waralaba 1
Buat para penggiat game daring, istilah Trojan horse atau
kuda Troya barangkali tak asing. Prinsip dasar kuda Troya
adalah bertamu ke negeri musuh, menjalin pertemanan,
berkembang, dan akhirnya menghancurkannya dari dalam.
Kuda Troya dipakai tatkala benteng pertahanan musuh terlalu
kuat dan sistem militernya sangat sulit ditembus. Di sisi lain,
menyerah bukan pilihan bagi ksatria. Satu-satunya jalan adalah
berteman, lalu menghancurkan musuh dari dalam.
Meskipun persaingan dalam bidang ekonomi tidak sesadis
pertumpahan darah yang disebabkan oleh strategi kuda Troya,
dalam kenyataannya ekonomi membutuhkan jumlah darah
yang nyaris sama dengan perang. Sekali orang berhadapan
dengan kegiatan ekonomi, prinsip-prinsip dasar Maslow, Smith
bahkan Aristoteles akan selalu dipakai. Sederhana saja:
bagaimana meraup keuntungan sebesar-besarnya dengan
pengorbanan sekecil-kecilnya. Prinsip ini berlaku waras mulai
dari individu, sekolah, badan usaha, negara, hingga dunia.
Pada dasarnya, memperoleh keuntungan besar dengan
pengeluaran kecil adalah insting manusia. Ini adalah
penggambaran tentang keinginan alamiah manusia untuk
berkuasa atas suatu sumber daya alam di sekitarnya. Insting ini
kemudian menjadi pijakan dasar pasar kapitalis yang mulai
dipraktikkan pada abad pertengahan. Kemudian, pada abad ke-
20, kapitalisme menjadi sebuah sistem yang lebih populer
berkat Karl Marx dengan Das Capital-nya yang menjadi kiblat
ekonomi dunia barat.
Kapitalisme bagaikan pupuk yang membuat keinginan
untuk berkuasa atas modal tumbuh subur. Inilah yang
mengakibatkan ecnomic bloodshed ‘pertumpahan darah
ekonomi’. Dengan lepas tangannya pemerintah, persaingan
antarentitas swasta kadang menjadi tidak sehat, dan di sinilah
perang terjadi. Ujung-ujungnya, semua istilah seperti pasar
bebas, pasar global, ekonomi global, warga ekonomi atau
kerja sama ekonomi adalah manifestasi dari tangan-tangan
kapitalisme bila tidak ditangkal dengan sistem dan kebijakan
perekonomian yang memihak pada perlindungan kesejahteraan
bersama.
Waralaba, sebagaimana yang akan dibahas dalam buku ini,
adalah salah satu invisible hand ‘tangan tak terlihat’ dari
ekonomi global. Jika Anda sedang membayangkan sebuah kuda
Troya ekonomi, maka waralaba adalah wujudnya. Tujuan
waralaba bukanlah seekstrem kuda Troya yang menghancurkan
kota Troya dalam kisah kepahlawanan Yunani, tetapi lantaran ia
adalah salah satu tangan kanan kapitalisme, dia memiliki
potensi ekspansi dan infiltrasi yang efisien.
Sebagai sebuah strategi bisnis yang efektif, waralaba dapat
dengan cepat merambah berbagai pelosok, bahkan melibatkan
berbagai tipe pengusaha yang memiliki modal kecil. Dengan
ikatan perjanjian antara unsur brand dan blue print dengan
lokasi serta tenaga kerja, waralaba dapat menjangkau banyak
wilayah dalam waktu cepat. Karena itu, ia berpotensi menjadi
pilihan bisnis yang efektif dan terjangkau bagi siapa pun yang
berminat untuk mengembangkan usaha dalam bidang-bidang
yang digandrungi warga tanpa mengeluarkan sekian
banyak modal.
Selain memuat tentang bagaimana sistem waralaba bekerja
dan merambah berbagai sektor, buku ini juga membahas
mengenai literasi abad 21. Pengenalan literasi abad 21 kiranya
penting sebab di era disruptif ini terjadi perpindahan besar-
besaran antara apa yang dahulu lazim dilakukan secara nyata ke
ranah digital. Bagaikan berpindah kota atau pindah lokasi kerja,
seseorang semestinya mengetahui dengan baik mengenai
segala seluk-beluk kota ini agar dapat melakukan
kegiatan dengan aman dan nyaman.
Tak hanya itu, buku ini juga membahas mengenai sisi lain
waralaba sebagai kuda Troya ekonomi kapitalis. Menariknya,
waralaba yang kian populer juga merambah bidang-bidang
baru dalam beberapa dekade. Dengan mengandalkan kekuatan
brand, otoritas atau manajemen, ada bentuk-bentuk waralaba
anyar yang berkembang di Bali. Fenomena ini memunculkan
berbagai dampak yang menarik untuk dikaji.
Sebagian orang pastinya pernah makan di restoran siap
saji. Orang-orang perkotaan yang tidak sempat masak
untuk makan siang tinggal memacu mobilnya di Drive-
thru milik McDonalds, membayar dengan uang
elektronik, lalu mendapat sepaket makan siang burger dengan
sebungkus kentang goreng. Gerainya ada hampir di setiap
sudut kota, sehingga orang-orang tidak perlu pusing mencari
panganan. Modalnya hanya uang di saku atau ponsel.
Tatkala Anda ingin membeli perlengkapan rumah tangga,
Anda cukup pergi ke gerai Ace Hardware yang ada di hampir
setiap kota besar di Indonesia. Barang-barang yang dijualnya
berkelas dan lengkap. Buat Anda yang memiliki budget pas-
pasan, Anda bisa datang ke ACK dan membeli sepaket makan
siang dengan harga terjangkau. Alih-alih datang ke KFC yang
lumayan menguras isi dompet, ACK menjangkau warga
perdesaan. Ia muncul di daerah sub-urban hingga pegunungan.
Hidup juga terasa lebih mudah dengan adanya toko ritel mini
serupa Alfamart dan saudaranya, Indomaret. Keduanya
merambah desa-desa kecil dan menual beraneka kudapan
sampai dengan barang kebutuhan sehari-hari.
Tempat-tempat itu adalah contoh perusahaan waralaba
tertua yang berkembang pesat di Indonesia. Tentang bagai-
mana usaha-usaha itu bisa berkembang begitu pesat dan
menjangkau daerah yang begitu terpencil adalah taktik khas
yang telah dijalankan di Amerika Serikat pada era 1850-an1.
Berkat usaha waralaba, Amerika Serikat kini punya banyak ritel,
gerai dan toko serba ada di seantero negerinya. Dengan adanya
waralaba, kini banyak calon pengusaha bisa membangun usaha
Indomaret, KFC, ACK atau Ace Hardware dengan modal terbatas
di mana pun.
McDonalds sendiri berpusat di Illinois, Amerika Serikat, na-
mun gerai dan restorannya ada ribuan di dunia. bila
McDonalds adalah sebuah perusahaan produksi sebagaimana
layaknya Apple atau Ford, maka setiap hamburger akan
diproduksi di Illinois, dikirimkan lewat udara atau laut ke semua
cabangnya di seluruh dunia, dan sampai ke tangan Anda dalam
tiga-empat hari. Harga satu keping burger bisa mencapai lima
ratus ribu rupiah, ditambah pajak bea cukai. Cara seperti ini
tentu saja kuraang wajar bagi sebuah perusahaan makanan siap
saji. Karena itu, McDonalds harus memasak sendiri hamburger-
nya di setiap gerai dengan syarat semua standar rasa dan cara
penyajiannya mengikuti ketentuan dari sang induk.
Yang dilakukan McDonalds adalah mencari rekanan untuk
bekerja sama di suatu tempat yang jauh. Rekanan ini dikenal
dengan istilah franchisee, penerima waralaba. Begitu franchisee
sepakat untuk bekerja sama, McDonalds akan mempermak
tokonya agar persis sama dengan tampilan khas McDonalds,
memasang logo, lalu melatih rekanannya bagaimana cara
memasak hamburger dengan bumbu rahasia ala McDonalds
yang dikirim dalam paket jadi. Ini disebut brand selling ‗pen-
jualan merk‘ dan blue print sebuah perusahaan. Dengan kata
lain, McDonalds menjual hak cipta produknya untuk dipakai
oleh pihak kedua dengan imbalan royalti2.
Jadi, di mana pun Anda membeli burger McDonalds di
seluruh jagat, rasanya akan relatif sama, sebab setiap rekanan
memiliki blue print yang sama dengan pusatnya. Ini yang dise-
but dengan perusahaan waralaba. Yang dijualnya kurang lebih
adalah branding dan cetak biru. Dengan penjualan branding itu,
dia mendapat keuntungan dari pihak kedua.
