Selasa, 30 April 2024

ikan hiu 2






  pohon-pohon tersebut memiliki akar di dasar sungai dengan batang pohon di dalam air, tetapi daun-daunnya rimbun ke atas. Di habitat seperti inilah ikan-ikan arwana berada, berkembang biak dan bersembunyi. Ikan siluk/ arwana ( Scleropages formosus ) termasuk surface feeder dengan pakan alami berupa mikrokrustasea, insekta, ikan kecil, krustasea, dan sedikit material tumbuhan.

Jenis

1. MERAH : Arwana merah berasal dari berbagai tempat di Propinsi Kalimantan Barat, seperti dari Sungai Kapuas dan Danau Sentarum yang dikenal sebagai habitat dari Super Red (Chili dan Blood Red). Perairan ini merupakan wilayah hutan gambut yang menciptakan lingkungan primitif bagi ikan purba tersebut. Akan tetapi kondisi mineral, lingkungan air gambut

(black water), dan banyaknya cadangan pangan yang memadai telah mengkondisikan pengaruh yang baik terhadap evolusi warna pada ikan yang bersangkutan. Pengaruh geografis itu juga memicu  terciptanya variasi yang berbeda terhadap morfologi ikan ini, seperti badan yang lebih lebar, kepala berbentuk sendok, warnah merah yang lebih intensif, dan warna dasar yang lebih pekat. Warna merah penuh tampak pada sirip ikan muda, pada bibir dan juga sungut. Menjelang dewasa, warna merah akan muncul di berbagai bagian tubuh lainnya, terutama pada tutup insang dan pinggiran sisik, sehingga tubuh ikan terlihat berwarna merah. Arwana merah dikelompokkan dalam 4 varietas, yaitu Merah Darah (Blood Red), Merah Cabai(Chili Red) , Merah Orange (Orange Red), dan Merah Emas (Golden Red). Keempat varietas ini secara umum diberi julukan Super Red atau Merah Grade Pertama (First Grade Red), meskipun dalam perkembangannya super red lebih merujuk pada Merah Cabai dan Merah Darah. Sedangkan dua varietas terakhir lebih sering di anggap sebagai super red dengan grade lebih rendah.

2. Golden (Cross Back, Cross Back Golden,CBG) Golden varietas cross back merupakan bagian dari varietas arwana golden. Varietas ini dijumpai di berbagai tempat di Malaysia, seperti Perak, Trengganu, Danau Bukit Merah dan Johor. Oleh karena itu, mereka sering diberikan julukan sesuai dengan tempat asalnya, seperti Golden Pahang, Bukit Merah Blue atau Malaysian Gold. Disebut sebagai cross back, karena varietas ini saat dewasa memiliki warna emas penuh hingga melewati punggungnya. Varietas ini harganya relatif lebih mahal bahkan paling tinggi dibandingkan lainnya karena termasuk jarang ditemui. CBG dibagi menjadi beberapa kelas berdasar  warna dasar sisik, yaitu Purple-Based (warna dasar ungu), Blue-Based (warna dasar biru), Gold Based (warna dasar emas), dan Silver-Based (warna dasar perak). Arwana Gold dengan warna dasar emas diketahui dapat mencapai warna penuh pada usia lebih muda dibandingkan dengan varietas lain.

3. Golden (Ekor Merah, Red Tail Golden, RTG). Merupakan verietas dari arwana golden dan sering disebut sebagai Arwana Golden Indonesia (Indonesian Golden Arwana). Varietas ini dijumpai di daerah Pekan Baru, Sumatra. Berbeda dengan Cross Back Golden (CBG), warna emas pada verietas ini tidak akan berkembang hingga melewati punggung namun hanya akan mencapai baris ke empat sisik (baris sisik dihitung dari bawah, perut), atau lebih baik bisa mencapai baris ke lima. Seperti halnya verietas cross back, warna dasar sisik RTG bisa biru, hijau, atau emas. Begitu pula dengan warna bibir, ekor, dan sirip, kedua varietas ini memiliki keragaan yang sangat mirip. RTG muda memiliki warna lebih kusam dibandingkan dengan varietas cross back muda. RTG boleh dikatakan lebih tahan banting dibandingkan dengan CBG dapat tumbuh lebih besar, dan juga lebih agresif. Jumlahnya di alam relatif lebih banyak dibandingkan dengan CBG, meskipun demikian tetap merupakan varietas yang dilindungi CITES. CBG sekilas mirip dengan ikan arowana golden red yang berasal dari negara kita. Perbedaan yang sangat mencolok dapat dilihat jika ukuran ikan sudah agak besar dengan ukuran 20 cm lebih. Pada CBG warna emas menutupi seluruh tubuh sampai ke bagian punggung ikan ditutupi oleh ring yang berwarna keemasan. Sedangkan pada golden red (RTG) punggung nya tidak. berwarna keemasan tapi tetap hitam (kelabu). Membedakan CBG dan RTG pada ukuran kecil (10-12 cm) sulit dilakukan dan perlu kehati-hatian. Perbedaan harga juga sangat mencolok. Harga CBG ukuran 12 cm dihargai lebih dari 10 juta, ukuran 20-25 cm berkisar 15-25 juta. Golden red berukuran 12 cm dihargai 2 juta, sedangkan ukuran 20-25 cm dihargai 2.5-3.5 juta.

4. Arwana Hijau Arwana hijau ditemukan di Thailand, Malaysia, Myanmar, Komboja, dan juga di beberapa tempat di Indonesia. Variasi penampakandan warna bisa saja ditemukan di masing-masing daerah. Meskipun demikian secara umum dapat dikatakan bahwa pada umumnya berwarna kelabu kehijauan dangan pola garis-garis berwarna gelap pada ekor. Kepala dan mulutnya lebih besar dan lebih membulat dibandingkan dengan jenis arwana asia lainnya.

5. Banjar Merah Banjar Merah boleh dikatakan merupakan varietas arwana merah kelas 2 dan diketahui bukan merupakan strain murni arwana merah. Penampakannya ditunjukkan oleh warna sirip yang orange pucat, ekor berwarna orange atau kuning, dan tidak memiliki warna merah di badan maupun di pipi. Sepintas Banjar Merah muda sangat mirip dengan Arwana Merah muda, sehingga tidak jarang hal ini dapat mengecoh para hobiis baru. Banjar dicirikan juga oleh bentuk kepala yang cenderung membulat dengan mulut yang tidak terlalu lancip.

6. RED SPOTTED PEARL VS JARDINI Arowana irian (jardini) ada 2 macam. Yang umum ditemui berwarna dasar hijau dan bermutiara merah. Jenis jardini lain berwarna dasar hitam dan bermutiara emas serta lebih sulit ditemui. Di Australia ditemukan pula jardini tipe 1 (warna dasar hijau, mutiara merah) yang disebut red spotted pearl (Scleropages leichardty). Cross back dan golden red; red spotted pearl dan jardini yaitu  kerabat, dengan perbedaan lingkungan yang mempengaruhi performa. Perbedaan yang sangat mencolok yaitu  pada red spotted pearl, mutiara merah bertaburan secara mencolok pada tubuhnya. Sedangkan pada arowana jardini di mutiara di badannya tidak semencolok arowana red spotted pearl dari australia. Harga jardini (mutiara merah,warna dasar hijau) 12-15 cm dijual dengan kisaran harga 60-80 ribu rupiah, sedangkan arowana red spotted pearl karena langka di Indonesia dihargai 1.3-1.5 juta rupiah. Arwana tahan terhadap serangan berbagai penyakit. Tetapi sensitif terhadap perubahan kualitas air, terutama terhadap peningkatan kadar amonia, nitrit dan nitrat.

