UMKM 3
erbentuklah
Garamiro, singkatan dari Gabungan Pengrajin Mie dan Roti.
Melalui paguyuban ini, para anggotanya bisa lebih fokus lagi
menjalankan berbagai aktivitas yang berkaitan dengan
pengembangan usaha. Jadi, bukan sekadar kumpul-kumpul saja.”
“ … pembekalan dari sisi skill dan manajemen sudah amat
mendesak. Untungnya ada generasi penerus, yakni putra-putri
anggota yang kini giat belajar.”
- 129 -
“ Para anggota paguyuban juga menyadari, persaingan usaha di
Jakarta ke depan bakal makin berat. Tapi, jika saling bahu
membahu, bukan tidak mungkin makin maju.”
“ Pengusaha mie ayam yang tergabung dalam Paguyuban
melancarkan promosi melalui pembagian kupon berhadiah untuk
konsumen.”
Sejumlah UMKM Mitra yang telah ada hingga saat ini yaitu :
Tabel V.2 : Mitra Mie
Mitra Mie
Sampai dengan saat ini telah terbentuk 9 buah Paguyuban, yaitu :
Daerah Nama UMKM Jumlah Pengusaha Kecil
Surabaya Pamas 32
Mitra Mie
Surakarta Parimas 41
Yogyakarta Pamiyo 32
Bandung Parimba 22
Malang Pamal 20
Banyumas Pumas 12
Madiun Papmirna 37
Cirebon Tunggal Rasa 16
Magelang Gemilang 42
Sumber : Data sekunder, PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills, 2008
Tabel V.3 : Mitra Roti
Mitra Roti
Sejumlah mitra roti, yaitu :
Daerah Nama UMKM Jumlah Pengusaha Kecil
Lampung Kopertimi 38
Yogyakarta Koperyo 41
Bandung Kopermie 31
- 130 -
Mitra Roti
Jakarta KBMBJU 56
Jakarta Komiso 116
Jabodetabek Koperja 70
Boyolali Kop. Romi 27
Wonogiri Kop. Bogasanjaya 33
Semarang Kop. Sehati 71
Pangkalpinang KPK Aneka Usaha 30
Mitra Roti
Palembang Kop. Jasstra 17
Jatim Muslimat NU 15
Tangerang Koperta 23
Sumber : Data sekunder, PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills, 2008
Tabel V.4 : Mitra Peternak
Mitra Peternak
100 KUD penerima Pollard :
Daerah Jumlah KUD
Jawa Barat 23
DKI 3
Jawa Tengah 21
DIY 2
Jawa Timur 51
Kemitraan Sapi perah berupa Dana Talangan :
Nama Koperasi Penerima Daerah
Koperasi Susu Warga Mulya DIY
KUD Sri Sedono Jawa Timur
Koperasi Agro Niaga Jawa Timur
KPSP Setia Kawan Jawa Timur
- 131 -
Mitra Peternak
KUD Pasir Jambu Jawa Barat
KUD Dewi Sri Bahagia Jawa Barat
Sumber : Data sekunder, PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills, 2008
Kondisi temuan lapangan ini , secara ringkas dapat
dikatakan bahwa UMKM Mitra PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour
Mills, pada mulanya memperoleh sukses usaha yaitu adanya
kebutuhan yang meningkat. Peningkatan usaha UMKM Mitra
menyebabkan kebutuhan terhadap produk UMKM Mitra ini
meningkat. Pada akhirnya karena melonjaknya permintaan
konsumen, sementara kemampuan produksi UMKM Mitra terbatas,
maka UMKM Mitra tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumen.
Pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan terakumulasi sehingga
pelanggan tidak lagi memakai hasil produksinya. Akibatnya
penjualan semakin menurun.
b. Identifikasi variabel-variabel kunci dalam temuan lapangan ini
yaitu sebagai berikut :
• Pada mulanya, UMKM Mitratelah meningkatkan usahanya.
Hasilnya kebutuhan terhadap produk UMKM Mitra meningkat.
Pada akhirnya, produksi UMKM Mitra ini tidak dapat memenuhi
kebutuhan. Pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan
terakumulasi sehingga pelanggan tidak lagi memakai hasil
produksinya. Akibatnya penjualan semakin menurun. Dengan
berjalannya waktu, peningkatan kapasitas berhasil dilakukan,
kebutuhan produksi UMKM Mitra sejalan dengan pengambilan
keputusan untuk peningkatan kapasitas, namun siklus naik
turunnya kebutuhan terhadap produksi UMKM Mitra berulang
terus.
Kondisi temuan lapangan ini , bila dikaitkan dengan
pemodelan archetype maka sesuai dengan sistem Archetypes,
yaitu : Growth and Under Investment. Sistem Archetypes Growth
and Under Investment yaitu keadaan ketidakseimbangan antara
peningkatan kebutuhan dengan kapasitas pertambahan modal
untuk memenuhi kebutuhan. Dalam situasi Growth and Under
Investment, akan terjadi pertumbuhan yang mendekati batas yang
dapat dieliminasi atau ditunda bila dibuat kapasitas penanaman
modal yang memadai. Meskipun demikian, sebagai hasil dari
kebijakan atau perlambatan di dalam sistem, permintaan yang
menurun akan membatasi pertumbuhan lebih lanjut. Penurunan
permintaan kemudian diikuti oleh pengurangan kapasitas
penanaman modal yang lebih buruk.
2. Elaborasi Masing-masing Systems Archetype
Selanjutnya hasil temuan lapangan dengan sistem Archetype dalam
UMKM Mitra PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills, lebih lengkapnya
yaitu sebagai berikut :
a) Success to The Successful
Struktur Success to The Successful mempresentasikan bahwa
dalam suatu sistem dengan sumberdaya terbatas, kesuksesan
awal dari satu pihak membenarkan tersedotnya lebih banyak lagi
sumberdaya kepada pihak ini , yang kemudian memperlebar
kesenjangan kinerja berbagai pihak.
Terdapat 3 (tiga) kondisi yang dapat membentuk dinamika model
success to the successful, yaitu :
1) Struktur zero sum game, dimana satu atau dua alternatif
berkompetisi untuk sumber daya yang sama. Artinya, kapan pun
seseorang/kelompok mendapatkan sumber daya berlebih,
orang/kelompok lain akan mendapatkan lebih sedikit lagi.
- 134 -
2) Kondisi dimana penyimpangan sumber daya lebih banyak,
maka orang/kelompok ini akan memilih alternatif untuk
lebih sukses lagi.
3) Kondisi dengan mengurangi pemberian sumber daya pada
salah satu alternatif, maka akan mengurangi kesuksesannya.
Dalam UMKM Mitra PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills,
struktur hubungan sebab akibat dari Sistem Archetype Success to
The Successful yaitu sebagai berikut :
Gambar V.1 : Causal Loop Diagram (CLD) dengan Archetype
Success to The Successful
Gambar V.1 memperlihatkan CLD struktur sistemik Success to The
Successful yang terdiri atas 2 (dua) loop yang dihubungkan dengan
variabel. Variabel utama, yaitu : Alokasi untuk UMKM Mitra tidak
untuk UMKM Non Mitra, menunjukkan kecenderungan pada
UMKM Mitra bukan pada UMKM Non Mitra, mengutamakan UMKM
Mitra daripada UMKM Non Mitra, atau kepercayaan lebih untuk
UMKM Mitra daripada untuk UMKM Non Mitra. Apabila
kecenderungan ini berlanjut, energi yang diberikan sistem lebih
berat ke loop sebelah kiri. Sumber daya lebih banyak mengalir ke
Keberhasilan
UMKM Mitra
Alokasi Sumber Daya untuk
UMKM Mitra tidak untuk
UMKM Non Mitra
Keberhasilan
UMKM Non Mitra
Sumber Daya untuk
UMKM Non MitraSumber Daya
untuk UMKM Mitra
+
+
+
R1 R2
-
-
+
- 135 -
UMKM Mitra, yang akan meningkatkan kesuksesan UMKM Mitra.
Pada waktu yang sama, keutamaan yang diberikan pada UMKM
Mitra akan membuat penurunan sumber daya yang diterima oleh
UMKM Non Mitra. Kesuksesan UMKM Non Mitra relatif menurun
terhadap UMKM Mitra. Penurunan kesuksesan UMKM Non Mitra ini
mendorong lebih banyak lagi pemberian sumber daya pada UMKM
Mitra.
Deskripsi lengkap tentang UMKM Mitra PT ISM Tbk, Divisi
Bogasari Flour Mills, struktur hubungan sebab akibat dari Sistem
Archetype Success to The Successful yaitu sebagai berikut :
(1) CLD Ketrampilan
Keberhasilan UMKM Mitra : Kualitas Produk UMKM Mitra
Keberhasilan UMKM Non
Mitra
: Kualitas Produk UMKM Non Mitra
Alokasi Sumber Daya untuk
UMKM Mitra
: Ketrampilan
Sumber Daya untuk UMKM
Mitra
: Pelatihan Ketrampilan Produk untuk
UMKM Mitra
Sumber Daya untuk UMKM
Non Mitra
: Pelatihan Ketrampilan Produk untuk
UMKM Non Mitra
Dari hasil simulasi terlihat bahwa alokasi sumber daya Ketrampilan
lebih banyak mengalir ke UMKM Mitra karena mengikuti Pelatihan
Ketrampilan Produk yang diselenggarakan oleh PT ISM Tbk, Divisi
Bogasari Flour Mills, sehingga akan meningkatkan Keberhasilan
Kualitas Produk UMKM Mitra. Pelatihan yang diikuti oleh UMKM
Mitra, antara lain : Bogasari Baking Centre; Manajemen Usaha
Kecil; Lokakarya. Manfaat yang diperoleh dengan mengikuti
pelatihan bagi UMKM Mitra yaitu kreativitas pengolahan bahan
baku terigu sebagai bahan dasar yang sesuai dengan jenis
makanan yang dihasilkan (Cakra Kembar untuk produk Mie dan
Roti, Segitiga Biru untuk produk Martabak).
Pada waktu yang sama, keutamaan yang diberikan pada UMKM
Mitra akan membuat penurunan sumber daya yang diterima oleh
UMKM Non Mitra, yaitu karena tidak adanya Pelatihan Ketrampilan
Produk. Keberhasilan Kualitas Produk UMKM Non Mitra relatif
menurun terhadap UMKM Mitra. Penurunan kesuksesan UMKM
Non Mitra ini mendorong lebih banyak lagi pemberian sumber daya
pada UMKM Mitra (Gambar V.2).
Hasil ini memperkuat persepsi bahwa UMKM Non Mitra tidak
cukup terampil dalam meningkatkan kualitas produknya.
(2) CLD Permodalan
Keberhasilan UMKM Mitra : Akses ke Bank untuk UMKM Mitra
Keberhasilan UMKM Non
Mitra
: Akses ke Bank untuk UMKM Non Mitra
Alokasi Sumber Daya
untuk UMKM Mitra
: Permodalan
Sumber Daya untuk
UMKM Mitra
: Kapasitas Modal untuk UMKM Mitra
Sumber Daya untuk
UMKM Non Mitra
: Kapasitas Modal untuk UMKM Non
Mitra
Gambar V.3 :
Causal Loop Diagram (CLD) dengan Archetype Success to The
Successful Model Permodalan
Dari hasil simulasi terlihat bahwa alokasi sumber daya Permodalan
lebih banyak mengalir ke UMKM Mitra karena menjadi Anggota
BMC (Bogasari Mitra Card), yang akan meningkatkan Akses ke
Bank untuk UMKM Mitra. Modal Usaha diperoleh berkat kerjasama
PT ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills dengan Bank, sehingga
Bank akan memberikan kredit usaha bagi UMKM yang menjadi
anggota BMC. Pada waktu yang sama, keutamaan yang diberikan
pada UMKM Mitra akan membuat penurunan sumber daya yang
Akses ke Bank
untuk UMKM Mitra
Permodalan
Akses ke Bank untuk
UMKM Non Mitra
Kapasitas Modal
UMKM Non MitraKapasitas Modal
UMKM Mitra
+
+
+
R5 R6
-
-
+
- 138 -
diterima oleh UMKM Non Mitra, yaitu karena UMKM Non Mitra
bukan Anggota BMC. Kapasitas Modal Usaha UMKM Non Mitra
relatif menurun terhadap UMKM Mitra. Kapasitas Modal Usaha
UMKM Non Mitra menurun karena UMKM Non Mitra kesulitan
memperoleh kredit pinjaman usaha dari Bank, dengan kata lain
Bank sulit memberikan kredit kepada UMKM karena aspek legalitas
UMKM. Penurunan kesuksesan UMKM Non Mitra ini mendorong
lebih banyak lagi pemberian sumber daya pada UMKM Mitra
(Gambar V.3).
Hasil ini memperkuat persepsi bahwa UMKM Non Mitra tidak
cukup memiliki Modal karena kurangnya akses ke Bank.
(3) CLD Promosi Usaha
Keberhasilan UMKM Mitra : Keberhasilan Omset Usaha UMKM
Mitra
Keberhasilan UMKM Non
Mitra
: Keberhasilan Omset Usaha UMKM Non
Mitra
Alokasi Sumber Daya
untuk UMKM Mitra
: Promosi Usaha
Sumber Daya untuk
UMKM Mitra
: Akses Pasar untuk UMKM Mitra
Sumber Daya untuk
UMKM Non Mitra
: Akses Pasar untuk UMKM Non Mitra
Dari hasil simulasi terlihat bahwa alokasi sumber daya Promosi
Usaha lebih banyak mengalir ke UMKM Mitra. Apabila
kecenderungan ini berlanjut maka Akses Pasar lebih banyak
mengalir ke UMKM Mitra, yang akan meningkatkan keberhasilan
Omset Usaha UMKM Mitra. Promosi Usaha yang dilakukan UMKM
Mitra, antara lain : mengikuti Pameran, Lomba-lomba, atau Expo
yang diadakan oleh PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills.