Coca Cola Company juga melakukan hal yang sama. Walau-
pun Anda akan menyadari sedikit perbedaan rasa Coca Cola
Amerika dan Mesir karena varietas bahan baku yang berbeda,
Anda akan menemukan bahwa cara pengolahan, persentase
bahan, dan pengemasan yang sama persis dengan pusatnya di
Atlanta3.
Proses belajar berbisnis
Jenis usaha waralaba sebenarnya lahir dari pencampuran
dua gen. Pertama, sistem ekonomi kapitalis di Eropa dan
Amerika Serikat memberikan peluang bagi setiap individu untuk
mengeksploitasi sumber daya alam dan mengolahnya sebebas-
bebasnya. Pola pikir kapitalis ini terbentur dengan keterbatasan
modal untuk ekspansi, terutama bagi mereka yang memiliki
modal terbatas. Pemilik modal itu memiliki masalah dalam
ekspansi sebab di satu sisi mereka tidak ingin menggelontorkan
dana begitu besar untuk pengembangan usaha. Di sisi lain,
mereka dikejar oleh pesaing. bila mereka tidak berekspansi,
maka pesaing yang akan melakukannya terlebih dahulu.
Sebenarnya, waralaba adalah bentuk kerja sama bisnis yang
paling tua. Seorang pemilik tanah menyewakan tanahnya untuk
digarap, lalu keuntungannya dibagi berdasarkan perjanjian.
Pada masa itu, tanah merupakan modal dan aset. Di era
modern, di mana modal dan aset bertransformasi dari sekadar
tanah menjadi kekayaan intelektual dan hak cipta, perjanjian ini
berkembang tidak hanya sebatas permodalan, namun juga hak
cipta, brand dan blue print perusahaan.
Untuk menjalankan sebuah perusahaan waralaba, seseo-
rang perlu membangun branding yang kuat4. Di era milenial,
branding adalah kapital yang paling utama selain aset dan uang.
Untuk tumbuh, perusahaan-perusahaan modern membangun
branding dengan promosi di media sosial, membuat nama-
nama yang unik dan mempromosikan berbagai kreativitas. Mi
Setan, contohnya, salah satu varian Mi Kober asal Malang yang
melegenda di kota-kota besar di Indonesia. Nama-nama unik
itu mengangkat citra brand dan menjadi senjata yang ampuh
dalam proses pewaralabaan.
Mulai dari Nol
Bisnis-bisnis milenial yang mulai dirintis, utamanya oleh
anak-anak muda, dikenal sebagai startup business. Bisnis startup
lumrahnya berbasis daring, dan mengandalkan platformdigital
sebagai basis operasi. Beberapa startup mulai dari nol, dan
berkembang sebagai perusahaan-perusahaan dengan modal
dan omset besar karena membangun branding dari awal.
Guepedia contohnya. Dengan bermodalkan seratus hingga
seratus lima puluh juta, ia kini sedang membangun branding
sebagai penerbit online yang menerbitkan buku-buku dari jenis
apa saja dan dari siapa saja secara gratis. Guepedia bukan
sebuah perusahaan waralaba, sebab ia mencetak buku-bukunya
sendiri dengan mesin yang dimilikinya sendiri. Namun yang bisa
dicontoh dari Guepedia adalah bagaimana ia membangun
branding di tengah ratusan penerbit indie yang menjamur di
dalam negeri.
Di Bali, bisnis-bisnis yang dimulai dari nol utamanya adalah
bisnis kuliner, tur, anjangsana (kafeteria), restoran hingga ritel5.
Walaupun tak semua berbasis startup, perusahaan-perusahaan
ini nyatanya telah mempu menggaet keuntungan besar
dengan bermodalkan branding yang intensif. Survei yang
dilakukan Perwakilan BI Cabang Bali tahun 2017 menunjukkan
bahwa 44 persen wisman mengetahui tentang Bali dari promosi
daring dan blog. Sebagaimana yang lumrah di jagat dunia
maya, semakin kuat branding suatu usaha, maka semakin naik
peringkatnya dalam media sosial dan mesin pencari.
Cara memulai bisnis dari nol mungkin bagi sebagian orang
tampak impossible. Beberapa faktor yang menyebabkan
sesorang enggan memulai bisnis dari nol adalah ketidak-
sanggupan mereka akan modal usaha dan keinginan mencapai
break event point (BEP) dengan cepat6. Memulai binis dari awal
membutuhkan banyak energi dan sumber daya, apalagi jika
seseorang tidak menguasai riset pasar baik pada segi tren
produk, lokasi, daya beli warga , hingga tren politik. Tak
jarang, bisnis yang dimulai dari nol mengalami kemunduran
pada usia lima tahun7.
Beberapa faktor yang menyebabkan tumbangnya bisnis
kecil yang dimulai dari nol adalah karena tidak sanggup ber-
transformasi. Banyak perusahaan melakukan transformasi dari
masa ke masa untuk tetap bertahan pada perubahan. Nokia
pada awalnya bukanlah perusahaan ponsel, namun ia
bertransformasi menjadi produsen ponsel hingga dua dekade.
Sayangnya, ia menjadi terlampau percaya diri dan terlambat
berubah tatkala era internet tiba dan ponsel pintar lahir.
Kemudian, kolapslah ia di dekade kedua abad ke-21.
Samsung, sebagaimana yang dikenal oleh generasi 80-90-
an, adalah produsen barang elektronik. Sejak dibuka tahun
1930-an di Korea Selatan, Samsung menjadi perusahaan
elektronik terbesar di dunia8 yang memproduksi perangkat
televisi, radio, AC, mesin cuci, kipas angin dan sirkuit komputer.
Di era milenium, Samsung dengan cepat melirik perangkat
ponsel sentuh dan memakai Android sebagai sistem
operasinya. Tahun 2013, Samsung meluncurkan ponsel berbasis
Android pertamanya, sekaligus menandai dibunyikannya
sangkakala abad ponsel pintar.
Munculnya varian-varian Samsung Galaxy yang terus
diperbaharui setiap tahun adalah lonceng kematian bagi
ponsel-ponsel besutan Nokia dan yang sezaman dengannya.
Semuanya akibat terlambatnya mereka untuk melakukan peru-
bahan. Sebagai langkah gelagapannya, Nokia akhirnya diakuisisi
Microsoft, meluncurkan ponsel pintar dengan sistem operasi
Windows Phone. Sistem operasi ini bertahan selama beberapa
waktu dengan beberapa varian, namun akhirnya kandas pula
oleh kelincahan dan adaptabilitas Android. Bill Gates, sang
pendiri Microsoft, mengakui bahwa Android adalah penyesalan
terbesarnya selama berbisnis di Microsoft. Seharusnya Microsoft
mengakuisisi Android terlebih dahulu sebelum Google
membelinya. Dia mengakui bahwa Microsoft kini tidak bisa
menandingi Android9.
Baik Google maupun Microsoft adalah dua perusahaan
besar yang mulai dari titik nol. Facebook pun demikian. Mark
Zuckerberg menghabiskan waktu lima tahun di dalam kamar,
hanya berkutat dengan koding dan tidak dengan hal lain. Bill
Gates sang legendaris pada masanya menghabiskan masa
kuliahnya di lam komputer dan garasi untuk membangun
software pertama Microsoft dan menjualnya pada perusahaan
pengolah data. Semuanya dimulai dari nol, namun yang mem-
buat mereka berbeda adalah karena mereka punya kegigihan
dan semangat untuk mencapai apa yang mereka cita-citakan.
Namun segalanya kembali lagi kepada pribadi Anda.
bila Anda membayangkan sebuah bisnis sebagai direktur
berdasi dengan kantor berlantai dua puluh di Jakarta atau
Surabaya, maka tentu Anda akan menyerah duluan. Untuk
memulai bisnis dari nol, Anda cukup membayangkan menjadi
Bob Sadino yang mulai merintis usaha ritelnya dari nol. Atau,
kita bisa belajar dari Marta Tilaar, atau yang lebih dekat yakni
Dr. Anak Agung Ayu Ketut Agung, sang perintis salon Agung
yang membuka banyak cabang di Denpasar. Mereka memulai
bisnisnya dari sangat kecil, bahkan dari produk-produk dan
cara-cara tradisional.
