Kamis, 22 Februari 2024

waralaba 1


 





Buat para penggiat game daring, istilah Trojan horse atau 

kuda Troya barangkali tak asing. Prinsip dasar kuda Troya 

adalah bertamu ke negeri musuh, menjalin pertemanan, 

berkembang, dan akhirnya menghancurkannya dari dalam. 

Kuda Troya dipakai tatkala benteng pertahanan musuh terlalu 

kuat dan sistem militernya sangat sulit ditembus. Di sisi lain,

menyerah bukan pilihan bagi ksatria. Satu-satunya jalan adalah 

berteman, lalu menghancurkan musuh dari dalam. 

Meskipun persaingan dalam bidang ekonomi tidak sesadis 

pertumpahan darah yang disebabkan oleh strategi kuda Troya, 

dalam kenyataannya ekonomi membutuhkan jumlah darah 

yang nyaris sama dengan perang. Sekali orang berhadapan 

dengan kegiatan ekonomi, prinsip-prinsip dasar Maslow, Smith 

bahkan Aristoteles akan selalu dipakai. Sederhana saja: 

bagaimana meraup keuntungan sebesar-besarnya dengan 

pengorbanan sekecil-kecilnya. Prinsip ini berlaku waras mulai 

dari individu, sekolah, badan usaha, negara, hingga dunia. 

Pada dasarnya, memperoleh keuntungan besar dengan 

pengeluaran kecil adalah insting manusia. Ini adalah 

penggambaran tentang keinginan alamiah manusia untuk 

berkuasa atas suatu sumber daya alam di sekitarnya. Insting ini 

kemudian menjadi pijakan dasar pasar kapitalis yang mulai 

dipraktikkan pada abad pertengahan. Kemudian, pada abad ke-

20, kapitalisme menjadi sebuah sistem yang lebih populer 

berkat Karl Marx dengan Das Capital-nya yang menjadi kiblat 

ekonomi dunia barat. 

Kapitalisme bagaikan pupuk yang membuat keinginan 

untuk berkuasa atas modal tumbuh subur. Inilah yang 

mengakibatkan ecnomic bloodshed ‘pertumpahan darah 

ekonomi’. Dengan lepas tangannya pemerintah, persaingan 

antarentitas swasta kadang menjadi tidak sehat, dan di sinilah 

perang terjadi. Ujung-ujungnya, semua istilah seperti pasar 

bebas, pasar global, ekonomi global, warga  ekonomi atau 

kerja sama ekonomi adalah manifestasi dari tangan-tangan 

kapitalisme bila  tidak ditangkal dengan sistem dan kebijakan 

perekonomian yang memihak pada perlindungan kesejahteraan 

bersama. 

Waralaba, sebagaimana yang akan dibahas dalam buku ini, 

adalah salah satu invisible hand ‘tangan tak terlihat’ dari 

ekonomi global. Jika Anda sedang membayangkan sebuah kuda 

Troya ekonomi, maka waralaba adalah wujudnya. Tujuan 

waralaba bukanlah seekstrem kuda Troya yang menghancurkan 

kota Troya dalam kisah kepahlawanan Yunani, tetapi lantaran ia 

adalah salah satu tangan kanan kapitalisme, dia memiliki 

potensi ekspansi dan infiltrasi yang efisien. 

Sebagai sebuah strategi bisnis yang efektif, waralaba dapat 

dengan cepat merambah berbagai pelosok, bahkan melibatkan 

berbagai tipe pengusaha yang memiliki modal kecil. Dengan 

ikatan perjanjian antara unsur brand dan blue print dengan 

lokasi serta tenaga kerja, waralaba dapat menjangkau banyak 

wilayah dalam waktu cepat. Karena itu, ia berpotensi menjadi 

pilihan bisnis yang efektif dan terjangkau bagi siapa pun yang 

berminat untuk mengembangkan usaha dalam bidang-bidang 

yang digandrungi warga  tanpa mengeluarkan sekian 

banyak modal. 

Selain memuat tentang bagaimana sistem waralaba bekerja 

dan merambah berbagai sektor, buku ini juga membahas 

mengenai literasi abad 21. Pengenalan literasi abad 21 kiranya 

penting sebab di era disruptif ini terjadi perpindahan besar-

besaran antara apa yang dahulu lazim dilakukan secara nyata ke 

ranah digital. Bagaikan berpindah kota atau pindah lokasi kerja, 

seseorang semestinya mengetahui dengan baik mengenai 

segala seluk-beluk kota ini  agar dapat melakukan 

kegiatan dengan aman dan nyaman.  

Tak hanya itu, buku ini juga membahas mengenai sisi lain 

waralaba sebagai kuda Troya ekonomi kapitalis. Menariknya,

waralaba yang kian populer juga merambah bidang-bidang 

baru dalam beberapa dekade. Dengan mengandalkan kekuatan 

brand, otoritas atau manajemen, ada bentuk-bentuk waralaba 

anyar yang berkembang di Bali. Fenomena ini memunculkan 

berbagai dampak yang menarik untuk dikaji. 

Sebagian orang pastinya pernah makan di restoran siap 

saji. Orang-orang perkotaan yang tidak sempat masak 

untuk makan siang tinggal memacu mobilnya di Drive-

thru milik McDonalds, membayar dengan uang 

elektronik, lalu mendapat sepaket makan siang burger dengan 

sebungkus kentang goreng. Gerainya ada hampir di setiap 

sudut kota, sehingga orang-orang tidak perlu pusing mencari 

panganan. Modalnya hanya uang di saku atau ponsel.  

Tatkala Anda ingin membeli perlengkapan rumah tangga, 

Anda cukup pergi ke gerai Ace Hardware yang ada di hampir 

setiap kota besar di Indonesia. Barang-barang yang dijualnya 

berkelas dan lengkap. Buat Anda yang memiliki budget pas-

pasan, Anda bisa datang ke ACK dan membeli sepaket makan 

siang dengan harga terjangkau. Alih-alih datang ke KFC yang 

lumayan menguras isi dompet, ACK menjangkau warga  

perdesaan. Ia muncul di daerah sub-urban hingga pegunungan. 

Hidup juga terasa lebih mudah dengan adanya toko ritel mini 

serupa Alfamart dan saudaranya, Indomaret. Keduanya 

merambah desa-desa kecil dan menual beraneka kudapan 

sampai dengan barang kebutuhan sehari-hari. 

Tempat-tempat itu adalah contoh perusahaan waralaba 

tertua yang berkembang pesat di Indonesia. Tentang bagai-

mana usaha-usaha itu bisa berkembang begitu pesat dan 

menjangkau daerah yang begitu terpencil adalah taktik khas 

yang telah dijalankan di Amerika Serikat pada era 1850-an1. 

Berkat usaha waralaba, Amerika Serikat kini punya banyak ritel, 

gerai dan toko serba ada di seantero negerinya. Dengan adanya 

waralaba, kini banyak calon pengusaha bisa membangun usaha 

Indomaret, KFC, ACK atau Ace Hardware dengan modal terbatas 

di mana pun.  

                                                           

McDonalds sendiri berpusat di Illinois, Amerika Serikat, na-

mun gerai dan restorannya ada ribuan di dunia. bila  

McDonalds adalah sebuah perusahaan produksi sebagaimana 

layaknya Apple atau Ford, maka setiap hamburger akan 

diproduksi di Illinois, dikirimkan lewat udara atau laut ke semua 

cabangnya di seluruh dunia, dan sampai ke tangan Anda dalam 

tiga-empat hari. Harga satu keping burger bisa mencapai lima 

ratus ribu rupiah, ditambah pajak bea cukai. Cara seperti ini 

tentu saja kuraang wajar bagi sebuah perusahaan makanan siap 

saji. Karena itu, McDonalds harus memasak sendiri hamburger-

nya di setiap gerai dengan syarat semua standar rasa dan cara 

penyajiannya mengikuti ketentuan dari sang induk.  

Yang dilakukan McDonalds adalah mencari rekanan untuk 

bekerja sama di suatu tempat yang jauh. Rekanan ini dikenal 

dengan istilah franchisee, penerima waralaba. Begitu franchisee 

sepakat untuk bekerja sama, McDonalds akan mempermak 

tokonya agar persis sama dengan tampilan khas McDonalds, 

memasang logo, lalu melatih rekanannya bagaimana cara 

memasak hamburger dengan bumbu rahasia ala McDonalds 

yang dikirim dalam paket jadi. Ini disebut brand selling ‗pen-

jualan merk‘ dan blue print sebuah perusahaan. Dengan kata 

lain, McDonalds menjual hak cipta produknya untuk dipakai 

oleh pihak kedua dengan imbalan royalti2. 

Jadi, di mana pun Anda membeli burger McDonalds di 

seluruh jagat, rasanya akan relatif sama, sebab setiap rekanan 

memiliki blue print yang sama dengan pusatnya. Ini yang dise-

but dengan perusahaan waralaba. Yang dijualnya kurang lebih 

adalah branding dan cetak biru. Dengan penjualan branding itu, 

dia mendapat  keuntungan dari pihak kedua. 

