Tampilkan postingan dengan label sapi 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sapi 3. Tampilkan semua postingan

Selasa, 30 April 2024

sapi 3


 





Peternakan sapi perah di negara kita  

sebagian besar dilakukan oleh anggota 

masyarakat di pedesaan secara perorangan yang 

bergabung dalam suatu koperasi. Koperasi 

Serba Usaha (KSU) Tunas Setia Baru berada di 

Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan, Jawa 

Timur, dengan jumlah populasi sapi perah yang 

dimiliki anggotanya 1.326 ekor induk sapi, per-

September 2018. Permasalahan pada usaha 

ternak sapi perah pada umumnya adalah 

rendahnya efisiensi reproduksi yang disebabkan 

oleh gangguan reproduksi. Data laporan kasus 

gangguan reproduksi sapi perah di KSU Tunas 

Setia Baru yang cukup banyak adalah 

hipofungsi ovarium.  

Data global gangguan reproduksi pada sapi 

dan kerbau tahun 2002-2017, kasus hipofungsi 

ovarium menempati persentase kedua terbanyak 

(12%) setelah sub-estrus (42,1%) (Yániz et al., 

2008). Sedangkan di beberapa wilayah yang 

lain kasus hipofungsi ovarium menempati 

persentase teringgi diantara kasus gangguan 

reproduksi yang lain meskippun dengan angka 

yang berbeda-beda, yaitu di Lithuania 15,87% 

(JuodžentytÄ— dan Žilaitis, 2018), di Sulawesi 

62,1% , dan di Jawa 

Timur sebesar 6,28% ,

Pada kasus hipofungsi ovarium tidak ada 

folikel mapupun korpus luteum, sehingga pada 

pemeriksaan per rektal permukaan ovarium 

licin. Sapi yang mengalami hipofungsi ovarium 

tidak menunjukkan tanda-tanda birahi 

(anestrus) dalam waktu yang lama. Secara 

endokrinoligis kasus hipofungsi terutama terjadi 

akibat kekurangan nutrisi, sehingga kelenjar 

hipofisa anterior tidak mampu mensekresikan 

Follicle Stimulating Hormone (FSH) dalam 

jumlah yang cukup untuk pertumbuhan dan 

pembentukan folikel di ovarium. Penanganan 

pada keadaan hipofungsi ovarium dapat 

dilakukan dengan memperbaiki kualitas pakan 

dan pemberian pengobatan dengan hormon 

antara lain dengan hormon gonadotropin 

Hormon gonadotropin yang banyak 

dipergunakan oleh para praktisi adalah 

Pregnant Mare Serum Gonadotropin (PMSG) 

dan human Chorionic Gonadrotopin (hCG). 

Kedua hormon tersebut merupakan hormon 

glikoprotein, terdiri dari subunit α dan β. Sub 

unit α pada PMSG dan hCG adalah sama, 

namun sub unit β yang menimbulkan perbedaan 

sifat aktivitasnya. Hormon PMSG berfungsi 

seperti   Follicle Stimulating Hormone (FSH) 

yang merangsang pertumbuhan folikel sampai 

matang sehingga menimbulkan gejala birahi, 

dengan sedikit sifat Luteinizing Hormon (LH) 

yang berfungsi menyebabkan ovulasi pada 

folikel yang telah matang , sedangkan 

hormon hCG bekerja seperti Luteinizing 

Hormon (LH)  (Cole, 2009). 

Laporan kasus ini membahas pengobatan 

hipofungsi ovarium menggunakan dosis yang 

sama hormon PMSG dikombinasikan dengan 

hormon hCG dengan dosis yang berbeda. 

 

Koperasi Serba Usaha (KSU) Tunas Setia 

Baru Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan, 

Jawa Timur, terletak di lereng sebelah barat 

pegunungan Tengger di ketinggian 400-2000 

meter.  Wilayah kerja KSU Tunas Setia Baru 

meliputi 10 desa, yang secara secara geografis 

berada pada  7° 53' 30.51" LS dan 112° 48' 

41.90" BT.  