Jadi, berdasarkan pengalaman para pebisnis kelas dunia,
tantangan terbesar untuk memulai bisnis dari nol adalah tatkala
bisnis berada di titik nadir. Tidak mudah, memang, dan hampir
setiap orang yang memulai dari nol mengalami titik ini. George
Lucas, perintis sekuel Star Wars yang kini melegenda hingga
episode IX di penghujung 2019, memulai usahanya dengan
tertatih-tatih. Selama lebih dari 40 tahun berjaya dalam ranah
film fiksi ilmiah, kini Star Wars menjelma menjadi perusahaan
waralaba besar dengan mengandalkan franchise merk dagang-
nya yang dikenal di mana-mana.
Lucas mengembangan Star Wars di tahun 70-an, saat
Amerika Serikat lebih terpikat pada film-film bernuansa
romansa. Mengembangkan ide film fiksi ilmiah, alien dan
peradaban luar angkasa adalah hal yang sinting di tengah pasar
film romantisme. Namun, Lucas bersikeras untuk mewujudkan
mimpinya. Dengan modal seadanya, ia memulai studio filmnya
dengan properti yang dipinjam sana-sini, dan segudang bujuk
rayu agar para aktor filmnya tidak kabur karena pesimis film itu
akan menjadi yang terburuk sepanjang masa. Dua minggu
menjelang peluncuran perdana, proses syuting belum selesai
karena banyak aktornya berhenti. Lucas harus menyewa aktor
pengganti dan mengulang banyak adegan.
Tatkala Star Wars diputar perdana, situasinya terbalik. Film
yang pada mulanya disangka jelek itu langsung melejit menjadi
yang paling populer. Penjualan Star Wars kala itu melebihi 500
juta dollar AS pada tahun 1977, atau setara dengan 7 triliyun
rupiah! Star Wars kemudian berlanjut ke sekuel kedua dan
ketiga, lalu mundur ke prekuel 1, 2 dan 3. Kini, harga waralaba
Star Wars tembus 1,3 milyar dollar AS pada tahun 2016 lalu
melalui penayangan sekuel ketujuh dan kedelapannya.
Kemudian, tergiur akan uang adalah tantangan kedua.
Seringkali para pebisnis mementingkan penghasilan yang besar
terlebih dahulu dan melupakan bahwa yang menjadi fokus
utama adalah kualitas. Pebisnis besar kelas dunia tidak pernah
berpkir untuk mencari uang, namun menekuni apa yang mereka
senangi dengan bersungguh-sungguh, lalu memberi hal yang
berarti bagi orang lain. Jadi, bila Anda ingin memulai sebuah
usaha dari nol, maka pastikanlah bahwa Anda bersungguh-
sungguh dan memang menyukai betul apa yang Anda sedang
tekuni. bila Anda menyukai bidang usaha yang Anda tekuni,
maka Anda tidak lagi terpengaruh pada kegagalan maupun
keberhasilan. Usaha itu akan menjadi bagian dari diri Anda
sendiri, sebesar atau sekecil apa pun.
Sebagai perbandingan, menurut Adi Putra Widjaya dan
Aries Wiranata, dua entrepreneur muda Indonesia, memulai
bisnis dari titik nol adalah hal yang patut diacungi jempol.
bila orang membangun usaha dari nol, maka ia sudah
terbiasa dengan perjuangan yang keras, pengorbanan, kerugian
dan kena tipu. Dengan merintis dari awal, dia mengembangkan
rasa cinta pada apa yang ditekuninya, sehidup semati, dan ingin
memperjuangkan apa yang telah dia rintis.
Namun satu hal yang mutlak dan wajib dimiliki oleh peng-
usaha yang ingin mengembangkan bisnis dari awal adalah
passion. Passion lebih kepada suatu dorongan yang terus-
menerus dari dalam diri untuk menekuni dan mengembangkan
sesuatu. bila seseorang memiliki passion dalam dunia
menulis, maka dia tidak akan pernah gentar pada segala risiko
yang dihadapinya dalam dunia tulis-menulis. Seseorang yang
memiliki passion tidak memandang untung-rugi, menganggap
pujian dan hinaan dari orang lain sebagai motor penggerak
usahanya ke arah yang lebih baik lagi.
Beberapa poin ini adalah simpul-simpul utama apa-
bila seseorang ingin mendaki tebing bisnis yang terjal. Kon-
fusius pernah berkata, ―Kamu boleh kehilangan apa pun dalam
usaha apa pun, namun jangan pernah kehilangan keyakin-
anmu.‖ Kalimat motivasi ini agaknya sangat penting bagi
pebisnis dari level mana pun, entah dari level unicorn yang
bergengsi hingga pengusaha-pengusaha yang belum memiliki
nama besar. Pentingnya sebuah keyakinan dan semangat
adalah modal paling dasar untuk memulai usaha.
Memulai usaha dari nol hanyalah salah satu dari sekian
banyak cara berbisnis. Akan tetapi, prinsip-prinsip penting dan
sikap bisnis yang sejati akan terbentuk bila Anda mencoba
memulai usaha dari awal sekali. Ada banyak ujian dan
tantangan,—mulai dari grafik omset yang naik-turun, mem-
pelajari lika-liku pajak, mengurus admnistrasi, berdarah-darah
memperkenalkan brand dan produk, hingga menghindari pihak-
pihak yang ingin merongrong usaha Anda. bila kita berpikir
untuk seketika menjadi besar sepeti ritel Wallmart atau Amazon,
maka itu sah-sah saja, namun praktiknya sebaiknya dimulai dari
apa yang ada di hadapan kita. Sebuah passion dan langkah
pertama mutlak diperlukan. Selanjutnya, Anda hanya perlu
terjun dan menyelam, lalu belajar berenang agar tidak
tenggelam.
Akuisisi, Merger dan Grup
Jika Anda tidak berminat untuk mendirikan sebuah bidang
usaha dan merintisnya dari awal sekali, maka Anda bisa memilih
cara kedua. Akuisisi berarti seseorang lebih bermain dalam
ranah merk. Semakin besar dan terkenal suatu brand, maka
semakin tinggi nilai franchise-nya. Dalam kenyataannya,
branding adalah aset besar di era teknologi media sosial. Kini
setiap orang bisa membangun brand-nya sendiri dengan
keunikan masing-masing. Dengan brand yang kuat, entah
sebagai individu maupun kelompok, sistem endorse biasanya
dijalankan dengan memanfaatkan pengaruh seseorang.
Endorsement bisa dikatakan mirip dengan sebuah franchise
namun dia bukan juga sebuah franchise. Dalam franchise atau
waralaba, pemberi waralaba memberikan izin pemakaian hak
merk, sistem atau produk kepada penerima waralaba, namun
endorsement hanyalah suatu bentuk penguatan promosi
dengan memakai kekuatan branding dari seseorang yang
telah dikenal luas atau memiliki pengaruh dalam warga .
Akuisisi suatu brand sudah banyak terjadi. Akuisisi bisa juga
berupa pengambilalihan produk, sistem jasa, sistem manaje-
men, brand atau bahkan hingga tenaga kerja. Google menga-
kuisisi YouTube pada tahun 2006 dengan nilai 1,56 miliyar dolar
Amerika Serikat11. sesudah pengambilalihan ini, Google mengin-
tegrasikan YouTube secara penuh sebagai bagian sistemnya.
Akusisi (acquisition, dari kata acquire) berarti mengambil alih.
Dengan demikian, Google tidak harus membuat platform video
sharing dari awal. Dia hanya harus ‗membeli‘ sistem yang sudah
ada dari pihak kedua. bila pihak kedua memiliki sejumlah
tenaga kerja, Google bisa mengakuisisi tenaga kerja ini sebagai
bagian dari komunitas kerjanya.
Akusisi adalah jalan yang diambil oleh perusahaan-
perusahaan yang tengah dilanda badai desruptif12. Indonesia
pun tak kelewatan kena imbasnya. Akuisisi (dan merger) adalah
strategi paling efektif yang dilakukan banyak perusahaan di
Indonesia untuk bertahan dalam persaingan pasar13. Nokia
memilih jalan ini tahun 2014, bergabung dengan Microsoft
untuk menguatkan imunitasnya terhadap dampak era desruptif
yang membombardirnya di tahun 2010-an. Sayang sekali akusisi
ini tak membuahkan hasil sesuai harapan14. Akuisisi kenya-
taannya memang cukup berhasil menguatkan satu perusahaan
dan menyelamatkan ribuan tenaga kerja, dengan syarat bahwa
akusisi juga mesti memberikan dampak positif pada inovasi dan
kebertahanan perusahaan pada berbagai jenis perubahan.
Selain akuisisi, ada satu istilah lagi dalam penggabungan
perusahaan, yakni merger. Akuisisi terjadi bila sebagian atau
seluruh saham perusahaan bergabung dengan perusahaan lain
namun tetap mempertahankan identitas masing-masing15.