                                                           

Coca Cola Company juga melakukan hal yang sama. Walau-

pun Anda akan menyadari sedikit perbedaan rasa Coca Cola 

Amerika dan Mesir karena varietas bahan baku yang berbeda, 

Anda akan menemukan bahwa cara pengolahan, persentase 

bahan, dan pengemasan yang sama persis dengan pusatnya di 

Atlanta3. 

Proses belajar berbisnis 

Jenis usaha waralaba sebenarnya lahir dari pencampuran 

dua gen. Pertama, sistem ekonomi kapitalis di Eropa dan 

Amerika Serikat memberikan peluang bagi setiap individu untuk 

mengeksploitasi sumber daya alam dan mengolahnya sebebas-

bebasnya. Pola pikir kapitalis ini terbentur dengan keterbatasan 

modal untuk ekspansi, terutama bagi mereka yang memiliki 

modal terbatas. Pemilik modal itu memiliki masalah dalam 

ekspansi sebab di satu sisi mereka tidak ingin menggelontorkan 

dana begitu besar untuk pengembangan usaha. Di sisi lain, 

mereka dikejar oleh pesaing. bila  mereka tidak berekspansi, 

maka pesaing yang akan melakukannya terlebih dahulu. 

Sebenarnya, waralaba adalah bentuk kerja sama bisnis yang 

paling tua. Seorang pemilik tanah menyewakan tanahnya untuk 

digarap, lalu keuntungannya dibagi berdasarkan perjanjian. 

Pada masa itu, tanah merupakan modal dan aset. Di era 

modern, di mana modal dan aset bertransformasi dari sekadar 

tanah menjadi kekayaan intelektual dan hak cipta, perjanjian ini 

berkembang tidak hanya sebatas permodalan, namun juga hak 

cipta, brand dan blue print perusahaan.  

                                                           

Untuk menjalankan sebuah perusahaan waralaba, seseo-

rang perlu membangun branding yang kuat4. Di era milenial, 

branding adalah kapital yang paling utama selain aset dan uang. 

Untuk tumbuh, perusahaan-perusahaan modern membangun 

branding dengan promosi di media sosial, membuat nama-

nama yang unik dan mempromosikan berbagai kreativitas. Mi 

Setan, contohnya, salah satu varian Mi Kober asal Malang yang 

melegenda di kota-kota besar di Indonesia. Nama-nama unik 

itu mengangkat citra brand dan menjadi senjata yang ampuh 

dalam proses pewaralabaan. 

Mulai dari Nol 

Bisnis-bisnis milenial yang mulai dirintis, utamanya oleh 

anak-anak muda, dikenal sebagai startup business. Bisnis startup 

lumrahnya berbasis daring, dan mengandalkan platformdigital 

sebagai basis operasi. Beberapa startup mulai dari nol, dan 

berkembang sebagai perusahaan-perusahaan dengan modal 

dan omset besar karena membangun branding dari awal. 

Guepedia contohnya. Dengan bermodalkan seratus hingga 

seratus lima puluh juta, ia kini sedang membangun branding 

sebagai penerbit online yang menerbitkan buku-buku dari jenis 

apa saja dan dari siapa saja secara gratis. Guepedia bukan 

sebuah perusahaan waralaba, sebab ia mencetak buku-bukunya 

sendiri dengan mesin yang dimilikinya sendiri. Namun yang bisa 

dicontoh dari Guepedia adalah bagaimana ia membangun 

branding di tengah ratusan penerbit indie yang menjamur di 

dalam negeri. 

Di Bali, bisnis-bisnis yang dimulai dari nol utamanya adalah 

bisnis kuliner, tur, anjangsana (kafeteria), restoran hingga ritel5.  

                                                           

Walaupun tak semua berbasis startup, perusahaan-perusahaan 

ini  nyatanya telah mempu menggaet keuntungan besar 

dengan bermodalkan branding yang intensif. Survei yang 

dilakukan Perwakilan BI Cabang Bali tahun 2017 menunjukkan 

bahwa 44 persen wisman mengetahui tentang Bali dari promosi 

daring dan blog. Sebagaimana yang lumrah di jagat dunia 

maya, semakin kuat branding suatu usaha, maka semakin naik 

peringkatnya dalam media sosial dan mesin pencari.  

Cara memulai bisnis dari nol mungkin bagi sebagian orang 

tampak impossible. Beberapa faktor yang menyebabkan 

sesorang enggan memulai bisnis dari nol adalah ketidak-

sanggupan mereka akan modal usaha dan keinginan mencapai 

break event point (BEP) dengan cepat6. Memulai binis dari awal 

membutuhkan banyak energi dan sumber daya, apalagi jika 

seseorang tidak menguasai riset pasar baik pada segi tren 

produk, lokasi, daya beli warga , hingga tren politik. Tak 

jarang, bisnis yang dimulai dari nol mengalami kemunduran 

pada usia lima tahun7. 

Beberapa faktor yang menyebabkan tumbangnya bisnis 

kecil yang dimulai dari nol adalah karena tidak sanggup ber-

transformasi. Banyak perusahaan melakukan transformasi dari 

masa ke masa untuk tetap bertahan pada perubahan. Nokia 

pada awalnya bukanlah perusahaan ponsel, namun ia 

bertransformasi menjadi produsen ponsel hingga dua dekade. 

Sayangnya, ia menjadi terlampau percaya diri dan terlambat 

berubah tatkala era internet tiba dan ponsel pintar lahir. 

Kemudian, kolapslah ia di dekade kedua abad ke-21. 

                                                           

Samsung, sebagaimana yang dikenal oleh generasi 80-90-

an, adalah produsen barang elektronik. Sejak dibuka tahun 

1930-an di Korea Selatan, Samsung menjadi perusahaan 

elektronik terbesar di dunia8 yang memproduksi perangkat 

televisi, radio, AC, mesin cuci, kipas angin dan sirkuit komputer. 

Di era milenium, Samsung dengan cepat melirik perangkat 

ponsel sentuh dan memakai  Android sebagai sistem 

operasinya. Tahun 2013, Samsung meluncurkan ponsel berbasis 

Android pertamanya, sekaligus menandai dibunyikannya 

sangkakala abad ponsel pintar. 

Munculnya varian-varian Samsung Galaxy yang terus 

diperbaharui setiap tahun adalah lonceng kematian bagi 

ponsel-ponsel besutan Nokia dan yang sezaman dengannya. 

Semuanya akibat terlambatnya mereka untuk melakukan peru-

bahan. Sebagai langkah gelagapannya, Nokia akhirnya diakuisisi 

Microsoft, meluncurkan ponsel pintar dengan sistem operasi 

Windows Phone. Sistem operasi ini bertahan selama beberapa 

waktu dengan beberapa varian, namun akhirnya kandas pula 

oleh kelincahan dan adaptabilitas Android. Bill Gates, sang 

pendiri Microsoft, mengakui bahwa Android adalah penyesalan 

terbesarnya selama berbisnis di Microsoft. Seharusnya Microsoft 

mengakuisisi Android terlebih dahulu sebelum Google 

membelinya. Dia mengakui bahwa Microsoft kini tidak bisa 

menandingi Android9. 

Baik Google maupun Microsoft adalah dua perusahaan 

besar yang mulai dari titik nol. Facebook pun demikian. Mark 

Zuckerberg menghabiskan waktu lima tahun di dalam kamar,  

 

                                                          

hanya berkutat dengan koding dan tidak dengan hal lain. Bill  

Gates sang legendaris pada masanya menghabiskan masa 

kuliahnya di lam komputer dan garasi untuk membangun 

software pertama Microsoft dan menjualnya pada perusahaan 

pengolah data. Semuanya dimulai dari nol, namun yang mem-

buat mereka berbeda adalah karena mereka punya kegigihan 

dan semangat untuk mencapai apa yang mereka cita-citakan. 

Namun segalanya kembali lagi kepada pribadi Anda. 

bila  Anda membayangkan sebuah bisnis sebagai direktur 

berdasi dengan kantor berlantai dua puluh di Jakarta atau 

Surabaya, maka tentu Anda akan menyerah duluan. Untuk 

memulai bisnis dari nol, Anda cukup membayangkan menjadi 

Bob Sadino yang mulai merintis usaha ritelnya dari nol. Atau, 

kita bisa belajar dari Marta Tilaar, atau yang lebih dekat yakni 

Dr. Anak Agung Ayu Ketut Agung, sang perintis salon Agung 

yang membuka banyak cabang di Denpasar. Mereka memulai 

bisnisnya dari sangat kecil, bahkan dari produk-produk dan 

cara-cara tradisional. 

