Selasa, 30 April 2024

ikan purba










 Hewan laut purba artinya adalah hewan laut yang sudah hidup sejak zaman pra-sejarah, puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu, teman-teman.

Di antara hewan laut purba yang pernah menguasai lautan, ada

hewan laut purba yang masih hidup sampai sekarang, lo.

Yuk, kita cari tahu beberapa hewan laut purba yang masih hidup sampai sekarang!

Paus Pygmy Right (23 Juta Tahun)

Hewan laut purba: Paus pygmy right (Caaperea marginata)

( Lycaon.cl/Wikimedia Commons)

Paus pygmy right sudah ada di Bumi sejak 23 juta tahun yang lalu.

Paus pygmy right merupakan salah satu spesies paus yang paling kecil. Habitatnya adalah lautan terbuka dan dipercaya ada di wilayah perairan dingin belahan Bumi bagian selatan.

Saat ini, spesies paus pygmy right adalah yang paling langka, lo.

Ia sangat misterius sampai-sampai ilmuwan berlum berhasil menemukan jenis makanan, proses perkembangbiakan, dan perilaku paus ini, teman-teman.

Paus ini semakin terancam karena kondisi suhu air laut yang semakin panas, teman-teman.


Hiu Berjumbai (80 Juta Tahun)

Hewan laut purba: Hiu berjumbai (Cahlamydoselachus anguineus)

Hiu yang satu ini tinggal di lautan yang dalam, teman-teman.

Meski penampilan hiu berjumbai ini sedikit menyeramkan, namun ia dikenal memiliki bagain pipi yang tembam dan berjumbai. Ini karena ia memiliki enam buah insang.

Oiya, meski ia keluarga hiu, ikan hiu berjumbai juga mirip dengan ular.

Ikan ini dikenal memiliki gigi yang tajam. Jumlah giginya ada 300 gigi, lo.

Ia juga bisa mengintai dan menyergap mangsa yang ukurannya separuh tubuhnya kemudian langsung menelan mangsanya.Hiu berjumbai (Chlamydoselachus anguineus) atau Frilled Shark dalam bahasa inggris merupakan salah satu dari dua spesies ikan

hiu yang masih ada di keluarga Chlamydoselachidae dengan distribusi yang luas tapi tidak merata di samudra atlantik dan

samudra pasifik . mereka ditemukan dikedalaman 1.570 meter, sedangkan di teluk surugaya jepang hiu ini paling umum ditemukan pada kedalaman 50-200 meter. namun pada tahun 2009 jenis baru hiu berjumbai di afrika selatan, dan pada bulan november 2017 baru-baru ini hiu tersebut terdampar di pantai diportugal

karena ia memiliki perawakan yang primitif berbeda dengan hiu lainnya hiu berjumbai disebut "fossil hidup ". hiu dapat tumbuh sepanjang 2 meter dan memiliki warna cokelat gelap, tubuh seperti belut dengan sirip punggung, panggul, dan dubur berada jauh dibelakang. namanya diambil dari berenda atau berjumbai dari celah insang, ada enam pasang dengan pertemuan pasangan pertama di tenggorokan. hiu ini terkadang tersangkut jaring nelayan atau pernah terdampar di tepi pantai. hiu rentan terhadap perubahan suhu yang drastis sehingga dapat mudah terserang penyakit. Kematian selain iklim ada juga akibat manusia yang patut kita sayangkan seperti para peneliti yang ingin mempelajari ikan hiu ini dengan cara yang tidak benar, selain itu ada juga para nelayan yang mengambilnya dari lautan. Hiu ini masuk dalam hewan langka yang terancam punah, diresmikan oleh World Conservation Union.

Reproduksi

sama dengan hiu lainnya, hiu ini berkembangbiak secara

ovovivipar. hiu jenis ini memiliki masa siklus kehamilan yang panjang. hiu mampu melahirkan 6 bayi hiu sekaligus dalam satu periode. namun sayangnya beberapa anak hiu tidak tumbuh hingga dewasa. hal ini mungkin karena dimangsa ikan atau hiu lain, jadi dapat disimpulkan bahwa hiu berjumbai tidak banyak dilautan karena masa kehamilan yang lama serta tingkat kehidupan pada masa muda yang tergolong kecil.

Habitat dan Penyebaran

mulut dan gigi hiu berjumbai

hiu ini merupakan penghuni laut dalam yang menyebabkan metabolisme tubuh hiu ini menjadi lemah karena suhu yang sangat dingin diperairan dalam. perairan dalam ini pula yanng menyebabkan memiliki bentuk fisik yang unik, hiu berjumbai telah tercatat dari sejumlah lokasi di samudra atlantik dan pasifik, yaitu di atlantik timur di norwegia, di utara skotlandia , irlandia barat, dari

Prancis hingga ke maroko termasuk madeira dan luar mauritania. di atlantik tengah, telah tertangkap di beberapa lokasi Punggung tengah samudra atlantik, dari utara azores sampai rio grande rise di selatan brazil, juga di afrika barat. di atlantik barat, telah dilaporkan dari perairan new england, georgia , dan suriname . lalu di pasifik barat yaitu di pulau honshu jepang, taiwan, dan dilepas pantai new south wales dan tasmania australia , juga di selandia baru. sedangkan di pasifik tengah dan timur, ditemukan di hawaii ,

california , dan chile .

Makanan

panjang rahang hiu berjumbai sangat bisa dibedakan dengan kelenturan yang sangat lebar, sehingga memmungkinkan untuk menelan mangsa utuh lebih dari setengah ukuran nya, hiu ini biasa memangsa cumi-cumi , ikan, hiu lain yang berukuran kecil seperti hiu kucing jepang (Apristurus japonicus).


Ikan Lamprey (360 Juta Tahun)

Hewan laut purba: Pacific lamprey ( USFWS Photo / Dave Herasimtschuk)

Wah, dengan usianya ini, artinya spesies ikan lamprey sudah melewati empat kali masa kepunahan massal.

Saat itu, ikan ini bisa ditemukan di Samudra Atlantik dan menjadi spesies pendatang di Great Lake. Mereka bisa hidup di air tawar dan air asin, teman-teman.

Ikan ini mirip dengen belut namun tidak memiliki tulang seperti belut. Ia hanya punya kerangka tulang rawan dengan sirip ekor tunggal.

Makhluk ini seperti makhluk yang terihat di film sains fiksi, nih.

Ia punya mulut besar dengan gigi bergerigi dan lidah yang tajam.

Ikan lamprey ini mendapatkan nutrisi dengan menyerap darah mangsanya.

Kepiting Tapal Kuda (450 Juta Tahun)

Hewan laut purba: Kepiting tapal kuda ( Virginia State Parks Staff/Wikimedia Commons)

Lebih tua dari ikan lamprey, ada kepiting tapal kuda yang sudah 450 juta tahun hidup di Bumi.

Bahkan artinya ia juga hidup di masa kepunahan dinosaurus dan lima kepunahan massal.

Meski namanya kepiting, sebenarnya hewan laut purba ini berkerabat lebih dekat dengan kalajengking.

Oiya, bentuk tubuh kepiting tapal kuda terlihat menyeramkan namun sebenarnya ia tidak berbahaya, lo.

Bahkan, darah biru dalam kepiting tapal kuda dimanfaatkan untuk mengidentifikasi bakteri beracun.

Sayangnya, kepiting ini mengalami penurunan populasi karena perubahan iklim, kehilangan habitat, dan penangkapan yang berlebihan.


Nautilus (500 Juta Tahun)

Hewan laut purba: Nautilus (Nautilus pompilius) ( OpenCage/Wikimedia Commons)

Ini nih, hewan laut purba yang sudah ada sejak 500 juta tahun yang lalu.

Nautilus adalah moluska yang sudah ada sebelum benua di Bumi kita terpisah, teman-teman.

Awalnya ada 1.000 spesies Nautilus, lo. Sekarang hanya tersisa beberapa spesies Nautilus di Samudra Pasifik dan tepian Samudra Hindia.

Mereka makan ikan, kepiting, dan lobster, teman-teman. Hewan ini punya tentakel dan mulutnya berbentuk seperti paruh.

Nautilus bisa menggunakan mulutnya untuk membongkar cangkang yang keras dan tabung hyponomoe untuk mengatur jumlah air dan udara di dalam cangkangnya.

Moluska yang satu ini punya daya apung yang hebat dan menginspirasi kapal selam, lo.

Saat ini, hewan ini juga mengalami penurunan populasi akibat panen berlebihan karena cangkang yang indah. Ditambah lagi, proses perkembangbiakan nautilus berjalan lambat, teman-teman.

Ubur-Ubur (500 Juta Tahun)

Ubur-ubur ( pixabay/PublicDomainPictures)

Yap, makhluk yang terlihat tenang ini juga sudah ada sejak 500 juta tahun yang lalu! Bahkan mungkin lebih lama dari itu, lo.

Hewan ini hampir tidak punya ciri-ciri hewan yang membedakan dengan tumbuhan, lo. Bahkan organ penting seperti darah, jantung, dan otak.

Namun, ubur-ubur punya jaringan saraf yang membantunya hidup dan merasakan lingkungannya.

Berbeda dengan hewan laut purba lainnya, jumlah populasi ubur-ubur cenderung meningkat. Karena kondisi tubuhnya membantunya bisa bertahan di lingkungan yang hangat, atau bahkan lingkungan ekstrem.

Sedihnya, populasi ubur-ubur yang tidak terancam juga dipengaruhi oleh menurunnya jumlah pemangsa ubur-ubur seperti penyu dan hiu.



Kita mungkin sudah gak bisa melihat lagi dinosaurus raksasa dari zaman prasejarah. Kenang-kenangan yang tersisa dari mereka hanyalah fosil-fosil yang tersimpan di museum.