Akuisisi YouTUbe oleh Google tidak menghilangkan identitas
YouTube sebagai perusahaan hosting video, demikian pula
akuisisi Nokia oleh Microsoft, atau Skyworth yang mengakuisisi
Toshiba Indonesia. Di sisi lain, merger berarti dua perusahaan
yang lebur menjadi satu. Suatu perusahaan yang terdifusi(di-
merger) akan kehilangan identitasnya, bergabung sepenuhnya
dengan perusahaan yang lebih besar16. Beberapa bank di
Indonesia sudah mengalami merging. Bank Permata (Permata
Bank) adalah hasil merging lima bank yakni Bank Bali, Bank
Universal, Bank Prima Ekspress, Bank Artha Media dan Bank
Patriot pada 2002 silam. Jika Anda memiliki akun di Bank
Mandiri, maka Anda sebenarnya sedang menabung di empat
bank sekaligus yang mengalami merging pada 1998 akibat krisis
moneter. Walaupun digandang sebagai merger yang ‗hanya
menghasilkan perusahaan baru yang lebih sakit17, setidaknya
status Mandiri bisa dikatakan ‗sedikit lebih baik‘ daripada saat ia
belum melakukan merging.
Jadi, akuisisi dan merging adalah dua cara untuk mening-
katkan efektifitas dan imunitas suatu perusahaan. Bagi peru-
sahaan yang baru berkembang, akuisisi dan merging adalah
cara yang baik untuk meningkatkan level finansial perusahaan
secara singkat. Tentunya, perusahaan yang akan melakukan
akuisisi atau merging dengan perusahaan lain harus sama-sama
memiliki potensi untuk dikembangkan. Perusahaan-perusahaan
yang memiliki idealisme lebih memilih akuisisi daripada merging
sebab mereka masih ingin mempertahankan identitas mereka.
bila Anda memiliki sebuah perusahaan dan ingin menda-
patkan kekuatan finansial, pasar atau tenaga kerja, maka Anda
bisa memilih antara meleburkan diri (merging) atau menggan-
dengkan tangan (akuisisi).
Proses akuisisi atau merging mirip seperti sebuah per-
nikahan. bila perusahaan Anda atau perusahaan yang akan
mengakuisisi Anda gagal dalam memenuhi potensi sebagai
perusahaan yang menjanjikan, maka yang menjadi korban
seringkali adalah para pekerja. bila kedua mempelai tidak
dapat mendukung satu sama lain, kehidupan tidak dapat
berjalan sebagaimana seharusnya. Kita bisa belajar lagi dari
tragedi pertemuan Nokia dan Microsoft yang menumbalkan
lebih dari 7.000 karyawan. Di Indonesia, akuisisi gagai dialami
oleh Bank Minna Padi dan Bank Muamalat Indonesia pada
Desember 2017, yang syukurnya tidak menumbalkan begitu
banyak tenaga kerja. Ada pula akuisisi Teleguam oleh Telkom
Indonesia yang gagal karena tidak direstui oleh Komisi
Komunikasi Amerika Serikat. Akuisisi Bank BTN oleh Mandiri
pun mengalami kegagalan karena tidak direstui presiden.
Melihat berbagai lika-liku yang terjadi dalam proses akuisisi
atau merger perusahaan, dapat kita simpulkan bahwa akusisi
dan merger bisa terjadi bila kedua perusahaan sama-sama
memiliki potensi dan sumber daya untuk dikembangkan. Kedua,
masing-masing perusahaan harus mendapat klarifikasi dan
permissiondari lembaga-lembaga keuangan, stakeholder atau
pemerintah yang mengawasi perusahaan. Karena itu, proses
akuisisi dan merger tidak semudah menggabungkan dua laci
kas yang berbeda dan menjadi satu tumpukan uang. Lain kata,
akuisisi dan merger layaknya terjadi pada perusahaan-
perusahaan yang telah memiliki nilai saham yang tinggi,
termasuk perusahaan beromset besar, telah beroperasi lama,
dan memiliki pengalaman.
Lalu bagaimana dengan perusahaan-perusahaan kecil yang
Anda miliki atau yang akan Anda bangun? bila Anda
merintis sebuah perusahaan kecil atau mikro, proses akuisisi
atau merger mungkin adalah pilihan kesekian. Sebagai
alternatif, Anda bisa membangun sebuah holding company, atau
grup. bila Anda menjual beras dan teman Anda menjual
minyak goreng, Anda bisa berkolaborasi dalam sebuah grup
dengan nama perusahaan baru. Di sana, Anda memiliki sekian
persen saham dan berbagi dengan kawan Anda. Di Indonesia,
banyak perusahaan kecil,—utamanya penerbit—yang berkem-
bang menjadi holding companies. Dalam sebuah grup, akan ada
sebuah perusahaan induk yang memegang kendali. Kompas
Gramedia, contohnya. Beberapa anak perusahaannya antara lain
Tribun, Kompas TV, Gramedia Pustaka Utama, Elex Media
Komputindo, KPG, Santika Indonesia Hotels & Resorts, dan
masih banyak lagi. Grup Kompas Gramedia hingga saat ini
menjadi salah satu grup perusahaan media massa raksasa di
Indonesia.
Pendirian holding companies memiliki alasan yang sama
dengan akuisisi dan merger. Sejak berkembangnya era smart-
phone di tahun 2009-2010, banyak perusahaan media massa
yang ketar-ketir. Mereka harus menambah modal untuk
bertransformasi dari media cetak ke ranah digital. Media-media
massa yang memiliki modal lebih kecil memilih bergabung
menjadi grup. Sebuah grup perusahaan bisa beranggotakan
lebih dari dua perusahaan sekaligus. Ini tentu lebih efektif
daripada akuisisi dan merger yang menuntut potensi market
yang kuat.Selain itu, identitas anak perusahaan tetap ada
seolah-olah perusahaan itu masih berdiri sendiri. Sebagaimana
layaknya anak pohon pisang yang seolah-olah terpisah dari
induknya namun tetap disokong oleh akar yang tak tampak,
begitulah eksistensi grup perusahaan.
DivaPress Grup, contohnya, adalah grup beberapa penerbit
dan percetakan di Yogyakarta. Penerbit-penerbit ini pada
awalnya adalah penerbit-penerbit kecil. Kemudian, tatkala grup
perusahaan dibentuk dengan DipaPress sebagai induknya,
kekuatan kapital dan pasar mereka bertambah dan kini menjadi
salah satu penerbit besar di Indonesia. Di bawah DivaPress, ada
penerbit khusus untuk fiksi, nonfiksi, wanita dan remaja, serta
pendidikan. Contoh lain adalah Mizan Grup, yang adalah induk
perusaahan dari Mizan Pustaka, Bentang Pustaka, Noura
Publishing, Pelangi Mizan dan dan Mizan Wacana. Grup-grup
perusahaan penerbitan paling banyak muncul di Yogyakarta
sebab Yogyakarta memiliki paling banyak perusahaan penerbit
buku indie18, disusul Jakarta dan Bandung.
Mitra Kerja atau Outsourcing
Pengetahuan dan pengalaman Anda sebagai pemilik
perusahaan mikro atau kecil barangkali tak memadai tentang
seluk-beluk akuisisi dan merger. Untuk membuat grup pun,
Anda tidak rela jika modal Anda yang kecil dibagi-bagi dan
saham Anda dikuasai sekian persen. Mungkin, Anda termasuk
perusahaan introvert yang lebih senang menjadi apa adanya,
berdikari, dan mencerminkan diri Anda sendiri. Tentu Anda tak
akan memilih diakuisisi, dimerger atau membentuk grup usaha.
Sebagai gantinya, ada sistem kemitraan kerja atau outsourcing.
Outsourcing atau mitra kerja sebenarnya bertujuan meng-
hemat pengeluaran usaha dan meminimalisir beban gaji atau
upah karyawan. Dengan sistem outsourcing, baik Anda dan
partner Anda tidak perlu memiliki ikatan sebagaimana layaknya
karyawan dan pemilik usaha. Ikatan Anda dan tenaga outsourc-
ing hanyalah sebatas list perjanjian yang telah Anda sepakati
bersama. sesudah itu, kerja sama Anda berakhir.
Banyak perusahaan menyewa tenaga outsourcing karena
lebih hemat dan sistemnya tidak serumit pengadaan tenaga
kerja. Mitra kerja bisa berupa perseorangan atau badan usaha,
dan tidak ada urusan administrasi yang ribet bila kemitraan
usaha dijalin,—apalagi untuk usaha yang masih kecil atau mikro.
