penyakit unggas 2
di dalam bahan
organik. Pasteurella dan Mycoplasma dan beberapa jenis bakteri
dapat juga hidup beberapa lama di luar tubuh. Lebih jelasnya Tabel
7 diatas menggambarkan lamanyanya agen penyakit dapat bertahan
di alam atau di luar tubuh inang.
Ada pepatah mengatakan pencegahan lebih baik dari pada
pengobatan. Program pencegahan penyakit merupakan salah satu
program pokok pada peternakan saat ini, untuk menghasilkan
sekumpulan ayam (flok) dalam keadaan (kondisi) sehat. Untuk
itulah perlu kita pelajari macam-macam penyakit dan cara
pencegahannya, sehingga sebelum terjadinya wabah suatu
penyakit, telah secara dini mengetahui gejalanya dan upaya untuk
pencegahannya. Dibawah ini akan diuraikan beberapa penyakit
yang sering menyerang ternak unggas dan pemicu nya.
pemicu Penyakit
PENYAKIT VIRUS
Kebanyakan penyakit penting yang sering menyerang
unggas yaitu disebabkan oleh virus.
Penyakit New Castle Disease.
New Castle Disease/Tetelo/sampar ayam/Pseudo fowl
pest/Pseudo vogel pest/Avian pneumoencephalitis/Cekah.
pemicu nya yaitu Paramyzovirus hanya ada satu
serotype dengan beberapa strain, yang sangat ganas sampai yang
virulent.
Diketemukan pertana kali di Jawa pada tahun 1926. Pada
tahun itu juga diketemukan di New Cestle Disease Inggris,
sehingga penyakit ini juga disebut dengan New Castle Disease.
7.a. 7.b.
Ilustrasi 7a. Viruas ND
7b. Ayam Mati sebab ND .
Tanda-tanda ayam yang terserang :
Sangat bervariasi tergantung dari virulensi strain virus dan
ketahanan tubuh ayam. Ada 4 tipe yang diketahui, yaitu
1) Velogenik Viscerotropis New Castle Disease (VVND),
2) Velogenik Neurotropic ND (VNND),
3) Mesogenik ND (MND)
4) Lentogenisc ND (LND)
Keganasan (Pathogenis) nya yang berurutan mulai yang
paling ganas 1 - 4. Tanda-tanda khususnya seperti pada Ilustrasi 7.
Ilustrasi 8a. Muka bengkak
8b. Lesi-lesi pada Trachea, Usus dan Empedal
1) Velogenic Viscerotropic New Castle Disease (VVND)
Untuk ayam yang peka atau flock-flock yang tidak divaksin
kematian dapat sangat vital mencapai 100 %. Periode inkubasi
2 – 4 hari, penyakit dapat akut dan ayam dapat mati tanpa
memperhatikan tanda-tanda terlebih dahulu. Terjadi
pembengkakan, matam muka dan batang leher. Trachea
berlendir, dan diarrhea berwarna hijau sangat hebat. Lesi yang
menyolok pada bagian hemorrhagic berwarna merah yang
menyolok sampai merah tua, sepanjang ususu juga
proventriculus.
2) Velogenic Neurotropic New Castle Disease (VNND)
Pada ayam tanda-tanda hamper sama dengan Infectius
bronchitis. Timbulnya penyakit mendadak dengan gejala
pernafasan menonjol diikuti gejala saraf, yaitu berupa leher
berputar-putar, kepala ditempatkan dibawah dada. Terjadi
penebalan kantong udara, sering diikuti infeksi mycoplasma
gallisepticum. Masa inkubasi 5 – 6 hari sampai 10 – 14 hari.
Kematian bervariasi dari yang rendah sampai yang tinggi.
Ayam dewasa menunjukkan gejala pernafasan, jaringan saraf
dapat sakit atau tidak, kematian rendah. Produksi telur akan
menurun drastic.
3) Mesogenic New Castle Disease. (MND)
Suatu penyakit pernafasan ringan pada ayam muda dengan
gejala – gejala syaraf ringan, atau tidak ada. Tanda-tanda yang
utama pada ayan dewasa yaitu turunnya produksi telur.
Beberapa virus dapat sering, dipakai sebagai vaksin
(Roakin, Kumarov).
a. b.
Ilustrasi 9a. Kepala muntir (Mahfudz, 2003) dan
9b. Lesi-lesi pada Trachea dan Proventriculus
4) Lentogenic New Castle Disease (LND)
Infeksi mungkin tidak memicu gejala dan hanya dapat
diketahui dengan serologic, (test serum dilaboratorium).
Penularan ND :
Penularan tergantung pada jumlah dan luas suatu
peternakan, kepadatan ayam, jenis ayam, petelur atau broiler, dan
bentuk kandang dan lain – lain :
1) Dibawa oleh orang.
Orang kontak dengan ayam yang terinfeksi atau memasuki
kandang yang tercemar, menjadi terkontaminasi virus, pada
pakaiannya, tangan, tubuhm sepatu dan lain-lain.
2) Lewatt udara (serosol)
Penularan lewat udara yaitu merupakan penularan yang
sangat cepat, dapat terjadi diantara pen, kandang dan bahkan
diantara flock pada suatu lokasi peternakan.
3) Lewat alat-alat dan pakan
Tempat makan, tempat minum, terutama disaluran makanan
yang bersikulasi atau berputar (Automatic feeder).
4) Unggas liar.
Banyak unggas liar dan ayam kampong yang dapat merupakan
pembawa penyakit ND.
Pencegahan :
- Menjaga kebersihan dan melaksanakan program sanitasi yang
baik.
- bila memasukkan ayam dari luar harus dikarantina dan
dipelihara terpisah.
- Program vaksinasi yang baik dan pelaksanaannya yang benar.
Pengobatan :
- Sampai saat ini belum ada obat yang efektif untuk mengobati
penyakit ND.
FLU BURUNG (avian influenza)
Merupakan penyakit pada unggas yang sangat ganas dan
berdampak sangat merugikan. Menyerang ayam, itik, kalkun,
angsa, puyuh, entok, merpati, perkutut, burung unta, sriti / walet,
kakatua dan burung-burung lain termasuk unggas liar.
Hewan peka yang terdeteksi positif AI di Indonesia yaitu
ayam broiler, Layer, puyuh, itik, burung di Kebun Binatang, Babi
pemicu nya : Virus tipe A yaitu Orthomyxoviridae
Sifat virus flu burung yaitu tidak tahan panas, pada daging
akan mati pada temperatur 80 °C selama 1 menit, pada telur akan
mati pada temperatur 64 °C selama 4,5 menit. (Deptan RI, 2005)
Patogenesis
Ada dua tipe keganasan (potegenis) virus flu burung, yang
pertama yaitu virus yang sangat ganas (HPAIV) dan virus yang
tidak begitu ganas (LPAIV). HPAIV memicu kem,atian
tinggi, namun LPAIV kematian rendah biasanya infeksi skunder.
Berikut Ilustrasi antara HPAIV dan LPAIV
Avian Influenza Virus
Unggas
HPAIV LPAIV
Alat pernafasan dan Alat pernafasan dan
Pencernaan Pencernaan
Viremia Infeksi sekunder Tdk infeksi sekunder
Seluruh jaringan
Kematian tinggi Kematian Tdk ada kematian
40-100% rendah 3-5%
Ilustrasi 10. HPAI virus dan LPAI virus (Sudarmo, 2003
Gejala Klinis
HPAI = High potency Avian Influenza
- kematian mendadak
- Kelemahan, cangkang telur lembek, diare profus, keluar
leleran dari hidung dan mulut
- Pial dan gelambir mengalami pembengkakan dan berwarna
kebiruan (sianosis).
- Edema bawah kulit sekitar leher sering pula dijumpai pada
penyakit AI.
- Pendarahan meluas atau bintik-bintik sering dijumpai pada
mukosa trakea, proventrikulus, usus, lapisan lemak, otot dada
dan kaki.
LPAI = Low patogenic Avian Influenza
- Pada AI yang kurang ganas, gejala pernafasan lebih menonjol
disamping depresi, kurang nafsu makan, produksi telur turun,
pembengkakan pada kepala terrmasuk pial dan gelambir.
Perubahan Patologi
Pada Ayam
Mungkin tidak ditemukan lesi pada kasus yang mati secara
tiba-tiba.