Ciri fisik

Ciri-ciri fisik ikan arwana

Secara morfologis (ciri-ciri fisik), badan dan kepala arwana agak padat.[4] Tubuhnya pipih dan punggungnya datar, hampir lurus dari mulut hingga sirip punggung.[4] Garis lateral atau gurat sisi yang terletak di samping kiri dan kanan tubuh arwana panjangnya antara 20–24 cm. [4] Bentuk mulutnya mengarah keatas dan mempunyai sepasang sungut pada bibir bawah.[4] Ukuran mulutnya lebar dan rahangnya cukup kukuh.[4] Giginya berjumlah 15-17.[4] Bagian insangnya dilengkapi dengan penutup insang. [4] Letak sirip punggungnya berdekatan dengan pangkal sirip ekor ( caudal ).[4] Sirip anusnya lebih panjang dibandingkan  sirip punggung ( dorsal), hampir mencapai sirip perut ( ventral ). [4] Panjang arwana dewasa sangat variatif, antara 30–80 cm. [4] Bentuk badannya gepeng dan bersisik besar meliuk-liuk indah saat berenang di

akuarium.[3] Ditambah tumbuhnya dua sungut di ujung bibir bawah membuat ikan ini mirip liong atau naga.[3] Karena itu, tidak mengherankan jika sebagian masyarakat menyebutnya dengan kimliong atau ikan naga emas. [3] Layaknya naga, arwana juga dianggap sebagai simbol keberhasilan, keperkasaan, dan kejayaan. [3]

POLA TINGKAH LAKU IKAN SILUK

1. Nursery ground, yaitu mengasuh anaknya dalam mulut di mana induk anakan ikan siluk akan ditangkap

2. Daerah pemijahan (spawning ground) pada ikan siluk ditentukan berdasar  tangkapan induk yang telah matang gonad

3. Daerah pembesaran, di mana anak-anak ikan setelah keluar dari mulut induk dan mencari makanan sendiri, biasanya pada daerah rerumputan dan semak belukar

4. Daerah perlindungan, biasanya ikan berlindung pada daerah-daerah di mana terdapat carang-carang kayu, perakaran pohon yang tenggelam.

Referensi  Arwana

Arwana silver , Osteoglossum bicirrhosum

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Actinopterygii

Ordo: Osteoglossiformes

Famili: Osteoglossidae

Bonaparte , 1832

Genera

Osteoglossum

†Phareodus

ScleropagesArwana yaitu  salah satu ikan hias populer di kalangan masyarakat Indonesia. Namun, sudah kenalkah Anda dengan arwana super red?

Ada beberapa jenis ikan arwana yang dapat dibedakan dari warnanya. Arwana silver merupakan jenis yang berasal dari Brasil.

Arwana hijau dari Kalimantan Barat, dan arwana emas berhabitat di Sumatera dan Malaysia. Selain itu, ada juga arwana merah atau arwana super red dari Kapuas Hulu , Indonesia.

Sayangnya, ikan arwana merah alias ikan silok merah, sebutan warga lokal, tercatat dalam daftar spesies terancam punah dari data International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Baca juga: Rangkong Gading dan Arwana Super Red Terancam Punah di Kalimantan Barat

Habitat alami arwana super red yaitu  danau-danau yang ada di Kapuas Hulu. Misalnya Danau Lindung di Desa Empangau dan Danau Merebung di Desa Melembah, Kecamatan Batang Lupar.

Ciri fisik ikan arwana super red

Menurut Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Agus, pelestarian ikan arwana daerah Danau Lindung Empangau, arwana super red dapat dikenali dari sisiknya yang tebal dan berwarna merah.

Ikan ini juga memiliki kepala agak bulat dan besar, bila dibandingkan arwana brasil yang lonjong dan kecil.

Selain penampakannya yang mencolok, keunikan arwana super red yaitu  gerakannya yang anggun dan jalannya yang berkelok-kelok, sehingga sangat indah untuk dilihat. Banyak orang percaya, dengan menikmati ikan arwana super red berenang dapat mengurangi stres.

Pembiakan dan reproduksi

Namun, pembiakan arwana super red ini tidak dapat dipastikan. Bisa setahun pembiakan, bisa juga butuh waktu sampai dua tahun.

"Ditunggu-tunggu enggak jadi, tapi kadang-kadang ada yang baru 6 bulan sudah beranak," kata Agus.

Cara reproduksi hewan arwana super red sama dengan yang lainnya. Pejantan dan betina akan mengeluarkan sel telur dan spermanya, hingga mengalami pembuahan dan bertelur. Kemudian telur-telur itu dimasukkan ke mulut ikan arwana super red jantan untuk dieram.

Setelah 55-60 hari barulah anak arwana akan keluar dari mulut pejantan, dan pejantan selama itu juga tidak akan makan.

Sementara betina, akan melakukan penjagaan terhadap teritori wilayah mereka, sehingga tidak ada gangguan dari predator lain hingga bayi arwana dilahirkan.

Setelah menetas menjadi anak arwana yang masih menempel embrionya, biasanya dipanen oleh petani arwana dengan keahlian khusus.

"Orang awan tidak bisa melakukan panen," ujar Agus.

Kepunahan dan upaya yang dilakukan

Kepunahan ikan arwana super red di alam secara alami memang dianggap megkhawatirkan bahkan terancam punah menurut IUCN, karena tingkat peminat pasar dan daya jual ikan arwana sudah tinggi (jutaan rupiah).

Sebelum akhisnya ada Surat Keputusan Bupati kapuas Hulu Nomor 6 Tahun 2001, bahwa Danau Lindung Empangau yang berada di Desa Nanga Empangau, Kecamatan Bunut Hilir, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimanta Barat yang ditetapkan sebagai danau lindung.

Termasuk juga didalamnya upaya perlindungan arwana dan kelestarian produksi ikan lainnya di dalam danau lindung tersebut.

Oleh karena itu untuk meminimalisirkan kemungkinan terburuk atau kepunahan terhadap ikan tersebut, populasi arwana super red di Kapuas Hulu saat ini banyak dilakukan pembudidayaan oleh masyarakat, dalam bentuk kolam ikan maupun dalam akuarium (penakaran).

Baca juga: Gara-gara Perubahan Iklim, Penyu Jantan Bisa Punah dari Muka Bumi

Konservasi yang dilakukan bertujuan untuk melindungi kelestarian induk arwana (F1) sebagai sumber daya genetis arwan super red tetap ada.

Bahkan terdapat komunitas dan asosisasi pedagang dan penangkar silok di Kalimantan Barat, yang selain menjadi alternatif mata pencaharian di daerah tersebut, banyaknya penangkaran ikan arwana super red ini berpotensi menjadi daerah ekowisata.

Dijelaskan oleh Direktur Program Tropical Forest Conservation Act (TFCA) Kalimantan, Puspa Dewi Liman, arwana super red yaitu  hewan yang hampir punah dan dilindungi. Alhasil, penangkaran menjadi jalan untuk mengembangbiakan hewan tersebut.

"Apalagi ikan (super) red yang ada di alam mengkhawatirkan populasinya, apalagi itu sumber genetis alami (F1) dari jenis ikan ini, beda ikan hasil penakaran dan alam, yang bisa dijadikan induk utama itu yang ada di alam," kata Puspa.

"Pengelola penangkaran juga berkewajiban untuk melepasliarkan ikan tersebut jika sudah memenuhi kesiapan untuk bertahan hidup di alam," imbuhnya.

Serta, untuk meminimalisir terjadinya efek perkawinan satu induk, pihak penakaran arwana super red di Kapuas Hulu, melakukan dan mewajibkan sumbangsih satu ekor ikan untuk ditukarkan dengan penakaran lainnya.

Sementara hewan yang sudah di alam, kata Puspa harus dijaga secara betul, karena merupakan simbol dan menjaga kearifan lokal masyarakat setempat juga.

Dalam hukum adat daerah setempat mengatur pemanenan ikan arwana (di alam) berdasar  hasil kesepakatan musyawarah seluruh desa Empangan.

Arwana yang berada di danau hanya boleh diambil anakannya saja. Itupun anakan dengan ukuran kurang dari 5 sentimeter, jika lebih dari itu harus dikembalikan ke danau.

Peralatan yang digunakan dalam mengambil anakan arwana yaitu  senter, jaring ataupun parang payung. Selain alat itu tidak diperbolehkan.

Baca juga: Murai Batu, Burung Penyanyi Paling Populer di Asia Terancam Punah

Nelayan dan orang desa yang mengambil anakan ikan arwana yang lebih dari ukuran dalam hukum adat, akan dikenakan denda 300 ribu rupiah, dengan perhitungan 250 ribu rupiah akan di masukkan dalam kas pokwasmas dan sisanya akan digunakan untuk keperluan sosial dan ibadah.

