hewan terlatih
Anjing diketahui sebagai he-
wan yang setia dan jujur yang mem
punyai kemampuan indera pen-
dengaran dan penciuman yang
sangat tajam. Sebagai hewan so-
sial yang hidup berdampingan de-
ngan manusia, anjing memiliki
perilaku seperti halnya manusia ju-
ga. Kedekatan pola perilaku anjing
dengan manusia menjadikan anjing
dapat dilatih, diajak bermain, ting-
gal bersama manusia, dan diajak
bersosialiasi dengan manusia atau
anjing yang lain. Anjing memiliki po-
sisi unik dalam hubungan antar
spesies. Kesetiaan dan pengabdian
yang ditunjukkan anjing sangat mi-
rip dengan konsep manusia tentang
persahabatan.
Namun sebagai hewan yang
sangat dekat dengan manusia saat
ini kedudukan anjing sebagai saha-
bat manusia hanya dapat diterima
kalangan terbatas saja, sedangkan
sebagian warga lainnya meng
-anggap anjing yaitu binatang
yang tidak berguna dan layak untuk
dibasmi keberadaannya, misalnya
dikalangan warga negara kita
yang mayoritas muslim, keberada-
an anjing dianggap sebagai najis
yang harus dijauhkan dari lingkung-
an, meskipun di dalam ajaran Al-
Qur‟an keberadaan anjing diakui di
dalam surah Al-Kahfi ayat 10-26.
Di negara kita anjing dipan-
dang dengan sebelah mata, kebera
-daan anjing di sekitar lingkungan
kadangkala dianggap mengotori
lingkungan karena anjing dianggap
sebagai binatang haram, pandang-
an ini tentu saja tidak benar dan
sangat merendahkan ciptaan Tu-
han. Tuhan menciptakan segala
sesuatu di muka bumi ini dengan
maksud dan manfaatnya sendiri-
sendiri, kemudian manusia harus
belajar memahaminya melalui per-
sahabatan antarspesies
Melalui persahabatan antar
spesies manusia dapat memahami
tentang sifat kesetiaan seekor an-
jing dalam melindungi tuannya
dalam segala situasi, dan melalui
hubungan ini manusia juga banyak
mendapat manfaat dari hewan cip-
taan Tuhan ini.
Penulis pada beberapa tahun
yang lalu pernah menjadi anggota
di IGSC (negara kita n German She-
pherd Club) Medan. Persahabatan
di dalam kelompok ini dijalin atas
dasar kegemaran terhadap pemeli-
haraan anjing Gembala Jerman,
selanjutnya melalui diskusi-diskusi
panjang pada saat pertemuan, ang-
gota saling bertukar pikiran dan
mendapatkan pencerahan tentang
persahabatan manusia dengan he-
wan. Di negara kita anjing dipandang
dengan sebelah mata, keberadaan
anjing di sekitar lingkungan kadang
kala dianggap mengotori lingkung-
an karena anjing dianggap sebagai
binatang haram. Melalui kelompok
IGSC ini banyak dibahas cara pe-
meliharaan, merawat dan melatih
anjing untuk berbagai keperluan,
disamping itu juga banyak dibahas
tentang pendapat-pendapat yang
menyudutkan posisi anjing dalam
kehidupan manusia dan cara men-
cari solusi untuk mencapai pen-
cerahan.
sesudah mengadakan bebera-
pa kali observasi tentang hubungan
antarspesies, dalam hal ini manusia
dengan anjing, manusia dapat me-
mahami kesetiaan anjing. Berda-
sarkan pengalaman ini pula penu-
lis merasakan bahwa hubungan
timbal balik ini sangat menarik
untuk diangkat ke dalam sebuah
judul penciptaan karya patung ber-
judul: Hubungan Antarspesies:
Visualisasi Anjing Setia Dalam
Seni Patung.
Untuk memahami dan mera-
sakan kesetiaan seekor anjing,
seseorang haruslah bersahabat
dan memiliki pengalaman men-
dalam dalam berinteraksi dengan
anjing itu sendiri, namun bersaha-
bat dengan seekor anjing tidaklah
berjalan dengan mulus semulus se-
seorang bersahabat dengan manu-
sia lainnya, banyak kendala yang
dialami dalam persahabatan ini, mi
-salnya, kendala fatwa haram, najis
dan kotor yang melekat pada tubuh
seekor anjing, juga pandangan ten
-tang penyakit rabies serta ke-
buasaan seekor anjing yang dapat
menyerang seseorang merupakan
hal yang tidak dapat dipandang
sebelah mata. Namun dengan lan-
dasan kecintaan akan hubungan
antarspesies serta memahami ke-
beradaan ciptaan Tuhan maka se-
gala kendala dalam persahabatan
ini dapat diminimalisir. Beberapa
pandangan tentang hubungan ma-
nusia dengan anjing dapat dilihat di
sini:
a. Hubungan manusia dengan
binatang dalam Islam
Islam yaitu ajaran yang me-
nebarkan kasih sayang dan rahmat
kepada seluruh alam semesta. Ti-
dak hanya membatasi kasih sayang
hanya kepada sesama manusia sa-
ja, namun makhluk lain juga harus
mendapatkan imbas rahmaniyah
dari ajaran Islam ini. Hal ini
disebabkan karena Allah telah
menciptakan kehidupan binatang
bersinggungan dengan kehidupan
manusia, bahkan mempermudah
kehidupan manusia.
Allah telah berfirman:
“Dan binatang ternak telah dicip-
tkan-Nya untuk kalian, padanya ada
(bulu) yang menghangatkan dan
berbagai manfaat, serta sebagian-
nya kalian makan. Dan kalian
memperoleh keindahan padanya,
ketika kalian membawanya kembali
ke kandang dan ketika kalian
melepaskannya. Dan ia mengang-
kut beban-beban kalian ke suatu
negeri yang kalian tidak sanggup
mencapainya, kecuali dengan su-
sah payah. Sungguh, Rabb kalian
benar-benar Maha Pengasih dan
Penyayang. Dan (Dia telah men-
ciptakan) kuda, baghal dan keledai
untuk kalian tunggangi dan sebagai
perhiasan. Allah menciptakan apa
yang tidak kalian ketahui”. (An Nahl
[16]: 5-8).
Dalam Hadis Abu Hurairah:
“Nabi saw. Bersabda, “Suatu saat
ada seseorang berjalan, ia merasa
sangat haus, lalu ia turun ke sebuah
sumur untuk minum daripadanya,
kemudian ia keluar (dari sumur),
tiba-tiba ada seekor anjing yang
sedang menjilat-jilat tanah karena
sangat haus, maka ia berkata, “
Binatang ini telah merasa haus
sebagaimana yang saya rasakan.”
Kemudian ia turun kembali ke
dalam sumur dan mengisi sepatuya
dengan air lalu digigitnya dengan
mulutnya dan dibawanya naik ke
atas sumur, lalu member minum
pada anjing itu. Maka Allah memuji
perbuatannya itu dan mengampuni
dosanya.” Para sahabat bertanya,
Wahai Rasulullah, apakah kami
akan mendapatkan pahala dalam
menolong binatang?” Beliau menja-
wab, “Dalam (menolong) setiap jiwa
yang hidup itu ada pahalanya.”
Jelaslah, dari surat dan hadis
di atas dinyatakan bahwa Islam
amat memuliakan binatang. Meme-
nuhi kebutuhan binatang dihitung
sebagai sebuah shadaqah, seperti
juga memberi kepada man usia.
Dalam sejarah peradaban Is-
lam sendiri, hubungan harmonis
antara manusia dengan binatang
terjalin dengan baik, sebagai con-
toh yaitu eratnya hubungan anta-
ra Ashabul Kahfi dengan anjing me-
reka.
Islam menjauhkan pemeluk-
nya dari perbuatan zalim terhadap
binatang, Hadis Ibnu „Umar ra. Dari
Sa‟ad bin Jubair di mana ia
berkata:
“Saya berada di sisi Ibnu „Umar,
maka mereka melewati segolongan
pemuda atau beberapa orang yang
memasang seekor ayam betina
untuk dijadikan sasaran memanah,
maka ketika melihat Ibnu „Umar
berkata “Siapa yang berbuat seperti
ini? Sesungguhnya Nabi saw.