Disamping itu, terdapat Media Promosi yang disediakan oleh pihak
PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills, yaitu dengan
- 139 -
diterbitkannya majalah Wacana Mitra. Majalah Wacana Mitra
merupakan majalah yang berisi informasi tentang peluang usaha,
lokasi dagang yang strategis, masalah harga, kiat-kiat usaha dan
promosi usaha, serta informasi lain yang sering mengemuka dalam
setiap pertemuan mitra UMKM dengan PT ISM Tbk Divisi Bogasari
Flour Mills. Majalah Wacana Mitra ini dibagikan kepada setiap
UMKM Anggota BMC sebagai media pembelajaran (Mail
Education) bagi pelaku UMKM khususnya UMKM mitra bogasari.
Pada waktu yang sama, keutamaan yang diberikan pada UMKM
Mitra akan membuat penurunan Akses Pasar yang diterima oleh
UMKM Non Mitra. Keberhasilan Omset Usaha UMKM Non Mitra
relatif menurun terhadap UMKM Mitra. Penurunan kesuksesan
UMKM Non Mitra ini mendorong lebih banyak lagi pemberian
sumber daya pada UMKM Mitra (Gambar V.4).
Hasil ini memperkuat persepsi bahwa UMKM Non Mitra tidak
cukup memiliki akses pasar karena kurangnya promosi usaha.
Gambar V.4 :
Causal Loop Diagram (CLD) dengan Archetype Success to The
Successful Model Promosi Usaha
Keberhasilan Omset
Usaha UMKM Mitra
Promos i Usaha
Keberhasilan Omset
Usaha UMKM Non
Mitra
Akses Pasar untuk
UMKM Non MitraAkses Pasar untuk
UMKM Mitra
+
+
+
R7 R8
-
-
+
- 140 -
b) Limit to Success
Struktur Limit to Success mempresentasikan bahwa suatu proses
penguatan pertumbuhan atau ekspansi akan menghadapi proses
balancing sebagai batas sistem telah tercapai. Dalam model UMKM
Mitra PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills, struktur hubungan
sebab akibat dari Sistem Archetype Limit to Success yaitu
sebagai berikut :
Gambar V.5 :
Causal Loop Diagram (CLD) dengan Archetype Limit to Success
Gambar V.5 memperlihatkan CLD struktur sistemik Limit to
Success yang terdiri atas 2 (dua) loop yang dihubungkan dengan
variabel. Struktur ini berciri proses penguatan (Reinforcing) dan
proses keseimbangan (Balancing). CLD pada struktur sistemik
Limit to Success ini menyatakan bahwa bila Usaha UMKM
Mitra meningkat maka Kinerja pun akan meningkat. Dengan
meningkatnya Kinerja maka Usaha UMKM Mitra yang dilakukan
akan terus bertambah mantap (R). Namun karena pada CLD Limit
to Success ini Kinerja UMKM Mitra berhubungan dengan
faktor Pembatas Kegiatan, maka penguatan yang dilakukan oleh
Kinerja UMKM Mitra akan memperlambat keberhasilan. Kemudian
Usaha UMKM
Mitra
Kinerja UMKM
Mitra
Tindakan
PembatasR B
-
+
+ +
Pembatas
+
- 141 -
faktor Pembatas kembali akan mengurangi Kinerja UMKM
Mitra (B).
Deskripsi lengkap tentang model Principal-Agent Partnership
UMKM Mitra, struktur hubungan sebab akibat dari Sistem
Archetype Limit to Success yaitu sebagai berikut :
(1) CLD Keberlangsungan Produksi UMKM Mitra
Kinerja UMKM Mitra : Keberlangsungan Produksi UMKM Mitra
Usaha UMKM Mitra : Pengelolaan Usaha
Pembatas Kegiatan : Stock Terigu
Pembatas : Kapasitas Terigu
Gambar V.6 :
Causal Loop Diagram (CLD) dengan Archetype Limit to Success
Model Kualitas Produk
Dari hasil simulasi pada Gambar V.6 terlihat bahwa bila
Pengelolaan Usaha UMKM Mitra meningkat maka
Keberlangsungan Produksi UMKM Mitra pun akan meningkat.
Dengan meningkatnya Keberlangsungan Produksi UMKM Mitra
maka Pengelolaan Usaha UMKM Mitra yang dilakukan akan terus
bertambah mantap (R9). Namun karena Keberlangsungan Produksi
UMKM Mitra berhubungan dengan faktor Pembatas Kegiatan yaitu
Stock Terigu, maka penguatan yang dilakukan oleh
Pengelolaan
Usaha
Keberlangsungan
Produksi UMKM
Mitra
Stock TeriguR9 B1
-
+
+ +
Kapasitas
Terigu
+
- 142 -
Keberlangsungan Produksi UMKM Mitra akan memperlambat
keberhasilan. Kemudian faktor Pembatas, yaitu Kapasitas Terigu
kembali akan mengurangi Keberlangsungan Produksi UMKM Mitra
(B1).
(2) CLD Omset Usaha UMKM Mitra
Kinerja UMKM Mitra : Omset Usaha
Usaha UMKM Mitra : Pengembangan Produk
Pembatas Kegiatan : Kapasitas Modal Usaha
Pembatas : Modal Usaha
Dari hasil simulasi pada Gambar V.7 terlihat bahwa bila
Pengembangan Produk UMKM Mitra meningkat maka Omset
Usaha UMKM Mitra pun akan meningkat. Dengan meningkatnya
Omset Usaha UMKM Mitra maka Pengembangan Produk UMKM
Mitra yang dilakukan akan terus bertambah mantap (R10). Namun
karena Omset Usaha UMKM Mitra berhubungan dengan faktor
Pembatas Kegiatan yaitu Kapasitas Modal Usaha, maka penguatan
yang dilakukan oleh Omset Usaha UMKM Mitra akan
memperlambat keberhasilan. Kemudian faktor Pembatas, yaitu
Modal Usaha kembali akan mengurangi Omset Usaha UMKM Mitra
(B2).
- 143 -
Gambar V.7 : Causal Loop Diagram (CLD) dengan Archetype Limit to
Success Model Omset Usaha
c) Growth and Under Investment
Struktur Growth and Under Investment mempresentasikan bahwa
ketika pertumbuhan mencapai batasnya, sistem mengkompensasi
dengan menurunkan standar kinerja. Ini menurunkan persepsi akan
kebutuhan untuk investasi kapasitas dan menghasilkan kinerja
yang lebih rendah, yang selanjutnya menjadi pembenaran
kekurangan investasi. Dalam model UMKM Mitra PT ISM Tbk,
Divisi Bogasari Flour Mills, struktur hubungan sebab akibat dari
Sistem Archetype Growth and Under Investment yaitu sebagai
berikut :
Pengembangan
Produk
Omset Usaha
UMKM Mitra
Kapasitas
Modal UsahaR10 B2
-
+
+ +
Modal Usaha
+
- 144 -
Gambar V.8 : Causal Loop Diagram (CLD) dengan Archetype Growth
and Under Investment
Gambar V.8 memperlihatkan CLD struktur sistemik Growth and
Under Investment, yang terdiri atas 4 (empat) variabel, yaitu :
kebutuhan; kapasitas; kebutuhan untuk penanaman modal; dan
kapasitas penanaman modal. Dinamika perilaku variabel dalam
model saling berkorelasi. Kebutuhan untuk menanamkan modal
mengendalikan penanaman modal yang sebenarnya, yang
kemudian akan mempengaruhi kapasitas, dan selanjutnya akan
mempengaruhi jumlah pemenuhan kebutuhan. Perbedaan antara
kebutuhan dan kapasitas akan mempengaruhi kebutuhan untuk
menanamkan modal berikutnya, yang kemudian akan menutup
loop ini .
Strategi yang mungkin dilakukan yaitu : langkah pertama, dengan
menyadari faktor apa yang akan menghambat pertumbuhan,
termasuk faktor yang mungkin sulit untuk berubah karena
didasarkan tujuan untuk menjaga keuntungan yang tinggi atau tidak
Upaya
Pertumbuhan
Kebutuhan
Dampak Faktor
Pembatas
Pemenuhan
Kebutuhan
Inves tasi
Inves tasi dalam
Kapasitas
Kapasitas
Standar Kinerja
+
+
+
-
+
+
+
-
+
R B1
B2
- 145 -
menambah biaya yang tidak perlu. Jika ada waktu delay antara
peningkatan kapasitas pertumbuhan dan dampak faktor pembatas,
tindakan yang perlu diambil yaitu sebelum waktu delay, karena
permintaan (demand) tidak akan terulang.
Deskripsi lengkap tentang model UMKM Mitra PT ISM Tbk, Divisi
Bogasari Flour Mills, struktur hubungan sebab akibat dari Sistem
Archetype Growth and Under Investment yaitu sebagai berikut :
CLD Pertumbuhan Usaha dan Produksi UMKM Mitra
Kebutuhan : Permintaan Konsumen
Upaya Pertumbuhan : Laju Pertumbuhan UMKM Mitra
Dampak Faktor Pembatas : Dampak Keterbatasan Produksi
Pemenuhan Kebutuhan
Investasi
: Produksi UMKM Mitra
Investasi dalam Kapasitas : Konsultasi dan Bimbingan
Kapasitas : Paguyuban UMKM Mitra
Gambar V.9 :
Causal Loop Diagram (CLD) dengan Archetype Growth and Under
Investment Model Pertumbuhan Usaha dan Produksi UMKM Mitra
Laju Pertumbuhan
UMKM Mitra
Permintaan
Konsumen
Dampak
Keterbatasan
Produksi
Produksi
UMKM Mitra
Konsultas i dan
Bimbingan
Paguyuban
UMKM Mitra
Standar Kinerja
+
+
+
-
+
+
+
-
+
R11 B3
B4
- 146 -
Dari hasil simulasi terlihat bahwa pada mulanya, UMKM Mitra telah
meningkatkan usahanya. Hasilnya Permintaan Konsumen terhadap
produk UMKM Mitra meningkat. Peningkatan usaha UMKM Mitra
ini, karena kualitas produknya sesuai selera konsumen,
menyebabkan kebutuhan terhadap produk UMKM Mitra melonjak.
Pada akhirnya, produksi UMKM Mitra tidak dapat memenuhi
kebutuhan. Pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan terakumulasi
sehingga pelanggan tidak lagi memakai hasil produksinya.
Akibatnya, penjualan semakin menurun.
Dengan berjalannya waktu, peningkatan kapasitas berhasil
dilakukan, yaitu dengan membentuk Paguyuban UMKM Mitra.
Kebutuhan produksi UMKM Mitra sejalan dengan pengambilan
keputusan untuk peningkatan kapasitas, namun siklus naik
turunnya kebutuhan terhadap produksi UMKM Mitra berulang terus.
Melalui kajian teoritis mengenai Kemitraan UMKM baik dari
perspektif bisnis, maupun system dynamics, dalam penelitian ini mencoba
menerapkan UMKM Mitra PT. ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills,
sebagaimana berikut :
Tabel V.5 : Perspektif dan Struktur Dasar UMKM Mitra PT. ISM Divisi
Bogasari Flour Mills, Tbk
NO PERSPEKTIF STRUKTUR DASAR
1 Informasi Usaha - Pelatihan Ketrampilan
- Permodalan
- Promosi Usaha
2 Kompetensi Usaha - Keberlangsungan Produksi
- Monitoring dan Evaluasi
- Peningkatan Omset Usaha
- Pemberian Insentif
3 Akses Usaha - Pengembangan Pasar
- Mempertahankan Hubungan
- Hubungan Emosional
Sumber : Diolah dari berbagai sumber
- 147 -
3. Struktur Hubungan Sebab Akibat dalam Perspektif Informasi
Usaha
Gambar V.10; V.11; dan V.12; memperlihatkan struktur
hubungan sebab akibat dalam Perspektif Informasi Usaha. Hubungan-
hubungan ini memuat 3 (tiga) struktur dasar, yaitu : Pelatihan
Ketrampilan; Permodalan; dan Promosi Usaha.
Struktur Pelatihan Ketrampilan (R3) menjelaskan bahwa
pelatihan ketrampilan yang dilakukan dipengaruhi oleh faktor-faktor :
Pelatihan Ketrampilan Produk untuk UMKM Mitra; Keberhasilan
Kualitas Produk UMKM Mitra; serta Ketrampilan UMKM Mitra.
Gambar V.10 :
Struktur Hubungan Sebab Akibat dalam Perspektif Informasi Usaha
dengan Struktur Dasar Pelatihan Ketrampilan (R3)
Gambar V.10 memperlihatkan struktur hubungan sebab akibat
dalam Perspektif Informasi Usaha dengan Struktur Dasar Pelatihan
Ketrampilan. Pola kecenderungan perubahan kinerja setiap faktor
dalam struktur Pelatihan Ketrampilan ini dinamis menguat, ditandai oleh
penguatan pada setiap faktornya (reinforcing). Kecenderungan
penguatan ini terjadi karena hubungan yang terbentuk menjelaskan
bahwa jika Pelatihan Ketrampilan Produk untuk UMKM Mitra
meningkat, maka Keberhasilan Kualitas Produk UMKM Mitra juga
Keberhasilan
Kualitas Produk
UMKM Mitra
Ketrampilan
Pelatihan Ketrampilan
Produk untuk UMKM
Mitra
+
+
+
R3
- 148 -
meningkat, sehingga Ketrampilan yang dimiliki UMKM Mitra semakin
meningkat. Pelatihan Ketrampilan yang diikuti UMKM Mitra, antara lain :
pelatihan tentang resep makanan, proses produksi, pengenalan
teknologi, manajemen usaha, dan marketing.
Dari tabel V.6 dapat dilihat bahwa loop R3 sejalan dengan
temuan lapangan. Artinya, Informasi Usaha yang dilakukan oleh PT
ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills terhadap UMKM Mitra, antara lain
melalui Pelatihan Ketrampilan bagi UMKM Mitra, yaitu mengikuti :
edukasi tentang resep makanan, proses produksi, pengenalan
teknologi, pelatihan-pelatihan di bidang manajemen usaha maupun
teknis produksi yang diselenggarakan Bogasari secara regular.