Durasi pembayaran denda yaitu  3 bulan. Selain itu ada aturan sosial warga setempat untuk tidak mengambil ikan arwana dalam waktu tiga hari berkabung setelah ada warga yang meninggal dunia.

Panen arwana dalam setahun biasa dilakukan satu kali atau dua kali oleh warga setempat.

"Harapan ke depannya sumber daya genetis tetap terjaga dan masih ada," tutur Agus.











3. Sturgeon

Sturgeon yaitu  ikan purba yang diperkirakan sudah ada sejak 200 juta tahun yang lalu. Tapi kini, statusnya sudah terancam punah, karena ikan Sturgeon merupakan sumber utama makanan kelas atas yaitu Kaviar.

Menurut wikipedia, Kaviar yaitu  salah satu makanan kelas atas yang terbuat dari telur ikan Sturgeon. Makanan ini dijual dengan harga yang cukup mahal, dan biasanya dijadikan sebagai makanan pelengkap dari makanan mahal lain.

Walaupun ukuran bisa mencapai 6 meteran, tapi ikan ini termasuk ikan yang tidak berbahaya bagi manusia. Tapi jika terlalu diprovokasi, ikan ini bisa menyerang manusia dengan tubuh yang cukup besar.






4. Hagfish

Hagfish merupakan salah satu hewan laut yang kulitnya berlendir dan lengket. Bagi beberapa orang, bentuk dan lendir yang dimiliki ikan ini nampak sangat menjijikan. berdasar  fosil yang ditemukan diketahui bahwa hewan ini sudah ada sejak 300 juta tahun lalu. Artinya hewan ini sudah ada jauh sebelum zaman Dinosaurus.

Walaupun pada namanya terdapat kata 'fish ' namun hewan tidak digolongkan sebagai ikan. Sekilas, Hagfish nampak mirip seperti belut, namun hewan ini bukanlah belut.

Di habitatnya, hagfish memakan bangkai-bangkai hewan yang telah tenggelam di dasar lautan. Cara hewan ini memakan bangkai hewan tergolong unik, yakni dengan cara menyusup mau ke dalam bangkai, kemudian menempelkan dirinya ke bangkai tersebut. Hal ini dilakukan untuk menyerap nutrisi-nutrisi yang ada pada bangkai tersebut.Siapa yang sudah pernah mengikuti lomba memindahkan belut saat ada perayaan kemerdekaan Republik Indonesia?

Lomba memindahkan belut dari satu tempat ke tempat lainnya termasuk salah satu lomba yang sulit dilakukan, nih, teman-teman.

Sebabnya yaitu  karena kulit belut dilapisi oleh lendir yang licin , sehingga belut yang sudah kita pegang akan selalu terlepas.

Kalau teman-teman menganggap belut yaitu  hewan paling licin , ternyata ada hewan lain yang lebih licin , bernama hagfish .

Baca Juga: Sering Melihat Anjing Menjulurkan Lidahnya? Ternyata Ini Tujuannya

Ikan Purba yang Membingungkan

Setiap jenis hewan akan diklasifikasikan atau dikelompokkan berdasar  jenis maupun spesiesnya, teman-teman.

Contohnya harimau yang termasuk mamalia, lalat yang termasuk serangga, atau hiu yang termasuk dalam klasifikasi ikan.

Namun peneliti awalnya dibuat bingung dalam melakukan klasifikasi pada ikan hagfish ini, lo.

Hal ini disebabkan karena hagfish yaitu  hewan yang memiliki tengkorak tapi tidak memiliki tulang belakang.

Baca Juga: Terlihat Lucu, Kenapa Anjing Suka Mengejar Ekornya Sendiri, ya?

Peneliti kebingungan menentukan apakah hagfish merupakan ikan yang sudah mengalami evolusi dan kehilangan tulang belakangnya atau merupakan hewan yang mendahului evolusi hewan vertebrata.

Selain itu, hewan yang sudah hidup sejak 300 tahun lalu ini juga tidak memiliki tulang rahang, teman-teman.

Akhirnya peneliti memasukkan hagfish sebagai ikan dalam kelompok cyclostomes, yaitu kelas vertebrata tertua yang tidak memiliki rahang.

Baca Juga: Pernah Lihat Kucing Makan Rumput? Ternyata Ini Sebabnya

Hagfish Merupakan Ikan yang Paling Licin

Biasanya, hagfish memiliki tubuh yang panjangnya mencapai sekitar 50 sentimeter.

Namun ada spesies terbesar yang diketahui memiliki panjang tubuh hingga 127 sentimeter, lo.

Tubuh hagfish terlihat sangat mirip dengan belut dan memiliki ekor lebar seperti dayung.

Selain memiliki bentuk tubuh yang mirip dengan belut, hagfish memiliki kemiripan lain dengan belut, lo, yaitu tubuhnya bisa mengeluarkan lendir yang licin.

Baca Juga: Bagaimana Cara Burung Merpati Menemukan Jalan Pulang? #AkuBacaAkuTahu

Bedanya, lendir yang dikeluarkan oleh hagfsih sangat banyak, nih, teman-teman.

Pada tubuh hagfish terdapat sekitar 100 kelenjar yang bisa mengeluarkan lendir saat  mereka merasa terancam.

Hagfish bisa mengeluarkan lendir yang jumlahnya sangat banyak, bahkan hingga mencapai sekitar 20 liter saat  mereka terancam.

Nah, lendir ini akan menjadi sangat licin dan lengket saat  bercampur dengan air, teman-teman.

Hal ini bisa menyulitkan predator mereka, karena air yang sudah bercampur lendir tadi akan masuk ke dalam insang dan mengganggu sistem pernapasan musuh.

saat  musuh terjebak dalam lendir yang dikeluarkan oleh hagfish, maka ikan ini akan pergi melarikan diri.

Agar terhindar dari lendirnya sendiri yang memasuki sistem pernapasannya, hagfish akan mengikat tubuhnya sendiri menjadi bentuk simpul untuk menjaga lendir tadi tidak memasuki wajah dan hidungnya.

Baca Juga: 3 Jenis Ular Terbesar di Dunia, Salah Satunya Ada di Indonesia, lo!

Meskipun Tidak Punya Rahang, Hagfish Tetap Bisa Makan

Hagfish memang tidak memiliki tulang rahang dan tengkoraknya juga hanya terbuat dari tulang rawan.

Namun hagfish memiliki dua baris struktur mirip dengan gigi dan terbuat dari keratin, yang digunakan untuk makan.

Biasanya, hagfish memakan bangkai hewan laut, teman-teman. Nah, saat  mengonsumsi makanannya, hagfish akan mengikat ekornya menjadi simpul untuk menghasilkan ikatan yang semakin kencang dan meningkatkan kekuatan gigitan mereka.

Baca Juga: Lucu dan Menggemaskan, Hewan-Hewan ini Bisa Pura-Pura Mati

Dari satu-satunya fosil hagfish yang diketahui, ikan ini diperkirakan mengalami evolusi yang terhenti, lo.

Hal ini disebabkan karena fosil hagfish 300 tahu lalu sangat mirip dengan hagfish modern saat ini.

berdasar  catatan ilmuwan, hagfish telah eksis di bumi sejak 300 juta tahun yang lalu. Ikan ini ditemukan di perairan yang relatif dalam, dan kadang disebut belut lendir, meski sebenarnya bukan belut. Bahkan, sesungguhnya, ikan ini sama sekali tidak mirip ikan.

Hagfish yaitu  hewan yang sangat aneh dalam segala hal. Mereka memiliki tengkorak, tetapi tidak memiliki tulang belakang, dan mereka memiliki dua otak. Hewan ini juga hampir buta, dan biasa makan di malam hari dengan menyantap bangkai hewan besar (ikan, paus, dan semacamnya) yang jatuh ke dasar laut.