Namun, perlu kamu tahu, bahwa ternyata masih banyak hewan dari masa prasejarah yang ternyata masih hidup sampai sekarang, bahkan bisa kamu lihat langsung? Dilansir dari Daily Gratest, berikut hewan-hewan prasejarah yang masih bisa kita lihat sekarang.

1. Platipus dari 5-15 juta tahun yang lalu

Platipus adalah fosil hidup yang masih satu keluarga dengan ekidna. Platipus dianggap aneh karena menghabiskan sebagian besar waktunya di air.

2. Ekidna dari 48-19 juta tahun yang lalu

Sama seperti platipus, ekidna atau babi duri adalah mamalia bertelur. Bisa dikatakan hewan ini adalah fosil hidup yang dipercaya sebagai mata rantai antara reptil dan mamalia.

3. Solenodon dari 76 juta tahun yang lalu

Solenodon adalah mamalia yang punya karakteristik seperti mamalia paling awal yang pernah ada. Mamalia ini berbisa, nokturnal, dan biasa bersembunyi di tanah.

4. Hiu goblin dari 120 juta tahun yang lalu

Hiu goblin jadi salah satu hewan paling menakutkan di bumi. Meski begitu, hanya penampilannya saja kok yang berbahaya. Hiu goblin gak berbahaya bagi manusia.

5. Semut dari mars dari 120 juta tahun yang lalu

Hanya namanya saja yang “mars”. Hewan ini diyakini ada dari 120 juta yang lalu. Uniknya, semut dari mars ini baru ditemukan sampai tahun 2000. Semut ini bisa ditemu di Hutan Hujan Amazon, Brazil.

6. Ikan pari air tawar raksasa dari 150 juta tahun yang lalu

Ikan ini adalah salah satu ikan terbesar di dunia karena mencapai lebih dari dua meter dan beratnya sampai 600 kg. Sayangnya, ikan ini terancam punah karena banyak diburu.

7. Salamander raksasa cina dari 170 juta tahun yang lalu

Hewan ini adalah amfibi terbesar di Bumi. Ukurannya mencapai 1,8 m. Salamander ini biasa dikonsumsi dan dijadikan obat-obatan tradisional oleh warga setempat.

Sekarang ini, salamander raksasa cina terancam punah karena terlalu banyak dipanen, polusi dan habitatnya dirusak. Padahal, diyakini salamander berasal dari 170 juta tahun lalu.

8. Sturgeon dari 200 juta tahun yang lalu

Ikan sturgeon akhir-akhir ini banyak dipanen oleh manusia hingga terancam langka. Padahal, ikan ini diyakini berasal dari 200 juta tahun yang lalu. Semoga saja gak benar-benar punah ya!

9. Udang berudu dari 220 juta tahun yang lalu

Diyakini, leluhur mereka berasal dari 220 juta tahun yang lalu. Sementara, udang berudu yang sekarang sama seperti udang berudu 70 juta tahun terakhir. Bisa dibilang hewan ini mengalami kejadian yang melenyapkan para dinosaurus!

10. Buaya dari 250 juta tahun yang lalu

Buaya di sini mencakup aligator, kaiman, gavial dan buaya sepit yang telah ada sejak 250 juta tahun yang lalu. Kelompok crocodilia ini banyak berbagi karakteristik yang serupa dengan leluhur buaya mereka.

11. Lamprey dari 360 juta tahun yang lalu

Lamprey adalah ikan tanpa rahang dengan mulut berbentuk corong aneh dengan gigi-gigi kecil. Hanya sebagian dari tiga puluh spesies lamprey yang menjadi parasit dengan menyedot darah ikan lain. Adapun, fosil lamprey tertua diyakini berumur 360 juta tahun.

12. Coelacanth dari 400 juta tahun yang lalu

Coelacanth dipercaya masih mempertahankan bentuknya selama 400 juta tahun! Ikan ini erat kaitannya dengan ikan lempung atau disebut juga ikan salamander. Coelacanth pernah dianggap punah loh! Namun, berhasil ditemukan kembali pada 1938.

13. Nautilus dari 500 juta tahun yang lalu

Sama seperti yang lain, nautilus juga terancam punah. Padahal, hewan ini telah ada sejak 500 juta tahun yang lalu! Luar biasa, hewan ini bisa bertahan selama itu.

14. Ubur-ubur dari 700 tahun yang lalu

Jangan kaget, ubur-ubur ternyata jadi hewan multiorgan tertua di bumi! Mereka telah bertahan selama 700 juta tahun. Sekarang ini banyak spesies ubur-ubur berbeda yang tersebar di seluruh lautan di dunia.

15. Spons dari 760 juta tahun yang lalu

Cukup sulit untuk menerka berapa lama spons telah ada di dunia ini. Fosil tertuanya menunjukkan spons telah ada sejak 760 juta tahun yang lalu.

Meski jadi hewan yang telah ada sejak masa prasejarah, gak menjanjikan mereka untuk terus ada di bumi. Perburuan liar dan polusi jadi sebab utama banyak di antara mereka yang terancam punah. Ayo, bersama-sama melindungi hewan-hewan prasejarah ini agar kita dapat terus bisa bersama mereka di bumi.



Para penikmat hidangan kelas atas pasti sudah tidak asing lagi dengan jenis ikan sturgeon. Sturgeon adalah nama umum dari 26 spesies ikan yang termasuk dalam famili Acipenseridae, atau yang lebih umum dikenal ikan penghasil kaviar. Kaviar merupakan telur dari berbagai jenis ikan sturgeon yang dipanen sebelum masa pembuahannya tiba.

Memiliki telur dengan harga selangit dan telah ada sejak ratusan juta tahun yang lalu, berikut 5 fakta sturgeon yang bisa kamu ketahui!

1. Punya kemiripan dengan ikan salmon

Ikan salmon lahir di sungai dan pergi ke laut mencari makan lalu kembali ke sungai untuk berkembang biak, hal ini juga dilakukan ikan sturgeon. Namun hal itu hanya terjadi pada beberapa spesies tertentu saja. Umumnya ikan sturgeon ini hidup di air tawar dan menghabiskan seluruh hidupnya di danau.

2. Habitat asli ikan sturgeon

Kelompok ikan sturgeon hidup di Eurosia dan Amerika Utara. Mereka adalah salah satu barang ekspor terbesar milik Rusia dengan nilai fantastis. Sturgeon bisa dikonsumsi mulai dari daging hingga telurnya, telurnya ini bernama kaviar yang biasanya hanya dijual oleh restoran mewah, sebab kaviar sendiri memiliki harga sekitar Rp14 juta per kilogram!

Di habitat asalnya sturgeon hampir mudah ditemukan dan ditangkap. Banyak orang asing yang berhasil menaklukkan ikan langka dengan telur berharga ini.

3. Penangkapan ikan sturgeon terbesar dalam sejarah

Telah ada sejak 250 juta tahun yang lalu membuat sturgeon menjadi ikan yang legendaris. Sejarah pernah mencatat rekor penangkapan ikan sturgeon terbesar yang terjadi pada tahun 1824 di salah satu habitatnya Sunga Volga, Rusia dengan berat 1,5 ton dan panjang 7,2 meter.

4. Kematangan seksual yang membutuhkan waktu panjang

Sayangnya untuk mencapai kematangan seksualnya ikan sturgeon membutuhkan waktu yang sangat lama. Ikan ini siap untuk berkembang biak di umur 6-25 tahun tergantung pada spesiesnya. Ikan sturgeon merupakan ikan berumur panjang yang bisa mencapai usia 50-100 tahun lamanya.

5. Populasinya kini kian terancam punah

Kaviar yang dicari semua orang membuat penangkapan ikan sturgeon seperti tambang emas yang diperebutkan banyak orang. Alhasil, populasi mereka kian hari kian berkurang secara drastis. Banyak oknum yang memanen sturgeon tepat sebelum mereka berkembang biak dan membuat regenerasinya terganggu.

Itu tadi, guys beberapa fakta tentang ikan sturgeon. Konon telur ikan sturgeon memiiki rasa yang sangat lezat, kamu sudah mencobanya?


Sturgeon adalah nama umum dari 26 spesies dalam famili

Acipenseridae , termasuk genus Acipenser , Huso , Scaphirhynchus , dan Pseudoscaphirhynchus. Sturgeon adalah famili ikan bertulang tertua yang masih hidup, mereka hewan asli sungai , danau, dan

pantai di subtropis , iklim sedang, dan subarktik sepanjang Eurasia dan Amerika Utara . Mereka memiliki tubuh yang panjang dengan

sisik yang sangat sedikit dan ukuran yang lumayan besar. Rentang ukuran sturgeon dari 2 - 3,5 m panjangnya dan beberapa spesies dapat tumbuh hingga 5,5 m. Kebanyakan sturgeon adalah

anadromous, bertelur di arus sekitar delta sungai dan estuari . Sementara spesies yang sepenuhnya berada di air tawar, jarang sekali mengunjungi lautan terbuka dan area pantai.Telur ikan ini biasa di konsumsi sebagai Kaviar

Beberapa spesies sturgeon dipanen untuk telurnya , yang dipakai untuk membuat kaviar, makanan mewah yang sangat berharga untuk dijadikan subjek penangkaran ikan. Karena mereka sangat lambat dalam berkembang dan menjadi dewasa, mereka sangat rentan terhadap eksploitasi dan ancaman lainnya, termasuk polusi dan fragmentasi habitat . Kebanyakan spesies dinyatakan berstatus

rentan, terancam, atau kritis .

