Rabu, 12 Juli 2023
Pemerintah bersama Satuan Kerja Khusus
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi (SKK Migas) terus berupaya
meningkatkan produksi minyak dengan
menargetkan produksi minyak nasional
sebesar satu juta barel per hari (bopd) pada 2022
mendatang. Kunci untuk mencapai target tersebut
adalah gencar melakukan eksplorasi, meningkatkan
investasi, serta menerapkan teknologi tepat guna.
Peningkatan temuan cadangan dan produksi/lifting
migas sangat penting dilakukan, mengingat tingkat
konsumsi migas di Indonesia cenderung terus
bertumbuh melampaui produksi migas domestik. Salah
strategi yang diterapkan pemerintah adalah mendorong
pengelolaan migas secara professional oleh perusahaan
plat merah (national oil company/NOC), yang dalam hal
ini adalah Pertamina.
Pada 2017, Pertamina telah memproduksi 29% dari total
produksi minyak nasional yang mencapai 801 ribu bopd.
Porsi ini meningkat menjadi 35% pada 2018, yaitu dengan
masuknya produksi blok terminasi yang dialihkelolakan
ke Pertamina. Tak cukup sampai disitu, Pertamina akan
menjadi produsen minyak terbesar di Indonesia pada
2022 dengan masuknya WK Rokan. Saat ini WK Rokan
memproduksi minyak sekitar 207 ribu bopd (26% dari
produksi minyak mentah nasional). Dengan penguasaan
atas WK Rokan, porsi Pertamina dalam memproduksi
migas nasional pun berkembang menjadi sekitar 60%.
Pada 2018 tercatat 124 perusahaan dalam negeri yang
menjadi produsen minyak mentah di seluruh penjuru
tanah air. Selain Pertamina dan anak perusahaannya,
terdapat 89 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dari
dalam negeri lainnya yang turut andil dalam bisnis
migas nasional. Jumlah tersebut menunjukkan kesiapan
dan kompetensi NOC dalam pengelolaan sumber migas
nasional. Tentu saja, kenyataan ini menjadi sebuah
kebanggaan tersendiri yang patut ditumbuhkembangkan
di masa mendatang.
Angka konsumsi minyak Indonesia semakin
jauh jaraknya dengan angka produksi
minyak bumi. Kebutuhan minyak pada 2015
tercatat sebesar 1,5 juta barel minyak per
hari (bopd). Pada 2016 kebutuhan minyak
meningkat menjadi 1,6 juta bopd, dan pada 2017
melonjak menjadi 1,7 juta bopd. Pada masa mendatang
kebutuhan minyak bumi bakal semakin banyak. Dewan
Energi Nasional (2016) memprediksi, kebutuhan
minyak bumi Indonesia bisa mencapai 1,93 juta bopd
di tahun 2025.
Pertumbuhan ini tidak terlepas dari pertumbuhan
ekonomi Indonesia dan peningkatan jumlah penduduk
Indonesia. Meningkatnya pembangunan, pertumbuhan
ekonomi dan pertumbuhan penduduk, kebutuhan BBM
terus meningkat. Penyediaan BBM sangat diperlukan
dalam menjalankan aktivitas dalam perekonomian
suatu negara. Sampai saat ini, minyak bumi masih
merupakan sumber energi yang utama dalam memenuhi
kebutuhan di dalam negeri, sebagai bahan baku untuk
menghasilkan bahan bakar, seperti bensin, solar,
minyak diesel, minyak tanah, dan pelumas. Selain
untuk memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri,
minyak bumi juga berperan sebagai komoditi penghasil
penerimaan negara dan devisa.
Untuk menutupi selisih angka konsumsi dengan
produksi minyak bumi, sejak 2004 Indonesia telah
menyandang predikat sebagai net importer minyak.
Menyikapinya, pemerintah perlu mencari solusi dan
strategi jitu untuk menahan laju penurunan produksi
minyak bumi yang diperkirakan hanya akan mencapai
280 ribu bopd pada 2030. Apalagi jika dikaitkan dengan
beban impor minyak yang otomatis akan meningkat
di tengah melesatnya konsumsi bahan bakar minyak
domestik. Salah satu strategi yang dicanangkan
pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM) adalah meningkatkan
investasi pada bisnis hulu migas, sehingga mampu
mendongkrak volume cadangan migas.
minyak bumi justru mengalami tren penurunan dari
tahun ke tahun.
Pada 2025, penurunan produksi minyak bumi
diprediksi mencapai hingga 38 persen atau sekitar 480
ribu bopd. Dalam jangka waktu 5 tahun berikutnya,
produksi “emas hitam” diperkirakan menukik tajam
hingga sebesar 41,6 persen dibandingkan pada 2025.
Ada banyak faktor yang membuat produksi minyak
bumi menurun, termasuk di antaranya kondisi
lapangan minyak bumi itu sendiri. Tercatat, sebesar
72 persen produksi minyak bumi di Indonesia
berasal dari lapangan-lapangan tua yang telah
berproduksi lebih dari 30 tahun. Secara alamiah,
kondisi ini berdampak pada penurunan produksi.
Di Indonesia, laju penurunan produksi lapangan
untuk minyak bumi rata-rata mencapai 29 persen
per tahun dan laju penurunan produksi gas bumi
18 persen per tahun.
Kecenderungan penurunan produksi minyak bumi
ini selaras dengan data cadangan minyak bumi yang
dilansir Kementerian ESDM. Hingga 2018, posisi
cadangan minyak bumi Indonesia tercatat sebesar
3.154 million stock tank barrels (MMstb), sementara
cadangan gas bumi diperkirakan sebesar 99,1 triliun
standar kaki kubik (Tscf ). Untuk memenuhi
kebutuhan migas nasional, Indonesia harus kembali
menemukan penemuan-penemuan besar seperti
Lapangan Minas, Duri, Suban, Mahakam, Jatibarang,
dan Banyu Urip.
Lapangan Minas dan Duri di Wilayah Kerja (WK)
Rokan selalu menjadi penghasil minyak terbesar di
Indonesia sejak mulai beroperasi pada tahun 1971
hingga tahun 2018. Selain WK Rokan yang dikelola
Chevron, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) lain
yang menjadi runner up dalam produksi minyak
adalah ExxonMobil Cepu Ltd (EMCL). Lapangan
Banyu Urip di WK Cepu yang dikelola EMCL memiliki
peningkatan produksi minyak bumi jika dibandingkan
dengan capaian pada 2017. WK Cepu menjadi andalan
pemerintah untuk mencapai target produksi siap
jual (lifting) minyak yang ditetapkan dalam RAPBN
2018 sebesar 775 ribu bopd. SKK Migas akan terus
menggenjot dan mengoptimalkan produksi WK
Cepu Lapangan Banyu Urip agar mencapai target.
Prediksinya, produksi minyak dari ladang minyak ini
dapat meningkat 5 ribu sampai 10 ribu bopd.
Meningkatkan Investasi Hulu Migas
Pemerintah terus berupaya menarik investor untuk
melakukan bisnis hulu migas di Indonesia. Ironisnya,
tren investasi sektor hulu migas menurun sejak 2014.
Dalam tiga tahun terakhir, investasi hulu sektor migas
tercatat selalu di bawah target. Penurunan nilai investasi
pada bisnis hulu migas dari tahun ke tahun disebabkan
oleh beberapa faktor penting. Selain menurunnya harga
minyak, nilai investasi yang cukup tinggi, bisnis hulu
migas berisiko tinggi. Kedua faktor ini menyebabkan
investor harus berhati-hati sebelum mengambil
keputusan investasi.
Pada 2019, SKK Migas menargetkan investasi hulu
migas sebesar US$ 14,79 miliar dengan target
pengembalian biaya operasi (cost recovery) dipatok
sebesar US$ 10,22 miliar. Harapan meningkatnya
target realisasi investasi Migas ini muncul setelah
Kementerian ESDM memutuskan nasib 19 WK migas
terminasi yang habis kontrak pada 2018-2021. Dari
keputusan itu, pemerintah memperoleh komitmen
kerja dari para kontraktor untuk mengelola WK yang
telah mendapat kepastian. Total nilai komitmennya
mencapai US$ 1,68 miliar atau sekitar Rp 23,5 triliun.
Pertamina Mengelola WK Rokan
WK Rokan selalu menjadi penghasil produksi minyak
terbesar di Indonesia. Wilayah kerja yang telah dikelola
selama 50 tahun (1971-2021) oleh PT Chevron Pacific
Indonesia ini akan habis kontraknya pada 8 Agustus 2021.
Pemerintah melalui Kementerian ESDM memutuskan
untuk mengamanahkan pengelolaan WK Rokan
kepada Pertamina. Keputusan ini diumumkan pada
31 Juli 2018, sebagai langkah strategis kelanjutan
pengelolaan WK Rokan setelah masa kontrak dengan
PT Chevron Pacific Indonesia berakhir. Pertamina akan
mulai mengelola WK Rokan pada 9 Agustus 2021 untuk
jangka waktu hingga 20 tahun mendatang. Penetapan
Pertamina sebagai operator WK Rokan dilakukan
berdasarkan pertimbangan bisnis dan ekonomi
setelah mengevaluasi pengajuan proposal Pertamina
yang dinilai lebih baik dibandingkan penawaran yang
disampaikan PT Chevron Pacific Indonesia.
