

untuk UMKM Mitra

Permodalan

Akses ke Bank untuk

UMKM Non Mitra

Kapasitas  Modal

UMKM Non MitraKapasitas  Modal

UMKM Mitra

+

+

+

R5 R6

-

-

+

  

 - 138 -  

 

diterima oleh UMKM Non Mitra, yaitu karena UMKM Non Mitra 

bukan Anggota BMC. Kapasitas Modal Usaha UMKM Non Mitra 

relatif menurun terhadap UMKM Mitra. Kapasitas Modal Usaha 

UMKM Non Mitra menurun karena UMKM Non Mitra kesulitan 

memperoleh kredit pinjaman usaha dari Bank, dengan kata lain 

Bank sulit memberikan kredit kepada UMKM karena aspek legalitas 

UMKM. Penurunan kesuksesan UMKM Non Mitra ini mendorong 

lebih banyak lagi pemberian sumber daya pada UMKM Mitra 

(Gambar V.3). 

Hasil ini  memperkuat persepsi bahwa UMKM Non Mitra tidak 

cukup memiliki Modal karena kurangnya akses ke Bank.   

 

(3) CLD Promosi Usaha  

Keberhasilan UMKM Mitra : Keberhasilan Omset Usaha UMKM 

Mitra 

Keberhasilan UMKM Non 

Mitra 

: Keberhasilan Omset Usaha UMKM Non 

Mitra 

Alokasi Sumber Daya 

untuk UMKM Mitra 

: Promosi Usaha 

Sumber Daya untuk 

UMKM Mitra 

: Akses Pasar untuk UMKM Mitra  

Sumber Daya untuk 

UMKM Non Mitra 

: Akses Pasar untuk UMKM Non Mitra 

 

 

Dari hasil simulasi terlihat bahwa alokasi sumber daya Promosi 

Usaha lebih banyak mengalir ke UMKM Mitra. Apabila 

kecenderungan ini berlanjut maka Akses Pasar lebih banyak 

mengalir ke UMKM Mitra, yang akan meningkatkan keberhasilan 

Omset Usaha UMKM Mitra. Promosi Usaha yang dilakukan UMKM 

Mitra, antara lain : mengikuti  Pameran, Lomba-lomba, atau Expo 

yang diadakan oleh PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills. 

Disamping itu, terdapat Media Promosi yang disediakan oleh pihak  

PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills, yaitu dengan 

  

 - 139 -  

 

diterbitkannya majalah Wacana Mitra. Majalah Wacana Mitra 

merupakan majalah yang berisi informasi tentang peluang usaha, 

lokasi dagang yang strategis, masalah harga, kiat-kiat usaha dan 

promosi usaha, serta informasi lain yang sering mengemuka dalam 

setiap pertemuan mitra UMKM dengan PT ISM Tbk Divisi Bogasari 

Flour Mills. Majalah Wacana Mitra ini dibagikan kepada setiap 

UMKM Anggota BMC sebagai media pembelajaran (Mail 

Education) bagi pelaku UMKM khususnya UMKM mitra bogasari. 

Pada waktu yang sama, keutamaan yang diberikan pada UMKM 

Mitra akan membuat penurunan Akses Pasar yang diterima oleh 

UMKM Non Mitra. Keberhasilan Omset Usaha UMKM Non Mitra 

relatif menurun terhadap UMKM Mitra. Penurunan kesuksesan 

UMKM Non Mitra ini mendorong lebih banyak lagi pemberian 

sumber daya pada UMKM Mitra (Gambar V.4).      

Hasil ini  memperkuat persepsi bahwa UMKM Non Mitra tidak 

cukup memiliki akses pasar karena kurangnya promosi usaha.   

 

Gambar V.4 :  

Causal Loop Diagram (CLD) dengan  Archetype Success to The 

Successful Model Promosi Usaha 

 

 

 

 

 

Keberhasilan Omset

Usaha UMKM Mitra

Promos i Usaha

Keberhasilan Omset

Usaha UMKM Non

Mitra

Akses Pasar untuk

UMKM Non MitraAkses Pasar untuk

UMKM Mitra

+

+

+

R7 R8

-

-

+

  

 - 140 -  

 

b) Limit to Success  

Struktur Limit to Success mempresentasikan bahwa suatu proses 

penguatan pertumbuhan atau ekspansi akan menghadapi proses 

balancing sebagai batas sistem telah tercapai. Dalam model UMKM 

Mitra PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills, struktur hubungan 

sebab akibat dari Sistem Archetype Limit to Success yaitu  

sebagai berikut :       

 

Gambar V.5 :  

Causal Loop Diagram (CLD) dengan  Archetype Limit to Success  

 

 

 

Gambar V.5 memperlihatkan CLD struktur sistemik Limit to 

Success yang terdiri atas 2 (dua) loop yang dihubungkan dengan 

variabel.  Struktur ini berciri proses penguatan (Reinforcing) dan 

proses keseimbangan (Balancing). CLD pada struktur sistemik 

Limit to Success ini  menyatakan bahwa bila Usaha UMKM 

Mitra meningkat maka Kinerja pun akan meningkat. Dengan 

meningkatnya Kinerja maka Usaha UMKM Mitra yang dilakukan 

akan terus bertambah mantap (R). Namun karena pada CLD Limit 

to Success ini  Kinerja UMKM Mitra berhubungan dengan 

faktor Pembatas Kegiatan, maka penguatan yang dilakukan oleh 

Kinerja UMKM Mitra akan memperlambat keberhasilan. Kemudian 

Usaha UMKM

Mitra

Kinerja UMKM

Mitra

Tindakan

PembatasR B

-

+

+ +

Pembatas

+

  

 - 141 -  

 

faktor Pembatas kembali akan mengurangi Kinerja UMKM               

Mitra (B).  

Deskripsi lengkap tentang model Principal-Agent Partnership 

UMKM Mitra, struktur hubungan sebab akibat dari Sistem 

Archetype Limit to Success  yaitu  sebagai berikut : 

 

(1) CLD Keberlangsungan Produksi UMKM Mitra 

Kinerja UMKM Mitra : Keberlangsungan Produksi UMKM Mitra 

Usaha UMKM Mitra : Pengelolaan Usaha 

Pembatas Kegiatan : Stock Terigu 

Pembatas : Kapasitas Terigu 

 

Gambar V.6 :  

Causal Loop Diagram (CLD) dengan  Archetype Limit to Success 

Model Kualitas Produk 

 

 

 

 

Dari hasil simulasi pada Gambar V.6 terlihat bahwa bila 

Pengelolaan Usaha UMKM Mitra meningkat maka 

Keberlangsungan Produksi UMKM Mitra pun akan meningkat. 

Dengan meningkatnya Keberlangsungan Produksi UMKM Mitra 

maka Pengelolaan Usaha UMKM Mitra yang dilakukan akan terus 

bertambah mantap (R9). Namun karena Keberlangsungan Produksi 

UMKM Mitra berhubungan dengan faktor Pembatas Kegiatan yaitu 

Stock Terigu, maka penguatan yang dilakukan oleh 

Pengelolaan

Usaha

Keberlangsungan

Produksi UMKM

Mitra

Stock TeriguR9 B1

-

+

+ +

Kapasitas

Terigu

+

  

 - 142 -  

 

Keberlangsungan Produksi UMKM Mitra akan memperlambat 

keberhasilan. Kemudian faktor Pembatas, yaitu Kapasitas Terigu 

kembali akan mengurangi Keberlangsungan Produksi UMKM Mitra 

(B1).  

 

(2) CLD Omset Usaha UMKM Mitra 

Kinerja UMKM Mitra : Omset Usaha 

Usaha UMKM Mitra : Pengembangan Produk 

Pembatas Kegiatan : Kapasitas Modal Usaha 

Pembatas : Modal Usaha 

 

Dari hasil simulasi pada Gambar V.7 terlihat bahwa bila 

Pengembangan Produk UMKM Mitra meningkat maka Omset 

Usaha UMKM Mitra pun akan meningkat. Dengan meningkatnya 

Omset Usaha UMKM Mitra maka Pengembangan Produk UMKM 

Mitra yang dilakukan akan terus bertambah mantap (R10). Namun 

karena Omset Usaha UMKM Mitra berhubungan dengan faktor 

Pembatas Kegiatan yaitu Kapasitas Modal Usaha, maka penguatan 

yang dilakukan oleh Omset Usaha UMKM Mitra akan 

memperlambat keberhasilan. Kemudian faktor Pembatas, yaitu 

Modal Usaha kembali akan mengurangi Omset Usaha UMKM Mitra 

(B2).  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  

 - 143 -  

 

Gambar V.7 : Causal Loop Diagram (CLD) dengan  Archetype Limit to 

Success Model Omset Usaha 

 

 

 

 

c) Growth and Under Investment   

Struktur Growth and Under Investment mempresentasikan bahwa 

ketika pertumbuhan mencapai batasnya, sistem mengkompensasi 

dengan menurunkan standar kinerja. Ini menurunkan persepsi akan 

kebutuhan untuk investasi kapasitas dan menghasilkan kinerja 

yang lebih rendah, yang selanjutnya menjadi pembenaran 

kekurangan investasi.  Dalam model UMKM Mitra PT ISM Tbk, 

Divisi Bogasari Flour Mills, struktur hubungan sebab akibat dari 

Sistem Archetype Growth and Under Investment yaitu  sebagai 

berikut :       

 

 

 

 

 

 

 

 

Pengembangan

Produk

Omset Usaha

UMKM Mitra

Kapasitas

Modal UsahaR10 B2

-

+

+ +

Modal Usaha

+

  

 - 144 -  

 

Gambar V.8 : Causal Loop Diagram (CLD) dengan  Archetype Growth 

and Under Investment 

 

 

 

 

Gambar V.8 memperlihatkan CLD struktur sistemik Growth and 

Under Investment, yang terdiri atas 4 (empat) variabel, yaitu : 

kebutuhan; kapasitas; kebutuhan untuk penanaman modal; dan 

kapasitas penanaman modal. Dinamika perilaku variabel dalam 

model saling berkorelasi. Kebutuhan untuk menanamkan modal 

mengendalikan penanaman modal yang sebenarnya, yang 

kemudian akan mempengaruhi kapasitas, dan selanjutnya akan 

mempengaruhi jumlah pemenuhan kebutuhan. Perbedaan antara 

kebutuhan dan kapasitas akan mempengaruhi kebutuhan untuk 

menanamkan modal berikutnya, yang kemudian akan menutup 

loop ini .     

Strategi yang mungkin dilakukan yaitu  : langkah pertama, dengan 

menyadari faktor apa yang akan menghambat pertumbuhan, 

termasuk faktor yang mungkin sulit untuk berubah karena 

didasarkan tujuan untuk menjaga keuntungan yang tinggi atau tidak 

Upaya

Pertumbuhan

Kebutuhan

Dampak Faktor

Pembatas

Pemenuhan

Kebutuhan

Inves tasi

Inves tasi dalam

Kapasitas

Kapasitas

Standar Kinerja

+

+

+

-

+

+

+

-

+

R B1

B2

  

 - 145 -  

 

menambah biaya yang tidak perlu. Jika ada waktu delay antara 

peningkatan kapasitas pertumbuhan dan dampak faktor pembatas, 

tindakan yang perlu diambil yaitu  sebelum waktu delay, karena 

permintaan (demand) tidak akan terulang.   

Deskripsi lengkap tentang model UMKM Mitra PT ISM Tbk, Divisi 

Bogasari Flour Mills, struktur hubungan sebab akibat dari Sistem 

Archetype Growth and Under Investment  yaitu  sebagai berikut : 

 

CLD Pertumbuhan Usaha dan Produksi UMKM Mitra 

Kebutuhan : Permintaan Konsumen 

Upaya Pertumbuhan  : Laju Pertumbuhan UMKM Mitra 

Dampak Faktor Pembatas : Dampak Keterbatasan Produksi 

Pemenuhan Kebutuhan 

Investasi 

: Produksi UMKM Mitra 

Investasi dalam Kapasitas : Konsultasi dan Bimbingan  

Kapasitas : Paguyuban UMKM Mitra  

 

Gambar V.9 :  

Causal Loop Diagram (CLD) dengan  Archetype Growth and Under 

Investment Model Pertumbuhan Usaha dan Produksi UMKM Mitra 

 

 

Laju Pertumbuhan

UMKM Mitra

Permintaan

Konsumen

Dampak

Keterbatasan

Produksi

Produksi

UMKM Mitra

Konsultas i dan

Bimbingan

Paguyuban

UMKM Mitra

Standar Kinerja

+

+

+

-

+

+

+

-

+

R11 B3

B4

  

 - 146 -  

 

Dari hasil simulasi terlihat bahwa pada mulanya, UMKM Mitra telah 

meningkatkan usahanya. Hasilnya Permintaan Konsumen terhadap 

produk UMKM Mitra meningkat. Peningkatan usaha UMKM Mitra 

ini, karena kualitas produknya sesuai selera konsumen, 

menyebabkan kebutuhan terhadap produk UMKM Mitra melonjak. 

Pada akhirnya, produksi UMKM Mitra tidak dapat memenuhi 

kebutuhan.  Pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan terakumulasi 

sehingga pelanggan tidak lagi memakai  hasil produksinya. 

Akibatnya, penjualan semakin menurun.  

Dengan berjalannya waktu, peningkatan kapasitas berhasil 

dilakukan, yaitu dengan membentuk Paguyuban UMKM Mitra. 

Kebutuhan produksi UMKM Mitra sejalan dengan pengambilan 

keputusan untuk peningkatan kapasitas, namun siklus naik 

turunnya kebutuhan terhadap produksi UMKM Mitra berulang terus.  

 

Melalui kajian teoritis mengenai Kemitraan UMKM baik dari 

perspektif bisnis, maupun system dynamics, dalam penelitian ini mencoba 

menerapkan UMKM Mitra PT. ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills, 

sebagaimana berikut : 

 

Tabel V.5 : Perspektif dan Struktur Dasar UMKM Mitra PT. ISM Divisi 

Bogasari Flour Mills, Tbk 

 

NO PERSPEKTIF STRUKTUR DASAR 

1 Informasi Usaha - Pelatihan Ketrampilan 

- Permodalan 

- Promosi Usaha 

2 Kompetensi Usaha - Keberlangsungan Produksi 

- Monitoring dan Evaluasi 

- Peningkatan Omset Usaha 

- Pemberian Insentif 

3 Akses Usaha - Pengembangan Pasar 

- Mempertahankan Hubungan 

- Hubungan Emosional 

Sumber : Diolah dari berbagai sumber 

  

 - 147 -  

 

3. Struktur Hubungan Sebab Akibat dalam Perspektif Informasi 

Usaha  

 Gambar V.10; V.11; dan V.12; memperlihatkan struktur 

hubungan sebab akibat dalam Perspektif Informasi Usaha. Hubungan-

hubungan ini  memuat 3 (tiga) struktur dasar, yaitu : Pelatihan 

Ketrampilan; Permodalan; dan Promosi Usaha.  

Struktur Pelatihan Ketrampilan (R3) menjelaskan bahwa 

pelatihan ketrampilan yang dilakukan dipengaruhi oleh faktor-faktor : 

Pelatihan Ketrampilan Produk untuk UMKM Mitra; Keberhasilan 

Kualitas Produk UMKM Mitra; serta Ketrampilan UMKM Mitra.  

