penyakit anjing 1
Dermatofitosis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh dermatofita. Tujuan dilakukan
pemeriksaan pada anjing kasus adalah untuk mengetahui agen penyakit yang menyebabkan terjadinya
banyak lesi pada kulit anjing tesebut. Pada pemeriksaan klinis terdapat kelainan seperti ditemukan lesi
yang terdiri dari kombinasi alopesia anular, hiperkeratosis, makula, sisik dan krusta. Lesi-lesi tersebut
ditemukan di bagian daun telinga, wajah, kaki depan, kaki belakang dan bagian perut. Anjing
mengalami pruritis pada bagian-bagian yang terdapat lesi. Kemudian bagian-bagian lesi tersebut
dikerok dibagian pinggir lesi menggunakan KOH 10% dan swab. Dari hasil kerokan ditemukan
arthrospora dengan bentukan bulat-bulat bening. Pada pemeriksaan mikroskopis rambut (trikogram)
terlihat rambut mengalami kerusakan pada batangnya. Pemeriksaan Wood’s Lamp menunjukkan hasil
negatif. Pada pemeriksaan darah lengkap monositosis dan limfositosis menandakan adanya infeksi
oleh fungi. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan klinis dan laboratoris, dapat
disimpulkan bahwa anjing lokal bernama Bleky didiagnosa suspect dermatofitosis.
Dermatofitosis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh kapang dermatofita.
Kapang atau cendawan merupakan salah satu jenis parasit yang terdiri atas genus
Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. Berbagai spesies dari tiga genus kapang
ini dapat menginfeksi kulit, bulu/rambut dan kuku/tanduk dalam berbagai intensitas infeksi
Dari ribuan spesies yang berbeda, hanya beberapa jamur yang
memiliki kemampuan untuk menyebabkan penyakit pada hewan ,
Dermatofita akan menginfeksi kulit superfisial dengan satu atau lebih spesies jamur
yang umumnya bersifat keratofilik seperti Microsporum sp, Trichophyton sp, dan
Epidermophyton sp. Dermatofita umum yang menginfeksi hewan dibagi menjadi 3 atau 4
kelompok berdasarkan habitat alami mereka. Dermatofita yang paling umum menginfeksi
anjing dan kucing adalah Microsporum canis , Dermatofitosis dapat
menginfeksi kulit, rambut, atau kuku. Pada anjing, sekitar 70% penderita ringworm
disebabkan kapang Microsporum canis, 20% oleh M. gypseum, dan 10% oleh Trichophyton
mentagrophytes ,
Dermatofita sering ditemukan di rambut dan lapisan keratin kulit karena dapat
memakan protein keratin ,Mortalitas penyakit rendah, namun demikian
kerugian ekonomis dapat terjadi karena kerusakan kulit dan rambut atau bobot badan turun
karena hewan menjadi tidak tenang serta adanya risiko zoonosis yang ditimbulkan oleh M.
canis
Signalement
Anjing bernama Bleky, ras lokal, jenis kelamin jantan, umur 1 tahun 6 bulan, berat
badan 14 kg.
Anamnesa
Anjing menderita sakit kulit selama 6 bulan terakhir. Anjing jarang dimandikan oleh
pemiliknya dan tidak pernah dikandangkan, dibiarkan. Diberikan pakan berupa nasi yang
dicampurkan dengan ayam.
Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan pemeriksaan fisik diperoleh data anjing bernama Bleky berupa suhu
tubuhnya normal 38,2 ○C, Respirasi 33x/menit, denyut jantung 83x/menit, pulsus 80x/menit,
CRT < 2 detik, kulit banyak terdapat lesi.
Gejala dan Tanda Klinis
Beberapa gejala klinis yang terlihat adalah anjing mengalami kegatalan pada bagian
tubuh yang terdapat lesi. Sedangkan tanda klinis yang terlihat seperti adanya alopesia anular
pada daerah daun telinga, kaki depan, kaki belakang, leher dan kelopak mata. Sisik
ditemukan di bagian kaki depan, kaki belakang dan perut. Krusta di bagian kaki belakang.
Makula terdapat pada daerah kaki depan dan kaki belakang. Hiperkeratosis pada kaki
belakang.
Pemeriksaan Kerokan Kulit dan Wood’s Lamp
Pemeriksaan secara mikroskopis dilakukan terhadap sampel kerokan kulit dan rambut.