Karakteristik fisik

Bersama dengan anggota Chondrostei lainnya, sturgeon memiliki

kartilago , sedikit sekali memiliki ciri-ciri vertebrata, dan diselimuti oleh lapisan bertulang yang disebut scute , bukan sisik. Mereka juga memiliki empat helai "kumis" yang muncul di mulut mereka yang tanpa gigi , umumnya digerakkan sepanjang dasar sungai untuk mendeteksi keberadaan mangsa. Sturgeon dapat dikenali dengan tubuhnya yang panjang, rostra yang rata, scute yang unik, dan kumsinya.

Mereka hidup di area bentik , mengaduk dasar perairan dengan mulutnya, dan menggunakan kumisnya untuk mendeteksi keberadaan kerang , crustacea , dan ikan kecil yang merupakan mangsa mereka. Mereka tidak memiliki gigi, mereka tidak mempu mengunyah mangsa. Namun spesies yang besar mampu menelan mangsa yang sangat besar, bahkan seluruh bagian tubuh salmon dan bayi anjing laut.

Di antara ikan terbesar dari Sturgeon adalah beluga ( Huso huso ) di

Laut Kaspia, dilaporkan mampu tumbuh hingga 5,5 m dengan massa 2000 kg, sementara kaluga ( Huso dauricus ) dari sungai Amur memiliki panjang yang sama dengan massa 1000 kg. Mereka diperkirakan merupakan ikan yang memiliki usia tertua, beberapa mencapai usia kematangan seksual di usia 20 tahun dan mampu hidup hingga usia 100 tahun. Kombinasi dari lambatnya perkembangan hidup dan rata-rata reproduktif dan harga yang tinggi bagi sturgeon betina dewasa yang mampu bertelur membuat sturgeon sangat rentan terhadap overfishing.


Acipencer dari famili Acipenseridae, ordo Acipenseriformes , merupakan kelompok ikan bermoncong agak panjang. Ikan ini termasuk jenis primitip dan merupakan turunan ikan purba

Palaeoniscidae . Ikan bertulang rawan dan berkatup spiral pada usunya ini, ada sekitar 26 spesies di dunia.

Mereka hidup tersebar di sungai, danau, dan laut di belahan bumi utara yang beriklim dingin (Eropa dan Amerika Utara). Spesiesnya yang terkenal sebagai ikan hias di antaranya Acipenser ruthenus, Acipenser transomtanus, Acipenser medirostris, Acipenser fulvescens, dan Acipenser oxyrhynchus.

Namun yang masuk ke Indonesia hanya satu jenis, yaitu Acipenser ruthenus , yang pertama kali masuk ke Indonesia sekitar tahun 1980-an. A. ruthenus atau sering disebut sterlet sturgeon merupakan ikan hias air tawar yang menyenangkan. Di alam, ikan dari Eropa Timur ini hidup di sungai-sungai yang mengalir ke Laut Hitam, Azov, dan Caspia.

Ia termasuk ikan besar, yang panjangnya bisa mencapai 125 cm dengan berat sekitar 16 kg. Namun ini masih kalah jauh dengan Acipenser dari Amerika. Acipenser transmontanus, yang terkenal dengan nama white sturgeon, ia bisa mencapai 610 cm dan berat sekitar 453 kg.

Bahkan pernah dilaporkan ada white sturgeon seberat 583 kg dari sungai Colombia, dekat Vancouver. Karena tubuhnya yang besar, maka ia termasuk ikan air tawar terbesar yang pernah ada.

Ikan White sturgeon

Pemeliharaan dalam Akuarium

Dipelihara dalam akuarium, ketika masih kecil, keistimewaan

sterlet terletak pada gerakannya yang lincah, dan variatif. Sifatnya tidak mau diam, senang berenang menyusuri akuarium mulai dari dasar sampai ke permukaan. Bila sedang lapar sterlet akan turun ke dasar, mencari makan, mengais-ngais dasar akuarium dengan keempat sungut di bawah moncongnya.

Tetapi kalau tidak lapar dia akan melaju, terus berenang dari bawah sampai ke atas. Bila sudah mendekati permukaan, dengan cepat tubuhnya yang unik dibalikkan, perut menghadap ke atas dan punggung ke bawah mengahadap dasar akuarium. Dalam posisi demikian ia terus melaju, seperti pesawat tempur yang sedang bermanuver.

Selain itu, gerakannya pada saat dia berenang dengan posisi tegak lurus menuju ke atas juga tidak kalah menakjubkan. Setelah moncongnya mencapai permukaan, badannya langsung diputar-putar atau jungkir-balik seperti pemain akrobat.

Namun sayang, gerakan-gerakan yang menakjubkan ini akan berkurang sejalan dengan bertambah besarnya ikan. Kalau sudah besar gerakannya jadi lamban, karena badannya berat”, ujar

penggemar ikan hias aneh dan langka dari Bandung.

Kelebihan lain, struktur tubuhnya indah, lurus panjang dengan ekor menukik tajam ke atas, mirip ikan hiu. Duri-duri yang berderet rapi pada punggungnya sungguh serasi dengan sirip punggung yang jauh di belakang badannya dan tepat di atas sirip anal.

Sebagian penggemarnya menyebutnya hiu air tawar, kesan mirip hiu ini diperjelas lagi oleh ususnya yang memiliki katup spiral, satu ciri yang terdapat pada ikan hiu.

Damai dan dingin

Perawatan sterlet sturgeon tidaklah sulit, sama seperti perawatan ikan pada umumnya. Hanya saja, karena ikan yang sebenarnya tidak sekerabat dengan hiu ini berasal dari daerah beriklim dingin (sub tropis), tentunya air akuariumnya juga harus dingin. Di daerah asalnya, suhu yang diinginkan sekitar 12-8 derajat C.

Namun di dalam akuarium ia masih bisa toleran sampai suhu sekitar 24-25 derajat C, asal peningkatannya terjadi secara perlahan-lahan. Suhu air ini harus diperhatikan, sebab bila tidak cocok (panas) badannya langsung bengkok dan akhirnya mati. Selain dingin, sterlet sturgeon akan senang bila air akuariumnya jernih dan pH-nya netral.

Karena itu seminggu sekali, bila keruh airnya, perlu diganti seperenam bagian dengan air bersih yang sudah diendapkan selama 2-3 hari. Di samping itu sirkulasi air juga harus ada dan gelembung udara tidak boleh besar-besaran.

Karena sifatnya yang tidak mau diam dan senang berenang sampai ke permukaan, maka permukaan airnya tidak boleh tinggi. Sebab air yang dalam, akan membuatnya capai dan kalau dibiarkan bisa menyebabkan dia sakit bahkan mati.

BACA JUGA:----------------------------   5 Ikan Terbesar di Dunia Selain Paus yang Masih Eksis Saat Ini

Kedalaman yang paling bagus sekitar 30 cm dan paling tinggi 40 cm. Cara penambahan airnya ialah sedikit demi sedikit. Sterlet sturgeon yang harganya Rp. 700.000,00 /ekor dengan ukuran 15 cm ini merupakan ikan yang suka damai. Oleh karena itu, ia bisa disatukan dengan jenis lain yang tidak galak dan rakus. “Sterlet jangan disatukan dengan jenis cichlid, karena rakus dan galak”.

“Kalaupun mau digabung dengan jenis lain, jangan lupa airnya harus dingin dan tidak dalam”.

Di alam aslinya, selain makan cacing tanah, sterlet sturgeon juga makan bekicot dan potonagan ikan kecil. Namun di akuarium dia hanya mau makan cacing merah yang kecil-kecil dan masih hidup.

Jumlah pakannya tidak banyak, karena dia memang bukan ikan yang rakus, tapi harus tetap ada agar dia tidak kelaparan dan tetap sehat. Karena ia mencari makan di dasar, maka sebaiknya dasar akuarium tidak diberi batu atau kerikil yang bisa mengganggunya.

Cara Memelihara dan Merawat Ikan Hias Acipenser. -



Bagaimana jika mahluk pra sejarah kembali ditemukan saat ini? Apakah mahluk ini masih dapat bertahan hidup di lingkungan yang telah berubah dan telah mengalami polusi berat?

Badan Lingkungan Hidup Inggris baru-baru ini melaporkan telah menjumpai kembali seekor ikan prasejarah yang terlihat di sungai Derwent, Yorkshire sejak terakhir ditemukan pada abad ke-19 silam.

Di masa lalu, ikan ini cukup mudah ditemukan di perairan Inggris, namun karena terkena polusi saat Revolusi Industri dan pembangunan pabrik sehingga ikan tersebut seolah-olah ‘menghilang’.

Makhluk aneh bernama lamprey itu mirip seperti ular dan dipercaya telah ada lebih dari 200 juta tahun lalu atau jauh sebelum sebelum era dinosaurus dan vertebrata tertua lainnya. Karena itulah, julukan “fosil hidup” pun melekat padanya.

Ikan ini terlihat tidak berbahaya saat mulutnya menutup, wujudnya mirip belut, namun saat membuka mulut mencari mangsa, terlihat ratusan gigi-gigi terpancang setajam silet.

Badan Lingkungan Hidup Inggris mengklaim bahwa keberhasilan menekan polusi yang rendah dalam seratus tahun terakhir dan upaya konservasi yang terus-menerus telah mengembalikan habitat yang baik bagi ikan lamprey untuk perlahan-lahan kembali.

Menurut para peneliti, ikan lamprey juga penting untuk memproses nutrisi di sungai dan mampu menyediakan sumber makanan bagi ikan lainnya dan burung, seperti bangau.

“Selama dua ratus tahun terakhir, sungai-sungai belum mampu menjadi tempat hidup bagi ikan lamprey sebagai akibat dari kualitas air, habitat yang rusak dan berbagai tantangan lain yang dibuat manusia,” demikian Simon Toms, ahli perikanan dari Inggris menyebutkan.