Tabel V.6 : Perbandingan Struktur Hubungan antar Unsur dengan
Hasil Wawancara untuk Perspektif Informasi Usaha dengan
Struktur Dasar Pelatihan Ketrampilan
Struktur
Hubungan
Sumber Pendapat
Responden
Interpretasi Kesimpulan
Semakin
sering
mengikuti
pelatihan
ketrampilan,
semakin
tinggi
kualitas dan
kuantitas
produk
Manager
UMKM
Mitra
Bogasari melakukan
berbagai program
edukasi tidak hanya
berupa teori tetapi
juga praktek.
Saya pertama kali
membuat mie
secara manual.
Saya mendapat
tawaran pelatihan di
Bogasari Baking
Center (BBC),
Jakarta. Saya
penasaran ketika
melihat mereka
begitu mahir
memakai
mesin pembuat mie.
Pelatihan
Ketrampilan
Produk
berakibat pada
Keberhasilan
Kualitas Produk
Pelatihan
ketrampilan
berpengaruh
positif
terhadap
Kualitas dan
Kuantitas
Produk
- 149 -
Struktur
Hubungan
Sumber Pendapat
Responden
Interpretasi Kesimpulan
Semakin
tinggi
kualitas
produk,
semakin
meningkat
ketrampilan
Manager
UMKM
Mitra
Pemberian
pelatihan, yaitu
dengan melatih
UMKM sehingga
skill mereka
bertambah (melalui
baking school: roti,
mie, kue kering;
manajemen usaha
kecil, lokakarya).
Kualitas dan rasa,
tetap kami
perhatikan. Sebab
kalau tidak enak,
tetap saja tak akan
laku meskipun
harganya murah
Kualitas
Produk
berakibat pada
Peningkatan
Ketrampilan
Kualitas Produk
berpengaruh
positif terhadap
Pengembangan
Ketrampilan
Semakin
meningkat
ketrampilan,
semakin
sering
mengikuti
pelatihan
ketrampilan
Manager
UMKM
Mitra
Kegiatan pelatihan
dan bimbingan
usaha dilakukan
secara berkala, baik
secara khusus
maupun disertakan
pada pertemuan
paguyuban usaha
kecil dan menengah.
Sebagai ibu rumah
tangga, saya
merasa punya
banyak waktu luang.
Lantas, saya pun
berpikir untuk coba-
coba mencari
tambahan nafkah
keluarga, dengan
membuat kue
kacang. Tak
dinyana, kue buatan
yang dititipkan ke
warung itu, ternyata
laris
Peningkatan
Ketrampilan
berakibat pada
Pelatihan
Ketrampilan
Peningkatan
Ketrampilan
berpengaruh
positif terhadap
Pelatihan
Ketrampilan
Sumber : Data Primer, 2010
- 150 -
Struktur Permodalan (R5) dipengaruhi oleh faktor-faktor :
Kapasitas Modal UMKM Mitra; Akses ke Bank untuk UMKM Mitra; serta
Permodalan. Pola kecenderungan perubahan kinerja tiap faktor dalam
struktur Permodalan ini dinamis menguat, ditandai oleh penguatan
pada setiap faktornya (reinforcing). Kecenderungan penguatan ini
terjadi karena hubungan yang terbentuk menjelaskan bahwa jika
Kapasitas Modal UMKM Mitra meningkat, maka Akses ke Bank untuk
UMKM Mitra meningkat. Jika Akses ke Bank meningkat, maka
Permodalan bagi UMKM Mitra juga meningkat.
Gambar V.11 berikut memperlihatkan struktur hubungan sebab
akibat dalam Perspektif Informasii Usaha dengan Struktur Dasar
Permodalan.
Gambar V.11 :
Struktur Hubungan Sebab Akibat dalam Perspektif Informasi Usaha
dengan Struktur Dasar Permodalan (R5)
Dari tabel V.7 dapat dilihat bahwa loop R5 sejalan dengan
temuan lapangan. Artinya, Informasi Usaha yang dilakukan oleh PT
ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills terhadap UMKM Mitra, antara lain
melalui Permodalan bagi UMKM Mitra, yaitu peluang mendapatkan
kredit modal usaha dari Bank.
Akses ke Bank
untuk UMKM Mitra
Permodalan
Kapasitas Modal
UMKM Mitra
+
+
+
R5
- 151 -
Tabel V.7 : Perbandingan Struktur Hubungan antar Unsur dengan
Hasil Wawancara untuk Perspektif Informasi Usaha dengan
Struktur Dasar Permodalan
Struktur
Hubungan
Sumber Pendapat
Responden
Interpretasi Kesimpulan
Semakin
tinggi
Kapasitas
Modal UMKM
Mitra,
semakin
tinggi Akses
ke Bank
untuk UMKM
Mitra
Manager
UMKM Mitra
Syarat pengajuan
antara lain tercatat
sebagai anggota
Bogasari Mitra
Card (BMC)
minimal 2 tahun
dengan status
keanggotaannya
aktif dan memiliki
tempat usaha di
lokasi dengan
bidang yang sama.
… beruntung,
sebagai anggota
BMC, dan keuletan
saya sehingga mau
memberi
rekomendasi
pinjaman bank.
Padahal, karena
bangkrut saya
sempat kurang
dipercaya pihak
bank.
Kapasitas
Modal
berakibat pada
Akses ke Bank
Kapasitas
Modal
berpengaruh
positif
terhadap
Akses ke
Bank
Semakin
tinggi Akses
ke Bank,
semakin
tinggi
Permodalan
untuk UMKM
Mitra
Manager PT Indofood
Sukses Makmur
Tbk. Divisi Bogasari
Flour Mills
bersinergi dengan
PT Bank Mandiri
(Persero) Tbk untuk
melakukan
pengembangan
dan pemberdayaan
di bidang UMKM
secara
komprehensif.
Akses ke Bank
berakibat pada
Permodalan
untuk UMKM
Mitra
Akses ke
Bank
berpengaruh
positif
terhadap
Permodalan
untuk UMKM
Mitra
- 152 -
Struktur
Hubungan
Sumber Pendapat
Responden
Interpretasi Kesimpulan
UMKM
Mitra
Saya pernah
bangkrut hingga
modal usaha habis.
Namun, saya
mempunyai tekad
yang amat besar
untuk memulai usaha
roti, sehingga
mampu meyakinkan
sejumlah pihak untuk
memberi pinjaman
modal, dan mampu
bangkit.
Semakin
tinggi
Permodalan
untuk
UMKM
Mitra,
semakin
tinggi
Kapasitas
Modal
UMKM Mitra
Manager
UMKM
Mitra
Khusus bagi
Anggota BMC yang
bergerak di bidang
usaha mie,
berkesempatan
mendapatkan Paket
Konversi Gas yang
merupakan program
kerjasama antara
Bogasari dengan
Pertamina
Bisnis mie yang
saya rintis, hanya
didukung oleh modal
yang sangat
terbatas, dengan
peralatan serba-
minim.
Permodalan
untuk UMKM
Mitra berakibat
pada
Kapasitas
Modal UMKM
Mitra
Permodalan
untuk UMKM
Mitra
berpengaruh
positif
terhadap
Kapasitas
Modal UMKM
Mitra
Sumber : Data Primer, 2010
Struktur Promosi Usaha (R7) dipengaruhi oleh faktor-faktor :
Akses Pasar untuk UMKM Mitra; Keberhasilan Omset Usaha UMKM
Mitra; serta Promosi Usaha. Pola kecenderungan perubahan kinerja
tiap faktor dalam dalam struktur Promosi Usaha ini dinamis menguat,
ditandai oleh penguatan pada setiap faktornya (reinforcing).
Kecenderungan penguatan ini terjadi karena hubungan yang terbentuk
- 153 -
menjelaskan bahwa jika Akses Pasar untuk UMKM Mitra meningkat,
maka Keberhasilan Omset Usaha UMKM Mitra meningkat. Jika
Keberhasilan Omset Usaha meningkat, maka Promosi Usaha UMKM
Mitra juga meningkat.
Gambar V.12 berikut memperlihatkan struktur hubungan sebab
akibat dalam Perspektif Informasi Usaha dengan Struktur Dasar
Promosi Usaha.
Gambar V.12 :
Struktur Hubungan Sebab Akibat dalam Perspektif Informasi Usaha
dengan Struktur Dasar Promosi Usaha (R7)
Dari tabel V.8 dapat dilihat bahwa loop R7 sejalan dengan
temuan lapangan. Artinya, Informasi Usaha yang dilakukan oleh PT
ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills terhadap UMKM Mitra, antara lain
melakukan Promosi Usaha bagi UMKM Mitra, berupa : pemberian nama
produk, sertifikat halal, hak paten dan memperbaiki kemasan.
Keberhasilan Omset
Usaha UMKM Mitra
Promosi Usaha
Akses Pasar untuk
UMKM Mitra
+
+
+
R7
- 154 -
Tabel V.8 : Perbandingan Struktur Hubungan antar Unsur dengan
Hasil Wawancara untuk Perspektif Informasi Usaha dengan
Struktur Dasar Promosi Usaha
Struktur
Hubungan
Sumber Pendapat
Responden
Interpretasi Kesimpulan
Semakin
tinggi Akses
Pasar UMKM
Mitra,
semakin
tinggi
keberhasilan
Omset
Usaha
UMKM Mitra
Manager
UMKM
Mitra
Bogasari
memberikan
dukungan
pemasaran melalui
program kunjungan,
arisan, membuat
BMC (Bogasari
Mitra Card).
Saya gesit ke luar
masuk pasar dan
toko-toko. Hasilnya,
luar biasa. Dalam
waktu beberapa
bulan saja, omset
penjualan sudah
menjulang.
Kebutuhan terigu
untuk produksi,
mencapai 60 sak
per hari. Saya
mempekerjakan 300
karyawan.
Akses Pasar
UMKM Mitra
berakibat pada
Omset Usaha
UMKM Mitra
Akses Pasar
UMKM Mitra
berpengaruh
positif
terhadap
Omset Usaha
UMKM Mitra
- 155 -
Struktur
Hubungan
Sumber Pendapat Responden Interpretasi Kesimpulan
Semakin
tinggi
keberhasilan
Omset
Usaha
UMKM Mitra,
semakin
tinggi
Promosi
Usaha bagi
UMKM Mitra
Manager
UMKM
Mitra
… paguyuban dan
arisan. Uang arisan 10
juta dari Bogasari untuk
paguyuban, lomba mie,
lomba martabak, dan
lomba-lomba yang lain.
Untuk mempertegas
daya tarik usaha, saya
bukan hanya
mencantumkan kata
”mangkok bisa dimakan”
di kedai dan pada
pamflet di berbagai
tempat strategis, tetapi
juga menghiasi sebuah
mobil kijang, dengan
atribut mie mangkok
secara cukup menyolok.
Mobil itu, hampir setiap
hari nongkrong di depan
kedai.
Omset
Usaha
UMKM Mitra
berakibat
pada
Promosi
Usaha bagi
UMKM Mitra
Omset Usaha
UMKM Mitra
berpengaruh
positif terhadap
Promosi Usaha
bagi UMKM
Mitra
Semakin
tinggi
Promosi
Usaha bagi
UMKM Mitra,
semakin
tinggi Akses
Pasar UMKM
Mitra
Manager
… dialog Bogasari
dengan pengusaha,
asumsi awal pengusaha
butuh modal. Oleh
Bogasari ditingkatkan
harga dirinya sebagai
pengusaha. Mindsetnya
UMKM bergeser :
pengusaha butuh
akses/network.
Dicarikan pasar. Dan
diedukasi. Dibukakan
akses. UMKM punya
dignity, pengusaha
UMKM membuat
kelompok bisnis di
daerah/area mana saja.
Promosi
Usaha bagi
UMKM Mitra
berakibat
pada Akses
Pasar
UMKM Mitra
Promosi Usaha
bagi UMKM
Mitra
berpengaruh
positif terhadap
Akses Pasar
UMKM Mitra
- 156 -
Struktur
Hubungan
Sumber Pendapat Responden Interpretasi Kesimpulan
UMKM
Mitra
Untuk meningkatkan
kualitas produknya
terus mengikuti tren.
Saya selalu ikut
pameran dan demo
produk, juga rajin
promosi.
Sumber : Data Primer, 2010
4. Struktur Hubungan Sebab Akibat dalam Perspektif Kompetensi
Usaha
Gambar V.13; V.14; V. 15; dan V.16; memperlihatkan struktur
hubungan sebab akibat dalam Perspektif Kompetensi Usaha UMKM
Mitra. Hubungan-hubungan ini memuat 4 (empat) struktur dasar,
yaitu : Keberlangsungan Produksi; Monitoring dan Evaluasi;
Peningkatan Omset Usaha; serta Pemberian Insentif.
Struktur Keberlangsungan Produksi (R9) menjelaskan adanya
kegiatan produksi UMKM Mitra secara terus menerus yang
memakai bahan baku terigu. Struktur Keberlangsungan Produksi
dipengaruhi oleh faktor-faktor : Pengelolaan Usaha, serta
Keberlangsungan Produksi UMKM Mitra. Pola kecenderungan
perubahan kinerja tiap faktor dalam struktur Keberlangsungan Produksi
ini dinamis menguat, ditandai oleh penguatan pada setiap faktornya
(reinforcing). Kecenderungan penguatan ini terjadi karena hubungan
yang terbentuk menjelaskan bahwa jika Pengelolaan Usaha meningkat
maka Keberlangsungan Produksi UMKM Mitra juga meningkat. Jika
Keberlangsungan Produksi UMKM Mitra meningkat maka Pengelolan
Usaha semakin meningkat. Gambar V.13 berikut memperlihatkan
struktur hubungan sebab akibat dalam Perspektif Kompetensi Usaha
dengan Struktur Dasar Keberlangsungan Produksi.