Jadi, berdasarkan pengalaman para pebisnis kelas dunia, 

tantangan terbesar untuk memulai bisnis dari nol adalah tatkala 

bisnis berada di titik nadir. Tidak mudah, memang, dan hampir 

setiap orang yang memulai dari nol mengalami titik ini. George 

Lucas, perintis sekuel Star Wars yang kini melegenda hingga 

episode IX di penghujung 2019, memulai usahanya dengan 

tertatih-tatih. Selama lebih dari 40 tahun berjaya dalam ranah 

film fiksi ilmiah, kini Star Wars menjelma menjadi perusahaan 

waralaba besar dengan mengandalkan franchise merk dagang-

nya yang dikenal di mana-mana. 

Lucas mengembangan Star Wars di tahun 70-an, saat 

Amerika Serikat lebih terpikat pada film-film bernuansa 

romansa. Mengembangkan ide film fiksi ilmiah, alien dan 


peradaban luar angkasa adalah hal yang sinting di tengah pasar 

film romantisme. Namun, Lucas bersikeras untuk mewujudkan 

mimpinya. Dengan modal seadanya, ia memulai studio filmnya 

dengan properti yang dipinjam sana-sini, dan segudang bujuk 

rayu agar para aktor filmnya tidak kabur karena pesimis film itu 

akan menjadi yang terburuk sepanjang masa. Dua minggu 

menjelang peluncuran perdana, proses syuting belum selesai 

karena banyak aktornya berhenti. Lucas harus menyewa aktor 

pengganti dan mengulang banyak adegan. 

Tatkala Star Wars diputar perdana, situasinya terbalik. Film 

yang pada mulanya disangka jelek itu langsung melejit menjadi 

yang paling populer. Penjualan Star Wars kala itu melebihi 500 

juta dollar AS pada tahun 1977, atau setara dengan 7 triliyun 

rupiah! Star Wars kemudian berlanjut ke sekuel kedua dan 

ketiga, lalu mundur ke prekuel 1, 2 dan 3. Kini, harga waralaba 

Star Wars tembus 1,3 milyar dollar AS pada tahun 2016 lalu 

melalui penayangan sekuel ketujuh dan kedelapannya. 

 

Kemudian, tergiur akan uang adalah tantangan kedua. 

Seringkali para pebisnis mementingkan penghasilan yang besar 

terlebih dahulu dan melupakan bahwa yang menjadi fokus 

utama adalah kualitas. Pebisnis besar kelas dunia tidak pernah 

berpkir untuk mencari uang, namun menekuni apa yang mereka 

senangi dengan bersungguh-sungguh, lalu memberi hal yang 

berarti bagi orang lain. Jadi, bila  Anda ingin memulai sebuah 

usaha dari nol, maka pastikanlah bahwa Anda bersungguh-

sungguh dan memang menyukai betul apa yang Anda sedang 

tekuni. bila  Anda menyukai bidang usaha yang Anda tekuni, 

maka Anda tidak lagi terpengaruh pada kegagalan maupun 

keberhasilan. Usaha itu akan menjadi bagian dari diri Anda 

sendiri, sebesar atau sekecil apa pun.  

 

Sebagai perbandingan, menurut Adi Putra Widjaya dan 

Aries Wiranata, dua entrepreneur muda Indonesia, memulai 

bisnis dari titik nol adalah hal yang patut diacungi jempol. 

bila  orang membangun usaha dari nol, maka ia sudah 

terbiasa dengan perjuangan yang keras, pengorbanan, kerugian 

dan kena tipu. Dengan merintis dari awal, dia mengembangkan 

rasa cinta pada apa yang ditekuninya, sehidup semati, dan ingin 

memperjuangkan apa yang telah dia rintis. 

Namun satu hal yang mutlak dan wajib dimiliki oleh peng-

usaha yang ingin mengembangkan bisnis dari awal adalah 

passion. Passion lebih kepada suatu dorongan yang terus-

menerus dari dalam diri untuk menekuni dan mengembangkan 

sesuatu. bila  seseorang memiliki passion dalam dunia 

menulis, maka dia tidak akan pernah gentar pada segala risiko 

yang dihadapinya dalam dunia tulis-menulis. Seseorang yang 

memiliki passion tidak memandang untung-rugi, menganggap 

pujian dan hinaan dari orang lain sebagai motor penggerak 

usahanya ke arah yang lebih baik lagi.  

Beberapa poin ini  adalah simpul-simpul utama apa-

bila seseorang ingin mendaki tebing bisnis yang terjal. Kon-

fusius pernah berkata, ―Kamu boleh kehilangan apa pun dalam 

usaha apa pun, namun jangan pernah kehilangan keyakin-

anmu.‖ Kalimat motivasi ini agaknya sangat penting bagi 

pebisnis dari level mana pun, entah dari level unicorn yang 

bergengsi hingga pengusaha-pengusaha yang belum memiliki 

nama besar. Pentingnya sebuah keyakinan dan semangat 

adalah modal paling dasar untuk memulai usaha. 

Memulai usaha dari nol hanyalah salah satu dari sekian 

banyak cara berbisnis. Akan tetapi, prinsip-prinsip penting dan 

sikap bisnis yang sejati akan terbentuk bila  Anda mencoba 

memulai usaha dari awal sekali. Ada banyak ujian dan 

tantangan,—mulai dari grafik omset yang naik-turun, mem-

pelajari lika-liku pajak, mengurus admnistrasi, berdarah-darah 

memperkenalkan brand dan produk, hingga menghindari pihak-

pihak yang ingin merongrong usaha Anda. bila  kita berpikir 

untuk seketika menjadi besar sepeti ritel Wallmart atau Amazon, 

maka itu sah-sah saja, namun praktiknya sebaiknya dimulai dari 

apa yang ada di hadapan kita. Sebuah passion dan langkah 

pertama mutlak diperlukan. Selanjutnya, Anda hanya perlu 

terjun dan menyelam, lalu belajar berenang agar tidak 

tenggelam. 

Akuisisi, Merger dan Grup 

Jika Anda tidak berminat untuk mendirikan sebuah bidang 

usaha dan merintisnya dari awal sekali, maka Anda bisa memilih 

cara kedua. Akuisisi berarti seseorang lebih bermain dalam 

ranah merk. Semakin besar dan terkenal suatu brand, maka 

semakin tinggi nilai franchise-nya. Dalam kenyataannya, 

branding adalah aset besar di era teknologi media sosial. Kini 

setiap orang bisa membangun brand-nya sendiri dengan 

keunikan masing-masing. Dengan brand yang kuat, entah 

sebagai individu maupun kelompok, sistem endorse biasanya 

dijalankan dengan memanfaatkan pengaruh seseorang.  

Endorsement bisa dikatakan mirip dengan sebuah franchise 

namun dia bukan juga sebuah franchise. Dalam franchise atau 

waralaba, pemberi waralaba memberikan izin pemakaian  hak 

merk, sistem atau produk kepada penerima waralaba, namun 

endorsement hanyalah suatu bentuk penguatan promosi 

dengan memakai  kekuatan branding dari seseorang yang 

telah dikenal luas atau memiliki pengaruh dalam warga . 

Akuisisi suatu brand sudah banyak terjadi. Akuisisi bisa juga 

berupa pengambilalihan produk, sistem jasa, sistem manaje-

men, brand atau bahkan hingga tenaga kerja. Google menga-

kuisisi YouTube pada tahun 2006 dengan nilai 1,56 miliyar dolar 

Amerika Serikat11. sesudah  pengambilalihan ini, Google mengin-

tegrasikan YouTube secara penuh sebagai bagian sistemnya. 

Akusisi (acquisition, dari kata acquire) berarti mengambil alih. 

Dengan demikian, Google tidak harus membuat platform video 

sharing dari awal. Dia hanya harus ‗membeli‘ sistem yang sudah 

                                                          

ada dari pihak kedua. bila  pihak kedua memiliki sejumlah 

tenaga kerja, Google bisa mengakuisisi tenaga kerja ini sebagai 

bagian dari komunitas kerjanya. 

Akusisi adalah jalan yang diambil oleh perusahaan-

perusahaan yang tengah dilanda badai desruptif12. Indonesia 

pun tak kelewatan kena imbasnya. Akuisisi (dan merger) adalah 

strategi paling efektif yang dilakukan banyak perusahaan di 

Indonesia untuk bertahan dalam persaingan pasar13. Nokia 

memilih jalan ini tahun 2014, bergabung dengan Microsoft 

untuk menguatkan imunitasnya terhadap dampak era desruptif 

yang membombardirnya di tahun 2010-an. Sayang sekali akusisi 

ini tak membuahkan hasil sesuai harapan14. Akuisisi kenya-

taannya memang cukup berhasil menguatkan satu perusahaan 

dan menyelamatkan ribuan tenaga kerja, dengan syarat bahwa 

akusisi juga mesti memberikan dampak positif pada inovasi dan 

kebertahanan perusahaan pada berbagai jenis perubahan. 

Selain akuisisi, ada satu istilah lagi dalam penggabungan 

perusahaan, yakni merger. Akuisisi terjadi bila  sebagian atau 

seluruh saham perusahaan bergabung dengan perusahaan lain 

namun tetap mempertahankan identitas masing-masing15. 

