Rabu, 12 Juli 2023

tambang minyak 1


Minyak bumi telah membawa kemajuan yang pesat kepada 
dunia ini, sehingga jika seandainya minyak bumi itu tidak ada, maka 
dunia tidak akan semaju seperti sekarang ini. Di mana-mana dalam 
kehidupan sehari-hari, hampir selalu dij umpai produk-produk yang 
berasal dari minyak bumi, baik produk yang berasal dari kilang minyak 
atau produk petrokimia 
Walapun minyak bumi ini telah lama sekali dikenal orang, 
namun industri minyak bumi baru muncul setelah Drake berhasil 
mengeluarkan „minyak bumi dari dalam bumi dengan bor tumbuknya 
pada tahun 1859 di Titusville, Pennsylvania, Amerika Serikat. 
Bukti bahwa minyak bumi telah lama sekali dikenal orang yaitu 
dengah ditemukannya aspal sebagai bahan perekat pada bangunan 
bangunan kuno yang didirikan lebih dari 6.000 tahun yang lalu di tepi 
sungai Euphrat, yang sekarang dikenal dengan nama Irak. Penggalian 
kota-kota kuno seperti Kish, Ur, Babilon dan Niniveh menunjukkan 
bahwa aspal telah digunakan orang sebagai bahan yang tahan terhadap 
air untuk bak mandi, kapal dan juga sebagai bahan perekat barang 
pecah belah dan sebagai cat.
Di Mesir lebih dari 1.000 tahun sebelum Masehi aspal telah 
digunakan untuk pembuatan mumi dengan jalan melapisi kain 
pembungkus mayat yang telah dibalsam dengan aspal. 
Di dalam Alkitab dalam perjanjian lama yang ditulis orang 
beberapa ribu tahun sebelum Masehi juga disebut-sebut tentang minyak 
bumi. Misalnya di dalam kitab kejadian, kitab Nabi Musa yang 
pertama. bab 14 ayat 10 berbunyi: "Di lembah Sidim itu di mana-mana 
ada sumur aspal. Ketika raja Sodom dan raja Gomora melarikarin diri, 
jatuhlah mereka ke dalamnya, dan orang-orang yang masih tinggal 
hidup melarikan diri ke pegunaungan”.
Peradaban Cina yang berkembang di sungai kuning juga telah 
mengenal dan menggunakan minyak bumi yang diperoleh pada 
pengeboran sumur dengan maksud terutama untuk menghasilkan 
garam. Sekurang kurangnya 2000 tahun yang lampau minyak dan gas 
bumi telah digunakan di Cina untuk pemanasan dan penerangan. Gas 
bumi disalurkan dari sumur-sumur gas dengan pipa-pipa bambu.
Setelah Drake berhasil mengeluarkan minyak bumi dari perut 
bumi dengan jalan mengebornya, maka kemudian banyak orang mulai 
berlomba-lomba berspekulasi untuk mendapatkan minyak bumi dengan 
jalan melakukan pemboran di mana-mana.
1. SEJARAH MINYAK BUMI DI INDONESIA
Menurut cerita lama, pada abad ke VII orang-orang Indonesia 
yang diam di sekitar selat sumatera telah mengenal minyak bumi dan 
telah memanfaatkannya sebagai alat pembakar dalam pertempuran di 
laut. Pada abad ke XVI, armada laut Aceh dapat mengalahkan armada 
laut Portugis yang dipimpin oleh Alfonso D‟albuquergue dengan 
menggunakan bola api yang dilemparkan dari kapal perang Aceh. Pada 
waktu itu minyak yang digunakan adalah minyak bumi yang merembes 
keluar ke permukaan bumi.
Pada zaman penjajahan Belanda, sejak tahun 1871 orang-orang 
Belanda telah berusaha untuk mendapatkan minyak bumi di Indonesia 
dengan melakukan pengeboran di daerah-daerah yang ada rembesan 
minyak bumi yang selanjutnya diolah menjadi minyak lampu. Pada 
tanggal 15 Juni 1885, seorang pemimpin perkebunan Belanda bernama 
Aeilco Janszoon Zylker berhasil melakukan pengeboran yang pertama 
di Telaga Tunggal dekat Pangkalan Brandan di Sumatera Utara pada 
kedalaman kira-kira 400 kaki. Sejak penemuan ini, pencarian minyak 
bumi terus berlanjut yang saat hampir bersamaan telah pula ditemukan 
minyak bumi di tempat lain di Indonesia, seperti di desa Ledok Jawa 
Tengah, desa Minyak Hitam di daerah Muara Enim Palembang, dan 
Riam Kiwa dekat Sangasanga di Kalimantan Timur.
Di Indonesia penemuan minyak bumi mengakibatkan 
tumbuhnya banyak perusahaan minyak asing, mengakibatkan 
tumbuhnya perusahaan minyak asing, di mana pada akhir abad XIX 
tidak kurang dari 18 perusahaan asing yang secara aktif mengusahakan 
sumber-sumber minyak di Indonesia. Karena usaha eksplorasi dan 
kekuatan finansialnya, maka pada tahun 1902, Royal Dutch Company 
yaitu perusahaan yang mengambil alih konsesi Zylker, dapat 
menyisihkan perusahaan-perusahaan yang ada pada waktu itu. Tahun 
1907, Royal Dutch Company bergabung dengan Shell Transport and 
Trading Company, dan perusahaan yang beroperasi dari kelompok 
Royal Dutch dan Shell di Indonesia adalah Bataafshe Petroleum
Maatschppij (B.P.M), dan ini merupakan satu-satunya perusahaan yang 
beroperasi di Indonesia sampai tahun 1911. Pada tahun 1912, Standard 
Vacum Oil Company (STANVAC), suatu anak perusahaan Standard 
Oil (New Jersey) dan Vacum Oil Company mulai beroperasi di 
Indonesia dan mengerjakan lapangan-lapangan minyak di Talang Akar 
dan Pendopo Sumatera Selatan. Untuk menghadapi saingan dari 
Standard Oil ini, maka pada tahun 1930 oleh pemerintah colonial 
Belanda dan B.P.M dibentuklah suatu perusahaan campuran, yaitu N.V. 
Nederlandsche Indische Aardolie Maatschappij (N.I.A.M). Pada tahun 
1935, CALTEX yaitu sebuah anak perusahaan Standard Oil of 
California and Texas Company mulai beroperasi di Indonesia, di mana 
lapangan produksinya terletak di Minas dan Duri di daerah Daratan 
Riau. Pada tahun 1935, dibentuk perusahaan minyak bernama 
Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij (N.N.G.P.M) 
untuk mengeksploitasi Irian Jaya bagian barat, yang sahamnya dari 
Royal Dutch-Shell, Stanvac, dan Caltex. Kilang minyak yang ada 
sebelum perang dunia II ada buah yaitu Plaju (B.P.M), Sungai Gerong 
(STANVAC), Balikpapan (B.P.M), Cepu (B.P.M), Wonokromo 
(B.P.M), dan Pangkalan Brandan (B.P.M).
Dengan pecahnya perang dunia II, karena serbuan tentara 
Jepang ke Indonesia, maka karena sistem politik bumi hangus 
pemerintah Hindia Belanda, sebagian besar instalasi-instalasi kilang 
minyak hancur, terutama kilang minyak Pangkalan Brandan.
Dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 
1945, satu-satunya lapangan minyak yang dapat dikuasai oleh pejuang￾pejuang kemerdekaan Indonesia adalah lapangan minyak sekitar 
pangkalan Brandan dan daerah Aceh, bekas milik Shell-B.P.M., yang 
selanjutnya merupakan perusahaan minyak Indonesia yang pertama dan 
diberi nama perusahaan Tambang Minyak Negeri Republik Indonesia 
(PT. M.N.R.I.). Pada tahun 1945, B.P.M. berhasil meneruskan 
produksinya di Kalimantan dan mengaktifkan sebagai kilangnya di 
Balikpapan. Dalam bulan Oktober 1946, kilang plaju dan sungai gerong 
masing-masing dikembalikan kepada B.P.M. dan STANVAC untuk 
rekonstruksi di Jawa Tengahm B.P.M. tidak berhasil memperoleh 
kembali lapangan minyak kawengan dan ledok, dan kilang minyak 
cepu, karena telah dikuasai oleh koperasi buruh minyak yang kemudian 
menjadi perusahaan Negara PERMIGAN.
Karena sesudah selesainya perjuangan fisik di tahun 1950, 
P.T.M.N.R.I. juga belum menunjukkan usaha-usaha pembangunannya, 
maka pada bulan April 1954 P.T.M.N.R.I. diubah menjadi tambang 
minyak Sumatra Utara (T.M.S.U.). Tindakan ini ternyata juga tidak ada 
manfaatnya, sehingga pada tanggal 10 Desember 1957 T.M.S.U. diubah 
menjadi P.T. Perusahaan Tambang Minyak Nasional (P.T.PERMINA). 
Setelah kira-kira tiga setengah tahun, maka pada tanggal 1 Juli 1961 
statusnya diubah menjadi Perusahaan Negara Pertambangan Minyak 
Nasional (P.N. PERMINA).
Dengan penyerahan kedaulatan oleh pemerintah colonial 
Belanda kepala Republik Indonesia, maka pada tanggal 1 Januari 1959 
status N.V. N.I.A.M. diubah menjadi P.T. Pertambangan Minyak 
Indonesia (P.T. PERMINDO). Karena Jangka waktu berdirinya 
N.V.N.I.A.M. hanya sampai tanggal 31 Desember 1960, maka pada 
bulan Februari 1961 didirikan perusahaan Negara Pertambangan 
Minyak Indonesia (P.N. PERTAMIN) dan untuk melancarkan usaha 
tersebut, P.N PERTAMIN ditunjuk sebagai satu-satunya distributor 
minyak di dalam negeri dan bertanggung jawab atas penyediaan minyak 
bagi angkatan bersenjata Republik Indonesia. Akhirnya untuk 
mempertegas strukur dan prosedur kerja demi memperlancar usaha 
peningkatan produksi minyak dan gas bumi, maka pada tanggal 20 
Agustus 1968 P.N. PERMINA dan P.N. PERTAMIN dilebur menjadi 
Perusahaan Negara Minyak dan Gas Bumi Nasional (P.N. 
PERTAMINA).
2. KILANG MINYAK DI INDONESIA
Kilang minyak di Indonesia tersebar di beberapa tempat di pulau 
Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya. Tabel 1-1 berikut ini 
menunjukkan kilang minyak di Indoneisa beserta kapasitas 
perancangannya pada saat ini. Sebagian dari kilang minyak ini didirikan 
pada zaman penjajahan Belanda, yaitu kilang minyak Pangkalan 
Brandan, Sungai Gerong , Plaju, Cepu, Wonokromo dan Balikpapan, 
dan sebagaian didirikan setelah Indonesia merdeka yaitu kilang minyak 
sungai Pakning, Dumai, Cilacap, Balongan dan Kasim, Kilang 
Wonokromo sekarang ini sudah tidak beroperasi lagi.