Mengutuk orang yang berbuat
begini.”
Dari beberapa hadis di atas
dapat diambil kesimpulan bahwa
hubungan antara manusia dengan
binatang sebenarnya telah diatur
Islam, keberadaan anjing sebenar-
nya tidak dilarang jika keberadaan-
nya untuk menjaga diri dari bahaya
yang akan mengancam, misalnya
kekayaan dan rumah. Namun, ha-
rus berhati-hati terhadap najisnya.
Agama mengajarkan kebaikan dan
kelembutan pada hati umatnya, ba-
ik pada sesama manusia, maupun
pada hewan, dengan demikian ma-
nusia sebagai makhluk yang sem-
purna wajib faham dan mengerti ta-
tacara mencurahkan rasa kasih
sayang antarsesama makhluk cip-
taaNya.
b. Tinjauan tentang anjing
Banyak binatang peliharaan
yang hidup di sekitar manusia, di
antaranya burung, ayam, anjing,
kambing, dan sapi. Binatang ini ada
yang jinak dan ada yang liar. Anjing
yaitu salah satunya. Anjing ada-
kalanya bersifat baik dan bersaha-
bat, namun ada juga yang galak
dan bertubuh besar sehingga me-
nakutkan orang yang melihatnya.
Anjing yang jinak sangat disukai,
karena dapat bersahabat dengan
tuannya dan lingkungan, anjing
yang manis dan perangai penurut
membuat orang senang melihat
keindahannya.
Hal ini tergantung pada tingkat
kemampuan tuannya dalam melatih
peliharaannya. Sebagai binatang
peliharaan, yang sudah berada di
de-kat manusia sejak berabad-
abad yang lalu, anjing termasuk
kerabat Canidae yang bersifat
Carnivora. Berbagai teori sejarah
anjing digali dan dikembangkan
para peneliti untuk mengungkap
asal usulnya. (Budiana, 2002: 4)
Pada masa lalu anjing dikenal
sebagai bahan makanan manusia.
Anjing diburu dan kemudian di-
ternakkan, namun lama kelamaan
manusia belajar dari sifat baik dari
peliharaannya ini. Selanjutnya an-
jing tidak lagi dijadikan sebagai ba-
han pangan, tetapi diajak sebagai
teman berburu dan sebagai penja-
ga lingkungan mereka dari se-
rangan binatang buas pada saat ini
manusia sudah mulai memahami
bahwa anjing merupakan binatang
yang setia.
c. Dog Art
Seni menggambarkan bina-
tang dalam kehidupan manusia su-
dah dimulai sejak jaman purba,
temuan lukisan di dinding-dinding
gua menunjukkan adanya hasrat
manusia purba untuk merasakan se
suatu kekuatan yang melebihi ke-
kuatan dirinya. Lukisan-lukisan di-
buat dalam bentuk cerita upacara
penghormatan nenek moyang, upa-
cara perkawinan, kesuburan, me-
minta hujan, berburu dan sebagai-
nya. Selanjutnya pada masa orang
purba sudah mulai bercocok tanam,
mereka muali tinggal di huma-huma
di tepian hutan, sesudah hutannya
mulai tidak subur mereka mulai
berpindah dalam kelompok kecil
mencari penghidupan baru di hutan
lain. Pada masa bercocok tanam
dan beternak ini manusia purba
mulai bersosialisasi dengan hewan,
ada kalanya hewan digunakan se-
bagai sarana untuk berburu. Lu-
kisan-lukisan pada gua-gua yang
menggambarkan binatang buruan
merupakan sebuah ritual keperca-
yaan untuk menambah kekuatan
dalam keberhasilan berburu bahan
pangan, sebagai contoh yaitu ha-
sil penelitian Dr Josep Roder dalam
Claire Holt:
“Bahkan saat ini ada beberapa
situs di mana sesaji, termasuk
tulang-tulang ikan dibawa ke
patung-patung matutua dari kayu
untuk memperkuat agar “binatang
tidak berkurang” Nenek moyang
yang jauh dari penduduk
sekarang, pasti tergantung pada
penangkapan ikan untuk hidup-
nya. Dengan demikian ikan dan
perahu serta elemen-elemen ma-
tahari, bulan, laut, serta angin-
yaitu sangat penting dalam
kesadaran manusia, yaitu sumber
dari kehidupan serta kesuburan”.
Tradisi menggambarkan he-
wan seperti ini secara tidak disadari
menjadi akar kreativitas manusia
modern, karena pada dasarnya
kreativitas itu telah dimulai sejak
jaman purba.
Dewasa ini penggambaran he
-wan oleh manusia pada umumnya
untuk sebuah alasan eksotisme
binatang, hal ini mungkin karena
karena Si Seniman yaitu salah
seorang pecinta binatang. Dari be-
berapa alasan yang ditemui,
sebenarnya tujuan utama manusia
modern menciptakan karya berso-
sok binatang masih tetap seperti
yang dialami manusia purba, yaitu
untuk membangun spirit atau
kekuatan dari jenis binatang yang
disayanginya dalam bentuk yang
lebih modern, salah satu contoh
yaitu Dog Art
Dog Art yaitu seni yang me-
lulu menggambarkan tentang an-
jing. Seorang seniman yang ber-
karya pada „warna‟ Dog Art umum-
nya yaitu pecinta anjing. Untuk
menggambarkan subjek anjing ini,
seseorang haruslah mengenali an-
jing secara mendalam, sehingga ia
dapat memahami, anatomi, pro-
porsi, kebiasaan, jenis, postur dan
sebagainya tentang anjing yang
menjadi objek gambarnya.
Berbicara tentang eksotisme
binatang, manusia selalu terpukau
pada pengabdian dan kesetiaan bi-
natang yang dipikirkannya, selanjut
-nya manusia mengabadikannya da
-lam bentuk karya seni, hal ini juga
terjadi pada seniman Dog Art.
Dalam lukisan atau patung,
anjing biasanya berperan sebagai
aksesori, atau simbol status, na-
mun dari semua itu, anjing yaitu
simbol kesetiaan dan pengabdian
sepanjang masa.
Seniman yang selalu meng-
gambarkan anjing dalam berkarya,
mereka biasanya dikelompokkan
dalam seniman Dog Art. Karya me-
reka dapat dilihat dalam bentuk
patung, lukisan, kriya, fotografi, film
dan sebagainya.
Kaitan dog art dengan proyek
penciptaan ini yaitu untuk mereali
-sasikan sebuah ide dalam menge-
nalkan dan mengakrabkan hubung-
an manusia dengan anjing. Pencip-
taan ini bukan hanya untuk menga-
gumi eksotisme anjing saja, akan
tetapi juga untuk dapat mengambil
pelajaran yang dapat disimak dari
kehidupan seekor anjing, misalnya,
ketajaman insting, kesabaran, ke-
ikhlasan, dan kesetiaan.
B. Rumusan Masalah Penciptaan
Manusia di dalam kehidup-
annya akan selalu berhubungan
dengan hewan, baik hewan pe-
liharaan yang berfungsi sebagai
hewan kesayangan, atau hewan
yang dikaryakan dalam kehidupan-
nya sehari hari. Hubungan ini me-
warnai kehidupan manusia dan he-
wan dengan rasa persahabatan
dan penuh kasih.
Dalam rencana penciptaan ini
dirumuskan masalah penciptaan se
bagai berikut:
1. Bagaimana merealisasikan
bentuk anjing setia dalam
bentuk patung tiga dimensi
2. Bagaimana
mengejawantahkan
keprihatinan penulis tentang
stereotipe anjing dan kecin-
taan penulis pada anjing se-
bagai makhluk yang setia
melalui karya patung.
3. Bagaimana mengolah ma-
terial, alat dan teknik secara
kreatif dan tepat untuk me-
wujudkan karya patung yang
unik dan berkarakteristik,
bersumber dari hubungan tim
bal balik manusia dan anjing
sehingga dapat tampil me-
narik.