Akuisisi YouTUbe oleh Google tidak menghilangkan identitas 

YouTube sebagai perusahaan hosting video, demikian pula 

akuisisi Nokia oleh Microsoft, atau Skyworth yang mengakuisisi 

Toshiba Indonesia. Di sisi lain, merger berarti dua perusahaan 

                                                           

yang lebur menjadi satu. Suatu perusahaan yang terdifusi(di-

merger) akan kehilangan identitasnya, bergabung sepenuhnya 

dengan perusahaan yang lebih besar16. Beberapa bank di 

Indonesia sudah mengalami merging. Bank Permata (Permata 

Bank) adalah hasil merging lima bank yakni Bank Bali, Bank 

Universal, Bank Prima Ekspress, Bank Artha Media dan Bank 

Patriot pada 2002 silam. Jika Anda memiliki akun di Bank 

Mandiri, maka Anda sebenarnya sedang menabung di empat 

bank sekaligus yang mengalami merging pada 1998 akibat krisis 

moneter. Walaupun digandang sebagai merger yang ‗hanya 

menghasilkan perusahaan baru yang lebih sakit17, setidaknya 

status Mandiri bisa dikatakan ‗sedikit lebih baik‘ daripada saat ia 

belum melakukan merging. 


Jadi, akuisisi dan merging adalah dua cara untuk mening-

katkan efektifitas dan imunitas suatu perusahaan. Bagi peru-

sahaan yang baru berkembang, akuisisi dan merging adalah 

cara yang baik untuk meningkatkan level finansial perusahaan 

secara singkat. Tentunya, perusahaan yang akan melakukan 

akuisisi atau merging dengan perusahaan lain harus sama-sama 

memiliki potensi untuk dikembangkan. Perusahaan-perusahaan 

yang memiliki idealisme lebih memilih akuisisi daripada merging 

sebab mereka masih ingin mempertahankan identitas mereka. 

bila  Anda memiliki sebuah perusahaan dan ingin menda-

patkan kekuatan finansial, pasar atau tenaga kerja, maka Anda 

bisa memilih antara meleburkan diri (merging) atau menggan-

dengkan tangan (akuisisi).  

Proses akuisisi atau merging mirip seperti sebuah per-

nikahan. bila  perusahaan Anda atau perusahaan yang akan 

mengakuisisi Anda gagal dalam memenuhi potensi sebagai 

perusahaan yang menjanjikan, maka yang menjadi korban 

seringkali adalah para pekerja. bila  kedua mempelai tidak 

dapat mendukung satu sama lain, kehidupan tidak dapat 

berjalan sebagaimana seharusnya. Kita bisa belajar lagi dari 

tragedi pertemuan Nokia dan Microsoft yang menumbalkan 

lebih dari 7.000 karyawan. Di Indonesia, akuisisi gagai dialami 

oleh Bank Minna Padi dan Bank Muamalat Indonesia pada 

Desember 2017, yang syukurnya tidak menumbalkan begitu 

banyak tenaga kerja. Ada pula akuisisi Teleguam oleh Telkom 

Indonesia yang gagal karena tidak direstui oleh Komisi 

Komunikasi Amerika Serikat. Akuisisi Bank BTN oleh Mandiri 

pun mengalami kegagalan karena tidak direstui presiden. 

Melihat berbagai lika-liku yang terjadi dalam proses akuisisi 

atau merger perusahaan, dapat kita simpulkan bahwa akusisi 

dan merger bisa terjadi bila  kedua perusahaan sama-sama 

memiliki potensi dan sumber daya untuk dikembangkan. Kedua, 

masing-masing perusahaan harus mendapat  klarifikasi dan 

permissiondari lembaga-lembaga keuangan, stakeholder atau 

pemerintah yang mengawasi perusahaan. Karena itu, proses 

akuisisi dan merger tidak semudah menggabungkan dua laci 

kas yang berbeda dan menjadi satu tumpukan uang. Lain kata, 

akuisisi dan merger layaknya terjadi pada perusahaan-

perusahaan yang telah memiliki nilai saham yang tinggi, 

termasuk perusahaan beromset besar, telah beroperasi lama, 

dan memiliki pengalaman.  

Lalu bagaimana dengan perusahaan-perusahaan kecil yang 

Anda miliki atau yang akan Anda bangun? bila  Anda 

merintis sebuah perusahaan kecil atau mikro, proses akuisisi 

atau merger mungkin adalah pilihan kesekian. Sebagai 

alternatif, Anda bisa membangun sebuah holding company, atau 

grup. bila  Anda menjual beras dan teman Anda menjual 

minyak goreng, Anda bisa berkolaborasi dalam sebuah grup 

dengan nama perusahaan baru. Di sana, Anda memiliki sekian 

persen saham dan berbagi dengan kawan Anda. Di Indonesia, 

banyak perusahaan kecil,—utamanya penerbit—yang berkem-

bang menjadi holding companies. Dalam sebuah grup, akan ada 

sebuah perusahaan induk yang memegang kendali. Kompas 

Gramedia, contohnya. Beberapa anak perusahaannya antara lain 

Tribun, Kompas TV, Gramedia Pustaka Utama, Elex Media 

Komputindo, KPG, Santika Indonesia Hotels & Resorts, dan 

masih banyak lagi. Grup Kompas Gramedia hingga saat ini 

menjadi salah satu grup perusahaan media massa raksasa di 

Indonesia. 

Pendirian holding companies memiliki alasan yang sama 

dengan akuisisi dan merger. Sejak berkembangnya era smart-

phone di tahun 2009-2010,  banyak  perusahaan  media  massa 

yang ketar-ketir. Mereka harus menambah modal untuk 

bertransformasi dari media cetak ke ranah digital. Media-media 

massa yang memiliki modal lebih kecil memilih bergabung 

menjadi grup. Sebuah grup perusahaan bisa beranggotakan 

lebih dari dua perusahaan sekaligus. Ini tentu lebih efektif 

daripada akuisisi dan merger yang menuntut potensi market 

yang kuat.Selain itu, identitas anak perusahaan tetap ada 

seolah-olah perusahaan itu masih berdiri sendiri. Sebagaimana 

layaknya anak pohon pisang yang seolah-olah terpisah dari 

induknya namun tetap disokong oleh akar yang tak tampak, 

begitulah eksistensi grup perusahaan. 

DivaPress Grup, contohnya, adalah grup beberapa penerbit 

dan percetakan di Yogyakarta. Penerbit-penerbit ini pada 

awalnya adalah penerbit-penerbit kecil. Kemudian, tatkala grup 

perusahaan dibentuk dengan DipaPress sebagai induknya, 

kekuatan kapital dan pasar mereka bertambah dan kini menjadi 

salah satu penerbit besar di Indonesia. Di bawah DivaPress, ada 

penerbit khusus untuk fiksi, nonfiksi, wanita dan remaja, serta 

pendidikan. Contoh lain adalah Mizan Grup, yang adalah induk 

perusaahan dari Mizan Pustaka, Bentang Pustaka, Noura 

Publishing, Pelangi Mizan dan dan Mizan Wacana. Grup-grup 

perusahaan penerbitan paling banyak muncul di Yogyakarta 

sebab Yogyakarta memiliki paling banyak perusahaan penerbit 

buku indie18, disusul Jakarta dan Bandung.  

 

Mitra Kerja atau Outsourcing 

Pengetahuan dan pengalaman Anda sebagai pemilik 

perusahaan mikro atau kecil barangkali tak memadai tentang 

seluk-beluk akuisisi dan merger. Untuk membuat grup pun, 

Anda tidak rela jika modal Anda yang kecil dibagi-bagi dan 

saham Anda dikuasai sekian persen. Mungkin, Anda termasuk 

perusahaan introvert yang lebih senang menjadi apa adanya, 

berdikari, dan mencerminkan diri Anda sendiri. Tentu Anda tak 

akan memilih diakuisisi, dimerger atau membentuk grup usaha. 

Sebagai gantinya, ada sistem kemitraan kerja atau outsourcing. 

Outsourcing atau mitra kerja sebenarnya bertujuan meng-

hemat pengeluaran usaha dan meminimalisir beban gaji atau 

upah karyawan. Dengan sistem outsourcing, baik Anda dan 

partner Anda tidak perlu memiliki ikatan sebagaimana layaknya 

karyawan dan pemilik usaha. Ikatan Anda dan tenaga outsourc-

                                                           

ing hanyalah sebatas list perjanjian yang telah Anda sepakati 

bersama. sesudah  itu, kerja sama Anda berakhir.  

Banyak perusahaan menyewa tenaga outsourcing karena 

lebih hemat dan sistemnya tidak serumit pengadaan tenaga 

kerja. Mitra kerja bisa berupa perseorangan atau badan usaha, 

dan tidak ada urusan administrasi yang ribet bila  kemitraan 

usaha dijalin,—apalagi untuk usaha yang masih kecil atau mikro. 