Dalam bertahan hidup, hagfish memakai  lendir mereka yang dapat menghasilkan zat khusus untuk merusak insang ikan predator, sehingga mereka hampir tidak memiliki musuh alami.Menurut catatan sejarah fosil, Hagfish telah ada lebih dari 300 juta tahun. Ini berarti mereka telah ada bahkan lebih dahulu dibandingkan  Dinosaurus. Ikan ini ditemukan pada kedalaman air yang berbeda. Ikan yang sering disebut belut lendir ini sebenarnya menurut ilmuwan bukan belut dan juga bukan ikan. Mereka yaitu  hewan yang sangat aneh dalam semua hal. Mereka memiliki tulang tengkorak tapi tulang belakangnya sangat kecil, dan memiliki dua otak. Meskipun hampir buta, mereka mampu makan di malam hari dari bangkai hewan besar di dasar laut. Mereka disebut “lendir belut” karena mampu menghasilkan lendir yang mampu merusak insang ikan predator. Jadi, mereka hampir tidak memiliki musuh alami.Trubus.id -- Para ilmuwan baru-baru ini menemukan fosil hagfish langka dan penting, mencakup jejak lendir diawetkan dari 100 juta tahun lalu. Hingga saat ini, ikan bernama latin Myxini alias remang atau ikan pasuk tanpa mata dan tanpa rahang, masih ada. Jenis ikan pemakan bangkai seperti belut, menjilati daging hewan mati memakai  struktur seperti lidah yang runcing. Namun, fitur yang paling terkenal yaitu  lendir lengket untuk perlindungan.

Dan sekarang, para ilmuwan tahu bahwa lendir hagfish cukup kuat untuk meninggalkan jejak dalam catatan fosil. Peneliti menemukan bukti luar biasa dalam kerangka fosil hagfish yang digali di Lebanon. Penemuan ini juga mendorong para peneliti untuk mendefinisikan kembali hubungan hagfish dengan ikan purba lainnya dan semua hewan bertulang punggung.

Hingga saat ini, hagfish masih tetap ada. Foto: Wordpress.

Hagfish fosil tegas yang langka, dengan banyak jaringan lunak diawetkan, dilaporkan peneliti dalam jurnal Proceedings of National Academy of Sciences (PNAS) pada Senin (21/1) lalu secara online.

Fosil ini berasal dari periode Cretaceous akhir, sekitar 145,5 juta hingga 65 juta tahun lalu dengan panjang 31 sentimeter. Para peneliti menjulukinya Tethymyxine tapirostrum. Tethymyxine berasal dari Tethys, merujuk Laut Tethys dan kata Yunani Latin myxnios yang berarti ikan berlendir. Tapirostrom diterjemahkan sebagai moncong tapir, mengacu pada hidung ikan yang memanjang, kata penulis.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~End Page~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

'Sosis renang'

Hagfish telah ada selama 500 juta tahun. Namun, tidak ada jejak mereka sebagai fosil karena tubuhnya yang panjang dan berliku tidak memiliki kerangka keras, kata penulis studi utama, Tetsuto Miyashita, seorang rekan postdoctoral dengan Departemen Biologi Organisme dan Anatomi di Universitas Chicago.

"Pada dasarnya, ini seperti sosis renang. Hewan ini terdiri dari sekantong kulit dengan banyak otot di dalamnya, tidak memiliki tulang atau gigi keras. Jadi, sangat sulit bagi mereka untuk dilestarikan ke dalam catatan fosil," kata Tetsuko kepada Live Science.

Baca Lainnya :

Berusia 150 Juta Tahun, Fosil Ikan Misterius Ditemukan di Jerman

saat  terancam, hagfish menghasilkan sejenis lendir yang didistribusikan di sepanjang tubuhnya. Dalam persepuluh detik, gumpalan lendir hagfish menjadi 10.000 kali ukuran aslinya, menurut para peneliti di jurnal lain, Royal Society Interface.

Lendir hagfish yaitu  benda lengket yang menghalangi pemangsa dengan menyumbat insang mereka. Tidak hanya di laut, pertahanan berlendir ini efektif di darat, seperti yang dipelajari sejumlah pengendara pada tahun 2017. Lendir hagfish yang lengket menutupi sebagian jalan raya di Oregon, setelah sebuah truk terbalik dan 3.400 kilogram muatan hagfish tercecer di jalanan.

Baca Lainnya :

Langka, Ikan Purba Jenis Raja Laut Ditemukan di Papua

Dan sekarang, para ilmuwan tahu bahwa pertahanan berlendir ini membeku 100 juta tahun lalu, yang mungkin digunakan untuk mencegah karnivora laut Cretaceous seperti ichthyosaurus, plesiosaurus dan hiu kuno, kata Tetsuto. 










5. Frilled Shark ( Chlamydoselachus anguineus )

Hiu berjumbai atau Frilled Shark sering disebut juga sebagai 'Fosil Hidup'. Hal ini disebabkan ikan menyeramkan ini sudah ada di dunia sejak periode Cretaceous atau sekitar 100 juta tahun yang lalu.

Frilled Shark yang digolongkan sebagai ikan hiu ini memang sangat jarang dilihat atau dijumpai, karena habitatnya berada di kedalaman 1.570 meter. Walaupun demikian, di teluk Suruga Jepang hiu yang termasuk dalam keluarga Chlamydoselachidae ini bisa ditemukan pada kedalaman 20 sampai 200 meter.

Panjang tubuh Hiu berjumbai mencapai 2 meter dan tubuhnya seperti belut dengan sirip punggung. Hiu yang berwarna coklat ini biasanya memangsa cumi-cumi, ikan, dan hiu lain yang berukuran lebih kecil seperti hiu kucing Jepang ( Apristurus japonicus).LISBOA - Para ilmuwan di Portugal menangkap seekor hiu langka yang pernah hidup saat  zaman dinosaurus . Hiu tersebut dijuluki sebagai 'fosil hidup ' dan diyakini hidup 80 juta tahun silam.

Hiu jantan yang memiliki panjang 1,5 meter dengan tubuh ramping seperti ular itu terjerat kapal pukat ikan di kedalaman 2.300 kaki atau sekira 700 meter di lepas pantai Algarve , kota Portimao .

saat  menyadari bahwa terdapat makhluk asing yang tertangkap , para nelayan komersial menyerahkannya pada tim peneliti dari Institut Laut dan Atmosfer Portugal , yang sedang menjalankan proyek untuk meminimalisasi penangkapan ikan yang tidak diinginkan dalam tangkapan ikan komersial .

Profesor Margardida Castro dari Universitas Algarve menjabarkan bahwa hewan purba itu disebut hiu parut ( the frilled shark ) karena memilki 300 gigi tajam yang mampu memerangkap ikan , cumi -cumi , dan hiu lainnya dalam sekali terjangan mendadak .

Hiu yang secara resmi memiliki nama ilmiah Chlamydoselachus Anguineus tersebut memiliki mulut yang merentang ke belakang kepalanya sehingga tampak lebih besar dari hiu lain . Ia juga memiliki enam insang yang berjumbai dalam lehernya . Meskipun tampak mengerikan , hiu ini tidaklah berbahaya bagi manusia , dan 60% dari mangsanya hanyalah moluska laut.

Tak banyak diketahui mengenai lingkungan dan biologi hiu tersebut, sebab ia hidup di laut yang sangat dalam sehingga sulit pula untuk ditangkap . Oleh karena itu, para ilmuwan tidak bisa meneliti lebih lanjut di laboratorium dan hanya terdapat sedikit informasi tentang hiu purba tersebut di habitat aslinya .

Hiu parut bisa ditemukan di hamparan luas Samudera Atlantik , di dekat area Kepulauan Canaria, Madeira, Azores , Galicia , Skotlandia , dan Norwegia. Hiu parut juga bisa ditemukan jauh di kedalaman Samudera Hindia dan Pasifik , lebih tepatnya di pesisir Jepang , New Zealand , dan Australia.

Samuel Garman, seorang peneliti pertama hiu purba ini , mengatakan bahwa gerakan tubuhnya yang seperti ular itulah yang mungkin menginspirasi kisah naga laut oleh para pelaut dari zaman dahulu . Demikian dinukil dari Techtimes, Senin

Belum lama ini, orang Portugal menemukan spesies hiu langka dan tertua yang eksis sejak 80 juta tahun lalu, setua masa dinosaurus.

Ngerinya, hiu ini mempunyai ratusan gigi tajam.

Peneliti yang sedang mengerjakan proyek di lepas pantai Algarve, Portugal, sangat terkejut saat  mereka menemukan ikan besar dengan wajah tidak biasa itu.

Tubuhnya memanjang seperti ular, dan susunan giginya aneh. Tidak seperti gigi ikan pada umumnya, susunan giginya melingkar dengan jumlah 300 gigi.