Dilakukan dengan metode natif/langsung dengan cara mengerok pinggiran atau tepi lesi dan
debris-debris menggunakan scapel. Kemudian ditaruh di atas objek glas kemudian ditutup
dengan cover glas. Setelah itu, diberikan KOH 10% berfungsi sebagai agen keratolitik yaitu
untuk melisiskan keratin yang ada pada kerokan kulit dan rambut. Dari hasil pemeriksaan
kerokan kulit ditemukan arthrospora dari dermatofita. Spora diidentifikasi berupa bentukan
bulat yang berkoloni yang berwarna bening. Pada pemeriksaan trikogram, terlihat rambut
mengalami kerusakan pada batangnya, struktur atau bagian-bagian rambut sudah tidak jelas.
Pada pemeriksaan dengan menggunakan Wood’s Lamp dilakukan dengan langsung
diamati pada tiap lesi. Jika ada pendaran berwarna hijau kekuningan itu berarti terdapat agen
dermatofitosis. Pendaran berwarna hijau kekuningan akibat dari reaksi metabolit dermatofita
dengan sinar ultra ultraviolet. Pemeriksaan dengan Wood’s Lamp dapat menunjukkan
pendaran (flourescence) pada jamur patogen tertentu.
Pemeriksaan Darah
Hasil pemeriksaan hematologi rutin terhadap sampel darah anjing yang disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Hasil pemeriksaan darah lengkap pada anjing
Hematologi Rutin Hasil Nilai Rujukan Satuan Keterangan
Leukosit 8,68 6-17 10x3/mm3 Normal
Neutrofil 2,5 60-77 % Turun
Limfosit 81,5 12-30 % Tinggi
Monosit 1,04 12,0 % Tinggi
Eosinofil 0,00 2-10 % Turun
Basofil 1,5 0-1 % Tinggi
Eritrosit 6,33 5,5-8,5 10x6/mm3 Normal
Hemoglobin 12,8 12,0-18,0 g/dl Normal
Hematokrit 37,5 37,0-55,0 % Normal
MCV 59,2 60,0-77,0 Fl Turun
MCH 20,2 19.5-26.0 Pg Normal
MCHC 34,1 32,0-36,0 % Normal
Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, gajala dan tanda klinis, pemeriksaan
kerokan kulit dan wood’s lamp, pemeriksaan darah. Dapat disimpulkan bahwa anjing lokal
yang bernama Bleky didiagnosa dermatofitosis.
Prognosis
Dari hasil diagnosis dapat di tarik prognosis bahwa anjing kasus ini adalah fausta.
Terapi
Terapi yang bisa diberikan pada hewan yang didiagnosa dermatofitosis adalah dengan
pemberian griseofulvin dengan dosis anjuran 15-20 mg/kg BB (jumlah pemberian 1 tablet
sehari yang diberikan secara per oral untuk terapi sistemik). Sedangkan untuk terapi topikal
dapat diberikan ketoconazole 2% dua kali sehari yang pada lesi. Anjing dimandikan dengan
sulfur untuk membantu penyembuhan.
Ringworm atau dermatofitosis adalah infeksi oleh kapang pada bagian kutan (kulit).
Penyakit kulit menular ini pada ternak tidak berakibat fatal, namun sangat mengganggu. Pada
anjing, penyakit ini sangat tidak berestetika sebagai hewan peliharaan yang dekat dengan
manusia. Ringworm menyerang hewan dan manusia. Dermatofitosis ini dapat menular antar
sesama hewan dan antara manusia dengan hewan (antropozoonosis) dan hewan ke manusia
(zoonosis) dan merupakan penyakit mikotik yang yang tertua di dunia ,
Dalam pemeriksaan klinis, dermatofitosis pada hewan dengan lesi yang terdiri dari
kombinasi alopesia, hiperkeratosis, makula, sisik dan krusta. Lesi-lesi tersebut ditemukan di
bagian daun telinga, wajah, kaki depan, kaki belakang dan bagian perut. Lesi klasik pada
anjing umumnya memiliki batasan dengan radang aktif di pinggiran lesi. Hal yang sama juga
diungkapkan oleh Outerbridge (2006) bahwa dermatofitosis pada anjing biasanya
menimbulkan lesi lokal, paling sering ditemukan pada wajah, kaki depan, kaki belakang,
perut bagian bawah dan ekor.