Terdapat tiga hal yang jadi pertimbangan bisnis dari
pemerintah dalam menyetujui pengalihan pengelolaan :
Pertamina berkomitmen menginvestasikan uang
sebesar US$ 70 miliar (sekitar Rp 1.000 triliun) untuk
menghasilkan produk sebanyak 1,4 miliar setara
barel minyak
Pengelolaan WK Rokan oleh Pertamina akan
menggunakan skema gross split, dengan bagian
pemerintah diperkirakan sebesar 48 persen secara
rata-rata, selama 20 tahun masa pengelolaannya.
Sebelumnya, WK Rokan dikelola PT Chevron Pacific Indonesia
melalui sistem cost recovery.
Dengan dikelolanya WK Rokan oleh Pertamina
mulai 9 Agustus 2021 mendatang, maka kontribusi
produksi minyak BUMN tersebut meningkat menjadi
60 persen dari keseluruhan produksi minyak
nasional. Tahun 2018, kontribusi produksi minyak
Pertamina sekitar 36 persen.
Ke depan, Pertamina harus bisa membuktikan kemampuannya
mengelola WK Rokan ini. Indikator minimalnya adalah
mempertahankan produksi minyak WK Rokan agar tidak
turun atau lebih rendah dibanding saat dikelola Chevron.
Apalagi seperti yang diketahui Chevron mengelola WK Rokan
menggunakan teknologi yang cukup canggih serta Sumber
Daya Manusa yang siap.
Tentu ini menjadi tantangan bagi Pertamina, untuk lebih
baik dan bisa meningkatkan produksi migas di WK Rokan.
Ditambah lagi umur wilayah kerja migas tersebut sudah
relatif tua sehingga secara alamiah akan terjadi penurunan
produksi. Pertamina optimistik mampu mempertahankan
produksi minyak dari WK migas itu. Hal ini didasarkan atas
dua pertimbangan penting dalam industri migas. Pertama,
karakteristik masing-masing ladang minyak di WK Rokan
migas. Kedua, terkait SDM.
Sebuah catatan tersendiri, Lapangan Duri dan Lapangan
Minas yang selama ini menjadi tulang punggung produksi
minyak nasional dan diyakini memiliki cadangan minyak
yang masih cukup besar. Dengan karakteristik seperti
itu, maka relatif mudah bagi Pertamina untuk melakukan
eksplorasi maupun eksploitasi.
Selain itu, 95 persen SDM yang mengelola WK Rokan
merupakan tenaga kerja lokal (bukan asing) yang nantinya
dapat diambil alih Pertamina. Sehingga dari segi kapabilitas
dan pengalaman, hal itu memungkinkan Pertamina untuk
meningkatkan kapasitas produksi.
Kesepakatan Dalam Mewujudkan Asa
Dalam waktu dekat, Pertamina sudah dapat
memasukkan Work Program and Budgeting (WP&B)
atau rencana kerja dan anggaran untuk WK Rokan. ESDM
menegaskan, saat ini Pertamina sudah menandatangani
Terms & Condition (T&C) terkait WK migas tersubur di
Indonesia tersebut.
T&C tersebut juga sudah ditetapkan Pemerintah oleh
Menteri ESDM melalui Surat Keputusan Menteri ESDM
Nomor 1923 K/10/MEM/2018 Tanggal 6 Agustus 2018 dengan
jangka waktu kontrak selama 20 tahun. Kini tengah disusun
PSC, dimana nantinya Pertamina akan membayar bonus
tanda tangan (signature bonus).
Di dalam T&C tersebut dicantumkan pula Komitmen Kerja
Pasti lima tahun pertama WK Rokan, sesuai penawaran
Pertamina, senilai US$ 50 juta atau 10 persen dari total
Komitmen Kerja Pasti sebesar US$ 500 juta. Komitmen
Kerja Pasti merupakan investasi yang dilakukan oleh
kontraktor berdasarkan komitmen yang disepakati
untuk peningkatan cadangan dan produksi dalam
periode 5 tahun pertama yang disetujui SKK Migas.
Komitmen Kerja Pasti 5 tahun sebesar US$ 500 juta yang
diajukan Pertamina, tidak hanya akan digunakan untuk
pengembangan WK Rokan, tetapi juga lapangan-lapangan
lainnya yang belum dieksplorasi.
Dalam mengelola WK migas terbesar di Provinsi Riau
tersebut, perusahaan pelat merah ini pun memperoleh porsi
bagi hasil lebih besar dari pemerintah dalam kontrak baru
dengan skema Gross Split.
Nantinya ada perbedaan pembagian porsi bagi hasil
lapangan eksisting di WK Rokan, yakni antara Lapangan
Duri dan Lapangan non-Duri. Untuk Lapangan Duri, porsi
bagi hasil dari minyak bumi bagian Pertamina ditetapkan
sebesar 65 persen dan sisanya 35 persen adalah bagian
pemerintah. Sedangkan bagi hasil dari gas bumi, Pertamina
mendapatkan bagian sebesar 70 persen dan pemerintah
sebesar 30 persen.
Adapun untuk lapangan non-Duri, Pertamina memperoleh
bagian 61 persen dari bagi hasil minyak bumi, sementara
bagian pemerintah sebesar 39 persen. Untuk bagi hasil
dari gas bumi, bagian Pertamina sebesar 66 persen dan
pemerintah sebesar 34 persen.
Penentuan porsi tersebut telah memperhitungkan
komponen bagi hasil dasar dan bagi hasil variabel,
termasuk diskresi dari Menteri ESDM. Komponen bagi
hasil progresif belum dimasukkan karena didasarkan
pada harga minyak dan gas. Di dalam T&C tersebut juga
dicantumkan kewajiban Pertamina untuk melakukan share
down atau mencari mitra dalam mengelola WK Rokan.
Mitra tersebut tentunya harus mitra yang berpengalaman
di bidang hulu migas.
Pertamina tentunya menanggapi kewajiban tersebut
membuka peluang bekerja sama dengan mitra untuk
menggarap WK Rokan. Hal itu diungkapkan langsung
oleh Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu.
Pertamina sendiri sudah membuat anak usaha khusus
untuk mengelola WK Rokan, yaitu PT Pertamina Hulu
Rokan yang dibentuk 20 Desember 2018. Pertamina
selaku induk juga sudah menunjuk Direktur Utama
Pertamina Hulu Rokan, yaitu RP Yudantoro yang
sebelumnya menjabat sebagai Direktur Operasi PT
Pertamina EP Cepu (PEPC).
WK Cepu adalah wilayah kontrak (WK)
migas yang meliputi wilayah Kabupaten
Bojonegoro dan Kabupaten Tuban di
Provinsi Jawa Timur, serta Kabupaten
Blora di Provinsi Jawa Tengah. Awalnya,
WK Cepu difungsikan sebagai wahana pendidikan bidang
perminyakan yaitu dengan adanya Akademi Migas di
Cepu. Pada 2001 Penemuan terbaru cadangan minyak
yang cukup besar di Lapangan Minyak Banyu Urip,
yang dikelola ExxonMobil Cepu Ltd, secara signifikan
menjadikan WK Cepu sebagai salah satu sumber penting
penopang produksi migas nasional.
Lapangan Minyak Banyu Urip merupakan pengembangan
pertama di dalam wilayah kerja WK Cepu, dengan
cadangan minyak mentah yang diperkirakan sebanyak
450 juta bopd. Saat ini produksi minyak dari Lapangan
Banyu Urip tercatat lebih dari 200 ribu bopd, atau sekitar
25 persen produksi minyak nasional. Lapangan minyak
bumi Banyu Urip mulai berproduksi dengan kapasitas
20 ribu bopd pada Agustus 2009. Melalui inovasi
dan keunggulan dari manajemen proyek, produksi
meningkat menjadi lebih dari 80 ribu bopd pada saat
dimulainya start-up pada 2015.
Pengembangan seluruh Lapangan Banyu Urip terdiri
dari Fasilitas Pengolahan Pusat (Central Processing
Facility/CPF), jalur pipa darat dan lepas pantai,
fasilitas penyimpanan dan alir-muat terapung
(Floating Storage and Offloading/FSO), serta fasilitasfasilitas infrastruktur pendukung. Fasilitas Pengolahan
Pusat terletak sejauh 10 km dari sisi tenggara Cepu
dan 20 km dari sisi barat daya Bojonegoro, yang
berfungsi mengolah minyak yang dihasilkan. Minyak
yang telah diolah kemudian dialirkan melalui pipa
selebar 20 inci dan sepanjang 72 km ke pesisir Tuban.
Dari pesisir, minyak dialirkan melalui pipa bawah laut
sepanjang 23 km menuju fasilitas FSO. Minyak mentah
kemudian diekspor dan diangkut ke pasar domestik
dan internasional oleh kapal-kapal tanker
WK Rokan yang berlokasi di Provinsi
Riau, pertama kali ditemukan pada 1939
oleh geolog asal Amerika Walter Nygren.
WK Rokan memiliki luas wilayah sekitar
6.453,60 km2
. Chevron mendapatkan
kontrak pengelolaan WK Rokan dari pemerintah pada
8 Agustus 1971 untuk kurun waktu 30 tahun. Setelah berakhir,
kontrak tersebut diperpanjang lagi sampai dengan 8 Agustus
2021. Pada WK Rokan terdapat dua lapangan minyak raksasa,
yaitu Lapangan Minas dan Lapangan Duri.
Lapangan Minas kemudian tercatat sebagai salah
satu tambang minyak raksasa penghasil minyak jenis
Sumatran Light Crude yang cukup terkenal di dunia. Saat
ditemukan, kandungan minyak di lapangan tersebut
diperkirakan mencapai 6 miliar barel. Apabila dihitung
sejak mulai berproduksi pada 1970-an, Lapangan Minas
telah memproduksi minyak hingga sekitar 4,5 miliar barel.