 

Diagnosis 

Laporan kasus menggunakan 10 ekor 

ternak sapi perah Peranakan Friesian Holstein 

(PFH), dengan kriteria: pernah beranak, tidak 

menunjukkan gejala estrus lebih dari 60 hari 

setelah melahirkan terakhir (Hafez dan Hafez, 

2000a), skor kondisi tubuh (Body Condition 

Score, BCS) 3 atau kurang (skala 1–5). 

Diagnosis dengan pemeriksaan palpasi rektal 

untuk memastikan bahwa kondisi ovarium halus 

tanpa ada folikel maupun korpus luteum.   

 

Terapi Hormon 

Hormon yang digunakan adalah preparat 

hormon PG-600 (Intervet), preparat hormon 

hCG Chorulon (MSD). Sepuluh sapi perah yang 

mengalami hipofungsi ovarium disuntik PG-

600 dengan dosis 300 IU secara intramuskuler 

pada saat diagnosa hipofungsi ovarium 

ditegakkan. Selanjutnya 10 sapi perah hipofungsi 

ovarium tersebut dibagi secara acak menjadi dua 

kelompok sama banyak. Penyuntikan Chorulan 

(hCG) dilakukan secara inramuskuler pada 

waktu birahi bersamaan dengan saat inseminasi, 

yaitu 300 IU pada kelompok pertama,  dan 600 

IU pada kelompok kedua. Respons birahi yang 

diamati berupa persentase birahi, serta rentangan 

dan rerata waktu terjadinya birahi dihitung 

berdasarkan saat penyuntikan PG-600 sampai 

dengan munculnya tanda birahi, diantara spai 

perah yang mengalami hipofungsi ovarium.  

 

Inseminasi Buatan 

Inseminasi buatan dilakukan dengan 

menggunakan semen beku sapi perah PFH yang 

diperoleh dari Balai Besar Inseminasi Buatan 

(BBIB) Singosari. Teknis pelaksanaan 

dilakukan oleh inseminator, sesuai prosedur 

operasional standar, semen beku post-thawing 

dimasukkan pada posisi keempat menggunakan 

laras inseminasi buatan. Respons yang diamati 

adalah persentase kebuntingan diantara sapi-

sapi diberi perlakuan dan diinseminasi. 

Semua sapi perah hipofungsi ovarium 

(100%) mengalami birahi baik pada kelompok 

pertama maupun kelompok kedua. Waktu 

munculnya tanda-tanda birahi dihitung sejak 

penyuntikan PG-600 pada kelompok pertama 

pada rentangan 6 – 8, dengan rerata 6,8 ± 0.84, 

sedangkan pada kelompok kedua pada 

rentangan 6 – 7 dengan rerata 6,2 ± 0.45 hari. 

Diagnosis kebuntingan yang dilakukan 60 hari 

setelah inseminasi buatan menunjukkan bahwa 

semua sapi perah PFH (100%) pada kedua 

kelompok tersebut dinyatakan bunting (Tabel 

1). 

Tabel 1 Persentase birahi, rentangan dan rerata waktu munculnya birahi (hari), serta persentase 

kebuntingan pada sapi perah yang mengalami hipofungsi ovarium setelah diberi pengobatan dengan 

hormon gonadotropin. 

Gonadotropin jumlah 

sapi 

birahi persentase 

bunting PG-600 hCG persentase rentangan waktu rerata waktu 

300 IU  100 IU 5 100 % (5/5) 6 – 8 6,8 ± 0.84 100 % (5/5) 

300 IU 300 IU 5 100 % (5/5) 6 – 7 6,2 ± 0.45 100 % (5/5) 

PG-600 disuntikkan intramuskuler saat sapi terdiagnosis hipofungsi ovarium; hCG disuntikkan 

bersamaan dengan waktu inseminasi buatan; waktu birahi dihitung dari saat penyuntikan sampai 

dengan pertama kali munculnya tanda birahi. 