C. METODE PENCIPTAAN
Metode penciptaan karya di-
mulai dari mempelajari sejarah hu-
bungan manusia dengan anjing da-
lam kehidupan sehari-hari. Sejarah
hubungan ini kemudian akan ber-
pengauh pada rasa estetik pencipta
dalam membangun karya yang di-
inginkan. Beberapa data hubungan
manusia dengan anjing yaitu :
Persahabatan manusia deng-
an hewan yang telah terjalin sejak
jaman purba dapat dilihat dari
bentuk-bentuk totem yang dicipta-
kan manusia purba. Adapun totem
ini dibuat sebagai bentuk penggam-
baran dari suatu persahabatan,
partisipasi, dan saling menjadi ba-
gian antara manusia dan binatang.
Dalam persahabatan itu manusia
primitif percaya bahwa ia akan
memperoleh kekuatan yang luar
biasa.
Dalam hal ini Van Baal me-
nyatakan dalam Sejarah dan Per-
tumbuhan Teori Antropologi Buda-
ya menyatakan:
“Sementara itu suatu bentuk baru
religi primitif, di samping animisme
yaitu totemisme, yaitu keperca-
yaan akan adanya hubungan gaib
antara sekelompok orang, terka-
dang dengan seseorang dan
segolongan binatang atau tanaman
atau benda materi. Definisi itu
tidak jauh beda dengan definisi
totemisme. Menurut J.G. Frazer
(1887), yaitu segolongan obyek
materi, sangat sering binatang atau
tanaman, yang oleh orang liar
karena takhayul dipandang dengan
rasa hormat, sebab percaya antara
dirinya dengan segolongan benda-
benda itu ada hubungan intim
dan sangat khusus. Hubungan
antara suatu klan dengan suatu
jenis tanaman atau binatang disebut
totemistis, karena anggota-anggota
klan menyadari adanya relasi
khusus dengan totem itu dan
menamakan diri menurut totemnya”.
Malinowski, seorang antropo-
log dari aliran fungsional menyata-
kan dalam tulisannya:
“Totemisme memberikan kesaksian
“man’s selective interest in nature”.
Memang demikianlah, demikianlah,
bahwa jenis-jenis binatang tertentu
(dan juga termasuk jenis-jenis
tanaman) lebih menarik perhatian
manusia daripada yang lain, mi-
salnya karena binatang itu mem-
punyai nilai istimewa bagi peme-
liharaan hidup manusia atau karena
binatang itu membawa kepada ke-
percayaan, bahwa beberapa orang
tertentu memiliki kekuasaan ke-
kuasaan khusus atas jenis-jenis itu.
Pada gilirannya kepercayaan ini
menimbulkan perbuatan tertentu,
“the most obvious being a pro-
hibition to kill and to eat; on the
other hand it endows man with the
supernatural faculty of contributing
ritually to the abundance of the
species”. Suatu contoh mengenai
hal ini ialah totemisme Australia, di
mana klan memiliki kekuasaan
gaib khusus terhadap totem dan
penyelenggaraan ritual yang ber-
kaitan dengan itu”.
Sementara itu antropolog sai-
ngan Malinowski, yaitu Radcliffe-
Brown memiliki pandangan yang
lebih luas tentang totemisme, ia
melihat hal ini sebagai bagian dari
kelompok fenomena yang luas
tentang hubungan manusia dengan
spesies alam dalam mitos dan
ritual.
Berdasarkan beberapa pen-
dapat di atas dapat disimpulkan
bahwa hubungan manusia dengan
binatang sudah dimulai pada kehi-
dupan warga primitif, contoh
yang lainnya yaitu , di Polinesia,
Afrika, dan negara kita binatang-
binatang tertentu secara tersendiri
(kadal di Selandia Baru, buaya suci
di Afrika, ikan belut atau harimau di
negara kita ) menjadi objek pujaan
dari suatu kelompok lokal, contoh-
nya yaitu tempat ibadah Parma-
lim yang berbentuk gereja di Tanah
Batak; pada atap bangunan ini ter-
dapat lambang tiga ekor ayam.
Lambang tiga ayam ini memiliki
warna yang berbeda, yaitu hitam
sebagai lambang keberanian, putih
lambang kesucian dan, merah se-
bagai lambang kekuatan atau
kekuasaan. Contoh lainnya lagi di
Tanah Toraja, kerbau atau dalam
bahasa setempat disebut Tedong
atau Karembau, tidak dapat dipi-
sahkan dari kehidupan sehari-hari.
Selain sebagai hewan untuk meme-
nuhi kebutuhan hidup sosial, ritual
maupun kepercayaan tradisional,
kerbau juga menjadi alat takaran
status sosial.
Perilaku bersahabat dengan
binatang ini terus berkembang hi-
ngga sekarang dan, dalam kehi-
dupan sehari-hari warga mo-
dern saat ini dapat ditemui contoh
persahabatan manusia dengan
binatang kesayangan tertentu, se-
lanjutnya di antara mereka terben-
tuk komunitas pecinta binatang
yang menyatukan mereka dalam
sebuah perkumpulan cerdas penuh
persahabatan.
Salah satu hubungan manu-
sia dan binatang yaitu persaha-
batannya dengan anjing. Pada
warga primitif, anjing atau se-
rigala ditokohkan sebagai simbol
kekuatan, kesetiaan dalam keluar-
ga, dan kekerabatan dalam masya-
rakat. Banyak kisah dalam bentuk li
san maupun tulisan yang diciptakan
manusia untuk mengisahkan per-
sahabatannya dengan anjing. An-
jing pada mulanya merupakan
serigala yang hidup berkelompok di
dalam hutan. Sifat hidupnya yang
berkelompok ini menjadikan anjing
sebagai hewan yang mudah dilatih
dibandingkan hewan lain. Sebagai
anggota kelompok, anjing mempu-
nyai naluri untuk patuh. Sebagian
besar anjing memang sering tidak
perlu berurusan dengan tugas yang
rumit-rumit, sehingga tidak perlu
belajar hal-hal yang sulit seperti
membuka pintu tanpa bantuan ma-
nusia. Anjing yang sudah dilatih
sebagai anjing penuntun bagi tuna-
netra dapat mengenali berbagai
macam keadaan bahaya dan cara
menghindar dari keadaan itu .
Dalam hal ini Sarjono menjelaskan:
“Tuhan menciptakan semua mahluk
berbeda, ada yang berakal dan
tidak berakal ada yang sempurna
dan tidak sempurna. Anjing
mungkin tidak diciptakan sempurna,
itulah mungkin kekurangannya, se
dangkan manusia yaitu mahkluk
yang diciptakan oleh Tuhan se
sempurna mungkin dan sebaik mu
ngkin. Manusia tidak hanya memiliki
akal budi, manusia juga memiliki
akal-pikiran yang serba rasional.
Dan dengan akal pikiran inilah ma
nusia menanggapi naluri yang hidup
dalam dirinya”.
Anjing sebagai hewan yang
berada di bawah tatanan ciptaan
Tuhan, tentu tidak memiliki kesem-
purnaan seperti kesempurnaan ma-
nusia, namun kekurangannya itu di-
imbangi dengan indera penciuman
yang sangat tajam. Indera pencium
-an yang tajam ini dapat dimanfa-
atkan untuk melindungi manusia
dalam menangkal kejahatan atau
untuk kepentingan lain. Ada be-
berapa sumber tertulis yang dapat
menggambarkan hubungan manu-
sia dengan anjing. Namun kondisi
persahabatan manusia dengan an-
jing tidaklah selamanya berjalan
dengan mulus, kadang kala dalam
persahabatan ini juga terjadi hubu-
ngan yang kurang harmonis, hal ini
dapat dilihat dari beberapa literatur
yang menuliskan kisah tentang
perjalanan persahabatan anjing de-
ngan manusia pada masa silam.