 

Gambar V.10 :  

Struktur Hubungan Sebab Akibat dalam Perspektif Informasi Usaha 

dengan Struktur Dasar Pelatihan Ketrampilan (R3) 

 

 

 

Gambar V.10 memperlihatkan struktur hubungan sebab akibat 

dalam Perspektif Informasi Usaha dengan Struktur Dasar Pelatihan 

Ketrampilan. Pola kecenderungan perubahan kinerja setiap faktor 

dalam struktur Pelatihan Ketrampilan ini dinamis menguat, ditandai oleh 

penguatan pada setiap faktornya (reinforcing). Kecenderungan 

penguatan ini terjadi karena hubungan yang terbentuk menjelaskan 

bahwa jika Pelatihan Ketrampilan Produk untuk UMKM Mitra 

meningkat, maka Keberhasilan Kualitas Produk UMKM Mitra juga 

Keberhasilan

Kualitas Produk

UMKM Mitra

Ketrampilan

Pelatihan Ketrampilan

Produk untuk UMKM

Mitra

+

+

+

R3

  

 - 148 -  

 

meningkat, sehingga Ketrampilan yang dimiliki UMKM Mitra semakin 

meningkat. Pelatihan Ketrampilan yang diikuti UMKM Mitra, antara lain : 

pelatihan tentang resep makanan, proses produksi, pengenalan 

teknologi, manajemen usaha, dan marketing.  

Dari tabel V.6 dapat dilihat bahwa loop R3 sejalan dengan 

temuan lapangan. Artinya, Informasi Usaha yang dilakukan oleh PT 

ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills terhadap UMKM Mitra, antara lain 

melalui Pelatihan Ketrampilan bagi UMKM Mitra, yaitu mengikuti : 

edukasi tentang resep makanan, proses produksi, pengenalan 

teknologi, pelatihan-pelatihan di bidang manajemen usaha maupun 

teknis produksi yang diselenggarakan Bogasari secara regular. 

 

Tabel V.6 : Perbandingan Struktur Hubungan antar Unsur dengan 

Hasil Wawancara untuk Perspektif Informasi Usaha dengan 

Struktur Dasar Pelatihan Ketrampilan 

 

Struktur 

Hubungan  

Sumber Pendapat 

Responden 

Interpretasi Kesimpulan 

Semakin 

sering 

mengikuti 

pelatihan 

ketrampilan, 

semakin 

tinggi 

kualitas dan 

kuantitas 

produk   

Manager 

 

 

 

 

 

UMKM 

Mitra 

 

Bogasari melakukan 

berbagai program 

edukasi tidak hanya 

berupa teori tetapi 

juga praktek.  

 

Saya pertama kali 

membuat mie 

secara manual. 

Saya mendapat 

tawaran pelatihan di 

Bogasari Baking 

Center (BBC), 

Jakarta. Saya 

penasaran ketika 

melihat mereka 

begitu mahir 

memakai  

mesin pembuat mie. 

 

Pelatihan 

Ketrampilan 

Produk 

berakibat pada 

Keberhasilan 

Kualitas Produk 

Pelatihan 

ketrampilan 

berpengaruh 

positif 

terhadap 

Kualitas dan 

Kuantitas 

Produk 

 

 

  

 - 149 -  

 

Struktur 

Hubungan  

Sumber Pendapat 

Responden 

Interpretasi Kesimpulan 

Semakin 

tinggi 

kualitas 

produk, 

semakin 

meningkat 

ketrampilan   

Manager                                 

                                                      

 

 

 

 

 

 

 

 

UMKM 

Mitra 

Pemberian 

pelatihan, yaitu 

dengan melatih 

UMKM sehingga 

skill mereka 

bertambah (melalui 

baking school: roti, 

mie, kue kering; 

manajemen usaha 

kecil, lokakarya). 

                              

Kualitas dan rasa, 

tetap kami 

perhatikan. Sebab 

kalau tidak enak, 

tetap saja tak akan 

laku meskipun 

harganya murah 

Kualitas 

Produk 

berakibat pada 

Peningkatan 

Ketrampilan 

Kualitas Produk 

berpengaruh 

positif terhadap 

Pengembangan 

Ketrampilan 

Semakin  

meningkat 

ketrampilan, 

semakin 

sering 

mengikuti 

pelatihan 

ketrampilan    

Manager 

 

 

 

 

 

 

 

 

UMKM 

Mitra 

Kegiatan pelatihan 

dan bimbingan 

usaha dilakukan 

secara berkala, baik 

secara khusus 

maupun disertakan 

pada pertemuan 

paguyuban usaha 

kecil dan menengah. 

 

Sebagai ibu rumah 

tangga, saya 

merasa punya 

banyak waktu luang. 

Lantas, saya pun 

berpikir untuk coba-

coba mencari 

tambahan nafkah 

keluarga, dengan 

membuat kue 

kacang. Tak 

dinyana, kue buatan 

yang dititipkan ke 

warung itu, ternyata 

laris 

Peningkatan 

Ketrampilan 

berakibat pada 

Pelatihan 

Ketrampilan 

Peningkatan 

Ketrampilan 

berpengaruh 

positif terhadap 

Pelatihan 

Ketrampilan 

Sumber : Data Primer, 2010 

  

 - 150 -  

 

Struktur Permodalan (R5) dipengaruhi oleh faktor-faktor : 

Kapasitas Modal UMKM Mitra; Akses ke Bank untuk UMKM Mitra; serta 

Permodalan. Pola kecenderungan perubahan kinerja tiap faktor dalam 

struktur Permodalan ini dinamis menguat, ditandai oleh penguatan 

pada setiap faktornya (reinforcing). Kecenderungan penguatan ini 

terjadi karena hubungan yang terbentuk menjelaskan bahwa jika 

Kapasitas Modal UMKM Mitra meningkat, maka Akses ke Bank untuk 

UMKM Mitra meningkat. Jika Akses ke Bank meningkat, maka 

Permodalan bagi UMKM Mitra juga meningkat.  

 

Gambar V.11 berikut memperlihatkan struktur hubungan sebab 

akibat dalam Perspektif Informasii Usaha dengan Struktur Dasar 

Permodalan. 

 

Gambar V.11 : 

Struktur Hubungan Sebab Akibat dalam Perspektif Informasi Usaha 

dengan Struktur Dasar Permodalan (R5) 

 

 

 

Dari tabel V.7 dapat dilihat bahwa loop R5 sejalan dengan 

temuan lapangan. Artinya, Informasi Usaha yang dilakukan oleh PT 

ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills terhadap UMKM Mitra, antara lain 

melalui Permodalan bagi UMKM Mitra, yaitu peluang mendapatkan 

kredit modal usaha dari Bank.  

Akses ke Bank

untuk UMKM Mitra

Permodalan

Kapasitas Modal

UMKM Mitra

+

+

+

R5

  

 - 151 -  

 

Tabel V.7 : Perbandingan Struktur Hubungan antar Unsur dengan 

Hasil Wawancara untuk Perspektif Informasi Usaha dengan 

Struktur Dasar Permodalan 

 

Struktur 

Hubungan  

Sumber Pendapat 

Responden 

Interpretasi Kesimpulan 

Semakin 

tinggi 

Kapasitas 

Modal UMKM 

Mitra, 

semakin 

tinggi Akses 

ke Bank 

untuk UMKM 

Mitra   

Manager   

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

UMKM Mitra 

Syarat pengajuan 

antara lain tercatat 

sebagai anggota 

Bogasari Mitra 

Card (BMC) 

minimal 2 tahun 

dengan status 

keanggotaannya 

aktif dan memiliki 

tempat usaha di 

lokasi dengan 

bidang yang sama. 

 

… beruntung, 

sebagai anggota 

BMC, dan keuletan 

saya sehingga mau 

memberi 

rekomendasi 

pinjaman bank. 

Padahal, karena 

bangkrut saya 

sempat kurang 

dipercaya pihak 

bank. 

Kapasitas 

Modal 

berakibat pada 

Akses ke Bank  

Kapasitas 

Modal 

berpengaruh 

positif 

terhadap 

Akses ke 

Bank  

Semakin 

tinggi Akses 

ke Bank, 

semakin 

tinggi 

Permodalan 

untuk UMKM 

Mitra   

Manager PT Indofood 

Sukses Makmur 

Tbk. Divisi Bogasari 

Flour Mills 

bersinergi dengan 

PT Bank Mandiri 

(Persero) Tbk untuk 

melakukan 

pengembangan 

dan pemberdayaan 

di bidang UMKM 

secara 

komprehensif. 

Akses ke Bank 

berakibat pada 

Permodalan 

untuk UMKM 

Mitra  

Akses ke 

Bank 

berpengaruh 

positif 

terhadap 

Permodalan 

untuk UMKM 

Mitra  

 

 

  

 - 152 -  

 

Struktur 

Hubungan  

Sumber Pendapat 

Responden 

Interpretasi Kesimpulan 

 UMKM 

Mitra 

Saya pernah 

bangkrut hingga 

modal usaha habis. 

Namun, saya 

mempunyai tekad 

yang amat besar 

untuk memulai usaha 

roti, sehingga 

mampu meyakinkan 

sejumlah pihak untuk 

memberi pinjaman 

modal, dan mampu 

bangkit.  

  

Semakin 

tinggi 

Permodalan 

untuk 

UMKM 

Mitra, 

semakin 

tinggi 

Kapasitas 

Modal 

UMKM Mitra   

Manager 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

UMKM 

Mitra 

Khusus bagi 

Anggota BMC yang 

bergerak di bidang 

usaha mie, 

berkesempatan 

mendapatkan Paket 

Konversi Gas yang 

merupakan program 

kerjasama antara 

Bogasari dengan 

Pertamina 

 

Bisnis mie yang 

saya rintis, hanya 

didukung oleh modal 

yang sangat 

terbatas, dengan 

peralatan serba-

minim. 

Permodalan 

untuk UMKM 

Mitra berakibat 

pada 

Kapasitas 

Modal UMKM 

Mitra 

Permodalan 

untuk UMKM 

Mitra 

berpengaruh 

positif 

terhadap 

Kapasitas 

Modal UMKM 

Mitra 

Sumber : Data Primer, 2010 

 

Struktur Promosi Usaha (R7) dipengaruhi oleh faktor-faktor : 

Akses Pasar untuk UMKM Mitra; Keberhasilan Omset Usaha UMKM 

Mitra; serta Promosi Usaha. Pola kecenderungan perubahan kinerja 

tiap faktor dalam dalam struktur Promosi Usaha ini dinamis menguat, 

ditandai oleh penguatan pada setiap faktornya (reinforcing). 

Kecenderungan penguatan ini terjadi karena hubungan yang terbentuk 

  

 - 153 -  

 

menjelaskan bahwa jika Akses Pasar untuk UMKM Mitra meningkat, 

maka Keberhasilan Omset Usaha UMKM Mitra meningkat. Jika 

Keberhasilan Omset Usaha meningkat, maka Promosi Usaha UMKM 

Mitra juga meningkat.  

Gambar V.12 berikut memperlihatkan struktur hubungan sebab 

akibat dalam Perspektif Informasi Usaha dengan Struktur Dasar 

Promosi Usaha. 

 

Gambar V.12 :  

Struktur Hubungan Sebab Akibat dalam Perspektif Informasi Usaha 

dengan Struktur Dasar Promosi Usaha (R7) 

 

 

 

 

Dari tabel V.8 dapat dilihat bahwa loop R7 sejalan dengan 

temuan lapangan. Artinya, Informasi Usaha yang dilakukan oleh PT 

ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills terhadap UMKM Mitra, antara lain 

melakukan Promosi Usaha bagi UMKM Mitra, berupa : pemberian nama 

produk, sertifikat halal, hak paten dan memperbaiki kemasan. 

 

 

 

 

 

 

 

Keberhasilan Omset

Usaha UMKM Mitra

Promosi Usaha

Akses Pasar untuk

UMKM Mitra

+

+

+

R7

  

 - 154 -  

 

Tabel V.8 : Perbandingan Struktur Hubungan antar Unsur dengan 

Hasil Wawancara untuk Perspektif Informasi Usaha dengan 

Struktur Dasar Promosi Usaha 

 

Struktur 

Hubungan  

Sumber Pendapat 

Responden 

Interpretasi Kesimpulan 

Semakin 

tinggi Akses 

Pasar UMKM 

Mitra, 

semakin 

tinggi 

keberhasilan 

Omset 

Usaha 

UMKM Mitra   

Manager  

 

 

 

 

 

 

 

UMKM 

Mitra 

Bogasari 

memberikan 

dukungan 

pemasaran melalui 

program kunjungan, 

arisan, membuat 

BMC (Bogasari 

Mitra Card). 

 

Saya gesit ke luar 

masuk pasar dan 

toko-toko. Hasilnya, 

luar biasa. Dalam 

waktu beberapa 

bulan saja, omset 

penjualan sudah 

menjulang. 

Kebutuhan terigu 

untuk produksi, 

mencapai 60 sak 

per hari. Saya 

mempekerjakan 300 

karyawan. 

Akses Pasar 

UMKM Mitra 

berakibat pada 

Omset Usaha 

UMKM Mitra  

Akses Pasar 

UMKM Mitra 

berpengaruh 

positif 

terhadap 

Omset Usaha 

UMKM Mitra 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  

 - 155 -  

 

 

Struktur 

Hubungan  

Sumber Pendapat Responden Interpretasi Kesimpulan 

Semakin 

tinggi 

keberhasilan 

Omset 

Usaha 

UMKM Mitra, 

semakin 

tinggi 

Promosi 

Usaha bagi 

UMKM Mitra   

Manager 

 

 

 

 

 

UMKM 

Mitra 

 

… paguyuban dan 

arisan. Uang arisan 10 

juta dari Bogasari untuk 

paguyuban, lomba mie, 

lomba martabak, dan 

lomba-lomba yang lain. 

 

Untuk mempertegas 

daya tarik usaha, saya 

bukan hanya 

mencantumkan kata 

”mangkok bisa dimakan” 

di kedai dan pada 

pamflet di berbagai 

tempat strategis, tetapi 

juga menghiasi sebuah 

mobil kijang, dengan 

atribut mie mangkok 

secara cukup menyolok. 

Mobil itu, hampir setiap 

hari nongkrong di depan 

kedai. 

Omset 

Usaha 

UMKM Mitra 

berakibat 

pada 

Promosi 

Usaha bagi 

UMKM Mitra  

Omset Usaha 

UMKM Mitra 

berpengaruh 

positif terhadap 

Promosi Usaha 

bagi UMKM 

Mitra 

Semakin 

tinggi 

Promosi 

Usaha bagi 

UMKM Mitra, 

semakin 

tinggi Akses 

Pasar UMKM 

Mitra   

Manager 

 

… dialog Bogasari 

dengan pengusaha, 

asumsi awal pengusaha 

butuh modal. Oleh 

Bogasari ditingkatkan 

harga dirinya sebagai 

pengusaha. Mindsetnya 

UMKM bergeser : 

pengusaha butuh 

akses/network.  

Dicarikan pasar. Dan 

diedukasi. Dibukakan 

akses. UMKM punya 

dignity, pengusaha 

UMKM membuat 

kelompok bisnis di 

daerah/area mana saja. 

Promosi 

Usaha bagi 

UMKM Mitra 

berakibat 

pada Akses 

Pasar 

UMKM Mitra 

Promosi Usaha 

bagi UMKM 

Mitra 

berpengaruh 

positif terhadap 

Akses Pasar 

UMKM Mitra 

 

 

 

 

  

 - 156 -  

 

 

Struktur 

Hubungan  

Sumber Pendapat Responden Interpretasi Kesimpulan 

 UMKM 

Mitra 

Untuk meningkatkan 

kualitas produknya 

terus mengikuti tren. 

Saya selalu ikut 

pameran dan demo 

produk, juga rajin 

promosi. 

  

Sumber : Data Primer, 2010 

 

 

4. Struktur Hubungan Sebab Akibat dalam Perspektif Kompetensi 

Usaha 

Gambar V.13; V.14; V. 15; dan V.16; memperlihatkan struktur 

hubungan sebab akibat dalam Perspektif Kompetensi Usaha UMKM 

Mitra. Hubungan-hubungan ini  memuat 4 (empat) struktur dasar, 

yaitu : Keberlangsungan Produksi; Monitoring dan Evaluasi;  

Peningkatan Omset Usaha; serta Pemberian Insentif. 