 

Gangguan reproduksi karena hipofungsi 

ovarium dapat diobati dengan pemberian 

preparat hormonal FSH-LH like dengan 

penyuntikan preparat kombinasi FSH–LH atau 

FSH–LH like seperti, PMSG dan hCG 

(Hermadi, 2015). Pada penanganan kasus 

hipofungsi pada sapi perah di KSU Tunas Setia 

Baru menggunakan kombinasi   PG-600   

300IU   dengan hCG   300IU   atau kombinasi 

PG-600 dan hCG 100IU terbukti dapat 

mengaktifkan kembali ovarium pada 100% 

(10/10), sehingga semuanya menunjukkan 

respons birahi antara 6-8 hari setelah 

penyuntikan PG-600, dan semua bunting pada 

pemeriksaan per rektal 60 hari setelah 

dilakukan inseminasi buatan. Hasil tersebut 

lebih baik dibandingkan laporan-laporan 

sebelumnya. Pengobatan hipofungsi ovarium 

pada kerbau menggunakan PMSG saja 

menghasilkan kebuntingan 58.33 % , Sedangkan pengobatan 

hipofungsi ovarium pada sapi dan kerbau 

dengan 180 IU PG-600 saja menghasilkan 

angka birahi sebesar 90,8%, antara 3 – 9 hari 

atau rata-rata 5 hari setelah penyuntikan PG-

600 ,

Preparat PG-600 mengandung 400 IU 

hormon PMSG dan 200 IU hormon hCG. 

Pregnant  Mare Serum Gonadotropin 

mempunyai aktifitas sebagai FSH dan sedikit 

LH. Fungsi utama FSH adalah stimulasi 

pertumbuhan dan pematangan folikel de graaf 

di dalam ovarium , Pada penanganan kasus ini, 

pemakaian kombinasi PG-600 dengan hCG 

mampu menginduksi aktivasi ovarium sapi 

yang mengalami hipufungsi. Hormon PMSG 

yang terkandung dalam PG-600 berfungsi 

menginisiasi pertumbuhan folikel pada 

ovarium. Sedangkan fungsi Luteinizing 

Hormone (LH) yang terkandung dalam PG-600 

dan hCG berperan pada proses androgenesis 

yang terjadi pada folikel dengan merubah 

cholesterol menjadi testosterone. Testosteron 

yang terbentuk akan berdifusi masuk ke dalam 

sel granulosa untuk diubah oleh FSH menjadi 

estrogen melalui proses aromatisasi yang 

melibatkan enzim aromatase. Adanya estrogen 

menyebabkan pertumbuhan folikel muda 

menjadi matang sampai terjadi birahi yang 

diikuti ovulasi. Hormon estrogen juga 

menyebabkan sapi  menunjukkan  tanda-tanda 

birahi ,

Secara fisiologis fungsi FSH (dalam PG-

600) menstimulir pematangan folikel yang 

menghasilkan hormon estrogen. Hormon 

estrogen tersebut menyebabkan munculnya 

tanda-tanda birahi, yaitu peningkatan 

vaskularisasi ke organ reproduksi betina dan 

menimbulkan perilaku birahi. Ketika folikel 

telah matang, hormon estrogen mencapai kadar 

tertinggi yang kemudian memicu hipofisa 

anterior untuk melepaskan LH yang 

menyebabkan terjadinya ovulasi  Hormon hCG yang disuntikkan 

setelah penyuntikan PG-600 bertujuan untuk 

meningkatkan kapasitas induksi ovulasi. 

Hormon hCG mempunyai aktifitas seperti LH 

yang  dapat  merangsang  sel-sel  granulosa  

dan  sel-sel  teka  pada  folikel  yang matang 

mengalami ovulasi (Siregar et al., 2004).  