Beberapa diantaranya yaitu :
Para peneliti mencatat
bahwa bukti arkeologis dan genetik
menunjukkan hubungan anjing dan
kucing dengan manusia sejak
14.000 tahun yang lalu, hal ini se-
jalan dengan periode pertama pe-
mukiman manusia secara perma-
nen. Pada saat itu hubungan manu-
sia dengan anjing diperkirakan te-
lah akrab, karena anjing dapat di-
pekerjakan dalam menggiring ter-
nak, pengendalian tikus atau hama
lainnya, serta perlindungan kelom-
pok dari serangan manusia lainnya,
mereka berpikir bahwa ciri-ciri peri-
laku anjing dapat diandalkan untuk
tugas-tugas terpilih ini
Hubungan manusia dengan
anjing dapat dilihat pada beberapa
data berikut:
1. Dawn E. Bastian dan Judy K.
Mitchell di dalam bukunya Han
book of Native American Mytho
logy menuliskan bahwa di Gre-
enland pada masa silam ada
sebuah kisah yang berjudul
Dog Husband, kisah ini meng-
gambarkan keadaan seorang
gadis yang dinikahkan orang-
tuanya dengan seekor anjing,
kisahnya begini:
“Ada seorang gadis yang menolak
untuk menikah walaupun telah
banyak yang melamarnya; karena,
menurutnya tidak ada yang pantas
untuk menjadi suaminya. Akhirnya
sang ayah marah dan berkata,
"Kamu akan memiliki suami
seekor anjing”. Akhirnya pada
malam itu, datanglah seekor
anjing dalam bentuk seorang pria
dan tidur dengan gadis itu .
Ketika gadis itu hamil, ayahnya
mengantarkannya dengan sebuah
perahu ke sebuah pulau di sekitar
kediaman mereka, tanpa diketahui
sang anjing ikut berenang di
belakang mereka, dan ia tinggal
bersama gadis itu sampai
akhirnya mati karena dibunuh oleh
ayah gadis itu”.
Tentu saja tidak ada
manusia bersuamikan anjing,
namun untuk membaca dan me-
mahami kisah di atas seseorang
harus memiliki nalar dan akal
yang sehat dalam memahami
kisah di atas, menikah dengan
anjing bukanlah menikah dalam
arti yang sebenarnya, namun
menikah di sini yaitu berdam-
pingan atau memiliki teman
dalam mendampingi dan menja-
ga sang gadis dengan penuh
kesetiaan, dalam hal ini Risley
(2010: 39) mengulas bahwa me-
ngingat hewan pendamping su-
dah dianggap sebagai anggota
keluarga, maka mereka sudah
termasuk di dalam salah satu
sistem atau aturan dalam ke-
luarga itu , dengan demi-
kian hewan pendamping dan
keluarga akan saling mempenga
-ruhi satu sama lain di dalam
tatanan keluarga itu . Ke-
luarga yang berinteraksi interak-
si dengan hewan pendamping
dapat saja tidur dengan hewan
pendamping, dan hewan pen-
damping dapat berbagi makanan
dengan keluarga yang didam-
pinginya, bahkan keluarga dapat
saja merayakan hari ulang tahun
hewan pendamping dengan pe-
nuh suka cita.
2. Di negara kita , kisah anjing yang
menikah dengan manusia dijum-
pai pada dongeng rakyat dari
Jawa Barat yaitu kisah Sangku-
riang, seperti diceritakan kembali
oleh Emha Yudhistira:
“Bagaimanapun Dayang Sumbi
merasa berat hati harus
bersuamikan seekor anjing
walaupun anjing itu jelmaan
dewa.
Hari-hari berlalu, Dayang Sumbi
dikaruniai seorang bayi laki-laki
yang tampan, Bayi itu diasuhnya
dengan penuh kasih sayang. Ia
diberi nama Sangkuriang.
Tak terasa tujuh tahun berlalu.
Sangkuriang sudah pandai ber-
buru binatang bersama si Tu-
mang. Sangkuriang tak pernah
tahu kalau si Tumang yaitu
ayahnya. Sebab Dayang Sumbi l
tidak pernah bercerita siapa se-
sungguhnya si Tumang itu”.
Kisah di atas yaitu kisah
yang menggambarkan kedekat-
an hubungan manusia dengan
hewan kesayangannya, namun
sekali lagi manusia harus dapat
jernih karena kisah itu
membahas tentang kesetiaan
seekor anjing dengan manusia
yang didampinginya, bukan men
-ceritakan manusia menikahi se-
ekor anjing.
3. Pada cerita dongeng anak-anak
Grimms‟ bersaudara menuliskan
tentang persahabatan yang sa-
ling setia antara seekor anjing
pada sahabatnya yang berwujud
burung gereja, kisah persaha-
batan ini sebenarnya untuk
membangun rasa kasih sayang
anak-anak dengan sesamanya,
maupun dengan hewan pelihara-
annya. Grimm’s Fairy Tales, me-
nuliskan, persahabatan itu dimu-
lai ketika sang anjing yang ber-
jalan dengan lemah lunglai ka-
rena kelaparan bertemu dengan
seekor burung gereja dalam per-
jalanan mencari makanan. Bu-
rung gereja merasa iba dan ber-
usaha mencarikan makanan
yang terbaik untuk anjing gem-
bala itu , namun sesudah
sang anjing kekenyangan, maka
anjingpun itu pun tertidur di
tengah jalan raya, bahkan anjing
itu mati akibat terlindas kereta
kuda seorang petani anggur.
Burung gereja sangat sedih ha-
tinya dan berusaha menuntut ke-
adilan pada petani anggur ter-
sebut, Cerita di atas mengajar-
kan tentang moral kesetiaka-
wanan, (Grimm, 1993: 39). Ada
kemungkinan pada saat itu Ero-
pa sedang dalam masa masa
sulit.
Selama periode ini para
elite yang biasanya memiliki an-
jing bersilsilah untuk kepenting-
an olahraga atau sebagai hewan
peliharaan. Anjing ini sebagian
besar mendapat makanan yang
baik. Mereka merupakan simbol
status tuannya dalam memamer-
kan kesejahteraan dan kekaya-
an. Sedangkan warga mis-
kin memiliki anjing blasteran
yang digunakan sebagai anjing
penjaga atau anjing pekerja.
Pada awal abad ke-19 ada
peraturan resmi untuk mengatur
popolasi anjing liar, dengan de-
mikian jumlah anjing terlantar
dapat dikendalikan, dan kejadian
seperti kisah di atas tidak akan
terjadi kembali.
Selanjutnya anjing yang me-
rupakan sahabat setia manusia
ini kehidupannya dapat terken-
dali, manfaat dan kegunaannya
dapat diperoleh dengan maksi-
mal.
4. Hubungan timbal balik persa-
habatan manusia dan anjing ini
kadangkala begitu eratnya se-
hingga manusia menjadi begitu
terkesan atas jasa anjing yang
dipeliharanya dan adakalanya
manusia berusaha dengan ber-
susah payah membuat monu-
men bagi hewan kesayangannya
itu . Sebagai contoh ada-
lah patung Romulus dan Remus
yang sedang menyusu pada
seekor anjing serigala di Italia:
Dalam mitologi Romawi kuno,
dikisahkan tentang proses berdiri-
nya kota Roma, Richler menulis-
kan:
“Menurut mitologi Romawi kuno,
kota Roma didirikan oleh Ro-
mulus. Dahulu kala ada dua
bersaudara kembar Remus dan
Romulus.
Awalnya Remus dan Romulus
yaitu anak dari Rhea yang
diperkosa Dewa Perang Mars.
Kemudian Remus dan Romulus
dimasukkan ke dalam keranjang
dan pasangan kembar ini
diselamatkan oleh dewa sungai
Tibeirus. Selanjutnya mereka
diasuh oleh srigala betina.
Kemudian mereka ditemukan oleh
seorang penggembala dan me-
ngangkatnya menjadi anak. Dalam
perjalanan hidupnya mereka me-
ngabdi kepada raja Numitor yang
ternyata yaitu kakek mereka
sendiri. Mereka kemudian mem-
bantu sang kakek untuk merebut
kembali tahta yang dikuasai Amu-
lius.
Saat akan mendirikan sebuah ko-
ta, Romulus dan Remus berselisih
dan kemudian berkelahi. Romulus
kemudian membunuh Remus be-
serta bapak angkatnya si Peng-
gembala.