Struktur Keberlangsungan Produksi (R9) menjelaskan adanya 

kegiatan produksi UMKM Mitra secara terus menerus yang 

memakai  bahan baku terigu. Struktur Keberlangsungan Produksi 

dipengaruhi oleh faktor-faktor : Pengelolaan Usaha, serta 

Keberlangsungan Produksi UMKM Mitra. Pola kecenderungan 

perubahan kinerja tiap faktor dalam struktur Keberlangsungan Produksi 

ini dinamis menguat, ditandai oleh penguatan pada setiap faktornya 

(reinforcing). Kecenderungan penguatan ini terjadi karena hubungan 

yang terbentuk menjelaskan bahwa jika Pengelolaan Usaha meningkat 

maka Keberlangsungan Produksi UMKM Mitra juga meningkat. Jika 

Keberlangsungan Produksi UMKM Mitra meningkat maka Pengelolan 

Usaha semakin meningkat. Gambar V.13 berikut memperlihatkan 

struktur hubungan sebab akibat dalam Perspektif Kompetensi Usaha 

dengan Struktur Dasar Keberlangsungan Produksi. 

 

  

 - 157 -  

 

Gambar V.13 :  

Struktur Hubungan Sebab Akibat dalam Perspektif Kompetensi 

Usaha dengan Struktur Dasar Keberlangsungan Produksi (R9) 

 

 

 

 

Dari tabel V.9 dapat dilihat bahwa loop R9 sejalan dengan 

temuan lapangan. Artinya, Kompetensi Usaha yang dilakukan oleh 

UMKM Mitra, antara lain melakukan Peningkatan Keberlangsungan 

Produksi UMKM Mitra, melalui hal-hal sebagai berikut : konsultasi 

kegiatan pemasaran dengan pihak PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour 

Mills, teknik produksi, dan peluang usaha. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pengelolaan

Usaha

Keberlangsungan

Produksi UMKM

Mitra

R9

+

+

  

 - 158 -  

 

Tabel V.9 : Perbandingan Struktur Hubungan antar Unsur dengan 

Hasil Wawancara untuk Perspektif Kompetensi Usaha dengan 

Struktur Dasar Keberlangsungan Produksi 

 

Struktur 

Hubungan  

Sumber Pendapat 

Responden 

Interpretasi Kesimpulan 

Semakin tinggi 

Pengelolaan 

Usaha, semakin 

tinggi 

Keberlangsungan 

Produksi UMKM 

Mitra   

Manager 

 

 

 

 

 

 

 

 

UMKM 

Mitra 

UMKM Mitra 

Bogasari harus 

bertumbuh 

menjadi UMKM 

++ 

 , dengan 

indikator : diukur 

konsumsi terigu 

tumbuh/tidak; 

jumlah gerobak; 

jumlah penjaja; 

pangkalan 

 

Saya 

menjalankan 

secara langsung 

bisnis roti saya, 

menjadi paham 

tentang 

pergerakan 

pasar roti, yang 

ternyata 

mengenal 

musim sepi. 

Pengeloaan 

Usaha berakibat 

pada 

Keberlangsungan 

Produksi UMKM 

Mitra   

Pengeloaan 

Usaha 

berpengaruh 

positif terhadap 

Keberlangsungan 

Produksi UMKM 

Mitra   

Semakin tinggi 

Keberlangsungan 

Produksi UMKM 

Mitra   semakin 

tinggi 

Pengelolaan 

Usaha 

Manager 

 

…. selalu 

diedukasi, dalam 

temu 3 bulanan 

antara Bogasari-

UMKM. Di 

identifikasi lokasi 

yang layak jual : 

mall, rumah 

sakit, sekolah, 

mesjid, kantor, 

terminal, 

pangkalan ojek. 

 

Keberlangsungan 

Produksi UMKM 

Mitra  berakibat 

pada Pengeloaan 

Usaha 

Keberlangsungan 

Produksi UMKM 

Mitra  

berpengaruh 

positif terhadap 

Pengeloaan 

Usaha 

 

 

 

  

 - 159 -  

 

Struktur 

Hubungan  

Sumber Pendapat 

Responden 

Interpretasi Kesimpulan 

 UMKM 

Mitra 

 

Ketika mie ayam 

mulai populer, 

saya langsung 

berkonsentrasi 

pada pembuatan 

mie untuk dijual 

melalui para 

pedagang. 

  

Sumber : Data Primer, 2010 

 

Struktur Monitoring dan Evaluasi (B1) menjelaskan bahwa 

Monitoring dan Evaluasi yang dilakukan dipengaruhi oleh faktor-faktor : 

Keberlangsungan Produksi UMKM Mitra, Stock Terigu, dan Kapasitas 

Terigu. Pola kecenderungan hubungan sebab akibatnya setiap faktor 

dalam struktur Monitoring dan Evaluasi yaitu  balancing. Sebutan 

balancing untuk menjelaskan bahwa siklus berfikir dan aktivitasnya 

berhenti jika standar tercapai, atau terus berjalan siklusnya jika 

kesenjangan masih teridentifikasi. 

Kesenjangan terjadi pada Keberlangsungan Produksi UMKM 

Mitra yang meningkat maka stock terigu juga seharusnya meningkat, 

karena faktor pembatas yaitu Kapasitas Terigu, ternyata mengalami 

penurunan. Implikasinya stock terigu akan terjaga keberadaannya, 

walapun perlu waktu untuk segera menyediakan stock terigu. Jika stock 

terigu mudah didapat maka keberlangsungan produksi usahanya dapat 

meningkat.   

Gambar V.14 berikut memperlihatkan struktur hubungan sebab 

akibat dalam Perspektif Kompetensi Usaha dengan Struktur Dasar 

Peningkatan Keberlangsungan Produksi. 

 Dari tabel V.10 dapat dilihat bahwa loop B1 sejalan dengan temuan 

lapangan. Artinya, Kompetensi Usaha yang dilakukan oleh UMKM Mitra, 

antara lain melakukan Monitoring dan Evaluasi, melalui pembentukan 

jaringan pasokan bahan baku untuk kontinuitas usaha. 

 

  

 - 160 -  

 

Gambar V.14 :  

Struktur Hubungan Sebab Akibat dalam Perspektif Kompetensi 

Usaha dengan Struktur Dasar Monitoring dan Evaluasi (B1) 

 

 

 

 

Tabel V.10 : Perbandingan Struktur Hubungan antar Unsur dengan 

Hasil Wawancara untuk Perspektif Kompetensi Usaha dengan 

Struktur Dasar Monitoring dan Evaluasi 

 

Struktur 

Hubungan  

Sumber Pendapat 

Responden 

Interpretasi Kesimpulan 

Semakin tinggi 

Keberlangsungan 

Produksi UMKM 

Mitra, semakin 

tinggi Stock 

Terigu 

Manager 

 

Sebagai 

tambahan, 

mereka 

(UMKM Mitra) 

juga 

mendapatkan 

bantuan dalam 

bentuk 

keringanan 

atau 

pengurangan 

harga 

pembelian 

terigu bila unit 

usaha ini  

berkembang 

baik. 

Keberlangsungan 

Produksi UMKM 

Mitra berakibat 

pada Stock 

Terigu 

Keberlangsungan 

Produksi UMKM 

Mitra 

berpengaruh 

positif terhadap 

Stock Terigu 

 

 

Keberlangsungan

Produksi UMKM

Mitra

Stock TeriguB1

-

+

Kapasitas Terigu

+

  

 - 161 -  

 

Struktur 

Hubungan  

Sumber Pendapat 

Responden 

Interpretasi Kesimpulan 

 UMKM 

Mitra 

Kami sudah menjadi 

subdistributor 

tepung terigu, kerja 

toko kami ini 

memang tambah 

banyak. Maklum, 

tepung terigu yang 

biasa 

didistribusikan, 

sedikitnya 10.000 

ton dalam sebulan 

 

  

Semakin tinggi 

Stock Terigu, 

semakin 

menurun 

Keberlangsun

gan Produksi 

UMKM Mitra 

Manager 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

UMKM 

Mitra 

 

 

UMKM Mitra yang 

melaksanakan 

praktek sanitasi dan 

higienis (memenuhi 

syarat kesehatan) 

dengan baik dan 

konsisten, oleh PT 

ISM Tbk Divisi 

Bogasari Flour Mills 

akan diberikan 

penghargaan 

berupa keringanan 

dalam pembelian 

bahan baku. 

 

Terus terang, saya 

agak kewalahan 

dengan permintaan 

yang mengalir, 

sehingga yang dari 

daerah sementara 

ini distop dulu.  Saat 

ini, rata-rata 

menghabiskan 5 sak 

tepung terigu Cakra 

Kembar dan 

Segitiga Biru untuk 

produksi roti cane, 

dengan jumlah 

karyawan 10 orang. 

 

Stock Terigu 

berakibat pada 

Keberlangsungan 

Produksi UMKM 

Mitra   

Stock Terigu 

berpengaruh 

negatif terhadap 

Keberlangsungan 

Produksi UMKM 

Mitra   

Sumber : Data Primer, 2010 

  

 - 162 -  

 

Struktur Peningkatan Omset Usaha (R10) dipengaruhi oleh 

faktor-faktor : Pengembangan Produk dan Omset Usaha UMKM Mitra. 

Pola kecenderungan perubahan kinerja tiap faktor dalam struktur 

Peningkatan Omset Usaha ini dinamis menguat, ditandai oleh 

penguatan pada setiap faktornya (reinforcing). Kecenderungan 

penguatan ini terjadi karena hubungan yang terbentuk menjelaskan 

bahwa jika Pengembangan Produk meningkat maka Omset Usaha 

UMKM Mitra juga meningkat. Jika Omset Usaha UMKM Mitra 

meningkat maka Pengembangan produk semakin meningkat.  

Gambar V.15 berikut memperlihatkan struktur hubungan sebab 

akibat dalam Perspektif Kompetensi Usaha dengan Struktur Dasar 

Peningkatan Omset Usaha. 

 

Gambar V.15 :  

Struktur Hubungan Sebab Akibat dalam Perspektif Kompetensi 

Usaha dengan Struktur Dasar Peningkatan Omset Usaha (R10) 

 

 

 

 

Dari tabel V.11 dapat dilihat bahwa loop R10 sejalan dengan 

temuan lapangan. Artinya, Kompetensi Usaha yang dilakukan oleh UMKM 

Mitra, antara lain melakukan Peningkatan Omset Usaha, yaitu perolehan 

keuntungan yang wajar, usaha yang kontinyu, berkesinambungan, dan 

berkelanjutan.  

Pengembangan

Produk

Omset Usaha

UMKM MitraR10

+

+

  

 - 163 -  

 

Tabel V.11 : Perbandingan Struktur Hubungan antar Unsur dengan 

Hasil Wawancara untuk Perspektif Kompetensi Usaha dengan 

Struktur Dasar Peningkatan Omset Usaha 

 

Struktur 

Hubungan  

Sumber Pendapat Responden Interpretasi Kesimpulan 

Semakin 

tinggi 

Pengem-

bangan 

Produk 

UMKM 

Mitra, 

semakin 

tinggi 

Omset 

Usaha 

Manager 

 

 

 

 

 

 

 

UMKM 

Mitra 

Kemitraan usaha ini 

merupakan suatu wujud 

keberpihakan dan 

komitmen Bogasari untuk 

memberdayakan usaha 

kecil, menengah dan 

koperasi dengan konsep 

tumbuh bersama. 

 

Di Bandung, saya memang 

punya bisnis mie, yang 

cukup besar, dengan 

mesin yang memadai. 

Karena pasar di Bandung 

rasanya sudah mentok, 

saya ingin menjajal pasar 

mie Jakarta 

Pengembang

an Produk 

UMKM Mitra 

berakibat 

pada Omset 

Usaha 

Pengem-

bangan 

Produk UMKM 

Mitra 

berpengaruh 

positif 

terhadap 

Omset Usaha 

Semakin 

tinggi 

Omset 

Usaha, 

semakin 

tinggi 

Pengem-

bangan 

Produk 

UMKM Mitra 

Manager 

 

 

 

 

 

 

UMKM 

Mitra 

Kinerja masing-masing 

anggota UMKM Mitra 

selanjutnya diberitakan 

melalui Wacana Mitra 

untuk mendorong anggota 

lain mengembangkan 

usahanya. 

 

Cake buatan saya yang 

tahan hingga lima hari, tak 

pernah dijual sampai 

habis masanya. Pada hari 

ketiga, saya tarik cake 

yang belum laku. Bukan 

diobral, karena saya 

pantang menjual dengan 

harga miring. 

 

Omset Usaha 

berakibat 

pada 

Pengembang

an Produk 

UMKM Mitra. 

Omset Usaha 

berpengaruh 

positif 

terhadap 

Pengem-

bangan 

Produk UMKM 

Mitra. 

Sumber : Data Primer, 2010 

 

 

  

 - 164 -  

 

Struktur Pemberian Insentif (B2) dipengaruhi oleh faktor-faktor : 

Omset Usaha UMKM Mitra, Kapasitas Modal Usaha, dan Modal Usaha. 

Struktur Pemberian Insentif menjelaskan bahwa proses pemberian insentif 

berupa kredit modal kerja dilakukan secara terstruktur yaitu UMKM yang 

mempunyai BMC (Bogasari Mitra Card). Menarik untuk dicermati bahwa 

cara-cara terstruktur pemberian insentif bagi UMKM yang memiliki BMC 

baik bagi pengembangan UMKM Mitra bahwa struktur hubungan sebab 

akibatnya yaitu  balancing. Hubungan balancing ini identik dengan 

process mode dalam decision making atau identik dengan gagasan 

cybernetics. Tahapan yang terkandung dari hal yang identik ini  

yaitu  bahwa suatu masalah diidentifikasi dari adanya kesenjangan. 

Kesenjangan ditentukan dengan membandingkan antara kondisi 

aktual dan standar yang digunakan. Dalam hal ini yaitu  standar 

kelayakan Modal Usaha. Sebutan balancing untuk menjelaskan bahwa 

siklus berfikir dan aktivitasnya berhenti jika standar tercapai, atau terus 

berjalan siklusnya jika kesenjangan masih teridentifikasi.  

Kesenjangan terjadi pada Omset Usaha UMKM Mitra yang 

meningkat menyebabkan Kapasitas Modal Usaha meningkat. 

Pengelolaan Usaha yang baik, yang senantiasa berjalan selaras 

dengan perkembangan masyarakat, konsumen, teknologi, dan situasi 

lain-lain di sekitar usaha, justru menurunkan Kapasitas Modal Usaha, 

berdasarkan standar kelayakan Modal Usaha. Jika Kapasitas Modal 

Usaha meningkat maka Omset Usaha UMKM Mitra akan semakin 

meningkat. Gambar V.16 berikut memperlihatkan struktur hubungan 

sebab akibat dalam Perspektif Kompetensi Usaha dengan Struktur 

Dasar Pemberian Insentif. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  

 - 165 -  

 

Gambar V.16 :  

Struktur Hubungan Sebab Akibat dalam Perspektif Kompetensi 

Usaha dengan Struktur Dasar Pemberian Insentif  (B2) 

 

  

 

Dari tabel V.12 dapat dilihat bahwa loop B2 sejalan dengan temuan 

lapangan. Artinya, Kompetensi Usaha yang dilakukan oleh UMKM Mitra, 

antara lain melalui Pemberian Insentif oleh PT ISM Tbk, Divisi Bogasari 

Flour Mills, yaitu pemberian konsultasi usaha di bidang pemasaran, teknik 

produksi, analisis peluang usaha baru, perkuatan permodalan dan 

bantuan teknis serta peningkatan kualitas sumber daya manusia.  