Ternyata, ikan tersebut yaitu  ikan hiu parut ( frilled shark ). Nama ini dipilih karena bentuk mulut dan giginya.

Baca Juga: Hiu Putih "Selfie" dengan Kamera Penelitian, Ini Penjelasannya

Sudah hidup sejak masa dinosaurus, hiu tersebut sebagai salah satu spesies tertua yang masih ada sampai sekarang.

Menurut laporan dalam Daily Mail Online yang dilansir Minggu (12/11/2017), para ilmuwan dari Institute for the Sea and Atmosphere, Portugal, menangkap ikan hiu langka ini saat mereka sedang melakukan kegiatan untuk meminimalkan tangkapan yang tidak diinginkan dalam penangkapan ikan komersial.

Mereka mengatakan hiu ini berjenis kelamin jantan dengan panjang mencapai 1,5 meter dan ditangkap pada kedalaman 700 meter dari resor Portimao di Portugal.

Dengan tubuh yang menyerupai ular, hal seperti ini jarang terjadi dan jarang diketahui oleh dunia biologi. Salah satu penyebabnya, karena habitatnya yang tinggal di laut dalam dan jarang diberdayakan manusia.

"300 giginya sangat memungkinkan untuk menjebak cumi-cumi, ikan, atau hiu lainnya saat tiba-tiba datang menyerang," jelas Profesor Margarida Castro, ilmuwan dari Universitas Algarve.

Baca Juga: Kisah Perang Dua Dunia antara Hiu dan Aligator Terbukti Kebenarannya

Hiu punya beberapa kekhasan, seperti tambahan insang, mulut besar, mata di sisi kepala dan sirip belakang tanpa tulang.

Perlu diketahui, ini bukan kali pertama hiu parut ditemukan. Desember lalu, seorang nelayan yang bernama Roman Fedortsov juga mengunggah foto hiu yang ditangkap di Rusia ke akun Twitter-nya




6. Lancetfish

Ikan purba yang masih hidup sampai sekarang selanjutnya yaitu Lancetfish. Karakteristik ikan ini cukup mengerikan, dimana diketahui ikan ini memiliki 6 gigi tajam di bagian rahangnya mirip seperti Barracuda, tubuhnya pipih mirip

pipih mirip belut, dan siripnya mirip ikan layar.

Walaupun terdengar cukup ganas, tetapi makanan ikan yang sudah ada sejak 250 juta tahun yang lalu ini cuma ikan-ikan yang lebih kecil darinya. Tapi, terkadang, ikan ini bisa menjadi kanibal yaitu memangsa ikan Lancetfish lainnya.




7. Polypterus Senegalus

Polypterus Senegalus merupakan ikan purba asal benua Afrika yang sering disebut juga sebagai "Belut Dinosaurus". Hal ini disebabkan karakteristik ikan ini mirip seperti Dinosaurus dengan sirip-sirip dibagian punggungnya.

Ikan yang sering dijadikan hewan peliharaan oleh para pecinta ikan hias ini, diperkirakan sudah ada sejak 100 juta tahun yang lalu. Keunikan lain dari ikan ini yaitu bisa bertahan hidup di daratan selama kulitnya masih basah.

8. Sawfish

Sawfish merupakan salah satu jenis ikan Hiu yang sudah mendiami bumi sejak 100 tahun yang lalu. Karakteristik ikan ini lumayan aneh. Hal ini disebabkan dibagian kepala ikan sawfish sangat mirip gergaji. Karena hal inilah maka ikan ini dinamakan Sawfish atau ikan Gergaji.

Walaupun dikelompokkan sebagai hiu, tetapi beberapa orang mengatakan ikan sawfish lebih cocok dikategorikan sebagai ikan pari.

Saat ini, ikan hiu purba ini menjadi salah satu ikan yang terancam punah. Penyebab kepunahan ini terjadi karena sering diburu oleh manusia untuk diambil siripnya.

9. Alligator Gar

Sama seperti ikan prasejarah lainnya, Alligator Gar juga sudah ada di bumi sejak periode Cretaceous atau sekitar 100 juta tahun yang lalu. Alligator Gar tergolong predator air tawar terbesar di dunia dengan kulit yang sangat tebal.

Ikan ini dapat dijumpai di Amerika Selatan dan Meksiko. Walaupun habitatnya yaitu  air tawar, namun ikan ini terkadang dapat ditemukan di lautan. Selain itu, ikan unik ini juga dapat bertahan hidup di luar air selama kurang lebih 2 jam.

10. Coelacanth

Ikan purba terkenal yang juga disebut sebagai fosil hidup yaitu  Coelacanth. Coelacanth diperkirakan telah ada jauh sebelum Dinosaurus menguasai bumi yakni sekitar 350 juta tahun lalu.

Ikan prasejarah ini dianggap sudah punah, namun berhasil ditemukan kembali pada tahun 1938 di Afrika Selatan. Sejak saat itu, ikan dengan ukuran mencapai 2 meter ini tidak terlihat. Ikan ini baru muncul lagi di Indonesia.

Dari segi bentuk ikan ini dianggap kurang menarik, dan dari segi rasa, ikan Coelacanth kurang enak untuk dimakan. Walaupun demikian, status ikan purba Coelacanth terancam punah.ILMU DAN TEKNOLOGI

Rahasia Fosil Hidup Coelacanth Terbongkar Evolusi ikan purba ini lebih lambat dibanding satwa lain. Nenek moyang satwa berkaki?

EDISI, 22 APRIL 2013

CAMBRIDGE -- Misteri besar tentang asal-muasal hewan bertungkai perlahan mulai terkuak. Sebuah penelitian internasional di Broad Institute, pusat penelitian biomedis dan genetika di Cambridge, Amerika Serikat, berhasil menerjemahkan urutan genom coelacanth, si "fosil hidup". Ikan purba yang hidup di perairan Sulawesi Utara ini diyakini sebagai nenek moyang amfibi, reptil, unggas, hingga mamalia.

Coelacanth sempat dikira punah pada akhir masa Cretaceous 65 juta tahun lalu, hingga sebuah spesimen ditemukan di Sungai Chalumna di timur Afrika Selatan pada 1938. Bentuknya sangat mirip dengan kerangka fosil coelacanth yang berusia lebih dari 300 juta tahun. Pencetus teori evolusi, Charles Darwin, menjulukinya "fosil hidup".

Ikan ini disebut fosil hidup karena coelacanth masih mempertahankan struktur dan bentuk tubuhnya selama jutaan tahun. Coleacanth seolah tidak ikut berevolusi seperti binatang lain.

"Gen coelacanth berkembang lebih lambat dibanding ikan jenis lain dan vertebrata daratan," kata Jessica Alföldi, seorang peneliti di Broad Institute, seperti dikutip laman Sciencedaily, 18 April lalu.

Tim peneliti berhipotesis bahwa coelacanth berubah sangat lambat karena memang belum membutuhkan alasan untuk berevolusi. Ikan itu selama ribuan tahun memilih tinggal pada kedalaman laut dengan sedikit gangguan. Adaptasi ini menjadikannya satu dari segelintir hewan yang relatif tidak banyak berubah selama kurun waktu evolusi.

"Coelacanth cocok tinggal di habitat ekstrem dengan kondisi lingkungan yang nyaris tidak pernah berubah," ujar direktur ilmiah dan pakar genetik vertebrata Broad Institute, Kerstin Lindblad-Toh.

Coelacanth tergolong ikan penghuni dasar laut. Panjang tubuhnya bisa mencapai 170 sentimeter dan berbobot 60 kilogram. Ada sekitar 120 spesies coelacanth berdasar  penemuan fosil. Namun, kini hanya tersisa dua spesies yang masih hidup, yaitu Latimeria chalumnae di lepas pantai Afrika timur dan Latimeria menadoensis di perairan Sulawesi Utara, Indonesia.

Ciri unik ikan yang oleh penduduk Manado dinamai "ikan raja laut" ini terletak pada dua sirip dada, dua sirip perut, dan satu sirip anal. Tulang sirip coelacanth berongga di bagian dalam, sementara bagian luarnya diselimuti daging yang cukup tebal. Sekilas bentuk siripnya terlihat seperti tungkai, bahkan ikan ini menggerakkan siripnya seolah tengah berjalan saat  bergerak di dasar laut.