Kongesti berat pada otot.
Dehidrasi.
Edema subkutan pada daerah kepala dan leher.
Leleran ekskresi dari hidung dan mulut.
Kongesti berat pada konjungtiva mata, kadang-kadang ditambah
petechie.
a. b.
Ilustrasi 11a. Kepala ayam terserang AI 11b. Ayam mati
terserang AI
a. b.
Ilustrasi 12a. dan 12b. Kaki ayam mati yang terserang AI
a. b c
Ilustrasi 13a. Dada 13b. Proventriculus
13c. Perut Ayam yang terserang AI
Cairan eksudat dalam trachea atau dapat juga ditambah
hemorragik tracheitis.
Petechie pada sternum, pada serosa dan lemak abdominal,
permukaan serosa dalam rongga tubuh.
Kongesti berat pada ginjal dan kadang-kadang ditambah deposit
urat dalam tubuli ginjal.
Hemorragi dan degenerasi ovarium.
Hemorragi pada permukaan mukosa proventrikulus, terutama
pada batas dengan gizard.
Hemorragi dan erosi pada garis dari gizard.
Foki hemorragik pada jaringan limfoid usus. (Haryono, 2005)
Cara Penularan
- Cairan/ lendir yang berasal dari lubang hidung, mulut, mata
(konjungtiva), dan lubang anus (tinja) dari unggas yang sakit
ke lingkungan.
- Kontak langsung dengan ayam sakit.
- Secara tidak langsung melalui pakan, air minum, pekerja
kandang, dan peralatan peternakan, rak telur, keranjang ayam
dan alat transportasi yang tercemar AI.
- Unggas air yang berperan sebagai reservoir virus AI melalui
virus yang ada pada saluran intestinal dan dilepaskan melalui
kotoran.
Pencegahan dan Pemberantasan
- Peningkatan Biosekuriti
- Biosekuriti dilakukan antara lain dengan: isolasi, kontrol lalu
lintas ternak/ orang/ alat/ kendaraan dan peningkatan sanitasi.
- Intensifikasi pengamanan lingkungan (untuk peternak rakyat,
agar terrnaknya tidak diumbar, namun supaya dikandangkan).
- Semua ternak yang mati harus dikubur dengan kedalaman ± 1
m dan diberi kapur/ dibakar.
- Semua ternak tidak sehat (sakit) harus dimusnahkan (stamping
out).
Ternak-ternak unggas yang masih sehat dilakukan
vaksinasi secara rutin.
Menjaga kesehatan pekerja kandang, antara lain dengan
memakai masker N95, kacamata renang, sarung tangan,
sepatu boot dan mencuci tangan sesering mungkin.
Pengisian Kembali (Restocking)
- Peternak diperbolehkan mengisi kandangnya kembali 30 hari
sesudah pengosongan kandang.
- Sebelumnya harus sudah dipastikan semua tindakan
dekontaminasi (desinfektasi) dan disposal
(pembakaran/penguburan) sesuai procedure telah dilaksanakan
dengan seksama. (Deptan RI, 2005)
CACAR AYAM (Fowl Pox)
Penyakit cacar disebabkan oleh virus, asa 4 tipe virus yang
diketahui, yaitu Fowl pox, Turkey pox, Pegion pox dan Canary
pox. Tanda – tanda ayam yang terserang.
- Mual – mual ada cairan keluar dari mata, lubang hidung
selanjutnya disusul bintik-bintik kecil yang mula-mula
berwarna keabua-abuan pada jengger, pial dimuka, dan merata
kebagian kulit seluruh tubuh terutama pada bagian yang tidak
berbulu. (Cacar kulit/modular).
- Bintik-bintik dapat pada mulut, rongga hidung, lidah,
oesophagus dan tembolok (cacar diphteritic/pox basah).
a. b.
Ilustrasi 14a. Jengger ayam terserang fowl pox dan
14b. Lesi muka ayam terserang fowl pox
a b
Ilustrasi 15a. Pial ayam terserang fowl pox.
15b. Paru ayam terserang fowl pox
a b
Ilustrasi 16a. Hati ayam terserang fowl pox
16b. Ovarium ayam terserang fowl pox
Pencegahan / pemberantasan :
- Menjaga kebersihan kandang dan peralatannya.
- Sebelum ayam dating, kandang harus sudah siap dan
didesinfektan.
- Kalau ada ayam yang sakit segera dipisahkan dari
kelompoknya, juga jangan sampai stress.
- Vaksinasi yang baik. Pada saat ayam umur 5 minggu, dengan
metode tusuk ayam.
Pengobatan :
- Bintik – bintik dibersihkan lebih dahulu dicuci dengan air
panas atau alkohol dan diberi iodium atau methylen blue.
CRONIC RESPIRATORY DEASES (CRD)
Merupakan suatu penyakit pernafasan yang menyerang
trachea, paru-paru dan kantong udara. pemicu nya yaitu
Mycoplasma gallisepticum atau plouropneuomoni like organisme
(PPLO).
Penyakit ini bila tidak ada komplikasi dengan penyakit lain
biasanya ringan.
Tanda-tanda:
- Ngorok, keluar cairan kental (exudat) dari hidungnya dan
batuk-batuk/bersin.
- Terjadi hambatan pertumbuhan pada ayam grower dan
penurunan produksi pada ayam dewasa, lebih hebat halini kalu
terjadi pada ayam-ayam muda.
- Kantong udara menebal, suram, berbusa dan berkeju. Hati dan
jantung seperti berselimut.
Penularan :
- Penularan ayam yang dipelihara secara individu (tidak
berkelompok) lambat, terjadi 1 minggu sampai dengan 1 bulan.
- Ayam yang mampu bertahan menjadi sebab terjadinya ayam-
ayam lainnya. Sekali penyakit ini menyerang, tak akan lenyap
dari suatu flock secara spontan. Biasanya sampai berbulan –
bulan bahkan dapat menahun.
- Penularan dapat juga melalui embrio, udara dan burung –
burung yang lewat atau transit.
Pencegahan :
Ada beberapa macam antibiotika yang biasanya dipakai
untuk mengobati penyakit ini, antara lain :
- Tylosin 0,05 % melalui air minum.
- Doxycyclin atau CTC Soluble 200 PPM dalam air minum.
- Lincospectin 75 gram per 100 liter air minum.
- Obat-obat lain sepertoi Terramycin, Streptomycin dicampur
dalam makanan, air minum atau melalui injeksi.
- Kebersihan kandang, peralatan dan lingkungannya.
- Seluruh breeding farm primer harus bebas dari CRD, sebab
penyakit ini dapat ditularkan secara vertical. Mencegah
terjadinya infeksi sekunder
INFECTIUS BURSAL DESEASE (IBD)
Penyakit ini juga disebut Gumboro, sebab pertama kalali
diketemukan didaerah Gumboro, Deleware Amerika Serikat pada
tahu 1926. Penyakit ini disebabkan oleh virus RNA yang
diklasifikasikan dalm dipornavirus, menyerang bursa.
Diketemukan pertama kali didaerah Gumboro, Delaware, USA.
Sehingga disebut penyakit Gumboro, sinonim dengan IBD sampai
saat ini.
Ayam merupakan satu-satunya spesies yang dpat terinfeksi,
penyakit ini sangat menular, masa inkubasinya 24 jam dan gejala
klinis akan terlihat 2-3 hari sesudah terinfeksi. Pada tahun 1926
dilaporkan oleh Cosgrove, bahwa penyakit ini menyerang ginjal,
sehingga pertama kali disebut dengan Avian Neprosis.
Tanda-tanda ayam yang terserang :
- Kecenderungan ayam mematuk pantatnya.
- artikel bagian pantat mengeras.
- Diarrhea berwarna keputihan dan encer.
- Bulu kusam menggigil, kelemahan secara umum kemudain
mati.
- Pada ayam-ayam yang peka, mortalitas akan mencapai
puncajnya dalam waktu 5-7 jari kemudian menurun.
- Sering terjadi hemorhagi pada otot-otot paha dan dada.
- Terjadi peningkatan produksi mucus pada usus dan ginjal
membengkak.
Ilustrasi 17 a. Virus IBD 17b. Ayam terserang IBD
Ilustrasi 18a. Bursa ayam bengkak
18b. Telur dari yang terserang IBD
Penularan :
- Dapat ditularkan mellaui embrio. Induk yang terinfeksi maka
telurnya akan terinfeksi.