Besaran volume produksi ini menjadikannya sebagai
lapangan minyak terbesar di Asia Tenggara.
Pengeboran pertama di lapangan tersebut dilakukan
oleh Caltex yang kemudian berubah nama menjadi
Chevron Pacific Indonesia. Lapangan Minas pernah
mencapai puncak produksi pada 1973, yaitu sekitar
440 ribu bopd. Dewasa ini, Lapangan Minas masih bisa
menghasilkan minyak sekitar 45 ribu bopd.
‘Saudara’ Lapangan Minas, yaitu Lapangan Duri, pertama
kali ditemukan pada 1941 dan mulai berproduksi 1958.
Lapangan Duri pun tercatat sebagai salah satu lapangan
minyak terbesar yang pernah ditemukan di kawasan Asia
Tenggara. Lapangan ini menghasilkan minyak mentah
unik yang dikenal dengan nama Duri Crude. Lapangan
Duri pernah menghasilkan produksi minyak sampai
dengan 300 ribu bopd pada 1993. Total produksi minyak
yang sudah disumbangkan ke Indonesia dari Lapangan
Duri mencapai 2,6 miliar barel.
Pada 2016, WK Rokan masih mampu menghasilkan
minyak hingga 251,817 bopd, yaitu hampir sepertiga
dari total produksi minyak nasional. Berdasarkan data
SKK Migas, hingga semester I 2018, rata-rata produksi
minyak WK Rokan mencapai 201.148 bopd atau 97 persen
dari target 213.551 bopd. WK Rokan juga diperkirakan
memiliki cadangan 26 miliar barel minyak
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha
Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) hadir dan
berpartisipasi aktif dalam Seminar Nasional
Kemaritiman yang dilaksanakan di Gedung
Research Center Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS) pada 23 Februari 2019. Seminar
diselenggarakan oleh ITS dan Institut Teknologi
Bandung (ITB) sebagai rangkaian menjelang
peringatan 100 tahun Pendidikan Tinggi Teknik
di Indonesia pada 2020 mendatang. Seminar
Nasional Kemaritiman ini mengusung tema
“Pengembangan Sains dan Teknologi Kemaritiman
untuk Pengembangan Berkelanjutan”.
Rektor ITS Joni Hermana, dalam sambutannya
menyebutkan, potensi maritim Indonesia
sangat besar, yaitu mencapai USD 1,35 triliun.
Jumlah tersebut delapan kali lebih besar
dibandingkan dengan APBN Indonesia saat
ini. “Tetapi 25% kemiskinan di Indonesia justru tersebar
di kawasan pesisir. Hal ini merupakan suatu tantangan
bagi Indonesia,” kata Joni.
Hal senada diungkapkan Rektor ITB Prof Dr Ir Kadarsah
Suryadi DEA. Menurutnya maritim merupakan isu
penting yang terangkum dalam empat bidang tujuan
utama pembangunan berkelanjutan, yakni food, energy,
water dan climate change yang bermuara pada maritim.
Laut dapat dimanfaatkan untuk potensi energi dan
pariwisata yang dapat memberikan kontribusi terbaik
dalam membangun Indonesia.
Sebagai pembicara utama, Deputi Bidang Pengembangan
Pemasaran I Kementerian Pariwisata Rizki Handayani
Mustafa menjelaskan, pariwisata berbasis laut
merupakan sektor yang menjanjikan dan dapat dilakukan
secara berkelanjutan. “Kementerian Pariwisata akan
mengembangkan sepuluh destinasi wisata baru di
Indonesia. Tujuh di antaranya berbasis maritim,” kata Rizki.
Dalam kesempatan sama, Kepala SKK Migas Dwi
Soetjipto berkesempatan memaparkan potensi
migas Indonesia. Sementara Wakil Gubernur Jawa
Timur Emil Elestianto Dardak menyampaikan paparan
mengenai pemberdayaan ekonomi Jawa Timur di masa
mendatang.
Melalui seminar ini, kalangan akademisi dan juga
pemerintah diharapkan dapat berperan aktif dalam
mengembangkan potensi maritim negara. Hal ini
untuk mendorong cita-cita Indonesia sebagai poros
maritim dunia.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan
Usaha Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas)
Perwakilan Papua dan Maluku (Pamalu)
dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS)
yang beroperasi di wilayah Sorong dan
sekitarnya menyelenggarakan Workshop
Pemerintah Daerah (Pemda) Penghasil
Migas. Workshop dilaksanakan dalam
rangka menyosialisasikan participating
interest (PI) 10% dan mekanisme kontrak
bagi hasil gross split.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan
Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas)
Perwakilan Sumatra Bagian Utara (Sumbagut)
dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS)
EMP Bentu Ltd bekerja sama melaksanakan
peresmian pelepasan hak atas lahan PT Peputra
Supra Jaya (PSJ) untuk kegiatan pengeboran
Sumur Segat-7 pada 22 Februari 2019 di Kantor
EMP Bentu Ltd, Pekanbaru.
KKKS EMP Bentu sangat terbantu dan
merasakan kehadiran SKK Migas Perwakilan
S u m b a g u t d a l a m m e n y e l e s a i k a n
permasalahan-permasalahan di lapangan,
seperti perizinan dan pengadaan tanah.
Sebagaimana diketahui, salah satu kendala dalam
kegiatan eksplorasi dan eksploitasi adalah penyediaan
lahan khususnya lahan-lahan yang dimiliki perusahaan
perkebunan. KKKS EMP Bentu Ltd sejak 2016 telah
berdiskusi dan berkoordinasi bersama Manajemen PT PSJ
mengenai kepastian pembebasan hak atas lahan seluas
±1 hektare di kawasan perkebunan yang dikelola PT PSJ.
SKK Migas Perwakilan Sumbagut, secara optimal melakukan
sejumlah upaya strategis agar permasalahan pembebasan
lahan dapat diselesaikan dengan baik. Upaya-upaya yang
dilakukan, antara lain berkoodinasi aktif dengan Kantor
Wilayah (Kanwil) Badan Pertanahan Nasional (BPN) Riau,
Kantor Pertanahan Kabupaten Pelalawan, serta Dinas
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Riau.
Selain itu, SKK Migas Perwakilan Sumbagut juga
mengadakan Sharing Session Perizinan dan Pengadaan
dengan menghadirkan Sekretaris Direktorat Jenderal
(Ditjen) Pengadaan Tanah Kementerian ATR/BPN.
Kegiatan ini bertujuan menghadirkan kesepakatan
bersama mengenai pelepasan hak atas lahan yang akan
digunakan dalam kegiatan eksplorasi migas ini.
Kepala Departemen Humas SKK Migas Perwakilan
Sumbagut Evy Yanti menyampaikan, upaya-upaya ini
akhirnya berbuah manis sehingga PT PSJ bersedia
melepas hak atas sebagian lahannya. Hal ini dibuktikan
dengan ditandatanganinya bukti pelepasan hak
dan pembayaran pembelian lahan dimaksud pada
11 Februari 2019. Sebelumnya Perwakilan SKK Migas
Wilayah Sumbagut bersama KKKS EMP Bentu Ltd.
telah berhasil membebaskan lahan untuk sumur
pengembangan Segat-5, Segat-8, Seng-4, dan Segat-12.
Kanwil BPN Riau, Dinas ESDM, dan Camat Langgam
menyampaikan terima kasih atas dukungan PT PSJ
dalam memperlancar proses pengadaan tanah untuk
kepentingan pengeboran Sumur Segat-7. Proses
pengeboran ini diharapkan dapat menambah pendapatan
daerah setempat
Kegiatan yang dilaksanakan di Waisai,
14 Februari 2019 ini, dibuka oleh Bupati
Kabupaten Raja Ampat Abdul Faris Umlati
dan dihadiri oleh Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral (KESDM), Pemda
Penghasil Migas di Provinsi Papua Barat, Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD), dan KKKS Wilayah Pamalu.
Dalam sambutannya, Abdul Faris Umlati mengapresiasi
penyelenggaraan kegiatan ini. “Optimalisasi potensi
migas daerah dapat memperkuat ketahanan energi
daerah, pendapatan daerah, dan juga nasional,” katanya.
Abdul Faris Umlati mengharapkan pengelolaan sumber
daya alam migas di Kabupaten Raja Ampat dapat
dirasakan manfaatnya oleh seluruh wilayah di Raja
Ampat, termasuk area Salawati dan Misool.
Kepala Departemen Humas SKK Migas Perwakilan
Pamalu Galih W. Agusetiawan mengatakan, kegiata
sosialisasi PI 10% dan penerapan aspek hukum Kontrak
Bagi Hasil Gross Split ini diharapkan dapat mendukung
pemda penghasil migas di Provinsi Papua Barat untuk
mendapatkan manfaat maksimal dari pengusahaan
migas di wilayahnya.
“Diharapkan peran serta pemda lebih proaktif, (terutama
.red) dalam pengelolaan migas dapat ditingkatkan,
sehingga hasil yang diperoleh dapat dipergunakan
untuk membangun dan meningkatkan perekonomian
daerah,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, SKK Migas Pamalu dan
KKKS juga berkesempatan mendengarkan presentasi
dari masing-masing pemda tentang program kerja
mereka di area ring satu operasi migas. Informasi ini
diharapkan dapat digunakan oleh industri hulu migas
guna sinkronisasi programnya dengan program pemda
di penghasil migas di Provinsi Papua Barat
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan
Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas)
Dwi Soetjipto melakukan kunjungan kerja
ke Kantor SKK Migas Perwakilan Sumatra
Bagian Selatan (Sumbagsel). Kunjungan
kerja dilakukan sebagai kelanjutan dari
agenda Kepala SKK Migas yang hadir sebagai
narasumber pada Seminar dan Dialog Nasional
Pengelolahan Sumber Daya Alam di Era Revolusi
Industri 4.0 yang berlangsung di Palembang
pada 12 Februari 2019.