Alföldi mengatakan urutan genom coelacanth memungkinkan para ilmuwan menguji pertanyaan yang telah lama diperdebatkan: mengapa ikan ini memiliki sirip bak tungkai seperti pada hewan yang hidup di darat--dikenal sebagai tetrapoda. Sirip coelacanth seakan berfungsi layaknya kaki atau tangan.

Coelacanth sebenarnya bukan satu-satunya pemilik sirip-tungkai. Ciri sirip serupa juga dijumpai pada ikan paru-paru (lungfish) dari genus Protopterus.

Ciri unik kedua ikan ini yang membuat pendapat para ilmuwan terbelah. Mereka mencari ikan mana yang paling bertanggung jawab melahirkan garis keturunan awal amfibi, kelompok hewan berkaki empat pertama yang keluar dari air menuju darat. Nah, di sinilah pentingnya pemetaan genom coelacanth.

Alföldi dan timnya merekonstruksi sekitar 2,8 miliar unit DNA dari tubuh coelacanth. Data bejibun itu dihimpun dari pengurutan genom coelacanth Afrika. Mereka juga membedah dan mengurai genom lungfish. Kemudian gen penentu otak, ginjal, hati, limpa, serta usus pada coelacanth dan lungfish dilacak dan dipetakan secara rapi.

Data genom itu lantas dibandingkan dengan set genom 20 spesies vertebrata lainnya. Mereka harus mengetahui secara pasti spesies mana yang lebih berkerabat dekat dengan hewan darat. "Ternyata tetrapoda lebih berkaitan erat dengan lungfish dibandingkan  coelacanth," ucap Lindblad-Toh mengungkapkan hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature.

Bagi Alföldi dan Lindblad-Toh, pertanyaan utama telah terjawab. Mereka akhirnya dapat memastikan bahwa lungfish merupakan cikal-bakal amfibi, reptil, unggas, dan mamalia. Namun, kesimpulan ini tidak serta-merta meminggirkan data genom coelacanth. Ikan purba itu tetap memegang kunci untuk menjawab bagaimana proses peralihan organisme dari ekosistem perairan menuju daratan.

Baca Juga

Nenek Moyang Semua Ular - Ilmu dan Teknologi Akhir Polemik Bantuan Sosial Jakarta - Laporan

Presiden Dianggap Abaikan Putusan Mahkamah Agung - Macan Tutul Jawa Ditemukan di Garut - Ilmu

Hewan Australia Butuh Bantuan - Ilmu dan Bus Diizinkan Beroperasi dengan Syarat - Metro by

Lindblad-Toh mengatakan genom lungfish--berisi 100 miliar unit DNA--terlalu rumit untuk diurutkan, dirakit, dan dianalisis. Sedangkan genom coelacanth, yang jumlahnya setara dengan panjang genom manusia, jauh lebih sederhana untuk dibaca. Ini sangat memudahkan tim peneliti pada saat membandingkannya dengan set genom hewan darat. "Kami bisa melacak perubahan genetik yang memungkinkan tetrapoda awal berkembang di darat," ujar Alföldi.

Mereka meneliti sistem kekebalan tubuh, fisiologis, pancaindra, dan perkembangan evolusi coelacanth. Ikan fosil itu, menurut Alföldi, mengalami perubahan gen yang terlibat dalam persepsi bau dan mendeteksi aroma di udara. Hipotesis sementara menunjukkan, sebagai makhluk yang bergerak dari laut ke darat, coelacanth membutuhkan cara baru untuk mendeteksi bahan kimia di lingkungan sekitar mereka.

Gen yang mengatur sistem kekebalan tubuh coelacanth juga berubah. Perubahan ini, menurut Lindblad-Toh, berkaitan dengan respons coelacanth terhadap patogen baru yang ditemui di darat. Kuman patogen penyebab penyakit di laut dan daratan tentu berbeda.

Keunikan lain dijumpai pada siklus urea di sistem uropoetika yang berperan mengatur konsentrasi cairan berupa urine di dalam tubuh. Coelacanth menyingkirkan nitrogen dari dalam tubuh dengan mengeluarkan amonia ke dalam air. Mekanisme ini berbeda dengan manusia dan hewan darat lainnya yang cepat mengubah amonia menjadi urea yang bersifat kurang toksik memakai  siklus urea. "Gen yang berperan penting dalam siklus ini telah dimodifikasi pada tetrapoda," kata Lindblad-Toh.

Yang menakjubkan tentu perkembangan evolusi coelacanth. Tim peneliti menemukan beberapa area genetik kunci yang diduga kuat berperan dalam pembentukan tungkai, jari tangan dan kaki, serta plasenta mamalia pada tetrapoda. Salah satu area ini, dikenal sebagai HoxD, menempel pada urutan genom yang sama pada coelacanth ataupun tetrapoda. Ada kemungkinan tetrapoda telah mengkooptasi urutan genom ini dari coelacanth untuk membantu membentuk tangan dan kaki.

Toh, semua temuan itu masih belum menjawab seluruh misteri di balik evolusi munculnya hewan bertungkai. Namun, menurut Profesor Chris Amemiya dari Universitas Washington, pengurutan genom coelacanth secara lengkap tetap menjadi batu pijakan berharga. Coelacanth merupakan spesies langka. Tidak gampang memperoleh sampel ikan ini untuk penelitian. "Para ilmuwan hanya memiliki satu kesempatan untuk menuntaskan pengurutan genom," kata pakar biologi ini mengomentari temuan Broad Institute.

SCIENCEDAILY | NY TIMES | MAHARDIKA SATRIA HADI

Secuil Sampel, Berjuta Informasi

Pemetaan genom coelacanth dimulai pada saat Profesor Chris Amemiya memperoleh sampel jaringan coelacanth enam tahun lalu. Amemiya lantas meminta Broad Institute--lembaga riset bersama Universitas Harvard dan Massachusetts Institute of Technology--memecahkan kode DNA sampel tersebut.

Sejumlah ahli biologi perkembangan dan evolusioner dilibatkan untuk menginterpretasikan hasil pemetaan genom coelacanth. Hasilnya, mereka menemukan gen pembentuk plasenta, yang menjadi benang merah antara coelacanth dan tetrapoda.

Amemiya mengatakan coelacanth tidak memiliki plasenta, tapi mampu menghasilkan telur yang sangat besar dengan suplai darah yang baik. Telur coelacanth menetas di dalam tubuh induknya. "Gen ini bisa saja dikembangkan oleh hewan darat untuk membentuk plasenta," kata dia.

Petunjuk pra-adaptasi lainnya berupa potongan DNA yang mendongkrak aktivitas gen pembentuk anggota badan pada embrio. Potongan DNA ini dijumpai pada coelacanth dan hewan darat, tapi tidak ada pada tubuh ikan biasa. Mereka kemudian menyisipkan potongan DNA itu ke tubuh tikus.

"Gen langsung aktif dan membentuk tungkai tikus normal," kata Neil Shubin, seorang ahli paleontologi Universitas Chicago yang menjadi anggota tim peneliti.

Coelacanth modern merupakan ikan predator ganas yang hidup di kedalaman laut 500 meter. Cahaya nyaris tidak pernah menyentuh tempat hidupnya. Mereka mengintai di dalam gua laut saat siang hari dan muncul di malam hari untuk menyerang ikan permukaan.

Salah satu habitat utama coelacanth saat ini berada di gua di bawah Kepulauan Comoro di Samudera Hindia. Menurut tim peneliti, coelacanth belum lama menghuni daerah bekas gunung berapi tua yang berumur 5-10 juta tahun tersebut.

Gua bawah laut sebenarnya bukan habitat yang biasa untuk garis keturunan coelacanth purba. Ikan bergigi tajam ini lebih menyukai muara di dekat laut dangkal seperti yang dijumpai di bumi pada 300 juta tahun lalu. "Mereka memakai  sirip untuk berjalan seperti kaki," kata Axel Meyer, ahli biologi evolusi di Universitas Konstanz di Jerman.

Amemiya memperoleh sampel coelacanth dari Rosemary Dorrington, ilmuwan asal Universitas Rhodes di Afrika Selatan, yang memperoleh sampel dari nelayan Kepulauan Comoro yang menangkap coelacanth secara tidak sengaja pada 2003.