Tabel 1-1, Kilang minyak di Indonesia
Kilang Kapasitas, ribu barel/hari
Musi 132,5
Dumai 120
Sungai Pakning 50
Pangkalan Brandan 5
Cilacap 300
Balikpapan 253,6
Cepu 4
Balongan (Exor I) 125
Kalsim 4
Total 994,1
Secara singkat minyak mentah yang diolah, unit-unit yang ada 
dan produk yang dihasilkan oleh kilang-kilang minyak tersebut adalah 
sebagai berikut:
2.1 Kilang Musi ( Plaju-Sungai Gerong)
Minyak mentah yang diolah: minyak mentah Palembang 
Selatan, Jambi, Minas, Talang Akar-Pendopo dan Lirik. Unit-unit 
yang ada: unit distilasi atmosferis, unit distilasi hampa, unit 
rengkahan termal, unit rengkahan katalitis, unit polimerisasi, unit 
alkilasi, unit pembuatan aspal dan unit pembuatan malam. Produk￾produk yang pembuatan aspal dan unit pemuatan malam. Produk￾produk yang dihasilkan: bensin, bensin pesawat terbang, bahan bakar 
jet,, kerosin, solar, minyak diesel, minyak bakar, malam parafin dan 
aspal.
2.2 Kilang Dumai
Minyak mentah yang diolah: minyak mentah minas. Unit-unit 
yang ada: unit distilasi atmoferis, unit distilasi hampa, unit delayed 
coker, unit hydrocracker, unibon, unit distillate hydrotreater, unit naphta 
hydroteater, unit platforming, unit LPG recovery, pabrik hydrogen dan 
unit coke calciner. Produk yang dihasilkan: elpiji, bensin, premium, 
naphta, kerosin, solar dan kokas kalsinasi.
2.3 Kilang Sungai Pakning
Minyak mentah yang diolah: minyak mentah Minas dan Pedada. 
Hanya ada satu unit saja yang ada yaitu unit distilasi atmosferis. Produk 
yang dihasilkan: naphta, kerosin, solar dan residu malam belerang 
rendah (Low Sulphur Waxy Residue, LSWR).
2.4 Kilang Pangkalan Brandan
Minyak mentah yang diolah: minyak mentah minas dan pedada. 
Unit yang ada: unit distilasi atmosferis. Produk yang dihasilkan: bensin, 
kerosin, solar dan residu.
2.5 Kilang Cilacap
Minyak mentah yang diolah: minyak mentah ringan arab 
(Arabian Light Crude), Minyak mentah arjuna, minyak mentah Attaka, 
unit-unit yang ada: unit distilasi atmosferis, unit distilasi hampa, unit 
platforming, unit hydrotreating, unit hydrodesulfurisasi, unit 
meroxtreating, unit visbreaking, unit propane deasphalting, unit ekstrasi 
furfural dan unit dewaxing MEK. Produk yang dihasilkan: elpiji, 
bensin, avtur, kerosin, solar, minyak diesel, minyak bakar, minyak 
pelumas dan aspal.
2.6 Kilang Balikpapan
Minyak mentah yang diolah: Minyak mentah Minas, Tanjung, 
Warukin, Bekapai, Sepinggan, Handil, Attaka, Arjuna, Samboja,
Sangata, dan Sanga-sanga. Unit-unit yang ada: unit Distilasi 
Atmosferis, unit distilasi Hampa, pabrik malam, unit naphta 
hydrotreater, unit Platforming, unit LPG Recovery, unit hydrotreater 
dan Pabrik hidrogen. Produk yang dihasilkan: elpiji, bensin 
premium, avtur, kerosin, solar, minyak diesel, minyak bakar dan 
malam.
2.7 Kilang Cepu
Minyak mentah yang diolah adalah minyak kawengan dan 
Ledok. Unit yang ada adalah unit distilasi atmosferis dan pabrik malam. 
Produk yang dihasilkan adalah nafta, pertasol, kerosin, solar, minyak 
bakar dan malam batik

2.8 Kilang Balongan (Exor I)
Minyak mentah yang diolah adalah minyak duri (80%) dan 
minas (20%). Unit yang ada adalah unit distilasi atmosferis, unit 
demetalisasi residu atmosferis, unit hidroteater minyak gas, unit 
rengkahan katalitis residu, unit hidroteater minyak daur ringan, pabrik 
hydrogen, unit treating amin, unit propylene recovery dan pabrik 
belerang. Produk yang dihasilkan adalah elpiji, propilen, bensin, 
kerosin, solar, minyak diesel, minyak bakar dan belerang.
2.9 Kilang Kasim
Mengolah minyak mentah yang berasal dari lapangan Kasim 
dan sekitarnya. Unit yang ada adalah unit distilasi atmosferis.
3. ASAL MULA MINYAK BUMI
Minyak bumi berasal dari formasi batuan yang berumur antara 
sepuluh juta sampai empat ratus juta tahun, dan sekarang ini telah 
terbukti bahwa pembentukan minyak bumi berkaitan dengan 
pengembangan batuan sedimen berbutir halus, yang mengendap dilaut 
atau di dekat laut dan bahwa minyak bumi adalah produk dari binatang 
dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di laut. Walaupun demikian 
mengenai asal usul minyak bumi ini telah banyak teori yang diajukan di 
antaranya ada yang mengganggap bahwa minyak bumi berasal dari 
bahan anorganik.
Pada tahun 1866, Berthelot mengajukan teori bahwa minyak 
bumi berasal dari dari reaksi antara karbid dengan air yang 
menghasilkan asetilen, yang selanjutnya karena suhu dan tekanan yang 
tinggi asetlin berubah menjadi minyak bumi. Berthelot menganggap 
bahwa karbid terjadi karena reaksi antara karbonat dengan logam alkali.
CaCO3 → CaC2 → HC = CH → Minyak Bumi
Teori anorganik yang lain, dimana asetilen juga merupakan 
bahan dasar, diajukan oleh Mendelejeff. Menurut Mendeejeff asetilen 
terjadi karena rekasi antara logam karbid dengan asam.
Teori organic mengenai terjadinya minyak bumi diajukan oleh 
Engler pada tahun 1911 yang mengatakan bahwa minyak bumi terjadi 
dari bahan organic melalui tiga tahap. Tahap pertama, deposit binatang 
dan tumbuh-tumbuhan berkumpul pada dasar laut, yang selanjutnya