- Dari ayam yang terinfeksi kea yam yang sehat.
- Peralatan kandang
Pencegahan :
- Immunisasi breeder farm. sebab induk yang kebal akan
diturunkan kepada DOC, hal ini akan melindungi inveks awal
IBD. Sehingga mencegah immuno suppression. Karen a
penyakit IBD memicu timbulnya/terjadinya penurunan
kekebalan.
- Vaksinasi ayam muda pada daerah yang tercemar, dikakukan
pada umur 2 minggu.
Pengobatan :
- Tidak ada obat khusus, hanya kasus produksiadam urat yang
berlebihan pada ginjal danusus besar dapat diobati dengan
moase 6 % dalam air minum, diberikanair minum sebanyak-
banyaknya.
MAREKS (Mareks Dease)
pemicu nya yaitu virus dari golongan Herpes. Virusnya
intranuclear dan pada umumnya tidak sempurna, yakni tidak penya
selubung luar. Sehingga tidak dapat hidup diluar sel inang (host)
dan disebut “Sel asosiated”. Ayam merupakan satu-satunya inang
utama (mayor host) dedangkan Kalkun biasanya virusnya tidak
pathogen.
Infeksi terjadi diberbagai jaringan seperti hati, limpha
ginjal, bursa fabrichus, gonad dan lain-lain. bila infeksi terjadi
disel epitel kulit, dibagian folikel bulu, virus memperoleh selubung
luar dari sel inangnya dan menjadi sangat stabil dilingkungan
peternakan.
Selain DOC yang baru menetas pada hakekatnya 100 % dari
ayam terinfeksi oleh virus ini. bila ayam yang terinfeksi
membentuk tumor-tumor, maka ayam ini disebut
“berpenyakit”.
Ilustrasi 19a. Anak ayam dan
19b. Ayam dewasa terserang Mareks
Ilustrasi 20a. Hati ayam terserang Mareks
20b. Karkas ayam terserang Mareks
Sebagian besar tumor terbentuk pada jaringan epitel (kulit),
viscera (jerohan) seperti hati, limpa, proventriculuc, ginjal,
pancreas dan sebagainya. Syaraf periper selalu terkenan sehingga
timbul paralysis keher, sayap dan kakai. Bila syaraf mata terkena,
bentuk iris (selaput pelangi) menjadi tak teratur dan mengalami
pengkerutan, ayam akan menjadi buta.
Sebagian besar tumor-tumor dapat saja berkurang dan
lenyap atau bahkan membesar sampai menjadi kematian. Kematian
sebab penyakit marek ini minimal sampai umur 10 minggu,
namun kadang-kdang sampai 12 – 18 minggu. Danberakhir pada
umur 24 minggu, pada saat ini unggas yang rentan telah mati.
Penyebaran Penyakit :
Penyakit marek, merupakan penyakit yang paling menular
diseluruh dunia, dan penyebaranya oleh angina, manusia, peralatan
dan sebagianya, tidaklah mungkin dikendalikan. Setiap bulu yang
terbang, debu, mobil ayam, manusia terkontaminasi, oleh virus
marek.
Anak ayam yang baru saja menetas bebas dari virus ini,
namun segera terinfeksi sesudah anak ayam diambil dari mesin,
didalam brooding. Pada kandang yang bersih dan didesinfektan
infeksi dapat ditunda sampai 1 minggu. Dengan demikian kandang
yang bersih masalahnya tidak begitu sulit, sebab adanya
kesempatan vaksin marek yang diberikan hatchery untuk berfungsi
membentuk kekebalan sebelum terjadi infeksi virus telur.
Virusnya tidak ditularkan/ditransmisikan lewat teluur, virus
masuk ke harchery/penetasan melalui tray telur yang
terkontaminasi, yang memicu terjadinya infeksi pada ayam
tetasan sesudah menetas.
Tanda-tanda ayam yang terserang :
- Terbentuknya tumor-tumor pada ayam dibawah umur 18
minggu, kebayakan pada umur 16 minggu, selalu disebabkan
oleh penyakit marek.
- Pada pemeriksaan bursa ayam dewasa akan terlihat bursa
mengecil sedang pada lymphoid leucosis bursa seperti kanker.
Tabel 8. Perbedaan tanda-tanda Penyakit Marek dengan
Lymphoid Leukosis
Item Lymphoid
Leukosis
Marek
- Umur yang diserang
- Paralisis/peresis
- Syaraf periper
- Bursa vabricius
- Tumor otot dan kulit
- Infiltrasi saraf periper
- Cuffing dalam subtansi
putih cerebellum
- Proliferasi sel dalam
bursa fabrcius
16 minggu
-
-
Tumor moduler
-
-
-
Dalam folikel
4 minggu
Positif
Positif
Menyebar/atrpoi
Ada
Positif
Positif
Antara folikel
Pencegahan penyakit :
- Sanitasi, dengan desinfektan halaman, kandang dan peralatan
gunakan litter baru untuk setiap kelompok.
- Desinfektan yang baik yaitu : Iodine, dan Formaldehyde,
sebab efektif membasmi virus. Misalnya Sani-squad.
- Menjaga agar FOC tidak terekspose dengan virus marek.
- Vaksinasi terhadap marek dilakukan pada DOC, sesudah
menetas.
- Menjaga ayam agar tidak stress.
Pengobatan :
- Belum ada obat yang efektif untuk penyakit ini, bila ada gejala
penyakit ini ayam segera diafkir.
. INFECTIUS LARYNGO TRACHEALITIS (ILT)
pemicu nya yaitu virus harpes. Pertama kali
diketemukan oleh May dan Tittles pada tahun 1925 dii Rhod
Isalnd. Pada umumnya menyerang ayam, kalkun dan merak jarang.
Bentuk penyakit ini dapat ringan atau akut, dengan cepat akan
meluas sebagai penyakit pernafasan pada ayam dewasa dan dara
atau ayam umur lebih dari 4 minggu. Masa berjangkitnya penyakit
6 – 12 hari. Mortalitas terjadi kira-kira 2 minggu.
Tanda – tanda Penyakit :
- Gejala pernafasan menonjol, pada waktu bernafas kepala di
julurkan ke atas, bersuara, batuk-batuk, memekik, keluar air
mata dan leleran dari hidung.
Ilustrasi 21a. Ayam terserang ILT sulit bernafas
21b. Muka bengkak mata tertutup
- Produksi telur dapat turun sampai 12 %, pada umumnya akan
pulih kembali sesudah 30 hari, sebab tidak ada kerusakan yang
permanent pada indung telur.
- Virus yang tidak ganas dapat menyebebkan peradangan pada
kelopak mata. Mata meradang merah dan kadang-kadang dapat
memicu kebutaan.
- Lesi-lesi terbatas pada trachea, laryng, mata dan kantung
udara. Kadang-kadang terjadi pendarahan ditrachea, sehingga
trachea tersumbat, yang dapat berakibat kematian sebab ayam
tidak dapat bernafas.
Penularan :
- Lewat orang dan alat-alat.
Virus dapat ditularkan oleh orang atau alat yang
terkontaminasi dengan ayam yang infektan.
- Udara.
Virus dibebaskan saat unggas bernafas, dan terjadi pemindahan
scara cepat lewat udara antara ayam-ayam dalam satu kandang.
- Pencampuran antara ungga yang sehat dengan yang terinfeksi,
atau ungga yang telah sembuh dari penyakit ILT.
- Lain-lain. Virus ILT telah diketahui dapat than hidup di suatu
lingkungan, sehingga bila unggas peka akan tertulari.
Pencegahan :
- Desinfektan, kandang dan peralatannya dengan 3 % cresol atau
1 % NaOH merupakan zat yang potensial untuk membasmi
virus.
- Dengan vaksinasi ILT, sebab masa inkubasi 6 – 12 hari
sedangkan terjadinya kekebalan sesudah vaksinasi, dalam
waktu 6 hati. Maka vaksinasi pada kelompok yang belum
terinfeksi dapat mencegah timbulnya penyakit. Vaksinasi ayam
broiler tidak dianjurkan, namun pada ayan petelur dilakukan dua
kali, pada umur 6 – 8 minggu dandiulangi pada umur 16 – 18
minggu, diberikan secara tets mata.