“Kembalinya mereka pada habitat lama sesungguhnya indikasi bahwa tingkat polusi menurun, dan sungai memiliki ekosistem yang lebih sehat.”

Meskipun wujudnya cukup menakutkan, ikan ini sesungguhnya tidak berbahaya bagi manusia, dan kembalinya mereka ke perairan Inggris sesungguhnya kabar baik. Namun demikian, ikan ini tetap sulit ditemui karena keberadaanya masih tetap jarang.

“Ini adalah ikan yang fenomenal, fosil hidup, yang memiliki tempat khusus dalam sejarah dan tradisi Inggris. Oleh karena itu, kami berharap ikan prasejarah ini dapat berkembang lagi di sungai-sungai di Inggris,” lanjut Toms.

Ikan yang masuk dalam ordo Petromyzontiformes, ini terdiri dari tiga spesies yang masih bertahan, satu spesies hidup di air laut yang kadang masuk ke sungai untuk bertelur. Inilah spesies yang belum lama ini ditemukan kembali.

Untuk memacu populasinya, pihak terkait pun sedang mengusahakan agar ikan dengan mulut penghisap itu dapat dipelihara supaya dapat berkembang biak


Lampre (dalam bahasa Inggris lamprey, kadang-kadang disebut

belut lamprey ) adalah ikan tak berahang. Lamprey merupakan spesies minoritas. Dalam zoologi , lampre sering tidak dianggap sebagai ikan sejati karena morfologi dan fisiologinya yang berbeda. tubuh dapat dibedakan atas caput (kepala, truncus (batang tubuh) dan cauda (ekor). bentuk tubuh silinder dengan ekor pipih. tidak memiliki sisik. Diujung kepala arah ventral terdapat bentuk mangkuk yang disebut buccal funnel yang tepinya dilengkapi dengan papil-papil lunak dan didalamnya terdapat gigi-gigi zat tanduk. Papil – Papil lunak tadi sebagai alat perasa. Dengan adanya gigi memungkinkan lampre melekat dan memarut badan ikan lain. Air ludahnya mengandung bahan kimia yang mampu mencegah pembekuan darah. Insang terdapat di dalam kantong-kantong otot, yang terbuka keluar melalui serangkaian celah yang terdiri dari 7 buah celah kecil di dalam berhubungan dengan sebuah saluran yang bermuara di dalam mulut. memiliki sepasang mata besar yang terdapat sebelah lateral. Sepanjang latero-median terdapat saluran yang berisi indra peraba, di mana saluran ini memanjang sampai ekor.


P andangan sisi dari lamprey gut, menunjukkan banyak neuron serotonergik besar (hijau) yang duduk di sisi usus. Neuron usus ini matang dan berkembang.

Lamprey berlendir, ikan seperti belut parasit, satu dari dua spesies vertebrata yang ada yang tidak memiliki rahang.

Mempertahankan banyak karakteristik yang mirip dengan nenek moyang mereka dan dengan demikian menawarkan jawaban atas beberapa pertanyaan evolusioner terbesar di dunia.

Sekarang, dengan mempelajari lamprey, para periset Caltech telah menemukan mekanisme tak terduga untuk evolusi neuron dari sistem saraf perifer, saraf di luar otak dan sumsum tulang belakang.

Pekerjaan itu dilakukan di laboratorium Marianne Bronner, Profesor Biologi Albert Billings Ruddock di Caltech, dan muncul dalam sebuah makalah dalam jurnal Nature edisi 20 Maret.

Selama lebih dari satu dekade, kelompok Bronner telah mempelajari lamprey karena wawasan unik yang mereka tawarkan ke dalam evolusi vertebrata, dan terutama evolusi struktur baru seperti rahang.

Laboratoriumnya di Caltech mempertahankan salah satu dari sedikit populasi laboratorium lamprey di dunia.

Bronner sangat tertarik pada bagaimana lamprey membandingkan dengan vertebrata lainnya dalam evolusi neuron ususnya.

Neuron ini mengendalikan pergerakan otot untuk pencernaan dan mengelola aspek fisiologi usus lainnya, seperti sekresi dan keseimbangan air.

“Kami tertarik pada asal mula neuron usus lamprey karena pada vertebrata lain mereka muncul dari jenis sel embrio tertentu, yang disebut sel-sel puncak saraf,”

Ikan ini termasuk ikan yang berbahaya

Kata Stephen Green, sarjana postdoctoral dalam biologi dan teknik biologi dan penulis pertama di atas kertas.

“Kami tahu bahwa lamprey memiliki banyak jenis sel-sel puncak saraf, tapi kami hanya tahu sedikit tentang sel mana yang menghasilkan neuron usus.”

Sel-sel puncak syaraf adalah jenis sel induk; Selama perkembangan embrionik vertebrata,

mereka akhirnya berdiferensiasi menjadi sel khusus seperti sel kerangka wajah atau yang menciptakan sel pigmen.

Secara khusus, populasi yang disebut sel saraf neural crest diketahui menjadi neuron usus.

Tapi Bronner dan timnya memperhatikan bahwa sementara lamprey dewasa memiliki neuron usus seperti vertebrata lainnya, embrio lamprey kekurangan sel-sel vagal ini.

Baca Juga tentang Artikel Ikan yang Berbahaya

Ikan Lepu (Lion Fish) Menaklukan Wilayah Baru

“Lamprey dewasa memiliki neuron usus, tapi kami tidak dapat menemukan sel prekursor vagal,” kata Bronner. “Jadi, dari mana asal neuron usus?”

Untuk mengetahui, tim menarik inspirasi dari penelitian tikus yang, karena mutasi, kekurangan sel-sel puncak saraf vagal.

Tikus melakukannya, bagaimanapun, memiliki sejumlah kecil neuron usus dari sumber tak terduga – sel yang disebut prekursor sel Schwann (SCPs).

SCP ada di sepanjang saraf yang mengalir dari tulang belakang ke berbagai bagian tubuh.

Sel-sel ini diketahui berkembang menjadi sel Schwann, yang membentuk penghalang pelindung di sekitar saraf.

Bronner dan timnya dengan fluorescently menandai sel-sel ini di embrio lamprey dan menemukan bahwa, selama perkembangan,

sel-sel bermigrasi dari tulang belakang ke usus.

Benar saja, beberapa dari SCPs ini berkembang menjadi neuron usus.

“Temuan kami menunjukkan bahwa neuron usus pada vertebrata purba mungkin berasal terutama dari SCPs,

dan bahwa neuron usus asli ini kemudian kalah jumlah oleh neuron yang muncul dari sel-sel puncak saraf vagal,” kata Green.

“Lamprey memiliki keberanian yang relatif sederhana, tanpa perulangan dan sedikit neuron total.

Kami menduga bahwa sel-sel puncak saraf vagal mungkin penting untuk usus yang lebih rumit dari vertebrata yang lebih tinggi seperti tikus dan manusia.”

Makalah ini berjudul “Asal usul evolusi purba neuron enterik vertebrata dari puncak saraf yang diturunkan dari trunk.”




Nautilus yang satu ini bukanlah nama sebuah kapal selam milik Kapten Nemo, sang petualang di novel 20,000 Leagues Under the Sea. Nautilus yang satu ini adalah salah satu moluska yang telah ada sejak jutaan tahun yang lalu.

Catatan dari fosil yang telah ditemukan menunjukkan bahwa nautilus tidak berevolusi banyak selama 500 juta tahun terakhir. Bahkan spesies tertentu mencapai lebih dari 2,5 meter (8 kaki 2 inch) ukurannya. Dari masa ke masa hanya ukurannya lah yang banyak berubah, sampai sekarang hanya sebesar kira-kira 20 cm saja.

Nautilus sendiri adalah moluska laut pelagis dari nautilidae keluarga cephalopoda. Setelah selamat dan relatif tak berubah selama jutaan tahun, nautilus merupakan satu-satunya anggota hidup dari subkelas nautiloidea, dan sering dianggap fosil hidup. Nama nautilus awalnya merujuk pada gurita pelagis dari genus Argonauta, atau dikenal sebagai nautiluses kertas.

Nautilus mempunyai bentuk yang mirip dengan bentuk umum untuk cumi-cumi, dengan kepala yang menonjol dan tentakel, yang panjang, lembut, dan fleksibel. Nautilus biasanya memiliki lebih banyak tentakel dari cephalopoda lainnya. Jumlahnya bisa mencapai hingga sembilan puluh tentakel.

Tentakel ini dibagi menjadi dua lingkaran dan, tidak seperti tentakel cumi lainnya, mereka tidak memiliki pengisap, dan berdiferensiasi serta ditarik. Radula yang luas dan khas memiliki sembilan gigi.

Nautilus memiliki dua pasang insang. Ini adalah satu-satunya sisa-sisa metamerism leluhur yang terlihat dalam cumi yang masih ada. Tentakel menempel pada mangsa berdasarkan permukaan bergerigi mereka. Nautilus memiliki pegangan yang kuat, upaya untuk mengambil objek yang sudah tertangkap oleh nautilus mungkin akan merobek tentakelnya, dan tetap melekat erat pada permukaan objek.

Mulutnya seperti paruh burung beo yang terdiri dari dua rahang yang masing-masing mampu merobek hewan makanannya, yang sebagian besar berupa krustasea, ikan dan beberapa mahluk lainnya.

Nautilus Jantan Dan Betina

Nautilus jantan dapat dibedakan dari betinanya dengan memeriksa susunan tentakel di sekitar kerucut bukalnya. Nautilus jantan memiliki organ gagang (berbentuk seperti paku atau sekop) terletak di sisi kiri dari kerucut sehingga terlihat tidak teratur. Sedangkan kerucut bukal betina berbentuk bilateral simetris.