Kebuntingan hasil inseminasi buatan tidak 

hanya karena aktivasi kembali ovarium sampai 

dengan terjadinya ovulasi, terdapat beberapa 


faktor lain yaitu kualitas semen, penanganan 

semen, deteksi birahi, ketepatan waktu 

inseminasi  dan 

keterampilan inseminator dalam mendeposisikan 

semen ke dalam organ reproduksi sapi (,). Pada penanganan kasus ini faktor-faktor 

lain tersebut adalah sama diantara semua sapi 

perah objek pada laporan kasus ini. Setelah 

ovulasi, kadar hormon estrogen menurun 

drastic, sel-sel pada jaringan sisa ovulasi 

mengalami luteinasi oleh LH membentuk 

korpus luteum yang menghasilkan hormon 

progesterone. Sekresi LH yang terus menerus 

penting untuk mempertahankan CL dan sekresi 

progesteron untuk kelanjutan   kebuntingan   

pada   sapi   

 

Pemberian kombinasi hormon PMSG 

dengan hCG dapat menimbulkan birahi dan 

kebuntingan pada sapi perah 100% (10/10) 

yang mengalami hipofungsi ovarium di KSU 

Tunas Setia Baru Kecamatan Tutur Kabupaten 

Pasuruan. 

 


Dalam menjalankan perekonomian 

negara, banyak aspek yang berperan dalam 

meningkatkan komoditas negara. Aspek-

aspek tersebut antara lain dalam bidang 

Perkebunan, Pertanian, Perikanan, 

Perdagangan, dan yang tidak kalah 

pentingnya adalah di bidang Peternakan. 

banyak hewan yang dapat diternakkan 

salah satunya adalah sapi. Sapi memiliki 

manfaat yang cukup banyak untuk 

kehidupan manusia seperti bisa digunakan 

untuk bahan makanan, diperah susunya, 

dan kulitnya bisa digunakan untuk 

kerajinan. Tetapi, sapi rentan pada 

penyakit, hal itu membuat kerugian yang 

cukup besar bagi para peternak sapi.  

Dalam memelihara sapi, penyakit 

merupakan salah satu resiko yang harus 

dihadapi. Misalnya, seekor sapi yang 

mengidap penyakit tertentu yang dapat 

merusak produksi susu sapi. Ada pula 

penyakit sapi yang dapat mengakibatkan 

keguguran pada kehamilan bahkan sampai 

ada yang menyebabkan kematian pada 

sapi, apalagi jika penyakit tersebut sangat 

menular. Tentu saja hal ini tidak dapat 

dibiarkan dan harus diambil tindakan-

tindakan untuk pengendalian, baik itu 

berupa tindakan pencegahan maupun 

pengobatan. Menurut laporan tahuanan 

Dinas Peternakan Jawa Timur tahun 2010 

tercatat 3,905 kasus penyakit BEF (Bovine 

Emerald Fever) terjadi di daerah Jawa 

Timur. BEF adalah suatu penyakit viral 

pada sapi dan kerbau yang ditandai dengan 

terjadinya demam tinggi, rasa sakit otot, 

dan kepincangan. Data tersebut didapat 

dari beberapa rumah sakit hewan yang ada 

di wilayah Jawa Timur yang kemudian 

dikumpulkan oleh Dinas Peternakan Jawa 

Timur. Oleh karena itu, agar kasus 

penyakit BEF dan jenis-jenis penyakit 

yang lain tidak bertambah kasusnya, perlu 

dilakukan tindakan yang cepat dalam 

penanganannya. 

Teknologi komputer yang sudah 

semakin canggih merambah ke segala 

bidang, dan semuanya itu ditujukan bagi 

kemudahan dalam beraktifitas. Saat ini 

jenis pemanfaatannya semakin 

berkembang dari hanya sekedar mesin 

ketik dan alat hitung biasa, saat ini 

dimanfaatkan untuk membantu dalam 

pekerjaan di beberapa bidang lain selain 

berbasis komputer. Salah satu contohnya 

adalah mendiagnosa penyakit dengan 

menggunakan Sistem Pakar. Sistem Pakar 

itu mampu meniru kerja seorang pakar 

dalam melakukan diagnosa penyakit 

khususnya pada hewan sapi. Karena 

sifatnya hanya meniru kecerdasan seorang 

dokter hewan, maka kemampuan Sistem 

Pakar ini tidak dapat menyamai dokter 

hewan yang sebenarnya. Oleh karena itu 

dengan penggunaan  Sistem Pakar 

Penentuan Jenis Penyakit Pada Hewan 

Sapi dapat membantu dokter hewan untuk 

mengetahui penyakit sapi secara cepat dan 

tepat. 

sistem pakar adalah suatu program 

komputer cerdas yang menggunakan 

knowledge (pengetahuan) dan prosedur 

inferensi untuk menyelesaikan masalah 

yang cukup sulit sehingga membutuhkan 

seorang yang ahli untuk 

menyelesaikannya. Selain itu sistem pakar 

juga merupakan suatu sistem komputer 

yang menyamai (emulates) kemampuan 

pengambilan keputusan dari seorang 

pakar. Istilah emulates berarti bahwa 

sistem pakar diharapkan dapat bekerja 

dalam semua hal seperti seorang pakar. 