Dan sesudah kota itu berdiri Ro-
mulus menamainya dengan RO-
MA sesuai namanya. (Richler,
1998: 36)
5. Penggambaran persahabatan
manusia dan anjing juga dilukis
-kan seorang seniman Renai-
sans dari Belanda ia melukis-
kan suasana pergi berburu di
musim dingin, di sini kelihatan
sang pemburu berangkat ber-
buru diiringi oleh anjing-anjing-
"Hunters in the Snow," (1565),
lukisan ini dapat dinikmati oleh
berbagai tingkatan pengamat
hanya dengan melihat dan
menyerap totalitas dari hasil
karyanya, selanjutnya mem-
biarkan mata dan pikiran
menjangkau dari objek ke
objek seperti, para pemburu,
anjing-anjing mereka, pohon-
pohon serta rumah-rumah de
sa yang tersebar di salju,
kolam, lembah, terlihat jauh,
dan burung-burung menggam-
barkan perspektif dari kejauh
an. Ketika kita berpikir ten
tang visi dilakukan sang artis
maka kita menemukan kein
dahan terletak pada pola
desain keseluruhannya, caha
ya gelap terang yang kontras,
kejelasan dari realita, peng-
gambaran yang puitis dan pe-
nuh kedalaman menjadikan lu-
kisan ini seperti nyata. Para
pemburu dan anjing mereka
berwarna gelap di latar depan
kontras dengan pohon-pohon
yang indah, dalam hal estetika,
dengan bukit bersalju di keting-
gian, rumah-rumah beratap
salju berwarna putih, para pem
buru berjalan menunduk meng
gambarkan suasana magis, se
nyap dan, dingin. .
6. Selanjutnya beberapa peneliti-
an menjelaskan tentang manfa-
at manusia bersahabat dengan
hewan, diantaranya yaitu tu-
lisan Huddart dan Naherniak
(1996) dalam tulisan Anderson
(2007) yang berjudul Who let
the dog in? yang dikhususkan
untuk pembelajaran bagi anak-
anak di dalam kelas, menya-
takan bahwa selama dekade
belakangan ini, para peneliti
yang bekerja di lingkungan
pendidikan dan terapi telah
belajar tentang penyembuhan
melalui hewan, menemukan
bahwa merawat harga diri, me
-ngurangi kecemasan dan de-
presi, meningkatkan keteram-
pilan sosial, dan membina ko-
munikasi verbal dan nonverbal.
Kemudian guru, yang memiliki
hewan sebagai bagian dari pe-
liharaan mereka, melaporkan
bahwa hewan membantu anak
-anak dengan mengatasi rasa
malu untuk menjadi percaya
diri dan dapat mengeks-
presikan emosi dengan tepat.
bahwa ada banyak man
faat dari mengintegrasikan he
wan ke dalam ruang kelas, khu
susnya melalui terapi hewan.
Hewan dapat meningkatkan se
mangat belajar siswa dengan
cara berikut: (a) memperoleh
pengetahuan tentang hewan,
(b) belajar perawatan hewan,
(c) pelatihan hewan, (d) berla
tih disiplin, (e) menggabungkan
sikap kebaikan dan kasih sa
yang, (f) belajar tentang peng
asuhan, (g) berlatih loyalitas
dan tanggung jawab, dan (h)
mengalami ikatan manusia-he
wan.
sesudah mengumpulkan ba-
nyak data tentang manfaat hu-
bungan manusia dengan hewan,
maka manusia dapat memandang
positif pada persahabatan manusia
dengan anjing, karena melalui per
sahabatan inilah manusia dapat me
rasakan manfaat dan kesetiaan se-
ekor anjing yang selanjutnya men-
jadi konsep dalam penciptaan kar-
ya dalam tulisan ini.
PROSES PERWUJUDAN
Proses perwujudan karya se-
ni selalu dihubungkan dengan pro-
ses kerja yang bersifat intuitif dan
personal, kadangkala proses yang
dilalui tidak runut dan tidak masuk
akal, karena tahapan yang dilaku-
kan tidak dapat ditentukan dengan
waktu yang tepat. Secara keselu-
ruhan proses penciptaan seni itu
memiliki kemiripan dengan proses
penciptaan untuk memperoleh ke-
benaran, yang terdiri dari tahapan
merumuskan masalah, menganali-
sis, memverifikasi data dan men-
simpulkan semua tahapan itu
agar dapat dilaksanakan dengan
sistem metodologis.
Setiap seniman dapat meng-
gunakan metode yang dianggap
cocok dengan dirinya dalam proses
penciptaan karya seninya. Metode
itu yaitu tahapan-tahapan
yang dipilih untuk dilalui dalam
menyatukan pandangan dan nilai-
nilai yang harus dihadirkan di da-
lam karya ciptaannya.
Graham Wallas dalam buku
The Art of Thought (dalam Dje-
lantik, 2001: 64) menyatakan bah-
wa proses penciptaan karya seni
terdiri dari: persiapan (preparation),
inkubasi (incubation), inspirasi/ il-
ham (inspiration), elaborasi/ per-
luasan/ pemantapan (elaboration).
Tahap-tahap ini terjadi tetapi tidak
teratur urutan waktunya seperti
halnya dalam pemikiran masalah
ilmiah. Kadang kala tidak ada tahap
pertama, atau tahap kedua meng-
ambil waktu yang lama sekali
karena belum mendapat inspirasi
(ilham). Ilham bisa datang kapan
saja, bisa saja kesalahan mencoret
kemudian mendapatkan ilham baru.
Pada penjabaran di bagian
Bab ini, kerangka pembicaraan di-
arahkan untuk lebih meyakinkan
bahwa sebuah proses kerja intuitif
yang selama ini dianggap tidak me-
todis sebenarnya juga merupakan
kerja ilmiah. Secara garis besar,
proses kreatif intuitif itu berbeda
dengan dengan sebuah proses
kerja metodis jika dan hanya jika
dalam tahapan metode. Seorang
seniman dihadapkan pada pilihan
metode spontan (serta merta) atau
terencana. Saat itu yaitu
tahapan pemilihan metode dalam
rangka visualisasi ide. Kedua me-
tode itu telah berada di da-
lam wilayah operasional. Kedua ti-
pe itu dapat bergerak atau di-
operasionalkan karena menyesuai-
kan instruksi dari perangkat yang
lebih abstrak yaitu paradigma, pen-
dekatan, dan teori dalam keselu-
ruhan proses penciptaan yang ter-
alur logis.
Menurut David Campbell: “Se
orang seniman yang masuk
dalam kategori seniman kreatif,
biasanya mencapai ide, gagas
an, pemecahan, penyelesaian,
cara kerja, melalui beberapa
tahap dengan urutan sebagai
berikut: (1). Persiapan (Prepara
tion) meletakkan dasar, mem
pelajari latar belakang perkara,
seluk-beluk dan problematika-
nya. (2). Konsentrasi (Concentra
tion), sepenuhnya memikirkan,
masuk luluh, terserap dalam
perkara yang dihadapi. (3).
Inkubasi (Incubation), mengam
bil waktu santai, mencari ke
giatan-kegiatan yang bisa me
lepaskan diri dari kesibukan
pikiran mengenai perkara yang
sedang dihadapi. (4). Illuminasi
(Illumination), pada tahap ini
biasanya seniman mendapatkan
ide gagasan, pemecahan, pe-
nyelesaian, cara kerja, jawaban
baru. (5). Verifikasi/Produksi (Ve
rification/Production),
menghadapi dan memecahkan
masalah-masalah praktis sehu-
bungan dengan perwujudan ide,
gagasan, pemecahan, penyele-
saian, cara kerja, jawaban baru,
seperti menghubungi, meyakin-
kan dan mengajak orang, me-
nyusun rencana kerja, dan me-
laksanakannya”.