Pengobatan :
- Belum ada obat yang efektif untuk penyakit ini. Antibiotika
dan vitamin diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi
sekunder.
LYMPHOID LEUCOSIS (LL)
pemicu nya yaitu sejenis virus golongan lymphoid
leucosis. Yang terdiri dari bermacam-macam tipe, dapat menyerang
secara bersama-sama, sehingga akaibat yang ditimbulkan sangat
komplek. Virus ini akan cepat mati diluar tubuh inangnya. Organ
yang diserang kebayakan yaitu viscera seperti hati, limpa dan
ginjal.
Ilustrasi 22. Ayam Terserang Lymphoid Leukosis
Tanda-tanda penyakit :
- Dimulai terbentuknya tumor ppada bursa fabricius dan
lokaliasi tetap disitu sampai terjadinya atropi pada saat dewasa
kelamin.
- am kelihatan pucat dan kurus. Ayam yng diserang tidak
mampu berproduksi.
Pencegahan :
- Menjaga kebersihan kandang dan peralatannya.
- Menjaga ayam agar tidak stress.
Pencegahan :
- memberi antibiotikan, vitamin/anyi stress tidak terkjadi
infeksi sekunder.
INFECTIUS BRONCHITIS (IB)
Penyakit pernafasan yang disebabkan oleh sejenis virus,
Corona virus, diketahui ada lebih dari 20 serotype.
Peneyebarannya sangat cepat, dapat menyerang ayam umur
3 – 4 minggu. Masa inkubasi 16 – 36 jam, penyebaran penyakit 10-
14 hari. Kematian rendah bahkan nol pada segala tingkat umur, bila
tidak terjadi komplikasi dengan penyakit lain atau stress.
Ilustrasi 23. Telur dari Ayam yang Terserang IB.
Infeksi pada ayam dibawah umur 1 minggu menyebab kan
kerusakan uterus secara permanent, sehingga ayam tidak dapat
bertelur (pada layer). Juga mengakibatkan kerusajab ginjal yang
disebut dengan “nephrosis”.
Gejala-gejala ayam yang terserang :
- Pada grower terjadi gangguan pernafasan yang ringan, bila
tidakada komplikasi.
- Pada ayam dewaasa terjadi penurunan produksi telur yang
drastic, dalam waktu 5 hari produksi dapat turun dari 60-90 %
produksi menjadi 5-20 %. Kualitas telur jelek, kerabang
lembek, berkerut, bentuk tidak normal, ukuran kecil,
pigmentasi kurang dan kualitas albuminnya jelek.
Penyebaran :
- Penyebaran yang paling banyak melalui udara sesudah virus di
luarkan (dibatukan), terjadi antara pen ke pen atau kandang-
kandang bahkan dapat antara flock.
- Penyebaran antara farm-farm, tergantung jarak antara farm,
arah angina, sinar matahari dan jumlah virus diudara.
Pencegahan :
- Sanitasi lingkungan dan kandang dan peralatannya.
- Karantina ayam yang baru datang dan yang sakit.
- Vaksinasi dengan vaksin Bronchitis.
Pengobatan :
- Belum ada obat untuk oenyakit ini yang efektif.
- Untuk mencegah infeksi sekunder diberikan vitamin dan
makanan yang baik dan minum yang cukup.
AVIAN ENCOPHALOMEYLITIS VIRUS (AEV)
pemicu nya.
Disebabkan oleh Avian Encephalomeylitis Virus (AEV)
golongan Picorna yang mempunya struk RNA berantai tunggal
(ssRNA) dan tidak beramplop.
AEV termasuk genus hepatovirus dan hanya memiliki satu
serotipe. AEV memiliki 2 patotipe, yaitu strain lapang yang bersifat
enterotropic (mempengaruhi saluran pencernaan) danstrain embryo
adapted yng bersifat neurotropic (mempengaruhi atau menyerang
jaringan syaraf).
- Strain Lapang
Merupakan virus lapang alami yang masuk melalui oral
(mulut) dan dikeluarkan bersama feses. Strain ini tidak patogen,
kecuali pada ayam yang pernah terinfeksi dari induk. Strain ini
yang biasa dipakai untuk vpembuatas vaksin, seperti strain
Colnek yang bersifat enterotropic.
- Strain Embyio adapted
Strain ini yang paling banyak dikenal yaitu strain Van
Roeckel (VR). Strain Van Roeckel tidak dapat ditularkan secara
horizontal, melainkan hanya secara vertikal¸kecuali dalam dosis
yang tinggi.
Ayam yang terserang strain ini menunjukan gejala syaraf
ysng khas dan patogen bagi embrio. Strain embryo adapted tidak
dapat dijadikan virus vakisin aktif, sebab kemampuan
patogenesisnya akan hilang kalau amsuk saluran pencernaan,
sehingga tidak efektif lagi.
Ilusrtrasi 24. a. DOC terinfeksi AE
24. b. tremor kepala – leher
Gejala Klinis
Gejala syaraf yang khas biasanya ditunjukan pada ayam
muda umur 23 – 3minggu, seperti tremor mulai otot kepala sampai
leher, kelumpuhan, ataksia, ayam tengkurap seperti sujud dan hock-
sitting. Tremor akan semakin parah pada ayam dalam kondisi stres.
Pada ayam yang terinfeksi umur siatas 3 minggu biasanya tidak
menunjujkan gejala syaraf.
Pada ayam muda kurang dari 2 minggu bila gejala klinis
muncul berarti terinfeksi melalui telur (secara vertikal dari induk).
Namun gejala klinis muncul lebih dari 2 mingu berarti terinfeksi
secara horizaontal.
Ilustrasi 25 a. Anak ayam AEV.
25 b. Ayam petelur dewasa treserang AEV
Bila menyerang ayam petelur akan terjadi penurunan
produksi telur yang bersifat sementara sebanyak 5 – 10%,
namuntidak diikuti dengan gejala syaraf. Pada ayam pembibit
(breeder) selain terjadi penurunan produksi juag terjadi penurunan
daya tetas.
Ilustrasi 26. Gejala hock-sitting pada penderita AEV
Penularan.
Penularan AE paling banyka melalui telur dari induk yang
terinfeksi kepada anaknya. Selain ditularkan secara vertikal
penyakit AE juga dapat ditularkan secara horizontal (dari ayam
sakit ke ayam sehat, baik secara langsung maupun tidak langsung)
dengan masa inkubasi 10 hari sejal virus masuk ketubuh ayam.
Penularan secara horizontal terjadi pada ayam dewa dan tidak
menunjukan gejala syaraf yang khas.
Virus Picorna cepat tersebar luas sehingga jika seekor ayam
terserang cepat menyebar menulari seluruh kelempok ayam dalam
satu area perkandangan. Reaksi ayam yang tertular bermacam-
nacan tergantung daya tahan masing-masing individu ayam. Telur
dari ayam yang tertular dalam waktu 1 – 7 hari dapat mengandung
virus AE.
Pencegahan.
- Beli DOC dari perusahaan pembibitan yang telah melakukan
vaksinasi AE pada induknya.
- Melakukan vaksinasi AE memakai vaksin yang baik pada
umur 10 -14 minggu. Dilakukan vaksinasi ulang pada ayam
petelur guna mencegah menurubnnya produksi telur.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang dapat mengobati penyakit AE.
Bila menemukan kejadian ini yaitu segera diafkir ayam yang sakit
untuk mencegah meluasnya penyebaran.
Segera perketat biosekuritidan berikan n utrisi yang baik
berikan Vita stress. Mencegah terjadinya infeksi skunder dengan
beberapa suplement vitamin dan mineral.
CHICKEN ANEMIA VIRUS (CAV)
Chicken Animia Virus (CAV) atau yang dikenal sebagai
anemia agent (CAA), haemorrhagic, anemia dermatitis atau blue
wing disease merupakan penyakit viral menular yang bersifat akut.
CAV umuny menyerang ayam muda ditandai dengan anemia
aplstika (anemia yang tidak dapat dipulihkan kembali) dan atropi
organ limfoid sehingga memicu kondisi imunosupresi.
CAV tidak secara sepesifik merusak sel limfosit, namun
memicu pengecilan atau susut sumsum tulang dan organ
limfoid, sehingga pembentukan sel limfoid yang berperan dalam
kekebalan tubuh menjadi terganggu.