dermatofitosis harus dicurigai pada hewan apapun yang
menunjukkan lesi yang terdiri atas kombinasi alopecia, eritema, papula, sisik dan krusta. Lesi
klasik pada anjing dan kucing yang berbatasan dengan daerah yang aktif peradangan
dipinggiran, biasanya pada wajah atau anggota badan. Lesi Microsporum canis biasanya
ditandai alopecia dengan eritema dan sisik atau kerak. Untuk menimbulkan lesi pada host,
dermatofita harus mempunyai kemampuan melekat pada kulit dan mukosa, serta mampu
menembus jaringan dan mampu bertahan hidup. Untuk bertahan hidup dermatofita harus
mampu mengatasi pertahanan tubuh non spesifik dan spesifik. Gejala inflamasi sering
muncul dikarenakan terlepasnya mediator proinflamasi sebagai konsekuensi dari
terdegradasinya keratin sebagai sumber nutrisi dermatofita. Fase penting dalam infeksi
dermatofita adalah terikatnya dermatofita dengan jaringan keratin yang diikuti oleh invasi
dan pertumbuhan elemen myocelial.
Penyebaran penyakit ini dapat terjadi secara kontak langsung dengan lesi pada tubuh
hewan, yaitu kontak dengan kulit atau bulu yang terkontaminasi ringworm maupun secara
tidak langsung melalui spora dalam lingkungan tempat tinggal hewan. Pemeliharaan dengan
cara dilepas (tidak diikat atau tidak dikandangkan) akan membuat penyebaran dermatofitosis
semakin cepat ,
Dari hasil pemeriksaan darah lengkap menunjukkan bahwa terjadi neutropenia,
limfositosis, monositosis, eosinopenia dan basofilia. Neutropenia adalah penurunan jumlah
absolut netrofil yang disebabkan oleh jaringan dalam proses fagositosis. Dalam kasus ini,
neutropenia dapat disebabkan oleh infeksi jamur yang bersifat kronis. neutrofil berperan dalam respon kekebalan terhadap serangan organisme patogen
termasuk jamur dan mempunyai sifat fagositik. Neutrofil dalam darah akan meningkat bila
terjadi infeksi dan berperan sebagai pertahanan pertama dalam tubuh. Penyebab lain
penurunan jumlah netrofil antara lain infeksi virus, hiperslenism dan infeksi kronis.
Limpositosis terjadi pada semua keadaan yang disertai dengan penurunan netrofil , Peningkatan jumlah limfosit sering terjadi pada beberapa penyakit kronis dan
limfositik leukemia. Sel limfosit yang berperan dalam memberikan respon imun spesifik akan
secara khas mengenali patogen yang pertama kali dihadapi dan jika terjadi paparan berulang
oleh patogen yang sama maka akan terjadi peningkatan respon imun spesifik. Sel limfosit
yang berinteraksi dengan patogen akan berproliferasi dan mengaktifkan sel-sel efektor untuk
menghancurkan patogen yang masuk dalam tubuh. Fungsi dari sel limfosit dalam melawan
mikroorganisme patogen dapat ditingkatkan dengan pemberian agen imunomodulator. Agen
imunomodulator dapat berupa imunomodulator biologik seperti bahan asal tanaman, jamur,
dan bakteri ,Monositosis terjadi selama kebutuhan jaringan untuk proses
fagositosis makromolekuler meningkat seperti fungi dan protozoa serta membuang sel-sel
rusak dan mati. Eosinopenia pada umumnya berhubungan dengan efek kortikosteroid.
Penurunan jumlah eosinofil dapat pula disebabkan oleh keradangan akut dan kronis,
intoksikasi, trauma. Sedangkan pada basofilia jarang terjadi pada hewan, kalau ada disertai
dengan eosinofilia dan leukemia mieloid kronik. Penyebab umumnya adalah kelainan
mieloproliferatif, reaksi alergi, anemia hemolitik kronik terutama setelah splenektomi, infeksi
variola dan varicella, radang ,Dengan monosit dan limfosit mengalami
peningkatan jumlah yang tinggi menandakan atau mengindukasikan bahwa adanya infeksi
oleh fungi/jamur.