Sampel darah dan jaringan coelacanth dibekukan, sementara spesimennya dipelihara di Moroni, ibu kota Kepulauan Comoro. Namun, Amemiya tidak mengetahui nasib ikan purba tersebut karena Comoro sedang dilanda perang saudara. SCIENCEDAILY | NY TIMES | MAHARDIKA SATRIA HADI



11. Goblin Shark

Satu lagi ikan purba dari jenis hiu yaitu Goblin Shark. Ikan yang memiliki penampilan sangar dan cukup mengerikan ini diperkirakan telah ada sejak 125 tahun yang lalu. Namun karena hidup diperairan dengan kedalaman ribuan kaki hiu goblin jarang dijumpai.

Hiu ini di percaya menjadi spesies hiu tertua yang diketahui masih hidup di planet ini.

Hiu goblin diketahui pertama kali pada tahun 1898 di lepas pantai Jepang. Sejak saat itu, mereka mulai dijumpai di berbagai belahan dunia.

Saat pertama kali ditemukan, para peneliti menyadari bahwa mereka telah melihat hiu goblin sebelumnya - tidak berenang di laut, tetapi di sisa-sisa fosil. Fosil hiu dari spesies Scapanorhynchus yang telah berumur lebih dari 100 juta tahun memiliki kemiripan yang mencolok dengan hiu goblin. Karena spesies itu dianggap sudah punah, maka hiu goblin sekarang disebut juga sebagai fosil hidup.

Nah, itulah beberapa ikan purba yang masih hidup sampai sekarang. kebanyakan ikan-ikan purba ini sudah sulit ditemukan dan terancam punah.


Di seluruh lautan dunia, tercatat ada sekitar 440 spesies hiu. Ukurannya ada yang kecil seperti hiu lantershark kurcaci ( Etmopterus perryi), hiu laut dalam sepanjang 17 cm, hingga hiu paus ( Rhincodon typus ), ikan berukuran jumbo yang panjangnya bisa mencapai 12 meter. Pastinya, hiu tersebut dapat ditemukan di kedalaman hingga 2.000 m.

Berikut, terangkum 10 jenis hiu yang mungkin belum pernah Anda ketahui sebelumnya.

1. Hiu Mulut Besar

Sesuai namanya, hiu ini memang memiliki mulut yang besar. Megachasma pelagios atau yang biasa disebut

Megamouth Shark (hiu mulut besar) yaitu  jenis hiu yang hidup di perairan dalam dan sangat jarang dijumpai di lepas pantai.

Jenis ini diperkirakan dapat bertahan hidup secara alami hingga 100 tahun dan mencapai panjang maksimal enam meter. Menurut para ahli, reproduksi hiu ini bersifat ovovivipar, yang berarti janin hiu berkembang di dalam telur yang menetap dalam tubuh induk betina hingga saatnya menetas.

2. Hiu Martil

Hiu martil atau dalam bahasa Inggris disebut

Hammerhead Shark ini memiliki bentuk kepala menyerupai martil gepeng dengan mata dan lubang hidung di ujung kepala. Bentuk kepalanya yang unik itu membuatnya mampu bermanuver di air dengan akurasi tinggi.

Kepala martil ini juga menguntungkan. Mereka mampu mencium dengan jangkauan lebih luas sehingga meningkatkan potensi menemukan partikel di air 10 kali lipat dibanding tipe hiu lain.

Hiu martil senang mengonsumsi ikan-ikanan, pari, cumi-cumi, dan udang-udangan. Tidak seperti anggapan banyak orang, hiu ini tidak akan memburu manusia, manusia lah yang memburu mereka.Hiu martil dari genus Sphyrna yaitu  anggota dari famili

Sphyrnidae . Satu-satunya genus selain Sphyrnidae, Eusphyra, terdiri dari hanya satu spesies, Esphyra blochii , winghead shark .

Sembilan spesies hiu martil yang sudah diketahui memiliki panjang antara 2 hingga 6 meter (6,5 hingga 20 kaki), dan semua spesies memiliki proyeksi kepala menyerupai martil gepeng bila dilihat dari salah satu sisi. Mata dan lubang hidung ada di ujung kepala.

Mereka yaitu  predator agresif yang memakan ikan , ikan pari,

cumi-cumi , dan udang-udangan. Mereka ditemukan di perairan hangat sepanjang garis pantai, dan paparan benua .

Bentuk kepalanya yang seperti martil memicu  mereka mampu berbelok dengan benar. Seperti semua hiu, hiu martil memiliki pori sensor electrolocation yang disembut ampullae of Lorenzini . Dengan menyebarkan reseptor di berbagai area, hiu martil dapat mencari mangsa dengan lebih efektif. Hiu ini mampu mendeteksi sinyal listrik setengah miliar Volt. Kepala yang berbentuk seperti martil juga memberikan keuntungan berupa area penciuman yang lebih luas, meningkatkan potensi menemukan partikel di air sedikitnya 10 kali dibandingkan dengan hiu 'klasik' lainnya.

Bentuk kepala aneh hiu ini dapat dianalogikan dengan antena seekor serangga .

Hiu martil memiliki mulut yang kecil dan sepertinya melakukan banyak bottom-hunting . Mereka suka membentuk gerombolan di siang hari, kadang-kadang dalam kelompok lebih dari 100. Pada sore hari, seperti hiu lain, mereka menjadi pemburu solo.

Reproduksi

Reproduksi hiu martil terjadi setahun sekali. Hiu martil sekali melahirkan berkisar antara 20 hingga 40 anak. Perkawinan hiu martil merupakan hubungan yang kasar. Jantan akan menggigit betina sampai betina tenang, membiarkan perkawinan terjadi. Tidak seperti kebanyakan spesies hiu lain, reproduksi hiu martil terjadi secara fertilisasi internal di mana membuat lingkungan aman agar sperma bisa melebur dengan sel telur. Embrio berkembang di dalam plasenta betina dan diberi makan melalui

tali pusar, sama seperti mammalia . Masa kehamilan 10 sampai 12 bulan. Setelah anak hiu dilahirkan, induk mereka tidak tinggal bersama dan mereka ditinggalkan untuk mengurus diri mereka sendiri. Rekor dunia hiu martil betina yang sedang hamil ditangkap di Boca Grande , Florida pada 23 Mei, 2006 berbobot 1280 pon (580 kg). Hiu ini mengandung 55 anak.

Pada Mei 2007, para ilmuwan menemukan bahwa hiu martil dapat bereproduksi secara aseksual melalui partenogenesis , di mana mereka memiliki kemampuan untuk menyuburkan telur mereka sendiri.

Spesies

Gerombolan hiu martil, Pulau Wolf Pulau Galapagos

Dari sembilan spesies hiu martil yang diketahui, tiga berbahaya bagi manusia: scalloped, great, dan smooth hammerhead.

Hiu martil di Atlantis Paradise Island.

Genus Sphyrna

Subgenus Sphyrna

Scalloped hammerhead , Sphyrna (Sphyrna) lewini (Griffith & Smith, 1834)

"Cryptic scalloped hammerhead"—Scalloped hammerheads ternyata terbagi atas dua spesies berbeda, tetapi belum di-reklasifikasi secara resmi dengan nama berbeda

Great hammerhead , Sphyrna (Sphyrna) mokarran (Rüppell, 1837)

Smooth hammerhead , Sphyrna (Sphyrna) zygaena

(Linnaeus, 1758)

Whitefin hammerhead, Sphyrna (Sphyrna) couardi

Cadenat, 1951

Subgenus Mesozygaena

Scalloped bonnethead , Sphyrna (Mesozygaena) corona

Springer, 1940

Squarehead Shark Sphyrna (Mesozygaena) sp. listed on elasmo-research's list

Subgenus Platysqualus

Scoophead , Sphyrna (Platysqualus) media Springer, 1940

Bonnethead atau shovelhead, Sphyrna (Platysqualus) tiburo (Linnaeus, 1758)

Smalleye hammerhead , Sphyrna (Platysqualus) tudes

(Valenciennes, 1822)

Karena hiu tidak memiliki tulang yang termineralisasi dan jarang menjadi fosil, maka hanya gigi mereka yang umumnya ditemukan sebagai fosil. Hiu martil sepertinya berelasi dekat dengan hiu

carcharhinus yang berevolusi selama periode Tersier tengah. Karena gigi hiu martil mirip dengan hiu carcharhinus, sangat sulit untuk menentukan kapan hiu martil pertama kali muncul. Kemungkinan hiu martil berevolusi semasa Eosen , Oligosen , atau

Miosen awal.