- 157 -
Gambar V.13 :
Struktur Hubungan Sebab Akibat dalam Perspektif Kompetensi
Usaha dengan Struktur Dasar Keberlangsungan Produksi (R9)
Dari tabel V.9 dapat dilihat bahwa loop R9 sejalan dengan
temuan lapangan. Artinya, Kompetensi Usaha yang dilakukan oleh
UMKM Mitra, antara lain melakukan Peningkatan Keberlangsungan
Produksi UMKM Mitra, melalui hal-hal sebagai berikut : konsultasi
kegiatan pemasaran dengan pihak PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour
Mills, teknik produksi, dan peluang usaha.
Pengelolaan
Usaha
Keberlangsungan
Produksi UMKM
Mitra
R9
+
+
- 158 -
Tabel V.9 : Perbandingan Struktur Hubungan antar Unsur dengan
Hasil Wawancara untuk Perspektif Kompetensi Usaha dengan
Struktur Dasar Keberlangsungan Produksi
Struktur
Hubungan
Sumber Pendapat
Responden
Interpretasi Kesimpulan
Semakin tinggi
Pengelolaan
Usaha, semakin
tinggi
Keberlangsungan
Produksi UMKM
Mitra
Manager
UMKM
Mitra
UMKM Mitra
Bogasari harus
bertumbuh
menjadi UMKM
++
, dengan
indikator : diukur
konsumsi terigu
tumbuh/tidak;
jumlah gerobak;
jumlah penjaja;
pangkalan
Saya
menjalankan
secara langsung
bisnis roti saya,
menjadi paham
tentang
pergerakan
pasar roti, yang
ternyata
mengenal
musim sepi.
Pengeloaan
Usaha berakibat
pada
Keberlangsungan
Produksi UMKM
Mitra
Pengeloaan
Usaha
berpengaruh
positif terhadap
Keberlangsungan
Produksi UMKM
Mitra
Semakin tinggi
Keberlangsungan
Produksi UMKM
Mitra semakin
tinggi
Pengelolaan
Usaha
Manager
…. selalu
diedukasi, dalam
temu 3 bulanan
antara Bogasari-
UMKM. Di
identifikasi lokasi
yang layak jual :
mall, rumah
sakit, sekolah,
mesjid, kantor,
terminal,
pangkalan ojek.
Keberlangsungan
Produksi UMKM
Mitra berakibat
pada Pengeloaan
Usaha
Keberlangsungan
Produksi UMKM
Mitra
berpengaruh
positif terhadap
Pengeloaan
Usaha
- 159 -
Struktur
Hubungan
Sumber Pendapat
Responden
Interpretasi Kesimpulan
UMKM
Mitra
Ketika mie ayam
mulai populer,
saya langsung
berkonsentrasi
pada pembuatan
mie untuk dijual
melalui para
pedagang.
Sumber : Data Primer, 2010
Struktur Monitoring dan Evaluasi (B1) menjelaskan bahwa
Monitoring dan Evaluasi yang dilakukan dipengaruhi oleh faktor-faktor :
Keberlangsungan Produksi UMKM Mitra, Stock Terigu, dan Kapasitas
Terigu. Pola kecenderungan hubungan sebab akibatnya setiap faktor
dalam struktur Monitoring dan Evaluasi yaitu balancing. Sebutan
balancing untuk menjelaskan bahwa siklus berfikir dan aktivitasnya
berhenti jika standar tercapai, atau terus berjalan siklusnya jika
kesenjangan masih teridentifikasi.
Kesenjangan terjadi pada Keberlangsungan Produksi UMKM
Mitra yang meningkat maka stock terigu juga seharusnya meningkat,
karena faktor pembatas yaitu Kapasitas Terigu, ternyata mengalami
penurunan. Implikasinya stock terigu akan terjaga keberadaannya,
walapun perlu waktu untuk segera menyediakan stock terigu. Jika stock
terigu mudah didapat maka keberlangsungan produksi usahanya dapat
meningkat.
Gambar V.14 berikut memperlihatkan struktur hubungan sebab
akibat dalam Perspektif Kompetensi Usaha dengan Struktur Dasar
Peningkatan Keberlangsungan Produksi.
Dari tabel V.10 dapat dilihat bahwa loop B1 sejalan dengan temuan
lapangan. Artinya, Kompetensi Usaha yang dilakukan oleh UMKM Mitra,
antara lain melakukan Monitoring dan Evaluasi, melalui pembentukan
jaringan pasokan bahan baku untuk kontinuitas usaha.
- 160 -
Gambar V.14 :
Struktur Hubungan Sebab Akibat dalam Perspektif Kompetensi
Usaha dengan Struktur Dasar Monitoring dan Evaluasi (B1)
Tabel V.10 : Perbandingan Struktur Hubungan antar Unsur dengan
Hasil Wawancara untuk Perspektif Kompetensi Usaha dengan
Struktur Dasar Monitoring dan Evaluasi
Struktur
Hubungan
Sumber Pendapat
Responden
Interpretasi Kesimpulan
Semakin tinggi
Keberlangsungan
Produksi UMKM
Mitra, semakin
tinggi Stock
Terigu
Manager
Sebagai
tambahan,
mereka
(UMKM Mitra)
juga
mendapatkan
bantuan dalam
bentuk
keringanan
atau
pengurangan
harga
pembelian
terigu bila unit
usaha ini
berkembang
baik.
Keberlangsungan
Produksi UMKM
Mitra berakibat
pada Stock
Terigu
Keberlangsungan
Produksi UMKM
Mitra
berpengaruh
positif terhadap
Stock Terigu
Keberlangsungan
Produksi UMKM
Mitra
Stock TeriguB1
-
+
Kapasitas Terigu
+
- 161 -
Struktur
Hubungan
Sumber Pendapat
Responden
Interpretasi Kesimpulan
UMKM
Mitra
Kami sudah menjadi
subdistributor
tepung terigu, kerja
toko kami ini
memang tambah
banyak. Maklum,
tepung terigu yang
biasa
didistribusikan,
sedikitnya 10.000
ton dalam sebulan
Semakin tinggi
Stock Terigu,
semakin
menurun
Keberlangsun
gan Produksi
UMKM Mitra
Manager
UMKM
Mitra
UMKM Mitra yang
melaksanakan
praktek sanitasi dan
higienis (memenuhi
syarat kesehatan)
dengan baik dan
konsisten, oleh PT
ISM Tbk Divisi
Bogasari Flour Mills
akan diberikan
penghargaan
berupa keringanan
dalam pembelian
bahan baku.
Terus terang, saya
agak kewalahan
dengan permintaan
yang mengalir,
sehingga yang dari
daerah sementara
ini distop dulu. Saat
ini, rata-rata
menghabiskan 5 sak
tepung terigu Cakra
Kembar dan
Segitiga Biru untuk
produksi roti cane,
dengan jumlah
karyawan 10 orang.
Stock Terigu
berakibat pada
Keberlangsungan
Produksi UMKM
Mitra
Stock Terigu
berpengaruh
negatif terhadap
Keberlangsungan
Produksi UMKM
Mitra
Sumber : Data Primer, 2010
- 162 -
Struktur Peningkatan Omset Usaha (R10) dipengaruhi oleh
faktor-faktor : Pengembangan Produk dan Omset Usaha UMKM Mitra.
Pola kecenderungan perubahan kinerja tiap faktor dalam struktur
Peningkatan Omset Usaha ini dinamis menguat, ditandai oleh
penguatan pada setiap faktornya (reinforcing). Kecenderungan
penguatan ini terjadi karena hubungan yang terbentuk menjelaskan
bahwa jika Pengembangan Produk meningkat maka Omset Usaha
UMKM Mitra juga meningkat. Jika Omset Usaha UMKM Mitra
meningkat maka Pengembangan produk semakin meningkat.
Gambar V.15 berikut memperlihatkan struktur hubungan sebab
akibat dalam Perspektif Kompetensi Usaha dengan Struktur Dasar
Peningkatan Omset Usaha.
Gambar V.15 :
Struktur Hubungan Sebab Akibat dalam Perspektif Kompetensi
Usaha dengan Struktur Dasar Peningkatan Omset Usaha (R10)
Dari tabel V.11 dapat dilihat bahwa loop R10 sejalan dengan
temuan lapangan. Artinya, Kompetensi Usaha yang dilakukan oleh UMKM
Mitra, antara lain melakukan Peningkatan Omset Usaha, yaitu perolehan
keuntungan yang wajar, usaha yang kontinyu, berkesinambungan, dan
berkelanjutan.
Pengembangan
Produk
Omset Usaha
UMKM MitraR10
+
+
- 163 -
Tabel V.11 : Perbandingan Struktur Hubungan antar Unsur dengan
Hasil Wawancara untuk Perspektif Kompetensi Usaha dengan
Struktur Dasar Peningkatan Omset Usaha
Struktur
Hubungan
Sumber Pendapat Responden Interpretasi Kesimpulan
Semakin
tinggi
Pengem-
bangan
Produk
UMKM
Mitra,
semakin
tinggi
Omset
Usaha
Manager
UMKM
Mitra
Kemitraan usaha ini
merupakan suatu wujud
keberpihakan dan
komitmen Bogasari untuk
memberdayakan usaha
kecil, menengah dan
koperasi dengan konsep
tumbuh bersama.
Di Bandung, saya memang
punya bisnis mie, yang
cukup besar, dengan
mesin yang memadai.
Karena pasar di Bandung
rasanya sudah mentok,
saya ingin menjajal pasar
mie Jakarta
Pengembang
an Produk
UMKM Mitra
berakibat
pada Omset
Usaha
Pengem-
bangan
Produk UMKM
Mitra
berpengaruh
positif
terhadap
Omset Usaha
Semakin
tinggi
Omset
Usaha,
semakin
tinggi
Pengem-
bangan
Produk
UMKM Mitra
Manager
UMKM
Mitra
Kinerja masing-masing
anggota UMKM Mitra
selanjutnya diberitakan
melalui Wacana Mitra
untuk mendorong anggota
lain mengembangkan
usahanya.
Cake buatan saya yang
tahan hingga lima hari, tak
pernah dijual sampai
habis masanya. Pada hari
ketiga, saya tarik cake
yang belum laku. Bukan
diobral, karena saya
pantang menjual dengan
harga miring.
Omset Usaha
berakibat
pada
Pengembang
an Produk
UMKM Mitra.
Omset Usaha
berpengaruh
positif
terhadap
Pengem-
bangan
Produk UMKM
Mitra.
Sumber : Data Primer, 2010
- 164 -
Struktur Pemberian Insentif (B2) dipengaruhi oleh faktor-faktor :
Omset Usaha UMKM Mitra, Kapasitas Modal Usaha, dan Modal Usaha.
Struktur Pemberian Insentif menjelaskan bahwa proses pemberian insentif
berupa kredit modal kerja dilakukan secara terstruktur yaitu UMKM yang
mempunyai BMC (Bogasari Mitra Card). Menarik untuk dicermati bahwa
cara-cara terstruktur pemberian insentif bagi UMKM yang memiliki BMC
baik bagi pengembangan UMKM Mitra bahwa struktur hubungan sebab
akibatnya yaitu balancing. Hubungan balancing ini identik dengan
process mode dalam decision making atau identik dengan gagasan
cybernetics. Tahapan yang terkandung dari hal yang identik ini
yaitu bahwa suatu masalah diidentifikasi dari adanya kesenjangan.
Kesenjangan ditentukan dengan membandingkan antara kondisi
aktual dan standar yang digunakan. Dalam hal ini yaitu standar
kelayakan Modal Usaha. Sebutan balancing untuk menjelaskan bahwa
siklus berfikir dan aktivitasnya berhenti jika standar tercapai, atau terus
berjalan siklusnya jika kesenjangan masih teridentifikasi.
Kesenjangan terjadi pada Omset Usaha UMKM Mitra yang
meningkat menyebabkan Kapasitas Modal Usaha meningkat.
Pengelolaan Usaha yang baik, yang senantiasa berjalan selaras
dengan perkembangan masyarakat, konsumen, teknologi, dan situasi
lain-lain di sekitar usaha, justru menurunkan Kapasitas Modal Usaha,
berdasarkan standar kelayakan Modal Usaha. Jika Kapasitas Modal
Usaha meningkat maka Omset Usaha UMKM Mitra akan semakin
meningkat. Gambar V.16 berikut memperlihatkan struktur hubungan
sebab akibat dalam Perspektif Kompetensi Usaha dengan Struktur
Dasar Pemberian Insentif.
- 165 -
Gambar V.16 :
Struktur Hubungan Sebab Akibat dalam Perspektif Kompetensi
Usaha dengan Struktur Dasar Pemberian Insentif (B2)
Dari tabel V.12 dapat dilihat bahwa loop B2 sejalan dengan temuan
lapangan. Artinya, Kompetensi Usaha yang dilakukan oleh UMKM Mitra,
antara lain melalui Pemberian Insentif oleh PT ISM Tbk, Divisi Bogasari
Flour Mills, yaitu pemberian konsultasi usaha di bidang pemasaran, teknik
produksi, analisis peluang usaha baru, perkuatan permodalan dan
bantuan teknis serta peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Tabel V.12 : Perbandingan Struktur Hubungan antar Unsur dengan
Hasil Wawancara untuk Perspektif Kompetensi Usaha dengan
Struktur Dasar Pemberian Insentif
Struktur
Hubungan
Sumber Pendapat
Responden
Interpretasi Kesimpulan
Semakin
tinggi Omset
Usaha UMKM
Mitra,
semakin
tinggi
Kapasitas
Modal Usaha
Manager
UMKM Mitra yang
telah membuka usaha
dapat mengajukan
permintaan bantuan
peralatan dan/atau
mobil roti melalui
paguyuban dan/atau
koperasi.