  

Tabel V.12 : Perbandingan Struktur Hubungan antar Unsur dengan 

Hasil Wawancara untuk Perspektif Kompetensi Usaha dengan 

Struktur Dasar Pemberian Insentif 

 

Struktur 

Hubungan  

Sumber Pendapat 

Responden 

Interpretasi Kesimpulan 

Semakin 

tinggi Omset 

Usaha UMKM 

Mitra, 

semakin 

tinggi 

Kapasitas 

Modal Usaha 

Manager  

 

 

 

 

 

 

UMKM Mitra yang 

telah membuka usaha 

dapat mengajukan 

permintaan bantuan 

peralatan dan/atau 

mobil roti melalui 

paguyuban dan/atau 

koperasi.  

Omset 

Usaha 

UMKM Mitra 

berakibat 

pada 

Kapasitas 

Modal Usaha 

Omset Usaha 

UMKM Mitra 

berpengaruh 

positif terhadap 

Kapasitas Modal 

Usaha 

 

 

Omset Usaha

UMKM Mitra

Kapasitas

Modal UsahaB2

-

+

Modal Usaha

+

  

 - 166 -  

 

Struktur 

Hubungan  

Sumber Pendapat Responden Interpretasi Kesimpulan 

 UMKM 

Mitra 

Sebagai pengusaha mie, 

dari dulu saya selalu 

memakai  tepung terigu 

Bogasari, tepatnya merek 

Cakra Kembar dan Segitiga 

Biru. Kebutuhan tepung 

terigu untuk produksi, setiap 

harinya sekitar 10 sak. Saya 

menjalani usaha ini sudah 

lama. Jadi, tahu betul jenis 

tepung terigu yang cocok 

untuk menghasilkan mie 

kualitas baik. 

  

Semakin 

tinggi 

Kapasitas 

Modal 

Usaha, 

semakin 

menurun 

Omset 

Usaha 

UMKM Mitra 

Manager 

 

 

 

 

 

 

 

 

UMKM 

Mitra 

 

 

UMKM Mitra dapat meminta 

bantuan teknis ke PT ISM 

Tbk Divisi Bogasari Flour 

Mills, bila yang bersangkutan 

menghadapi kesulitan dalam 

pengolahan produk, 

spesifikasi alat, atau 

manajemen usaha 

 

Kapasitas produksinya 

sebetulnya masih bisa 

digenjot lagi hingga 60 sak 

per hari. Permintaan pasar, 

masih tinggi. Tapi, untuk 

sementara, saya memilih 

bertahan di 40 sak dulu. 

Selain untuk menjaga tingkat 

permintaan agar tetap tinggi, 

strategi itu juga dilakukan 

sebagai upaya untuk 

mempertahankan kualitas. 

Kalau kita geber terus, 

berarti karyawan harus 

banyak lembur. Saya 

khawatir, itu bisa 

mengganggu konsentrasi 

mereka dalam menjaga 

kualitas. 

 

Kapasitas 

Modal 

Usaha 

berakibat 

pada Omset 

Usaha 

UMKM Mitra 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kapasitas 

Modal Usaha 

berpengaruh 

negatif 

terhadap 

Omset Usaha 

UMKM Mitra 

Sumber : Data Primer, 2010 

  

 - 167 -  

 

5.  Struktur Hubungan Sebab Akibat dalam Perspektif Akses Usaha 

Gambar V.17; V.18; dan V.19 memperlihatkan struktur hubungan 

sebab akibat dalam Perspektif Akses Usaha. Hubungan-hubungan 

ini  memuat 3 (tiga) struktur dasar, yaitu : Pengembangan Pasar;  

Mempertahankan Hubungan; dan Hubungan Emosional. 

Struktur Pengembangan Pasar (R11) menjelaskan strategi 

pengembangan pasar bagi UMKM Mitra. Beberapa hal yang merupakan 

kelemahan dari UMKM yaitu  masalah memasarkan produk yang 

dihasilkan, yaitu membuat barang yang dihasilkan laku dijual sehingga 

kegiatan produksi tidak terhenti. Struktur Pengembangan Pasar 

dipengaruhi oleh faktor-faktor : Laju Pertumbuhan UMKM Mitra, dan 

Permintaan Konsumen. 

 Pola kecenderungan perubahan kinerja tiap faktor dalam struktur 

Pengembangan Pasar ini dinamis menguat, ditandai oleh penguatan pada 

setiap faktornya (reinforcing). Kecenderungan penguatan ini terjadi karena 

hubungan yang terbentuk menjelaskan bahwa jika Laju Pertumbuhan 

UMKM Mitra meningkat maka Permintaan Konsumen meningkat. Jika 

Permintaan Konsumen terhadap produk yang dihasilkan meningkat, maka 

Laju Pertumbuhan UMKM Mitra semakin meningkat karena produk yang 

dihasilkan UMKM Mitra sesuai dengan selera konsumen.  

Gambar V.17 berikut memperlihatkan struktur hubungan sebab 

akibat dalam Perspektif Akses Usaha dengan Struktur Dasar 

Pengembangan Pasar. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  

 - 168 -  

 

Gambar V.17 : 

Struktur Hubungan Sebab Akibat dalam Perspektif Akses Usaha 

dengan Struktur Dasar Pengembangan Pasar (R11) 

 

 

 

 

Dari tabel V.13 dapat dilihat bahwa loop R11 sejalan dengan 

temuan lapangan. Artinya, Akses Usaha UMKM Mitra, antara lain melalui 

Pengembangan Pasar oleh PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills, yaitu : 

mulai dari pengembangan sumber daya manusia, teknik produksi, 

manajemen, dan aspek pemasaran, bantuan permodalan hingga 

memberikan kepastian pasokan bahan baku. 

 

Tabel V.13 : Perbandingan Struktur Hubungan antar Unsur dengan 

Hasil Wawancara untuk Perspektif Akses Usaha  dengan Struktur 

Dasar Pengembangan Pasar 

 

Struktur 

Hubungan  

Sumber Pendapat Responden Interpretasi Kesimpulan 

Semakin 

tinggi Laju 

Pertum-

buhan 

UMKM 

Mitra, 

semakin 

tinggi 

Permin-

taan 

Konsumen 

Manager Program BMC sebagai 

akses. UMKM merasa 

marjinal, maka menjadi 

suatu kebanggaan bila 

punya BMC. Supaya 

getol menaikkan asset, 

BMC nya menjadi 

tambahan poin. Poin di 

uangkan, yang 

menambah fasilitas 

produksi UMKM 

Laju 

Pertumbuhan 

UMKM Mitra 

berakibat 

pada 

Permintaan 

Konsumen 

Laju 

Pertumbuhan 

UMKM Mitra 

berpengaruh 

positif terhadap 

Permintaan 

Konsumen 

 

Laju Pertumbuhan

UMKM Mitra

Permintaan

Konsumen

+

+

R11

  

 - 169 -  

 

 

Struktur 

Hubungan  

Sumber Pendapat Responden Interpretasi Kesimpulan 

 UMKM 

Mitra 

Sukses usaha saya 

memang tidak jarang 

dibarengi dengan 

berbagai cobaan. Mulai 

dari heboh formalin dan 

boraks, hingga kasus flu 

burung. Tapi saya 

pantang menyerah dan 

tetap konsisten pada 

usaha mie ayam. 

 

  

Semakin 

tinggi 

Permintaan 

Konsumen, 

semakin 

tinggi Laju 

Pertum-

buhan 

UMKM Mitra 

Manager  

 

 

 

 

UMKM 

Mitra 

Bogasari mendirikan 

depo terigu untuk 

mendekatkan ke 

konsumen. 

 

Donat bikinan saya, 

dijual oleh orang yang 

secara rutin 

memesannya tetapi 

sama sekali belum 

pernah bertemu secara 

fisik. Pesanan hanya 

melalui telepon dan 

pembayaran dengan 

sistem transfer lewat 

rekening bank. 

 

Permintaan 

Konsumen 

berakibat 

pada Laju 

Pertumbuhan 

UMKM Mitra 

Permintaan 

Konsumen 

berpengaruh 

positif terhadap 

Laju 

Pertumbuhan 

UMKM Mitra 

Sumber : Data Primer, 2010 

 

Struktur Mempertahankan Hubungan (B3) menjelaskan adanya 

keinginan yang kuat antara PT ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills dengan 

UMKM Mitra untuk mempertahanankan hubungan kerjasama. Struktur 

Mempertahan Hubungan dipengaruhi oleh faktor-faktor : Permintaan 

Konsumen, dan  Dampak Keterbatasan Produksi. 

Pola kecenderungan hubungan sebab akibatnya setiap faktor 

dalam struktur Mempertahankan Hubungan yaitu  balancing. Sebutan 

balancing untuk menjelaskan bahwa siklus berfikir dan aktivitasnya 

  

 - 170 -  

 

berhenti jika standar tercapai, atau terus berjalan siklusnya jika 

kesenjangan masih teridentifikasi. 

Kesenjangan terjadi pada Permintaan Konsumen yang semakin 

meningkat terhadap produk hasil UMKM Mitra karena sesuai dengan 

selera konsumen, ternyata UMKM Mitra mempunyai keterbatasan 

Kemampuan untuk melakukan Produksi, sehingga Produksi yang 

dihasilkan mengalami penurunan.  

Gambar V.18 berikut memperlihatkan struktur hubungan sebab 

akibat dalam Perspektif Akses Usaha dengan Struktur Dasar 

Mempertahankan Hubungan. 

 

Gambar V.18 :  

Struktur Hubungan Sebab Akibat dalam Perspektif Akses Usaha 

dengan Struktur Dasar Mempertahankan Hubungan (B3) 

 

 

 

Dari tabel V.14 dapat dilihat bahwa loop B3 sejalan dengan temuan 

lapangan. Artinya, Akses Usaha UMKM Mitra, antara lain melalui 

Mempertahankan Hubungan dengan PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour 

Mills, yaitu : melalui konsep Tumbuh Bersama, UMKM Mitra diukur 

konsumsi terigu tumbuh/tidak; jumlah gerobak; jumlah penjaja; dan jumlah 

pangkalan.   

 

 

 

Permintaan

Konsumen

Dampak

Keterbatasan

Produksi

+

-

B3

  

 - 171 -  

 

Tabel V.14 : Perbandingan Struktur Hubungan antar Unsur dengan 

Hasil Wawancara untuk Perspektif Akses Usaha  dengan Struktur 

Dasar Mempertahankan Hubungan 

 

Struktur 

Hubungan  

Sumber Pendapat Responden Interpretasi Kesimpulan 

Semakin 

tinggi 

Permintaan 

Konsumen, 

semakin 

tinggi  

Dampak 

Keterbatasan 

Produk. 

Manager  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

UMKM 

Mitra 

Pemberian motivasi usaha 

kepada UMKM Mitra melalui 

lomba, studi banding, plant 

tour, dan pameran, untuk 

merangsang minat 

berwiraswasta 

(entrepreneurship) dan 

inspirasi usaha makanan 

berbasis tepung skala kecil 

dan menengah.  

 

Jaringan pemasaran segera 

dibuat. Saya menjalin 

kerjasama dengan 

supermarket, warung dan 

kantin-kantin sekolah. Di 

sanalah produk saya akan 

dipajang. 

Permintaan 

Konsumen 

berakibat 

pada 

Dampak 

Keter-

batasan 

Produk. 

Permintaan 

Konsumen 

berpe-

ngaruh 

positif 

terhadap 

Dampak 

Keterba-

tasan 

Produk. 

Semakin 

tinggi 

Dampak 

Keterbatasan 

Produk, 

semakin 

menurun  

Permintaan 

Konsumen 

Manager  

 

 

 

 

 

 

UMKM 

Mitra 

Pihak Bogasari selalu 

memberi kesempatan agar 

paguyuban selalu aktif 

dengan kegiatan yang positif. 

Misalnya mengisi stand-stand 

pameran setempat 

 

…bagaimanapun enaknya 

roti, jika pemasaran 

amburadul usahanya pasti tak 

berumur panjang. Karena itu, 

saya bertekad mensajikan 

dengan baik. 

 

Dampak 

Keterba-

tasan 

Produk 

berakibat 

pada 

Permintaan 

Konsumen 

Dampak 

Keterba-

tasan 

Produk 

berpe-

ngaruh 

negatif 

terhadap 

Permintaan 

Konsumen 

Sumber : Data Primer, 2010 

 

Struktur Hubungan Emosional (B4) menjelaskan adanya 

kesepakatan bersama tentang sistem produksi, sistem pemasaran, sistem 

pembayaran, dan transfer teknologi, antara PT ISM Tbk Divisi Bogasari 

  

 - 172 -  

 

Flour Mills dengan UMKM Mitra. Struktur Hubungan Emosional 

dipengaruhi oleh faktor-faktor : Dampak Keterbatasan Produksi; 

Paguyuban UMKM Mitra; Konsultasi dan Bimbingan; dan Produksi UMKM 

Mitra. 

Pola kecenderungan hubungan sebab akibatnya setiap faktor 

dalam struktur Hubungan Emosional yaitu  balancing. Sebutan balancing 

untuk menjelaskan bahwa siklus berfikir dan aktivitasnya berhenti jika 

standar tercapai, atau terus berjalan siklusnya jika kesenjangan masih 

teridentifikasi. 

Kesenjangan terjadi pada kondisi keterbatasan UMKM Mitra dalam 

kegiatan Produksi, yang seharusnya dapat meningkatkan Permintaan 

Konsumen, ternyata Permintaan Konsumen  mengalami penurunan. Hal 

ini terjadi karena UMKM Mitra kurang meminta bantuan pada Paguyuban 

UMKM Mitra untuk menambah kekurangan Produksi sesuai standar yang 

ditentukan.Sebaliknya jika UMKM Mitra meminta bantuan pada 

Paguyuban UMKM Mitra, dimana sebagai Anggota Paguyuban dan 

Anggota BMC, akan terdapat pertemuan-pertemuan dan program 

kunjungan dari PT ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills. Semakin terjadwal 

pertemuan antar anggota BMC maka semakin terprogram kunjungan dari 

PT ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills. Dalam Program Kunjungan juga 

ada arisan yang diikuti oleh anggota paguyuban, anggota BMC, dan 

bogasari. Pertemuan dan arisan yang diadakan berimplikasi pada 

perolehan informasi tentang kegiatan produksi, pengelolaan usaha, cara 

memperoleh kredit, dan lain-lain informasi yang bermanfaat untuk 

meningkatkan usaha. Semakin sering UMKM Mitra yang tergabung dalam 

Paguyuban mengadakan pertemuan-pertemuan, maka semakin 

meningkat frekuensi Konsultasi dan Bimbingan dari pihak PT ISM Tbk, 

Divisi Bogasari Flour Mills. Semakin sering Konsultasi dan Bimbingan 

maka diharapkan masalah keterbatasan Produksi UMKM Mitra dapat 

diatasi, yaitu dengan bantuan Paguyuban dan Konsultasi serta Bimbingan 

dari PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills. 

 

  

 - 173 -  

 

Gambar V.19 berikut memperlihatkan struktur hubungan sebab 

akibat dalam Perspektif Akses Usaha dengan Struktur Dasar Hubungan 

Emosional. 

 

Gambar V.19 :  

Struktur Hubungan Sebab Akibat dalam Perspektif Akses Usaha 

dengan Struktur Dasar Hubungan Emosional (B4) 

 

 

 

 

Dari tabel V.15 dapat dilihat bahwa loop B4 sejalan dengan temuan 

lapangan. Artinya, Akses Usaha UMKM Mitra, antara lain melalui 

Hubungan Emosional dengan PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills, 

yaitu : pembentukan paguyuban usaha yang dilakukan sesuai bidang 

usaha dan lokasi, misalnya paguyuban mie ayam atau roti di kota tertentu.  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dampak

Keterbatasan

Produksi

Paguyuban

UMKM Mitra

Konsultasi dan

Bimbingan

Produksi

UMKM Mitra

Standar Kinerja

+

+

+

-

+

B4

  

 - 174 -  

 

Tabel V.15 : Perbandingan Struktur Hubungan antar Unsur dengan 

Hasil Wawancara untuk Perspektif Akses Usaha  dengan Struktur 

Dasar Hubungan Emosional 

 

Struktur 

Hubungan  

Sumber Pendapat 

Responden 

Interpretasi Kesimpulan 

Semakin 

tinggi 

Dampak 

Keterbatasan 

Produk, 

semakin 

tinggi 

pembentukan 

Paguyuban 

UMKM Mitra 

Manager 

 

 

 

 

 

 

 

UMKM 

Mitra 

Proses pembentukan 

paguyuban berawal 

dari inisiatif pengusaha 

lokal yang kemudian 

diresmikan oleh PT 

ISM Tbk Divisi 

Bogasari Flour Mills. 