K
program kerja pada 2019.
unjungan kerja Kepala SKK Migas ke
kantor Perwakilan SKK Migas Sumbagsel
dimaksudkan untuk berdiskusi dan
bersosialisasi dengan pegawai SKK Migas
Perwakilan Sumbagsel. Dalam kunjungan
tersebut, Dwi disambut Kepala Perwakilan SKK Migas
Sumbagsel Adiyanto Agus Handoyo.
Pada kesempatan ini, SKK Migas Perwakilan Sumbagsel
melaporkan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada
2018 dan 2019, yaitu meliputi Bidang Kehumasan dan
Perizinan Pengadaan Tanah, Operasi, dan Administrasi
Keuangan.
Dalam diskusi, Dwi menegaskan kembali mengenai KPI
SKK Migas pada 2019, yaitu sebagaimana yang telah
disahkan oleh DPR RI dan Pemerintah. KPI tersebut,
menurut Dwi Soetjipto, berkaitan dengan target
penerimaan migas terhadap Angaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN), target lifting migas, dan
cost recovery.
Berkenaan dengan pencapaian target tersebut, Dwi
meminta SKK Migas Perwakilan Sumbagsel untuk
memperlancar serta berusaha memenuhinya. Dwi
juga mengingatkan, SKK Migas merupakan lembaga
pemerintahan yang mempunyai amanah untuk
mengawal kegiatan hulu migas nasional. Oleh
karenanya, secara khusus Dwi menegaskan agar
SKK Migas - KKKS dapat meningkatkan kebersamaan
dan kerja sama serta koordinasi yang baik. “Karena
pada dasarnya SKK Migas dan KKKS adalah satu,” tegas
Dwi. Lebih lanjut, Dwi meminta SKK Migas Perwakilan
Sumbagsel untuk menyampaikan pending matters yang
ada di Perwakilan Sumbagsel guna menjadi prioritas
program kerja pada 2019.
S
etelah kita tahu apa itu definisi katarak, lalu tentu
kita ingin tahu apa saja gejala katarak agar kita dapat
mencegah terjadinya katarak sejak dini. Adapun
gejala katarak pada fase awal, penglihatan di siang
hari terasa silau dan semakin rabun pada senja hari.
Ukuran kacamata menjadi sering berubah. Penurunan ketajaman
penglihatan tanpa disertai rasa nyeri. Pandangan kabur atau
berkabut seperti ada asap. Pasien katarak memerlukan cahaya
yang lebih terang untuk membaca. Penglihatan kadang juga
menjadi ganda/dobel dengan satu mata. Pasien katarak kadang
juga mengeluhkan melihat bercak kehitaman pada lapang
pandang satu mata.
Adapun penyebab terjadinya katarak ada beberapa hal. Yang
paling sering/umum disebabkan faktor usia lanjut. Ibarat
uban di rambut, semakin bertambah usia uban di rambut kita
semakin banyak maka katarak pada orang-orang berusia lanjut
itu wajar. Penyebab lain katarak bisa disebabkan trauma/
cedera mata, komplikasi penyakit kencing manis/diabetes
mellitus, paparan sinar matahari (ultra violet) yang berlebihan,
efek samping pemakaian steroid dalam jangka panjang.
Katarak ada berbagai jenis macamnya. Ada katarak yang
diderita oleh bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh infeksi
virus pada ibu hamil disebut katarak kongenital. Ada juga
katarak yang disebabkan oleh proses penuaan disebut katarak
senilis. Katarak jenis ini banyak diderita oleh orang-orang yang
berusia lanjut. Ada pula katarak yang disebabkan oleh trauma
atau kecelakaan disebut katarak traumatik. Adapun katarak
yang disebabkan oleh infeksi atau penyakit metabolik seperti
kencing manis disebut katarak komplikata.
Bagaimana cara mengobati katarak? Obat-obat katarak
berupa obat tetes mata, vitamin atau anti oksidan hanya
menghambat proses bertambah tebalnya katarak tetapi
tidak dapat mengurangi atau menghilangkan katarak. Operasi
katarak dilakukan jika penglihatan sudah mengganggu pasien,
tanpa harus menunggu sampai katarak matang.
Retinopati Diabetika adalah suatu komplikasi dari penyakit diabetes mellitus (kencing manis) dimana
terjadi kerusakan darah di retina mata akibat penyakit diabetes yang menyebabkan retina tidak dapat
mengirimkan gambar penglihatan ke otak secara normal.
Ada tiga macam teknik yang digunakan pada operasi katarak.
Teknik operasi yang pertama adalah ECCE. Apa itu teknik
ECCE? ECCE singkatan dari Extra Capsular Cataract Extraction
adalah teknik lama operasi katarak dengan irisan yang lebih
besar diperlukan untuk mengganti lensa mata dengan lensa
intra okuler yang tidak dapat dilipat. Irisan kemudian dijahit
dengan beberapa jahitan, sekitar 5-6 jahitan dan memerlukan
waktu yang lebih lama untuk pulih kembali. Teknik operasi
katarak yang kedua adalah SICS. SICS singkatan dari small
incisi cataract surgery adalah teknik operasi katarak dengan
irisan yang kecil menggunakan lensa intraokuler yang bisa
dilipat (foldable) atau yang tidak bisa dilipat (rigid). Irisan
tersebut biasanya hanya memerlukan 1-2 jahitan.
Adapun teknik operasi ketiga yang paling mutakhir saat ini
adalah phacoemulcification atau bahasa awamnya sering
dikenal dengan teknik laser. Fakoemulsifikasi atau sering
disebut dengan operasi katarak dengan laser adalah teknik
terbaru untuk operasi katarak. Operasi katarak ini hanya
memerlukan irisan yang sangat kecil, sekitar 2-3ml. Teknik
operasi ini dengan menggunakan getaran ultrasonik untuk
menghancurkan katarak kemudian diaspirasi keluar, setelah
itu lensa intraokuler yang dapat dilipat dimasukkan melalui
irisan tersebut. Irisan tersebut dapat pulih dengan sendiri
tanpa memerlukan jahitan sehingga memungkinkan pasien
dapat melakukan aktifitas normal dengan segera. Operasi
hanya memerlukan waktu sekitar 15-20 menit.
Lalu bagaimana proses penyembuhan setelah operasi katarak?
Dengan teknik operasi modern fakoemulsifikasi dan sistem
one day care, pasien tidak perlu menjalani rawat inap setelah
proses operasi dan penyembuhan lebih cepat. Pasien bisa
kembali melanjutkan aktifitas rutin pasien seperti biasanya.
Adapun petunjuk setelah menjalani operasi katarak sebagai
berikut : Mata yang dioperasi tidak boleh terkena air selama
3 hari, semua kegiatan sehari-hari boleh dilakukan seperti
biasa, tidak ada larangan apa-apa kecuali mata yang sudah
dioperasi tidak boleh terpukul/terbentur dan jangan digosokgosok, mata yang dioperasi harus memakai pelindung (dop)
pada waktu tidur selama 1 minggu setelah operasi, termasuk
saat tidur siang, obat tetes mata dipakai sesuai petunjuk dokter,
sebelumnya tangan dicuci terlebih dahulu dengan sabun dan
dibilas sampai bersih, hindari asap, daerah berdebu dan hewan
peliharaan selama 2 minggu, bila ada obat untuk diminum,
minumlah sesuai dengan petunjuk dokter.
Saat ini Klinik Mata RS Pertamina Balikpapan sudah ada
pelayanan operasi katarak dengan teknik fakoemulsifikasi/
laser. Di sini kami juga melayani pasien BPJS sehingga untuk
operasi katarak GRATIS, pasien cukup membawa surat rujukan
dari Faskes I dan kartu BPJS.
Hal ini dapat dimaklumi, karena di Provinsi
Riau banyak ditemukan lapangan-lapangan
minyak raksasa (giant field), seperti Duri dan
Minas pada awal 1940. Setelah lebih dari
70 tahun sejak penemuan giant fields tersebut,
Indonesia tetap berupaya keras menemukan cadangan
migas yang memiliki volume signifikan lainnya di Bumi
Lancang Kuning itu.
Akan tetapi, dalam lima tahun terakhir tercatat tidak lebih
dari 10% kegiatan eksplorasi di Indonesia dilakukan di area
tersebut. Tentu saja Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan
Usaha Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) tidak tinggal diam.
Berbagai upaya persuasif dan dorongan dilakukan SKK Migas
terhadap Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk
membuat aktivitas eksplorasi meningkat tajam.
Energi Mega Persada (EMP), KKS yang memiliki beberapa
wilayah kerja (WK) di cekungan ini, menjadi salah satu
ujung tombak kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di
cekungan Sumatra Tengah ini. EMP berupaya memenuhi
komitmen yang disepakati dalam workshop eksplorasi
pada 2018 lalu. Sekitar 187 km seismik 2D dan 530 km2
seismik 3D dicoba direalisasikan sampai akhir kuartal III
2019 di WK Bentu untuk mengkonfirmasi sumberdaya
total setara 250 juta barel minyak.