akan terurai oleh bakteri. Karbohidrat dan Protein yang diubah menjadi 
bahan yang dapat larut dalam air atau menjadi gas, akan terbawa oleh 
aliran air atau aliran udara. Sedangkan lemak, malam dan bahan lain 
yang stabil (rosin, kolesterol dll) akan tetap tinggal. Tahap kedua, suhu 
dan tekanan yang tinggi akan mengakibatkan terbentuknya karbon 
dioksid dari senyawa yang mengandung gugus karboksi, dan air akan 
terbentuk dari asam hidroksi dan alcohol dan akan menghasilkan residu 
bitumen. Panas dan tekanan selanjutnya dapat menyebabkan terjadinya 
rengkahan, yang menghasilkan cairan yang mempunyai kandungan 
olefin yang tinggi, yang disebut protopetroleum akan berpolimerisasi 
karena pengaruh katalis, sehingga poliolefin akan berubah menjadi 
senyawa hidrokarbon naften dan paraffin. Senyawa hidrokarbon 
aromatis dianggap terbentuk secara langsung pada proses rengkahan 
atau siklisasi melalui reaksi kondensasi. Keberatan dari teori ini antara 
lain ialah bahwa hasil akhir yang diperoleh pada percobaan berbeda 
dengan komposisi minyak bumi yang terutama terdiri dari senyawa 
hidrokarbon paraffin, naften dan aromat.
4. SIFAT BAHAN SUMBER
Menurut penelitian ternyata bahwa minyak bumi mengandung 
bahan yang optis aktif, sehingga hal ini memperkuat anggapan 
bahwa minyak bumi berasal dari sistem yang hidup. Porfirin yang 
ditemukan dalam minyak bumi, yang merupakan turunan dari 
senyawa porfin, yaitu senyawa kompleks yang mengandung 
nitrogen, dikenal sebagai senyawa hasil peruraian khlorofil dan 
hematin, baik yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dan binatang. 
Porfirin dalam minyak mentah terdapat sebagai senyawa kompleks 
dengan logam, terutama dengan vanadium, kemudian nikel dan 
terakhir dengan besi dan tembaga.
Asam lemak telah lama dianggap sebagai sumber bahan untuk 
minyak bumi yang dapat diubah menjadi hidrokarbon menurut reaksi 
berikut ini:
R-COOH -------->RH + CO2
Asam lemak alami kebanyakan mempunyai rantai atom karbon 
lurus dan banyak diantaranya yang mempuntai ikatan rangkap dua. 
Asam lemak dapat terikat dengan gliserol sebagai minyak atau lemak.
Karbohidrat yang merupakan bagian yang penting dari semua 
tumbuh-tumbuhan, diperkirakan merupakan bahan penyumbang sifat￾sifat yang sangat berbeda-beda, dari gula yang sederhana seperti 
glucose dan galactose sampai kepada polisakarida, seperti glikogen, 
tepung dan selulosa. Karbohidrat yang sederhana dapat larut dalam air, 
seperti glukosa dan fruktosa, sehingga dapat membentuk substrat yang 
dapat menjadi makanan bakteri. Jadi, sebagian karbohidrat akan dirusak 
oleh mikroorganisme, sebagaian akan dimakan oleh binatang dan 
diubah menjadi jaringan dan sebagian lainnya akan terperangkap dalam 
sedimen. Protein yang merupakan bagian yang sangat penting yang 
terdapat dalam semua makhluk hidup adalah bahan polimer yang terdiri 
dari berbagai asam amino yang dihubungkan oleh karbon karboksil dan 
nitrogen. Protein dapat mengalami denaturasi dan protein yang 
mengalami denaturasi kelarutannya akan menurun. Sehingga proses 
denaturasi inilah yang membantu protein dalam pembentukn minyak 
bumi.
Sterol yang banyak terdapat dalam binatang dan tumbuh￾tumbuhan juga diperkirakan sebagai sumber bahan bagi minyak bumi. 
Walaupun reaksi kimia peruraiannya masih banyak yang belum 
diketahui.
5. AKUMULASI MINYAK BUMI
Minyak bumi biasanya tidak terdapat dalam batuan dimana 
minyak bumi tersebut terbentuk. Minyak bumi terbentuk dalam batuan 
induk yang berupa batuan sedimen yang berbutir halus dari batuan 
lempung dan kapur. Pemboran minyak ke dalam batuan induk jarang 
menghasilkan minyak bumi, kecuali dalam jumlah yang relatif kecil. 
Minyak bumi terdapat dalam batuan pasir yang terbuka dan batuan 
kapur yang berpori yang disebut batuan reservoir. Karena tekanan 
yang tinggi dalam batuan sedimenn induk, maka minyak bumi 
bersama dengan gas yang terbentuk dan air laut akan terdorong dan 
berpindah atau bermigrasi melalui batuan pasir yang berpori dan 
retakan-retakan batuan kapur, yang akhirnya akan tertahann oleh 
struktur batuan yang tak tembus (impervious) dari batuan reservoir. 
Karena gerakan gas, minyak bumi dan air ke atas, maka batuan 
reservoir harus tertutup pada bagian puncak dan sisinya oleh batuan 
yang cukup rapat (dense).

Jadi adaya lapangan minyak bumi tidak saja tergantung kepada 
minyak bumi saja, tetapi juga tergantung kepada adanya batuan yang 
mempunyai porositas dan permeabilitas yang cukup dan yang ditutup 
oleh batuan tudung (cap rock). Struktur geologi yang demikian disebut 
jebakan (trap). Berbagai macam jebakan mempunyai berbagai macam 
nama. Jebakan yang umum adalah antiklin. Antiklin yang bentuknya 
lebih bundar disebut dome. Jebakan stratigrafis adalah jebakan dimana 
sifat lapisan batuan berubah dari berpori menjadi tidak berpori, 
sehingga menghasilkan kantong yang dapat terisi minyak.

Minyak bumi adalah suatu campuran yang sangat kompleks 
yang terutama terdiri dari senyawa-senyawa hidrokarbon, yaitu 
senyawa-senyawa organic dimana setiap molekulnya hanya 
mempunyai unsur karbon dan hydrogen saja. Kandungan senyawa 
hidrokarbon murni dapat mencapai 97 sampai 98% untuk minyak 
bumi Pennsylvania dan dapat hanya 50% saja untuk beberapa 
minyak berat dari Mexico atau Missisippi. Disamping itu dalam 
minyak bumi juga terdapat unsur-unsur belerang, nitrogen, oksigen 
dan logam-logam khususnya vanadium, nikel, besi dan tembaga, 
yang terdapat dalam jumlah yang relatif sedikit yang terikat sebagai 
senyawa-senyawa organik. Air dan garam hamper selalu terdapat 
dalam minyak bumi dalam keadaan terdispersi. Bahan-bahan bukan 
hidrokarbon ini biasanya dianggap sebagai kotoran karena pada 
umumnya akan memberikan gangguan dalam proses pengolahan 
minyak bumi dalam kilang minyak dan berpengaruh jelek terhadap 
mutu produk.
Baik senyawa hidrokarbon maupun senyawa bukan hidrokarbon 
keduanya akan berpengaruh dalam menentukan cara-cara pengolahan 
yang dilakukan dalam kilang minyak.
1. SENYAWA HIDROKARBON
Walaupun senyawa hidrokarbon yang terdapat dalam minyak 
bumi sangat banyak jumlahnya, namun senyawa tersebut dapat 
dikelompokkan ke dalam tiga golongan senyawa hidrokarbon, yaitu: 
senyawa hidrokarbon paraffin, naften dan aromat. Di samping senyawa￾senyawa tersebut, dalam produk minyak bumi juga terdapat senyawa 
hidrokarbon monoolefin dan dioefin, yang terjadi karena rengkahan 
dalam proses pengolahan minyak bumi alam kilan, misalnya pada 
distilasi minyak mentah dan proses rengkahan.
1.1 Senyawa hidrokarbon Parafin
Senyawa Senyawa hidrokarbon parafin adalah senyawa 
hidrokarbon jenuh dengan rumus umum 𝐢𝑛𝐻2𝑛+2
. Senyawa ini 
mempunyai sifat-sifat kimia stabil pada suhu biasa tidak bereaksi
dengan asam sulfat pekat dan asam sulfat berasap, larutan alkali pekat, 
asam nitrat maupun oksidator kuat seperti asam khromat, kecuali 
senyawa yang mempunyai atom karbon tersier. Bereaksi lambat dengan 
khlor dengan bantuan sinar matahari; bereaksi dengan khlor dan brom 
kalau ada katalis. 
Senyawa hidrokarbon parafin sampai dengan empat buah atom 
karbon, pada suhu kamar dan tekanan atmosfir berupa gas. Metan dan 
etan terutama terdapat dalam gas alam, sedangkan propan, butan dan i￾butan mempakan komponen utama elpiji. Senyawa hidrokarbon parafin 
dengan lima sampai enam belas buah atom karbon pada suhu kamar dan 
tekanan atmosfir berupa cairan dan terdapat dalam fraksi nafta, bensin, 
kerosin, solar, minyak diesel dan minyak bakar. Senyawa hidrokarbon 
parafin dengan lebih dari enam belas buah atom karbon, pada suhu 
kamar dan tekanan atmosfn' berupa zat padat, dan terutama terdapat 
dalam malam parafin.
1.2 Senyawa Hidrokarbon naften
Senyawa hidrokarbon naften adalah senyawa hidrokarbon jenuh 
dengan rumus umum 𝐢𝑛𝐻2𝑛 . Karena senyawa hidrokarbon ini 
mempunyai sifat kimia seperti senyawa hidrokarbon parafm dan 
mempunyai struktur molekul siklis, maka senyawa ini juga disebut 
senyawa sikloparafm. Senyawa hidrokarbon naften yang terdapat dalam 
minyak bumi ialah siklopentan dan sikloheksan, yang terdapat dalam 
fraksi nafta dan fraksi minyak bumi dengan titik didih lebih tinggi. 
Walaupun jumlah atom karbon dalam cincin naften dapat mempunyai 
harga 3, 4, 5, 6, 7 dan 8, namun umumnya dianggap orang bahwa 
senyawa naften dalam fraksi minyak bumi hanyalah senyawa naften 
yang mempunyai cincin dengan 5 dan 6 atom karbon, karena memang 
senyawa naften inilah yang dapat diisolasi dari fraksi minyak bumi. 
Adapun struktur molekul siklopentan dan sikloheksan dapat dilihat pada 
gambar 2-1 berikut ini.