Seperti semua cephalopoda, darah nautilus mengandung hemocyanin, yang biru. Dan tidak seperti kebanyakan cephalopoda, nautilus tidak memiliki kantung tinta dan hanya bergantung pada cangkangnya untuk perlindungan dari para predatornya.

Nautilus pompilius adalah spesies terbesar dalam genus nautilus. Salah satu bentuk yang terbesar dengan ukuran 26,8 cm ditemukan dari barat laut Australia, pernah disebut sebagai Nautilus repertus . Namun, sebagian besar spesies nautilus tidak pernah melebihi 20 cm.

Macromphalus nautilus termasuk nautilus kecil, dengan ukuran 16 cm. Nautilus pompilius suluensis dari laut Sulu menjadi nautilus terkecil dengan diameter cangkang rata-rata 11,5 cm.

Nautilus merupakan satu-satunya cumi hidup yang mempunyai tulang tubuh eksternal berfungsi sebagai cangkang. Hewan ini dapat menarik badan sepenuhnya ke cangkang dan menutup pembukaan dengan hood kasar, yang terbentuk dari dua tentakel khusus yang dapat dilipat.

Cangkangnya berbentuk melingkar, aragonitic, nacreous dan tahan tekanan. Walaupun cangkangnya tidak tahan pada kedalaman tertentu dan akan meledak pada kedalaman sekitar 800 meter (2.600 kaki). Cangkang nautilus terdiri dari dua lapisan yaitu matte lapisan luar berwarna putih, dan lapisan dalam warna-warni putih mencolok. Cangkang paling dalam berwarna pearlescent biru-abu-abu.

Mutiara Osmena, meski bernama mutiara, tetapi perhiasan ini berasal berasal dari bagian cangkang nautilus. Secara internal, cangkang terbagi menjadi beberapa ruang (camerae), dengan mode kamuflase bernama countershading. Cangkang nautilus adalah salah satu contoh alami terbaik dari spiral logaritmik, meskipun tidak spiral emas.

Hewan kuat tekanan

Untuk berenang, nautilus menarik air ke dalam dan keluar dari ruang dengan hyponome, yang menggunakan jet. Nautilus juga memiliki kemampuan yang sangat langka untuk menahannya jika dibawa ke permukaan dari habitat alami di laut dalam tanpa menderita kerusakan. Sedangkan ikan atau krustasea yang hidup di laut dalam pasti akan mati seketika ketika di bawa ke permukaan, karena tekanan yang berbeda. Nautilus yang akan tidak akan terpengaruh meskipun perubahan tekanan sebanyak 80 atmosfer.

Sampai saat ini, belum diketahui bagaimana hewan eksotis ini mempunyai kemampuan bertahan dari tekanan. Meskipun memiliki struktur berlubang, vena cava diduga menjadi organ yang mendukung kemampuan itu.

Tidak seperti cumi lainnya, nautilus tidak memiliki penglihatan yang baik. Struktur matanya berkembang tetapi tidak memiliki lensa yang solid. Mereka memiliki lubang jarum mata sederhana yang terbuka terhadap lingkungan. Nautilus diduga menggunakan penciuman sebagai alat untuk mencari makan atau mengidentifikasi calon pasangan. Telinga dari nautilus yang terkandung dalam struktur disebut otocyst terletak tepat di belakang ganglia pedal, berbentuk oval padat dengan elips kristal kalsium karbonat.

Nautiluses lebih dekat kekerabatannya dengan cumi pertama yang muncul sekitar 500 juta tahun yang lalu dari pada cumi modern awal yang muncul mungkin 100 juta tahun kemudian (ammonoids dan coleoids). Mereka memiliki otak yang lebih sederhana, dan bukan otak yang kompleks besar seperti gurita, cumi-cumi ataupun sotong. Namun sistem saraf Cephalopoda sangat berbeda dari hewan lain.

Reproduksi Nautilus

Nautiluses berkembang biak dengan bertelur. Betina akan melampirkan telur yang telah dibuahi di batu pada perairan dangkal. Telur itu membutuhkan waktu 8 – 12 bulan untuk berkembang sampai 30 milimeter. Betina bertelur sekali per tahunnya dan meregenerasi organ reproduksi mereka.

Pada tahap kematangan seksual, cangkang jantan menjadi sedikit lebih besar dari betina. Hampir semua penelitian menyebutkan jumlah jantannya lebih banyak 60 – 94 persen dibanding jumlah betina.

Masa hidup nautilus dapat melebihi 20 tahun, ini adalah waktu yang sangat panjang untuk sebuah cephalopoda. Namun, nautilus biasanya mencapai kematangan seksual ketika mereka berusia sekitar 15 tahun

Nautilus ditemukan di Indo-Pasifik, dari 30 derajat lintang utara sampai 30 derajat lintang selatan dan 90 derajat – sampai 175 bujur timur. Mereka mendiami lereng dalam terumbu karang. Nautilus juga biasanya menghuni kedalaman beberapa ratus meter.

Nautilus dipercaya merupakanhewan nocturnal, atau aktivitasnya meningkat pada malam hari, termasuk berburu, kawin dan bertelur. Kedalaman terjauh di mana nautilus telah terlihat adalah 703 m yaitu Nautilus Pompilius . Dan hanya di Kaledonia Baru, Kepulauan Loyalty, dan Vanuatu terdapat nautilus yang diamati dalam air yang sangat dangkal yaitu 5 meter. Hal ini disebabkan dinginnya air permukaan yang ditemukan di habitat ini belahan bumi selatan. Nautiluses umumnya menghindari suhu air di atas 25 ° C.

Di beberapa daerah di Indonesia, nautilus ditangkap oleh nelayan untuk dikonsumsi dagingnya, dan diambil cangkangnya untuk dibuat suvenir atau produk perhiasan. Memang nautilus bukanlah hewan yang langka, tetapi karena habitatnya yang berada di laut dalam, maka nautilus jarang terlihat oleh para penyelam sekalipun. Dan karena itu pula, nautilus disebut hewaan yang langka dan dilindungi. Walaupun regulasi untuk perlindungan terhadap hewan ini tetap diperlukan, mengingat nautilus termasuk ke dalam hewan purba dan untuk menghindari adanya over fishing.


Bentuk dan motif cangkangnya yang cantik membuat nautilus terlihat unik. Namun sayang keunikan dan keindahan cangkang fauna laut ini membuatnya menjadi target incaran manusia untuk dijadikan hiasan atau suvenir. Beredar juga berita palsu yang mengklaim jika nautilus memproduksi mutiara. Bahkan tidak sedikit yang memburunya untuk dijadikan makanan. Oleh sebab itu, tidak heran jika hewan yang disinyalir sebagai salah satu hewan purba ini lambat laun mengalami kepenuhan.

Nama ‘Nautilus’ berasal dari bahasa Yunani yang artinya pelaut. Sekilas satwa ini terlihat mirip siput karena memiliki cangkang. Tapi, hewan ini bukanlah dari keluarga siput. Nautilus tergolong keluarga Chepalopoda atau satu golongan dengan cumi-cumi dan gurita yang satu-satunya memiliki cangkang.

Menurut kajian Mujiono (2009), Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Cephalopoda dibagi dalam dua sub kelas yaitu Tetrabranchiata/Nautiloidea yang hanya beranggotakan Nautilida yaitu mereka yang mempunyai cangkang eksternal; dan Dibranchiata/Coleoidea yang beranggotakan Spirulida, Teuthida, Sepiida, Sepiolida, Octopoda dan Vampyromorphida yaitu mereka yang bercangkang internal, vestigial ataupun absent (Dauphin, 1996).

Setelah selamat dan relatif tidak berubah selama lebih kurang 600 juta tahun yang lalu, nautilus sering dianggap sebagai fosil hidup. Kehebatan hewan ini adalah mereka mampu bertahan dari dampak hantaman asteroid pada Bumi yang saat itu memusnahkan hewan raksasa seperti dinosaurus, sekitar 65 juta tahun lalu. Bahkan, spesies ini juga mampu bertahan dari fluktuasi pemanasan dan pendinginan suhu Bumi selama 500 juta tahun terakhir, seperti dilansir nationalgeographic.co.id.


Adapun informasi dari berbagai sumber menjelaskan bagaimana nautilus dapat bertahan hidup dari ancaman bahaya. Ia memiliki dua pasang insang, apabila merasa terancam umumnya ia akan memasukan kepalanya dan menutup lubang cangkangnya dengan menggunakan semacam tudung di bagian atas kepalanya yang terbuat dari lapisan kulit yang keras. Dalam cangkangnya, Nautilus memiliki dua puluh delapan rongga yang saling berhubungan.

Pada bagian dalam cangkangnya terdapat sebuah bilik besar yang berfungsi untuk meletakkan tubuh lunaknya, sedangkan pada bilik kecilnya terisi oleh udara. Keunggulan dari bilik-bilik kecil tersebut ialah mampu membuat tubuh hewan bercangkang ini melayang di dalam air. Disinyalir semakin tua usia nautilus maka semakin banyak jumlah bilik kecilnya.

Saat hendak menyelam nautilus mengisi cangkangnya dengan cairan. Sebaliknya ketika hendak mengapung, ia akan mengeluarkan cairan dari dalam rongga dan menggantinya dengan gas. Cara ini seperti mengingatkan kembali teknologi yang diterapkan pada kapal selam.

Untuk membedakan jenis jantan dan betina satwa ini adalah dengan memeriksa susunan tentakel di sekitar kerucut bukalnya. Menurut mongabay.co.id, nautilus jantan memiliki organ gagang (berbentuk seperti paku atau sekop) terletak di sisi kiri dari kerucut sehingga terlihat tidak teratur. Sedangkan kerucut bukal betina berbentuk bilateral simetris.