Selain itu, terdapat dua pengeboran eksplorasi yang
sedang berjalan di WK Malacca Strait untuk membuktikan
akumulasi migas total sebesar setara 80 juta barel minyak.
Tidak cukup sampai disitu, EMP akan menambah tiga
pengeboran sumur dan dua kegiatan survei seismik yang
akan dikerjakan sepanjang 2019.
Kegiatan-kegiatan ini merupakan usaha nyata dalam
program peningkatan cadangan migas nasional. Harapannya
semangat eksplorasi ini diikuti oleh seluruh KKKS terutama
yang beroperasi di cekungan Sumatra Tengah. Dengan
demikian, aktivitas dan peluang penemuan cadangan migas
baru secara berkesinambungan diharapkan meningkat.
Fadli Syafitra dan Wisnu Prihantono, merupakan dua
personil Divisi Perencanaan Eksplorasi SKK Migas yang
berkesempatan melakukan supervisi aktivitas seismik dan
sumur di area ini. “Memang sudah menjadi bagian dari tugas
kami untuk berkolaborasi dengan KKKS dalam aktivitas
eksplorasi di lapangan”, ujar mereka sepulang dari lapangan.
Tantangan utama dari reservoir ini yaitu karakter yang
tight sehingga membutuhkan teknologi khusus untuk
dapat mengalirkan migas ke permukaan. Secara teknis,
pengeboran yang sedang berlangsung ini memang
didisain untuk membuktikan konsep eksplorasi baru,
yaitu reservoir batupasir formasi pematang hasil
endapan syn-rift. Informasi menarik, kedua sumur yang
sedang beroperasi tersebut masing-masing berhasil
mengalirkan migas, saat berita ini disusun masih
menunggu hasil yang konklusif
Selain sumberdaya minyak, Indonesia juga kaya akan sumberdaya gas. Hal ini diperlihatkan oleh
penemuan-penemuan gas terutama yang signifikan selama dekade ini. Dari sisi terminologi origin
pembentukannya, gas diklasifikasikan menjadi biogenic (bacterial) gas dan thermogenic gas. Dalam
pandangan umum, eksplorasi gas (thermogenic) selalu identik dengan eksplorasi target dalam dan
membutuhkan biaya yang sangat besar. Lain halnya dengan biogenic (bacterial) gas, dimana gas ini
cenderung berada di kedalaman yang relatif dangkal (dibawah 1 km) dan dapat dieksplorasi maupun
dieksploitasi dengan teknologi dan biaya yang tidak terlalu signifikan.
E
ksplorasi gas ini sudah dimulai sejak tahun
1950an, yang pada saat itu mungkin hanya
dikenal sebagai shallow gas. Bahkan pada
awalnya, keberadaan gas ini selalu diidentifikasi
sebagai hazard dalam pengeboran, sehingga
data yang diakuisisi sangat minim, bahkan kadang tidak
ada. Seiring waktu berjalan, indikasi menarik mulai
terlihat ketika pengeboran demi pengeboran melewati
interval biogenic gas.
Sumur Niengo-1 (1958) di Waropen, sebelah timur
teluk Cendrawasih tercatat sebegai sumur pertama
yang berhasil menemukan biogenic gas di Indonesia
dari reservoir batupasir Mamberamo yang berumur
pliosen, walaupun secara kandidat cadangan cukup
besar. Sampai dengan saat ini, penemuan di Niengo-1
ini belum ditindaklanjuti mengingat lokasi yang
sangat remote dan keterbatasan infrastruktur. Tidak
berhenti disitu, tercatat eksplorasi di Cekungan
Sumatra Tengah, Natuna, Jawa Timur, dan bahkan Kutai
sempat teridentifikasi terdapat indikasi biogenic gas.
Lalu ditindaklanjuti dengan eksplorasi dengan target
spesifik biogenic gas. Di Indonesia, beberapa lapangan
juga sudah dalam tahap pengembangan dan produksi.
Keberadaan gas ini tidak dapat dipandang sebelah mata,
di beberapa contoh kasus di belahan bumi bagian utara
ditemukan lapangan gas biogenic. Gas dengan cadangan
di atas 5 triliun kaki kubik (Tcf). Referensi pun menyatakan
bahwa dari total cadangan gas dunia diprediksi 20 persen
berasal dari biogenic gas (Rice, 1992). Hal ini yang menjadi
motivasi para pelaku eksplorasi untuk mengusung
program strategis tentang biogenic gas. Transformasi
hazard menjadi valuable eco energy menjadi nilai jual
yang sangat menarik. Paralel dengan hal tersebut Divisi
Perencanaan Eksplorasi sedang menginventaris dan
mengidentifikasi keberadaan biogenic gas di seluruh
cekungan sedimen di Indonesia, yang untuk selanjutnya
dapat dijadikan cetak biru (blue print) dalam pemanfaatan
sumberdaya gas di Indonesia.
Pertamina Hulu Mahakam (PHM), selaku operator
Wilayah Kerja (WK) Mahakam, dengan dukungan
SKK Migas, menyerahkan Program Pengembangan
Masyarakat (PPM) tahun 2018 kepada Pemerintah
Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Sabtu (16/2).
Sebanyak 168 PPM yang dilakukan PHM diharapkan
mampu memberikan dukungan dan bersinergi
dengan program Pemerintah Kabupaten (Pemkab)
Kutai Kartanegara. PPM yang dilakukan PHM meliputi
5 Kecamatan yakni 43 program di Kecamatan Samboja,
44 program di Kecamatan Muara Jawa, 49 program di
Kecamatan Anggana, 8 program di Kecamatan Sanga
Sanga dan 24 program di Kecamatan Muara Badak.
Dengan bantuan tersebut, menurut Manager
Senior Kehumasan SKK Migas Kalsul
Sebastian Julius, menjadi bukti dukungan
SKK Migas-KKKS pada Pemkab Kukar dan
masyarakat dengan hadirnya kegiatan
hulu migas.
Serah terima PPM dilakukan Pjs EVP Operations and
East Kalimantan District Manager PHM Benny Sidik
kepada Bupati Kutai Kartanegara Edi Damansyah.
Dalam sambutannya, Benny Sidik mengatakan,
PHM dengan dukungan SKK Migas, menjalankan
amanah Pemerintah Republik Indonesia untuk
mengelola WK Mahakam dengan sebaik-baiknya demi
kepentingan masyarakat dan negara, dan berupaya
semaksimal mungkin memenuhi target produksi demi
ketahanan energi nasional, yang akan berdampak
pada Kabupaten Kukar.
“Upaya kami dalam mengelola WK Mahakam ini tidak
akan berhasil tanpa kerja sama yang baik dengan
semua pemangku kepentingan di Kabupaten Kukar.
Masyarakat yang berada di sekitar daerah operasi
Mahakam turut serta dalam kesuksesan pengelolaan
Blok Mahakam. Adanya kerja sama yang baik antara para
tokoh masyarakat dan unsur-unsur kemasyarakatan
yang ada,” ujar Benny Sidik.
Benny melanjutkan, kemajuan pembangunan di suatu
daerah tidak dapat dibebankan kepada pemerintah
saja, namun harus didukung bersama-sama antara
pemerintah, masyarakat dan industri yang berada di
daerah tersebut.
Dalam kesempatan sama, Edi Damansyah berharap,
PPM yang akan dilakukan PHM diharapkan dapat
dikomunikasikan terlebih dahulu dengan Pemkab Kukar.
Dengan demikian, PPM atau tanggung jawab sosial (TJS)
tidak berjalan sendiri-sendiri. “Program TJS PHM agar
dapat dirancang sejak awal bersama dengan Pemkab
Kukar hingga penyerahannya, sehingga sinergi dan
koordinasi yang kita harapkan dapat berjalan baik,”
harap Edi Damansyah. Selain itu, Edi berharap, agar
PPM yang dilakukan oleh perusahaan migas di Kukar
dapat terukur dengan penurunan angka kemiskinan di
daerah operasinya.
Untuk mencapai target APBN, lifting minyak 775 juta
barel per hari (bopd) dan gas 7.000 juta standar
kaki kubik per hari (MMscfd) bukan hal mudah.
Perlu kerjasama semua pihak, apalagi KPI lifting
migas saat ini sudah naik menjadi 35%. Terdapat
selisih 45 juta bopd minyak dan 1.065 MMscfd gas
berdasarkan pembahasan teknis.
Acara workshop yang digelar pada 19-20 Februari 2019
dan bertempat di lantai 9 Gedung City Plaza
ini dibuka oleh Deputi Operasional Satuan
Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Fatar Yani A,
dihadiri lebih dari 450 orang peserta dalam dua hari
pelaksanaannya. Terdiri dari, 63 Kontraktor Kontrak Kerja
Sama (KKKS), 15 penyedia teknologi dan pekerja serta
manajemen SKK Migas.
Topik-topik yang diberikan sangat aplikatif dan
inovatif sehingga dapat diimplementasikan dalam
waktu dekat. Terdapat sembilan pembicara yang
memberikan sharing knowledge dari enam KKKS.
Medco Rimau dengan chelating acidizing, membuka
wawasan kita bahwa, karya anak bangsa mampu
menciptakan chemical luar biasa yang dapat
digunakan di sandstone dan karbonat sekaligus.
nitrified acid yang berhasil diterapkan di Lapangan
Sukowati Pertamina Asset 4, provider gas lift pack
Off yang menawarkan solusi permasalahan sumursumur gas lift yang suspended karena level fluida
yang sudah terlalu rendah.