Gambar 2-1. Struktur molekul siklopentan dan sikloheksan
Disamping senyawa naften sederhana, dalam minyak bumi 
khususnya dalam fraksi beratnya, juga terdapat senyawa naften 
polisklis, seperti dekalin atau dekahidronaftalen, yang dapat dilihat pada 
gambar 2-2 berikut ini.
Gambar 2-2. Struktur molekul dekalin
1.3 Senyawa hidokarbon aromat
Senyawa hidokarbon aromat adalah senyawa hidrokarbon tidak 
jenuh degan rumus umum 𝐢𝑛𝐻2𝑛−6
, sehingga karenanya senyawa ini 
mempunyai sifat kimia yang sangat reaktif. Senyawa ini mudah 
dioksidasi menjadi asam, dapat mengalami reaksi substitusi atau reaksi 
adisi tergantung kepada kondisi reaksi. Hanya sedikit sekali minyak 
mentah yang mengandung snyawa aromat dengan titik didih rendah. 
Minyak mentah dari Sumatera dan Kalimantan ada yang mempunyai 
kandungan senyawa aromat yang tinggi.
Disamping senyawa hidrokarbon aromat sederhana bensen, 
dalam minyak mentah juga terdapat senyawa hidrokarbon poliaromar 
seperti naftalen dan antrasen, terutama dalam fraksi beratnya. Adapun 
struktur naftalen dan antrasen dapat dilihat pada gambar 2-3 berikut

Gambar 2-3. Struktur molekul naftalen dan antrasen
1.4 Senyawa hidrokarbon monoolefin
Senyawa hidrokarbon monoolefin mempunyai rumus umum 
𝐢𝑛𝐻2𝑛 dan merupakan senyawa hidrokarbon yang tidak jenuh dengan 
sebuah ikatan rangkap dua. Monoolefin dianggap tidak terdapat dalam 
minyak mentah, tetapi sedikit banyak terbentuk dalam distilasi minyak 
mentah dan banyak terbentuk dalam proses rengkahan, sehingga bensin 
rengkahan mengandung banyak senyawa monoolefin. Senyawa 
hidrokarbon akan mulai mengalami rengkahan apabila dipanaskan pada 
suhu sekitar 680 F. karena mempunyai ikatan rangkap, maka senyawa 
monoolefin adalah reaktif, sehingga banyak digunakan sebagai bahan 
dasar utama dalam industry petrokimia, seperti etilen (𝐢2𝐻4
) dan 
propilen (𝐢3𝐻6
) .
1.5 Senyawa hidrokarbon diolefin
Senyawa hidrokarbon diolefin mempunyai rumus umum 
𝐢2𝐻2𝑛−2 dan merupakan senyawa tidak jenuh dengan dua buah ikatan 
rangkap dua. Seperti halnya dengan monoolefin, senyawa ini tidak 
terdapat dalam minyak mentah tetapi terbentuk dalam proses 
rengkahan. Senyawa diolefin tidak stabil, sangat reaktif dan cenderung 
akan berpolimerisasi dan membentuk damar.
2. DISTRIBUSI SENYAWA HIDROKARBON DALAM MINYAK 
BUMI
Dalam minyak bumi ternyata bahwa senyawa-senyawa 
hidrokarbon parafin, naften dan aromat tidak terdisitribusi secara 
merata dalam semua fraksi. Senyawa hidrokarbon naften polisiklis dam

poliaromatis tidak terdapat dalam fraksi ringan tetapi terdapat dalam 
fraksi berat. Adapun distribusi senyawa hidrokarbon dalam minyak 
bumi terlihat pada gambar 2-4. Terlihat bahwa poliaromat dan 
polinaften tidak terdapat dalam fraksi ringan, tetapi terdapat dalam 
fraksi berat. Makin berat fraksinya, kandungan poliaromat dan 
polinaften akan semakin besar.
3. KOMPLEKSITAS KOMPOSISI MINYAK BUMI
Walaupun senyawa hidrokarbon yang menyusun minyak bumi 
hanyalah senyawa hidrokarbon parafin, naften dan aromat, namun 
demikian komposisi minyak bumi adalah sengat kompleks sekali. Hal 
ini disebabkan karena senyawa-senyawa tersebut di samping berupa 
senyawa murni, juga dapat berupa senyawa gabungan antara senyawa 
hidrokarbon parafin – naften, parafin – aromat, naften – naften 
(polinaften), naften-aromat, aromat-aromat (poliaromat) dan parafin –
naften – aromat dan kemungkinan kombinasi yang lain.

Gambar 2-4. Distribusi senyawa hidrokarbon dalam minyak 
bumi (Speight, “The Chemistry and Technology of Petroleum”, Marcel 
Deker)
Disamping itu, adanya isomeri dalam senyawa hidrokarbo 
menyebabkan komposisi minyak bumi menjadi lebih kompleks lagi. 
Senyawa-senyawa isomer adalah senyawa-senyawa yang mempunyai 
rumus molekul yang sama tetapi struktur molekulnya berlainan.

Misalnya senyawa hidrokarbon parafin yang pertama-tama mempunyai 
isomer ialah senyawa hidrokarbon yang mempunyai 4 buah atom 
karbon yaitu butan. Butan (𝐢4𝐻10) mempunyai dua buah isomer yaitu 
n-butan dan i-butan, dimana struktur molekulnya masing-masing 
ditunjukkan oleh gambar 2-5 berikut. Selanjutnya pentan (𝐢5𝐻12), 
mempunyai 3 buah isomer dan heksan 𝐢6𝐻14 mempunyai 5 buah 
isomer. Ternyata bahwa jumlah senyawa isomer dalam senyawa 
hidrokarbon sangat meningkat dengan bertambahnya jumlah atom 
karbon. Jumlah isomer yang mungkin untuk senyawa hidrokarbon 
parafin dapat dilihat pada tabel 2-1.
Akhirnya susunan minyak bumi akan menjadi semakin 
bertambah kompleks lagi, karena adanya senyawa-senyawa bukan 
hidrokarbon yang mengandung arom unsur S, O, N dan logam-logam.
Gambar 2-5. Struktur molekul n-butan dan i-butan.
Tabel 2-1. Jumlah isomer dalam senyawa hidrokarbon parafin.
Jumlah atom karbon Jumlah isomer
4 2
5 3
6 5
7 9
8 18
9 35
12 355
15 4.347
18 60.523
25 36.797.588
4. SENYAWA BUKAN HIDROKARBON
Senyawa bukan hindrokarbon yang terdapat dalam minyak bumi 
dan produknya adalah senyawa organic yang mengandung atom unsur

belerang, oksigen, nitrogen dan logam-logam. Lazimnya senyawa ini 
dianggap sebagai pengotor karena pengaruhnya yang tidak baik selama 
proses pengolahan minyak bumi dalam kilang minyak seperti korosi 
dan peracunan karalis ataupun pengaruhnya yang tidak baik selama 
proses pengolahan minyak bumi dalam kilang minyak seperti korosi 
dan peracunan katalis ataupun pengaruhnya yang jelek terhadap mutu 
produk. Karena pengotor ini dapat larut dalam minyak bumi atau 
produknya, maka pengotor ini disebut pengotr oleofilik. Di samping itu, 
air dengan garam-garam yang terlarut di dalamnya, yang ikut minyak 
mentah dalam keadaan terdispersi dan tidak larut dalam fase minyak, 
disebut pengotor oleofobik.
4.1 Senyawa belerang
Disamping sebagai senyawa belerang, didalam minyak bumi 
belerang dapat juga terdapat sebagai unsur belerang yang terlarut, 
karena sedikit banyak belerang dapat larut dalam minyak bumi. Kadar 
belerang dalam minyak mentah berkisar dari 0,04 sampai 6%. Senyawa 
belerang yang umum terdapat dalam minyak bumi dan produk￾produknya, dapat dilihat pada tabel 2.2.
Minyak bumi Indonesia terkenal sebagai minyak bumi berkadar 
belerang rendah sampai sedang yang pada umumnya kandungannya 
kurang dari 1% berat. Apabila minyak mentah didistilasi, maka 
belerang akan terdistribusi sedemikian ehingga makin berat frraksinya 
kandungan belerangnya makin besar, dan kira-kira 95% berat dari 
belerang yang berasal dari umpan akan terdapat dalam fraksi minyak 
gas dan residu, seperti terlihat dalam tabel 2-3.
Adanya senyawa belerang dalam minyak bumi dan produknya 
perlu mendapat perhatian, karena senyawa ini dapat menimbilkan 
beberapa macam kerugian yaitu:
a. pencemaran udara
Pencemaran udara pertama-tama dapat disebabkan oleh 
beberapa senyawa belerang yang berbau tidak sedap. Senyawa belerang 
yang berbau tidak sedap adalah senyawa belerang yang mempunyai 
titik didih rendah, seperti hydrogen silfis, belerang dioksid dalam gas 
buang hasil pembakaran, merkaptan sampai dengan enam atom karbon 
(titik didih sekitar 400 F), sulfide sampai dengan delapan atom karbon
(titik didih sekitar 3450 F) dan diantara disulfide hanya metil disulfide 
saja (titik didih 243 F)

Selanjutanya pencemaran udara dapat juga terjadi karena gas 
belerang dioksid yang berasal dari gas buang terlarut di dalam kabut, 
yaitu tetes-tetes halus air di dalam udara. Hal ini dikenal dengan nama 
smog yang dapat terjadi di kota-kota industry besar yang selalu

berkabut. Belerang dioksid yang berasal dari gas buang dapat juga 
mengakibatkan hujan asam.