Forward chaining adalah suatu 

metode dari mesin inferensi untuk 

memulai penalaran atau pelacakan suatu 

data dari fakta-fakta yang ada menuju 

suatu kesimpulan (Arhami, 2005). Dalam 

metode ini, data yang digunakan untuk 

menentukan aturan mana yang akan 

dijalankan, kemudian aturan tersebut 

dijalankan. Untuk lebih jelasnya dapat 

dilihat alur dari metode  forward chaining 

seperti pada gambar 1

 Dependency diagram di dalam 

sistem pakar berfungsi untuk menunjukan 

hubungan atau ketergantungan antara 

inputan pertanyaan, rules, nilai dan 

rekomendasi yang dibuat oleh prototype 

sistem berbasis pengetahuan (Dologite, 

1993). Contoh dari dependency diagram 

dapat di lihat pada gambar 

HEWAN SAPI 

 Sapi adalah hewan ternak 

terpenting sebagai sumber daging, susu, 

tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi 

menghasilkan sekitar 50% (45%-55%) 

kebutuhan daging didunia, 95% kebutuhan 

susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi 

berasal dari famili Bovidae. Seperti halnya 

bison, banteng, kerbau (Buballus), kerbau 

afrika (syncherus), dan anoa.  

Tubuh sapi tersusun dari sel-sel 

yaitu bagian tubuh terkecil yang hidup dan 

berkembang secara dinamis dengan cara 

pembelahan. Sel-sel ini melalui proses 

pembelahan yang berkelanjutan berangsur-

angsur berkembang dan  mengelompok 

menjadi kumpulan sel dengan fungsi yang 

khusus.  


PENYAKIT SAPI 

 Penyakit pada sapi biasanya dipicu 

eleh beberapa penyebab diantaranya 

bakteri, virus, parasit dan jamur. Selain itu 

kelainan pada saat lahir juga merupakan 

penyakit yang tidak bisa dihindari. Contoh 

penyakit yang disebabkan oleh bakteri : 

1. Aktinobasilosis   

Aktinobasilosis  adalah penyakit 

bakterial pada sapi, babi, kuda, dan 

domba yang sering menyerang 

jaringan lunak dan kelenjar getah 

bening. Jaringan utama yang terserang 

pada sapi adalah lidah dengan 

pembentukan nanah dan radang 

granuloma (jenis peradangan yang 

membentuk benjolan akibat adanya 

reaksi selular makrofag terhadap 

infeksi yang tejadi). 

2. Antraks 

Penyakit Antraks bersifat menular 

akut dan perakut. Penyakit ini dapat 

menyerang semua jenis hewan 

berdarah panas bahkan manusia. 

Penyakit ini dapat menyebabkan 

angka kematian tinggi. 

3. Dermatofilosis 

Dermatofilosis atau Kutaneus 

Streptotrikosis adalah radang kulit 

(dermatitis) yang ditandai dengan 

pembentukan kudis yang tebal. 

Penyakit ini banyak dijumpai di 

negara-negara tropis, terutama di saat 

musim hujan dan merupakan penyakit 

zoonosis. 

 

FLOWCHART 

Pada gambar 3. dapat dijelaskan 

bahwa diagram alir sistem untuk proses 

inference engine menggambarkan proses 

penelusuran untuk menentukan kesimpulan 

yang tepat. Inference engine akan menerima 

respon data yang berasal dari jawaban user 

umum, kemudian melakukan proses terhadap 

basis pengetahuan yang sesuai. Metode yang 

digunakan adalah runut maju (forward 

chaining). 