PHE ONWJ dengan bottom feeder gas separator
yang mampu mengatasi permasalahan gas slug
dipompa dengan metoda yang sederhana. Modifikasi
wellhead compressor di PHSS yang memberikan
solusi bagi sumur-sumur dengan tekanan reservoir
yang sangat kecil. Penyelesaian problem kepasiran
dengan chemical SCON yang berhasil meningkatkan
produksi di PHM, penggunaan thermochemical
yang berhasil diaplikasikan di Odira yang memiliki
kualitas minyak dengan API yang sangat rendah
(18˚API). Implementasi microbial biosurfactant oleh
PT ANK dan solusi smart machine dari Cenozai yang
mampu membantu KKKS dalam mengidentifikasi dan
menyeleksi big data.
Dari hasil survey di tempat, 82% responden yakin
bahwa uji coba teknologi mampu meningkatkan
produksi di KKKS dan prioritas teknologi yang
dipilih mayoritas adalah stimulasi. Tetapi, 45%
responden menyatakan bahwa kendala utama
implementasi teknologi adalah kendala financial,
sehingga konsisten dengan hasil survei kedua,
bahwa KKKS mengharapkan skema no cure no pay
dari para penyedia teknologi.
Target tambahan produksi sebesar 1 Juta barel dari
penerapan production enhancement technology akan
dapat dicapai dengan sinergi bersama dengan Divisi
Perencanaan Eksploitasi, Pengelolaan Pengadaan
Barang dan Jasa, Hukum serta Operasi Pengeboran
dan Perawatan Sumur untuk merumuskan governance
atas implementasi uji coba teknologi secara no cure
no pay atau performance base, face to face dengan
KKKS untuk screening, mapping dan evaluasi
bersama KKKS terkait teknologi yang akan diuji coba
dengan harapan dapat diimplementasikan secara
massif pada lapangan dengan karakteristik reservoir
dan fluida yang serupa.
Acara workshop yang digelar pada 19-20 Februari 2019
dan bertempat di lantai 9 Gedung City Plaza
ini dibuka oleh Deputi Operasional Satuan
Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Fatar Yani A,
dihadiri lebih dari 450 orang peserta dalam dua hari
pelaksanaannya. Terdiri dari, 63 Kontraktor Kontrak Kerja
Sama (KKKS), 15 penyedia teknologi dan pekerja serta
manajemen SKK Migas.
Topik-topik yang diberikan sangat aplikatif dan
inovatif sehingga dapat diimplementasikan dalam
waktu dekat. Terdapat sembilan pembicara yang
memberikan sharing knowledge dari enam KKKS.
Medco Rimau dengan chelating acidizing, membuka
wawasan kita bahwa, karya anak bangsa mampu
menciptakan chemical luar biasa yang dapat
digunakan di sandstone dan karbonat sekaligus.
nitrified acid yang berhasil diterapkan di Lapangan
Sukowati Pertamina Asset 4, provider gas lift pack
Off yang menawarkan solusi permasalahan sumursumur gas lift yang suspended karena level fluida
yang sudah terlalu rendah.
PHE ONWJ dengan bottom feeder gas separator
yang mampu mengatasi permasalahan gas slug
dipompa dengan metoda yang sederhana. Modifikasi
wellhead compressor di PHSS yang memberikan
solusi bagi sumur-sumur dengan tekanan reservoir
yang sangat kecil. Penyelesaian problem kepasiran
dengan chemical SCON yang berhasil meningkatkan
produksi di PHM, penggunaan thermochemical
yang berhasil diaplikasikan di Odira yang memiliki
kualitas minyak dengan API yang sangat rendah
(18˚API). Implementasi microbial biosurfactant oleh
PT ANK dan solusi smart machine dari Cenozai yang
mampu membantu KKKS dalam mengidentifikasi dan
menyeleksi big data.
Dari hasil survey di tempat, 82% responden yakin
bahwa uji coba teknologi mampu meningkatkan
produksi di KKKS dan prioritas teknologi yang
dipilih mayoritas adalah stimulasi. Tetapi, 45%
responden menyatakan bahwa kendala utama
implementasi teknologi adalah kendala financial,
sehingga konsisten dengan hasil survei kedua,
bahwa KKKS mengharapkan skema no cure no pay
dari para penyedia teknologi.
Target tambahan produksi sebesar 1 Juta barel dari
penerapan production enhancement technology akan
dapat dicapai dengan sinergi bersama dengan Divisi
Perencanaan Eksploitasi, Pengelolaan Pengadaan
Barang dan Jasa, Hukum serta Operasi Pengeboran
dan Perawatan Sumur untuk merumuskan governance
atas implementasi uji coba teknologi secara no cure
no pay atau performance base, face to face dengan
KKKS untuk screening, mapping dan evaluasi
bersama KKKS terkait teknologi yang akan diuji coba
dengan harapan dapat diimplementasikan secara
massif pada lapangan dengan karakteristik reservoir
dan fluida yang serupa.
Anda ditugaskan sebagai Kepala SKK Migas Perwakilan
Sumbagut, sejak awal 2019. Bagaimana kesan-kesan
yang anda dapatkan ?
Sangat penuh tantangan. Pertama, adalah bagaimana kita
fokus memenuhi kepercayaan manajemen terkait target
lifting minyak dan gas nasional, mengurangi cost recovery
dan menjaga operasional Kontraktor Kontrak Kerja Sama
(KKKS) agar berjalan lancar. Tantangan lainya adalah historical
wilayah Sumbagut yang cukup panjang, yaitu sebagai wilayah
penghasil minyak di Indonesia. Diantaranya ada lapangan
Telaga Said di Sumatra Utara, sumur minyak pertama di
Indonesia dan merupakan sumur minyak terbesar di dunia.
Selain itu, produksi Blok Rokan sebagai blok penghasil
minyak terbesar dan tertua di Indonesia dengan
menyumbang 27% dari produksi nasional, masih menjadi
sorotan sebelum peralihan pada tahun 2021.
Bisa dijelaskan bagaimana potret kinerja hulu migas di
Wilayah Sumbagut ?
Alhamdulillah, baru sebulan lebih menjabat, tim Pengawas
Lifting dengan koordinasi yang baik dengan KKKS dan fungsi
teknis terkait dapat memberikan kontribusi maksimal berupa
pecapaian lifting di atas target atau naik 4,6% di bulan Januari.
Berkaca pada kesuksesan ini, saya sampaikan apresiasi
setinggi-tingginya terhadap semua pihak terkait karena ini
adalah keberhasilan banyak pihak dan stakeholder.
Saya optimis potret hulu migas wilayah Sumbagut akan
semakin cerah. Diharapkan target produksi, lifting, dan
eksplorasi bisa tercapai pada akhir tahun. Untuk itu perlu
dukungan dari stakeholder dan pekerja.
Potret lainya, adalah bidang CSR, memiliki peran yang
luar biasa untuk membangun Riau, diantaranya di bidang
pendidikan (Poltek Caltex Riau) dan pembinaan industri kecil
dan menengah yang dilakukan KKKS dan SKK Migas Sumbagut.
Apa saja peluang dan tantangan yang dihadapi industri
hulu migas di wilayah Sumbagut ?
Wilayah Sumbagut memiliki cakupan wilayah kerja yang
cukup luas, terdiri dari lima Provinsi yaitu, Aceh, Sumatra
utara, Sumatra Barat, Riau dan Kepulauan Riau. Tentunya
tantangan-tantangan setiap wilayah beragam. Seperti di
Aceh dengan undang-undang khususnya, wilayah Sumatra
barat dengan hukum adatnya, Kepulauan Riau memiliki
keunikan tersendiri karena berada di laut dan berbatasan
antar negara. Wilayah Sumatra Utara dan Riau memiliki
karakteristik yang hampir sama yaitu dekatnya kegiatan
hulu migas dengan pemukiman masyarakat.
Semua permasalahan di lima provinsi itu harus dipetakan
penyelesaiannya dengan karakteristik wilayah masingmasing dan SKK Migas. KKKS dalam proses kerja hulu migas
juga harus patuh pada peraturan-peraturan di daerah,
sehingga industri kegiatan hulu migas wilayah Sumbagut
berdampak positif bagi masyarakat.
Ada tiga isu utama yang menjadi tantangan hulu migas
di Sumbagut, selain peningkatan lifting migas, yaitu
isu security seperti ilegal tapping, ilegal drilling, dan
pencurian kabel pompa angguk. Sebagai contoh, gangguan
keamanan wilayah Rokan semakin sistematis. Kami
menemukan pada 2018, terdapat 823 kasus pencurian
dengan 76% merupakan pencurian kabel REDA (Kabel
Pompa Angguk .red) dan 52 kasus ilegal tapping.
Gangguan keamanan tersebut tentu saja menyebabkan kerugian
negara, karena dari 823 kasus pencurian mengakibatkan
hilangnya potensi produksi (loss production opportunity/LPO)
sebesar 149 ribu barrel minyak atau sebesar US$ 8,9 juta.
Dengan tantangan tersebut, tentunya tim SKK Migas
Perwakilan Sumbagut harus memiliki kompetensi yang
kuat, sehingga peluang KKKS untuk melaksanakan program
WP&B (Work Program and Budget) dapat terlaksana sesuai
rencana kerja setiap tahunnya.
Sebagai wilayah tertua, bahkan cikal bakal berdirinya industri
hulu migas di Indonesia, bagaimana upaya Perwakilan
Sumbagut meningkatkan lifting ?