Dengan sistem mitra kerja, perusahaan tidak perlu terikat pada 

ketentuan upah minimum per bulan, tunjangan kesehatan 

pegawai, asuransi, biaya perjalanan, professional development, 

dan sebagainya.  


pendesain gambar kaos. Ketika desainnya selesai, Anda memba-

yarnya sesuai perjanjian, dan ikatan Anda putus. bila  kelak 

Anda membutuhkannya lagi, Anda bisa membuat perjanjian 

baru. Dengan cara ini, Anda sebagai pemilik usaha tidak 

menggelontorkan uang untuk gaji bulanan desainer. 

Jenis usaha yang banyak memakai  tenaga outsourcing 

adalah penerbit, distro, akuntan, editor, dan bahkan kuliner. 

Perjanjiannya cukup sederhana,—hanya berupa kontrak proyek. 

bila  penyedia outsourcing adalah badan usaha, Anda 

mungkin perlu surat perjanjian yang lebih serius.  

Karena sistem mitra kerja ini berfungsi sebagai penambah 

sumber daya tidak tetap dari pihak luar, maka ia sering disebut 

sebagai pihak ketiga. Ketika pembeli memesan seratus kaos 

bergambar pulau Bali, saat itu Anda berfungsi sebagai muara 

dari semua mitra kerja yang Anda ajak bekerja sama. Pada saat 

yang sama, mitra kerja Anda ini boleh memiliki kontrak 

pekerjaan dengan perusahaan lain sepanjang kontraknya 

dengan Anda tidak terganggu. Dalam sistem akuisisi, apalagi 

merger, suatu perusahaan tidak bisa diakuisisi oleh dua 

perusahaan sekaligus. Sementara itu, dalam sistem outsourcing, 

Anda menyewa seseorang atau suatu badan usaha selama 

jangka waktu tertentu. Ini mirip seperti kerja sama pemerintah 

dengan suatu CV yang menyediakan alat-alat berat, atau CV 

yang menyediakan jasa pengaspalan jalan. 

Padanan kata untuk outsourcing adalah sistem alih daya. Di 

Indonesia sendiri, sistem alih daya sebagian besar masih 

berorientasi pada tenaga kerja, bukan alat-alat produksi atau 

jasa. Secara hukum, baik penyedia outsourcing maupun 

penerima outsourcing belum mendapat  perlindungan yang 

serius. Sementara itu, perusahaan yang memakai  tenaga 

outsourcing semakin banyak19. Walaupun telah terbit Undang-

Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang 

juga mengatur tentang tenaga kerja alih daya, tetap saja ada 

perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan celah hukum 

untuk menekan beban gaji untuk karyawan. 

bila  tenaga kerja outsourcing tidak dilindungi, akan 

terjadi ketimpangan dalam hak dan kewajiban mereka. Banyak 

tenaga kerja yang bahkan tidak mengetahui bahwa perusahaan 

tempat mereka bekerja sesungguhnya adalah perusahaan 

outsourcing yang bekerja utnuk perusahaan asing di luar negeri. 

Ini adalah sistem outsourcing ‗gaya baru‘ yang muncul sejak 

koneksi internet dan platform digital semakin cepat. 

Sistem outsourcing sebenarnya sangat merugikan tenaga 

kerja, namun menguntungkan pengusaha20. Perusahaan dapat 

sewaktu-waktu cuci tangan bila  ada tuntutan terkait upah 

dari penyedia outsourcing. Tidak ada aturan hukum yang 

menyatakan tentang perlindungan hak-hak tenaga kerja 

outsourcing sehingga perusahaan yang memakai  jasa 

outsourcing sangat enteng dalam pengelolaan ketenagakerja-

annya. Bahkan, disinyalir bahwa outsourcing adalah sistem 

perbudakan yang dikemas secara modern21.  

Oleh karena itu, outsourcing sesungguhnya adalah sistem 

sewa-putus yang riskan. bila  Anda memutuskan untuk 

menyerahkan aspek-aspek pendukung usaha Anda kepada 

pihak ketiga (outsourcing), sebaiknya Anda mempertimbangkan 

sejauh mana kerja sama itu akan berlangsung. Sebagai pemilik 

                                                          

usaha, Anda hendaknya berlaku adil pada penyedia outsourcing 

dan tidak memperlakukan mereka seperti karyawan tetap 

namun tidak diberikan hak-hak yang sesuai dengan hukum.  

Lalu, apakah outsourcing adalah hal yang buruk? Sepanjang 

Anda dan mitra Anda memiliki perjanjian yang eksplisit dan 

terbatas pada bidang pekerjaan khusus dengan objek tak tetap, 

maka outsourcing masih bisa dilakukan. Ini adalah pembatasan 

yang ditetapkan dalam undang-undang ketenagakerjaan. 

Namun biar bagaimana pun, tenaga outsourcing masih 

diperlukan, terutama oleh perusahaan yang memiliki sedikit 

modal. Daripada membayar upah karyawan di bawah standar 

upah minimum, perusahaan seperti itu ingin ‗menyelamatkan 

diri‘ dengan menyewa outsourcing. Di sinilah ada dilema 

terhadap keberadaan outsourcing dan perusahaan yang 

membutuhkannya. 

Aset-aset fundamental bisnis milenial 

Bisnis di era milenial cukup berbeda dengan bisnis di era 

sebelumnya. Terkait dengan itu, mari kita sebut era ini sebagai 

era revolusi industri keempat,—yang lumrah dikenal sebagai 

industrial era 4.0. Istilah ini sesungguhnya dipopulerkan tahun 

2011 oleh sekelompok pegiat industri Jerman. World Economic 

Forum mendefinisikan revolusi industri ini sebagai keadaan 

industri di awal abad ke-21 yang ditandai dengan perubahan 

masif di berbagai bidang kehidupan manusia akibat adanya 

sinergi teknologi yang menembus batasan-batasan dunia fisik, 

digital dan biologi22.  

bila  revolusi industri pertama ditandai dengan adanya 

shifting peradaban manusia dari agraris ke industri, dari ternak 

                                                           

ke mesin, maka revolusi industri tahap kedua ditandai dengan 

bidang produksi skala masif dan meningkatnya konsumerisme. 

Di tahap ketiga, muncul komputer dan otomatisasi. Di ketiga 

tahap revolusi itu, umat manusia belum mampu memecahkan 

satu masalah fundamental: efisiensi jarak dan waktu. Jarak 

masih menjadi kendala, dan orang-orang masih tergantung 

pada jam buka dan jam tutup.   

Mengapa perubahan di era milenial ini dinobatkan menjadi 

revolusi industri keempat adalah karena manusia telah berhasil 

menghapus kendala jarak dan waktu. Semua itu bisa terjadi 

berkat satu keajaiban teknologi: internet. Kini, orang bisa 

belanja kebutuhan hidupnya dari mana saja dan kapan saja. Go-

Jek, GoFood dan GoSend, misalnya, selalu siap 24/7 mengantar 

apa pun yang Anda pesan di mana pun Anda berada. Anda bisa 

memesan tas traveler di Tokopedia jam 1 malam saat semua 

orang terlelap, dan Anda pun bisa mengirim file ke WhatsApp 

rekan kerja Anda di Amerika meskipun saat 

itudiasedangmendengkur. 

Ciri-ciri revolusi industri keempat ditandai dengan koneksi 

antara satu bidang industri dengan bidang lainnya melalui apa 

yang disebut platform. Platform adalah wadah, atau media 

digital di mana pihak-pihak yang saling berkepentingan dapat 

bertemu dan menjalin kerja sama.  


tanah. Orang-orang memelihara ternak, mengerjakan sawah 

dan ladang, serta tergantung dari hasil pertanian dan musim. 

Semakin luas seseorang memiliki tanah, maka tingkat 

kemakmurannya semakin tinggi. Kemakmuran seseorang 

ditandai dengan adanya bahan pangan yang melimpah, ternak 

dan hasil olahan pertanian. Di zaman sekarang, tentunya tanah 

masih menjadi aset yang tinggi nilainya, namun faktor 

penggerak industri di zaman ini berbeda dengan yang terjadi 

sebelum era industri. 

Pada era industri pertama, yang menjadi motor penggerak 

adalah tenaga kerja. Pada era ini, mesin-mesin membutuhkan 

tangan manusia sehingga arus tenaga kerja beralih dari sektor 

agraris ke perkotaan. Urbanisasi mulai tinggi dan permintaan 

tenaga kerja meningkat. Memasuki era industri kedua, alat-alat 

produksi menjadi penggerak. Produksi menjadi berlipat ganda 

karena tenaga kerja yang banyak, mesin yang semakin mapan, 

dan permintaan konsumen yang juga banyak. Pada era ini, 

massive-scale companies era baru muncul dan memproduksi 

banyak barang dalam waktu singkat. Pabrik-pabrik didirikan, 

faktor-faktor produksi berkembang secara masif, sumber daya 

alam mulai dieksplorasi dan dikuasai, kapitalisme menggemuk. 

Dengan ditemukannya mode transportasi udara pada tahun 

1930-an, produsen dapat mengirim barang dengan cepat. 