Pengobatan secara sistemik dan topikal untuk infeksi jamur dermatofitosis diberikan
griseofulvin dan salep ketoconazole 2%. Griseofulvin merupakan obat antifungal yang
bersifat fungistatik, yang bekerja dengan cara menghambat mitosis sel jamur berikatan
dengan protein mikrotubular ,Cara mengaplikasikan griseofulvin
diberikan peroral satu tablet sehari dan dapat diberikan dengan mencampurkan obat tersebut
dengan makanan. Sedangkan salep ketoconazole 2% merupakan obat antifungal azole
(imidazole). Mekanisme kerjanya sama dengan obat antifungal azole lain, yaitu menghambat
sintesis ergosterol pada dinding sel fungi. Efektif membunuh dermatofita dan varietes fungi
sistemik seperti Histoplasma, Blastomyces dan Coccidioides ,
Ketoconazole 2% dapat dioleskan ke bagian lesi-lesi. Anjing dimandikan dengan sulfur untuk
membantu penyembuhan. Terapi suportif yang diberikan vi-sorbid yang merupakan
multivitamin dan cod liver oil untuk membantu regenerasi rambut serta menjaga
kesehatannya.
Gambar 1. a) Spora dermatofita pada pemeriksaan kulit, b) batang rambut yang
mengalami kerusakan.
Gambar 2. c) alopesia, d) makula, e) hiperkeratosis, f) sisik, g) krusta
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis dan laboratories, maka anjing lokal yang
bernama Bleky didiagnosa mengalami dermatofitosis. Dengan prognosa fausta. Terapi yang
diberikan berupa griseofulvin yang diaplikasikan secara peroral sebagai terapi sistemik dan
ketoconazole 2% sebagai terapi topikal.
Kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh per-
tumbuhan sel-sel tubuh secara tidak normal dan tidak ter-
kontrol. Sel-sel tersebut terbentuk karena mutasi gen, induksi
bahan asing pada dalam tubuh seperti zat bahan tambahan
makanan, radioaktif, oksidan, ataupun karsinogen yang
dihasilkan oleh tubuh sendiri secara alamiah. Sel-sel yang
mengalami transformasi terus-menerus berproliferasi dan
menekan pertumbuhan sel normal ,
Fibrosarcoma adalah neoplasma ganas yang berasal dari
sel mesenkim, dimana secara histopatologi sel yang dominan
adalah sel fibroblas yang membelah secara berlebihan dan
tidak terkendali, dapat menyerang jaringan setempat dan
dapat menuju lokasi lain dalam tubuh (bermetastase). Pem-
belahan sel yang tidak terkontrol dapat menginvansi jaringan
lokal serta dapat bermetastase jauh ke bagian tubuh lain
Fibrosarcoma merupakan bentuk
kejadian tumor yang sering terjadi pada anjing ras besar,
berumur muda (<7 tahun), menyerang daerah gingival dan
palatum. Jenis tumor ini dapat bersifat malignant atau be-
nign. Jenis benign dapat terjadi pada anjing berumur <2 ta-
hun. Tulisan ini melaporkan teknik diagnosa dan penanganan
kasus fibrosarcoma pada anjing golden retriever
-- KASUS
Anamnesa dan sinyalemen: Anjing Golden Retriver ber-
nama Agra, jenis kelamin jantan dengan umur 9 tahun
dibawa ke Rumah Sakit Hewan Pendidikan FKH UNAIR Su-
rabaya. Hasil anamnesa pemilik, terdapat benjolan didekat
kaki kanan depan, makan dan minum normal, urinasi dan
defekasi normal, benjolan sudah hampir 1 tahun. Pemerik-
saan fisik: Suhu rektal 38,5 °C, frek. pulsus 96 kali/menit,
frek. nafas 24 kali/menit, berat badan 25 kg, turgor 1 detik,
dan CRT 1 detik. Kondisi umum normal, namun kelenjar
limfa axillaris terdapat benjolan keras. Terapi: Bedah
mengangkat benjolan pada bagian axillaris. Pemeriksaan
penunjang: Pemeriksaan histopatologi jaringan dilakukan di
Lab. Patologi FKH Unair. Diagnosa: Fibrosarcoma pada ba-
gian axilaris.
-- HASIL DAN PEMBAHASAN
Bedah dilakukan untuk mengangkat jaringan tumor pada
axilaris anjing. Jaringan tumor kemudian dibuat preparat
histopatologi untuk identifikasi jenis tumor
- Hasil dari pembacaan dan identifikasi tumor,
disimpulkan bahwa anjing terkena fibrosarcoma. Terapi
ideal yang seharusnya diberikan pada hewan yang didiagnosa
fibrosarcoma adalah bedah dengan diikuti radiasi dan kemot-
erapi. Terapi berupa bedah pengangkatan tumor, tanpa dis-
ertai radiasi maupun kemoterapi pada penanganan sehingga
perlu dilakukan pemantauan teratur terhadap kesehatan
tubuh anjing, seperti pola makan dan tidak makan semba-
rangan, menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan serta men-
jauhkan dari hal-hal yang dapat memicu timbulnya tumor
atau kanker.