Akhirnya hidogen sulfide disamping mempunyai bau yang tidak 
enak, juga sanga beracun dimana konsentrasi 0,1% saja dalam udara 
sudah dapat mematikan dalam waktu satu setengah jam.
b. Korosi
Korosi yang disebabkan oleh kebanyakan senyawa belerang 
terutama terjadi pada shu di atas 300 F. Korosi ini akan meruskkan 
alat-alat pengolahan dalam kilang minyak, khususnya alat-alat yang 
bekerja pada suhu tinggi. Pada suhu rendah senyawa belerang yang 
disulfide dan boleh jadi merkaptan yang mempunyai titik didih rendah. 
Misalnya hydrogen sulfide dalam udara lembab akan mengubah besi 
menjadi besi sulfide yang rapuh.
Selanjutnya gas belerang dioksid dalam gas buang yang terjadi 
pada pembakaran bahan bakar minyak aan meruskkan ceroong baja dan 
saluran pembuangan gas buang hasil pembakaran mesin, apabila gas ini 
bereaksi dengan air dan membentuk asam.
c. Menurunkan angka oktan bensin
Penuruanan angka oktan bensin oleh senyawa belerang 
tergantung kepada jumlah dan tipe senyawa belerang. Menurut 
penelitian yang dilakukan oleh Birch dan Stausfield ternyata bahwa 
penurunan angka oktan yang terbesar disebabkan oleh unsur belerang., 
merkapran dan etil trisulfid, sedangkan monosulfid, tiofen dan karbon 
disulfide tidak berpengaaruh. Penyelidikan menunjukkan bahwa 0,1%
belerang akan menurunkan angka oktan 0 sampai 2 satuan angka oktan.
Bensin straight run mengandung sebagian kecil dari belerang 
yang mula-mula ada dalam minyak mentah, tetapi bensin rengkahan 
mengandung belerang 2 sampai 10 kali lebih banyak dari pada bensin 
straight run, karena kondisi rengkahan menyebabkan terurainya 
senyawa belerang berat menjadi senyawa belerang yang mendidih 
dalam daerah didih bensin.
d. menurunkan suseptibilitas bensin terhadap timbal tetraetil
Yang dimaksud dengan suseptibilas (susceptibility) bensin 
terhadap timbal tetraetil (tetraethyl lead = TEL) yaitu kenaikan angka 
oktan bensin apabila ke dalam satu gallon Amerika bensin ditambhkan 
satu sentimeter kubik timbal tetraetil. Fungsi TEL dalam bensin ialah 
untuk menaikkan angka oktan bensin. Sehingga untuk memperoleh 
angka oktan bensin dengan harga tertentu, maka bensin dengan 
kandungan belerang yang lebih tinggi memerlukan jumlah TEL yang 
lebih banyak disbanding dengan bensin yang mempunyai kandungan 
belerang yang lebih rendah, dan ini berarti pula bahwa beayaynya 
menjadi lebih mahal. Penurunan suseptibilas bensin terhadap TEL, 
dapat ditunjukkan oleh percobaan Birch dan Stausfielf, yang 
menggunakan campuran heptan-oktan yang mempunyai angka oktan 65 
dan etil disulfide dengan berbagai macam konsesntrasi (tabel 2-4).
e. Meracuni katalis
Pada proses reforming katalitik nafta atau bensin untuk 
membuat nafta atau bensin dengan angkta oktan yang tinggi, adanya 
belerang dalam umpan nafta atau bensin dapat meracuni katalis platina. 
Sehingga pada prses reforming yang menggunakan katalis platina ini 
menjadi suatu kaharusan bahwa kandungan belerang dalam umpan 
harus dibatasi serendah mungkin, maksimum 0,2 ppm.

4.2 Senyawa Oksigen
Kadar oksigen dalam minyak bumi bervariasi dari sekitar 0,1 
sampai 2% berat. Oksidasi minyak bumi dengan oksigen karena kontak 
yang lama dengan udara juga dapat menaikkan kadar oksigen dalam 
minyak bumi.
Dalam minyak bumi, oksigen terutama terdapat sebagai asam 
organik yang terdisribusi dalam semua fraksi dengan konsentrasi yang 
tertinggi pada fraksi minyak gas. Asam organic tersebut terutama 
terdapat sebagai asam naftenat dan sebagian kecil sebagai asam alifatk. 
Disamping itu dalam distilat rengkahan dapat terdapat fenol dan kresol. 
Asam naftenat mempunyai sifat sedikit korosif dan mempunyai bau 
tidak enak.
4.3 Senyawa nitrogen
Kadar nitrogen dalam minyak bumi umumnya rendah, berkisar 
dari kurang 0,1% sampai 2% berat. Minyak yang mempunyai kadar 
belerang dan aspal tinggi, biasanya juga mempunyai kadar nitrogen 
tinggi. Senyawa nitrogen terdapat dalam semua fraksi minyak bumi, 
tetapi konsentrasinya makin tinggi dalam fraksi-fraksi yang mempunyai 
titik didih yang tinggi.
Senyawa nitrogen yang terdapat dalam minyak bumi dapat 
dibagi menjadi senyawa nitrogen basa, yaitu senyawa piridin atau 
turunan piridin seperti kinolin dan iso kinolin, yang dapat dilihat pada 
tabel 2-5, dan senyawa nitrogen bukan basa yaitu senyawa pirol dan 
turunannya, seperti indol dan kabasol yang dapat dilihat pada tabel 2-6. 
Semua senyawa nitrogen mempunyai bau yang tidak sedap dan 
menusuk.

Porfirin yaitu suatu senyawa kompleks logam-nitrogen, juga 
merupakan konstituen minyak bumi, di mana pirol adalah penyusun 
utamanya. Porfirin yang sederhana ialah porfin yang terdiri dari 4 buah 
molekul pirol yang dihubungkan oleh jembatan metin (-CH=), di mana 
struktur molekulnya dapat dilihat pada gambar 2-6.
Adapun kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh adanya 
senyawa nitrogen yang terdapat dalam minyak bumi dan produknya 
ialah:
a. menurunkan aktivitas katalis yang digunakan dalam proses 
rengkahan, reforming, polimerisasi dan isomerisasi.
b. Kerosin yang jernih seperti air (water white) pada waktu distilasi, 
warnanya akan berubah menjadi kemerahan kalau terkena sinar 
matahari.
c. Nitrogen dalam bensin juga akan mempercepat pembentukan damar 
dalam karburator.
d. Menyebabkan terjadinya endapan dalam minyak bakar pada 
penyimpannya.
4.4 Senyawa Logam
Praktis semua logam dapat terdapat dalam minyak bumi, tetapi 
karena jumlhanya yang sangat kecil, yaitu antara 5 sampai 400 bagian 
per juta, maka adanya logam dalam minyak bumi pada umumnya tidak 
menimbulkan permasalahan. Kecuali beberapa macam logam seperti 
besi, nikel, vanadium dan arsen yang walaupun jumlahnya hanya 
sedikit sekali, namun sudah dapat meracuni beberapa katalis. 
Disamping itu logam vanadium yang terdapat dalam minyak bakar 
dapat menyebabkan korosi turbin gas dan pipa-pipa pembangkit uap, 
merusak batu tahan api dinding apur dan menurunkan mutu produk 
pecah belah dalam industry keramik. Logam-logam berat seperti 
vanadium, nikel dan tembaga di dalam minyak bumi umumnya 
dianggap terdapat sebagai senyaa kompleks porfirin, dimana logam￾logam ini terdapat di pusatnya, seperti pada gambar 2-7 berikut ini.

Sedangkan logam garam anorganik yang dapat larut dalam air,
seperti garam khlorid dan sulfat dari logam natrium, kalium, 
magnesium dan kalsium, terdapat dalam minyak bumi dalam keaadan 
terdispersi.
Dalam distilasi minyak mentah, senyawa logam cenderung 
untuk berkumpul dalam fraksi residu.
5. KOMPOSISI ELEMENTER MINYAK BUMI
Walaupun minyak bumi mempunyai komposisi kimia dan sifat 
fisis yang dapat sangat berbeda-beda, namun komposisi elementer 
mempunyai daerah harga yang sempit. Komposisi elementer minyak 
bumi dapat dilihat pada tabel 2-7.
Komposisi elementer minyak bumi yang mempunyai kisaran 
harga yang sempit ini, khususnya untuk unsur karbon dan hidrogen.