Muncullah perusahaan distribusi. Di era industri kedua inilah 

proses produksi, distribusi dan konsumsi meningkat pesat dan 

melibatkan begitu banyak orang. Di era ini, distributor men-

dapatkan tempat karena ruang pemasaran dan konsumen yang 

luas dan besar. 

Di era industri ketiga, yang menjadi kekuatan utama adalah 

otomatisasi. Alat-alat produksi digantikan oleh sistem komputer 

yang mulai berkembang pada tahun 70-an. Tenaga manusia 

digantikan oleh mesin yang bekerja otomatis, lebih cermat, 

lebih rapi, efisien, hemat, tidak memerlukan tunjangan sosial, 

dan tidak pernah demonstrasi. Perusahaan yang melakukan 

otomatisasi pada proses produksinya kian banyak. Sebagai 

akibatnya, pemutusan hubungan kerja juga marak. Dengan 

demikian, era industri ketiga juga ditandai dengan gelombang 

PHK besar-besaran karena sebagian proses produksi dan 

distribusi dilakukan oleh mesin.  

Lalu apa yang terjadi pada era revolusi industri keempat? 

Apa yang menjadi kekuatan dan aset utama? Kemunculan 

koneksi internet nirkabel yang mencuat mulai tahun 2006 

menjadikan dunia serasa terhubung melalui perangkat yang 

bisa dibawa kemana-mana. Ini adalah ciri utama era industri 

keempat,—ketersambungan di segala lini. Melalui fitur 

messager, Anda bisa terkoneksi dengan banyak orang lain di 

saat yang sama, dan tidak ada satu pun yang tahu apa yang 

orang lain bicarakan dengan Anda. Dalam kesempatan lain, 

Anda bisa membuka forum dan bertukar pikiran dengan ribuan 

orang sekaligus. Inilah yang disebut dengan era digital platform. 

Karena setiap orang di era industri keempat ini hidup di 

‗dua dunia‘, yakni dunia nyata dan dunia digital, maka setiap 

orang berpotensi memiliki identitas ganda, yakni identitas nyata 

dan identitas di dunia maya. Setiap orang yang memiliki 

smartphone setidaknya memiliki satu akun email yang menjadi 

identitas digital mereka ke platform mana pun mereka pergi. 

Faktanya, tiap orang bisa memiliki lebih dari satu identitas, 

bahkan hingga ratusan. Karena itu, jumlah identitas digital 

berlipat-lipat ganda banyaknya daripada identitas seseorang di 

dunia nyata. Dengan kata lain, jumlah netizen ‗warganet‘ bisa 

jauh lebih banyak daripada populasi manusia. Di ranah digital, 

orang bisa menyamar menjadi apa saja dan melakukan apa saja. 

Begitu cepatnya kecepatan akses dan pertukaran informasi 

di ranah digital membuat setiap orang dipicu untuk menjadi 

cepat dalam menerima informasi. Apa pun yang menarik akan 

cepat mendapat  atensi, dan apa pun yang kurang menarik 

akan segera ditinggalkan. Dengan demikian, kekuatan utama di 

era revolusi industri keempat ini adalah followers. Semakin 

banyak seseorang memiliki follower, semakin banyak like, 

subscribe dan comment yang bertandang ke kontennya, maka 

dia menjadi pusat atensi. Jadi, followers adalah fokus aset di era 

digital ini. 

Di tahun 1600, tatkala seseorang ditanya, ―Berapa luas 

lahanmu?‖ maka dengan bangganya dia akan menjawab 

―Seratus hektar.‖ Semakin luas tanahnya, prestisenya akan 

semakin tinggi. Di era ini, jika Anda bertanya berapa luas tanah 

seseorang, dia dengan percaya diri akan berkata ―Satu are di 

pinggiran kota dengan rumah tipe 80 dua lantai.‖ Hal seperti itu 

bukan lagi prestise. Namun tatkala Anda bertanya, ―Apakah 

Anda punya konten YouTube? Berapa jumlah follower dan 

subscriber Anda?‖ Maka dengan bangganya dia akan menjawab 

―Dua ratus ribu subscriber dan terus naik!‖ 

Dengan kata lain, followers dan subscribers yang adalah 

kekuatan penggerak ekonomi digital bisa disamakan dengan 

pelanggan atau calon pelanggan. Jumlah followers menentukan 

jangkauan konten seseorang atau usaha yang dimilikinya. 

Jumlah fillowers yang banyak menentukan menarik atau tidak-

nya suatu konten, produk atau jasa, menjadi menentu keter-

tarikan konsumen. Kita akan membahas lebih lanjut mengenai 

pola ini di bab dua dan bab tiga, termasuk bagaimana Anda kini 

benar-benar bisa menentukan berapa orang yang akan melihat 

bisnis Anda, umur berapa dan di mana saja. 

bila  Anda ingin memulai sebuah usaha di ranah digital, 

maka Anda sebaiknya tidak mulai berpikir seperti pedagang 

konvensional. Bayangkanlah sebuah pasar tradisional. Di dalam 

pasar itu ada lima penjual pisang goreng, dan Anda adalah 

salah satunya. Di ranah digital, Anda masuk ke dalam sebuah 

pasar yang sangat bebas bernama platform. Di dalam 

platform,—katakanlah Instagram—Anda bisa melihat ribuan 

pedagang pisang goreng mulai dari Denpasar hingga Inggris, 

dan semua pisang goreng itu bisa dilihat setiap manusia yang 

memiliki akun Instagram. Bayangkanlah jika pisang goreng yang 

Anda jual sama dengan samudera pisang goreng lainnya dari 

seluruh jagat. Tentu peluang bisnis Anda akan sangat kecil. 

Karena itu, Anda mesti punya satu strategi inti: be unique. 

Tak bisa dimungkiri, keunikan adalah aset nonfisik yang 

paling berharga bagi setiap pebisnis. Di era industri sebelum-

nya, keunikan juga penting untuk menonjolkan kualitas atau ciri 

khas produk, walaupun kekuatan inti terletak pada penguasaan 

sumber daya. Namun di era revolusi industri keempat, sega-

lanya tampak berbeda: keunikan adalah kekuatan utama, 

walaupun Anda bisa mendapat  sumber daya dari mana saja. 

Kita juga akan membahas keunikan ini di bab dua dan tiga. 

Ada beberapa aset dan sikap fundamental yang mesti Anda 

miliki dalam melakoni bisnis digital berbasis platform. Bisnis 

gaya baru ini, yang kerap disebut startup industry, sedang 

digandrungi generasi milenial. Cita-cita generasi milenial tidak 

lagi bekerja di kantor, namun di mana saja dan kapan saja. 

Kemudahan koneksi internet membuat gaya bekerja ini semakin 

digandrungi, apalagi jika seseorang bisa menciptakan sebuah 

produk atau jasa yang unik dan dibutuhkan banyak orang. 

Untuk mencapai hal itu tentu tidak mudah. 

 

1. Fokus 

Hal pertama yang harus diperhatikan bila  Anda ingin 

memulai sebuah bisnis adalah fokus. Barangkali Anda kaget 

bahwa ternyata walaupun bisnis milenial terkait dengan jaringan 

internet, hal pertama yang harus dilakukan adalah mening-

galkan koneksi internet. Sebenarnya, hal yang penting ada di 

sini. Kebanyakan dari kita memakai  internet untuk melihat-

lihat media sosial, namun jarang kita mengalihkan fokus kita 

pada konten-konten inspiratif sehingga walaupun kita sama-

sama memakai  internet berkecepatan tinggi, tak ada 

tambahan wawasan apa pun. 

Pengguna internet aktif di Indonesia adalah 171 juta jiwa, 

lebih dari setengah populasi. Sayang sekali, berdasarkan survei 

Google pada tahun 2018 lalu, hanya 16% perusahaan di 

Indonesia yang memiliki website23. Ini tentu suatu hal yang 

timpang mengingat jumlah pengguna internet adalah pasar 

yang begitu luas. Yang menjadi perhatian adalah bahwa 95 

persen dari total pengguna internet di Indonesia adalah mereka 

                                                           

yang aktif di media sosial. Dengan kata lain, mereka adalah 

orang-orang yang mengakses informasi secara aktif di media 

sosial, terutama Facebook dan Twitter. 

Data ini  menunjukkan bahwa titik fokus pengem-

bangan bisnis milenial adalah media sosial, bukan lagi semata-

mata website. Selain mencari informasi, keberadaan media 

sosial juga mencerminkan warga  yang menginginkan 

interkasi. Sebuah website cenderung menjadi media komunikasi 

pasif satu arah, namun sebuah akun Facebook adalah media 

interaksi real time.  