Fibrosarcoma dapat dikenali sebagai massa berinfiltrasi
besar, lunak, putih, dan kelabu mutiara. Area nekrosis atau
perdarahan sering terdapat yang mencerminkan bahwa
kecepatan tumbuh jaringan diluar kemampuan perbekalan
darah. Secara histopatologi, lesi menunjukkan berbagai
derajat anaplasi. Beberapa fibrosarcoma berdiferensiasi
dengan baik dengan ditandai oleh fibroblas yang tampak
matur dengan beberapa sel mitosis dan beberapa
plemorfiringan (Robbins & Kumar 1995).
Secara makroskopis fibrosarcoma mempunyai ciri-ciri
fenotip dengan pertumbuhan yang berlebih, invasi lokal dan
mempunyai kemampuan penyebaran yang jauh. Sifat-sifat
tersebut ditemukan pada tahap-tahap penampilan suatu
fenomena yang disebut progresif kanker. Secara mikroskopis
fibrosarcoma mempunyai ciri-ciri: susunan sel yang tidak
teratur, selularitas yang padat, terdapat banyak sel dan
ukuran sel yang berbeda (pleomorphism), inti sel membesar,
kromatin menebal, kasar, tidak rata, terjadi hiperkromasi dan
basofilik (Gambar 1). Anak inti tajam dan sering menonjol
dengan ukuran yang bervariasi serta terjadi banyak mitosis.
Bentuk inti bermacam-macam dan kromosomnya aneuploid.
Gambar 1 Histopatologi fibrosarcoma pada subkutan
a; pleomorfism, b. susunan se tidak teratur, c: bentuk
basofilik.
Fibrosarcoma dapat terjadi akibat pengaruh paparan
radiasi dari lingkungan yang mengakibatkan terjadinya
translokasi kromosom pada sekitar 90% kasus. x-radiation
dan gamma radiation paling berpotensi menyebabkan
kerusakan jaringan. Ionisasi radiasi menyebabkan terjadinya
perubahan genetik yang meliputi mutasi gen, mutasi mini-
satellit (perubahan jumlah DNA sequences), formasi
mikronukleus (tanda kehilangan atau kerusakan kromosom),
aberasi kromosomal (struktur dan jumlahnya), perubahan
ploidi (jumlah dan susunan kromosom), DNA stand breaks
dan instabilitas kromosom. Ionisasi radiasi mempengaruhi
semua fase dalam siklus sel, namun fase G2 merupakan yang
paling sensitif ,
Sepanjang hidup sel baik pada sumsum tulang, mukosa
usus, epitelium testikular seminuferus, maupun folikel
ovarium yang selalu mengalami proses mitosis sangat rentan
terhadap trauma. Iradiasi selama proses mitosis
mengakibatkan aberasi kromosomal. Tingkat kerusakan
bergantung pada intensitas, durasi, dan kumulatif dari
radiasi. DNA dapat mengalami kerusakan secara langsung
maupun tidak langsung melalui interaksi dengan reactive
products yang berupa radikal bebas. Pengamatan terhadap
kerusakan DNA diduga sebagai hasil perbaikan DNA atau
sebagai akibat dari replikasi yang salah. Perubahan ekspresi
gen memicu timbulnya suatu tumor. Paparan x-radiation dan
gamma radiation sangat kuat berkorelasi terhadap timbulnya
keganasan atau kanker pada jaringan. Kerusakan DNA yang
dimanifestasikan dalam bentuk translokasi kromosom gene
COL1A1 pada kromosom 17 dan gen platelet-derived
growth factor B pada kromosom 22 mengakibatkan
terjadinya keganasan pada jaringan fibrous. Perubahan
fibrosarcoma dicirikan dengan pertumbuhan pola herring
bone yang nampak pada klasik fibrosarcoma (Wong 2008).
-- SIMPULAN
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, gejala dan tanda
klinis, dilakukan pembedahan dan identifikasi patologi
jaringan diketahui bahwa anjing golden retriever bernama
Agra di diagnosa fibrosarcoma pada bagian axilaris.