 

 

Setelah berhimpun 

dalam paguyuban, 

saya yakin para 

pengusaha lapis legit, 

kelak bisa lebih 

berkembang lagi. 

Sebab, misalnya, 

mereka bisa menggali 

dan mengembangkan 

potensi pasar secara 

bersama-sama, tanpa 

harus melakukan 

perang harga. 

 

Dampak 

Keterbatasan 

Produk 

berakibat 

pada 

pembentukan 

Paguyuban 

UMKM Mitra. 

Dampak 

Keterbatasan 

Produk 

berpengaruh 

positif terhadap 

pembentukan 

Paguyuban 

UMKM Mitra 

Semakin 

tinggi 

pembentukan 

Paguyuban 

UMKM Mitra, 

semakin 

tinggi 

frekuensi 

Konsultasi 

dan 

Bimbingan 

Manager Tidak selamanya 

UMKM harus saling 

berhadapan untuk 

bersaing. Mereka 

justru bisa bersatu 

dalam kelompok, 

menghimpun kekuatan 

secara bersama guna 

mengoptimalkan 

potensi pasar. 

Pembentukan 

Paguyuban 

UMKM Mitra 

berakibat 

pada 

frekuensi 

Konsultasi 

dan 

Bimbingan. 

Pembentukan 

Paguyuban 

UMKM Mitra 

berpengaruh 

positif terhadap 

frekuensi 

Konsultasi dan 

Bimbingan. 

 

 

 

 

 

 

  

 - 175 -  

 

Struktur 

Hubungan  

Sumber Pendapat Responden Interpretasi Kesimpulan 

 UMKM 

Mitra 

….. hampir semua 

pengusaha, tercatat 

sebagai anggota 

koperasi. Namun saya 

merasa perlu untuk 

menghimpun mereka 

dalam wadah tersendiri, 

supaya kegiatannya 

lebih terfokus. Bentuk 

paguyuban juga, saya 

pilih supaya lebih luwes 

  

Semakin 

tinggi 

frekuensi 

Konsultasi 

dan 

Bimbingan, 

semakin 

tinggi 

Produksi 

UMKM 

Mitra 

Manager 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

UMKM 

Mitra 

…kegiatan paguyuban 

bakal diperluas ke arah 

yang bersifat 

menunjang usaha 

secara langsung, 

seperti pengadaan 

bahan baku secara 

bersama dan 

membentuk jaringan 

pemasaran yang kuat. 

 

Salah satu cara yang 

saya tempuh untuk 

memuaskan pedagang, 

yaitu  dengan 

membuat mie yang 

bermutu. Sehingga, 

pada penilaian tahun 

kualitas yang 

diselenggarakan oleh 

Bogasari, mie buatan 

saya menempati 

peringkat nasional 

ketiga. 

Frekuensi 

Konsultasi 

dan 

Bimbingan 

berakibat 

pada 

Produksi 

UMKM Mitra 

Frekuensi 

Konsultasi dan 

Bimbingan 

berpengaruh 

positif terhadap 

Produksi UMKM 

Mitra 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  

 - 176 -  

 

Struktur 

Hubungan  

Sumber Pendapat 

Responden 

Interpretasi Kesimpulan 

Semakin 

tinggi 

Produksi 

UMKM Mitra, 

semakin 

menurun 

Dampak 

Keterbatasan 

Produk. 

Manager 

 

 

 

 

 

 

 

 

UMKM 

Mitra 

Secara rutin kami 

bertemu membahas 

segala persoalan 

usaha juga ada 

arisan. Manakala 

diperlukan, 

penyegaran tentang 

manajemen usaha 

pun diberikan. 

 

… paguyuban kami 

ditantang melakukan 

kegiatan promosi 

besar-besaran untuk 

produk mienya. 

Awalnya kami ragu, 

tapi, akhirnya, 

serentak para 

penjaja mie sepakat 

menggelar kegiatan. 

Apalagi, Ketua 

Paguyuban, tak 

henti-hentinya 

memberi semangat. 

Tambah lagi, pihak 

Bogasari juga siap 

mendukung 

sepenuhnya 

 

Produksi 

UMKM Mitra 

berakibat 

pada Dampak 

Keterbatasan 

Produk. 

Produksi 

UMKM Mitra 

berpengaruh 

negatif 

terhadap 

Dampak 

Keterbatasan 

Produk. 

Sumber : Data Primer, 2010 

 

6. Grafik  Behaviour Over Time (BOT) Sistem Archetypes 

a) Systems Archetype Success to the Successful 

Dalam simulasi ini terdapat tiga alokasi sumber daya, yaitu : 

ketrampilan; permodalan; dan promosi usaha. Masing-masing alokasi 

sumber daya ini  yaitu  untuk UMKM Mitra dan UMKM Non Mitra. 

Kecenderungan yang terjadi menunjukkan bahwa alokasi sumber daya 

lebih banyak untuk UMKM Mitra daripada untuk UMKM Non Mitra, 

sehingga kesuksesan UMKM Non Mitra relatif menurun terhadap UMKM 

  

 - 177 -  

 

Mitra. Pola perilaku terhadap waktu yang ditunjukkan dari model ini yaitu  

satu naik ke atas (UMKM Mitra) dan satunya lagi turun (UMKM Non Mitra).   

 Berikut yaitu  grafik perilaku terhadap waktu (Behavior Over Time)  

Model Success to the Successful : 

 

(1)  Ketrampilan 

Gambar V.20 memperlihatkan grafik hubungan antara Ketrampilan 

UMKM Mitra dan Ketrampilan UMKM Non Mitra, dengan Waktu pada 

Model Success to the Successful. Pihak pertama, yaitu : UMKM Mitra, 

telah memiliki sukses terlebih dahulu,  sehingga mendapatkan sumber 

lebih baik. Sehingga akhirnya pihak kedua, yaitu : UMKM Non Mitra, 

mendapat sumber yang kurang dari pihak pertama. Dan bahkan 

selanjutnya akan kehilangan kemampuan sumber ini . Pada 

akhirnya akan terlihat grafik pihak pertama yang cenderung akan terus 

naik, dan sebaliknya pihak kedua akan cenderung turun. Dengan 

bertambahnya waktu terlihat bahwa Kualitas Produk UMKM Non Mitra 

akan semakin menurun. 

   

Gambar V.20 : Grafik Hubungan Ketrampilan UMKM Mitra; dan 

Ketrampilan UMKM Non Mitra; dengan Waktu 

Tahun

Kualitas_Produk_UMKM_Non_Mitra1

Kualitas_Produk_UMKM_Mitra2

2,006 2,007 2,008 2,009 2,010

45,200

45,400

45,600

45,800

1 2

1

2

1

2

1

2

1

2

 

 

  

 - 178 -  

 

(2) Permodalan 

Gambar V.21 memperlihatkan grafik hubungan antara Permodalan 

UMKM Mitra dan Permodalan UMKM Non Mitra, dengan Waktu pada 

Model Success to the Successful. Pihak pertama, yaitu : UMKM Mitra, 

telah memiliki sukses terlebih dahulu,  sehingga mendapatkan sumber 

lebih baik. Sehingga akhirnya pihak kedua, yaitu : UMKM Non Mitra, 

mendapat sumber yang kurang dari pihak pertama. Dan bahkan 

selanjutnya akan kehilangan kemampuan sumber ini . Pada 

akhirnya akan terlihat grafik pihak pertama yang cenderung akan terus 

naik, dan sebaliknya pihak kedua akan cenderung turun. Dengan 

bertambahnya waktu terlihat bahwa Akses ke Bank UMKM Non Mitra 

akan semakin menurun. 

 

Gambar V.21 : Grafik Hubungan Permodalan UMKM Mitra; dan 

Permodalan UMKM Non Mitra; dengan Waktu 

 

Tahun

Akses_ke_Bank_UMKM_Non_Mitra1

Akses_ke_Bank_UMKM_Mitra2

2,006 2,007 2,008 2,009 2,010

990,000

995,000

1,000,000

1,005,000

1,010,000

1 2

1

2

1

2

1

2

1

2

 

(3)  Promosi Usaha 

Gambar V.22 memperlihatkan grafik hubungan antara Promosi Usaha 

UMKM Mitra dan Promosi Usaha UMKM Non Mitra, dengan Waktu 

pada Model Success to the Successful. Pihak pertama, yaitu : UMKM 

Mitra, telah memiliki sukses terlebih dahulu,  sehingga mendapatkan 

sumber lebih baik. Sehingga akhirnya pihak kedua, yaitu : UMKM Non 

  

 - 179 -  

 

Mitra, mendapat sumber yang kurang dari pihak pertama. Dan bahkan 

selanjutnya akan kehilangan kemampuan sumber ini . Pada 

akhirnya akan terlihat grafik pihak pertama yang cenderung akan terus 

naik, dan sebaliknya pihak kedua akan cenderung turun. Dengan 

bertambahnya waktu terlihat bahwa Omset Usaha UMKM Non Mitra 

akan semakin menurun. 

 

Gambar V.22 : Grafik Hubungan Promosi Usaha UMKM Mitra; dan 

Promosi Usaha UMKM Non Mitra; dengan Waktu 

 

Tahun

Omset_Usaha_UMKM_Non_Mitra1

Omset_Usaha_UMKM_Mitra2

2,006 2,007 2,008 2,009 2,010

3,960,000

3,990,000

4,020,000

1 2

1

2

1

2

1

2

1

2

 

 

b). Systems Archetype Limit to Success  

Dalam simulasi ini terdapat dua kinerja UMKM Mitra, yaitu : 

keberlangsungan produksi; dan omset usaha. Masing-masing kinerja 

UMKM Mitra ini  terdapat proses penguatan dan proses 

keseimbangan. Bila usaha meningkat maka kinerja pun akan meningkat. 

Dengan meningkatnya kinerja maka usaha yang dilakukan akan terus 

bertambah mantap. Namun, karena kinerja berhubungan dengan faktor 

pembatas kegiatan, maka penguatan yang dilakukan oleh kinerja akan 

memperlambat keberhasilan.    

Berikut yaitu  grafik perilaku terhadap waktu (Behavior Over Time) 

Model Limit to Success :  

 

  

 - 180 -  

 

(1) Keberlangsungan Produksi UMKM  Mitra 

Pada gambar V.23 terlihat bahwa Keberlangsungan Produksi UMKM 

Mitra mula-mula mengalami kenaikan yang cukup drastis, namun 

karena adanya faktor pembatas yaitu stock terigu yang tersedia, maka 

laju peningkatannya tertahan sehingga kira-kira pada bulan ke-40 

jumlah Produksi menjadi konstan. Hal ini diikuti dengan laju Stock 

Terigu yang mempunyai kecenderungan kurva yang sama meskipun 

jumlahnya berbeda. Sedangkan kurva laju Pengelolaan Usaha 

mengalami peningkatan hingga kira-kira pada bulan ke-25, namun 

setelah itu laju Pengelolaan Usaha mengalami collapse hingga kira-

kira bulan ke-40 dan selanjutnya konstan.       

 

Gambar V.23 :  

Grafik Hubungan antara Keberlangsungan Produksi; Stock Terigu; 

dan Pengelolaan Usaha; dengan Waktu pada Model Limit to Success  

 

BULAN

Keberlangsungan_Produksi1

Stock_Terigu2

Pengelolaan_Usaha3

0 20 40 60 80 100

1 Keberlangsungan_Produksi

2 Stock_Terigu

3 Pengelolaan_Usaha

0

1 Keberlangsungan_Produksi

2 Stock_Terigu

40

3 Pengelolaan_Usaha

3

4

1 Keberlangsungan_Produksi

2 Stock_Terigu

80

3 Pengelolaan_Usaha

5

8

1 Keberlangsungan_Produksi

2 Stock_Terigu

120

3 Pengelolaan_Usaha

8

12

1 Keberlangsungan_Produksi

2 Stock_Terigu

160

3 Pengelolaan_Usaha

10

16

1 Keberlangsungan_Produksi

2 Stock_Terigu

200

3 Pengelolaan_Usaha

13

20

1 2

3

1

2

3

1 2

3

1

2

3

1

2

3

1

3

 

 

 

 

  

 - 181 -  

 

(2) Omset Usaha UMKM Mitra 

Pada gambar V.24 terlihat bahwa Omset Usaha UMKM Mitra mula-

mula mengalami kenaikan yang cukup drastis, namun karena adanya 

faktor pembatas yaitu kapasitas modal usaha yang tersedia, maka laju 

peningkatannya tertahan sehingga kira-kira pada bulan ke-30 jumlah 

Omset Usaha menjadi konstan. Hal ini diikuti dengan laju Kapasitas 

Modal Usaha yang mempunyai kecenderungan kurva yang sama 

meskipun jumlahnya berbeda. Sedangkan kurva laju Pengembangan 

Produk mengalami peningkatan hingga kira-kira pada bulan ke-20, 

namun setelah itu laju Pengembangan Produk mengalami collapse 

hingga kira-kira bulan ke-30 dan selanjutnya konstan.       

 

 

Gambar V.24 : Grafik Hubungan antara Omset Usaha; Kapasitas 

Modal Usaha; dan Pengembangan Produk; dengan Waktu pada 

Model Limit to Success  

 

BULAN

Omset_Usaha1

Kapasitas_Modal_Usaha2

Pengembangan_Produk3

0 20 40 60 80 100

1 Omset_Usaha

2 Kapasitas_Modal_Usaha

10

3 Pengembangan_Produk

0

1 Omset_Usaha

2 Kapasitas_Modal_Usaha

176

3 Pengembangan_Produk

22

28

1 Omset_Usaha

2 Kapasitas_Modal_Usaha

342

3 Pengembangan_Produk

44

56

1 Omset_Usaha

2 Kapasitas_Modal_Usaha

508

3 Pengembangan_Produk

66

84

1 Omset_Usaha

2 Kapasitas_Modal_Usaha

674

3 Pengembangan_Produk

88

112

1 Omset_Usaha

2 Kapasitas_Modal_Usaha

840

3 Pengembangan_Produk

110

140

1 2

3

1

2

3

1

2

3

1

2

3

1

2

3

1

3

 

c). Systems Archetype Growth and Under Investment 

Pada gambar V.25 terlihat bahwa Permintaan Konsumen dari awal 

tahun selalu mengalami pertumbuhan, sementara Produksi UMKM 

  

 - 182 -  

 

Mitra pada mulanya memang mampu memenuhi Permintaan 

Konsumen, tetapi akhirnya justru mengalami penurunan. 

Pertumbuhan UMKM Mitra yang eksponensial  lebih disebabkan 

asumsi tidak adanya UMKM Mitra yang gagal dalam jumlah yang 

besar dan fraksi pertumbuhan yang cukup berarti. Sementara 

Produksi UMKM Mitra yang turun drastis disebabkan faktor 

Bimbingan dan Konsultasi, dan Standar Kinerja yang bersifat 

membatasi pertumbuhannya.    