Dengan sistem mitra kerja, perusahaan tidak perlu terikat pada
ketentuan upah minimum per bulan, tunjangan kesehatan
pegawai, asuransi, biaya perjalanan, professional development,
dan sebagainya.
pendesain gambar kaos. Ketika desainnya selesai, Anda memba-
yarnya sesuai perjanjian, dan ikatan Anda putus. bila kelak
Anda membutuhkannya lagi, Anda bisa membuat perjanjian
baru. Dengan cara ini, Anda sebagai pemilik usaha tidak
menggelontorkan uang untuk gaji bulanan desainer.
Jenis usaha yang banyak memakai tenaga outsourcing
adalah penerbit, distro, akuntan, editor, dan bahkan kuliner.
Perjanjiannya cukup sederhana,—hanya berupa kontrak proyek.
bila penyedia outsourcing adalah badan usaha, Anda
mungkin perlu surat perjanjian yang lebih serius.
Karena sistem mitra kerja ini berfungsi sebagai penambah
sumber daya tidak tetap dari pihak luar, maka ia sering disebut
sebagai pihak ketiga. Ketika pembeli memesan seratus kaos
bergambar pulau Bali, saat itu Anda berfungsi sebagai muara
dari semua mitra kerja yang Anda ajak bekerja sama. Pada saat
yang sama, mitra kerja Anda ini boleh memiliki kontrak
pekerjaan dengan perusahaan lain sepanjang kontraknya
dengan Anda tidak terganggu. Dalam sistem akuisisi, apalagi
merger, suatu perusahaan tidak bisa diakuisisi oleh dua
perusahaan sekaligus. Sementara itu, dalam sistem outsourcing,
Anda menyewa seseorang atau suatu badan usaha selama
jangka waktu tertentu. Ini mirip seperti kerja sama pemerintah
dengan suatu CV yang menyediakan alat-alat berat, atau CV
yang menyediakan jasa pengaspalan jalan.
Padanan kata untuk outsourcing adalah sistem alih daya. Di
Indonesia sendiri, sistem alih daya sebagian besar masih
berorientasi pada tenaga kerja, bukan alat-alat produksi atau
jasa. Secara hukum, baik penyedia outsourcing maupun
penerima outsourcing belum mendapat perlindungan yang
serius. Sementara itu, perusahaan yang memakai tenaga
outsourcing semakin banyak19. Walaupun telah terbit Undang-
Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang
juga mengatur tentang tenaga kerja alih daya, tetap saja ada
perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan celah hukum
untuk menekan beban gaji untuk karyawan.
bila tenaga kerja outsourcing tidak dilindungi, akan
terjadi ketimpangan dalam hak dan kewajiban mereka. Banyak
tenaga kerja yang bahkan tidak mengetahui bahwa perusahaan
tempat mereka bekerja sesungguhnya adalah perusahaan
outsourcing yang bekerja utnuk perusahaan asing di luar negeri.
Ini adalah sistem outsourcing ‗gaya baru‘ yang muncul sejak
koneksi internet dan platform digital semakin cepat.
Sistem outsourcing sebenarnya sangat merugikan tenaga
kerja, namun menguntungkan pengusaha20. Perusahaan dapat
sewaktu-waktu cuci tangan bila ada tuntutan terkait upah
dari penyedia outsourcing. Tidak ada aturan hukum yang
menyatakan tentang perlindungan hak-hak tenaga kerja
outsourcing sehingga perusahaan yang memakai jasa
outsourcing sangat enteng dalam pengelolaan ketenagakerja-
annya. Bahkan, disinyalir bahwa outsourcing adalah sistem
perbudakan yang dikemas secara modern21.
Oleh karena itu, outsourcing sesungguhnya adalah sistem
sewa-putus yang riskan. bila Anda memutuskan untuk
menyerahkan aspek-aspek pendukung usaha Anda kepada
pihak ketiga (outsourcing), sebaiknya Anda mempertimbangkan
sejauh mana kerja sama itu akan berlangsung. Sebagai pemilik
usaha, Anda hendaknya berlaku adil pada penyedia outsourcing
dan tidak memperlakukan mereka seperti karyawan tetap
namun tidak diberikan hak-hak yang sesuai dengan hukum.
Lalu, apakah outsourcing adalah hal yang buruk? Sepanjang
Anda dan mitra Anda memiliki perjanjian yang eksplisit dan
terbatas pada bidang pekerjaan khusus dengan objek tak tetap,
maka outsourcing masih bisa dilakukan. Ini adalah pembatasan
yang ditetapkan dalam undang-undang ketenagakerjaan.
Namun biar bagaimana pun, tenaga outsourcing masih
diperlukan, terutama oleh perusahaan yang memiliki sedikit
modal. Daripada membayar upah karyawan di bawah standar
upah minimum, perusahaan seperti itu ingin ‗menyelamatkan
diri‘ dengan menyewa outsourcing. Di sinilah ada dilema
terhadap keberadaan outsourcing dan perusahaan yang
membutuhkannya.
Aset-aset fundamental bisnis milenial
Bisnis di era milenial cukup berbeda dengan bisnis di era
sebelumnya. Terkait dengan itu, mari kita sebut era ini sebagai
era revolusi industri keempat,—yang lumrah dikenal sebagai
industrial era 4.0. Istilah ini sesungguhnya dipopulerkan tahun
2011 oleh sekelompok pegiat industri Jerman. World Economic
Forum mendefinisikan revolusi industri ini sebagai keadaan
industri di awal abad ke-21 yang ditandai dengan perubahan
masif di berbagai bidang kehidupan manusia akibat adanya
sinergi teknologi yang menembus batasan-batasan dunia fisik,
digital dan biologi22.
bila revolusi industri pertama ditandai dengan adanya
shifting peradaban manusia dari agraris ke industri, dari ternak
ke mesin, maka revolusi industri tahap kedua ditandai dengan
bidang produksi skala masif dan meningkatnya konsumerisme.
Di tahap ketiga, muncul komputer dan otomatisasi. Di ketiga
tahap revolusi itu, umat manusia belum mampu memecahkan
satu masalah fundamental: efisiensi jarak dan waktu. Jarak
masih menjadi kendala, dan orang-orang masih tergantung
pada jam buka dan jam tutup.
Mengapa perubahan di era milenial ini dinobatkan menjadi
revolusi industri keempat adalah karena manusia telah berhasil
menghapus kendala jarak dan waktu. Semua itu bisa terjadi
berkat satu keajaiban teknologi: internet. Kini, orang bisa
belanja kebutuhan hidupnya dari mana saja dan kapan saja. Go-
Jek, GoFood dan GoSend, misalnya, selalu siap 24/7 mengantar
apa pun yang Anda pesan di mana pun Anda berada. Anda bisa
memesan tas traveler di Tokopedia jam 1 malam saat semua
orang terlelap, dan Anda pun bisa mengirim file ke WhatsApp
rekan kerja Anda di Amerika meskipun saat
itudiasedangmendengkur.
Ciri-ciri revolusi industri keempat ditandai dengan koneksi
antara satu bidang industri dengan bidang lainnya melalui apa
yang disebut platform. Platform adalah wadah, atau media
digital di mana pihak-pihak yang saling berkepentingan dapat
bertemu dan menjalin kerja sama.
tanah. Orang-orang memelihara ternak, mengerjakan sawah
dan ladang, serta tergantung dari hasil pertanian dan musim.
Semakin luas seseorang memiliki tanah, maka tingkat
kemakmurannya semakin tinggi. Kemakmuran seseorang
ditandai dengan adanya bahan pangan yang melimpah, ternak
dan hasil olahan pertanian. Di zaman sekarang, tentunya tanah
masih menjadi aset yang tinggi nilainya, namun faktor
penggerak industri di zaman ini berbeda dengan yang terjadi
sebelum era industri.
Pada era industri pertama, yang menjadi motor penggerak
adalah tenaga kerja. Pada era ini, mesin-mesin membutuhkan
tangan manusia sehingga arus tenaga kerja beralih dari sektor
agraris ke perkotaan. Urbanisasi mulai tinggi dan permintaan
tenaga kerja meningkat. Memasuki era industri kedua, alat-alat
produksi menjadi penggerak. Produksi menjadi berlipat ganda
karena tenaga kerja yang banyak, mesin yang semakin mapan,
dan permintaan konsumen yang juga banyak. Pada era ini,
massive-scale companies era baru muncul dan memproduksi
banyak barang dalam waktu singkat. Pabrik-pabrik didirikan,
faktor-faktor produksi berkembang secara masif, sumber daya
alam mulai dieksplorasi dan dikuasai, kapitalisme menggemuk.
Dengan ditemukannya mode transportasi udara pada tahun
1930-an, produsen dapat mengirim barang dengan cepat.