Omset
Usaha
UMKM Mitra
berakibat
pada
Kapasitas
Modal Usaha
Omset Usaha
UMKM Mitra
berpengaruh
positif terhadap
Kapasitas Modal
Usaha
Omset Usaha
UMKM Mitra
Kapasitas
Modal UsahaB2
-
+
Modal Usaha
+
- 166 -
Struktur
Hubungan
Sumber Pendapat Responden Interpretasi Kesimpulan
UMKM
Mitra
Sebagai pengusaha mie,
dari dulu saya selalu
memakai tepung terigu
Bogasari, tepatnya merek
Cakra Kembar dan Segitiga
Biru. Kebutuhan tepung
terigu untuk produksi, setiap
harinya sekitar 10 sak. Saya
menjalani usaha ini sudah
lama. Jadi, tahu betul jenis
tepung terigu yang cocok
untuk menghasilkan mie
kualitas baik.
Semakin
tinggi
Kapasitas
Modal
Usaha,
semakin
menurun
Omset
Usaha
UMKM Mitra
Manager
UMKM
Mitra
UMKM Mitra dapat meminta
bantuan teknis ke PT ISM
Tbk Divisi Bogasari Flour
Mills, bila yang bersangkutan
menghadapi kesulitan dalam
pengolahan produk,
spesifikasi alat, atau
manajemen usaha
Kapasitas produksinya
sebetulnya masih bisa
digenjot lagi hingga 60 sak
per hari. Permintaan pasar,
masih tinggi. Tapi, untuk
sementara, saya memilih
bertahan di 40 sak dulu.
Selain untuk menjaga tingkat
permintaan agar tetap tinggi,
strategi itu juga dilakukan
sebagai upaya untuk
mempertahankan kualitas.
Kalau kita geber terus,
berarti karyawan harus
banyak lembur. Saya
khawatir, itu bisa
mengganggu konsentrasi
mereka dalam menjaga
kualitas.
Kapasitas
Modal
Usaha
berakibat
pada Omset
Usaha
UMKM Mitra
Kapasitas
Modal Usaha
berpengaruh
negatif
terhadap
Omset Usaha
UMKM Mitra
Sumber : Data Primer, 2010
- 167 -
5. Struktur Hubungan Sebab Akibat dalam Perspektif Akses Usaha
Gambar V.17; V.18; dan V.19 memperlihatkan struktur hubungan
sebab akibat dalam Perspektif Akses Usaha. Hubungan-hubungan
ini memuat 3 (tiga) struktur dasar, yaitu : Pengembangan Pasar;
Mempertahankan Hubungan; dan Hubungan Emosional.
Struktur Pengembangan Pasar (R11) menjelaskan strategi
pengembangan pasar bagi UMKM Mitra. Beberapa hal yang merupakan
kelemahan dari UMKM yaitu masalah memasarkan produk yang
dihasilkan, yaitu membuat barang yang dihasilkan laku dijual sehingga
kegiatan produksi tidak terhenti. Struktur Pengembangan Pasar
dipengaruhi oleh faktor-faktor : Laju Pertumbuhan UMKM Mitra, dan
Permintaan Konsumen.
Pola kecenderungan perubahan kinerja tiap faktor dalam struktur
Pengembangan Pasar ini dinamis menguat, ditandai oleh penguatan pada
setiap faktornya (reinforcing). Kecenderungan penguatan ini terjadi karena
hubungan yang terbentuk menjelaskan bahwa jika Laju Pertumbuhan
UMKM Mitra meningkat maka Permintaan Konsumen meningkat. Jika
Permintaan Konsumen terhadap produk yang dihasilkan meningkat, maka
Laju Pertumbuhan UMKM Mitra semakin meningkat karena produk yang
dihasilkan UMKM Mitra sesuai dengan selera konsumen.
Gambar V.17 berikut memperlihatkan struktur hubungan sebab
akibat dalam Perspektif Akses Usaha dengan Struktur Dasar
Pengembangan Pasar.
- 168 -
Gambar V.17 :
Struktur Hubungan Sebab Akibat dalam Perspektif Akses Usaha
dengan Struktur Dasar Pengembangan Pasar (R11)
Dari tabel V.13 dapat dilihat bahwa loop R11 sejalan dengan
temuan lapangan. Artinya, Akses Usaha UMKM Mitra, antara lain melalui
Pengembangan Pasar oleh PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills, yaitu :
mulai dari pengembangan sumber daya manusia, teknik produksi,
manajemen, dan aspek pemasaran, bantuan permodalan hingga
memberikan kepastian pasokan bahan baku.
Tabel V.13 : Perbandingan Struktur Hubungan antar Unsur dengan
Hasil Wawancara untuk Perspektif Akses Usaha dengan Struktur
Dasar Pengembangan Pasar
Struktur
Hubungan
Sumber Pendapat Responden Interpretasi Kesimpulan
Semakin
tinggi Laju
Pertum-
buhan
UMKM
Mitra,
semakin
tinggi
Permin-
taan
Konsumen
Manager Program BMC sebagai
akses. UMKM merasa
marjinal, maka menjadi
suatu kebanggaan bila
punya BMC. Supaya
getol menaikkan asset,
BMC nya menjadi
tambahan poin. Poin di
uangkan, yang
menambah fasilitas
produksi UMKM
Laju
Pertumbuhan
UMKM Mitra
berakibat
pada
Permintaan
Konsumen
Laju
Pertumbuhan
UMKM Mitra
berpengaruh
positif terhadap
Permintaan
Konsumen
Laju Pertumbuhan
UMKM Mitra
Permintaan
Konsumen
+
+
R11
- 169 -
Struktur
Hubungan
Sumber Pendapat Responden Interpretasi Kesimpulan
UMKM
Mitra
Sukses usaha saya
memang tidak jarang
dibarengi dengan
berbagai cobaan. Mulai
dari heboh formalin dan
boraks, hingga kasus flu
burung. Tapi saya
pantang menyerah dan
tetap konsisten pada
usaha mie ayam.
Semakin
tinggi
Permintaan
Konsumen,
semakin
tinggi Laju
Pertum-
buhan
UMKM Mitra
Manager
UMKM
Mitra
Bogasari mendirikan
depo terigu untuk
mendekatkan ke
konsumen.
Donat bikinan saya,
dijual oleh orang yang
secara rutin
memesannya tetapi
sama sekali belum
pernah bertemu secara
fisik. Pesanan hanya
melalui telepon dan
pembayaran dengan
sistem transfer lewat
rekening bank.
Permintaan
Konsumen
berakibat
pada Laju
Pertumbuhan
UMKM Mitra
Permintaan
Konsumen
berpengaruh
positif terhadap
Laju
Pertumbuhan
UMKM Mitra
Sumber : Data Primer, 2010
Struktur Mempertahankan Hubungan (B3) menjelaskan adanya
keinginan yang kuat antara PT ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills dengan
UMKM Mitra untuk mempertahanankan hubungan kerjasama. Struktur
Mempertahan Hubungan dipengaruhi oleh faktor-faktor : Permintaan
Konsumen, dan Dampak Keterbatasan Produksi.
Pola kecenderungan hubungan sebab akibatnya setiap faktor
dalam struktur Mempertahankan Hubungan yaitu balancing. Sebutan
balancing untuk menjelaskan bahwa siklus berfikir dan aktivitasnya
- 170 -
berhenti jika standar tercapai, atau terus berjalan siklusnya jika
kesenjangan masih teridentifikasi.
Kesenjangan terjadi pada Permintaan Konsumen yang semakin
meningkat terhadap produk hasil UMKM Mitra karena sesuai dengan
selera konsumen, ternyata UMKM Mitra mempunyai keterbatasan
Kemampuan untuk melakukan Produksi, sehingga Produksi yang
dihasilkan mengalami penurunan.
Gambar V.18 berikut memperlihatkan struktur hubungan sebab
akibat dalam Perspektif Akses Usaha dengan Struktur Dasar
Mempertahankan Hubungan.
Gambar V.18 :
Struktur Hubungan Sebab Akibat dalam Perspektif Akses Usaha
dengan Struktur Dasar Mempertahankan Hubungan (B3)
Dari tabel V.14 dapat dilihat bahwa loop B3 sejalan dengan temuan
lapangan. Artinya, Akses Usaha UMKM Mitra, antara lain melalui
Mempertahankan Hubungan dengan PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour
Mills, yaitu : melalui konsep Tumbuh Bersama, UMKM Mitra diukur
konsumsi terigu tumbuh/tidak; jumlah gerobak; jumlah penjaja; dan jumlah
pangkalan.
Permintaan
Konsumen
Dampak
Keterbatasan
Produksi
+
-
B3
- 171 -
Tabel V.14 : Perbandingan Struktur Hubungan antar Unsur dengan
Hasil Wawancara untuk Perspektif Akses Usaha dengan Struktur
Dasar Mempertahankan Hubungan
Struktur
Hubungan
Sumber Pendapat Responden Interpretasi Kesimpulan
Semakin
tinggi
Permintaan
Konsumen,
semakin
tinggi
Dampak
Keterbatasan
Produk.
Manager
UMKM
Mitra
Pemberian motivasi usaha
kepada UMKM Mitra melalui
lomba, studi banding, plant
tour, dan pameran, untuk
merangsang minat
berwiraswasta
(entrepreneurship) dan
inspirasi usaha makanan
berbasis tepung skala kecil
dan menengah.
Jaringan pemasaran segera
dibuat. Saya menjalin
kerjasama dengan
supermarket, warung dan
kantin-kantin sekolah. Di
sanalah produk saya akan
dipajang.
Permintaan
Konsumen
berakibat
pada
Dampak
Keter-
batasan
Produk.
Permintaan
Konsumen
berpe-
ngaruh
positif
terhadap
Dampak
Keterba-
tasan
Produk.
Semakin
tinggi
Dampak
Keterbatasan
Produk,
semakin
menurun
Permintaan
Konsumen
Manager
UMKM
Mitra
Pihak Bogasari selalu
memberi kesempatan agar
paguyuban selalu aktif
dengan kegiatan yang positif.
Misalnya mengisi stand-stand
pameran setempat
…bagaimanapun enaknya
roti, jika pemasaran
amburadul usahanya pasti tak
berumur panjang. Karena itu,
saya bertekad mensajikan
dengan baik.
Dampak
Keterba-
tasan
Produk
berakibat
pada
Permintaan
Konsumen
Dampak
Keterba-
tasan
Produk
berpe-
ngaruh
negatif
terhadap
Permintaan
Konsumen
Sumber : Data Primer, 2010
Struktur Hubungan Emosional (B4) menjelaskan adanya
kesepakatan bersama tentang sistem produksi, sistem pemasaran, sistem
pembayaran, dan transfer teknologi, antara PT ISM Tbk Divisi Bogasari
- 172 -
Flour Mills dengan UMKM Mitra. Struktur Hubungan Emosional
dipengaruhi oleh faktor-faktor : Dampak Keterbatasan Produksi;
Paguyuban UMKM Mitra; Konsultasi dan Bimbingan; dan Produksi UMKM
Mitra.
Pola kecenderungan hubungan sebab akibatnya setiap faktor
dalam struktur Hubungan Emosional yaitu balancing. Sebutan balancing
untuk menjelaskan bahwa siklus berfikir dan aktivitasnya berhenti jika
standar tercapai, atau terus berjalan siklusnya jika kesenjangan masih
teridentifikasi.
Kesenjangan terjadi pada kondisi keterbatasan UMKM Mitra dalam
kegiatan Produksi, yang seharusnya dapat meningkatkan Permintaan
Konsumen, ternyata Permintaan Konsumen mengalami penurunan. Hal
ini terjadi karena UMKM Mitra kurang meminta bantuan pada Paguyuban
UMKM Mitra untuk menambah kekurangan Produksi sesuai standar yang
ditentukan.Sebaliknya jika UMKM Mitra meminta bantuan pada
Paguyuban UMKM Mitra, dimana sebagai Anggota Paguyuban dan
Anggota BMC, akan terdapat pertemuan-pertemuan dan program
kunjungan dari PT ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills. Semakin terjadwal
pertemuan antar anggota BMC maka semakin terprogram kunjungan dari
PT ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills. Dalam Program Kunjungan juga
ada arisan yang diikuti oleh anggota paguyuban, anggota BMC, dan
bogasari. Pertemuan dan arisan yang diadakan berimplikasi pada
perolehan informasi tentang kegiatan produksi, pengelolaan usaha, cara
memperoleh kredit, dan lain-lain informasi yang bermanfaat untuk
meningkatkan usaha. Semakin sering UMKM Mitra yang tergabung dalam
Paguyuban mengadakan pertemuan-pertemuan, maka semakin
meningkat frekuensi Konsultasi dan Bimbingan dari pihak PT ISM Tbk,
Divisi Bogasari Flour Mills. Semakin sering Konsultasi dan Bimbingan
maka diharapkan masalah keterbatasan Produksi UMKM Mitra dapat
diatasi, yaitu dengan bantuan Paguyuban dan Konsultasi serta Bimbingan
dari PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills.
- 173 -
Gambar V.19 berikut memperlihatkan struktur hubungan sebab
akibat dalam Perspektif Akses Usaha dengan Struktur Dasar Hubungan
Emosional.
Gambar V.19 :
Struktur Hubungan Sebab Akibat dalam Perspektif Akses Usaha
dengan Struktur Dasar Hubungan Emosional (B4)
Dari tabel V.15 dapat dilihat bahwa loop B4 sejalan dengan temuan
lapangan. Artinya, Akses Usaha UMKM Mitra, antara lain melalui
Hubungan Emosional dengan PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills,
yaitu : pembentukan paguyuban usaha yang dilakukan sesuai bidang
usaha dan lokasi, misalnya paguyuban mie ayam atau roti di kota tertentu.