DEPENDENCY DIAGRAM 

   Dependency diagram digunakan 

untuk menentukan hubungan antara faktor-

faktor penting yang mempengaruhi dalam 

pemberian suatu rekomendasi minat dan 

bakat. Dependency diagram juga berisi 

aturan-aturan dan jawaban yang digunakan 

untuk memudahkan pada saat proses 

verifikasi. Dependency diagram dapat 

dilihat pada Gambar 4. 

Kesimpulan yang dapat diambil 

dari hasil implementasi dan Evaluasi pada 

bab sebelumnya adalah sebagai berikut: 

1. Aplikasi Sistem Pakar Dalam 

Penentuan Jenis Penyakit Pada Hewan 

Sapi dapat memberikan informasi 

mengenai penyakit sapi tersebut dan 

cara pengobatan maupun 

penanggulangannya. 

2. Penerapan sistem ini juga 

menghasilkan informasi berupa 

laporan tentang jenis-jenis penyakit 

sapi apa saja yang menyerang sapi 

dalam kurun waktu tertentu. 

3. Sistem ini dapat mendiagnosa 

penyakit sapi dengan menggunakan 

metode forward chaining, dimana 

metode ini melakukan pelacakan atau 

penalaran suatu data dari fakta-fakta 

yang ada sehingga mendapatkan 

sebuah kesimpulan. 

Dalam pengembangan aplikasi 

sistem pakar dalam penentuan jenis 

penyakit pada hewan sapi dapat diajukan 

saran, yaitu penambahan jenis sapi yang 

ada di seluruh dunia, agar aplikasi ini 

dapat digunakan pada semua jenis sapi 

yang ada. 

 

 


Desa Susut  merupakan daerah dataran tinggi, terletak 4km arah selatan dari kota kecamatan 

susut dan 10 km arah barat kota Kabupaten Bangli, dengan luas wilayah 4,83 km2, dengan 

sebagian besar lahan digunakan untuk kegiatan pertanian, yakni seluas 216 Ha (0,45%). Desa Susut 

Bangli yang meliputi 9 Banjar/Pekraman. Kesembilan banjar ini  adalah Banjar Pukuh, Banjar 

Penatahn, Banjar Penglumbaran, Banjar lebah, Banjar Juwuk Bali, Banjar Manuk, Banjar Tangkas, 

Banjar Susut Kaja dan Banjar Susut Kelod. Masyrakat Desa Susut menggantungkan hidup dari 

sktor pertanian, selain itu dari sektor peternakan dengan jenis ternak peliharaan seperti; sapi, babi, 

unggas dan lain-lain. Sistema berusaha ternak yang dilakukan masyrakat masih bersifat tradicional, 

karena usaha ini diposisikan sebagai usaha sambilan (http:/desasusut.wordpress.com).  

 Salah satu kebijakan pemerintah dalam pembangunan peternakan di negara kita  adalah upaya 

dalam pencukupan kebutuhan protein hewani, yang pada gilirannya hal ini akan berpengaruh pada 

kecerdasan bangsa. Salah satu produk protein hewani adalah daging, yang dapat dihasilkan dari 

berbagai komoditas ternak, baik dari ternak besar, ternak kecil, dan unggas. Ternak besar, terutama 

sapi, berperan yang sangat besar dalam penyediaan daging. Daging sapi pada umumnya 

dihasilkan dari sapi potong, seperti sapi bali, sapi madura, dan sapi peranakan ongole. Sapi potong 

asli negara kita  salah satunya adalah sapi Bali ,

Sapi Bali sudah dipelihara secara turun menurun oleh warga  petani Bali sejak zaman 

dahulu. Petani memeliharanya untuk membajak sawah dan tegalan, untuk menghasilkan pupuk 

kandang yang berguna untuk mengembalikan kesuburan tanah pertanian. Sapi Bali juga dapat 

dijadikan sumber pendapatan dengan mengembangbiakan ternak sapinya. Namun, Peternak sapi 

bali di Desa Susut, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli baik itu kelompok ternak maupun peternak 