Muncullah perusahaan distribusi. Di era industri kedua inilah
proses produksi, distribusi dan konsumsi meningkat pesat dan
melibatkan begitu banyak orang. Di era ini, distributor men-
dapatkan tempat karena ruang pemasaran dan konsumen yang
luas dan besar.
Di era industri ketiga, yang menjadi kekuatan utama adalah
otomatisasi. Alat-alat produksi digantikan oleh sistem komputer
yang mulai berkembang pada tahun 70-an. Tenaga manusia
digantikan oleh mesin yang bekerja otomatis, lebih cermat,
lebih rapi, efisien, hemat, tidak memerlukan tunjangan sosial,
dan tidak pernah demonstrasi. Perusahaan yang melakukan
otomatisasi pada proses produksinya kian banyak. Sebagai
akibatnya, pemutusan hubungan kerja juga marak. Dengan
demikian, era industri ketiga juga ditandai dengan gelombang
PHK besar-besaran karena sebagian proses produksi dan
distribusi dilakukan oleh mesin.
Lalu apa yang terjadi pada era revolusi industri keempat?
Apa yang menjadi kekuatan dan aset utama? Kemunculan
koneksi internet nirkabel yang mencuat mulai tahun 2006
menjadikan dunia serasa terhubung melalui perangkat yang
bisa dibawa kemana-mana. Ini adalah ciri utama era industri
keempat,—ketersambungan di segala lini. Melalui fitur
messager, Anda bisa terkoneksi dengan banyak orang lain di
saat yang sama, dan tidak ada satu pun yang tahu apa yang
orang lain bicarakan dengan Anda. Dalam kesempatan lain,
Anda bisa membuka forum dan bertukar pikiran dengan ribuan
orang sekaligus. Inilah yang disebut dengan era digital platform.
Karena setiap orang di era industri keempat ini hidup di
‗dua dunia‘, yakni dunia nyata dan dunia digital, maka setiap
orang berpotensi memiliki identitas ganda, yakni identitas nyata
dan identitas di dunia maya. Setiap orang yang memiliki
smartphone setidaknya memiliki satu akun email yang menjadi
identitas digital mereka ke platform mana pun mereka pergi.
Faktanya, tiap orang bisa memiliki lebih dari satu identitas,
bahkan hingga ratusan. Karena itu, jumlah identitas digital
berlipat-lipat ganda banyaknya daripada identitas seseorang di
dunia nyata. Dengan kata lain, jumlah netizen ‗warganet‘ bisa
jauh lebih banyak daripada populasi manusia. Di ranah digital,
orang bisa menyamar menjadi apa saja dan melakukan apa saja.
Begitu cepatnya kecepatan akses dan pertukaran informasi
di ranah digital membuat setiap orang dipicu untuk menjadi
cepat dalam menerima informasi. Apa pun yang menarik akan
cepat mendapat atensi, dan apa pun yang kurang menarik
akan segera ditinggalkan. Dengan demikian, kekuatan utama di
era revolusi industri keempat ini adalah followers. Semakin
banyak seseorang memiliki follower, semakin banyak like,
subscribe dan comment yang bertandang ke kontennya, maka
dia menjadi pusat atensi. Jadi, followers adalah fokus aset di era
digital ini.
Di tahun 1600, tatkala seseorang ditanya, ―Berapa luas
lahanmu?‖ maka dengan bangganya dia akan menjawab
―Seratus hektar.‖ Semakin luas tanahnya, prestisenya akan
semakin tinggi. Di era ini, jika Anda bertanya berapa luas tanah
seseorang, dia dengan percaya diri akan berkata ―Satu are di
pinggiran kota dengan rumah tipe 80 dua lantai.‖ Hal seperti itu
bukan lagi prestise. Namun tatkala Anda bertanya, ―Apakah
Anda punya konten YouTube? Berapa jumlah follower dan
subscriber Anda?‖ Maka dengan bangganya dia akan menjawab
―Dua ratus ribu subscriber dan terus naik!‖
Dengan kata lain, followers dan subscribers yang adalah
kekuatan penggerak ekonomi digital bisa disamakan dengan
pelanggan atau calon pelanggan. Jumlah followers menentukan
jangkauan konten seseorang atau usaha yang dimilikinya.
Jumlah fillowers yang banyak menentukan menarik atau tidak-
nya suatu konten, produk atau jasa, menjadi menentu keter-
tarikan konsumen. Kita akan membahas lebih lanjut mengenai
pola ini di bab dua dan bab tiga, termasuk bagaimana Anda kini
benar-benar bisa menentukan berapa orang yang akan melihat
bisnis Anda, umur berapa dan di mana saja.
bila Anda ingin memulai sebuah usaha di ranah digital,
maka Anda sebaiknya tidak mulai berpikir seperti pedagang
konvensional. Bayangkanlah sebuah pasar tradisional. Di dalam
pasar itu ada lima penjual pisang goreng, dan Anda adalah
salah satunya. Di ranah digital, Anda masuk ke dalam sebuah
pasar yang sangat bebas bernama platform. Di dalam
platform,—katakanlah Instagram—Anda bisa melihat ribuan
pedagang pisang goreng mulai dari Denpasar hingga Inggris,
dan semua pisang goreng itu bisa dilihat setiap manusia yang
memiliki akun Instagram. Bayangkanlah jika pisang goreng yang
Anda jual sama dengan samudera pisang goreng lainnya dari
seluruh jagat. Tentu peluang bisnis Anda akan sangat kecil.
Karena itu, Anda mesti punya satu strategi inti: be unique.
Tak bisa dimungkiri, keunikan adalah aset nonfisik yang
paling berharga bagi setiap pebisnis. Di era industri sebelum-
nya, keunikan juga penting untuk menonjolkan kualitas atau ciri
khas produk, walaupun kekuatan inti terletak pada penguasaan
sumber daya. Namun di era revolusi industri keempat, sega-
lanya tampak berbeda: keunikan adalah kekuatan utama,
walaupun Anda bisa mendapat sumber daya dari mana saja.
Kita juga akan membahas keunikan ini di bab dua dan tiga.
Ada beberapa aset dan sikap fundamental yang mesti Anda
miliki dalam melakoni bisnis digital berbasis platform. Bisnis
gaya baru ini, yang kerap disebut startup industry, sedang
digandrungi generasi milenial. Cita-cita generasi milenial tidak
lagi bekerja di kantor, namun di mana saja dan kapan saja.
Kemudahan koneksi internet membuat gaya bekerja ini semakin
digandrungi, apalagi jika seseorang bisa menciptakan sebuah
produk atau jasa yang unik dan dibutuhkan banyak orang.
Untuk mencapai hal itu tentu tidak mudah.
1. Fokus
Hal pertama yang harus diperhatikan bila Anda ingin
memulai sebuah bisnis adalah fokus. Barangkali Anda kaget
bahwa ternyata walaupun bisnis milenial terkait dengan jaringan
internet, hal pertama yang harus dilakukan adalah mening-
galkan koneksi internet. Sebenarnya, hal yang penting ada di
sini. Kebanyakan dari kita memakai internet untuk melihat-
lihat media sosial, namun jarang kita mengalihkan fokus kita
pada konten-konten inspiratif sehingga walaupun kita sama-
sama memakai internet berkecepatan tinggi, tak ada
tambahan wawasan apa pun.
Pengguna internet aktif di Indonesia adalah 171 juta jiwa,
lebih dari setengah populasi. Sayang sekali, berdasarkan survei
Google pada tahun 2018 lalu, hanya 16% perusahaan di
Indonesia yang memiliki website23. Ini tentu suatu hal yang
timpang mengingat jumlah pengguna internet adalah pasar
yang begitu luas. Yang menjadi perhatian adalah bahwa 95
persen dari total pengguna internet di Indonesia adalah mereka
yang aktif di media sosial. Dengan kata lain, mereka adalah
orang-orang yang mengakses informasi secara aktif di media
sosial, terutama Facebook dan Twitter.
Data ini menunjukkan bahwa titik fokus pengem-
bangan bisnis milenial adalah media sosial, bukan lagi semata-
mata website. Selain mencari informasi, keberadaan media
sosial juga mencerminkan warga yang menginginkan
interkasi. Sebuah website cenderung menjadi media komunikasi
pasif satu arah, namun sebuah akun Facebook adalah media
interaksi real time.