Dampak
Keterbatasan
Produksi
Paguyuban
UMKM Mitra
Konsultasi dan
Bimbingan
Produksi
UMKM Mitra
Standar Kinerja
+
+
+
-
+
B4
- 174 -
Tabel V.15 : Perbandingan Struktur Hubungan antar Unsur dengan
Hasil Wawancara untuk Perspektif Akses Usaha dengan Struktur
Dasar Hubungan Emosional
Struktur
Hubungan
Sumber Pendapat
Responden
Interpretasi Kesimpulan
Semakin
tinggi
Dampak
Keterbatasan
Produk,
semakin
tinggi
pembentukan
Paguyuban
UMKM Mitra
Manager
UMKM
Mitra
Proses pembentukan
paguyuban berawal
dari inisiatif pengusaha
lokal yang kemudian
diresmikan oleh PT
ISM Tbk Divisi
Bogasari Flour Mills.
Setelah berhimpun
dalam paguyuban,
saya yakin para
pengusaha lapis legit,
kelak bisa lebih
berkembang lagi.
Sebab, misalnya,
mereka bisa menggali
dan mengembangkan
potensi pasar secara
bersama-sama, tanpa
harus melakukan
perang harga.
Dampak
Keterbatasan
Produk
berakibat
pada
pembentukan
Paguyuban
UMKM Mitra.
Dampak
Keterbatasan
Produk
berpengaruh
positif terhadap
pembentukan
Paguyuban
UMKM Mitra
Semakin
tinggi
pembentukan
Paguyuban
UMKM Mitra,
semakin
tinggi
frekuensi
Konsultasi
dan
Bimbingan
Manager Tidak selamanya
UMKM harus saling
berhadapan untuk
bersaing. Mereka
justru bisa bersatu
dalam kelompok,
menghimpun kekuatan
secara bersama guna
mengoptimalkan
potensi pasar.
Pembentukan
Paguyuban
UMKM Mitra
berakibat
pada
frekuensi
Konsultasi
dan
Bimbingan.
Pembentukan
Paguyuban
UMKM Mitra
berpengaruh
positif terhadap
frekuensi
Konsultasi dan
Bimbingan.
- 175 -
Struktur
Hubungan
Sumber Pendapat Responden Interpretasi Kesimpulan
UMKM
Mitra
….. hampir semua
pengusaha, tercatat
sebagai anggota
koperasi. Namun saya
merasa perlu untuk
menghimpun mereka
dalam wadah tersendiri,
supaya kegiatannya
lebih terfokus. Bentuk
paguyuban juga, saya
pilih supaya lebih luwes
Semakin
tinggi
frekuensi
Konsultasi
dan
Bimbingan,
semakin
tinggi
Produksi
UMKM
Mitra
Manager
UMKM
Mitra
…kegiatan paguyuban
bakal diperluas ke arah
yang bersifat
menunjang usaha
secara langsung,
seperti pengadaan
bahan baku secara
bersama dan
membentuk jaringan
pemasaran yang kuat.
Salah satu cara yang
saya tempuh untuk
memuaskan pedagang,
yaitu dengan
membuat mie yang
bermutu. Sehingga,
pada penilaian tahun
kualitas yang
diselenggarakan oleh
Bogasari, mie buatan
saya menempati
peringkat nasional
ketiga.
Frekuensi
Konsultasi
dan
Bimbingan
berakibat
pada
Produksi
UMKM Mitra
Frekuensi
Konsultasi dan
Bimbingan
berpengaruh
positif terhadap
Produksi UMKM
Mitra
- 176 -
Struktur
Hubungan
Sumber Pendapat
Responden
Interpretasi Kesimpulan
Semakin
tinggi
Produksi
UMKM Mitra,
semakin
menurun
Dampak
Keterbatasan
Produk.
Manager
UMKM
Mitra
Secara rutin kami
bertemu membahas
segala persoalan
usaha juga ada
arisan. Manakala
diperlukan,
penyegaran tentang
manajemen usaha
pun diberikan.
… paguyuban kami
ditantang melakukan
kegiatan promosi
besar-besaran untuk
produk mienya.
Awalnya kami ragu,
tapi, akhirnya,
serentak para
penjaja mie sepakat
menggelar kegiatan.
Apalagi, Ketua
Paguyuban, tak
henti-hentinya
memberi semangat.
Tambah lagi, pihak
Bogasari juga siap
mendukung
sepenuhnya
Produksi
UMKM Mitra
berakibat
pada Dampak
Keterbatasan
Produk.
Produksi
UMKM Mitra
berpengaruh
negatif
terhadap
Dampak
Keterbatasan
Produk.
Sumber : Data Primer, 2010
6. Grafik Behaviour Over Time (BOT) Sistem Archetypes
a) Systems Archetype Success to the Successful
Dalam simulasi ini terdapat tiga alokasi sumber daya, yaitu :
ketrampilan; permodalan; dan promosi usaha. Masing-masing alokasi
sumber daya ini yaitu untuk UMKM Mitra dan UMKM Non Mitra.
Kecenderungan yang terjadi menunjukkan bahwa alokasi sumber daya
lebih banyak untuk UMKM Mitra daripada untuk UMKM Non Mitra,
sehingga kesuksesan UMKM Non Mitra relatif menurun terhadap UMKM
- 177 -
Mitra. Pola perilaku terhadap waktu yang ditunjukkan dari model ini yaitu
satu naik ke atas (UMKM Mitra) dan satunya lagi turun (UMKM Non Mitra).
Berikut yaitu grafik perilaku terhadap waktu (Behavior Over Time)
Model Success to the Successful :
(1) Ketrampilan
Gambar V.20 memperlihatkan grafik hubungan antara Ketrampilan
UMKM Mitra dan Ketrampilan UMKM Non Mitra, dengan Waktu pada
Model Success to the Successful. Pihak pertama, yaitu : UMKM Mitra,
telah memiliki sukses terlebih dahulu, sehingga mendapatkan sumber
lebih baik. Sehingga akhirnya pihak kedua, yaitu : UMKM Non Mitra,
mendapat sumber yang kurang dari pihak pertama. Dan bahkan
selanjutnya akan kehilangan kemampuan sumber ini . Pada
akhirnya akan terlihat grafik pihak pertama yang cenderung akan terus
naik, dan sebaliknya pihak kedua akan cenderung turun. Dengan
bertambahnya waktu terlihat bahwa Kualitas Produk UMKM Non Mitra
akan semakin menurun.
Gambar V.20 : Grafik Hubungan Ketrampilan UMKM Mitra; dan
Ketrampilan UMKM Non Mitra; dengan Waktu
Tahun
Kualitas_Produk_UMKM_Non_Mitra1
Kualitas_Produk_UMKM_Mitra2
2,006 2,007 2,008 2,009 2,010
45,200
45,400
45,600
45,800
1 2
1
2
1
2
1
2
1
2
- 178 -
(2) Permodalan
Gambar V.21 memperlihatkan grafik hubungan antara Permodalan
UMKM Mitra dan Permodalan UMKM Non Mitra, dengan Waktu pada
Model Success to the Successful. Pihak pertama, yaitu : UMKM Mitra,
telah memiliki sukses terlebih dahulu, sehingga mendapatkan sumber
lebih baik. Sehingga akhirnya pihak kedua, yaitu : UMKM Non Mitra,
mendapat sumber yang kurang dari pihak pertama. Dan bahkan
selanjutnya akan kehilangan kemampuan sumber ini . Pada
akhirnya akan terlihat grafik pihak pertama yang cenderung akan terus
naik, dan sebaliknya pihak kedua akan cenderung turun. Dengan
bertambahnya waktu terlihat bahwa Akses ke Bank UMKM Non Mitra
akan semakin menurun.
Gambar V.21 : Grafik Hubungan Permodalan UMKM Mitra; dan
Permodalan UMKM Non Mitra; dengan Waktu
Tahun
Akses_ke_Bank_UMKM_Non_Mitra1
Akses_ke_Bank_UMKM_Mitra2
2,006 2,007 2,008 2,009 2,010
990,000
995,000
1,000,000
1,005,000
1,010,000
1 2
1
2
1
2
1
2
1
2
(3) Promosi Usaha
Gambar V.22 memperlihatkan grafik hubungan antara Promosi Usaha
UMKM Mitra dan Promosi Usaha UMKM Non Mitra, dengan Waktu
pada Model Success to the Successful. Pihak pertama, yaitu : UMKM
Mitra, telah memiliki sukses terlebih dahulu, sehingga mendapatkan
sumber lebih baik. Sehingga akhirnya pihak kedua, yaitu : UMKM Non
- 179 -
Mitra, mendapat sumber yang kurang dari pihak pertama. Dan bahkan
selanjutnya akan kehilangan kemampuan sumber ini . Pada
akhirnya akan terlihat grafik pihak pertama yang cenderung akan terus
naik, dan sebaliknya pihak kedua akan cenderung turun. Dengan
bertambahnya waktu terlihat bahwa Omset Usaha UMKM Non Mitra
akan semakin menurun.
Gambar V.22 : Grafik Hubungan Promosi Usaha UMKM Mitra; dan
Promosi Usaha UMKM Non Mitra; dengan Waktu
Tahun
Omset_Usaha_UMKM_Non_Mitra1
Omset_Usaha_UMKM_Mitra2
2,006 2,007 2,008 2,009 2,010
3,960,000
3,990,000
4,020,000
1 2
1
2
1
2
1
2
1
2
b). Systems Archetype Limit to Success
Dalam simulasi ini terdapat dua kinerja UMKM Mitra, yaitu :
keberlangsungan produksi; dan omset usaha. Masing-masing kinerja
UMKM Mitra ini terdapat proses penguatan dan proses
keseimbangan. Bila usaha meningkat maka kinerja pun akan meningkat.
Dengan meningkatnya kinerja maka usaha yang dilakukan akan terus
bertambah mantap. Namun, karena kinerja berhubungan dengan faktor
pembatas kegiatan, maka penguatan yang dilakukan oleh kinerja akan
memperlambat keberhasilan.
Berikut yaitu grafik perilaku terhadap waktu (Behavior Over Time)
Model Limit to Success :
- 180 -
(1) Keberlangsungan Produksi UMKM Mitra
Pada gambar V.23 terlihat bahwa Keberlangsungan Produksi UMKM
Mitra mula-mula mengalami kenaikan yang cukup drastis, namun
karena adanya faktor pembatas yaitu stock terigu yang tersedia, maka
laju peningkatannya tertahan sehingga kira-kira pada bulan ke-40
jumlah Produksi menjadi konstan. Hal ini diikuti dengan laju Stock
Terigu yang mempunyai kecenderungan kurva yang sama meskipun
jumlahnya berbeda. Sedangkan kurva laju Pengelolaan Usaha
mengalami peningkatan hingga kira-kira pada bulan ke-25, namun
setelah itu laju Pengelolaan Usaha mengalami collapse hingga kira-
kira bulan ke-40 dan selanjutnya konstan.
Gambar V.23 :
Grafik Hubungan antara Keberlangsungan Produksi; Stock Terigu;
dan Pengelolaan Usaha; dengan Waktu pada Model Limit to Success
BULAN
Keberlangsungan_Produksi1
Stock_Terigu2
Pengelolaan_Usaha3
0 20 40 60 80 100
1 Keberlangsungan_Produksi
2 Stock_Terigu
3 Pengelolaan_Usaha
0
1 Keberlangsungan_Produksi
2 Stock_Terigu
40
3 Pengelolaan_Usaha
3
4
1 Keberlangsungan_Produksi
2 Stock_Terigu
80
3 Pengelolaan_Usaha
5
8
1 Keberlangsungan_Produksi
2 Stock_Terigu
120
3 Pengelolaan_Usaha
8
12
1 Keberlangsungan_Produksi
2 Stock_Terigu
160
3 Pengelolaan_Usaha
10
16
1 Keberlangsungan_Produksi
2 Stock_Terigu
200
3 Pengelolaan_Usaha
13
20
1 2
3
1
2
3
1 2
3
1
2
3
1
2
3
1
3
- 181 -
(2) Omset Usaha UMKM Mitra
Pada gambar V.24 terlihat bahwa Omset Usaha UMKM Mitra mula-
mula mengalami kenaikan yang cukup drastis, namun karena adanya
faktor pembatas yaitu kapasitas modal usaha yang tersedia, maka laju
peningkatannya tertahan sehingga kira-kira pada bulan ke-30 jumlah
Omset Usaha menjadi konstan. Hal ini diikuti dengan laju Kapasitas
Modal Usaha yang mempunyai kecenderungan kurva yang sama
meskipun jumlahnya berbeda. Sedangkan kurva laju Pengembangan
Produk mengalami peningkatan hingga kira-kira pada bulan ke-20,
namun setelah itu laju Pengembangan Produk mengalami collapse
hingga kira-kira bulan ke-30 dan selanjutnya konstan.
Gambar V.24 : Grafik Hubungan antara Omset Usaha; Kapasitas
Modal Usaha; dan Pengembangan Produk; dengan Waktu pada
Model Limit to Success
BULAN
Omset_Usaha1
Kapasitas_Modal_Usaha2
Pengembangan_Produk3
0 20 40 60 80 100
1 Omset_Usaha
2 Kapasitas_Modal_Usaha
10
3 Pengembangan_Produk
0
1 Omset_Usaha
2 Kapasitas_Modal_Usaha
176
3 Pengembangan_Produk
22
28
1 Omset_Usaha
2 Kapasitas_Modal_Usaha
342
3 Pengembangan_Produk
44
56
1 Omset_Usaha
2 Kapasitas_Modal_Usaha
508
3 Pengembangan_Produk
66
84
1 Omset_Usaha
2 Kapasitas_Modal_Usaha
674
3 Pengembangan_Produk
88
112
1 Omset_Usaha
2 Kapasitas_Modal_Usaha
840
3 Pengembangan_Produk
110
140
1 2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
3
c). Systems Archetype Growth and Under Investment
Pada gambar V.25 terlihat bahwa Permintaan Konsumen dari awal
tahun selalu mengalami pertumbuhan, sementara Produksi UMKM
- 182 -
Mitra pada mulanya memang mampu memenuhi Permintaan
Konsumen, tetapi akhirnya justru mengalami penurunan.