individu masih banyak mengalami kendala dalam mengembangkan ternak sapi bali. Kendala yang 

dihadapi antara lain dari aspek penyakit disamping karena managemen yang masih kurang 

memadai. Masyarakat belum begitu menguasai masalah kesehatan dan pengetahuan tentang 

beternak sapi yang baik sehingga terjadi penurunan produksi yang tentunya dapat mengakibatkan 

terjadinya kerugian ekonomi yang cukup besar. Usaha-usaha untuk menjaga kesehatan hewan 

ternak sangat diperlukan dan bahkan merupakan suatu keharusan karena dapat meningkatkan 

perekonomian rakyat. Usaha menjaga kesehatan hewan ternak secara terpadu dapat dilakukan 

dengan menerapkan manajemen kesehatan kelompok ternak ,

Tujuan kegiatan pengabdian ini yaitu memberikan informasi tentang kesehatan hewan 

ternak terutama sapi bali, manajemen pemeliharaan ternak serta penanggulangan penyakit pada 

hewan ternak sehingga dapat meningkatkan dan menekan angka kerugian ekonomi peternak sapi 

Bali di Desa Susut, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli. 

Realisasi Pemecahan Masalah  

Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di Simantri 268, Gapoktan Merta Shanti Desa Susut, 

Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli, salah satu cara pemecahan masalah yang dapat dilakukan 

yaitu dengan meningkatkan penerapan manajemen pemeliharaan ternak sapi dan meningkatkan 

kesehatan ternak sapi sehingga warga  di desa ini  tidak mengalami kerugian. Peningkatan 

manajemen pemeliharaan ternak sapi dan kesehatan ternak sapi dapat dilakukan dengan melakukan  

pelayanan kesehatan.  

Khalayak Sasaran Strategis  

Sasaran kegiatan pengabdian yaitu ternak sapi yang berada di Simantri 268, Gapoktan Merta Shanti 

Desa Susut, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli dengan pemberianberupa pelayanan kesehatan 

berupa pemberian vitamin, obat cacing, spraying (Butox) dan penanganan luka terhadap sapi yang 

sakit.  

Metode dan Lokasi Kegiatan  

Kegiatan pengabdian ini dilakukan dalam bentuk pelayanan kesehatan ternak sapi di Simantri 268, 

Gapoktan Merta Shanti Desa Susut, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli berupa pemberian obat 

cacing dan vitamin, spraying terhadap ternak yang sehat dan melakukan pengobatan terhadap 

ternak yang sakit, serta diskusi dengan peternak tentang arti penting memelihara kesehatan ternak. 

Pelaksanaan kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pelayanan dan sosialisasi tentang 

kesehatan hewan ternak, manajemen pemeliharaan ternak serta penanggulangan penyakit pada 

hewan ternak sehingga dapat meningkatkan produksi ternak dan menekan angka kerugian ekonomi 

peternak sapi Bali. Jumlah hewan sapi yang dilayani pada pelaksanaan ini sebanyak 24 ekor sapi. 

Pelayanan kesehatan hewan ternak berupa pemberian vitamin (24 ekor), obat cacing (20 ekor), 

spraying butox (24 ekor) serta pemberian  injeksi ivomec (2 ekor) bagi hewan yang mengalami 

gatal-gatal pada kulit. Pemberian vitamin pada hewan ternak sangat penting mengingat kesehatan 

dan kelangsungan hidup ternak bahkan pada kebanyakan mahluk hidup tidak lepas dari keberadaan 

vitamin di dalam tubuh. Beberapa fungsi vitamin pada ternak antara lain yaitu untuk 

mempertahankan serta meningkatkan kekuatan tubuh serta berperan untuk meningkatkan kesehatan 

ternak terutama saat berproduksi. Vitamin yang diberikan pada pelayanan kesehatan ini yaitu 

vitamin neurotropin. Selain pemberian vitamin, hewan juga diberikan obat cacing piperazine. 

Piperazine merupakan jenis obat cacing sapi yang paling banyak digunakan oleh para peternak. 