Referensi

1. ^ Fossilworks Database. "Fossilworks Paleotology database" .

Fossilworks . John Alroy. Diakses tanggal 2018-04-24.

Pranala luar

Video of divers with Hammerhead sharks in the Red Sea

Animal Diversity Web Genus Sphyrna with species sub-pages

Hammerhead Shark! web directory, with pictures

Hammerhead Shark Facts fact sheet, general info, shark diving info

Scaloped Hammerhead Shark Fact Sheet Scaloped Hammerhead Shark Fact Sheet

Hammerhead Photos and Profile

"Electroreception in juvenile scalloped hammerhead and sandbar sharks" by Stephen M. Kajiura and Kim N. Holland, The Journal of Experimental Biology (2002). Attempts to explain the "hammer" shape.

MarineBio: Great hammerhead shark, Sphyrna mokarran

BBC News announcement of new Hammerhead species Hiu martil

Rentang fosil: Paleocene to Present[1]

Scalloped hammerhead, Sphyrna lewini

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Chondrichthyes

Subkelas: Elasmobranchii

Ordo: Carcharhiniformes

Famili: Sphyrnidae

Genus: Sphyrna

Rafinesque, 1810

Genera

Eusphyra

Sphyrna PreЄ Є O S D C P T J K Pg N

...

Hiu Martil Raksasa ( Sphyrna mokarran) yaitu  spesies ikan bertulang rawan dibawah genus Sphyrna dan suku Sphyrnidae. Di luar negeri dikenal dengan nama Great Hammerhead Shark. Sementara di Hawaii dikenal dengan sebutan mano kihikihi. Penamaan ilmiahnya diambil dari bahasa Yunani Kuno yaitu kata σφυρί yang berarti "martil". Memiliki sinonim ilmiah antara lain Sphyrna ligo (Fraser-Brunner, 1950), Zygaena dissimilis (Murray, 1887) dan Zygaena mokarran (Rüppell, 1837).

berdasar  catatan fosil, Hiu Martil diduga sudah ada sejak 20.000.000 tahun yang lalu di masa pertengahan Eosen, saat ikan Hiu mulai mengambil alih puncak rantai makanan di lautan Kenozoikum pasca kepunahan dinosaurus dan reptil purba. Pertama kali kontak dengan peradaban manusia pada tahun 1580 di Kepulauan Hawaii. Dideskripsikan dalam dunia sains sejak tahun 1837 oleh Eduard Rüppell, ahli naturalis Jerman, berdasar  temuan spesimen Hiu Martil sepanjang 250 centimeter di Laut Merah.

Hiu Martil Raksasa memiliki ukuran rata-rata sekitar 350 centimeter dan berbobot 230 kilogram, dimana ukuran betina lebih besar dari pejantan di alam liar. Rekor ukuran Hiu Martil Raksasa terbesar memiliki ukuran 610 centimeter, sementara yang terberat memiliki bobot 580 kilogram, yang ditemukan di pesisir Boca Grande, Florida pada tahun 2006. Merupakan spesies terbesar dalam suku Sphyrnidae.

Ciri khas Hiu Martil yaitu  kepala yang melebar dan mendatar membentuk kotak serupa ujung martil disebut Cephalofoil , yang sebenarnya merupakan organ elektroreseptor untuk melacak mangsa di bawah laut yang suka berkamuflase dan bersembunyi dalam pasir, seperti ikan Pari, ikan Gitar, dan krustasea. Bisa dibilang mirip kinerja metal detector. Ukuran kepala martil ini memiliki ukuran 23%–27% dari panjang tubuhnya. Dalam memakan ikan Pari, bagian ekor sengat tertinggal dalam rahang Hiu Martil karena tidak bisa dihancurkan oleh gigi taring berjumlah 16-17 buah gigi. Tercatat ada 96 ekor sengat ikan Pari yang tertinggal dalam rahang Hiu Martil di perairan Bahama, Amerika Tengah. Racun dalam sengat Pari tidak mempan bagi Hiu Martil karena memiliki sistem kekebalan tubuh untuk menetralkan racun. Diketahui, Hiu Martil yaitu  ikan kanibal yang memakan anakan atau sesamanya yang lebih kecil ukurannya.

Pada saat musim kawin, Hiu Martil akan bermigrasi ke perairan hangat di khatulistiwa untuk membuahi betina di kedalaman lautan sekitar 80 meter. Merupakan salah satu jenis Hiu yang melahirkan (vivipar), dengan masa mengandung mencapai 11 bulan dan sanggup melahirkan sekitar 6-55 anakan, dengan rata-rata sekitar 20–40 anakan. Setelah dilahirkan, anakan Hiu Martil memiliki ukuran sekitar 50–70 centimeter (19,5–27,5 inchi). Saat sudah lahir, anakan Hiu Martil akan bersembunyi dalam perairan karang khatulistiwa hingga usia matang. Pejantan mencapai usia matang seksual saat sudah berukuran 2,3–2,8 meter (7,5–9,2 kaki) dan berbobot 51 kilogram (112 pon). sementara betina mencapai usia matang saat sudah berukuran sekitar 2,5–3 meter (8,2–9,8 kaki) dan berbobot sekitar 41 kilogram (90 pon). Mampu mencapai usia 20-30 tahun, Spesies Hiu Martil tertua berusia sekitar 40-50 tahun ditemukan di pesisir Boca Grande, Florida.

Hiu Martil merupakan hewan soliter atau penyendiri, yang tersebar di lautan karang pada kedalaman sekitar 1-80 meter yang berada di 40° Lintang Utara dan 37° Lintang Selatan, meliputi Samudera Atlantik, dari perairan Karolina Utara hingga Uruguay, termasuk Laut Karibia dan Teluk Meksiko, Samudera Hindia, Samudera Pasifik, dari Pulau Ryukyu, Jepang hingga Australia, Oceania, dari Kaledonia Baru hngga Polinesia Perancis, Laut Tiongkok Selatan, Laut Mediterania, dari Maroko hingga Senegal dan Afrika, dari Gambia, Guinea, Mauritania, Sierra Leone, dan Sahara Barat. Merupakan ikan berdarah panas sehingga menyukai perairan dingin dengan suku berkisar 10°-21°C (50-69.8° F).

Dengan ukurannya yang besar dan memiliki gigi pemotong, Hiu Martil kerap menyerang manusia yang dianggap sebagai ancaman dan terpancing menyerang karena penyelam terlalu dekat saat berinteraksi dengan Hiu Martil. Pada tahun 2011, tercatat ada 34 kasus serangan Hiu Martil, dimana 17 kasus tidak fatal dan serangan spontan. Karena keunikannya, Hiu Martil sering menjadi obyek fotografi bawah air oleh penyelam. Namun populasi menurun hingga 50% akibat menjadi sasaran perburuan sirip Hiu, tertangkap tak sengaja (bycatch ) oleh pukat harimau nelayan dan pemancingan berlebihan ( overfishing). IUCN menetapkan status konservasi Hiu Martil menjadi Terancam Punah ( Endangered ) dalam daftar IUCN Red List sejak tahun 1990.  Hiu martil memiliki bentuk kepala yang 'aneh', sekaligus unik. Bentuk kepalanya gepeng dan melebar ke arah samping menyerupai martil (palu), dengan posisi mata dan lubang hidung berada di ujung tonjolan kepala.

Pernahkah kalian bertanya-tanya mengapa kepala hiu martil seperti itu? Atau mengapa kepala hiu martil tidak berbentuk seperti kepala hiu-hiu lain pada umumnya? Sebelum membahas terkait hal itu, mari kita mengenal lebih jauh tentang hewan hiu itu sendiri.

Dalam rantai makanan, hiu termasuk salah satu predator teratas dalam rantai makanan di lautan. Salah satu? Ya, hiu bukanlah satu-satunya predator teratas di lautan. Masih ada Orca--atau yang biasa dikenal sebagai paus pembunuh--yang bahkan terkadang menyerang hiu dan kemudian memangsanya.

Sudah ada 440 spesies hiu yang telah teridentifikasi. Di antara r