Selanjutnya proses pencipta-
an dimulai dari tahap:
A. Eksplorasi
Tahap eksplorasi merupakan
langkah awal dari proses pencipta
an. Tahap ini memerlukan proses
yang panjang karena tidak terjadi
dalam waktu yang singkat, namun
sangat menentukan karena berkait
-an dengan langkah-langkah yang
akan dilalui. Dalam proses meng-
kaji sumber penciptaan yang ber-
hubungan dengan subjek anjing,
maka perlu diadakan penggalian
dan pencarian sumber referensi
yang berupa sumber tertulis mau-
pun yang visual. Pada tahap per-
tama ini, persiapan dimulai dengan
meletakkan dasar pemikiran, ten-
tang alasan pentingnya mengang-
kat subjek anjing dalam penciptaan
karya seni rupa yang akan digarap,
selanjutnya kegiatan dilanjutkan
dengan mempelajari latar belakang
masalah dan problematikanya, me-
lakukan aktivitas penjelajahan me-
nggali sumber ide, mengadakan
pengamatan dan pencermatan pa-
da sumber penciptaan, yang nanti-
nya menjadi sumber ide, dengan
langkah identifikasi dan perumusan
masalah. sesudah dilakukan peng-
amatan terhadap materi objek, lang
-kah berikutnya yaitu pendataan
terhadap objek yang dianggap pen-
ting dan berhubungan topik pencip-
taan. Dengan melakukan konsen-
trasi penuh, menyatu dengan objek
penciptaan, menghadapi permasa-
lahan, serta mencari solusi peme-
cahan maka dilakukanlah berbagai
tindakan dan pendekatan ilmiah.
Penciptaan karya seni patung
yang mengangkat topik Anjing se-
bagai Subjek Penciptaan Karya
Seni Patung, yaitu suatu bentuk
rasa prihatin pada sosok anjing
yang pada dasarnya yaitu hewan
ciptaan Tuhan, namun keberada-
annya dipandang negatif bagi se-
bagian orang. Cara pandang yang
salah ini tentu saja karena ku-
rangnya pengetahuan dasar ten-
tang anjing. Perlakuan yang tidak
adil manusia terhadap anjing ini ka-
dangkala harus dibayarnya dengan
nyawa. Untuk dapat menentukan
langkah proses penciptaan lebih
lanjut, maka diperlukan identifikasi
data visual dan kemungkinan-ke-
mungkinan penerapannya dalam
penciptaan. Identifikasi dalam pen-
ciptaan ini meliputi:
1. Penelusuran Sumber
Penciptaan
Penelusuran yang berkaitan
dengan problematika anjing dalam
bentuk tema, asal usul, latar be-
lakang sejarah, visualisasi, serta
kisah-kisah yang berkaitan dengan
sifat kesetiaannya pada manusia.
Penelusuran ini mencakup bentuk
fisik dan kisah persahabatan anjing
dengan manusia yang telah di-
tuliskan dalam data kesejarahan
dan perkembangannya pada masa
kini, transformasi bentuk teks ke
dalam bentuk visual, penerapan ce-
rita dengan beragam media, serta
esensi kisah kesetiaan anjing da-
lam persahabatannya dengan ma-
nusia.
Penelusuran dilakukan me-
lalui data-data tertulis, baik koleksi
pribadi dan perpustakaan, internet,
maupun mengunjungi monumen-
monumen yang menggambarkan
persahabatan manusia dengan an-
jing. Langkah ini dimulai dengan
mempelajari sumber tertulis (pusta-
ka) dan sumber visual yang ber-
kaitan dengan kisah anjing. Data ini
ada pada perpustakaan pri-
badi, Perpustakaan EKF. Eger,
Hungary, Universitas Gajah Mada
dan ISI Yogyakarta. Langkah eks-
plorasi ini, selain mendapatkan da-
ta tertulis, juga data visual yang
direkam dengan kamera maupun
dengan membuat sketsa subjek
anjing dalam berbagai gerakan
yang kemudian akan diseleksi dan
disesuaikan dengan topic pencip-
taan.
2. Penelusuran Pengalaman
Pribadi
Sejak masa kanak-kanak, ke-
dekatan dengan dunia binatang
sudah menjadi hal yang lumrah ba-
gi penulis. Hal ini menjadi sebuah
dorongan kreatif bagi penulis dalam
berolah seni. Dunia binatang juga
kerap menjadi media yang ampuh
bagi orangtua penulis dalam ber-
komunikasi dengan anak-anaknya,
cara ini ditempuh untuk melatih
kepekaan dan tanggungjawab bagi
anggota keluarga.
Pada masa balita anak-anak
mengembangkan kemampuan kog-
nitifnya, di sini anak akan belajar
focus pada karakter binatang dalam
kehidupan dunia nyata. Selanjutnya
ketertarikan pada dunia binatang
menimbulkan keinginan untuk ber-
interaksi dengan binatang. Pada
masa ini penulis belajar tentang
beberapa perbedaan dan persama
-an binatang dengan waktu tidur,
kesehatan dan kesetiaannya.
Hal ini berhubungan erat de-
ngan prilaku seseorang, karena se-
makin dekat hubungan seseorang
dengan binatang peliharaannya,
maka semakin tinggi pula kemam-
puan kognitifnya, yang selanjutnya
berdampak pula pada intelijensia-
nya. Selanjutnya pelajaran empati
juga dimulai dengan cara memper-
lakukan hewan peliharaannya de-
ngan baik. Karakter orang yang be-
sar empatinya cenderung baik dan
tidak kasar, hal ini dapat terjadi
karena seseorang bisa mengukur
seberapa besar kemampuannya
sehingga tidak membuat orang lain
terluka. Ia akan melakukan sesuatu
dengan sangat hati-hati dan penuh
perhitungan.
Pengalaman utama yang di-
peroleh dalam memelihara anjing
yaitu terjalinnya persahabatan
dengan penuh kesetiaan. Persaha-
batan mungkin berarti memiliki te-
man bekerja atau tugas tertentu,
dalam hal ini anjing merupakan te-
man yang dapat dipercaya. Aspek
luas dari persahabatan dengan an
jing bagi penulis yaitu kedekatan
yang menimbulkan rasa nyaman
dalam penjagaan.
3. Pengumpulan dan Identifikasi
Data
Data tertulis yang diperoleh
secara empirik, kepustakaan, inter-
net, maupun hasil olah pikir yang
ada hubungannya dengan kesetia-
an anjing dikumpulkan sebagai
bank data. Pengumpulan data vi-
sual anjing dilakukan dengan ban-
tuan kamera, mengunduh data an-
jing yang menjadi inspirasi tulisan
ini. Data yang telah dikumpulkan
selanjutnya akan dipilih sebagai
penunjang proses penciptaan.
Pada tahap akhir gerakan
dan karakter anjing yang terpilih di
pindahkan ke atas kertas dalam
bentuk sketsa. Kegiatan terakhir
meneruskannya selanjutnya dalam
bentuk bentuk tiga dimensi dalam
ukuran yang sebenarnya.
Pada tahap proses pemben-
tukan penggunaan material menjadi
suatu hal yang penting dalam
penyelesaian patung. Material yang
digunakan dalam perwujudan ini
yaitu Paper Clay yang berupa
campuran bubur kertas, tanah liat
dan lem putih yang diolah sede-
mikian rupa sehingga menjadi ba-
han yang solid dan mudah di-
bentuk.
Teknik pengerjaan dengan
bahan bubur kertas ini memiliki
keunikan tersendiri, yaitu bahan
yang ringan dan dapat diolah sen-
diri dengan formula yang disesuai-
kan dengan penggunaannya, mi-
salnya, bahan untuk dasar patung
berlainan formulanya dengan ba-
han finishing yang memerlukan
tekstur halus.
Eksperimen media ini menjadi
sebuah pengalaman berharga bagi
seorang seniman. Pada eksperi-
men ini ditemukan formulasi dan
teknik dalam mewujudkan karya
sesuai dengan keinginan seniman,
proses melatih kesabaran dan ke-
tekunan juga terjadi pada tahap ini,
bubur kertas yang basah misalnya,
bahan ini memerlukan waktu pe-
ngeringan selama sebulan agar da-
pat sampai pada proses finishing,
tekstur permukaan patung yang
kasar juga memerlukan perhatian
tersendiri dalam penanganannya.