CAV sering ditemukan dipeternakan yang intensi termasuk
di Indonesia. Mortalitas yang terjadi akibat infeksi CAV sekitar 5 –
15% dan dapat meningkat mencapai 60% jika diikuti infeksi
skunder, seperti Aspergillosis, Gumboro, Koksidiosis, dermatitis
genggroneous, inclusin body hepatitis atau menejemen
pemeliharaan yang buruk.
Penyakit CAV memiliki arti yang penting sehubungan
dengan mortalitas yang tinggi, gangguan pertubuhan ayam (ayam
menjadi kerdil), dan kepekaan terhadapberbagai penyakit.
Penyebaran
CAV pertama kali siketemukan di Jepang oleh Yuasa
(1976) merupakan virus DNA rantai tunggal yang tidak beramplop
memiliki ukuran 26 – 26,5 ηm, berbentuk kosahedral termasuk
dalam famili Circovidae, genus Gyrovirus, Vierus CAV tahan
terhadapa panas ethil ether dan chloroform.
Virus CAV dapat diinaktivasi dengan formaldehyde 5%,
dengan iodine atau hypochlorine 10%. In aktif pada suhu 100 °C
selama 15 menit dan pada suhu 70 °C selama 1 jam.
Gejala klinis
Masa inkubasi secara alami tidak diketahui secara pasti,
walau gejala klinis dan lesi dapat terlihat sejak ayam berumur 10-
14 hari dn meningkat pada umur 3-4 minggu.
Target utama seranganCAV yaitu sel-sel hemositioblas
(bakal sel darah merah, sel darah putih dan sel pembeku darah)
yang ada disumsum tulang dan bakal sel limfosit-T dalam Thymus.
Gejalas klinis akan terlihat jelas pada ayam yang berumur 10-14
hari (dibawah 3 minggu), yaitu anemia yang ditandai dengan
hambatan pertumbuhan dan muka, pial dan jengger pucat.
Perdarahan yang menyebar (echymose atau difus) hingga wrna
kebiruan pada kulit sering diketemukan, sehingga disebut blue
wing - disease. Bila diikuti dengan infeksi lain misalnya
Clostridium sp. akan keluar eksudat dan peradangan pada kulit
akibat matinya sel atau nekrosis, keadaan ini disebut
dermatitis gamggrenosa.
Ilustrasi 27. CAV terjadi perdarahan yang menyebar
Infeksi CAV juga memicu imunosupresi yangat kuat,
hal ini memudahkan terjadinya infeksi skunder oleh
mikroorganisme lapang. Ayam umur kurang dari 10 hari yang
terinfeksi CAV kadang tidak menunjukan gejalka klinis yang jelas
hanya muncul gejala klinis umum akibat kondisi imunosupresi
yang timbul, seperti dehidrasikelemaahan umum dan reaksi
mengantuk yang hebat.
Puncak gejala amnemia muncul 14-16 sesudah terinfeksi
dengan nilai hematokrit 6-27% (normalnya 30-40%) yang artinya
leevel trombosit dan darah putih berkurang, akibatnya darah
menjadi lambat membeku. Sedang ayam umur diatas 3 minggu
gejala klinis nya tidak tampak (subklinis.
Penularan
Infeksi CAV terjadi pada sedmua umur dan dapat ditularkan
secara vertikal maupun horizontal. Penularan vertikal dapat terjadi
secara trans-ovarial pada telur tetas (hatching egg), yang tidak
mengandung antibodi dari induk. DOC yang terkontaminasi CAV
secara vertikal dapat menjadi sumber kontaminan secara
horizaontal ke DOC lain yang tidak mendapat antibodi maternal
terhadap CAV.
Pencegahan.
Praktek manajemen yang baik untuk mencegah infeksi
CAV melalui sanitasi/desinfeksi yang ketat dan program
pencegahan terhadap penyakit imunosupresif. Beberapa langkah
yang perlu dilakukan.
- Seleksi ketat terhadap ayam yang lemah dan menunjukan
gejala ngantuk yang hebat sedini mungkin, termasuk ayam
yang terindikasi omphalitis.
- Meminimalisir faktor-faktor stress yang dapat memperparah
kondisi ayam. Pemberian multivitamin (Vita stress, Solvit stau
strong n Fit) dapat membantu meningkatkan stamina dan
mempercepat proses kesembuhan.
- Penerapan biosekuriti yang ketat, terutama tindakan yang dapat
menekan populasi bibit penyakit disekitar ayam, seperti
sanitasii kandang secara rutin dan desinfeksi air minum.
Pengobatan
Belum ada obta yang sepesifik, pemberian antibiotik
bertujuaan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. Saat terjadi
kasus penyakit dianjurkan penyemprotan desinfektan dilakukan
setiap hari untuk mengurangi populasi bibt penyakit dikandang
memakai antisep
EGG DROP SYNDROME (EDS)
Egg drop syndrome (EDS)’76 merupakan penyakit infektius
organ reproduksi pada ayam di masa bertelur yang ditandai dengan
penurunan produksi telur, kegagalan mencapai pun cak produksi,
deformitas bentuk telur dan gangguan pigmentasi kerabang telur,
namun ayam tidak menunjukan gejala klinis. Pada tahun 1974
antibodi terhadap EDS terindikasi pada bebek. Kemudain
ditemukan juga serangan EDS pada parent stock ayam pedaging di
Belanda dan virus pemicu nya diisolasi pertama kali di Irlandia
Utra tahun 1976. Virus yang terindifikasi yaitu Adenovirus BC14
dan BC127.
Egg drop syndrome dilaporkan hanya menyerang ayam
petelur dimasa produksi, namun virus EDS dapat diisolasi dari
berbagai jenis unggas lainnya, misalnya itik dan angsa. Penyakit ini
sangat merugikan peternak sebab penurunan kuantitas dan kualitas
telur, kenaikan feed conversion ratio (FCR) dan peningkatan biaya
penanganan penyakit. Penyakit ini menyerang ayam beberapa
minggu sebelum dan sesudah puncak produksi. Penurunan produksi
dapat mencapai 10-40% dengan tingkat mortalitas rendah bahkan
tidak ada.
pemicu nya.
Penyakit EDS disebabkan oleh Adenovirus. Virus EDS
termasuk dalam virus double stranded-DNA (ds-DNA), tidak
beramplop berbentuk ikosahrdral 76-80 ηm dan tidak memiliki
lapisan lipid billayer. Virus EDS tahan terhadap dichloroform,
sodium deoxycholate, trypsin, phenol 2%, alkohol 50% dan pH 3-
10, namun dapat diinaktivasi dengan desinfektan golongan
aldehyde. Adenovirus dapat juga diinkativasi dengan pemanasan
pada suhu 60 °C aelama 30 menit.
Gejala
Pada umumny ayam terlihat sehat, namun kadang
diketemukan ayam yang lesu dan mengaklami diare yang tidak
spesifik. Para peneliti menyatakan diare berasal dari eksudat yang
dikeluarkan oviduct dan bercampur dengan feses ayam. Jika virus
EDS menginfeksi ayam pada awal produksi akibatnya ayam tidak
akn mencapai puncak produksi. Sedang jika virus EDS menyerang
ayam sesudah puncak produksi, maka ayam akan mengalami
penurunan produksi jauh dibawah standar normal.
Gejala klinis EDS akan muncul sesudah 7-9 hari
terinfeksivirus. Gejala yang muncul pertama kali hilangnya pigmen
kerabang telur, kemudian diikutinkerabang tipis, kerabang lunak
bahkan telur tidak berkerabang.
Ilustrasi 28. Ayam terserang penyakit EDS kerabang tipis bahkan
tidak berkerabang.
Ilustrasi 29. Ayam terserang penyakit EDS kerabang tipis bahkan
tidak berkerabang EDS kerang tidak berpigmen
bentuk tidak beraturan
Penularan
Penulaeran EDS dapat terjadi secara vertikal maupun
horizontal, sedang penularannya ada 3 tipe, yaitu klasik, enzooti
(endemi) dan sporadik.
1) Penularan virus EDS bentuk klasik terjadi secara vertikal yaitu
dari induk ke anaknya.
2) Sedang bentuk endemikterjadi jika virus yang menyebar dapat
menular secara horizontal dan mencemari suatu daerah.