Yang patut dicermati adalah ketika Anda ingin fokus 

merencanakan dan mengembangkan bisnis Anda, sebaiknya 

matikanlah segala media sosial. Tatkala seseorang sedang serius 

bekerja, kehadiran media sosial justru akan mengganggu dan 

menghilangkan konsentrasi. Anda bisa menjadikan sosial media 

sebagai lapangan untuk riset produk Anda sesudah  perencanaan 

yang Anda susun matang. 

sesudah  menentukan produk atau jasa apa yang ingin Anda 

jual, Anda harus melihat dan menentukan pasar. Saat inilah 

Anda benar-benar memerlukan koneksi internet. Anda bisa 

membuka Google Trends dan melihat sejauh mana produk Anda 

akan diminati warga  dan dari daerah mana saja. Dari sana, 

Anda bisa membangun kreativitas yang bakal menjadi ciri khas 

produk atau jasa Anda. 

Jika Anda ingin membangun sebuah website, itu adalah hal 

yang tidak wajib mengingat tingkat interaksi dalam website 

tidak seintens media sosial. Namun bila  Anda ingin meram-

bah sebuah bidang usaha yang lebih serius, Anda memer-

lukannya. Sebuah website adalah gambaran umum perusahaan 

Anda. Website menampilkan wajah bisnis Anda secara formal di 

ranah digital. Sebagai awal mula, Anda bisa memakai  

perangkat lunak pembangun website. Anda bisa mengikuti 

seminar gratis tentang membangun konten website, content 

writing, copy writing dan keterampilan memakai  aplikasi 

bisnis di gawai Anda. 

Lain kata, fokus berarti menentukan suatu keunikan yang 

membuat produk atau usaha Anda berbeda dari produk lain 

yang sejenis. Berdasarkan data Google tahun 2018, warga  

Indonesia memiliki dua aktivitas utama di internet, yakni 

berselancar di media sosial dan melihat informasi produk 

online24. Karena itu, Anda memiliki peluang besar untuk me-

ngembangkan bisnis online segera sesudah  Anda menemukan 

apa keunikan produk Anda. 

 

2. Passion  

Aset kedua yang mesti dimiliki oleh pelaku usaha, atau 

orang yang berniat menjadi pebisnis, adalah passion. Dalam 

bahasa Indonesia, passion berarti kemantapan rasa yang 

membuatmu tetap bertahan dalam hal yang Anda tekuni apa 

pun risikonya. Passion mirip dengan rasa cinta setengah mati 

pada suatu hal yang memang Anda tekuni. bila  Anda 

memiliki passion dalam berkreasi dengan kopi, maka Anda akan 

terus menyukai eksperimen dengan kopi walaupun usaha Anda 

jatuh bangun, bahkan bangkrut.  

Passion, menurut B.J. Habibie, adalah hal yang paling 

penting dalam suatu usaha. Keberhasilan Anda adalah sesuatu 

yang Anda lakukan secara konsisten. Keberhasilan adalah 

gabungan dari banyak kegagalan dan uji coba, sehingga tanpa 

adanya passion yang besar, Anda tidak akan kuat menghadapi 

tekanan kegagalan.                                                           

Dalam menjalani usaha, Anda akan menghadapi banyak 

ketidakpastian. Bill Gates menyatakan bahwa ketidakpastian 

akan masa depanlah yang membuat pengusaha selalu 

termotivasi. Pengusaha sejati menyukai segala hal yang tidak 

pasti, terutama tentang masa depan. Karena itu, seorang 

pengusaha atau calon pengusaha hendaknya siap dengan risiko 

terburuk, deal terburuk. Karena itu, mental seorang pengusaha 

senantiasa diperkuat oleh passion-nya. Seorang pengusaha 

tidak memiliki penghasilan yang tetap, dan karena itu dia 

dituntut untuk senantiasa berpikir dan mencari peluang. Hal itu 

yang membuat mentalnya kuat. bila  seorang calon 

pengusaha tidak memiliki passion dalam bidang usahanya, 

maka dia tidak dapat bertahan. 

Bayangkanlah diri Anda sendiri. bila  Anda ingin 

memulai sebuah bisnis milenial karena tertarik dengan biaya  

promosi yang murah (bahkan gratis) di media sosial, maka Anda 

harus memperhitungkan passion. bila  Anda bukan seorang 

risk taker, maka setidaknya Anda harus mengasah passion Anda. 

bila  Anda tidak memiliki passion, atau kecintaan pada 

sesuatu, maka belajarlah untuk mencintai apa yang Anda tekuni. 

Anda bisa membayangkan jika Anda menjual kopi namun tidak 

menyukai kopi. Bagaimana Anda bisa membuat temuan-temuan 

cita rasa terbaru? Bagaimana Anda bisa berkisah tentang kopi 

milenial kepada rekan-rekan dan kolega Anda?  

 

3. Brand dan ciri khas 

Permasalahan utama dalam branding adalah tenaga, waktu 

dan biaya yang dibutuhkan ketika merintisnya. Branding adalah 

hal yang membuat frustrasi terutama tatkala Anda menyadari 

bahwa ada ribuan orang yang menjual pisang goreng yang 

mirip buatan Anda di internet. Tatkala Anda mengecek mesin 

telusur Google dan menyadari bahwa ada tiga juta search 

inquiry tentang pisang goreng, maka harapan Anda bisa saja 

nyaris putus.  

Branding di era digital adalah sesuatu yang lain. Ini sangat 

jauh berbeda dengan beriklan di surat kabar atau memasang 

iklan di billboard yang sangat mahal harganya. Di dunia digital, 

dalam beberapa menit saja branding Anda bisa dilihat jutaan 

orang sesuai dengan target wilayah di mana Anda ingin 

spreading. Inilah kekuatan utama branding di media sosial. 

 

 

Gambar 1.9 | Tahun 1980 Pocari Sweat mulai dipasarkan dan kini brand-nya 

terkenal ke seluruh dunia sebagai minuman rehidrasi penambah ion. Ciri khas 

minumannya yang ‗bagaikan oralit‘ menjadi kekuatan utama brand-nya. 

 

Namun untuk menemukan kekuatan dalam brand Anda, 

maka Anda perlu sebuah ciri khas. Misalnya, kopi buatan Anda 

memiliki cita rasa mint dengan proporsi sekian persen. Proporsi 

ini adalah ciri khas perusahaan Anda yang tidak boleh diketahui 

siapa pun. bila  orang-orang memesan kopi Anda, mereka 

akan langsung tahu bahwa itu adalah merek Anda dari cita 

rasanya yang berbeda. Ini yang dimaksud sebagai kekuatan 

brand,—aura yang memberi jiwa pada brand. Sebagai contoh, 

tatkala seseorang mendengar kata starbucks, maka mereka 

langsung membayangkan warung kopi kelas dunia di mana 

mereka bisa mejeng dan tampak seperti orang kaya. Namun, 

ketika orang-orang mendengar nama Bali Post, mereka 

langsung membayangkan sebidang surat kabar legendaris yang 

selalu terkait dengan isu-isu hangat di Bali. bila  orang 

mendengar Kompas, maka mereka langsung mengingat warna 

birunya yang khas. Jadi, bila  orang mendengar nama kopi 

Anda, apa yang Anda harapkan mereka bayangkan? Itulah jiwa 

brand Anda. 

4. Pasar 

Sekali Anda memiliki kekuatan branding dan ciri khas, maka 

pasar bukanlah jadi soal. Orang bisa mencari Anda di mana saja 

lewat perangkat ponsel mereka. Kadangkala, branding disertai 

dengan slogan yang populer. Go-Jek, misalnya, memiliki slogan 

connecting people yang singkat namun bermakna. Jadi, bila  

orang mencari di internet, mereka mudah mengingat nama dan 

slogan itu. Karenanya, pasar membutuhkan nama yang unik, 

tidak terlalu panjang, mudah diucapkan, memiliki ciri khas, dan 

mudah diingat karena terkoneksi dengan kebutuhan mereka. 

Fungsi utama branding dan ciri khas Anda adalah agar 

mudah ditemukan mesin pencari. Kuncinya, semakin kalimat 

promosi Anda mengandung kata-kata lumrah yang tepat guna, 

maka semakin mudah Anda dicari. Misalnya, Anda membuat 

usaha pisang goreng, lalu Anda buatkan kata kunci ‗pisang 

goreng paling enak di Bali‘, maka Anda otomatis berada di list 

pertama Google. Anda bisa mempelajari teknik pemasaran 

seperti ini langsung lewat Google Gapura Digital yang diadakan 

setiap Sabtu dan Minggu secara gratis di kota Anda.  

Aset-aset fundamental ini  adalah modal nonfisik yang 

harus Anda miliki bila  Anda memang berniat menjadi 

pengusaha sejati. Di era milenial ini, pengusaha adalah profesi 

yang bergengsi. Di dekade sebelumnya, menjadi pegawai 

negeri sipil mungkin menjadi prestise, namun di zaman digital 

ini, kemandirian dan keunikan menjadi aset individu yang 

sangat diapresiasi. bila  seseorang mampu mengembangkan 

kemandirian usaha dan keunikan bidang usahanya, maka ia 

mendapat  prestise. 