Nautilus mempunyai bentuk kepala yang menonjol dan tentakel yang panjang, lembut, dan fleksibel, layaknya cumi-cumi. Ia umumnya memiliki lebih banyak tentakel dari cephalopoda lainnya. Tentakel ini dibagi menjadi dua lingkaran dan mereka tidak memiliki pengisap. Jumlahnya bisa mencapai hingga sembilan puluh tentakel. Tentakel menempel pada mangsa berdasarkan permukaan bergerigi mereka.

Dibalik keunikannya, hewan ini tidak memiliki penglihatan yang baik. Struktur matanya berkembang tetapi tidak memiliki lensa yang solid. Mereka memiliki lubang jarum mata sederhana yang terbuka terhadap lingkungan. Beberapa sumber menyatakan bahwa diduga nautilus menggunakan penciuman sebagai alat untuk mencari makan atau mengidentifikasi calon pasangannya.



Dalam bahasa Inggris hewan ini disebut Horse Shoe Crab.

Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi kepiting tapal kuda.

Binatang ini dikenal juga dengan sebutan belangas.

Sedangkan di Jawa, yang jantan disebut mimi, yang betina disebut mintuna.

Bukan Kepiting

Sama seperti kepiting lainnya, kepiting tapal kuda termasuk keluarga hewan berbuku-buku (Arthropoda).

Tubuhnya terbagi atas 3 bagian, yaitu kepala, perut, dan ekor tulang belakang.

Tubuhnya ditutup dengan cangkang yang halus berwarna abu-abu.

Cangkang kepala berbentuk seperti tapal kuda.

Jika dibalik, hewan ini memiliki kaki menyerupai kaki kepiting, tetapi capitnya kecil.

Nah, dengan dua ciri-ciri itu, hewan ini disebut kepiting tapal kuda.

Namun, sebenarnya kepiting tapal kuda bukanlah kepiting.

Meskipun sama-sama sebagai hewan berbuku-buku, mereka berasal dari keluarga yang berbeda.

Kepiting berasal dari keluarga Brachyura , sedangkan kepiting tapal kuda dari keluarga Xiposhura.

Kepiting Tapal kuda dengan kepala berbentuk seperti tapal kuda.

Kepiting Tapal kuda dengan kepala berbentuk seperti tapal kuda.

( Aan Madrus)

Penampakan kepiting tapal kuda dari balik cangkangnya. (Foto: Creative Commons)

Hidup di Perairan Dangkal

Kepiting tapal kuda hidup di perairan dangkal, yaitu kawasan paya-paya dan mangrove.

Mereka mencari makan di malam hari. Makanannya berupa cacing, kerang, dan alga.

Bila musim kawin tiba, Kepiting tapal kuda akan berbondong-bondong pergi ke pantai.

Di sana hewan betina akan menggali lubang di pasir kemudian meletakkan telur dalam lubang itu.

Dalam sekali musim kawin, Jumlah telurnya antara 2.000 hingga 20.000 butir telur.

Telur yang telah dibuahi kepiting jantan, beberapa minggu kemudian akan menjadi larva.

Ketika air pasang, larva tersebut akan terbawa air ke dalam lautan. Di laut itu, larva akan berkembang menjadi anakan kepiting tapal kuda.

Berdarah Biru

Berbeda dengan makhluk hidup lainnya yang umumnya berdarah merah, kepiting tapal kuda berdarah biru.

Darah itu berwarna biru karena mengandung hemosianin, yaitu zat tembaga dalam protein. Sedangkan darah merah mengandung hemoglobin atau zat besi.

Darah kepiting tapal kuda sangat bermanfaat bagi manusia, terutama untuk industri obat-obatan.

Hewwan ini diambil plasma darahnya yang disebut haemocyte lysate.

Plasma darah ini digunakan untuk menguji produksi obat, untuk memastikan bahwa obat itu bebas dari bakteri.

 - Horseshoe crab dari famili Limulidae , atau dalam bahasa Indonesia sering disebut belangkas , merupakan jenis hewan beruas ( artropoda ) yang tinggal di perairan dangkal . Hewan yang menghuni kawasan hutan bakau ini berbentuk seperti ladam atau tapal kuda berekor .

Belangkas tidak berbahaya , umumnya hewan ini ditangkap di tepi -tepi pantai. Bentuk fosil hewan ini tidak mengalami perubahan besar sejak periode Devon , yakni periode waktu sekira 400-250 juta tahun yang lalu. Kabarnya , sekira 500.000 belangkas setiap tahun dikumpulkan di pesisir Timur AS , yang diatur di bawah hukum antarnegara bagian .

Belangkas memiliki kegunaan , berdasarkan informasi Wikipedia, hewan air ini menyerupai krustasea atau udang. Awal mula belangkas muncul melalui temuan fosil yang diyakini pernah hidup pada periode Ordovisium sekira 450 juta tahun lalu.

Seluruh tubuh hewan ini dilindungi oleh cangkang keras . Belangkas atau kepiting tapal kuda ini memiliki dua mata majemuk primer dan tujuh mata sekunder , di mana dua diantara tujuh mata sekunder ini berada di bagian bawah .

Hewan ini umumnya muncul ke pantai untuk kawin . Umumnya hewan ini digunakan sebagai umpan dan pupuk . Akan tetapi, penggunaan berlebihan konon menyebabkan penurunan jumlah individu belangkas .

Kerusakan habitat pesisir di Jepang dan di sepanjang pantai timur Amerika Utara juga semakin memperparah populasi hewan dianggap fosil hidup ini .

Beberapa waktu lalu terungkap, fosil belangkas atau kepiting tapal kuda ditemukan oleh bocah 10 tahun bernama Bruno Debattista dari sekolah Oxford . Fosil tersebut diyakini merupakan sepotong serpihan bebatuan yang dipercaya merupakan jejak belangkas berusia lebih dari 300 juta tahun .

Dilansir Sciencedaily,  , para ahli dari Oxford University Natural History Museum terkejut ketika menemukan bahwa fosil ini merupakan jejak kaki yang ditinggalkan oleh kepiting tapal kuda . Fosil ini menunjukkan pergerakan hewan purba tersebut yang merangkak naik dari lereng berlumpur di pantai kuno sekira 320 juta tahun lalu .

Chris Jarvis, petugas di Museum dan penyelenggara Natural History After -School Club mengatakan, jejak kaki ini sangat langka dan sangat sulit untuk dilihat . "Jadi , kami kagum ketika Bruno menemukan di After-School Club kami , " tutur Chris .

Ia mengungkapkan kekagumannya pada Bruno , yang masih seorang bocah 10 tahun. Bruno memiliki kemampuan untuk menduga bahwa objek tersebut merupakan fosil berusia ratusan juta tahun lalu .

Fosil temuannya ini telah dikonfirmasi oleh Museum sebagai jejak sepasang kepiting tapal kuda yang ada pada periode Carboniferous, yakni 308 - 327 juta tahun lalu. Ketika itu, laut perlahan -lahan mengalami perubahan akibat daratan Bumi bergerak bersama membentuk Pangaea.

Wikipedia menerangkan , pangaea adalah super benua yang ada selama era akhir Paleozoikum dan awal Mesozoikum . Super benua terbentuk sekitar 300 juta tahun yang lalu .


Kepiting tapal kuda atau yang disebut juga belangkas merupakan hewan laut yang kaya akan manfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Darah dan telurnya dimanfaatkan sebagai obat yang sangat bernilai, namun sayangnya harga yang dipatok untuk seekor kepiting tapal kuda cukup mahal.

Budidaya kepiting tapal kuda salah satunya bisa kita lihat di Kampung Laut Tanjung Jabung Timur, Propinsi Jambi. Banyak pembudidaya yang mengusahakan kepiting tapal kuda ini, mengingat potensi keuntungannya sangat besar dan merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan.

Cara budidaya kepiting tapal kuda berbeda dengan cara budidaya kepiting air tawar atau pun jenis kepiting lainnya.

Sekilas Tentang Kepiting Tapal Kuda

Kepiting tapal kuda sebenarnya bukanlah salah satu jenis kepiting, meskipun memiliki ciri yang hampir sama, yaitu tubuhnya yang berbuku-buku, dan saat dibalik kepiting tapal kuda memiliki kaki yang menyerupai kepiting pada umumnya serta capit berukuran kecil.

Kepiting tapal kuda sendiri berasal dari keluarga Xiposhura, hidup di perairan dangkal dan mencari makan berupa cacing, kerang, atau alga pada malam hari. Jika musim kawin tiba, kita akan melihat kepiting tapal kuda berdatangan ke tepi pantai.

Hal tersebut tentu tidak sama dengan perilaku budidaya dan pembesaran kepiting.

Sekilas jika kita perhatikan, bentuk tubuh kepiting tapal kuda hampir menyamai ikan pari, yaitu pipih pada bagian punggungnya, dan berekor panjang meruncing. Namun punggung dari kepiting tapal kuda tentu saja keras layaknya cangkang pada umumnya.

Bentuk tubuh bagian depan dari hewan laut yang unik ini menyerupai tapal kuda, di luar negeri, banyak yang menjulukinya sebagai horseshoe crab. Dari situlah sebutan kepiting tapal kuda berasal.

Darahnya yang banyak dipakai untuk obat-obatan memiliki warna yang khas, yaitu biru karena mengandung hemosianin atau zat tembaga dalam protein.

Cara Budidaya Kepiting Tapal Kuda

Umumnya cara budidaya kepiting tapal kuda dilakukan dalam bak fiber dengan isian 25 hingg 40 ekor indukan atau tergantung dari ukuran kepiting tapal kuda atau belangkas. Metodenya juga berbeda dengan budidaya ikan cupang di kolam beton.