3) Sedang pwenularan bentuk sporadik terjadi akibat adanya itik
atau angsa yang menularkan virus EDS pada ayam komersial
melalui air minum yang tercemar oleh feses yang mengandung
virus EDS.
Anak ayam yang terinfeksi in-ovo (secara vertikal) akan
terinfeksi secara laten dan gagal membentuk antibodi terhadap EDS
sampai ayam dewasa, meskipun dapat memproduksi telur hingga
lebih 50%. Namun ayam dapat menularkan virus secara horizontal
ke ayam yang sehat. Pada tahap ini virus EDS akan disebarkan
(sheedding) secara cepat.
Virus EDS yang telah menyebar akan mencemari suatu
daerah sehingga daerah ini menjadi daerah endemik EDS.
Telur yang dihasilkan oleh ayam yang terserang EDS juga menjadi
media penularan, sebab didalam maupun dipermukaan telur
mengandung virus EDS. Virus-virus ini dapat mencemari
kandang, tempat telur, maupun peralatan peternakan yang lain dan
dapat menulari ayam yang sehat.
Aym yang terinfeksi virus EDS dan sembuh akan terbentuk
antibodi pada 5 hari sesudah terinfeksi. Titer antibodi akan
mencapai level protektif pada 4-5 minggu sesudah terinfeksi.
Antibodi induk ayam akan diturunkan ke anak ayam dan memiliki
waktu paruh selama 3 hari.
Pencegahan
1) Melakukan vaksinasi EDS pada ayam umur 14-16 minggu atau
selambat-lambatnya 2-3 minggu sebelum bertelur.
2) Melakukan sanitasi kandang. Kandang kosong dicuci dan
disemprot dengan desinfektan
3) Desinfeksi kandang yang ada ayamnya dengan antisep
4) Kandang battery yang memakai kawat didesinfeksi
dengan desinfektan yang tidak korosif
5) Desinfektasi air minum
6) Membatasi tamu yang masuk kearea kandang, melakukan
dipping atau penyemprotan alas kaki atau alat transportasi saat
akan masuk dan akan keluar.
Pengobatan
EDS merupakan penyakit viral, sehingga pengobatan
terrhadap pemicu tidak dapat dilakukan. Pengobatan yang dapat
dilakukan yaitu untuk mencegah infeksi sekunder, meningkatkan
nafsu makan dan menjaga kondisi tubuh ayam.
HELICOPTER DESEASE (Runting & Stunating
Syndrome)
Penyakit Helicopter disease disebut juga dengan runting
and stunting syndrome (RSS), malabsorpsion syndrome, infectius
stunting syndrome, runting and leg weakness, pale bird syndrome,
diarrhea and stunting, viral arthritis dan bittle bone disease.
Penyakit ini dapat memicu keugian ekonomi pada
industri perunggasan sebab gangguan pertumbuhan/pencapaian
berat badan, tingkat keseragaman rendah, konversi pakannya
meningkat, peningkatan jumalah ayam afkir dan penurunan kualitas
karkas. Kejadian penyaki meski hanya mencapai 30%, namun
kerugiannya sangat berarti bagi peternak. Penyakirt ini diperparah
bila diikuti infeksi sekunder.
Helicopter disease kebanyakan dikitemukan pada ayam
pedaging, namun juga menyerang ayam petelur dan ayam pembibit
(breeder).
pemicu nya
pemicu Helicopter disease belum diketahui dengan pasti.
Isolasi dari usus dan feses ayam yang sakit diketemukan virus
Reovirus, Enterovirus, Parvovirus, Rotavirus, Calisivirus dan
Coronavirus, yang banyak diketemukan saat isolasi kasus ini
yaitu Reovirus.
Gejala.
Masa inkubasi helicopter disease yaitu 10-14 hari.
Penularan helicopter disease secara vertikal belum diketahui secara
pasti. Jika ternyata diketemukan virus yang lain diisolasi dari usus
dan feses ayam yang menderita helicopter disease maka ada
kemungkinan penularan secara vertikal.
Penyakit ini nampak dengan gejala pertumbuhan yang tidak
seragam, dapat diamati sejak anak ayam berumur 4-6 hari.
Gangguan ini berkaitan dengan gangguan pencernaan /proses
digesti ataupun penyerapan nutrisi.
Pada anak ayam umur 2-4 hari penderitan helicopter disease
menunjukan gejala sakit ringan, anak ayam terlihat lesumalas
bergerak dan sayap menggantung. Pada anak ayam umur 4-7 hari
dapat pula terjadi gejala diare dan ovitomitosis, daat diketemukan
ransum yang tidak tercerna. Kadang dijumpai feses yang tertutup
dengan eksudat berwarna coklat kekuningan, sehingga sering
dikelirukan dengan kokksidiosis.
Penularan
Penyakit ini dapat ditularkan melalui telur walau
kejadiannya sanga rendah. Sedang penularan yang paling cepat
yaitu melalui kontak langsung dari ayam yang sakit ke ayam yang
sehat, atau tidak langsung melalui pakan, air minum dan peralatan
kandang yang tercemar virus.
Pencegahan
Helicopter disease disebabkan oleh virus maka tidak ada
obta yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Guna menghindari
infeksi sekunder dapat diberikan multivitamin seperti Vita bro,
Neobro, Broiler Vita.
Tindakan
- Seleksi DOC dengan seksama untuk mendapatkan ayam yang
seragam sesuai standar, lincah, tidak cacat dan bebas
omphalitis.
- Melakukan sanitasi kandang, dibersihkan, dicuci dan
disemprot dengan antisep
- Membatasi tamu, mencegah hewan liar dan hewan piaraan
yang masuk ke lingkungan kandang.
- Melakukan vaksinasi dengan vaksin Reovirus, biasanya
dilakukan pada ayam bibit di breeding farm.
- Mempertinggi daya tahan tubuh ayam dengan ransum yang
baik dan jauhkan ransum dari kontaminasi.
- Ayam yang positif terserang segara diafkir dan sistem
pemeliharaannya all in all out.
SWOLLEN HEAD SYNDROME (SHS)
Swollen Head Syndrome (SHS) atau syndrome kepala
benkak yaitu penyakit viral yang menyerang sistem pernafasam
ayam Penyakit ini diketemukan di Amerika Serikat pada tahun
1971 Pertama kli dilaporkan oleh Morley dan Thomson pada tahun
1984 dan dan hingga sekarang diketahui telah berjangkit
dibeberapa negara termasuk Indonesia.
Di Indonesia dilaporka telah menyerang ayam komersiil
baik peternakan ayam pedaging, petelur, maupun bibit (breeder).
Pasda ayam pedaging SHS menyerang ayam umur 15 hari, namun
lebih sering menyerang ayam umur 3 minggu. Pada ayam petelur
menyerang pada masa produksi.
Ilustrasi 30. Ayam terserang Swollen Head Syndrom (SHS)
Dampak yang terjadi pada penyakit SHS yaitu
terhambatnya pertumbuhan bobot badan atau bahkan penyusutan
bobot badan, jika kondisi seranganya parah. Sedang pada ayam
petelur terjadi penurunan produksi telur 5-40% dan sulit
tercapainya puncak produksi (hanya 50-60% apanila terjadi pada
produksi puncak). Angka kesakitan akibat penyakit SHS berkisar
antara 5-20% dan dapat mencapai 60%, kematian antara 0,5-10%.
Sering diikuti dengan infeksi sekunder bakteri terutama Eschiria
coli, sehingga angka kematian dapat tinggi.
pemicu nya
pemicu Swollen syndrome yaitu Avian pneumovirus
(APV) yang masuk dalam familli Paramyxoviridae, subfamilli
Pneumavirinae dan genus Methapneumavirus. Merupakan virus
RNA beramplop tidak mengaglutinasi sel darah merah, permukaan
ditutupi oleh spike, aktif pada kisaran pH 3-9 (targantung strain
virus dan suhu).
Ilkustrasi 31. Saluran pencernaan dan ayam dewasa terserang SHS
Penularan.
Pada penyakit SHS penularan secara vertikal tidak
diketemukan, penularan SHS hanya terjadi secara horizontal, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Penularan lasung terjadi
bila kontak antara ayam yang sakit dengan ayam yang sehat.