 

Gambar V.25 : Grafik Hubungan antara Promosi Perdagangan; 

Konsultasi dan Bimbingan; dengan Waktu pada Model Growth and 

Under Investment 

 

BULAN

Permintaan_Konsumen1

Produksi_UMKM_Mitra2

0 50 100 150 200

1 Permintaan_Konsumen

2 Produksi_UMKM_Mitra

1,000

1 Permintaan_Konsumen

2 Produksi_UMKM_Mitra

1,940

1,380

1 Permintaan_Konsumen

2 Produksi_UMKM_Mitra

2,880

1,760

1 Permintaan_Konsumen

2 Produksi_UMKM_Mitra

3,820

2,140

1 Permintaan_Konsumen

2 Produksi_UMKM_Mitra

4,760

2,520

1 Permintaan_Konsumen

2 Produksi_UMKM_Mitra

5,700

2,900

1

2

1

2

1

2

1

2

1

2

 

Standar Kinerja seperti yang diperlihatkan pada Gambar V.26 

menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun. Hal ini 

disebabkan sumber daya yang dimilki UMKM Mitra untuk 

melakukan Produksi yang makin menurun dengan 

bertambahnya waktu.    

 

 

  

 - 183 -  

 

Gambar V.26 :  

Grafik Hubungan antara Standar Kinerja dengan Waktu dalam  Fungsi 

Graph 

BULAN

St

a

n

da

r_

Ki

n

e

rja

0 50 100 150 200

2

4

6

8

10

 

 

7.  Kemitraan yang saling menguntungkan antara UMKM dengan PT 

ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills 

Kemitraan usaha antara UMKM dengan PT ISM Tbk, Divisi 

Bogasari Flour Mills ini merupakan suatu wujud keberpihakan dan 

komitmen Bogasari untuk memberdayakan usaha kecil, menengah dan 

koperasi dengan konsep tumbuh bersama. Pola kerjasama kemitraan 

yang dirancang PT ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills berdasarkan hal-

hal sebagai berikut : 

• Prinsip Kerjasama : saling membutuhkan, saling menguntungkan, dan 

saling memperkuat. 

• Dasar Kerjasama : pada tata nilai membangun kemandirian dalam 

suasana keterbukaan dan kebersamaan untuk tumbuh bersama, yang 

terukur pada keberhasilan nilai tambah 

• Kaidah Usaha : perolehan keuntungan yang wajar, usaha yang 

kontinyu, berkesinambungan, dan berkelanjutan  

 

  

 - 184 -  

 

Secara prinsip aktivitas kemitraan harus berazas saling 

menguntungkan. Dengan saling menguntungkan akan membuat usaha 

menjadi langgeng dan lebih luas. Selain itu untuk menambah daya saing 

usaha sikap sukarela juga diperlukan. Demikian pula kemitraan usaha 

yang terjadi antara UMKM Mitra dengan PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour 

Mills, melalui kemitraan tumbuh bersama. Prinsip kemitraan tumbuh 

bersama yang mengandung azas kebersamaan menjadi semakin penting 

dalam konteks kemitraan, karena membangun kemitraan yaitu  sama 

dengan membangun efisiensi usaha sehingga terjadi spesialisasi produksi 

yang saling melengkapi. Ketika sebuah investasi besar masuk ke dalam 

wilayah tertinggal dan perlahan-lahan membangun kemitraan dengan 

usaha lokal yang kecil, maka akan tercipta saling ketergantungan. 

Ketergantungan ini akan mempersulit usaha besar memindahkan aset 

usaha ke wilayah lain sedangkan dari sisi pengusaha lokal akan tercipta 

rasa memiliki karena output usaha lokal akan memiliki nilai ekonomi ketika 

dipadukan dengan output usaha besar. Selain itu, kemitraan juga dapat 

mereduksi kemiskinan lokal karena terdapat sharing aktivitas ekonomi dari 

usaha skala besar.4 

Kemitraan yang berazas saling menguntungkan antara PT ISM Tbk 

Divisi Bogasari dengan UMKM Mitra, dapat dijelaskan sebagai berikut : 

1. Keuntungan Kemitraan bagi PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills 

yaitu  :  

a. Membangun kebersamaan dan penguatan sesama pelaku bisnis.  

Dengan demikian azas kebersamaan menjadi semakin penting 

dalam konteks kemitraan karena membangun kemitraan yaitu  

sama dengan membangun efisiensi usaha sehingga terjadi 

spesialisasi produksi yang saling melengkapi. 

b. Memenuhi kebutuhan dalam menjaga kinerja kompetitif 

perusahaan. Dalam tabel berikut terlihat bahwa pangsa pasar 

terbesar terigu secara nasional yaitu  terigu dari PT ISM Tbk, 

Divisi Bogasari Flour Mills. 

                                                 

4

 Franciscus Welirang, op.cit. 

  

Tabel V.

PT ISM Tbk, Divisi 

PT Eastern

PT Sriboga

PT Pangan Mas

PT Pundi Kencana

Perusahaan Lain

Impor 

      Sumber : Asosiasi

 

c. Terjalinnya 

dalam sektor yang sama atau yang related.

berkembangnya UMKM Mitra maka pangsa pasar terigu Bogasari 

semakin berkembang, karena sebagian 

Bogasari yaitu  UMKM (65 %).

 

Gambar V.27 : Konsumen Terigu Bogasari

Sumber : Data Sekunder PT ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills

 

2. Keuntungan Kemitraan bagi UMKM Mitra PT ISM Tbk, Divisi Bogasari 

Flour Mills, yaitu  :

a. Program kemitraan 

UMKM yang bermitra karena pemberdayaannya dilakukan untuk 

seluruh aspek usaha, mulai dari pengembangan sumber daya 

20%

10%

 

Universitas Indonesia

Tabel V.16   : Pangsa pasar tepung terigu nasional 

 

PERUSAHAAN 

PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills 

Eastern Pearl Flour Mills 

Sriboga Ratu Raya 

Pangan Mas Inti Persada 

Pundi Kencana 

Perusahaan Lain 

Sumber : Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO

Terjalinnya usaha yang berkesinambungan dan berkelanjutan  

dalam sektor yang sama atau yang related.

berkembangnya UMKM Mitra maka pangsa pasar terigu Bogasari 

semakin berkembang, karena sebagian besar konsumen terigu 

Bogasari yaitu  UMKM (65 %). 

Gambar V.27 : Konsumen Terigu Bogasari

Sumber : Data Sekunder PT ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills

Keuntungan Kemitraan bagi UMKM Mitra PT ISM Tbk, Divisi Bogasari 

Flour Mills, yaitu  : 

kemitraan ini cukup berpotensi untuk mengembangkan 

yang bermitra karena pemberdayaannya dilakukan untuk 

seluruh aspek usaha, mulai dari pengembangan sumber daya 

65%

20%

10% 5%

UMKM

ISM

Industri 

Rumah Tangga

 - 185 -  

g terigu nasional  

PANGSA 

57,3 

10,3 

5,5 

3,2 

0,4 

7,8 

15,5 

Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO, 2009) 

sinambungan dan berkelanjutan  

dalam sektor yang sama atau yang related. Dengan 

berkembangnya UMKM Mitra maka pangsa pasar terigu Bogasari 

besar konsumen terigu 

Gambar V.27 : Konsumen Terigu Bogasari 

 

Sumber : Data Sekunder PT ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills 

Keuntungan Kemitraan bagi UMKM Mitra PT ISM Tbk, Divisi Bogasari 

ini cukup berpotensi untuk mengembangkan 

yang bermitra karena pemberdayaannya dilakukan untuk 

seluruh aspek usaha, mulai dari pengembangan sumber daya 

UMKM

Industri 

Rumah Tangga

  

 - 186 -  

 

manusia, teknik produksi, manajemen, dan aspek pemasaran, 

bantuan permodalan hingga memberikan kepastian pasokan bahan 

baku. 

b. UMKM lebih memilih untuk memakai  tepung terigu Bogasari 

karena kualitas produknya dan kemudahan memperoleh produk 

tepung terigu Bogasari dibandingkan tepung terigu merk lain. 

Pilihan kualitas produk tepung yang digunakan berkaitan erat 

dengan modal yang dimiliki UMKM.  

Kualitas tepung terigu dapat dilihat dari kandungan proteinnya. 

Sebagaimana diketahui bahwa tepung terigu yaitu  bahan yang 

diambil (ekstrak) dari bagian dalam (endosperm) biji gandum, 

berwarna putih sedikit kekuningan dan mengandung protein yang 

disebut gluten. Gluten merupakan protein yang tidak larut dalam 

air, bersifat kenyal dan elastis. Berikut yaitu  tabel perbandingan 

kualitas tepung terigu dari beberapa merk tepung terigu di 

Indonesia. 

 

Tabel V.17   : Perbandingan Kualitas Tepung Terigu 

NO MERK TEPUNG TERIGU KANDUNGAN 

PROTEIN 

KETERANGAN 

1.a Cakra Kembar (PT ISM Tbk 

Divisi Bogasari FM) 

13,5 – 14,5 % Untuk pembuatan Roti, 

Mie, dan Martabak 

b Gerbang (PT Eastern Pearl 

FM) 

14,5 % Untuk pembuatan Roti 

c Seri Naga (PT Sriboga Ratu 

Raya) 

8 – 9 % Untuk pembuatan Mie 

2.a Segitiga Biru (PT ISM Tbk 

Divisi Bogasari FM) 

11,5 – 12,5 % Untuk pembuatan 

aneka makanan 

b Gunung (PT Eastern Pearl FM) 13 % Untuk pembuatan 

aneka makanan 

c Seri Beruang (PT Sriboga Ratu 

Raya) 

10 – 11 % Untuk pembuatan 

aneka makanan 

 

 

 

 

  

 - 187 -  

 

 

NO MERK TEPUNG TERIGU KANDUNGAN 

PROTEIN 

KETERANGAN 

3.a Kunci Biru (PT ISM Tbk Divisi 

Bogasari FM) 

11 % Untuk pembuatan 

cake, biscuits, dan 

wafer 

b Pirana (PT Eastern Pearl FM) 13 % Untuk pembuatan 

donut, cake, sweat 

bread/bun 

c Seri Pita (PT Sriboga Ratu 

Raya) 

8 – 9 % Untuk pembuatan 

cake, biscuits, dan 

cookies 

  Sumber : Diolah dari berbagai sumber 

 

Dari tabel V.18  terlihat bahwa walaupun kandungan protein tepung 

terigu produk PT Eastern Pearl FM lebih tinggi dibanding tepung 

terigu merk lain, namun tepung terigu produk PT Eastern Pearl FM 

tidak mudah diperoleh di pasar. Sehingga UMKM lebih memilih 

tepung terigu produk PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills, 

karena mudah didapat di pasar dan kualitasnya terjamin.  

 

B. Faktor Pengungkit (Leverage) 

Untuk menjawab perumusan masalah kedua, yaitu penentuan 

leverage, maka dari masing-masing model Systems Archetype  pada 

UMKM Mitra PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills, dianalisis leverage-

nya. Disamping itu, dalam penelitian ini ditentukan juga leverage dari 

gabungan ketiga systems archetype yang digunakan. 

Penentuan faktor leverage ini akan memudahkan untuk 

meningkatkan kinerja UMKM Mitra. Komponen leverage merupakan 

komponen yang sangat dominan dalam mempengaruhi perilaku 

komponen lainnya. Jika terjadi perubahan pada komponen ini, otomatis 

akan terjadi perubahan pada komponen lainnya. Dengan kata lain, jika 

ingin memperkuat komponen lainnya maka tindakan pertama yang harus 

dilakukan yaitu  memperkuat komponen leverage. 

 

  

 - 188 -  

 

Systems Archetype yang digunakan dan akan ditentukan leverage-

nya, yaitu  : Model Success to The Successful; Limit to Success; dan 

Growth and Under Investment, sebagai berikut : 

  

1) Leverage pada Model Success to the Successful, yaitu : 

• Memperluas sumber daya yang terbatas.  

• Alokasi sumber daya secara objektif berdasarkan strategi 

kebutuhan yang lebih baik. 

• Alokasi tujuan hanya dapat dilakukan jika langkah-langkah 

dan sasaran strategis dapat ditentukan. 

Dalam Sistem Model UMKM Mitra PT ISM Tbk, Divisi Bogasari 

Flour Mills, leverage untuk Model Success to the Successful yaitu  

sebagai berikut : 

 

(a) Alokasi Sumber Daya : Ketrampilan 

Strategi yang mungkin dilakukan yaitu  dengan memperluas 

sumber daya yang terbatas, dalam hal ini yaitu  Ketrampilan, 

bagi UMKM Non Mitra. Dengan kata lain, bagi UMKM Non Mitra 

dapat meningkatkan ketrampilannya dengan mengikuti 

pelatihan yang diadakan oleh PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour 

Mills, misalnya mengikuti Bogasari Baking Center. 

 

(b) Alokasi Sumber Daya : Permodalan 

Strategi yang mungkin dilakukan yaitu  dengan memperluas 

sumber daya yang terbatas, dalam hal ini yaitu  Permodalan, 

bagi UMKM Non Mitra. Dengan kata lain, bagi UMKM Non Mitra 

dapat meningkatkan kapasitas modalnya dengan menjadi 

anggota Bogasari Mitra Card (BMC). 

 

(c) Alokasi Sumber Daya : Promosi Usaha 

Strategi yang mungkin dilakukan yaitu  dengan memperluas 

sumber daya yang terbatas, dalam hal ini yaitu  Promosi 

  

 - 189 -  

 

Usaha, bagi UMKM Non Mitra. Dengan kata lain, bagi UMKM 

Non Mitra dapat menjadi UMKM Mitra untuk mengikuti promosi 

usaha yang diadakan oleh PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour 

Mills, misalnya mengikuti pameran, lomba-lomba, ataupun 

Expo. 

 

2) Leverage pada Model Limit to Success, yaitu :  

• Pertumbuhan dalam sistem yaitu  terbatas 

• Antisipasi apa keterbatasan yang akan datang 

• Memonitor dan mengelola sistem untuk mengurangi dampak 

keterbatasan 

• Mengubah sistem sehingga tidak bergantung pada sumber 

daya tunggal terbatas 

Dalam Sistem Model UMKM Mitra PT ISM Tbk, Divisi Bogasari 

Flour Mills, leverage untuk Model Limit to Success yaitu  sebagai 

berikut : 

(a) Kinerja : Keberlangsungan Produksi UMKM Mitra 

Strategi yang mungkin dilakukan yaitu  dengan mengantisipasi 

unsur keterbatasan yang akan datang, dan memonitor serta 

mengelola sistem untuk mengurangi dampak keterbatasan atau 

mengubah sistem sehingga tidak bergantung pada sumber 

daya, tunggal terbatas. Dalam hal ini, unsur keterbatasan yang 

ada yaitu  stock terigu, sehingga tindakan yang dapat 

dilakukan oleh PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills dengan 

UMKM Mitra  yaitu  bersama-sama memonitor serta mengelola 

stock terigu sehingga pengelolaan usaha UMKM Mitra dapat 

meningkat dan akan meningkatkan kualitas produk UMKM 

Mitra. 

 

(b) Kinerja : Omset Usaha UMKM Mitra 

Strategi yang mungkin dilakukan yaitu  dengan mengantisipasi 

unsur keterbatasan yang akan datang, dan memonitor serta 

  

 - 190 -  

 

mengelola sistem untuk mengurangi dampak keterbatasan atau 

mengubah sistem sehingga tidak bergantung pada sumber daya 

tunggal terbatas. Dalam hal ini, unsur keterbatasan yang ada 

yaitu  kapasitas modal usaha, sehingga tindakan yang dapat 

dilakukan oleh PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills dengan 

UMKM Mitra yaitu  bersama-sama memonitor serta mengelola 

modal usaha sehingga pengembangan produk UMKM Mitra 

dapat meningkat dan akan meningkatkan omset usaha UMKM 

Mitra. Pengelolaan modal usaha antara lain melalui skenario 

kredit modal usaha, dimana PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour 

Mills membuka akses ke Bank untuk mengucurkan dana kredit 

bagi UMKM Mitra yang menjadi anggota Bogasari Mitra Card 

(BMC). Disamping itu, perlu dilakukan sosialisasi bagi UMKM 

Mitra tentang manfaat kredit bagi UMKM Mitra dengan merubah 

wacana UMKM Mitra yang selama ini beranggapan bahwa 

‘kredit’ merupakan hal yang negatif, menjadi hal yang positif 

yaitu sebagai peluang untuk meningkatkan investasi, 

meningkatkan income, dan meningkatkan saving, sehingga 

omset usaha semakin meningkat.   