Pertumbuhan UMKM Mitra yang eksponensial lebih disebabkan
asumsi tidak adanya UMKM Mitra yang gagal dalam jumlah yang
besar dan fraksi pertumbuhan yang cukup berarti. Sementara
Produksi UMKM Mitra yang turun drastis disebabkan faktor
Bimbingan dan Konsultasi, dan Standar Kinerja yang bersifat
membatasi pertumbuhannya.
Gambar V.25 : Grafik Hubungan antara Promosi Perdagangan;
Konsultasi dan Bimbingan; dengan Waktu pada Model Growth and
Under Investment
BULAN
Permintaan_Konsumen1
Produksi_UMKM_Mitra2
0 50 100 150 200
1 Permintaan_Konsumen
2 Produksi_UMKM_Mitra
1,000
1 Permintaan_Konsumen
2 Produksi_UMKM_Mitra
1,940
1,380
1 Permintaan_Konsumen
2 Produksi_UMKM_Mitra
2,880
1,760
1 Permintaan_Konsumen
2 Produksi_UMKM_Mitra
3,820
2,140
1 Permintaan_Konsumen
2 Produksi_UMKM_Mitra
4,760
2,520
1 Permintaan_Konsumen
2 Produksi_UMKM_Mitra
5,700
2,900
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
Standar Kinerja seperti yang diperlihatkan pada Gambar V.26
menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun. Hal ini
disebabkan sumber daya yang dimilki UMKM Mitra untuk
melakukan Produksi yang makin menurun dengan
bertambahnya waktu.
- 183 -
Gambar V.26 :
Grafik Hubungan antara Standar Kinerja dengan Waktu dalam Fungsi
Graph
BULAN
St
a
n
da
r_
Ki
n
e
rja
0 50 100 150 200
2
4
6
8
10
7. Kemitraan yang saling menguntungkan antara UMKM dengan PT
ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills
Kemitraan usaha antara UMKM dengan PT ISM Tbk, Divisi
Bogasari Flour Mills ini merupakan suatu wujud keberpihakan dan
komitmen Bogasari untuk memberdayakan usaha kecil, menengah dan
koperasi dengan konsep tumbuh bersama. Pola kerjasama kemitraan
yang dirancang PT ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills berdasarkan hal-
hal sebagai berikut :
• Prinsip Kerjasama : saling membutuhkan, saling menguntungkan, dan
saling memperkuat.
• Dasar Kerjasama : pada tata nilai membangun kemandirian dalam
suasana keterbukaan dan kebersamaan untuk tumbuh bersama, yang
terukur pada keberhasilan nilai tambah
• Kaidah Usaha : perolehan keuntungan yang wajar, usaha yang
kontinyu, berkesinambungan, dan berkelanjutan
- 184 -
Secara prinsip aktivitas kemitraan harus berazas saling
menguntungkan. Dengan saling menguntungkan akan membuat usaha
menjadi langgeng dan lebih luas. Selain itu untuk menambah daya saing
usaha sikap sukarela juga diperlukan. Demikian pula kemitraan usaha
yang terjadi antara UMKM Mitra dengan PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour
Mills, melalui kemitraan tumbuh bersama. Prinsip kemitraan tumbuh
bersama yang mengandung azas kebersamaan menjadi semakin penting
dalam konteks kemitraan, karena membangun kemitraan yaitu sama
dengan membangun efisiensi usaha sehingga terjadi spesialisasi produksi
yang saling melengkapi. Ketika sebuah investasi besar masuk ke dalam
wilayah tertinggal dan perlahan-lahan membangun kemitraan dengan
usaha lokal yang kecil, maka akan tercipta saling ketergantungan.
Ketergantungan ini akan mempersulit usaha besar memindahkan aset
usaha ke wilayah lain sedangkan dari sisi pengusaha lokal akan tercipta
rasa memiliki karena output usaha lokal akan memiliki nilai ekonomi ketika
dipadukan dengan output usaha besar. Selain itu, kemitraan juga dapat
mereduksi kemiskinan lokal karena terdapat sharing aktivitas ekonomi dari
usaha skala besar.4
Kemitraan yang berazas saling menguntungkan antara PT ISM Tbk
Divisi Bogasari dengan UMKM Mitra, dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Keuntungan Kemitraan bagi PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills
yaitu :
a. Membangun kebersamaan dan penguatan sesama pelaku bisnis.
Dengan demikian azas kebersamaan menjadi semakin penting
dalam konteks kemitraan karena membangun kemitraan yaitu
sama dengan membangun efisiensi usaha sehingga terjadi
spesialisasi produksi yang saling melengkapi.
b. Memenuhi kebutuhan dalam menjaga kinerja kompetitif
perusahaan. Dalam tabel berikut terlihat bahwa pangsa pasar
terbesar terigu secara nasional yaitu terigu dari PT ISM Tbk,
Divisi Bogasari Flour Mills.
4
Franciscus Welirang, op.cit.
Tabel V.
PT ISM Tbk, Divisi
PT Eastern
PT Sriboga
PT Pangan Mas
PT Pundi Kencana
Perusahaan Lain
Impor
Sumber : Asosiasi
c. Terjalinnya
dalam sektor yang sama atau yang related.
berkembangnya UMKM Mitra maka pangsa pasar terigu Bogasari
semakin berkembang, karena sebagian
Bogasari yaitu UMKM (65 %).
Gambar V.27 : Konsumen Terigu Bogasari
Sumber : Data Sekunder PT ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills
2. Keuntungan Kemitraan bagi UMKM Mitra PT ISM Tbk, Divisi Bogasari
Flour Mills, yaitu :
a. Program kemitraan
UMKM yang bermitra karena pemberdayaannya dilakukan untuk
seluruh aspek usaha, mulai dari pengembangan sumber daya
20%
10%
Universitas Indonesia
Tabel V.16 : Pangsa pasar tepung terigu nasional
PERUSAHAAN
PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills
Eastern Pearl Flour Mills
Sriboga Ratu Raya
Pangan Mas Inti Persada
Pundi Kencana
Perusahaan Lain
Sumber : Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO
Terjalinnya usaha yang berkesinambungan dan berkelanjutan
dalam sektor yang sama atau yang related.
berkembangnya UMKM Mitra maka pangsa pasar terigu Bogasari
semakin berkembang, karena sebagian besar konsumen terigu
Bogasari yaitu UMKM (65 %).
Gambar V.27 : Konsumen Terigu Bogasari
Sumber : Data Sekunder PT ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills
Keuntungan Kemitraan bagi UMKM Mitra PT ISM Tbk, Divisi Bogasari
Flour Mills, yaitu :
kemitraan ini cukup berpotensi untuk mengembangkan
yang bermitra karena pemberdayaannya dilakukan untuk
seluruh aspek usaha, mulai dari pengembangan sumber daya
65%
20%
10% 5%
UMKM
ISM
Industri
Rumah Tangga
- 185 -
g terigu nasional
PANGSA
57,3
10,3
5,5
3,2
0,4
7,8
15,5
Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO, 2009)
sinambungan dan berkelanjutan
dalam sektor yang sama atau yang related. Dengan
berkembangnya UMKM Mitra maka pangsa pasar terigu Bogasari
besar konsumen terigu
Gambar V.27 : Konsumen Terigu Bogasari
Sumber : Data Sekunder PT ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills
Keuntungan Kemitraan bagi UMKM Mitra PT ISM Tbk, Divisi Bogasari
ini cukup berpotensi untuk mengembangkan
yang bermitra karena pemberdayaannya dilakukan untuk
seluruh aspek usaha, mulai dari pengembangan sumber daya
UMKM
Industri
Rumah Tangga
- 186 -
manusia, teknik produksi, manajemen, dan aspek pemasaran,
bantuan permodalan hingga memberikan kepastian pasokan bahan
baku.
b. UMKM lebih memilih untuk memakai tepung terigu Bogasari
karena kualitas produknya dan kemudahan memperoleh produk
tepung terigu Bogasari dibandingkan tepung terigu merk lain.
Pilihan kualitas produk tepung yang digunakan berkaitan erat
dengan modal yang dimiliki UMKM.
Kualitas tepung terigu dapat dilihat dari kandungan proteinnya.
Sebagaimana diketahui bahwa tepung terigu yaitu bahan yang
diambil (ekstrak) dari bagian dalam (endosperm) biji gandum,
berwarna putih sedikit kekuningan dan mengandung protein yang
disebut gluten. Gluten merupakan protein yang tidak larut dalam
air, bersifat kenyal dan elastis. Berikut yaitu tabel perbandingan
kualitas tepung terigu dari beberapa merk tepung terigu di
Indonesia.
Tabel V.17 : Perbandingan Kualitas Tepung Terigu
NO MERK TEPUNG TERIGU KANDUNGAN
PROTEIN
KETERANGAN
1.a Cakra Kembar (PT ISM Tbk
Divisi Bogasari FM)
13,5 – 14,5 % Untuk pembuatan Roti,
Mie, dan Martabak
b Gerbang (PT Eastern Pearl
FM)
14,5 % Untuk pembuatan Roti
c Seri Naga (PT Sriboga Ratu
Raya)
8 – 9 % Untuk pembuatan Mie
2.a Segitiga Biru (PT ISM Tbk
Divisi Bogasari FM)
11,5 – 12,5 % Untuk pembuatan
aneka makanan
b Gunung (PT Eastern Pearl FM) 13 % Untuk pembuatan
aneka makanan
c Seri Beruang (PT Sriboga Ratu
Raya)
10 – 11 % Untuk pembuatan
aneka makanan
- 187 -
NO MERK TEPUNG TERIGU KANDUNGAN
PROTEIN
KETERANGAN
3.a Kunci Biru (PT ISM Tbk Divisi
Bogasari FM)
11 % Untuk pembuatan
cake, biscuits, dan
wafer
b Pirana (PT Eastern Pearl FM) 13 % Untuk pembuatan
donut, cake, sweat
bread/bun
c Seri Pita (PT Sriboga Ratu
Raya)
8 – 9 % Untuk pembuatan
cake, biscuits, dan
cookies
Sumber : Diolah dari berbagai sumber
Dari tabel V.18 terlihat bahwa walaupun kandungan protein tepung
terigu produk PT Eastern Pearl FM lebih tinggi dibanding tepung
terigu merk lain, namun tepung terigu produk PT Eastern Pearl FM
tidak mudah diperoleh di pasar. Sehingga UMKM lebih memilih
tepung terigu produk PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills,
karena mudah didapat di pasar dan kualitasnya terjamin.
B. Faktor Pengungkit (Leverage)
Untuk menjawab perumusan masalah kedua, yaitu penentuan
leverage, maka dari masing-masing model Systems Archetype pada
UMKM Mitra PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills, dianalisis leverage-
nya. Disamping itu, dalam penelitian ini ditentukan juga leverage dari
gabungan ketiga systems archetype yang digunakan.
Penentuan faktor leverage ini akan memudahkan untuk
meningkatkan kinerja UMKM Mitra. Komponen leverage merupakan
komponen yang sangat dominan dalam mempengaruhi perilaku
komponen lainnya. Jika terjadi perubahan pada komponen ini, otomatis
akan terjadi perubahan pada komponen lainnya. Dengan kata lain, jika
ingin memperkuat komponen lainnya maka tindakan pertama yang harus
dilakukan yaitu memperkuat komponen leverage.
- 188 -
Systems Archetype yang digunakan dan akan ditentukan leverage-
nya, yaitu : Model Success to The Successful; Limit to Success; dan
Growth and Under Investment, sebagai berikut :
1) Leverage pada Model Success to the Successful, yaitu :
• Memperluas sumber daya yang terbatas.
• Alokasi sumber daya secara objektif berdasarkan strategi
kebutuhan yang lebih baik.
• Alokasi tujuan hanya dapat dilakukan jika langkah-langkah
dan sasaran strategis dapat ditentukan.
Dalam Sistem Model UMKM Mitra PT ISM Tbk, Divisi Bogasari
Flour Mills, leverage untuk Model Success to the Successful yaitu
sebagai berikut :
(a) Alokasi Sumber Daya : Ketrampilan
Strategi yang mungkin dilakukan yaitu dengan memperluas
sumber daya yang terbatas, dalam hal ini yaitu Ketrampilan,
bagi UMKM Non Mitra. Dengan kata lain, bagi UMKM Non Mitra
dapat meningkatkan ketrampilannya dengan mengikuti
pelatihan yang diadakan oleh PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour
Mills, misalnya mengikuti Bogasari Baking Center.
(b) Alokasi Sumber Daya : Permodalan
Strategi yang mungkin dilakukan yaitu dengan memperluas
sumber daya yang terbatas, dalam hal ini yaitu Permodalan,
bagi UMKM Non Mitra. Dengan kata lain, bagi UMKM Non Mitra
dapat meningkatkan kapasitas modalnya dengan menjadi
anggota Bogasari Mitra Card (BMC).
(c) Alokasi Sumber Daya : Promosi Usaha
Strategi yang mungkin dilakukan yaitu dengan memperluas
sumber daya yang terbatas, dalam hal ini yaitu Promosi
- 189 -
Usaha, bagi UMKM Non Mitra. Dengan kata lain, bagi UMKM
Non Mitra dapat menjadi UMKM Mitra untuk mengikuti promosi
usaha yang diadakan oleh PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour
Mills, misalnya mengikuti pameran, lomba-lomba, ataupun
Expo.