Kita turun kebawah langsung melakukan pemeriksaan
serta pendekatan dengan KKKS dan mencari permasalahan
yang terjadi di lapangan. Jika menemui hambatan kami
langsung turun membantu KKKS. Selain itu kita mendorong
KKKS agar melakukan eksplorasi untuk menemukan
sumur-sumur baru potensial.
Secara teknis, sebenarnya perwakilan Sumbagut tidak memiliki
kapasitas untuk meningkatkan lifting dan cadangan, namun
SKK Migas Sumbagut diberi tugas untuk menyiapkan segala
sesuatunya, seperti pengadaan tanah, perizinan, sosialisasi
sebelum kegiatan utama yaitu eksplorasi dilaksanakan.
Upaya lain yang kami lakukan adalah menurunkan langsung
tim Pengawas Lifting SKK Migas ke semua titik serah, agar
hasil lifting dapat terpantau langsung setiap hari.
Hal terpenting lain untuk peningkatan lifting adalah dengan upaya
pencegahan gangguan keamaan seperti ilegal tapping, tentu
dengan bekerja sama dengan kepolisian, pemerintah daerah, dan
aparat penegak hukum lainya.
Bagaimana penanganan isu-isu sosial masyarat di Sumbagut ?
Isu-isu sosial harus ditangani dengan baik dan profesional,
konsep everybody happy dilakukan untuk penanganan isu
ini dengan melibatkan Departemen Humas dan Departemen
Operasi Sumbagut.
Permasalahan sosial, harus bisa kita kurangi sehingga
isu sosial dapat diredam, dengan langsung turun ke
lapangan. Sebagai contoh, pengeboran eksplorasi TJD-01
dan TJD-02 awalnya ada hambatan dari masyarakat, namun
Departemen Humas dan KKKS langsung terjun dengan
bertemu pemerintah daerah, sehingga spud in (istilah
dalam proses pengeboran .red) tetap terlaksana tanpa
perlu standby rig.
Apa yang menjadi keunikan dan keunggulan Sumbagut
dibanding dengan wilayah perwakilan SKK Migas lainnya ?
Pada dasarnya semua perwakilan memiliki tujuan yang
sama yaitu menjalankan amanah manajemen, diantaranya
peningkatan lifting. Semua perwakilan memiliki kapasitas
dan keunggulan masing-masing berdasarkan wilayah
masing-masing dan yang terpenting sebenarnya adalah
bersatu-padu untuk pencapaian lifting nasional yang
ditetapkan pemerintah melalui APBN.
Perwakilan Sumbagut memiliki sejarah panjang di
industri hulu migas karena merupakan wilayah penghasil
migas pertama dengan pengeboran Telaga Said.
Wilayah Sumbagut juga memiliki wilayah Rokan yang
merupakan wilayah produksi migas tertinggi. Nah, semua
kantor perwakilan harus bisa bahu membahu dengan
perwakilan lain agar target-target yang ditetapkan
manajemen, dapat terpenuhi.
Sehubungan dengan rencana alih kelola wilayah kerja minyak
terbesar (Blok Rokan), bagaimana SKK Migas Sumbagut
mengawal proses transisi ini ?
Kami akan membantu mengawasi ini dengan baik. Seperti
melakukan koordinasi, komunikasi, juga menjaga dan
mengusahakan agar proses ini berlangsung lancar, sesuai
arahan Pimpinan SKK Migas di Jakarta.
Namun, pada prinsipnya sampai saat ini perwakilan Sumbagut
tetap fokus sesuai dengan kewenangannya seperti dalam
hal pertanahan. Perwakilan Sumbagut terus bersinergi
dengan BPN (Badan Pertanahan Nasional .red) agar segera
mensertifikasi lahan-lahan Chevron Pacific Indonesia
(CPI) untuk pengamanan secara administrasi dan hukum.
Sehingga alih kelola data tanah disertai legalitas hingga dapat
dipastikan alih kelola data tanah sudah baik dan benar.
Yang tidak kalah penting adalah mengembalikan area operasi
seperti keadaan awal dengan berperan aktif dalam pemantauan
penanganan tanah, yang masuk wilayah kerja hulu migas.
Secara umum, bagaimana harapan anda terhadap
stakeholder di Sumbagut ?
Stakeholder di wilayah Sumbagut dapat bersinergi dengan
SKK Migas, agar kegiatan industri hulu berjalan lancar.
Karena hasil ekplorasi dan eksploitasi hulu migas tidak hanya
dinikmati pemerintah pusat tetapi juga dapat dinikmati
daerah, yaitu dengan adanya dana bagi hasil dan multiplier
effect lainnya dari kegiatan KKKS. Kedepan harapan saya,
kerjasama dengan stakeholder harus lebih baik dan dengan
senyum, “give your smile all the day”.
Strategi apa yang anda gunakan agar perwakilan Sumbagut
dapat beroperasi secara lancar dan efisien ?
Strategi yang diterapkan, untuk kelancaran operasi
perwakilan secara efisien, kami lakukan dengan pendekatan
internal dan eksternal. Di internal, kami melakukan
penerapan konsep pelaksanaan amanah manajemen
dengan baik dan nyaman. Sebagai pemimpin, Saya harus
memberikan motivasi kepada para pekerja, dan dengan
membangun nuansa kekeluargaan, sehingga tercipta
suasana kerja yang nyaman. Dengan demikian, semangat,
ide, dan etos kerja akan keluar dengan sendirinya.
Konsep eksternal yang efisien adalah terus bekerjasama
dengan KKKS dan stakeholder agar tercipta sinergi yang
baik, sehingga menghasilkan produksi yang luar biasa,
dengan “little money and big value”, sebagai contoh
pengerjaan CSR dengan KKKS, harus berjalan bersama
sehingga tidak terkesan KKKS berjalan sendiri-sendiri.
Apa yang terpenting dalam hidup anda ?
Keluarga menjadi hal yang penting dalam hidup saya karena
dapat menjadi motivator untuk menyelesaikan pekerjaanpekerjaan di kantor dan bisa menjadi pendukung untuk
saya. Yang kedua adalah waktu. Dalam hidup saya, waktu
menjadi penting karena dengan manajemen waktu yang
tepat, kita dapat mengatur hidup kita dengan baik dan
dapat menghargai tanggung jawab.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) menggelar penawaran lelang Wilayah
Kerja Migas Konvensional Tahap I Tahun
2019 di gedung Kementerian ESDM, Jakarta,
(21/2). Terdapat lima wilayah kerja (WK) yang
ditawarkan, meliputi dua WK Eks Produksi
dan tiga WK Eksplorasi.
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar
mengatakan, WK Eks Produksi yang
ditawarkan yaitu WK Selat Panjang dan
West Kampar serta WK Eksplorasi terdiri
dari WK Anambas, West Ganal, dan West
Kaimana. “Kita membuka first round lelang, Ada lima WK,”
ujar Arcandra.
Kelima WK tersebut ditawarkan dengan mekanisme Lelang
Reguler dan menggunakan skema Kontrak PSC Gross Split.
Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor
52 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 8 Tahun 2017 tentang
Kontrak Bagi Hasil Gross Split.
Arcandra juga mengatakan bahwa pada lelang kali ini,
pemerintah mengambil terobosan baru dengan menetapkan
pembebasan akses data terhadap para peserta lelang yang
telah mengakses bid document. Selanjutnya, biaya akses
paket hanya akan dibebankan kepada pemenang lelang
untuk masing-masing wilayah kerja migas.
Penawaran lelang WK Migas ini ditunjukan untuk Badan
Usaha (BU) dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang bergerak
pada industri hulu migas. Dengan kriteria memiliki
kemampuan keuangan dan teknis, mampu memenuhi
syarat minimum Komitmen Kerja Pasti lima tahun atau
Komitmen Pasti Eksplorasi, serta memnuhi syarat dan
ketentuan pokok lelang WK.
Spektrum
Hingga saat ini, Arcandra masih belum bisa memastikan
akan ada berapa tahap lelang yang dilakukan di sepanjang
tahun ini. Menurut Arcandra, itu tergantung pada kesiapan
data yang diperlukan.
“Belum bisa ditentukan, bergantung kesiapan kita melihat
data-data yang ada. Yang jelas kita harapkan blok yang kita
tawarkan lima ini akan laku semuanya,” tandas Arcandra.
Sementara itu dalam kesempataan yang sama Direktur
Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Djoko
Siswanto mengatakan jadwal penawaran lelang WK
Migas Konvensional Tahap I tahun 2019 yaitu untuk akses
dokumen penawaran mulai 25 Februari hingga 24 April 2019.
Untuk pemasukan dokumen partisipasi paling lambat pada
25 April 2019. “Lelang hanya dua bulan saja. Ditutup setelah
Pilpres, 25 Februari-24 April,” jelasnya.
Adapun, dua WK eks produksi yang ditawarkan adalah:
1. WK West Kampar, lokasi daratan Riau dan Sumatra
Utara, Terakhir berproduksi pada 27 Maret 2017 sebesar
112 BOPD, Bonus Tandatangan minimal US$ 5 juta,
minimal komitmen pasti: Studi G&G, Seismik 2D 500 km,
Seismik 3D 200 km2
dan pemboran 6 sumur eksplorasi
senilai minimal US$ 64.433.080.
2. WK Selat Panjang, lokasi daratan Riau, Terakhir
berproduksi pada 21 Februari 2018 sebesar 1 BOPD,
Bonus Tandatangan minimal US$ 5 juta, minimal
komitmen pasti: Studi G&G, Seismik 2D 500 KM,
Seismik 3D 200 KM2
dan pemboran 5 sumur eksplorasi
senilai minimal US$ 62.991.080.