 

3) Leverage pada Model Growth and Under Investment, yaitu :  

• Mengidentifikasi faktor apa yang akan menjadi penghambat 

pertumbuhan yang sulit untuk berubah karena didasarkan 

pada tujuan menjaga keuntungan (profit), efisiensi biaya 

yang tidak perlu. 

• Jika ada waktu delay antara peningkatan kapasitas 

pertumbuhan, maka tindakan yang diambil yaitu  sebelum 

delay, bukan sesudah delay. Karena permintaan tidak akan 

berulang.   

Dalam Sistem Model UMKM Mitra PT ISM Tbk, Divisi Bogasari 

Flour Mills, leverage untuk Model Growth and Under Investment 

yaitu  sebagai berikut : 

  

 - 191 -  

 

• Strategi yang diambil untuk peningkatan kapasitas produksi 

yaitu : peningkatan kapasitas produksi ditanggung bersama oleh 

UMKM Mitra produk sejenis yang tergabung dalam Paguyuban.  

• Pembentukan paguyuban usaha dilakukan sesuai bidang usaha 

dan lokasi, misalnya paguyuban mie ayam atau roti di kota 

tertentu. Proses pembentukan paguyuban ini  berawal dari 

inisiatif pengusaha lokal yang kemudian diresmikan oleh PT 

ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills. Paguyuban yang terbentuk 

memiliki standar kinerja yang mendukung peningkatan 

kapasitas produksi. 

 

Disamping penentuan leverage dari masing-masing Systems 

Archetype, ditentukan juga leverage yang merupakan gabungan dari 

ketiga Systems Archetype yang digunakan. Penentuan leverage 

gabungan ini yaitu  untuk memperkuat komponen lainnya yaitu 

komponen-komponen yang terdapat pada UMKM Mitra. Dengan 

memakai  software vensim maka diperoleh hasil leverage gabungan 

dari ketiga  Systems Archetype yang digunakan, yaitu :  

1. Leverage Kualitas Produk dengan jumlah loop sebanyak 19 loop.  

2. Leverage Omset Usaha dengan jumlah loop sebanyak 18 loop.  

3. Leverage Promosi Usaha dengan jumlah loop sebanyak 15 loop.  

Berdasarkan leverage yang diperoleh dari gabungan ketiga Systems 

Archetype yang digunakan ini , maka strategi yang dapat dilakukan 

untuk pengembangan UMKM Mitra yaitu :  

1. Menjaga Kualitas Produk UMKM Mitra; 

2. Meningkatkan Omset Usaha UMKM Mitra; 

3. Mengembangkan Promosi Usaha UMKM Mitra. 

 

C. Analisis Akhir Terhadap Simulasi 

 Dari analisis dengan memakai  model archetypes pada UMKM 

Mitra, diperoleh simpulan sementara sebagai berikut : 

 

  

 - 192 -  

 

1. Terdapat 3 (tiga) struktur dasar dari model archetypes success to the 

successful, yaitu : struktur dasar ketrampilan, struktur dasar 

permodalan, dan struktur dasar promosi usaha. 

2. Terdapat 2 (dua) struktur dasar dari model archetypes limit to success, 

yaitu : struktur dasar kualitas produk dan struktur dasar omset usaha. 

3. Terdapat 1 (satu) struktur dasar dari model archetypes growth and 

under investment, yaitu : struktur dasar pertumbuhan usaha dan 

promosi. 

Pada analisis teori kemitraan, model archetypes pada UMKM Mitra 

ini memberikan gambaran lebih jauh dari pengembangan kemitraan. Bila 

Eriyanto menjelaskan teori kemitraan partisipatif dilihat dari 4 (empat) 

aspek, yaitu : (a) aspek bisnis; (b)  aspek kesejahteraan sosial; (c) aspek 

partisipasi (para pelaku kemitraan); dan (d) aspek sosiologi, hasil 

penelitian ini menyumbangkan pemikiran tentang pola kemitraan tumbuh 

bersama, yang dilihat dari 3 (tiga) perspektif, yaitu :  (a) perspektif 

informasi usaha; (b) perspektif kompetensi usaha; dan (c) perspektif akses 

usaha. Dengan demikian, penelitian ini dapat dibedakan dengan 

penelitian-penelitian terdahulu, dalam hal : 

1. Adanya celah potensi kemitraan yang masih dapat dikembangkan 

di masa mendatang; 

2. Pada UMKM Mitra, pengukuran informasi usaha diberikan secara 

terbuka dan berkesinambungan melalui program kunjungan oleh 

PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills, yaitu informasi tentang 

adanya pelatihan ketrampilan, permodalan, dan promosi usaha.    

3. Pada UMKM Mitra, pengukuran kompetensi usaha tidak hanya 

pada unsur bantuan permodalan, tetapi juga pada unsur kualitas 

produk dan omset usaha. Disamping itu juga terdapat unsur 

monitoring dan evaluasi serta pemberian insentif bagi UMKM Mitra, 

agar tetap konsisten dalam meningkatkan kompetensi usahanya; 

4. Pada UMKM Mitra, pengukuran akses usaha dalam rangka 

pengembangan pasar, dilakukan sebagai bentuk support melalui 

  

 - 193 -  

 

kemitraan yang terjalin disesuaikan dengan budaya masyarakat 

setempat dengan dibentuknya paguyuban.    

5. Leverage pada kemitraan UMKM dengan 3 (tiga) pemodelan 

Archetype secara detail, sebagai berikut : 

a. Leverage pada Archetype Success to the Successful terdapat 

pada sumber daya Ketrampilan, Permodalan, dan Promosi 

Usaha. 

b. Leverage pada Archetype Limit to Success terdapat pada 

kinerja Kualitas Produk dan Omset Usaha. 

c. Leverage pada Archetype Growth and Under Investment 

terdapat pada strategi peningkatan kapasitas produksi yang 

ditanggung bersama oleh UMKM Mitra produk sejenis yang 

tergabung dalam Paguyuban.  

6. Leverage gabungan dari 3 (tiga) pemodelan systems archetype 

yang digunakan pada kemitraan UMKM, sebagai berikut : 

a. Leverage Kualitas Produk; 

b. Leverage Omset Usaha; 

c. Leverage Promosi Usaha  

 

Perbedaan ini  dapat dijelaskan pada tabel berikut : 

Tabel V.18  

Perbandingan Indikator Kemitraan UMKM-Usaha Besar 

 

No Pendapat Ahli Indikator 

1 Phil Harkins 

(2002) 

1. Hubungan kerjasama  

2. Kepercayaan (trust) 

3. Komunikasi 

2 Eko Nurmianto, 

Arman Hakim 

Nasution, dan 

Syafril Syafar 

(2004) 

1. Efektivitas  

2. Profesionalitas 

3. Pembinaan 

4. Pengawasan  

5. Modal  

6. Potensi pengembangan  

7. Prosedur birokrasi 

 

  

 - 194 -  

 

No Pendapat 

Ahli 

Indikator 

3 Stephen M. 

Dent (2006) 

1. Keterbukaan (openness) 

2. Kreativitas (creativity) 

3. Kecepatan (agility) 

4. Kelenturan (resiliency)        

4 Zimmerer 

dan 

Scarborough 

(2005) 

• Kelebihan Kemitraan 

1. Mudah pendiriannya 

2. Keterampilan saling melengkapi 

3. Pembagian Laba 

4. Pengumpulan modal lebih besar 

5. Kemampuan menarik anggota mitra terbatas 

6. Tidak banyak peraturan pemerintah 

7. Keluwesan 

8. Pajak 

• Kelemahan Kemitraan 

1. Kewajiban yang terbatas 

2. Akumulasi modal 

3. Kesulitan menyingkirkan anggota kemitraan tanpa 

membubarkan kemitraan 

4. Kurangnya kesinambungan 

5. Potensi Konflik pribadi dan wewenang 

 

5 Franciscus 

Welirang 

(2002) 

1. Bersifat Bisnis 

2. Saling membutuhkan 

3. Saling percaya 

4. Sukarela 

5. Disiplin 

6. Saling menguntungkan 

7. Accountable 

8. Saling memperkuat 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  

 - 195 -  

 

No Pendapat 

Ahli 

Indikator 

6 Martani 

Huseini 

(1991) 

1. Model Kemitraan Inti Plasma : kemitraan antara usaha 

menengah/usaha besar sebagai inti, dengan usaha kecil 

sebagai plasma. Perusahaan menengah/besar 

menyediakan sarana produksi, bimbingan teknis, 

manajemen, menampung, mengolah, dan memasarkan 

hasil produksi, disamping tetap memproduksi kebutuhan 

perusahaannya. Sedangkan usaha kecil memenuhi 

kebutuhan perusahaan menengah/besar sesuai 

persyaratan yang yang disepakati.  

2. Model Kemitraan Sub Kontrak : kemitraan antara usaha 

menengah/usaha besar dengan usaha kecil, dimana 

usaha kecil sebagai mitra memproduksi kebutuhan yang 

diperlukan oleh usaha menengah/usaha besar.  

3. Model Kemitraan Keterkaitan Dagang : apabila usaha 

menengah/besar membeli atau mengadakan dari usaha 

kecil, untuk dijual kembali, baik disertai proses 

pengolahan atau penyempurnaan maupun tidak. 

4. Model Kemitraan Keterkaitan Operasional : kemitraan 

antara usaha menengah/besar dengan usaha kecil, 

dimana usaha menengah/besar berperan memenuhi 

kebutuhan operasional usaha kecil yang menjadi 

mitranya. 

5. Model Kemitraan Keagenan : pola hubungan kemitraan 

dimana usaha kecil diberi hak khusus untuk memasarkan 

barang dan jasa dari usaha menengah/usaha besar 

sebagai mitranya. 

6. Model Kemitraan Waralaba : pola hubungan kemitraan 

antara usaha menengah/besar dengan usaha kecil, 

dimana usaha besar memberikan hak lisensi, merk 

dagang, saluran distribusi perusahaan kepada usaha 

kecil sebagai mitranya.  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  

 - 196 -  

 

No Pendapat 

Ahli 

Indikator 

7 Eriyanto 

(2006) 

1. Model Kemitraan Partisipatif, terdiri dari 4 (empat) aspek, 

yaitu : 

a. Aspek Bisnis untuk menjamin kelayakan usaha 

b. Aspek  Kesejahteraan Sosial untuk menjamin 

manfaat usaha 

c. Aspek Partisipasi (para pelaku kemitraan) untuk 

menjamin keberlanjutan usaha 

d. Aspek Sosiologi untuk menjamin teknik dan mutu 

produksi (kualitas produksi) 

2. Model Kemitraan Alih Teknologi, terdapat 2 (dua) aspek 

yang digunakan, yaitu : 

a. Aspek Partisipasi/Kooperasi (pelaku kemitraan) untuk 

menjamin keberlanjutan usaha 

b. Aspek Kompetisi 

8 Slamet P. 

Santoso 

(2001) 

1. Bantuan Informasi 

2. Bantuan teknik spesifikasi produk/komponen 

3. Bantuan keuangan (pinjaman lunak atau pembayaran 

uang muka) 

4. Bantuan pengadaan bahan baku/mesin/peralatan 

5. Latihan teknis, manajemen, organisasi 

6. Bantuan untuk mencari pembeli-pembeli lain  

9 Mudrajat 

Kuncoro 

(2007) 

1. Pola keterkaitan langsung, yaitu : 

a. Pola Inti (usaha besar) – Plasma (usaha kecil) 

b. Pola Dagang : usaha besar sebagai pemasar produk 

dari mitra usahanya 

c. Pola Vendor : produk yang dihasilkan usaha kecil 

tidak ada hubungannya dengan produk yang 

dihasilkan usaha besar 

d. Pola Subkontrak : produk yang dihasilkan usaha kecil 

merupakan bagian proses produksi usaha yang 

dilakukan usaha besar, lalu terdapat interaksi dalam 

bentuk keterkaitan teknis, keuangan, dan informasi.  

2. Pola keterkaitan tidak langsung merupakan pola 

pembinaan murni, tidak ada hubungan bisnis langsung 

antara usaha besar dengan mitra usahanya. 

 

 

 

 

 

  

 - 197 -  

 

No Pendapat 

Ahli 

Indikator 

10 Ina 

Primiana 

(2009) 

1. Pola Dagang 

2. Pola Vendor 

3. Pola Sub Kontrak 

4. Pola Pembinaan 

11 Keppres RI 

No. 127 

(2001) 

Kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah 

atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan 

pengembangan oleh usaha menengah atau usaha 

besar, dengan prinsip : saling memerlukan, saling 

memperkuat, dan saling menguntungkan 

12 Jonathan 

Levin 

dan 
Steven 
Tadelis 
(2002) 
1. Peningkatan kuantitas dan kualitas produk 
2. Peningkatan profit 
3. Peningkatan SDM 
4. Organisasi yang bermitra saling mengontrol kualitas 
produk yang dihasilkan 
13 A  Rina 
Herawati 
(2011) 
1. Model Kemitraan Tumbuh Bersama :  
Model kemitraan tumbuh bersama ini akan berhasil 
bila para pelaku kemitraan (UMKM-UB) menganut 
prinsip-prinsip : saling membutuhkan, saling 
mendukung, dan saling menguntungkan. Hal ini  
dilakukan melalui 3 (tiga) perspektif sebagai berikut : 
a. Perspektif Informasi Usaha : perusahaan besar 
memberikan informasi kepada UMKM Mitra-nya 
tentang adanya pelatihan ketrampilan, 
permodalan, dan promosi usaha.  
- Pelatihan ketrampilan produk diberikan untuk 
meningkatkan kualitas produk bagi UMKM Mitra. 
Pelatihan ketrampilan ini diselenggarakan 
secara rutin oleh perusahaan besar bagi UMKM 
Mitra. Pelatihan ketrampilan yang diberikan 
berupa : edukasi tentang resep makanan, 
proses produksi, pengenalan teknologi, 
pelatihan di bidang manajemen usaha maupun 
teknis produksi, dan marketing. 
- Informasi Permodalan bagi UMKM Mitra untuk 
meningkatkan kapasitas Modal. Informasi 
Permodalan berupa persyaratan mendapatkan 
kredit modal usaha dari Bank.  
 
 
 
 
  
 - 198 -  
 
No Pendapat 
Ahli 
Indikator 
  - Informasi Promosi Usaha diberikan kepada 
UMKM Mitra untuk memperluas akses pasar, 
dan meningkatkan omset usaha. Informasi 
promosi usaha berupa pentingnya pemberian 
nama produk, sertifikat halal, hak paten, dan 
memperbaiki kemasan. Disamping itu, terdapat 
Media Promosi yang disediakan oleh 
perusahaan besar, yaitu dengan diterbitkannya 
majalah Wacana Mitra. Majalah Wacana Mitra 
merupakan majalah yang berisi informasi 
tentang peluang usaha, lokasi dagang yang 
strategis, masalah harga, kiat-kiat usaha dan 
promosi usaha, serta informasi lain yang sering 
mengemuka dalam setiap pertemuan mitra 
UMKM dengan perusahaan besar.    
b. Perspektif Kompetensi Usaha : hal-hal yang 
dilakukan oleh perusahaan besar terhadap 
UMKM Mitra untuk meningkatkan kompetensi 
usahanya, yaitu : peningkatan keberlangsungan 
produksi, melakukan monitoring dan evaluasi, 
peningkatan omset usaha, serta pemberian 
insentif. 
- Peningkatan keberlangsungan produksi UMKM 
Mitra, dilakukan melalui kegiatan konsultasi 
dengan pengusaha besar secara intensif dan 
continue mengenai hal-hal berikut : konsultasi 
tentang kegiatan pemasaran, teknik produksi, 
dan peluang usaha. 
- Monitoring dan evaluasi yang dilakukan 
pengusaha besar terhadap UMKM Mitra yaitu  
dalam rangka memperkecil kesenjangan yang 
terjadi yang dapat mempengaruhi kualitas 
produk UMKM Mitra. Misalnya untuk mengatasi 
kekurangan stock bahan baku. Monitoring dan 
evaluasi yang dilakukan melalui pembentukan 
jaringan pasokan bahan baku untuk kontinuitas 
usaha.   
- Peningkatan omset usaha dalam rangka 
meningkatkan pengembangan produk UMKM 
Mitra. Pengusaha besar mengedukasi UMKM 
Mitra tentang peningkatan omset usaha, yaitu   
tentang : perolehan keuntungan yang wajar, 
usaha yang kontinyu, berkesinambungan, dan 
berkelanjutan. 
  