Pemberian Pakan

Untuk pakannya, belangkas sangat menyukai ikan curah, karena tergolong hewan carnivora. Pemberian pakan yang ideal adalah sebanyak 3 kali sehari agar belangkas dapat tumbuh dengan optimal.

Waktu Pemeliharaan

Belangkas-belangkas yang dibudidayakan dalam kolam fiber umumnya dipelihara selama 4 bulan atau lebih untuk dapat menghasilkan telur. Namun tidak semua belangkas yang dibudidayakan dapat menghasilkan telur, karena belangkas membutuhkan adaptasi yang lama.

Di alam bebas, belangkas mampu menghasilkan telur sebanyak 120.000 butir telur setiap kali bereproduksi. Kendati demikian, tidak semua telur berhasil menetas oleh sebab adanya perburuan predator. Bahkan kesempatan hidup belangkas hingga dewasa pun sangat kecil.

Hal tersebut diakibatkan oleh maraknya perburuan manusia yang ingin mendapatkan manfaat dari hewan purba ini.

Pembesaran Kepiting Tapal Kuda

Belangkas yang dibudidayakan selama 4 bulan biasanya memiliki ukuran diameter sebesar 10 hingga 20 cm, sedangkan belangkas yang sudah mampu menghasilkan telur memiliki diameter 30 cm. Sangat berbeda dengan budidaya ikan nila keramba apung.

Masa Tunggu Telur Menetas

Telur-telur belangkas akan menetas dalam kurun waktu 2 hingga 5 minggu dengan bantuan suhu ruang yang hangat. Semakin hangat suhunya, maka semakin cepat pula telur-telur tersebut menetas.

Di alam liar, telur-telur belangkas akan tetap tinggal di dalam pasir yang digali oleh sang induk selama beberapa minggu. Saat air laut sedang pasang, maka larva-larva kepiting tapal kuda akan terseret oleh arus selanjutnya hidup mengapung dengan mengandalkan cadangan kuning telur sebagai makanannya.

Manfaat Kepiting Tapal Kuda

Kepiting tapal kuda sudah ada di dunia sejak 445 juta tahun yang lalu. Pada mulanya hewan purba ini memiliki dua cabang pada bagian depan tubuhnya, namun karena telah berevolusi, maka bentuk bagian depan dari kepiting tapal kuda hanya memiliki satu bagian saja seperti yang kita ketahui saat ini.

Jika dibiarkan hidup di alam bebas, maka belangkas mampu bertahan hidup hingga 40 tahun, tetapi seiring maraknya perburuan liar, maka kepiting tapal kuda rata-rata yang ditemukan hanya bisa mencapai usia 12 tahun saja.

Adanya perburuan untuk kepentingan industri, pencemaran air laut, hingga pemberantasan yang dilakukan oleh peternak kerang (karena dianggap hama, seperti mengatasi hama ikan gabus ) menjadi faktor-faktor turunnya populasi belangkas di laut.

Ironisnya, belangkas merupakan salah satu hewan yang sulit berkembang biak karena membutuhkan waktu hingga 9 tahunan untuk mencapai fase dewasa dan mampu bereproduksi. Oleh karena itulah, belangkas saat ini sudah terancam punah.

Sangat disayangkan, bukan, jika hewan laut yang kaya manfaat ini tidak bisa kita temukan lagi suatu hari nanti? Padahal manfaatnya sangat banyak, termasuk untuk kesehatan manusia. Berikut ini beberapa manfaat dari belangkas yang bisa kami bagikan.

1. Darahnya dipakai sebagai obat

Darah dari belangkas yang berwarna biru dapat dimanfaatkan sebagai obat untuk kesehatan manusia. Ekstrak darah ini juga digunakan untuk menguji endotoksin dan juga mendeteksi penyakit meningitis.

Di Eropa, Amerika Serikat, Asia Barat, dan juga Jepang, darah dari belangkas ini dapat dipakai sebagai serum antitoksin. Harga yang ditaksir untuk satu liter darah belangkas adalah USD 5.000, mahal sekali, bukan?

2. Daging dan telur belangkas bisa dikonsumsi

Masyarakat Melayu sangat menyukai telur belangkas yang dimasak asam pedas dan sambal tumis belangkas. Namun jika ingin merasakan telur belangkas yang lebih original, maka belangkas bisa langsung dikonsumsi dengan membakar atau memangganggnya saja.

Hanya saja perlu kehati-hatian saat mengkonsumsi belangkas, karena ada bagian tubuh dari belangkas yang menghasilakn racun memabukkan.

3. Bahan kosmetik

Tidak hanya enak dikonsumsi dan darahnya bermanfaat dalam bidang kesehatan, kepiting tapal kuda juga kerap dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik.

Tantangan terbesar dari budidaya kepiting tapal kuda adalah sulitnya hewan ini dalam beradaptasi dan juga berkembang biak, di sisi lain, kebutuhan industri akan kepiting tapal kuda kian hari kian meningkat.

Sebagai upaya pencegahan kepunahan, para ilmuwan terus berupaya untuk mempelajari siklus hidup belangkas di alam liar, agar bisa dibudidayakan dengan mudah dan terjaga kelestariannya seperti budidaya ikan cupang plakat koi


alosaurus

merupakan dinosaurus karnivora terbesar dalam Periode Jurasik. Allosaurus merupakan salah satu jenis dinosaurus yang paling baik dikenal sejauh ini selain karnivora terdahulu lainnya seperti Megalosaurus dan Tyrannosaurus rex.


(*). UKURAN ALLOSAURUS


Allosaurus adalah Theropoda terbesar di Periode Jurasik. Panjang tubuh maksimal Allosaurus dewasa bisa mencapai sekitar 12 m dengan tinggi sekitar 4 m dan berat mencapai 6 ton. Terdapat beberapa jenis Allosaurus yang berbeda, seperti


Allosaurus fragilis, Allosaurus amplexus(terbesar), Allosaurus maximus, Allosaurus ferox, dan Allosaurus atrox. Panjang tengkorak mereka bervariasi, namun yang terbesar sekitar 1, 45 m panjangnya, dengan puluhan gigi tajam bergerigi sepanjang 12 cm untuk mencabik-cabik mangsa.


Allosaurus, walau merupakan pemangsa teratas di zamannya, pada awalnya mereka menetas dengan ukuran yang kecil, yang membutuhkan perawatan dari induknya. Allosaurus adalah karnivora eksklusif, yang memburu dan memakan dinosaurus herbivora lain seperti Camptosaurus, Diplodocus, Apatosaurus, Stegosaurus, dan Kentrosaurus. Metode menyerang dari dinosaurus raksasa ini telah diketahui dengan baik. Allosaurus diduga kuat menyergap mangsa semacam Ornithopoda karena mereka dapat berlari cepat, dan mengejar mangsa lambat seperti


Sauropoda. Allosaurus memiliki gigi yang kuat, tajam, dan bergerigi di bagian belakang. Gigi khusus seperti ini terdapat pada semua Allosauridae. Dibandingkan karnivora lain, gigitan Allosaurus cenderung lemah namun otot-otot lehernya sangat kuat. Allosaurus menggunakannya untuk mengayunkan rahangnya yang terbuka maksimal, kemudian dengan sekuat tenaga akan menghunjamkan rahang atasnya langsung ke mangsa, menyebabkan cedera serius dan pendarahan yang hebat. Metode ini kadang disebut 'metode kapak' karena tindakan ini bisa membunuh mangsa semudah kapak memotong kayu.


Allosaurus termasuk dinosaurus dengan penyebaran luas. Sisa-sisanya ditemukan terutama di Amerika Serikat, kemungkinan Eropa hingga Lembah Tendaguru di Tanzania, sampai Australia. Namun penemuan Allosaurus di Australia tidak dapat dibuktikan lebih jauh. Fosilnya terdapat di batuan Awal Kretaseus, dan hanya bagian dari tulang kaki. Lebih besar kemungkinan Allosaurus tersebut adalah spesies Allosauridae baru, yang dinamai


Australovenator, yang ukurannya hanya setengah dari Allosaurus Amerika Utara.


Perbandingan lebah biasa dengan serangga Wallace.

Nationalgeographic.co.id – Sekelompok peneliti menemukan spesies serangga raksasa yang sudah tidak terlihat selama tiga dekade dan dianggap sudah punah.


Bulan lalu, tim ilmuwan dan ahli konservasi melakukan ekspedisi ke Maluku Utara untuk menemukan serangga Wallace (Megachile pluto ), yang merupakan serangga terbesar dengan bentang sayap sekitar enam sentimeter.


Perlu waktu lima hari di Maluku sebelum peneliti berhasil menemukan lebah betina raksasa Wallace yang hidup pada sarang aktif di pohon setinggi 2,5 meter.


“Sangat menakjubkan melihat ‘buldog terbang’ ini. Apalagi,


serangga tersebut sempat dikira sudah punah,” kata Clay Bolt, ahli konservasi sekaligus fotografer alam.


“Melihat betapa indah dan besarnya spesies ini, juga mendengar dengungannya secara nyata, sangat menakjubkan. Impian saya sekarang adalah memanfaatkan penemuan serangga Wallace sebagai simbol konservasi di Indonesia Timur,” imbuhnya.


Serangga serukuran ibu jari tersebut, memiliki nama yang diambil dari Alfred Russel Wallace, peneliti yang berkontribusi pada teori evolusi berdasarkan seleksi alam dan orang pertama yang menemukan lebah raksasa itu lebih dari satu abad lalu.