Manfaat lain- yang diperoleh yaitu
pengalaman mengenal bahan baku
dan pengalaman pemanfaatannya
pada perwujudan karya seni. Di
samping itu bahan bubur kertas
tersedia di mana saja, hal ini sa-
ngat menguntungkan karena tidak
di setiap daerah tersedia bahan ba-
ku untuk menciptakan karya, na-
mun bahan bubur kertas dapat
ditemukan di mana saja sehingga
sangat membantu bagi seniman
yang ingin dalam mengekspesikan
pengalaman pribadinya di mana sa-
ja dan kapan saja.
Proses perancangan selain
berkaitan dengan tema, bentuk,
dan teknik, perwujudannya perlu ju-
ga diperhatikan agar rancangan
yang dikehendaki sesuai dengan
kenyamanan saat dilihat, keaman-
an saat dipajang, dan unsur estetik
yang menunjang nilai penyajian
karya. Pada umumnya karya pa-
tung disajikan dengan mengguna-
kan penumpu sebagai alas patung
agar letaknya lebih tinggi dari lantai
dengan demikian pemirsa dapat me
-nikmati penampilan karya dengan
leluasa.
Karya seni sebagai hasil dari
kemampuan berolah rasa seorang
seniman akan dianalisa dengan
mengupas ide penciptaan, ide ben-
tuk, proses dan perwujudan karya-
nya, karena konsep penciptaan se-
ni bukan saja memikirkan tentang
wujud akhir karya sebagai konsep
teksnya, tetapi juga konsep konteks
sebagai bentuk kesadaran tercip-
tanya karya. Selanjutnya seniman
sebagai pencipta karya juga di-
tuntut untuk memiliki kemampuan
sebagai seorang pengkaji, karena
dasar seseorang dalam melahirkan
karyanya yaitu menciptakan kar-
ya yang baru dan bertolak dari
sesuatu yang telah ada dalam
wacana yang sedang berkembang.
Dengan demikian manusia diposi-
sikan sebagai penerus budaya da-
lam perjalanan peradaban manu-
sia.
Selanjutnya dalam berkomu-
nikasi lewat karya ini, seniman
akan dipengaruhi oleh faktor ling-
kungan di sekitarnya. Segala ma-
salah yang terjadi terkadang ada-
lah karena ulah manusia, dan se-
benarnya permasalahan itu dapat
diselesaikan oleh manusia itu sen-
diri. Namun masih banyak manusia
yang tidak ingin memperbaikinya,
namun justru memperburuk keada-
an. Di sinilah seniman berperan
sebagai mediator yang tujuannya
yaitu terpinggirkan atau bahkan
terlupakan
Dalam hal penciptaan karya
Hubungan Antarspesies: Hubungan
antarspesies: Visualisasi Anjing
Setia Dalam Seni Patung, penulis
ingin mengajak warga untuk
menoleh ke belakang atau meng-
ingat sejarah masa lalu yang sudah
terlupakan. Ada kemungkinan bah-
wa kemajuan teknologi menjadikan
manusia merasa asyik dengan di-
rinya sendiri, sehingga tidak lagi
memandang pada lingkungan mau-
pun kearifan budaya adiluhung
yang mengajarkan kearifan budaya
dalam hubungan antarspesies,
tentu saja hal ini berdampak pada
alam dan lingkungan, karena alam
tidak dapat memperbaiki dirinya
sendiri, kecuali karena ada campur-
tangan manusia.
Karya-karya yang diciptakan
ini mengajak manusia berpikir dan
merenungkan tentang apa yang su-
dah diingkari tentang ciptaan Tu-
han. Segala hal yang telah dirusak
akan memberikan dampak kepada
manusia, karena sebagaimana ma-
nusia, hewan-hewan dan tumbuhan
juga ingin berkomunikasi satu sama
lain dalam sebuah persahabatan
yang tulus ikhlas untuk tujuan har-
monisasi di alam ini.
Selanjutnya karya yang di-
tampilkan di sini tidak saja meng-
gambarkan rekaman kejadian yang
ada, namun juga memiliki nilai
historik yang bila ditinjau sudah
terjadi jauh sebelum manusia
modern lahir. Hasil perwujudan kar-
ya yang berkaitan dengan proyek
penciptaan di atas dapat dilihat
pada foto karya berikut ini:
Deskripsi Karya:
Karya patung yang berjudul
Qithmir anjing berkalung sorban
merupakan pengembangan dari kar
ya selanjutnya, karya ini terinspirasi
dari riwayat Ashabul Kahfi yang
mengisahkan tentang seekor anjing
yang mengikuti beberapa orang
wali tinggal di dalam sebuah goa
selama 309 tahun.
Kisah Ashabul Kahfi yaitu
cerita yang kebenarannya dibukti-
kan di dalam Al-Quran, manusia
biasa tidak akan mencapai usia
hingga ratusan tahun, Namun bagi
orang yang beriman kepada Allah
SWT dan meyakini bahwa tak ada
yang tak mungkin jika Allah telah
berkehendak, maka orang pema-
haman spiritual yang seperti ini
akan menjadikan Ia semakin men-
dekatkan dirinya pada Sang pen-
cipta.
Dalam cerita ini dikisahkan
Qithmir sebagai seekor anjing yang
tertidur selama 309 tahun. Di dalam
riwayat Ashabul Kahfi diceritakan
tentang beberapa orang pemuda
yang berasal dari sebuah kota yang
bernama Aphesus. Pemuda terse-
but bernama Tamlikha, Miksalmina,
Mikhaslimina, Martelius, Casitius,
Sidemius dan seekor anjing yang
bernama Qithmir, mereka mencoba
untuk menyelamatkan diri dari se-
orang raja dzalim bernama Di-
qyanus, sehingga mereka bersem-
bunyi di gua Kheram, di gunung
Nagus. Allah menyelamatkan me-
reka dengan membuat mereka ter-
tidur selama 309 tahun. Dinilai oleh
para mufassir ada keterlibatan
malaikat untuk membalikkan posisi
tidur mereka, sehingga mereka
masih sehat seperti sediakala ke-
tika terbangun 309 tahun kemu-
dian, di sini Qitmir digambarkan se-
bagai anjing yang berkalung sor-
ban. Atribut sorban yang tersampir
di leher anjing ini melambangkan
tentang kesetiaannya dalam men-
jaga orang saleh di dalam gua. Sor-
ban sendiri yaitu kain yang
dipakai di kepala pada warga
Arab, pemakaiannya bukanlah wa-
jib, namun bersandar pada adat
dan kebiasaan saja. Kisah Qithmir
yang diduga berasal dari Yordania
disesuaikan dengan pakaian ma-
syarakat pada masa itu, yaitu me-
makai sorban. Sorban ini juga se-
bagai gambaran kesolehan Qithmir
yang dijanjikan Allah SWT sebagai
anjing yang diijinkan masuk ke da-
lam surgaNya.
Deskripsi karya:
Kontradiksi yaitu sebuah
keadaan yang menggambarkan ke-
adaan keberadaan anjing sebagai
sahabat dan sebagai binatang pe-
liharaan, namun di sisi lain anjing
juga yaitu binatang buas sesuai
dengan keadaannya yang bertaring
dan berkuku tajam, di satu sisi lagi
anjing memiliki sifat setia,
kebuasannya yaitu sebagai sifat
ingin melindungi diri bawaan yang
sudah melekat pada dirinya sejak
dia dilahirkan. Bentuk anjing yang
bertaring dengan gerakan yang
siap melompat yaitu bentuk ke-
siap siagaan dia untuk melindungi
diri dan kelompoknya, dalam hal ini
sifatnya disebut sebagai sifat alpha
atau sifat memimpin kelompoknya
dan siap melindungi kelompoknya.
Kelompoknya di sini bukan saja
sebagai sesama anjing, tetapi juga
dapat berupa spesies lain, misalnya
manusia sebagai tuannya. Di sini
sifat pelindung dan setia akan ter-
lihat, dia akan siap mengorbankan
jiwa dan raganya demi kelompok-
nya.