Sedang penularan tidak langsung terjadi antara ayam yang sehat
dengan kandang, peralatan kandang maupun operator kandang
yang tercemar penyaluit SHS.
Virus SHS dapat memicu kematian jaringan dan
pendarahan pada saluran pernafasan atas dan celah pada langit-
langit mulut. Melalui luka ini , bakteri pemicu infeksi
sekunder dapat masuk dan memicu kebengkaan pada kepala.
Pencegahan
- Terapkan sistim pemeliharaan yang optimal (menciptakan
suasana nyaman bagi ayam). Sistem perkandangan yang
memadai, diantaranya ayam dalam kandang tidak terlalu padat,
Litter tidak berdebu dan tidak basah, kadar amonia rendah,
sistem pemeliharaan all in all out.
- Vaksinasi dengan vaksin aktif dan inaktif, sesuai dengan
petunjuk pembuat vaksin.
- Melakukan sanitasi kandang dan peralatan kandang. Kandang
dibersihkan, dicuci dengan detergent, kemudian disemprot
antisep.
- Lakukan sanitasi air minum untuk mencegah infeksi bakteri
sekunder. Antisep.
- Batasi tamu yang masuk kandang, cegah hewan liar dan hewan
peliharaan lain yang masuk lingkungann kandang.
Pengobatan
SHS disebabkan disebabkan oleh virus, maka tidak ada obat
yang spesifik menyembuhkan penyakit` ini. Penanganan yang
dapat dilakukan yaitu dengan memberi antibiotik untuk
menekan infeksi sekunder oleh bakteri.
PENYAKIT BAKTERI
Penyakit ini disebabkan oleh bermacam-macam bakteri
yang menyerang ayam dari berbagai umur. Yang sering menyerang
ayam antara lain : Pullorum, Coriza, Cholera, Typhus, Paratyphoid
CRD (crhonic respiratiri desiase ).
AVIAN TUBERCHULOSIS
TBC ayam yaitu penyakit menular yang terjadi dalam
bentuk yang sangat parah. Penyakit tuberkulosis avian tergolong
dalam jenis penyakit bakterial. Penyakit ini harus diwapadai sebab
bisa mengakibatkan infeksi granulomatus baik pada unggas muda
maupun unggas dewasa.
Sifat penyakit TBC ayam
Agen pemicu nya yaitu bakteri tuberkulosis flu burung.
Sumber utama infeksi yaitu kotoran burung, Di dalamnya bakteri
bisa bertahan hingga 7 bulan. Sebab penyakit ini ditandai dengan
pembentukan tuberkel di jaringan tubuh. Bakteri paling sering
memengaruhi organ dalam.
selaput lendir;
hati;
saluran pencernaan;
limpa
Penyakit ini bisa bertahan beberapa bulan. Tentu saja
tergantung pada tingkat kerusakan organ-organ internal, dan
kecepatan tergantung pada adanya kekebalan dan kualitas gizi
ayam. Perkembangan tuberkel memicu peningkatan organ
yang terkena dan berakhir dengan perdarahan yang pecah dan
mematikan.
pemicu
Bacillus Mycobacterium avium yang diamati yaitu sebab
karakteristik beberapa komponen sel. Mengapa alasan utama
infeksi ayam domestik yaitu kontak dengan pembawa patogen
dan produk metabolismenya. Merpati dan burung pipit dapat
terinfeksi oleh Mycobacterium avium. Makan dari tempat pakan
unggas, mereka menginfeksi air atau makanan, menginfeksi
patogen ke ayam sehat.
Illustrasi 32. Tuberchulosis pada ayam dewasa dan dara
Jika bangkai ayam yang terinfeksi tidak dimusnahkan,
namun dibuang ke tempat pembuangan sampah atau dikubur, maka
hewan liar, termasuk hewan pengerat, mudah menemukannya, dan
juga memindahkan patogen ke daerah yang tidak terinfeksi.
Ilustrasi 33. Organ dalam Ayam terkena Avian Tuberchulosis
Gejala.
Ayam yang sakit lemah, pasif, cepat lelah, kehilangan
massa otot. Pada saat yang sama mereka mengkonsumsi jumlah
pakan yang biasa. Kulit terlihat kering, dan daun telinga dan sisir
mendapatkan warna yang tidak sehat. Seiring dengan gejala utama,
perhatikan juga.
- ayam terlihat depersi atau lemah
- ayam mengalami penuruan berat badan yang progresif
- daerah fasial akan terlihat lebih kecil daripada ayam normal
- bulu ayam akan terlihat berdiri dan kusam
- pada kulit yang tidak tertutup bulu, akan terlihat kering
- pada kasus tertentu, bisa terjadi kelumpuhan
- ayam mengalami diare, sehingga menjadi lemah
- pada kasus tertentu ayam bisa mati mendadak tergantung
tingkat keparahan penyakit
Pencegahan
- pemberian pakan dan minum yang optimal,
- pemeriksaan kelompok ayam yang terinfeksi penyakit melalui
uji tuberkulin
- menjaga kualitas litter yang memadai
- sanitaasi/desinfeksi yang optimal
Pengobatan
Perlu dilakukan dengan "Ftivazid" - obat anti-TB untuk
ayam yang sudah terkena penyakit tuberkulosis avian ini. sebab
bila tidak segera ditindak dengan benar, maka dikhawatirkan
akan memicu penyakit menjadi semakin parah
. CORYZA (Infektius Coryza) atau Snot/pilek.
pemicu nya yaitu bakteri Haemophillus gallinarum, ada
beberapa macam serotype, diketemukan. Pertama kali pada tahun
1931. Penyakit ini umumnya menyerang ayam dara dan dewasa,
jarang menyerang broiler (Chiu, TC; Disease seasen). Ada dua
macam tipe, yaitu :
- tipe accut, yang cepat sekali menular dalam waktu 7-10 hari
masa inkubasi 18-36 jam. Kadang mortalitas tinggi bila
disebabkan oleh strain tertentu yang membentuk toxin dari HG
- tipe chronis, dapat persisten pada individu ayam sampai
berminggu-minggu. Hal ini disebabkan ada mycoplasma
gallisepticum.
Tanda-tanda:
- Yang menonjol yaitu keluarnya leleran (ingus) dari hidung,
sehingga ayam sering bersin.
- Muka bengkak, kadang pial juga dapat membengkak.
- Cairan yang keluar mula-mula encer lama-lama kental, dan
bila kena debu akan terlihat kotor disekitar hidung.
- Infeksi pada saluran nafas bagian bawah dapat terjadi dan
berlanjut pada lesi kantong udara dan ngorok khusus pada
coryza yang komplikasi.
- Produksi telur bervariasi penurunannya dari sedikit sampai
banyak, dan jumlah ayam yang afkir meingkat.
Penularan
- Melalui air minum, sebab organisme ini dapat tahan selama 3
jam dalam air. (diduga sebab utama penularan).
- Melalui kontak langsung antara individu yang sakit dengan
yang sehat.
- Lewat udara antar sekat, namun mungkin tidak terjadi dari satu
kandang ke kandang yang lain.
Pencegahan
- Pembersihan kandang sebelum ayam masuk, diikuti dengan
sanitasi yang baik.
- Manajemen yang baik.
- Vaksinasi. Dilakukan pada saat ayam berumur 8-10 minggu
kemudian diulang saat ayam berumur 4 minggu kemudian.
Pengobatan
- Sulfathiazole atau sulfadimethozine lewat air minum dengan
konsentrasi 0,05 % pada hari pertama dan 0,025 % pada 4 haru
berikutnya.
- Erythromycin, Streptomycin, Terramycin atau Tylosin,
diberikan secara suntikan dapat menyembuhkan ayam secara
individu atau jumlah sedikit. Dianjurkan suntikan ulang setiap
hari selama 2-3 hari.
- Sanitasi air, misalnya dengan Bromosept dalam air minum
untuk mencegah penyebaran kuman melalui air minum.
FOWL CHOLERA (kolera ayam)
Kolera ayam merupakan penyakit bakteri gram negatif,
yang sangat menular dan tersebar diseluruh dunia. Selain ayam
dapat juga menyerang angsa, bebek dan kalkun.