Sementara tiga WK eksplorasi ialah sebagai berikut:
1. WK Anambas, lokasi lepas pantai Kepulauan Riau, Bonus
Tandatangan minimal US$ 2 juta, minimal komitmen
pasti: Studi G&G dan pemboran 1 sumur eksplorasi.
2. WK West Ganal, lokasi lepas pantai Kalimantan Timur,
Bonus Tandatangan minimal US$ 15 juta, minimal
komitmen pasti: Studi G&G, pemboran 3 sumur
eksplorasi, Seismik 3D 400 km2
dan Seismik 2D 500 km.
3. WK West Kaimana, lokasi daratan dan lepas pantai
Papua Barat, Bonus Tandatangan minimal US$ 2 juta,
minimal komitmen pasti: Studi G&G, pemboran 1 sumur
eksplorasi dan Seismik 2D 200 km.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan
Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas)
mengungkapkan temuan cadangan gas baru
di wilayah kerja (WK) Sakakemang Kecamatan
Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin,
Provinsi Sumatra Selatan. Cadangan gas itu
ditemukan baru-baru ini oleh konsorsium
Repsol, Petronas, dan Mitsui Oil Exploration
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan,
total cadangan gas yang ditemukan di Sumur
Kaliberau Dalam (KBD) 2x mencapai 2 triliun
kaki kubik (TCF). “Di tahun 2018-2019, ini
adalah penemuan terbesar nomor 4 di dunia,”
ujarnya di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, (21/2).
Menurut data yang dipaparkan, cadangan yang terbesar
pertama ada di Sumur Calypso 1 di Siprus sebesar
3,5 TCF, kedua Sumur Obskaya Severnaya 1 di Rusia
sebanyak 3 TCF dan yang ketiga 1-STAT-010A-SPS di Brazil
sebesar 2 TCF lebih.
“Keberhasilan sumur KBD2X akan membuka eksplorasi
dengan target fractured basement di wilayah lain
di Sumatra Selatan hingga ke Sumatra Tengah, dan
menjadi pemicu semangat dalam melakukan eksplorasi
hulu migas yang lebih masif di Indonesia”, jelasnya.
Dwi menambahkan, dengan koordinasi antara Repsol dan
SKK Migas, setiap kendala yang terjadi dapat diselesaikan
dengan baik sehingga pada akhirnya sumur ini mencapai
targetnya di kedalaman 2.430 meter measure depth pada
awal Februari 2019. Selain itu juga telah dilakukan tes
produksi dengan hasil sementara yang signifikan.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama Wakil
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra
Tahar menyampaikan apresiasinya kepada Kontraktor
Kontrak Kerja Sama Repsol atas “significant discovery”
di WK Sakakemang.
Penemuan cadangan di KBD2X merupakan penemuan
kedua terbesar di wilayah Sumatra Selatan. “Semoga
nanti di sekitar area ini ditemukan cadangan-cadangan
baru, termasuk WK baru, South Sakakemang, yang
berdekatan dengan Sakakemang,” kata Arcandra.
Arcandra berharap, penemuan ini akan membangkitkan
semangat eksplorasi di Indonesia ke depan, mengingat
masih banyaknya basin di Indonesia yang belum
dieksplorasi lebih lanjut.
“Ternyata Alhamdulillah kita menemukan lagi yang
baru. Artinya apa? Potensinya masih ada. Selama kita
bersungguh-sungguh menjalankan semua program
eksplorasi, dan juga atas dukungan Pemerintah untuk
mempermudah bisnis proses hulu migas di Indonesia,
termasuk hadirnya sistem gross split,” pungkas Arcandra.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan
Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas)
menggelar Forum Sharing Bersama Lembaga
Riset dan konsultan energi Global Wood
Mackenzie dengan tema “Making Indonesia
Great: A New Outlook for the Energy Sector”
di GGR café Kantor SKK Migas, Gedung Wisma
Mulia, Gatot Subroto, Jakarta pada 14 Maret 2019.
Acara yang dibuka oleh Deputi Keuangan
dan Monetisasi SKK Migas Parulian
Sihotang bertujuan agar dapat menjadi
pembelajaran yang baik untuk bahan
masukan Indonesia dalam menghadapi
transisi energi global, memahami siklus harga
komoditi lanjutan, serta memahami strategi untuk
menarik investasi hulu.
Dalam acara tersebut hadir beberapa pembicara
dari Wood Mackenzie diantaranya, Gavin Thompson
(Vice Chair Energy), Nicholas Browne (Research
Director APAC Gas & LNG), Graham Kellas (Senior
Vice President, Global Fiscal Research), Andrew
Hardwood (Research Director, Asia Pacific, Upstream
Oil & Gas), Sushant Gupta (Research Director Asia,
Pacific Refining & Oils Market), Asti Nuraini Asra
(Principal Analyst Gas & LNG Research), dan Johan
Utama (Upstream Research Analyst, South-East Asia).
Para peserta diharapkan akan mendapatkan wawasan
tentang pasar energi Indonesia dan tantangan
serta peluang yang akan dihadapi sektor energi
Indonesia yang dipaparkan oleh para analis senior.
Yang pertama tentang apa itu transisi energi global,
yang memberikan bayangan panjang tentang masa
depan pasar energi konvensional, bagaimana dampak
yang dirasakan dari transisi energi global. kedua,
memahami siklus harga komoditas berikutnya,
fundmental global, minyak, batu bara, dan LNG
berbeda, bagaimana Indonesia akan mendapat
dampak positif sebagai eksportir dan importir energi,
dan yang terakhir bagaimana strategi pemerintah
meningkatkan penawaran untuk menarik investasi,
dan apa yang dicari oleh para investor.
Nama Pulau Jemur lekat dengan istilah ‘Pak-ku’
yang dalam bahasa Hokkian berarti penyu
dari utara. Istilah ‘Pak-ku’ hingga kini masih
sering digunakan oleh para nelayan pesisir
Riau. Pulau ini memiliki luas 250 hektare.
Meskipun lokasinya sangat dekat dengan Malaysia,
yaitu di selat Malaka, pulai ini secara resmi dimiliki oleh
Indonesia. Pulau ini termasuk dalam wilayah Kecamatan
Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau.
Meski Objek Wisata ini tidak begitu populer di Sumatra,
tapi keindahan alam di Pulau ini tidak bisa dianggap
sepele. Pulau Jemur memiliki Pemandangan dan Panorama
alam yang indah, selain itu Pulau Jemur ini amat kaya
dengan hasil lautnya, di samping itu Pulau Jemur dihuni
oleh Spesies Penyu, dimana pada musim tertentu penyupenyu itu naik ke pantai untuk bertelur satwa langka
ini dapat bertelur sebanyak 100 sampai 150 butir setiap
ekornya. Selain itu Pulau Jemur juga terdapat beberapa
potensi wisata lain diantaranya adalah Goa Jepang, Menara
Suar, bekas tapak kaki manusia, perigi tulang, sisa-sisa
pertahanan Jepang, batu Panglima Layar, Taman Laut, dan
pantai berpasir kuning emas.
Melihat matahari terbit dan tenggelam di Selat Malaka
Di pulau Jemur saat cuaca cerah. Kita bisa melihat matahari
terbit dan tenggelam dengan warna-warni yang indah. Saat
pagi hari, dari pos jaga Angkatan Laut. Berjalanlah kearah
timur, di pantai timur pulau Jemur. Kita akan dimanjakan
saat-saat dimana matahari naik dari peraduan.
Saat laut di sisi pantai timur sedang surut. Berjalanlah
kearah hamparan-hamparan batu karang yang ada di
depan pantai. Susunan batu-batu berukuran besar yang
seolah-olah disusun menjadi sisi menarik pantai timur ini.
Saat sore hari, berjalanlah ke arah pantai utara. Dari atas
tebing di pantai utara,pemandangan matahari tenggelam
dengan latar belakang pulau Labuhan bilik akan terlihat.
Sebuah pemandangan yang sayang untuk dilewatkan.
Menelusuri pulau-pulau dan snorkling
Dengan menggunakan perahu nelayan, berlayarlah ke arah
pulau Labuhan Bilik yang berada di depan pulau Jemur. Pasir
pantai di pulau labuhan bilik memiliki tekstur yang lembut.
Dari pulau Labuhan Bilik. Jika ingin melihat kehidupan biota
bawah laut gugusan kepulauan Aruah, kita bisa snorkling
dikawasan pulau Batu Berlayar. Di sini banyak terdapat
terumbu-terumbu karang yang sangat indah serta biota
laut yang beraneka ragam. Alam bawah laut yang masih asri
menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap diver.
Tidaklah sulit untuk sampai ke pulau Jemur. Akses untuk
menuju Pulau Jemur dari Pekanbaru Ibukota Provinsi
Riau, pelancong harus menempuh perjalanan darat
lebih kurang 8 jam menuju Bagansiapiapi, ibu kota
Kabupaten Rokan Hilir. Perjalanan ini dapat dilakukan
dengan kendaraan pribadi ataupun dengan angkutan
umum yang biasa disebut dengan mobil Travel. Dari
Bagansiapiapi perjalanan dilanjutkan ke Pelabuhan
Bagansiapiapi dan kemudian melanjutkan perjalanan
melalui ferry. Dalam waktu 2,5 jam, pelancong dapat
menikmati indahnya pulau Jemur, si mutiara dari Riau.