Penggunaannya adalah dengan cara dilarutkan pada air minum atau pada ransum yang akan 

diberikan dan dosisnya disesuaikan dengan berat badan sapi. Tujuan dari pemberian obat cacing ini 

adalah untuk membasmi cacing yang ada  dalam saluran cerna. Pemberian spraying butox 

dilakukan untuk membasmi ektoparasit seperti kutu atau lalat yang menghinggapi tubuh sapi. 

Butox merupakan insektisida dengan kandungan zat aktifnya adalah Deltametrin. Konsentrasi yang 

digunakan adalah 1 permil, diperoleh dengan mengencerkan 1 ml butox ke dalam 1 liter air 

kemudian disemprotkan ke seluruh tubuh sapi. Seperti yang kita ketahui bahwa gigitan kutu yang 

ada  pada tubuh sapi dapat menyebabkan terjadinya gatal-gatal dan luka. Lalat yang 

menghinggapi tubuh sapi akan memperparah luka yg disebabkan oleh kutu ini  dan dapat 

menyebabkan terjadinya miasis atau adanya belatung pada daerah luka. Miasi adalah infestasi larva 

lalat ke dalam jaringan hidup hewanbmaupun manusia. Beberapa jenis lalat telah diidentifikasi 

sebagai penyebab penyakit ini, namun yang  bersifat obligat parasite adalah Chrysomya bezziana. 

Awal infestasi larva terjadi pada derah kulit yang luka, selanjutnya larva bergerak lebih dalam 

menuju jaringan otot sehingga menyebabkan daerah luka semakin lebar. Kondisi ini  

menyebabkan tubuh ternak menjadi lemah, nafsu makan menurun, demam serta diikuti penuruan 

bobot badan dan bahkan terjadi anemia (Wardhana dan Muharsini, 2005). Keberhasilan kegiatan 

pengabdian ini dievaluasi melalui respon warga  yang sangat baik. Para peternak sangat 

antusias mengikuti kegiatan pengabdian ini dan mereka berharap kegiatan pengabdian ini dapat 

dilakukan kembali di desa Susut dengan rutin. Hal hal yang mendorong kegiatan ini adalah adanya 

respon dan antusias warga  yang tinggi dalam mengikuti kegiatan ini karena mereka belum 

memahami bagaimana cara memelihara kesehatan ternak mereka dengan baik sehingga mereka 

sangat berharap kegiatan ini dapat dilakukan dengan  rutin di daerah  mereka.  

Beberapa kendala yang kami hadapi selama pelaksanaan kegiatan pengabdian ini adalah 

kurangnya pemahaman warga  tentang cara memelihara kesehatan hewan dan ada beberapa 

peternak yang tidak bisa hadir karena ada kegiatan upacara adat di desa ini  namun 

memberikan kepercayaan kepada ketua kelompok ternak, sehingga sebagian obat kami berikan ke 

dokter hewan yang berada di UPT agar tidak terjadi penyalahgunaan obat yang dilakukan oleh 

peternak. Dan pada saat diskusi kami juga menyarankan kepada peternak agar menghubungi dokter 

hewan terdekat atau dokter hewan yang bertanggung jawab terhadap simantri ini  bila  

ada  ternak yang sakit dan tidak mencoba menjadi dokter sendiri untuk ternaknya terutama 

dalam pemberian obat injeksi. Selain itu juga kami jelaskan kepada petani untuk memberikan 

pakan yang lebih banyak dan kualitas pakan ditingkatkan. Penambahan dedak/konsentrat pada 

pakan, serta memberikan/menyediakan air secara ad libitum. Tapi sejauh ini kegiatan pengabdian 

yang kami lakukan berjalan lancar dan sesuai rencana. 

Pelayanan Kesehatan Hewan Pada Sapi Bali Di Desa Susut, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli 

Jumlah hewan sapi yang dilayani pada pelaksanaan ini sebanyak 24 ekor sapi. Pelayanan kesehatan hewan 

ternak berupa pemberian vitamin (24 ekor), obat cacing (20 ekor), spraying butox (24 ekor) serta pemberian  

injeksi ivomec (2 ekor) bagi hewan yang mengalami gatal-gatal pada kulit.