Alfred Russel Wallace mendeskripsikannya sebagai “serangga raksasa seperti tawon hitam dengan rahang yang sangat besar seperti kumbang rusa”.


Serangga Wallace terakhir kali terlihat pada 1981, ketika ahli entomologi, Adam Messer menggambarkan perilakunya untuk pertama kali. Diketahui bahwa tawon raksasa tersebut kerap menetap di sarang rayap, kemudian menggunakan mandibula untuk mengumpulkan damar pohon dan melapisi ‘tempat tinggal’-nya sebagai penghalang antirayap.


Salah satu peneliti menunjukkan serangga Wallace yang ditemukan di Maluku. (Clay Bolt via IFL Science)Tim peneliti mengatakan, penemuan kembali serangga Wallace memberikan harapan bahwa hutan dunia mungkin mengandung lebih banyak spesimen dari spesies langka tersebut. Atau, ada beragam spesies lain yang mungkin bersembunyi di wilayah-wilayah terpencil di dunia.


“Di tengah penurunan jumlah spesies global, sangat menyenangkan untuk menemukan hewan langka yang ternyata masih bertahan hidup,” kata Simon Robson, salah satu peneliti yang terlibat dalam ekspedisi.


Meski begitu, ada beberapa hal yang mengancam habitat serangga raksasa tersebut. Menurut data Global Forest Watch, 15% wilayah hutan Indonesia telah hilang akibat alih fungsi lahan pertanian dari 2001 hingga 2017.


Penelitian terbaru juga mengungkapkan bahwa serangga di dunia terancam musnah. Analisis yang dipublikasikan pada Biological Conservation , menyatakan, 40% populasi serangga di dunia akan menghadapi kepunahan dalam beberapa dekade mendatang. Akibatnaya, itu akan mengubah ekosistem Bumi dan memengaruhi hewan-hewan lain (juga manusia) yang bergantung kepadanya.


Smilodon adalah sejenis kucing bergigi pedang (machairodont) yang hidup di Amerika Utara dan Selatan sepanjang Kala Pleistosen. Ia merupakan jenis kucing bergigi pedang yang paling dikenal. Koleksi fosil terbanyak dan terbesar ditemukan di wilayah Kubangan Aspal La Brea di Los Angeles. Tempat ini memang terkenal dengan kekayaan fosil megafauna dari Kala Pleistosen, selain Smilodon ada beberapa jenis mamalia besar lain seperti

mamut Kolumbia (Mammuthus columbi), kukang tanah (Paramylodon), dan serigala raksasa (Canis dirus).

Dibandingkan dengan jenis kucing besar lain yang masih hidup, Smilodon memiliki perawakan yang kekar dan kuat, dengan lengan dan kaki yang sangat berkembang serta taring yang sangat panjang, sekitar 28 cm (seperti julukannya, gigi pedang). Rahangnya mampu menganga jauh lebih lebar dari jenis kucing modern. Taring pedangnya langsing dan tipis namun sangat tajam, sebagai bentuk adaptasi untuk memangsa hewan yang jauh lebih besar darinya, seperti bison dan unta, bahkan mamut atau mastodon sekalipun. Besar kemungkinan bahwa Smilodon hidup di habitat tertutup, seperti hutan dan sesemakan yang rimbun, yang membuatnya tak terlihat oleh mangsa sehingga ia dapat menyergap setiap hewan besar yang lewat. Ketergantungannya terhadap hewan besar mungkin menjadi salah satu penyebab kepunahannya. Kucing besar ini mengalami kepunahan pada akhir Kala Pleistosen, sekitar 10.000 tahun yang lalu, bersamaan dengan banyak jenis megafauna besar lain dari benua Amerika Utara dan Selatan.

Ada tiga spesies yang diketahui, yang pertama adalah Smilodon gracilis , spesies paling awal dan terkecil. Ia hidup di Amerika Utara sebelum menyebar ke Amerika Selatan bagian utara setelah terbentuknya jembatan darat Panama. Spesies kedua bernama

Smilodon fatalis, yang berukuran lebih besar dari pendahulunya. Spesies ini memperluas wilayahnya hingga ke Amerika Selatan bagian barat. Spesies terakhir, terbesar dan paling terkenal, adalah Smilodon populator . Ia tinggal di wilayah timur Amerika Selatan dan berukuran sebesar singa, bahkan sedikit lebih besar. Dengan panjang mampu mencapai 2 m dan berat 400 kg, ia mungkin merupakan jenis kucing terbesar yang pernah hidup.

Di Amerika Utara, Smilodon adalah predator puncak di wilayahnya, dimana ia berburu mamalia besar seperti bison, unta, kukang tanah, kuda, dan mamut. Namun, ia harus bersaing dengan beberapa jenis predator besar lain seperti singa Amerika

( Panthera leo atrox), serigala raksasa (Canis dirus), kucing bergigi pisau (Homotherium), dan burung bangkai teratorn

(Teratornis).

Kucing gigi pedang atau Smilodon fatalis hidup sekitar 10.000 tahun lalu di Amerika Utara dan Selatan. Smilodon merupakan salah satu predator zaman prasejarah yang terkenal tangguh, dengan gigi taringnya yang tumbuh sangat tajam.

Fosil gigi dari bayi Smilodon fatalis. Meski panjang gigi Smilodon dua kali lebih panjang dari gigi singa, pertumbuhannya tidak memerlukan waktu dua kali lebih lama. (Courtesy of Wysocki, Feranec, Tseng, and Bjornsson)

Baru-baru ini, peneliti berhasil mengungkap bahwa smilodon membutuhkan waktu hingga tiga tahun untuk benar-benar memiliki gigi pedang yang utuh. Penemuan itu didapat dari hasil penelitian yang dilakukan Aleksander Wysocki dan kolega kampusnya di Clemson University.

Dengan menggunakan isotop oksigen dan alat tomography mikro, mereka menganalisa spesimen kucing Smilodon yang ditemukan di La Brea Tar Pits di Los Angeles, lalu menggabungkan hasilnya dengan penelitian sebelumnya.

Hasilnya, diketahui bahwa pertumbuhan gigi Smilodon akan lengkap ketika mereka menginjak usia 14 sampai 22 bulan. Namun untuk gigi taringnya, pertumbuhannya belum benar-benar selesai hingga mereka mencapai umur tiga tahun.

Pertumbuhan gigi atas Smilodon termasuk cepat, yakni 6 milimeter perbulan. Jika diumpamakan, pertumbuhannya dua kali lebih cepat dari pertumbuhan kuku manusia dalam jangka waktu yang sama.



Untuk saat ini, liger memegang kedudukan sebagai kucing terbesar di dunia. Liger terbesar bernama Hercules dan memiliki berat badan 922 pound atau setara dengan 418 kilogram. Padahal, ada spesies hewan yang lebih besar dari liger namun telah punah 42 juta tahun yang lalu, yakni saber tooth tiger atau harimau bergigi pedang!

Penasaran, bagaimana sosok harimau bergigi pedang ini? Seberapa besar dan mengapa harimau ini punah? Intip penjelasannya di bawah ini!

1. Hidup pada 42 juta tahun yang lalu

Harimau bergigi pedang hidup pada zaman Eosen hingga akhir zaman Pleistosen, sekitar 42 juta tahun yang lalu sampai 11 ribu tahun yang lalu. Di zaman Eosen, hewan berkuku pertama kali muncul, seperti Eohippus yang merupakan leluhur badak dan tapir serta kelinci, berang-berang, tikus dan paus yang berevolusi di zaman yang sama.

Sementara, zaman Pleistosen adalah periode waktu yang dimulai sekitar 2,6 juta tahun sampai 11.700 tahun lalu. Pada akhir zaman Pleistosen, banyak spesies hewan yang punah, termasuk

mammoth, mastodon hingga harimau gigi pedang. Dua hipotesis utama adalah perubahan iklim dan perburuan besar-besaran oleh manusia.

2. Dikenali dari gigi taringnya yang besar

Ciri yang paling menonjol dari hewan ini adalah taringnya yang besar, tajam dan mematikan. Berkat gigi taring atasnya yang kuat, harimau gigi pedang bisa berburu hewan dengan ukuran yang besar, seperti kukang, mammoth dan lainnya. Panjang taringnya kira-kira 18 cm (7 inci), ungkap Illinois State Museum.

Diperkirakan, harimau bergigi pedang bisa tumbuh sampai 1.100

pound atau 550 kilogram. Padahal, berat rata-rata harimau saat ini hanya 90-310 kilogram untuk harimau jantan dan 65-170 kilogram untuk harimau betina. Tak terbayangkan jika harimau gigi pedang masih hidup hingga sekarang, ya?

3. Fosilnya banyak ditemukan di Amerika Utara

Fosil harimau bergigi pedang banyak ditemukan di Amerika Utara. Diperkirakan, habitat tempat mereka tinggal adalah hutan, padang rumput, rawa-rawa dan semak-semak. Sub spesies harimau ini,

Smilodon fatalis ditemukan di Amerika Utara bersamaan dengan singa Amerika.

Lalu spesies ini memasuki Amerika Selatan bagian barat pada periode awal hingga pertengahan zaman Pleistosen. Sub spesies ini ditemukan hidup di pegunungan Andes. Daerah ini kaya vegetasi dan merupakan rumah bagi mamalia besar seperti bison, kijang, kuda, rusa, mastodon, mammoth dan kukang.

4. Fitur tubuhnya membantunya untuk beradaptasi

Setiap makhluk hidup dibekali dengan bentuk fisik yang memudahkan mereka untuk beradaptasi. Begitu pula dengan harimau bergigi pedang. Hewan ini memiliki otot yang kuat untuk membantu mereka menangkap mangsa yang berukuran besar, seperti mammoth dan bison.