Disebabkan karena minyak mentah hanya terdiri dari beberapa 
deret homolog hidrokarbon saja,, yaitu parafin, naften dan aromat dan 
dimana setiap deret homolog mempunyai daerah komposisi elementer 
dalam batas-batas yang sempit. Hal ini dapat terlihat dari rumus umum 
senyawa hidrokarbon parafin, senyawa hidrokarbon naften dan senyawa 
hidrokarbon aromat yang masing-masing yaitu 𝐢2𝐻2𝑛+2
, 𝐢2𝐻2𝑛 dan 
𝐢2𝐻2𝑛−6
. Dengan demikian maka rasio antara atom unsur karbon dan 
hidrogen juga mempunyai daerah harga yang sempit. Dalam minyak 
bumi, banyaknya atom karbon dalam senyawa hidrokarbon paradin 
dapat mencapai lebih dari pada 40 buah, dalam senyawa hidrokarbon 
naften hanya ada 5 dan 6 buah, sedangkan dalam senyawa hidrokarbon 
aromatis hanya 6 buah saja.
Juga adanya perbedaan bagian deret homolog dalam minyak 
bumi, tidak akan banyak berpengaruh terhadap komposisi campuran 
keseluruhan. Adanya bahan aspal dalam jumlah yang cukup banyak 
dalam minyak mentah hanya lebih mempersulit untuk mendapatkan 
minyak pelumas yang baik dari minyak mentah. Adanya malam parafin 
dalam jumlah yang cukup banyak terhadap komposisi elementer 
minyak mentah adanya kandungan malam parafin yang besar dalam 
minyak mentah hanya akan mempersulit untuk mendapatkan minyak 
pelumas dengan titik tuang yang rendah. Selanjutnya adanya kandungan 
aromat yang tinggi dalam minyak mentah, juga tidak akan berpengaruh 
banyak terhadap komposisi elementer minyak mentah, tetapi hanya 
akan lebih menyulitkan untuk memperoleh kerosin yang baik dari 
minyak mentah tersebut.

KLASIFIKASI MINYAK BUMI
Karena setiap lapangan minyak menghasilkan minyak mentah 
yang berbeda dengan minyak mentah yang dihasilkan oleh lapangan 
minyak lainnya, maka perlu adanya suatu cara klasifikasi untuk 
menentukan golongan-golongan minyak mentah sehingga dapat 
diperoleh suatu gambaran mengenai produk-produk yang sekiranya 
dapat dihasilkan dari setiap golongan minyak mentah. Berhubung 
komposisi kimia minyak mentah mempunyai variasi yang praktis tidak 
terhingga, maka klasifikasi minyak mentah menjadi sangat sukar dan 
sampai sekarang belum ada satupun cara klasifikasi yang benar-benar 
memuaskan.
Berikut ini akan diuraikan beberapa cara kasifikasi minyak 
mentah yang pernah diajukan.
1. KLASIFIKASI BERDASARKAN GRAVITAS API ATAU 
BERAT JENIS
Klasifikasi yang paling sederhana ialah klasifikasi yang 
didasarkan kepada gravitas API atau berat jenis, karena jika gravitas 
API minyak mentah tinggi atau berat jenis minyak mentah rendah, 
maka ada kecenderungan bahwa minyak mentah tersebut mengandung 
fraksi ringan dalam jumlah yang besar. Jadi minyak mentah dengan 
gravitas 35API biasanya lebih berharga daripada mintak mentah 
dengan gravitas 30API, karena minyak mentah yang pertama akan 
mengandung fraksi ringan (bensin, kerosin) lebih banyak dan fraksi 
berat (residu) lebih sedikit dibandingkan dengan minyak mentah yang 
kedua.
Berdasarkan gravitas API atau berat jenis, minyak mentah 
dibagi kedalam lima jenis minyak mentah yaitu: minyak mentah ringan, 
minyak mentah ringan sedang, minyak mentah berat sedang, minyak 
mentah berat dan minyak mentah sangat berat, seperti terlihat pada 
tabel 3-1.

2. KLASIFIKASI BERDASARKAN KANDUNGAN MALAM 
DAN ASPAL
Pada permulaan perkembangan industry minyak bumi ternyata 
bahwa minyak mentah dari Pennsylvania mengandung malam parafin 
dan tidak mengandung aspal, minyak mentah dari California 
mengandung aspal dan tida mengandung malam parafin, sedang minyak 
mentah dari Mid Continent mengandung baik malam parafin dan aspal. 
Sehingga berdasarkan kandungan malam parafin dan aspla minyak 
mentah dapat dibagi ke dalam tiga golongan dasar minyak mentah 
yaitu:
1. Minyak mentah dasar parafin
2. Minyak mentah dasar aspal
3. Minyak mentah dasar campuran atau tengahan.
Minyak mentah dasar aspal selanjutnya juga disebut minyak 
mentah dasar naften, dengan anggapan yang keliru bahwa minyak 
mentah dasar aspal sebagian besar terdiri dari senyawa hidrokarbon 
naften.
Ternyata bahwa sebagian besar minyak mentah, kira-kira 90% 
termasuk dalam golongan minyak mentah daasar campuran, sedang 
10% lainnya termasuk dalam golongan minyak mentah dasar parafin 
dan aspal.
Dengan makin banyak ditemukannya lapangan minyak baru, 
ternyata ada beberapa minyak bumi yang kaya akan senyawa aromat. 
Sehingga timbu golongan dasar minyak mentah yang baru yaitu 
golongan dasar aromat.
Minyak mentah juga diberi nama lapangan atau daerah dimana 
minyak mentah itu ditemukan, misalnya minyak mentah Minas, minyak

mentah Duri, minyak mentah Rantau, minyak mentah Lirik, minyak 
mentah Sumatera Selatan, minyak mentah Kawengan, minyak mentah 
Ledok, minyak mentah Tanjung dan lain sebagainya.
3. KLASIFIKASI BERDASARKAN KOMPOSISI KIMIA
Klasifikasi ini diajukan oleh Sachanen yang didasarkan kepada 
komposisi kimia fraksi minyak bumi yang mempunyai daerah didih 
antara 250 - 300 C, seperti terlihat pada tabel 3-2 di bawah.
Kesulitan dalam klasifikasi ini ialah bahwa fraksi yang 
mendidih di atas 200, molekul – molekulnya jarring terdapat dalam 
keadaan murni tetapi dalam keadaan gabungan. Molekul naften atau 
aromat murni sangat jarang dijumpai; senyawa silkils umumnya 
mengandung rantai cabang parafin dan malahan seringkali cincin 
aromat dan cincin naften berdampingan..
4. KLASIFIKASI MENURUT U.S. BUREAU OF MINES
Klasifikasi minyak bumi yang pada waktu sekarang banyak 
digunakan ialah klasifikasi menurut Lane dan Garton dari U.S. 
Bureau of Mines. Sebagai dasr klasidikasinya digunakan gravitas 
API fraksi kunci nomer 1 dan nomer 2, yang diperoleh dengan jalan 
distilasi dengan alat disilasi Hempel Standard. Fraksi kunci nomer 1 
adalah fraksi minyak bumi yang mendidih pada suhu antara 482 
sampai 527F atau antara 250 sampai 275 C pada tekanan 1 
atmosfer, sedang fraksi kunci nomer 2 mendidih pada suhu antara 
527 sampai 572 F atau antara 275 sampai 300 F pada tekanan 40 
mm Hg. Fraksi kunci nomer 1 termasuk dalam fraksi kerosin, sedang
fraksi kunci nomer 2 termasuk dalam fraksi minyak pelumas. Untuk 
minyak mentah dasar parafin, fraksi kunci nomer 1 harus mempunyai 
gravitas API sama atau lebih dari 40 dan fraksi kunci nomer 2 harus 
mempinyai gravitas API sama atau lebih dari 30. Untuk minyak 
mentah dasar naften, fraksi kunci nomer 1 harus mempunyai gravitas 
API sama tau kurang dari 33 dan fraksi kunci nomer 2 harus 
mempunyai gravitas API sama atau kurang dari 20. Sedang untuk 
minyak mentah dasar tengahan, fraksi kunci nomer 1 harus 
mempunyai gravitas API antara 33 dan 40, dan fraksi kunci nomer 
2 harus mempunyai gravitas API antara 20 dan 30. Dengan 
demikian ada sembila kemungkinan golongan dasar minyak mentah, 
seperti tertera pada tabel 3-3 di bawah. Sebagai tambahan, adanya 
malam parafin dalam fraksi kunci no2 dapat ditunjukkan oleh titik 
kabutnya. Apabila titik kabutnya di bawah 5 F, berarti bahwa 
kandungan malam paradin kecil dan dikatakan bahwa minyak 
mentah bebas malam parafin.
Walaupun secara teoritis ada Sembilan golongan dasar 
minyak mentah, tetapi dalam praktek hanya ada tujuh golongan dasar 
minyak mentah saja yang dikenal. Dua golongan dasar minyak 
mentah yang belum pernah dijumpai sampai sekarang adalah 
golongan dasar parafin-naften dan naften-parafin. Adapun klasifikasi 
minyak mentah Indonesia menurut U.S. Bureau of Mines dapat 
dilihat pada lampiran I.
5. KLASIFIKASI MENURUT DISTRIBUSI AROM KARBON
Klasifikasi ini diajukan oleh Van Ness dan Van Westen yang 
didasarkan atas distribusi karbon parafinik, naftenik dan aromatic dalam 
minyak mentah. Untuk klasifikias ini dapat digunakan diagram segitiga, 
di mana ketiga titik sudutnya masing-masing menunjukkan serratus 
persen karbon parafin 𝐢𝑝
, serratus persen karbon naften 𝐢𝑁 dan serratus 
persen karbon aromat 𝐢𝐴. Jadi sebuah titik yang ada di dalam diagram 
akan menunjukkan distribusi struktur karbon parafin, naften dan aromat 
dalam sesuatu minyak mentah, seperti yang ditunjukkan oleh gambar 3-
1.
Distribusi karbon dapat ditentukan dengan metoda n-d-M, yaitu 
dengan jalan mengukur indeks bias n, denditas d dan berat molekul 
rata-rata contoh M. indeks bias dan densitas ditentukan pada suhu 20C. 
Selanjutnya dengan menggunakan rumus empiri dapatalah hitungan 
persentase karbon parafin, karbon naften dan karbon aromat dalam 
minyak mentah, yang selanjutnya kedudukan minyak mentah tersebut 
dalam diagram segitga dapat ditentukan.
6. KLASIFIKASI BERDASARKAN FAKTOR KARAKTERISASI
Klasifikasi ini diajukan oleh Waston dari Universal Oil Product 
Company yang didefinisikan factor karakterisasi Watson K sebagai 
berikut:

𝐾 =
 π‘‡π΅
3
𝑆
Dimana 𝑇𝐡 mula – mula didefinisikan sebagai titik didih rerata 
molal, kemudian berubah menjadi titik didih rerata kubis dan akhirnya 
menjadi titik didih rerata tengahan dalam R dan S adalah berat jenis 
pada 60/60F. klasifikasi ini juga berlaku untuk fraksi minyak bumi 
langsung (Straight run fractions). Adapun factor karakteristik untuk 
berbagai golongan dasar minyak mentah adalah sebagai berikut:
Minyak mentah dasar parafin: K > 12,1
Minyak mentah dasar tengahan: K = 11,5 – 12,1
Minyak mentah dasar naften: K = 10,5 – 11,45
Minyak mentah dasar aromat: K < 10,5
7. KLASIFIKASI BERDASARKAN INDEKS KORELASI
Klasifikasi ini dikembangkan oleh H.M. Smith dari US Bureau 
of Mines yang juga berlaku untuk fraksi minyak bumi. Indeks ini 
diperoleh dengan jalan melukiskan kebalikan titik didih rata-rata 
volumetric sesuatu fraksi terhadap berat jenis pada 60/60 F di dalam 
garis untuk setiap hidrokarbon. Untuk senyawa hidrokarbon parafin 
normal garis ini diberik angka nol, sedangkan untuk bensin diberi angka 
100, seperti terihat pada gambar 3-2.
Berdasarkan grafik tersebut, selanjutnya dapat dijabarkan 
persamaan empiric sebagai berikut:
I.K. = 473,78 – 456,8 + 48.640/K
Dimana I.K. adalah indeks korelasi, S adalah gravitas jenis pada 
60/60 F dan K adalah titik didih rerata dalam K. Harga indeks antara 0, 
sampai 15 menunjukkan bahwa hidrokarbon parafin dalam fraksi 
dominan; harga antara 15 sampai 50 menunjukkan bahwa hidrokarbon 
naften atau campuran hidrokarbon parafin, naftendean aromat dalam 
fraksi dominan dan harga indeks di atas 50 menunjukkan bahwa 
hidrokarbon aromat dalam fraksi dominan.

8. KLASIFIKASI MINYAK BUMI LAINNYA
Disamping klasifikasi minyak bumi yang telah diuraikan di atas, 
masih ada beberapa cara klasifikasi lainnya, di antaranya ialah 
klasifikasi minyak bumi yang di dasarkan kepa kandungan belerang, di 
maa minyak mentah digolongkan kedalam 3 golongan minyak mentah, 
yaitu minyak mentah dengan kandungan belerang rendah (kurang dari 
0,1%), minyak mentah dengan kandungan belerang sedang (antara 0,1 
sampai 1,0%) dan minyak mentah dengan kandungan belerang tinggi 
(di atas 1,0%). Di samping itu minyak mentah dapat juga dibagi ke 
dalam minyak mentah masam (sour crude) dan minyak mentah manis 
(sweet crude) yang tidak di dasarkan kepada kandungan belerang, tetapi

kandungan hidrogen sulfide. Batas kandungan hidrogen sulfide adalah 
0,05 ft3/100 galon minyak mentah.
9. SIFAT-SIFAT UMUM MINYAK BUMI
Karena minyak bumi mempunyai komposisi yang berbeda satu 
dengan yang lain, maka dengan sendirinya sifat-sifatnya juga berbeda. 
Walaupun demikian untuk minyak bumi yang mempunyai golongan 
dasar tertentu, terdapat kesamaan sifat-sifat umum seperti terlihat dalam 
tabel 3-4 dibawah.

Minyak mentah dasar tengahan mempunyai sifat-sifat yang 
terletak diantara sifat-sifat minyak mentah dasar parafin dan minyak 
mentah naften. Dari tabel diatas terlihat bahwa tidak ada minyak 
mentah yang fraksi-fraksinya mempunyai sifat-sifat yang semuanya 
serba baik. Namun hal ini sekarang tidak menjadi masalah, karena 
dengan tekologi yang ada pada waktu sekarang oang dapat 
memperbaiki sifat produk sampai ada tingkat yang diinginkan.

Uji minyak bumi dan produknya yang dilakukan di dalam 
laboratorium sebagian bersifat fisis dan sebagian lainnya bersifat kimia. 
Agar dapat dibuat duplikat hasil uji, maka dalam uuji-uji diperlukan 
alat-alat baku dan prosedur-prosedur baku. Untuk itu maka komite D-2 
American Society for Testing and Metrials menerbitkan suatu publikasi 
tahunan Annual Book of ASTM Standards untuk produk minyak bumi 
dan bahan pelumas “Petroleum Products and Lubricants” yang memuat 
secara rinci mengenai prosedur-prosedur baku dan alat-alat baku yang 
digunakan dalam uji minyak bumi dan produknya. Disamping itu, 
prosedur-prosedur baku dan alat-alat baku uji minyak bumi dan 
produknya dapat juga diperoleh dari Standard Methods for Testing 
Petroleum. Beberapa uji baku tertentu juga dibuat oleh beberapa 
perusahaan minyak antara lain misalnya oleh Shell.
Pada umumnya uji minyak bumi dan produknya dapat 
dikerjakan dengan cepat, mudah dibuat duplikat oleh teknisi 
laboratorium biasa dan hasil ujinya dapat di interpretasikan sebagai 
fungsi kinerja produk selama penggunaan. Disamping itu, uji rutin juga 
dikerjakan dalam laboratorium kilang dan dimaksudkan agar hasil￾hasilny dapat digunakan untuk mengendalikan alat-alat atau unit-unit 
dalam operasi kilang. Uji ini tidak hanya dikenakan kepada bahan baku 
dan produk antara, tetapi juga dikenakan kepada produk jadi yang ada 
dalam tangki penyimpanan, kereta tangka, pipa saluran, tangker dan 
stasiun pengisian.
Karena sangat banyaknya jenis-jenis uji, maka hanya beberapa 
macam uji yang sering dijumpao saja yang akan dibicarakan di sini, 
sedagkan uji-uji lainnya dapat dilihat pada pustaka yang telah 
disebutkan di atas.
Pengertian duplikat hasil uji tidakla berarti bahwa uji yang 
kedua hasilnya harus persis sama dengan hasil uji yang pertama. Hasil 
uji kedua sudah boleh dikatakan sama dengan hasil uji pertama apabila 
telah memenuji harga-harga repitibilitas dan reproduksibilitas yang 
disyaratkan untuk setiap jenis uji.
Reptibilitas adalah hal diulanginya kembali sesuatu uji apabila 
beda hasil kedua uji yang dilakukan oleh seseorang melampaui harga