Yang patut dicermati adalah ketika Anda ingin fokus
merencanakan dan mengembangkan bisnis Anda, sebaiknya
matikanlah segala media sosial. Tatkala seseorang sedang serius
bekerja, kehadiran media sosial justru akan mengganggu dan
menghilangkan konsentrasi. Anda bisa menjadikan sosial media
sebagai lapangan untuk riset produk Anda sesudah perencanaan
yang Anda susun matang.
sesudah menentukan produk atau jasa apa yang ingin Anda
jual, Anda harus melihat dan menentukan pasar. Saat inilah
Anda benar-benar memerlukan koneksi internet. Anda bisa
membuka Google Trends dan melihat sejauh mana produk Anda
akan diminati warga dan dari daerah mana saja. Dari sana,
Anda bisa membangun kreativitas yang bakal menjadi ciri khas
produk atau jasa Anda.
Jika Anda ingin membangun sebuah website, itu adalah hal
yang tidak wajib mengingat tingkat interaksi dalam website
tidak seintens media sosial. Namun bila Anda ingin meram-
bah sebuah bidang usaha yang lebih serius, Anda memer-
lukannya. Sebuah website adalah gambaran umum perusahaan
Anda. Website menampilkan wajah bisnis Anda secara formal di
ranah digital. Sebagai awal mula, Anda bisa memakai
perangkat lunak pembangun website. Anda bisa mengikuti
seminar gratis tentang membangun konten website, content
writing, copy writing dan keterampilan memakai aplikasi
bisnis di gawai Anda.
Lain kata, fokus berarti menentukan suatu keunikan yang
membuat produk atau usaha Anda berbeda dari produk lain
yang sejenis. Berdasarkan data Google tahun 2018, warga
Indonesia memiliki dua aktivitas utama di internet, yakni
berselancar di media sosial dan melihat informasi produk
online24. Karena itu, Anda memiliki peluang besar untuk me-
ngembangkan bisnis online segera sesudah Anda menemukan
apa keunikan produk Anda.
2. Passion
Aset kedua yang mesti dimiliki oleh pelaku usaha, atau
orang yang berniat menjadi pebisnis, adalah passion. Dalam
bahasa Indonesia, passion berarti kemantapan rasa yang
membuatmu tetap bertahan dalam hal yang Anda tekuni apa
pun risikonya. Passion mirip dengan rasa cinta setengah mati
pada suatu hal yang memang Anda tekuni. bila Anda
memiliki passion dalam berkreasi dengan kopi, maka Anda akan
terus menyukai eksperimen dengan kopi walaupun usaha Anda
jatuh bangun, bahkan bangkrut.
Passion, menurut B.J. Habibie, adalah hal yang paling
penting dalam suatu usaha. Keberhasilan Anda adalah sesuatu
yang Anda lakukan secara konsisten. Keberhasilan adalah
gabungan dari banyak kegagalan dan uji coba, sehingga tanpa
adanya passion yang besar, Anda tidak akan kuat menghadapi
tekanan kegagalan.
Dalam menjalani usaha, Anda akan menghadapi banyak
ketidakpastian. Bill Gates menyatakan bahwa ketidakpastian
akan masa depanlah yang membuat pengusaha selalu
termotivasi. Pengusaha sejati menyukai segala hal yang tidak
pasti, terutama tentang masa depan. Karena itu, seorang
pengusaha atau calon pengusaha hendaknya siap dengan risiko
terburuk, deal terburuk. Karena itu, mental seorang pengusaha
senantiasa diperkuat oleh passion-nya. Seorang pengusaha
tidak memiliki penghasilan yang tetap, dan karena itu dia
dituntut untuk senantiasa berpikir dan mencari peluang. Hal itu
yang membuat mentalnya kuat. bila seorang calon
pengusaha tidak memiliki passion dalam bidang usahanya,
maka dia tidak dapat bertahan.
Bayangkanlah diri Anda sendiri. bila Anda ingin
memulai sebuah bisnis milenial karena tertarik dengan biaya
promosi yang murah (bahkan gratis) di media sosial, maka Anda
harus memperhitungkan passion. bila Anda bukan seorang
risk taker, maka setidaknya Anda harus mengasah passion Anda.
bila Anda tidak memiliki passion, atau kecintaan pada
sesuatu, maka belajarlah untuk mencintai apa yang Anda tekuni.
Anda bisa membayangkan jika Anda menjual kopi namun tidak
menyukai kopi. Bagaimana Anda bisa membuat temuan-temuan
cita rasa terbaru? Bagaimana Anda bisa berkisah tentang kopi
milenial kepada rekan-rekan dan kolega Anda?
3. Brand dan ciri khas
Permasalahan utama dalam branding adalah tenaga, waktu
dan biaya yang dibutuhkan ketika merintisnya. Branding adalah
hal yang membuat frustrasi terutama tatkala Anda menyadari
bahwa ada ribuan orang yang menjual pisang goreng yang
mirip buatan Anda di internet. Tatkala Anda mengecek mesin
telusur Google dan menyadari bahwa ada tiga juta search
inquiry tentang pisang goreng, maka harapan Anda bisa saja
nyaris putus.
Branding di era digital adalah sesuatu yang lain. Ini sangat
jauh berbeda dengan beriklan di surat kabar atau memasang
iklan di billboard yang sangat mahal harganya. Di dunia digital,
dalam beberapa menit saja branding Anda bisa dilihat jutaan
orang sesuai dengan target wilayah di mana Anda ingin
spreading. Inilah kekuatan utama branding di media sosial.
Gambar 1.9 | Tahun 1980 Pocari Sweat mulai dipasarkan dan kini brand-nya
terkenal ke seluruh dunia sebagai minuman rehidrasi penambah ion. Ciri khas
minumannya yang ‗bagaikan oralit‘ menjadi kekuatan utama brand-nya.
Namun untuk menemukan kekuatan dalam brand Anda,
maka Anda perlu sebuah ciri khas. Misalnya, kopi buatan Anda
memiliki cita rasa mint dengan proporsi sekian persen. Proporsi
ini adalah ciri khas perusahaan Anda yang tidak boleh diketahui
siapa pun. bila orang-orang memesan kopi Anda, mereka
akan langsung tahu bahwa itu adalah merek Anda dari cita
rasanya yang berbeda. Ini yang dimaksud sebagai kekuatan
brand,—aura yang memberi jiwa pada brand. Sebagai contoh,
tatkala seseorang mendengar kata starbucks, maka mereka
langsung membayangkan warung kopi kelas dunia di mana
mereka bisa mejeng dan tampak seperti orang kaya. Namun,
ketika orang-orang mendengar nama Bali Post, mereka
langsung membayangkan sebidang surat kabar legendaris yang
selalu terkait dengan isu-isu hangat di Bali. bila orang
mendengar Kompas, maka mereka langsung mengingat warna
birunya yang khas. Jadi, bila orang mendengar nama kopi
Anda, apa yang Anda harapkan mereka bayangkan? Itulah jiwa
brand Anda.
4. Pasar
Sekali Anda memiliki kekuatan branding dan ciri khas, maka
pasar bukanlah jadi soal. Orang bisa mencari Anda di mana saja
lewat perangkat ponsel mereka. Kadangkala, branding disertai
dengan slogan yang populer. Go-Jek, misalnya, memiliki slogan
connecting people yang singkat namun bermakna. Jadi, bila
orang mencari di internet, mereka mudah mengingat nama dan
slogan itu. Karenanya, pasar membutuhkan nama yang unik,
tidak terlalu panjang, mudah diucapkan, memiliki ciri khas, dan
mudah diingat karena terkoneksi dengan kebutuhan mereka.
Fungsi utama branding dan ciri khas Anda adalah agar
mudah ditemukan mesin pencari. Kuncinya, semakin kalimat
promosi Anda mengandung kata-kata lumrah yang tepat guna,
maka semakin mudah Anda dicari. Misalnya, Anda membuat
usaha pisang goreng, lalu Anda buatkan kata kunci ‗pisang
goreng paling enak di Bali‘, maka Anda otomatis berada di list
pertama Google. Anda bisa mempelajari teknik pemasaran
seperti ini langsung lewat Google Gapura Digital yang diadakan
setiap Sabtu dan Minggu secara gratis di kota Anda.
Aset-aset fundamental ini adalah modal nonfisik yang
harus Anda miliki bila Anda memang berniat menjadi
pengusaha sejati. Di era milenial ini, pengusaha adalah profesi
yang bergengsi. Di dekade sebelumnya, menjadi pegawai
negeri sipil mungkin menjadi prestise, namun di zaman digital
ini, kemandirian dan keunikan menjadi aset individu yang
sangat diapresiasi. bila seseorang mampu mengembangkan
kemandirian usaha dan keunikan bidang usahanya, maka ia
mendapat prestise.