Akan tetapi, yang kerap menjadi alangan adalah tentang 

bagaimana membangun usaha Anda dan membuatnya tumbuh 

besar. Itu pastinya memakan waktu. Gramedia membutuhkan 

waktu dua dekade untuk berkembang menjadi perusahaan 

media yang besar. Kini pun ia mesti berkelompok dengan 

perusahaan media lainnya untuk mempertahankan keperka-

saannya di gempuran era informasi digital.  

Mempertimbangkan segala risiko menjadi pengusaha, Anda 

sebenarnya tidak perlu mundur. Setiap usaha pasti memiliki 

faktor risiko, semudah apa pun kelihatannya usaha itu. Jika 

Anda memang berniat berusaha sendiri, namun terkendala 

masalah risiko dan tidak ingin berlama-lama mengembalikan 

modal usaha Anda, maka Anda bisa menempuh jalan waralaba. 

Bisnis gaya baru yang cepat memberi untung 

Waralaba secara harfiah berarti Anda membeli sebuah 

bisnis yang sudah jadi. Daripada susah-susah membangun 

bisnis pisang goreng dari awal, branding, promosi, dan terlibat 

perseteruan dengan pedagang lain, Anda bisa memutuskan 

untuk membeli bisnis pisang goreng yang sudah jadi. Membeli 

sebuah bisnis artinya Anda mengontrak elemen-elemen bisnis 

perusahaan itu, mulai dari mereknya, hak ciptanya, prosedur 

memasaknya, dan resep rahasianya selama jangka waktu 

tertentu. Semua paket bisnis ini bisa Anda kontrak dan Anda 

kembangkan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh 

perusahaan. Inilah yang dinamakan waralaba, atau franchise. 

 Ace Hardware menjadi salah satu waralaba internasional yang 

sukses dengan ekspansi hingga 200 outlet di Indonesia saja. 

Kawan Anda, Udin, yang tinggal di Semarang ternyata 

memiliki usaha pisang goreng bermerek terkenal. Anda ingin 

melejitkan usaha pisang goreng Anda sehingga memutuskan 

untuk menerima waralaba dari Udin. Yang Anda lakukan adalah 

membayar sejumlah modal, dan Anda akan diberikan hak untuk 

memakai  merek usaha kawan Anda itu. Tak hanya itu, 

Anda akan diberikan pelatihan cara memasak pisang goreng ala 

Udin, dengan cita rasa dan cara penyajian yang sama. sesudah  

itu, Anda bisa menjual pisang goreng dengan brand terkenal 

milik Udin. Sebagai kompensasi atas merek itu, Anda wajib 

membayar biaya royalti hak cipta kepada Udin. 

Jadi, dalam waralaba, ada pihak pemberi waralaba 

(franchisor) dan penerima waralaba (franchisee). Baik franchisor 

atau franchisee bisa berupa individu, kelompok, badan hukum, 

atau perusahaan perseorangan. Pada intinya, dalam waralaba 

Anda menyewa hak cipta yang telah dikenal luas untuk 

mendongkrak usaha Anda.Dalam hal ini, pemberi waralaba 

(franchisor) memberikan hak kepada pihak lain untuk 

memanfaatkan dan/atau memakai  hak atas kekayaan 

intelektual, penemuan, mereka atau ciri khas pihak pemberi 

waralaba.  

Sementara itu, penerima waralaba (franchisee) diberikan 

hak untuk memanfaatkan atau memakai  elemen 

perusahaan yang diwaralabakan oleh pemberi waralaba. Dalam 

hubungan ini, ada pemakaian  hak cipta dan paten yang terkait 

pula dengan undang-undang hak kekayaan intelektual. 

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 1997, Pasal 

1 Angka 1, waralaba adalah perikatan di mana salah satu pihak 

diberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau memakai  hak 

atas kekayaan intelektual, penemuan atau ciri khas usaha yang 

dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persya-

ratan dan/atau penjualan barang dan/atau jasa.  

Karena itu, dalam waralaba selalu ada dua pihak yang be-

kerja sama dan terikat dalam suatu perjanjian. Waralaba 

memungkinkan pengembangan bisnis bagi penerima waralaba 

walaupun dia tidak memiliki pengalaman dalam berbisnis. 

Dengan hanya pelatihan singkat dari pemberi waralaba, maka 

bisnis waralaba sudah dapat berjalan dengan tuntunan serta 

panduan dari pemberi waralaba. 

Jumlah waralaba di Indonesia, menurut data Asosiasi 

Franchise Indonesia tahun 2019, mencapai lebih dari 200 merek 

dengan pertumbuhan 15-20% selama tahun 2019. Lebih dari 

separuh merek waralaba ini  adalah waralaba kuliner. 

Sebanyak 60% waralaba terpusat di perkotaan, dan sisanya 

tersebar di perdesaan25. 

Ciri khas waralaba adalah hegemoni bertingkat. Pemberi 

waralaba melakukan hegemoni pada penerima waralaba, dan 

penerima waralaba melakukan hegemoni pada konsumen. Ini 

mirip seperti multi-level marketing. Bedanya adalah, individu 

penerima waralaba (sebuah badan usaha atau perseorangan) 

tidak bisa menjadi ‗pewaralaba tingkat dua‘ sebab dia tetap 

bukan sebagai pemegang merek. Jika ini terjadi, akan ada 

ketimpangan dalam masalah hak cipta26. Dalam multi-level 

marketing, tingkatan hegemoni ini tidak hanya sampai dua saja. 

Anda bisa merekrut downline sebanyak-banyaknya dan 

downline Anda merekrut sub-downline sebanyak-banyaknya. 

Semakin banyak ‗kaki-kaki‘ Anda, maka keuntungan yang Anda 

peroleh akan semakin berlipat. 

                                                           

Perusahaan-perusahaan waralaba besar di dalam negeri di 

antaranya Alfamart dan Indomaret (yang memiliki 10,666 toko 

di seluruh negeri pada awal 2019), J.Co yang merambah 

Australia, Singapura dan Hongkong, Es Teler 77 yang menjadi 

salah satu pelopor bisnis waralaba di Indonesia di tahun 1987, 

dan California Fried Chicken (Anda mungkin kaget karena 

ternyata waralaba ini berasal dari Indonesia namun populer di 

Tiongkok). Tak ketinggalan, ada waralaba ayam bakar Wong 

Solo yang sangat populer. Kini, mulai ada waralaba Mie Kober 

yang murah meriah, dan kabarnya di tahun 2019 ini kopi Lucinta 

Luna akan berubah format menjadi waralaba juga. 

Jenis-jenis Waralaba 

Bertumbuhnya sektor industri dan keinginan warga  

untuk memperoleh keuntungan yang instan dari penanaman 

modal menciptakan banyak jenis waralaba. Berdasarkan survei 

Asosiasi Waralaba Internasional tahun 2018, peningkatan 

jumlah perusahaan yang diwaralabakan mulai awal milenium 

meningkat hampir 200 persen dibandingkan dengan era 

sebelumnya. Ini menandakan bahwa warga  dunia telah 

mengalami perubahan pola besar-besaran dalam aspek 

penanaman modal. 

Dalam bab-bab selanjutnya akan kita bahas lebih dalam 

mengenai sektor-sektor yang telah dijadikan waralaba, yang pa-

dahal dahulunya hanyalah sektor produksi atau distribusi biasa. 

Perkembangan internet telah membuat segala sesuatu bisa 

dikenal luas lebih cepat, apalagi jika produk-produk atau 

jasanya telah dikenal sebelumnya dan memiliki jumlah pelang-

gan yang besar. Saat internet berkembang dan orang-orang 

didorong untuk memutar modal lebih cepat, waralaba bahkan 

telah merambah sektor pendidikan, kesehatan, transportasi dan 

bahkan perbankan.  

Mari kita perkecil wilayah pembahasan kita pada waralaba 

yang berkembang di Indonesia. Sebenarnya, jenis waralaba 

yang ada di Indonesia rata-rata sama dengan waralaba yang 

populer di dunia. Pada intinya, struktur dari sebuah waralaba 

terkonsentrasi pada komponen biaya. Maksudnya adalah, biaya 

yang dikeluarkan untuk waralaba (franchise fee) menjadi pertim-

bangan pokok baik bagi penerima waralaba (franchisee) mau-

pun pewaralaba (franchisor), yang sama-sama terkait erat 

dengan hak pewaralaba dan kewajiban penerima waralaba27. 

Tak peduli apa pun jenis waralabanya, inti sebuah waralaba 

pasti terpusat di sekitar kedua hal itu.  

Yang membedakan satu jenis waralaba dan waralaba lain-

nya adalah produk dan jasa yang diwaralabakan, negara asal 

pewaralaba dan persentase pembagian komponen yang diwa-

ralabakan28. Menurut produk dan jasanya, waralaba dibagi 

menjadi tiga, yakni waralaba produk, waralaba jasa, dan 

waralaba campuran. Beberapa Anda mungkin kadang menyo-

dorkan katalog Oriflame dan menunjukkan produk-produk baru 

mereka yang berganti se