yang telah ditetapkan. Sedangkan reproduksibilitas adalah hal 
diulanginya kembali sesuatu uji apabila hasil kedua uji yang dilakukan 
oelh dua orang melampaui harga yang telah ditetapkan.
1. Densitas, Berat Jenis dan Gravitasi API
Densitas minyak adalah massa minyak per satuan volum pada 
suhu tertentu. Berat jenis (Specific fravity) atau rapat relative (relative 
density) minyak adalah perbandingan antara rapat minyak pada suhu 
tertentu dengan rapat air pada suhu tertentu. Untuk minyak bumi suhu 
yang digunakan adalah 15 C atau 60 F. Gravitas API (American 
Petroleum Institute) yang sangat mirip dengan gravitas Baume adalah 
suatu besaran yang merupakan fungsi dari berat jenis yang dapat 
dinyatakan dngan persamaan:
πΊπ‘Ÿπ‘Žπ‘£π‘–π‘‘π‘Žπ‘  𝐴𝑃𝐼 =
141,5
𝑆60/60F
− 131,5
Dimana S60/60F adalah berat jenis pada suhu 60 F.
Densitas, berat jenis dan gravitas API minyak bumi dan 
produknya dapat ditentukan dengan beberapa macam cara, antara lain 
dengan menggunakan hydrometer (ASTM D 1298-85; IP 160/82) yang 
umumnya dikenakan kepada minyak mentah dan produknya yang 
berupa cairan dan yang mempunyai tekanan uap Reid kurang dari 26 lb 
(179 kPa). Di samping itu khusus untuk gravitas API saja, dapat juga 
ditentukan dengn cara hydrometer dengan metode ASTM D 287-82. 
Pada dasarnya uji ini dilakukan dengan menempatkan hydrometer yang 
mempunyai skala densitas, berat jenis atau gravitas API pada contoh 
yang akan diuji yang mempunyai suhu tertentu dan selanjutnya dibaca 
skala hydrometer yang dipotong oleh permukaan contoh sebagai 
densitas, berat jenis atau gravitas API contoh pada suhu yang berlaku 
(gambar 4-1). Harga yang diperoleh harus dikembalikan kesuhu 15 C 
(60 F), dengan menggunakan Petroleum Measurement Tables, ASTM 
D 1250-80. Uji tidak harus dilakukan pada suhu 15 C(60 F), tetapi 
disesuaikan dengan keadaan contoh. Namun pengukuran yang paling 
teliti ialah apabila suhu contoh adalah 15C(60F). suhu uji antara 0 dan 
190F masih dimungkinkan, selama masih sesuai dengan tipe contoh, 
sesuai dengan kondisi batas yang diharuskan.
Gambar 4-1. Penentuan densitas, berat jenis atau grabitas API dengan 
cara hydrometer
Untuk menentukan densitas atau berat jenis hidrokarbon ringan, 
elpiji misalnya dapat digunakan hydrometer termo tekanan (ASTM D 
1657). Uji dilakukan pada suhu 15 C (60 F) dengan menggunakan 
hydrometer dan bantuan penangas air yang dilengkapi dengan 
thermostat untuk mempertahankan suhu penangas tetap pada suhu 
tersebut. Di samping itu densitas dan berat jenis hidrokarbon dan fraksi 
minyak bumi yang mendidih antara 90 dan 110 C dan berupa cairan 
pada suhu 20 dan 25C, dapat ditentukan dengan pinkometer bingham 
(ASTM D 1217-86). Sedangkan untuk bahan cair yang kental, densitas 
dan berat jenis dapat ditentukan dengan pinkometer Bingham (ASTM D 
1480-86) atau pinkometer bikapiler Lipkin (ASTMD 1481-86).
2. Tekanan Uap Reid
Uji tekanan uap reid (Reid Vapor Pressure-RVP, ASTM D 323-
90) dikenakan kepada bensin, minyak mentah yang volatile dan produk 
mnyak bumi lainyya yang voalatil. Tekanan uap Reid adalah tekanan 
mutlak pada suhu 37,8C (100F) dalam psi atau kpa. Tekanan uap 
Reid tidaklah sama dengan tekanan uap contoh yang sesungguhnya 
karena terjadinya sedikit penguapan contoh dank arena adanya uap air 
dan udara dalam ruangan. Untuk menentukan tekanan uap elpiji, 
digunakan metode uji ASTM D 1267, sedangkan untuk menentukan 
tekanan uap campuran bensin-oksigen, digunakan metode uji ASTM D 
4953.

Alat utama untuk menentukan tekanan uap Reid terdiri dari 
ruangan bensin, ruangan udara, manometer, thermometer dan penegas 
air yang dilengkapi dengan thermostat. Ruangan bensin, ruangan udara 
dan manometer dapat dilepas atau dihubungkan satu dengan lainnya 
(gambar 4-2). Uji ini dilakukan dengan mengisi ruangan bensin sampai 
penuh dengan contoh yang sebelumnya telah didinginkan. Ruangan 
bensin kemudian dihubungkan dengan ruangan udara dan manometer 
dan selanjutnya rangkaian alat ini direndam di dalam penangas air yang 
mempunyai suhu tetap yaitu 37,8 + 0,1C atau 100 + 0,2F. secara 
periodic rangkaian alat ini dikeluarkan dari penangas air dan digojok 
sampai akrhirnya manometer menunjukkan harga tekanan 
keseimbangan yang tetap merupakan tekanan uap Reid contoh.
Gambar 4-2. Alat uji tekanan uap Reid
Dalam praktek, uji tekanan uap reid mempunyai arti yang 
penting sehubungan dengan:
a. Keamanna dalam pengangkutan bahan bakar minyak
b. Sumbatan uap (Vapor lock) dalam sistem pengumpanan bensin.
c. Karakteristik mesin motor untuk dihidupkan dalam keadaan dingin 
(Starting characteritics).
d. Tipe tangka penyimpan minyak yang digunakan.

3. Distilasi Produk Minyak Bumi
Distilasi produk minyak bumi (ASTM D 86-90) ini dikenakan 
kepada produk minyak bumi yaitu: bensin alam, bensin motor, bensin 
pesawat terbang, bahan bakar turbin pesawat terbang, nafta, kerosin, 
minyak gas dan minyak bakar distilat dan produk minyak bumi yang 
telah digunakan pada waktu yang lampau, sehingga distilasi ASTM ini 
seringkali juga disebut distilasi Engler. Susunan alat distilasi ini dapat 
dilihat pada gambar 4-3.
Dalam distilasi ini, 100 mililiter contoh distilasi untuk prosedur 
tertentu. Selama distilasi dilakukan pengamatan dan pencatatan suhu 
temometer dan volum distilat yang tertampung. Yang perlu dilaporkan 
dalam uji distilasi ini yaitu:
Gambar 4-3. Susunan alat distilasi ASTM
 Titik didih awal (initial boiling point – IBP ), yaitu suhu dimana 
distilat pertama-tama menetes dari ujung kondensor.
 Suhu pada berbagai persentase distilasi, yaitu pada: 5, 10, 20, 30, 
40, 50, 60, 70, 80, 90, dan 95% distilasi.
 Titik didih akhir (end point – EP menurut ASTM atau final boiling 
point – FBP menurut IP), ,yaitu suhu tertinggi yang dicapai selama 
uji, yang biasanya terjadi setelah penguapan semua cairan dari 
dasar labu

 Persen perolehan (percent recovery), yaitu persentase volum 
kondensat yang tetampung dalam gelas ukur penerima.
 Persen residu (percent residue), yaitu persentase volum residu yang 
tertinggal dalam labu.
 Persen perolehan total (percent total recovery), yaitu jumlah persen 
perolehan dan persen residu.
 Persen kehilangan (percent loss), yaitu 100 dikurangi dengan 
persen perolehan total.
 Persen teruapkan (percent evaporated), yaitu jumlah persen 
perolehan dengan persen kehilangan.
Dari data distilasi tersebut selanjutnya dapat dibuat kurve 
distilasi ASTM yang menunjukkan hubungan suhu dengan persen 
penguapan pada kondisi uji. Setiap bensin mempunyai kurve distilasi 
tertentu, dan dengan jalan membandingkan kurve-kurve distilasinya, 
dapatlah ditentukan volatilitas relative bensin. Bensin yang mempunyai 
tekanan uap Reid yang sama, belum tentu mempunyai kurve destilasi 
yang sama, sehingga sifat volatilitasnyapun juga berbeda.
4. Titik Nyala dan Titik Bakar
Titik nyala (flash point) adalah suhu terendah dimana uap 
minyak bimi dan produknya dalam campurannya dengan udara akan 
menyala kalau dikenai nyala uji (test flame) pada kondisi tertentu. 
Sendang titik bakar (fire point) adalah suhu terendah dimana uap 
minyak bumi dan produknya akan menyala dan terbakar secara terus 
menerus kalau dikenai nyala uji (test flame) pada kondisi tertentu.
Ada tiga macam alat uji yang dapat digunakan untuk 
memnrukan titik nyala dan titik bakar minyak bumi dan produknya, 
yaitu:
a. Alat uji cawan terbuka Cleveland (ASTM D 92-90, IP 36/84) yang 
dapat digunakan untuk menentukan titik nyala dan titik bakar semua 
produk minyak bumi, kecuali minyak bakar yang mempunyai titik 
nyala cawan terbuka dibawah 79 C (175 F), seperti terlihat pada 
gambar 4-4.
b. Alat uji cawan tertutup pesku-martens (ASTM D 93-80; IP 34/85) 
yang dapat digunakan untuk menentukan titik nyala minyak bakar, 
minyak pelumas dan suspense pdatan (gambar 4-5).
c. Alat uji cawan tertutup Abel (IP 170/75), yang dapat digunakan 
untuk menentukan titik nyala produk minyak bumi yang mempunyai 
titik nyala antara 18 C (0F) dan 71C (160F).
Gambar 4-4. Alat uji cawan terbuka Cleveland
Titik nyala ditentukan dengan jalan memanaskan contoh yang 
ditempatkan di dalam cawan dengan kecepatan pemanasan yang tetap, 
yaitu 5-6 C/menit atau 10 F/menit untuk alat uji Cleveland dan 
Pensky Ma