Akan tetapi, yang kerap menjadi alangan adalah tentang
bagaimana membangun usaha Anda dan membuatnya tumbuh
besar. Itu pastinya memakan waktu. Gramedia membutuhkan
waktu dua dekade untuk berkembang menjadi perusahaan
media yang besar. Kini pun ia mesti berkelompok dengan
perusahaan media lainnya untuk mempertahankan keperka-
saannya di gempuran era informasi digital.
Mempertimbangkan segala risiko menjadi pengusaha, Anda
sebenarnya tidak perlu mundur. Setiap usaha pasti memiliki
faktor risiko, semudah apa pun kelihatannya usaha itu. Jika
Anda memang berniat berusaha sendiri, namun terkendala
masalah risiko dan tidak ingin berlama-lama mengembalikan
modal usaha Anda, maka Anda bisa menempuh jalan waralaba.
Bisnis gaya baru yang cepat memberi untung
Waralaba secara harfiah berarti Anda membeli sebuah
bisnis yang sudah jadi. Daripada susah-susah membangun
bisnis pisang goreng dari awal, branding, promosi, dan terlibat
perseteruan dengan pedagang lain, Anda bisa memutuskan
untuk membeli bisnis pisang goreng yang sudah jadi. Membeli
sebuah bisnis artinya Anda mengontrak elemen-elemen bisnis
perusahaan itu, mulai dari mereknya, hak ciptanya, prosedur
memasaknya, dan resep rahasianya selama jangka waktu
tertentu. Semua paket bisnis ini bisa Anda kontrak dan Anda
kembangkan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
perusahaan. Inilah yang dinamakan waralaba, atau franchise.
Ace Hardware menjadi salah satu waralaba internasional yang
sukses dengan ekspansi hingga 200 outlet di Indonesia saja.
Kawan Anda, Udin, yang tinggal di Semarang ternyata
memiliki usaha pisang goreng bermerek terkenal. Anda ingin
melejitkan usaha pisang goreng Anda sehingga memutuskan
untuk menerima waralaba dari Udin. Yang Anda lakukan adalah
membayar sejumlah modal, dan Anda akan diberikan hak untuk
memakai merek usaha kawan Anda itu. Tak hanya itu,
Anda akan diberikan pelatihan cara memasak pisang goreng ala
Udin, dengan cita rasa dan cara penyajian yang sama. sesudah
itu, Anda bisa menjual pisang goreng dengan brand terkenal
milik Udin. Sebagai kompensasi atas merek itu, Anda wajib
membayar biaya royalti hak cipta kepada Udin.
Jadi, dalam waralaba, ada pihak pemberi waralaba
(franchisor) dan penerima waralaba (franchisee). Baik franchisor
atau franchisee bisa berupa individu, kelompok, badan hukum,
atau perusahaan perseorangan. Pada intinya, dalam waralaba
Anda menyewa hak cipta yang telah dikenal luas untuk
mendongkrak usaha Anda.Dalam hal ini, pemberi waralaba
(franchisor) memberikan hak kepada pihak lain untuk
memanfaatkan dan/atau memakai hak atas kekayaan
intelektual, penemuan, mereka atau ciri khas pihak pemberi
waralaba.
Sementara itu, penerima waralaba (franchisee) diberikan
hak untuk memanfaatkan atau memakai elemen
perusahaan yang diwaralabakan oleh pemberi waralaba. Dalam
hubungan ini, ada pemakaian hak cipta dan paten yang terkait
pula dengan undang-undang hak kekayaan intelektual.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 1997, Pasal
1 Angka 1, waralaba adalah perikatan di mana salah satu pihak
diberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau memakai hak
atas kekayaan intelektual, penemuan atau ciri khas usaha yang
dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persya-
ratan dan/atau penjualan barang dan/atau jasa.
Karena itu, dalam waralaba selalu ada dua pihak yang be-
kerja sama dan terikat dalam suatu perjanjian. Waralaba
memungkinkan pengembangan bisnis bagi penerima waralaba
walaupun dia tidak memiliki pengalaman dalam berbisnis.
Dengan hanya pelatihan singkat dari pemberi waralaba, maka
bisnis waralaba sudah dapat berjalan dengan tuntunan serta
panduan dari pemberi waralaba.
Jumlah waralaba di Indonesia, menurut data Asosiasi
Franchise Indonesia tahun 2019, mencapai lebih dari 200 merek
dengan pertumbuhan 15-20% selama tahun 2019. Lebih dari
separuh merek waralaba ini adalah waralaba kuliner.
Sebanyak 60% waralaba terpusat di perkotaan, dan sisanya
tersebar di perdesaan25.
Ciri khas waralaba adalah hegemoni bertingkat. Pemberi
waralaba melakukan hegemoni pada penerima waralaba, dan
penerima waralaba melakukan hegemoni pada konsumen. Ini
mirip seperti multi-level marketing. Bedanya adalah, individu
penerima waralaba (sebuah badan usaha atau perseorangan)
tidak bisa menjadi ‗pewaralaba tingkat dua‘ sebab dia tetap
bukan sebagai pemegang merek. Jika ini terjadi, akan ada
ketimpangan dalam masalah hak cipta26. Dalam multi-level
marketing, tingkatan hegemoni ini tidak hanya sampai dua saja.
Anda bisa merekrut downline sebanyak-banyaknya dan
downline Anda merekrut sub-downline sebanyak-banyaknya.
Semakin banyak ‗kaki-kaki‘ Anda, maka keuntungan yang Anda
peroleh akan semakin berlipat.
Perusahaan-perusahaan waralaba besar di dalam negeri di
antaranya Alfamart dan Indomaret (yang memiliki 10,666 toko
di seluruh negeri pada awal 2019), J.Co yang merambah
Australia, Singapura dan Hongkong, Es Teler 77 yang menjadi
salah satu pelopor bisnis waralaba di Indonesia di tahun 1987,
dan California Fried Chicken (Anda mungkin kaget karena
ternyata waralaba ini berasal dari Indonesia namun populer di
Tiongkok). Tak ketinggalan, ada waralaba ayam bakar Wong
Solo yang sangat populer. Kini, mulai ada waralaba Mie Kober
yang murah meriah, dan kabarnya di tahun 2019 ini kopi Lucinta
Luna akan berubah format menjadi waralaba juga.
Jenis-jenis Waralaba
Bertumbuhnya sektor industri dan keinginan warga
untuk memperoleh keuntungan yang instan dari penanaman
modal menciptakan banyak jenis waralaba. Berdasarkan survei
Asosiasi Waralaba Internasional tahun 2018, peningkatan
jumlah perusahaan yang diwaralabakan mulai awal milenium
meningkat hampir 200 persen dibandingkan dengan era
sebelumnya. Ini menandakan bahwa warga dunia telah
mengalami perubahan pola besar-besaran dalam aspek
penanaman modal.
Dalam bab-bab selanjutnya akan kita bahas lebih dalam
mengenai sektor-sektor yang telah dijadikan waralaba, yang pa-
dahal dahulunya hanyalah sektor produksi atau distribusi biasa.
Perkembangan internet telah membuat segala sesuatu bisa
dikenal luas lebih cepat, apalagi jika produk-produk atau
jasanya telah dikenal sebelumnya dan memiliki jumlah pelang-
gan yang besar. Saat internet berkembang dan orang-orang
didorong untuk memutar modal lebih cepat, waralaba bahkan
telah merambah sektor pendidikan, kesehatan, transportasi dan
bahkan perbankan.
Mari kita perkecil wilayah pembahasan kita pada waralaba
yang berkembang di Indonesia. Sebenarnya, jenis waralaba
yang ada di Indonesia rata-rata sama dengan waralaba yang
populer di dunia. Pada intinya, struktur dari sebuah waralaba
terkonsentrasi pada komponen biaya. Maksudnya adalah, biaya
yang dikeluarkan untuk waralaba (franchise fee) menjadi pertim-
bangan pokok baik bagi penerima waralaba (franchisee) mau-
pun pewaralaba (franchisor), yang sama-sama terkait erat
dengan hak pewaralaba dan kewajiban penerima waralaba27.
Tak peduli apa pun jenis waralabanya, inti sebuah waralaba
pasti terpusat di sekitar kedua hal itu.
Yang membedakan satu jenis waralaba dan waralaba lain-
nya adalah produk dan jasa yang diwaralabakan, negara asal
pewaralaba dan persentase pembagian komponen yang diwa-
ralabakan28. Menurut produk dan jasanya, waralaba dibagi
menjadi tiga, yakni waralaba produk, waralaba jasa, dan
waralaba campuran. Beberapa Anda mungkin kadang menyo-
dorkan katalog Oriflame dan menunjukkan produk-produk baru
mereka yang berganti se