 - 199 -  
 
 
No Pendapat 
Ahli 
Indikator 
  - Pemberian Insentif bagi UMKM Mitra untuk 
meningkatkan omset usaha dan kapasitas 
modal usaha. Pemberian insentif bagi UMKM 
Mitra berupa perkuatan permodalan dan 
bantuan teknis serta peningkatan kualitas 
sumber daya manusia. Proses pemberian 
insentif berupa kredit modal kerja dilakukan 
secara terstruktur yaitu bagi UMKM Mitra yang 
menjadi anggota BMC (Bogasari M itra Card). 
Sebagai anggota BMC, mempermudah akses 
ke Bank bagi UMKM Mitra, karena pengusaha 
besar melakukan kerjasama dengan Bank      
c. Perspektif Akses Usaha berupa pengembangan 
pasar, mempertahankan hubungan kemitraan, 
dan hubungan emosional antara pengusaha 
besar dengan UMKM Mitra. 
- Pengembangan pasar, berupa strategi 
pengembangan pasar bagi UMKM Mitra, yaitu 
membuat barang yang dihasilkan laku dijual 
sehingga kegiatan produksi tidak terhenti. 
Kegiatan yang dilakukan pengusaha besar 
untuk pengembangan pasar bagi UMKM Mitra, 
yaitu : mulai dari pengembangan sumber daya 
manusia, teknis produksi, manajemen, aspek 
pemasaran, bantuan permodalan hingga 
memberikan kepastian pasokan bahan baku. 
- Mempertahankan hubungan kemitraan dalam 
rangka meningkatkan permintaan konsumen 
dan mengatasi dampak keterbatasan produksi. 
Upaya yang dilakukan pengusaha besar 
terhadap UMKM Mitra yaitu  mengukur 
pertumbuhan konsumsi bahan baku, jumlah 
gerobak, jumlah penjaja, dan jumlah pangkalan. 
Hal ini untuk mengetahui laju pertumbuhan 
usaha UMKM Mitra. 
- Hubungan emosional menjelaskan adanya 
kesepakatan bersama antara pengusaha besar 
dengan UMKM Mitra tentang sistem produksi, 
sistem pemasaran, sistem pembayaran, dan 
transfer teknologi. Langkah-langkah yang 
dilakukan dalam hubungan emosional melalui 
pembentukan paguyuban usaha yang dilakukan 
sesuai dengan bidang usaha dan lokasi. 
  
 - 200 -  
 
 
 
No Pendapat 
Ahli 
Indikator 
  Ketiga perspektif ini  saling terintegrasi satu sama 
lain serta berlangsung secara holistik dan 
berkesinambungan. 
 
2. Leverage per Archetype : 
a. Success to the Successful, terdapat pada sumber 
daya :  
- Ketrampilan 
- Permodalan 
- Promosi Usaha 
b. Limit to Success, terdapat pada kinerja : 
- Keberlangsungan Produksi 
- Omset Usaha 
c. Growth and Under Investment, terdapat pada 
strategi : Peningkatan Kapasitas Produksi  yang 
ditanggung bersama oleh UMKM Mitra produk 
sejenis yang tergabung dalam Paguyuban 
 
3. Leverage Gabungan Ketiga Archetype yang 
digunakan : 
a. Leverage Kualitas Produk; 
b. Leverage Omset Usaha; 
c. Leverage Promosi Usaha. 
 
 
0
KESIMPULAN, IMPLIKASI PENELITIAN, DAN REKOMENDASI  
 
 
A.  Kesimpulan 
 Secara keseluruhan dalam penelitian ini menghasilkan beberapa 
temuan penting yang dapat dirumuskan dalam beberapa kesimpulan sebagai  
berikut : 
1. Berdasarkan  hasil proses simulasi model dengan Systems Archetype 
diperoleh beberapa struktur hubungan antar unsur yang saling 
mempengaruhi pada UMKM Mitra PT ISM Tbk Divisi Bogasari Flour 
Mills, yaitu  :  
a. Perspektif Informasi Usaha  
- PT ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills memberikan informasi 
kepada UMKM Mitra tentang adanya pelatihan ketrampilan, 
permodalan, dan promosi usaha. Sehingga UMKM Mitra dapat 
meningkatkan kreativitas, kredibilitas, dan aksesabilitas. 
b. Perspektif Kompetensi Usaha 
- Hal-hal yang dilakukan oleh PT ISM Tbk Divisi Bogasari Flour 
Mills terhadap UMKM Mitra untuk meningkatkan kompetensi 
usahanya, yaitu : peningkatan keberlangsungan produksi, 
melakukan monitoring dan evaluasi, peningkatan omset usaha, 
serta pemberian insentif. 
c. Perspektif Akses Usaha 
- Perspektif Akses Usaha berupa pengembangan pasar, 
mempertahankan hubungan kemitraan, dan hubungan 
emosional antara PT ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills 
dengan UMKM Mitra. 
 
       - 202 - 
 
2. Temuan faktor leverage untuk masing-masing Systems Archetype 
yang digunakan dalam sistem model Kemitraan pada UMKM yaitu  
sebagai berikut :  
a. Leverage dalam model Success to the Successful, terdapat pada 
sumber daya : Ketrampilan, Permodalan, dan Promosi Usaha. 
Strategi yang mungkin dilakukan yaitu  dengan memperluas 
sumber daya yang terbatas, dalam hal ini bagi UMKM Non Mitra 
dapat melakukan hal-hal sebagai berikut : 
- UMKM Non Mitra dapat meningkatkan ketrampilannya dengan 
mengikuti pelatihan yang diadakan oleh PT ISM Tbk, Divisi 
Bogasari Flour Mills, misalnya mengikuti Bogasari Baking 
Center. 
- UMKM Non Mitra dapat meningkatkan kapasitas modalnya 
dengan menjadi anggota Bogasari Mitra Card (BMC). Sebagai 
anggota BMC, berpeluang mendapatkan kredit mikro dari Bank 
yang menjalin kerjasama dengan PT ISM Tbk, Divisi Bogasari 
Flour Mills. 
- UMKM Non Mitra dapat menjadi UMKM Mitra untuk mengikuti 
promosi usaha yang diadakan oleh PT ISM Tbk, Divisi Bogasari 
Flour Mills, misalnya mengikuti pameran, lomba-lomba, ataupun 
Expo. 
b. Leverage dalam model Limit to Success, terdapat pada kinerja : 
Keberlangsungan Produksi UMKM Mitra, dan Omset Usaha UMKM 
Mitra. Strategi yang mungkin dilakukan yaitu  dengan 
mengantisipasi unsur keterbatasan yang akan datang, dan 
memonitor serta mengelola sistem untuk mengurangi dampak 
keterbatasan atau mengubah sistem sehingga tidak bergantung 
pada sumber daya, tunggal terbatas. Dalam hal ini, PT ISM Tbk, 
       - 203 - 
 
Divisi Bogasari Flour Mills dengan UMKM Mitra bersama-sama 
melakukan hal-hal sebagai berikut : 
- Untuk unsur keterbatasan stock terigu, tindakan yang dapat 
dilakukan oleh PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills dengan 
UMKM Mitra yaitu  bersama-sama memonitor serta mengelola 
stock terigu, dengan mendirikan Depo Terigu, sehingga 
pengelolaan usaha UMKM Mitra dapat meningkat dan akan 
meningkatkan Keberlangsungan Produksi UMKM Mitra. 
- Untuk unsur keterbatasan kapasitas modal usaha, tindakan 
yang dapat dilakukan oleh PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour 
Mills dengan UMKM Mitra yaitu  bersama-sama memonitor 
serta mengelola modal usaha sehingga pengembangan produk 
UMKM Mitra dapat meningkat dan akan meningkatkan omset 
usaha UMKM Mitra. Pengelolaan modal usaha antara lain 
melalui skenario kredit modal usaha, dimana PT ISM Tbk, Divisi 
Bogasari Flour Mills membuka akses ke Bank untuk 
mengucurkan dana kredit bagi UMKM Mitra yang menjadi 
anggota Bogasari Mitra Card (BMC). Disamping itu, perlu 
dilakukan sosialisasi bagi UMKM Mitra tentang manfaat kredit 
bagi UMKM Mitra dengan merubah wacana UMKM Mitra yang 
selama ini beranggapan bahwa ‘kredit’ merupakan hal yang 
negatif, menjadi hal yang positif yaitu sebagai peluang untuk 
meningkatkan investasi, meningkatkan income, dan 
meningkatkan saving, sehingga omset usaha semakin 
meningkat.   
c. Leverage dalam model Growth and Under Investment  
Strategi yang diambil untuk peningkatan kapasitas produksi yaitu : 
peningkatan kapasitas produksi ditanggung bersama oleh UMKM 
Mitra produk sejenis yang tergabung dalam Paguyuban. 
       - 204 - 
 
Pembentukan paguyuban usaha dilakukan sesuai bidang usaha 
dan lokasi, misalnya paguyuban mie ayam atau roti di kota tertentu. 
Proses pembentukan paguyuban ini  berawal dari inisiatif 
pengusaha lokal yang kemudian diresmikan oleh PT ISM Tbk, 
Divisi Bogasari Flour Mills. Paguyuban yang terbentuk memiliki 
standar kinerja yang mendukung peningkatan kapasitas produksi. 
 
3. Temuan faktor leverage untuk gabungan systems Archetype yang 
digunakan dalam sistem model Kemitraan pada UMKM yaitu  
sebagai berikut :  
a. Leverage Kualitas Produk UMKM Mitra; 
b. Leverage Omset Usaha UMKM Mitra; 
c. Leverage Promosi Usaha UMKM Mitra. 
 
4. Berdasarkan temuan lapangan, ternyata kemitraan yang dilakukan 
oleh UMKM dengan PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills ini 
merupakan suatu investasi – bukan cost – dan dapat menghasilkan 
win-win solution atau sinergi yang menghasilkan keadilan bagi 
masyarakat dan keamanan berusaha serta keserasian dengan 
lingkungan. Kemitraan yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip : 
komitmen, transparan, kejujuran, dan ketulusan, antara pihak-pihak 
yang bermitra dan dikembangkan secara rasional.  Prinsip-prinsip 
ini  sesuai dengan azas kekeluargaan sebagaimana amanah 
dalam UUD 1945 pasal 33 ayat (1), yaitu Perekonomian disusun 
sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.  
    
 
 
 
       - 205 - 
 
B. Implikasi Penelitian 
 Implikasi teoritis dan praktis dari penelitian yaitu  : 
1. Implikasi teoritis : untuk mengukur kinerja UMKM Mitra dimasa yang 
akan datang disarankan agar tidak memakai  pendekatan yang 
linear, tetapi memakai  pendekatan yang sistemik. Karena 
keberhasilan kinerja UMKM Mitra tidak terlepas dari peran serta 
mitranya, yang melakukan kemitraan secara menyeluruh dan 
berkesinambungan. Menyeluruh artinya kemitraan yang dilakukan 
meliputi unsur :  
a. Keterbukaan Informasi Usaha. Misalnya dalam hal : Permodalan, 
Ketersediaan Bahan Baku, dan Ketrampilan.  
b. Kompetensi Usaha, yaitu unsur-unsur yang diperlukan dalam 
pengembangan usaha. Misalnya : Kualitas Produk.  
c. Akses Usaha, yaitu peningkatan jejaring usaha dalam rangka 
peningkatan omset usaha. 
Berkesinambungan artinya kemitraan dilakukan secara terus menerus 
tidak terpotong, sampai UMKM Mitra dapat mandiri (UMKM ++). 
 
2. Implikasi praktis : UMKM Mitra akan sukses jika instansi Pembina 
UMKM yaitu  entrepreneur, yang memandang bisnis sebagai 
Peluang dan Hambatan. Pengembangan UMKM bukan hanya 
pengembangan “usaha” tetapi juga pengembangan “pengusaha”. 
Demikian pula sebaliknya, UMKM Mitra akan gagal jika pola kemitraan 
tidak menyeluruh, terpotong, umumnya pelatihan saja dan tidak 
berkesinambungan. 
 
 
 
 
       - 206 - 
 
C. Rekomendasi untuk Penelitian Lanjutan 
 Penelitian ini merupakan studi kasus, yang memusatkan diri secara 
intensif terhadap obyek tertentu dengan cara mempelajari sebagai suatu 
kasus, dalam hal ini yaitu  UMKM Mitra PT Indofood Sukses Makmur Tbk, 
Divisi Bogasari Flour Mills. Dengan penelitian berupa studi kasus, maka hasil 
yang diperoleh pada suatu lokus hanya berlaku untuk lokus yang diteliti saja 
dan tidak dapat dipresentasikan pada lokus yang lain. Oleh sebab itu, dari 
sudut aspek keleluasaan lingkup penelitian, perlu dikembangkan atau 
diperluas dalam penelitian selanjutnya, misalnya mencakup UMKM Mitra 
instansi lain (BUMN, Pemerintah Daerah, Bank, dan lain-lain) yang memiliki  
situasi dan kondisi yang sama dengan UMKM Mitra PT ISM Tbk, Divisi 
Bogasari Flour Mills, sehingga hasil penelitian ini dapat diadopsi untuk 
mengukur kemitraan UMKM yang lainnya.  
 Ditemukannya komponen : Informasi Usaha, Kompetensi Usaha, dan 
Akses Usaha, dapat dijadikan bahan bagi penelitian lanjutan. Terutama untuk 
mengetahui tentang bagaimana strategi organisasi yang sebaiknya dilakukan 
dalam bermitra dengan organisasi lain. Atau bagaimana usaha besar 
melakukan kemitraan dengan usaha mikro, kecil, dan menengah. 
 Penelitian model UMKM Mitra  PT Indofood Sukses Makmur Tbk, 
Divisi Bogasari Flour Mills ini dapat dijadikan acuan bagi banyak instansi lain 
di Indonesia, terutama bagi instansi yang melakukan partnership dalam 
strategi pengembangan organisasinya menghadapi perubahan lingkungan 
bisnis yang terjadi. Namun, karena sifat dan budaya perusahaan pada 
umumnya berbeda satu dengan lainnya, akan sangat menarik jika dilakukan 
penelitian lanjutan yang bersifat cross research, untuk mengetahui peta 
dinamika perbedaan karakteristik strategi pertumbuhan organisasi yang 
dinamis pada berbagai jenis UMKM Mitra di Indonesia dalam mensiasati 
perubahan lingkungan bisnisnya.       
 
       - 207 - 
 
Penelitian lanjutan model kemitraan UMKM – Usaha Besar, dianjurkan 
memakai  metode soft systems methodology, atau metode kualitatif 
system dynamics.  
Penelitian lanjutan juga dianjurkan memasukkan beberapa hal yang 
belum tercakup dalam penelitian ini, misalnya memasukan variabel legalitas 
usaha perseorangan (UMKM) sebagai Umbrella peraturan perundangan 
sehingga UMKM memiliki status yang legal untuk mempermudah 
pengembangan usahanya.