Hal ini diharapkan dapat me-
jadi inspirasi bagi manusia di se-
kelilingnya agar dapat mengambil
hikmah dan menghargai kesetiaan
binatang ini dan selanjutnya me-
nerapkannya pada diri sendiri untuk
membangun suatu hubungan yang
harmonis saling menghargai antar
manusia dan antarspesies.
Anjing yaitu binatang cer-
das yang selalu siap membantu
manusia, dalam hal ini majikannya.
Anjing memiliki banyak sekali ke-
ahlian yang bisa pergunakan untuk
memudahkan kegiatan manusia se-
hari-hari. Misalnya anjing sebagai
penjaga.
Anjing penjaga mampu men-
jaga harta benda yang dititipkan
kepadanya. Anjing dengan sigap
dan cekatan akan mengeluarkan
semua kemampuannya dalam me-
laksanakan perintah pemiliknya. Di
beberapa tempat di negara kita , an-
jing penjaga diharuskan menjaga
rumah pemiliknya dari kedatangan
tamu yang tidak diundang. Anjing
bertipe penjaga ini memiliki suara
yang nyaring untuk mengonggong
dengan keras, sehingga musuhnya
pun takut. Selain itu anjing penjaga
juga memiliki ukuran tubuh yang
cukup besar dan kuat serta gigi
geligi tajam, agar lawannya takut
melihatnya.
Anjing penjaga biasanya di-
tempatkan di depan rumah yang
dijaganya. Pemilik menaruh kan-
dang berisi anjing penjaga agar
terlihat oleh tamu dan orang yang
berkeliaran di depan rumah ter-
sebut. Anjing ini sangat setia dan
tak segan-segan mempertaruhkan
nyawanya jika ia melihat sang ma-
jikannya terancam.
Karya patung yang berjudul
„Dengan segenap jiwa dan raga‟ ini
menggambarkan anjing penjaga
yang memiliki karakter penjaga
yang melekat pada figur anjing ter-
sebut. Anjing ini bersedia mengor-
bankan waktu dan hidupnya pada
pemiliknya. Posisi anjing di sini
berada pada strata pets, ia yaitu
sahabat, bagian dari keluarga dan
juga sebagai pelindung keluarga.
Anjing ini memakai perhiasan
yang merupakan simbol kesayang-
an dan dipercaya sebagai penjaga
harta majikannya, tempat ia meng-
abdi dengan segenap jiwa dan
raganya, kain batik yang menutupi
tubuh figure anjing yaitu merupa-
kan pakaian Tuannya, karena gam-
baran seorang pemilik anjing akan
tercermin pada peliharaannya, pe-
nggunaan kain yang baik akan me-
nunjukkan tentang kebaikan. Anjing
ini baik sebagai anjing penjaga,
karena Ia memang dididik sebagai
penjaga oleh tuannya yang baik.
B. Sintesis
Anjing sebagai makhluk yang
memiliki perilaku unik dan lucu da-
pat dijadikan sebagai bahan peng-
kembangan pengajaran moral. Ma-
nusia telah diberikan kelebihan oleh
Tuhan berupa akal pikiran. Dengan
akal pikiran itulah manusia dapat
belajar terus menerus sepanjang
hayat. Jika akal pikiran itu tidak di-
gunakan, sama saja kita meng-
kufuri nikmat yang telah diberikan
Tuhan. Belajar dari perilaku yang
ditunjukkan oleh anjing, merupakan
bukti bahwa kita sebagai mahluk
ciptaan Tuhan dapat belajar dari
ciptaanNya.
Anjing mengajarkan kepada
manusia nilai kesetiaan. Namun ka-
dangkala anjing juga menjadi se-
butan untuk menghardik orang ke-
tika sedang marah. Anjing tidak ber
-salah, anjing justru mengajari kita
untuk memiliki kesetiaan yang ting-
gi. Anjing juga sama dengan manu-
sia sama-sama mahkluk Tuhan.
Kesetiaan yaitu nilai moral
yang harus dimiliki oleh setiap
manusia. Apalagi manusia dewasa
yang sudah memiliki pasangan
hidup yang syah. Kesetiaan juga
harus kita berikan kepada bangsa
dan Negara.
Pada akhirnya hasil akhir dari
olah rasa dan kreativitas yang telah
dilakukan dapat berguna sebagai
terapi mental, sebagai perjalanan
spiritual untuk mencari makna ke-
hidupan menjadi manusia dewasa
yang berwawasan luas dan se-
kaligus sebagai media kritisi yang
santun, karena hasil ciptaan ini ti-
dak untuk melawan atau dilawan
siapapun, namun karya seni ini
diharap memiliki makna bagi
kelangsungan keselarasan hubung-
an manusia dengan spesies lain.
Saat hubungan persahabatan
menjadi langka dan manusia men-
jadi semakin beringas terhadap se-
samanya, kisah-kisah persahabat-
an antara manusia dan anjing bisa
menjadi refleksi yang baik.
Kisah jalinan persahabatan
purba antarspesies berbeda sejak
ribuan tahun silam ini dapat me-
nunjukan kepada kita bahwa ada
hal yang lebih penting dari “kepen-
tingan” itu sendiri, yaitu kesetiaan
dan hal ini mejadi dasar pencipta-
an karya yang selanjutnya melalui
proses pencarian panjang telah
sampai pada bentuk karya yang di-
kehendaki, yang akhirnya proses
penciptaannya disimpulkan dengan
beberapa temuan, antara lain yaitu:
1. Temuan Material
Teknik dan pemanfaatan bu-
bur kertas ini merupakan temuan
baru bagi saya. Disini pemanfaatan
bahan kertas daur ulang untuk kar-
ya seni tiga dimensi diletakkan pa-
da posisi bahan utama. Temuan ini
juga sangat membantu bila di-
terapkan pada tempat-tempat atau
lokasi di mana bahan berkarya seni
sangat minim. Kertas koran bekas
mudah ditemukan di mana saja, ke-
inginan untuk berkarya bisa datang
di mana saja dan kapan saja, tentu
saja bahan alternatif ini sangat me-
bantu, teknik perwujudan dapat di-
kerjakan dengan mudah.
2. Temuan Teknik
Teknik mematung dengan ca-
ra membangun konstruksi rangka
yang telah saya kerjakan ini me-
rupakan teknik yang mudah diikuti
bagi orang lain, terutama bagi me-
reka yang ingin bekerja sendiri
tanpa bantuan orag lain. Pekerjaan
pembangunan konstruksi dapat di-
kerjakan oleh siapa saja, baik pe-
mula dan pematung yang ber-
pengalaman, melalui teknik yang
sederhana ini saya berharap dapat
memberikan masukan teknik me-
matung untuk mahasiswa di ling-
kungan perguruan tinggi tempat sa
ya bertugas, maupun di tempat
yang lain.
3. Temuan Metodik
Metoda mematung yang di-
mulai dari pengenalan obyek seca-
ra mendalam sangat membantu sa-
ya dalam membentuk karya seni
ini. Persiapan perwujudan secara
umum dan khusus yang kemudian
dilanjutkan dengan pembuatan sket
-sa bentuk yaitu sebuah langkah
awal dalam kegiatan berkarya di
sini.
4. Temuan Wacana
Cara pandang negatif ma-
nusia terhadap anjing selama ini
dianggap kurang pada tempatnya,
selanjutnya melalui hasil akhir pro-
yek ini diharapkan manusia dapat
belajar dari sejarah hubungan ma-
nusia dengan anjing dimulai dari
jaman purba hingga jaman modern
ini. Kesadaran untuk memahami
suatu kebenaran dapat membantu
manusia dalam menjaga lingkung-
an dan menghormati ciptaan Tu-
han.
5. Temuan konsepsual
sesudah melalui proses pen-
ciptaan yang panjang untuk me-
nemukan ide penciptaan tentang
anjing setia dalam lingkup hu-
bungan antarspesies, maka ditemu-
kan konsep hubungan abadi antara
anjing dengan manusia. Selanjut-
nya konsep itu melahirkan bentuk
estetik tentang anjing setia yang di-
simbolkan dalam bentuk patung.