2) Leverage pada Model Limit to Success, yaitu :
• Pertumbuhan dalam sistem yaitu terbatas
• Antisipasi apa keterbatasan yang akan datang
• Memonitor dan mengelola sistem untuk mengurangi dampak
keterbatasan
• Mengubah sistem sehingga tidak bergantung pada sumber
daya tunggal terbatas
Dalam Sistem Model UMKM Mitra PT ISM Tbk, Divisi Bogasari
Flour Mills, leverage untuk Model Limit to Success yaitu sebagai
berikut :
(a) Kinerja : Keberlangsungan Produksi UMKM Mitra
Strategi yang mungkin dilakukan yaitu dengan mengantisipasi
unsur keterbatasan yang akan datang, dan memonitor serta
mengelola sistem untuk mengurangi dampak keterbatasan atau
mengubah sistem sehingga tidak bergantung pada sumber
daya, tunggal terbatas. Dalam hal ini, unsur keterbatasan yang
ada yaitu stock terigu, sehingga tindakan yang dapat
dilakukan oleh PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills dengan
UMKM Mitra yaitu bersama-sama memonitor serta mengelola
stock terigu sehingga pengelolaan usaha UMKM Mitra dapat
meningkat dan akan meningkatkan kualitas produk UMKM
Mitra.
(b) Kinerja : Omset Usaha UMKM Mitra
Strategi yang mungkin dilakukan yaitu dengan mengantisipasi
unsur keterbatasan yang akan datang, dan memonitor serta
- 190 -
mengelola sistem untuk mengurangi dampak keterbatasan atau
mengubah sistem sehingga tidak bergantung pada sumber daya
tunggal terbatas. Dalam hal ini, unsur keterbatasan yang ada
yaitu kapasitas modal usaha, sehingga tindakan yang dapat
dilakukan oleh PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills dengan
UMKM Mitra yaitu bersama-sama memonitor serta mengelola
modal usaha sehingga pengembangan produk UMKM Mitra
dapat meningkat dan akan meningkatkan omset usaha UMKM
Mitra. Pengelolaan modal usaha antara lain melalui skenario
kredit modal usaha, dimana PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour
Mills membuka akses ke Bank untuk mengucurkan dana kredit
bagi UMKM Mitra yang menjadi anggota Bogasari Mitra Card
(BMC). Disamping itu, perlu dilakukan sosialisasi bagi UMKM
Mitra tentang manfaat kredit bagi UMKM Mitra dengan merubah
wacana UMKM Mitra yang selama ini beranggapan bahwa
‘kredit’ merupakan hal yang negatif, menjadi hal yang positif
yaitu sebagai peluang untuk meningkatkan investasi,
meningkatkan income, dan meningkatkan saving, sehingga
omset usaha semakin meningkat.
3) Leverage pada Model Growth and Under Investment, yaitu :
• Mengidentifikasi faktor apa yang akan menjadi penghambat
pertumbuhan yang sulit untuk berubah karena didasarkan
pada tujuan menjaga keuntungan (profit), efisiensi biaya
yang tidak perlu.
• Jika ada waktu delay antara peningkatan kapasitas
pertumbuhan, maka tindakan yang diambil yaitu sebelum
delay, bukan sesudah delay. Karena permintaan tidak akan
berulang.
Dalam Sistem Model UMKM Mitra PT ISM Tbk, Divisi Bogasari
Flour Mills, leverage untuk Model Growth and Under Investment
yaitu sebagai berikut :
- 191 -
• Strategi yang diambil untuk peningkatan kapasitas produksi
yaitu : peningkatan kapasitas produksi ditanggung bersama oleh
UMKM Mitra produk sejenis yang tergabung dalam Paguyuban.
• Pembentukan paguyuban usaha dilakukan sesuai bidang usaha
dan lokasi, misalnya paguyuban mie ayam atau roti di kota
tertentu. Proses pembentukan paguyuban ini berawal dari
inisiatif pengusaha lokal yang kemudian diresmikan oleh PT
ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills. Paguyuban yang terbentuk
memiliki standar kinerja yang mendukung peningkatan
kapasitas produksi.
Disamping penentuan leverage dari masing-masing Systems
Archetype, ditentukan juga leverage yang merupakan gabungan dari
ketiga Systems Archetype yang digunakan. Penentuan leverage
gabungan ini yaitu untuk memperkuat komponen lainnya yaitu
komponen-komponen yang terdapat pada UMKM Mitra. Dengan
memakai software vensim maka diperoleh hasil leverage gabungan
dari ketiga Systems Archetype yang digunakan, yaitu :
1. Leverage Kualitas Produk dengan jumlah loop sebanyak 19 loop.
2. Leverage Omset Usaha dengan jumlah loop sebanyak 18 loop.
3. Leverage Promosi Usaha dengan jumlah loop sebanyak 15 loop.
Berdasarkan leverage yang diperoleh dari gabungan ketiga Systems
Archetype yang digunakan ini , maka strategi yang dapat dilakukan
untuk pengembangan UMKM Mitra yaitu :
1. Menjaga Kualitas Produk UMKM Mitra;
2. Meningkatkan Omset Usaha UMKM Mitra;
3. Mengembangkan Promosi Usaha UMKM Mitra.
C. Analisis Akhir Terhadap Simulasi
Dari analisis dengan memakai model archetypes pada UMKM
Mitra, diperoleh simpulan sementara sebagai berikut :
- 192 -
1. Terdapat 3 (tiga) struktur dasar dari model archetypes success to the
successful, yaitu : struktur dasar ketrampilan, struktur dasar
permodalan, dan struktur dasar promosi usaha.
2. Terdapat 2 (dua) struktur dasar dari model archetypes limit to success,
yaitu : struktur dasar kualitas produk dan struktur dasar omset usaha.
3. Terdapat 1 (satu) struktur dasar dari model archetypes growth and
under investment, yaitu : struktur dasar pertumbuhan usaha dan
promosi.
Pada analisis teori kemitraan, model archetypes pada UMKM Mitra
ini memberikan gambaran lebih jauh dari pengembangan kemitraan. Bila
Eriyanto menjelaskan teori kemitraan partisipatif dilihat dari 4 (empat)
aspek, yaitu : (a) aspek bisnis; (b) aspek kesejahteraan sosial; (c) aspek
partisipasi (para pelaku kemitraan); dan (d) aspek sosiologi, hasil
penelitian ini menyumbangkan pemikiran tentang pola kemitraan tumbuh
bersama, yang dilihat dari 3 (tiga) perspektif, yaitu : (a) perspektif
informasi usaha; (b) perspektif kompetensi usaha; dan (c) perspektif akses
usaha. Dengan demikian, penelitian ini dapat dibedakan dengan
penelitian-penelitian terdahulu, dalam hal :
1. Adanya celah potensi kemitraan yang masih dapat dikembangkan
di masa mendatang;
2. Pada UMKM Mitra, pengukuran informasi usaha diberikan secara
terbuka dan berkesinambungan melalui program kunjungan oleh
PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills, yaitu informasi tentang
adanya pelatihan ketrampilan, permodalan, dan promosi usaha.
3. Pada UMKM Mitra, pengukuran kompetensi usaha tidak hanya
pada unsur bantuan permodalan, tetapi juga pada unsur kualitas
produk dan omset usaha. Disamping itu juga terdapat unsur
monitoring dan evaluasi serta pemberian insentif bagi UMKM Mitra,
agar tetap konsisten dalam meningkatkan kompetensi usahanya;
4. Pada UMKM Mitra, pengukuran akses usaha dalam rangka
pengembangan pasar, dilakukan sebagai bentuk support melalui
- 193 -
kemitraan yang terjalin disesuaikan dengan budaya masyarakat
setempat dengan dibentuknya paguyuban.
5. Leverage pada kemitraan UMKM dengan 3 (tiga) pemodelan
Archetype secara detail, sebagai berikut :
a. Leverage pada Archetype Success to the Successful terdapat
pada sumber daya Ketrampilan, Permodalan, dan Promosi
Usaha.
b. Leverage pada Archetype Limit to Success terdapat pada
kinerja Kualitas Produk dan Omset Usaha.
c. Leverage pada Archetype Growth and Under Investment
terdapat pada strategi peningkatan kapasitas produksi yang
ditanggung bersama oleh UMKM Mitra produk sejenis yang
tergabung dalam Paguyuban.
6. Leverage gabungan dari 3 (tiga) pemodelan systems archetype
yang digunakan pada kemitraan UMKM, sebagai berikut :
a. Leverage Kualitas Produk;
b. Leverage Omset Usaha;
c. Leverage Promosi Usaha
Perbedaan ini dapat dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel V.18
Perbandingan Indikator Kemitraan UMKM-Usaha Besar
No Pendapat Ahli Indikator
1 Phil Harkins
(2002)
1. Hubungan kerjasama
2. Kepercayaan (trust)
3. Komunikasi
2 Eko Nurmianto,
Arman Hakim
Nasution, dan
Syafril Syafar
(2004)
1. Efektivitas
2. Profesionalitas
3. Pembinaan
4. Pengawasan
5. Modal
6. Potensi pengembangan
7. Prosedur birokrasi
- 194 -
No Pendapat
Ahli
Indikator
3 Stephen M.
Dent (2006)
1. Keterbukaan (openness)
2. Kreativitas (creativity)
3. Kecepatan (agility)
4. Kelenturan (resiliency)
4 Zimmerer
dan
Scarborough
(2005)
• Kelebihan Kemitraan
1. Mudah pendiriannya
2. Keterampilan saling melengkapi
3. Pembagian Laba
4. Pengumpulan modal lebih besar
5. Kemampuan menarik anggota mitra terbatas
6. Tidak banyak peraturan pemerintah
7. Keluwesan
8. Pajak
• Kelemahan Kemitraan
1. Kewajiban yang terbatas
2. Akumulasi modal
3. Kesulitan menyingkirkan anggota kemitraan tanpa
membubarkan kemitraan
4. Kurangnya kesinambungan
5. Potensi Konflik pribadi dan wewenang
5 Franciscus
Welirang
(2002)
1. Bersifat Bisnis
2. Saling membutuhkan
3. Saling percaya
4. Sukarela
5. Disiplin
6. Saling menguntungkan
7. Accountable
8. Saling memperkuat
- 195 -
No Pendapat
Ahli
Indikator
6 Martani
Huseini
(1991)
1. Model Kemitraan Inti Plasma : kemitraan antara usaha
menengah/usaha besar sebagai inti, dengan usaha kecil
sebagai plasma. Perusahaan menengah/besar
menyediakan sarana produksi, bimbingan teknis,
manajemen, menampung, mengolah, dan memasarkan
hasil produksi, disamping tetap memproduksi kebutuhan
perusahaannya. Sedangkan usaha kecil memenuhi
kebutuhan perusahaan menengah/besar sesuai
persyaratan yang yang disepakati.
2. Model Kemitraan Sub Kontrak : kemitraan antara usaha
menengah/usaha besar dengan usaha kecil, dimana
usaha kecil sebagai mitra memproduksi kebutuhan yang
diperlukan oleh usaha menengah/usaha besar.
3. Model Kemitraan Keterkaitan Dagang : apabila usaha
menengah/besar membeli atau mengadakan dari usaha
kecil, untuk dijual kembali, baik disertai proses
pengolahan atau penyempurnaan maupun tidak.
4. Model Kemitraan Keterkaitan Operasional : kemitraan
antara usaha menengah/besar dengan usaha kecil,
dimana usaha menengah/besar berperan memenuhi
kebutuhan operasional usaha kecil yang menjadi
mitranya.
5. Model Kemitraan Keagenan : pola hubungan kemitraan
dimana usaha kecil diberi hak khusus untuk memasarkan
barang dan jasa dari usaha menengah/usaha besar
sebagai mitranya.
6. Model Kemitraan Waralaba : pola hubungan kemitraan
antara usaha menengah/besar dengan usaha kecil,
dimana usaha besar memberikan hak lisensi, merk
dagang, saluran distribusi perusahaan kepada usaha
kecil sebagai mitranya.
- 196 -
No Pendapat
Ahli
Indikator
7 Eriyanto
(2006)
1. Model Kemitraan Partisipatif, terdiri dari 4 (empat) aspek,
yaitu :
a. Aspek Bisnis untuk menjamin kelayakan usaha
b. Aspek Kesejahteraan Sosial untuk menjamin
manfaat usaha
c. Aspek Partisipasi (para pelaku kemitraan) untuk
menjamin keberlanjutan usaha
d. Aspek Sosiologi untuk menjamin teknik dan mutu
produksi (kualitas produksi)
2. Model Kemitraan Alih Teknologi, terdapat 2 (dua) aspek
yang digunakan, yaitu :
a. Aspek Partisipasi/Kooperasi (pelaku kemitraan) untuk
menjamin keberlanjutan usaha
b. Aspek Kompetisi
8 Slamet P.
Santoso
(2001)
1. Bantuan Informasi
2. Bantuan teknik spesifikasi produk/komponen
3. Bantuan keuangan (pinjaman lunak atau pembayaran
uang muka)
4. Bantuan pengadaan bahan baku/mesin/peralatan
5. Latihan teknis, manajemen, organisasi
6. Bantuan untuk mencari pembeli-pembeli lain
9 Mudrajat
Kuncoro
(2007)
1. Pola keterkaitan langsung, yaitu :
a. Pola Inti (usaha besar) – Plasma (usaha kecil)
b. Pola Dagang : usaha besar sebagai pemasar produk
dari mitra usahanya
c. Pola Vendor : produk yang dihasilkan usaha kecil
tidak ada hubungannya dengan produk yang
dihasilkan usaha besar
d. Pola Subkontrak : produk yang dihasilkan usaha kecil
merupakan bagian proses produksi usaha yang
dilakukan usaha besar, lalu terdapat interaksi dalam
bentuk keterkaitan teknis, keuangan, dan informasi.
2. Pola keterkaitan tidak langsung merupakan pola
pembinaan murni, tidak ada hubungan bisnis langsung
antara usaha besar dengan mitra usahanya.
- 197 -
No Pendapat
Ahli
Indikator
10 Ina
Primiana
(2009)
1. Pola Dagang
2. Pola Vendor
3. Pola Sub Kontrak
4. Pola Pembinaan
11 Keppres RI
No. 127
(2001)
Kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah
atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan
pengembangan oleh usaha menengah atau usaha
besar, dengan prinsip : saling memerlukan, saling
memperkuat, dan saling menguntungkan
12 Jonathan
Levin
.jpeg)