Ada dua tipe cholera yaitu : - Tipe accut : yang dapat
menyebar tiba-tiba dan memicu kematian yang tinggi; - tipe
chronic tidak begitu besar bila dibanding tipe accut. Kejadian dan
keparahan penyakit lebih besar dalam periode musim panas dan
adanya setress sebab aflaktoxin. pemicu nya yaitu pasteurella
multocida, yang dapat berkmebang dalam jumlah banyak didlam
darah. Pada Cholera ayam terjadi pembengkakan pada bagian
muka.
Ilustrasi 34. Ayam terserang fowl cholera muka bengkak
Tanda-tanda.
- Pada cholera yang accut gejala infeksi terjadi dalam waktu
beberapa jam dan kematian merupakan indikasi pertama.
Sebelum mati ayam menunjukkan demam, bulu kusam, keluar
ingus dari mulut dan diarrhea.
- Pada cholera yang chronis, dapat merupakan kelanjutan dari
yang akut, atau sebab infeksi organismenya resitensi lebih
rendah atau sebab terjadi peningkatam resistensi pada ayam.
Gejalanya dapat bervariasi tergantung dari tempat yang
terinfeksi. Dapat ada pada sinus persendian kaki, sayap,
telapak kaki, atau bursa sternalis. Dapat juga memicu
hatiberselaput (perihepatitis) yang sama dengan chronic
respiratory disease. Dan salah satu petunjuk baik untuk chronic
kolera pada ayam yaitu terjadinya pembengkakan pial.
Penularan
- Sumber penularan yang paling umum, adanya penyampuran
antara ayam yang sakit dengan ayam yang peka, segera akan
menyebar dalam kelompok yang besar.
- Melalui hewan perantara /carrier. Dijelaskan bahwa
pasteurella multocida, dapat hidup dalam waktu yang cukup
lama pada saluran atas pernafasan, anjing, kucing dan bahkan
manusia.
Ilustrasi 35. Ayam terserang fowl cholera hati dan oviduct bengkak
Pencegahan
- Usahakan kandang cukup tetap bersih, didesinfektan, dan
kering.
- Berikanlah makan dan minum yang cukup dan baik.
- Jangan mencampurkan ayam dari luar sebelah dikarantina
terlebih dahulu.
- Segera memeisahkan ayam yang sakit dari kelompoknya.
Pengobatan
- Strain pasteurella multocida secara tidak tetap sensitiv
terhadap obat-obatan seperti :
- Sulfaquinoxaline - Aureomycin - Sulfadimethoxin
- Terramycin - Sulfamethiazine - Novobiocin
- ESBS3 - Erythromycin
- Vaksinasi :
- Bakteri dibuat dari culture P. multocida yang diberikan
secara suntikan.
- Culture vaksin hidup. Clemon CU pasteurella vacin dibuat
berupa culture pasteurella yang hidup dengan virulensi
rendah. Diberikan secara suntikan.
CHRONIC RESPIRATORY DISEASE (CRD)
Chronic respiratory disease atau yang lebih dikenal dengan
ngorok yaitu penyakit yang menyerang saluran pernapasan ayam
dan bersifat kronis. Disebut “kronis” sebab penyakit ini
berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu lama dan
sulit untuk disembuhkan. Chronic respiratory disease yaitu
penyakit menular menahun pada ayam yang disebabkan oleh
Mycoplasma gallisepticum yang ditandai dengan gangguan
pernafasan, keluarnya cairan eksudat dari rongga hidung, batuk,
bersin dan kemerahan pada selaput lendir (conjunctiva) mata.
Kejadian dilapangan Dari data yang dikumpulkan oleh tim
Technical Education & Consultation Medion di 2016, CRD
menduduki posisi pertama dan kedua dalam ranking penyakit yang
menyerang broiler (ayam pedaging) maupun layer (ayam petelur).
Telah kita ketahui bahwa CRD bersifat imunosupresif atau mampu
menekan sistem kekebalan ayam. Di lapangan, kejadian CRD
murni jarang ditemui dan umumnya ditambah komplikasi dengan
penyakit lain terutama E. coli, sehingga disebut CRD kompleks.
pemicu .
CRD pada ayam disebabkan oleh bakteri Mycoplasma
gallisepticum (MG), yang merupakan organisme mirip bakteri
(bacteria-like organism). Serangan CRD sangat erat kaitannya
dengan sistem pernapasan ayam. Saluran pernapasan ayam secara
alami dilengkapi dengan pertahanan mekanik. Permukaannya
dilapisi mukosa dan ada silia (bulu-bulu getar) dan mukus
yang berfungsi menyaring udara yang masuk.
Namun fungsi mukosa dan silia ini dapat terganggu
ketika kondisi lingkungan kandang ayam kurang baik, terutama
jika kadar amonia di dalam kandang cukup tinggi. Adanya gas
amonia dengan kadar tinggi akan merusak membran saluran
pernapasan atas (mukosa dan silia), sehingga bibit penyakit seperti
M. gallisepticum dengan leluasa dapat masuk bersamaan dengan
aliran udara yang sebelumnya telah terkontaminasi dan menempel
pada mukosa saluran pernapasan dan merusak sel-selnya.
Adanya bakteri ini akan memicu terjadinya radang dan
aliran darah di daerah ini menjadi meningkat. Bakteri akan
ikut aliran darah dan menuju kantung udara, dimana kantung udara
merupakan tempat yang cocok (predileksi) untuk M. gallisepticum
hidup dan berkembang biak.
Ilustrasi 36. Ayam yang terserang CRD
Gejala
Gejala klinis yang muncul akibat CRD dapat bervariasi
diantaranya keluar lendir dari hidung, ngorok, dan radang pada
konjungtiva mata sehingga tampak bengkak dan berair. Penurunan
konsumsi ransum juga terjadi diikuti dengan perkembangan bobot
badan yang berada di bawah standar. Namun jika berkomplikasi
dengan colibacillosis, gejala klinis yang muncul pada ayam umur
muda di antaranya ayam terlihat menggigil, kehilangan nafsu
makan, penurunan bobot badan, dan peningkatan rasio konversi
ransum. Anak ayam lebih sering terlihat bergerombol di dekat
pemanas.
Perubahan patologi anatomi yang terlihat antara lain rongga
dan sinus hidung berlendir. Laring dan trakea mengalami
peradangan dan kantung udara menjadi keruh atau mengandung
lendir. Pada stadium selanjutnya, lendir menjadi berwarna kuning
dan berkonsistensi seperti keju. Eksudat seperti ini juga dapat
ditemukan di jantung dan pericardium. Pada ayam yang menderita
komplikasi dapat ditemukan peradangan pada pericardium, kapsula
hati, dan kantung udara. Perubahan lain yang dapat ditemukan
antara lain selaput lendir trakea terselaputi dengan cairan lendir,
bengkak, dan berwarna merah kekuning-kuningan.
Dampak CRD
Sebagai penyakit tunggal, CRD dapat menyerang ayam
pada semua umur, dengan angka kesakitan tinggi namun angka
kematian rendah. Sedangkan, CRD kompleks dapat memicu
kerugian ekonomi yang cukup besar. Dampaknya yakni
pertumbuhan bobot badan terhambat, penurunan mutu karkas,
penurunan produksi telur, tidak tercapainya keseragaman bobot
badan dan banyaknya ayam yang harus diafkir. Adanya gangguan
pada sistem pernapasan akibat infeksi CRD kompleks, akan
memicu asupan oksigen berkurang dan proses metabolisme
tubuh akan terganggu sehingga pertumbuhan ayam terhambat dan
efisiensi ransum menjadi jelek. CRD kompleks juga dapat
menghambat keberhasilan vaksinasi sebab bersifat imunosupresi
(menekan kekebalan).
Pencegahan
- Saat awal masa brooding, setiap sisi kandang harus ditutup
dengan tirai, namun tetap harus disisakan celah ± 20 cm di
bagian atas kandang untuk memperlancar sirkulasi udara
dalam kandang.
- Atur kepadatan kandang, dimana kepadatan ayam yang ideal
yaitu 15 kg per m2 atau setara dengan 6-8 ekor ayam
pedaging dan 12-14 ekor ayam petelur grower (pullet) per m2.
Atur buka tutup tirai dengan baik dan jika perlu pasang kipas
atau blower untuk membantu perputaran sirkulasi udara.
- Lakukan pembolak-balikan litter secara teratur setiap 3-4 hari
sekali. Jika litter basah dan menggumpal dalam jumlah sedikit,
segera ambil dan ganti dengan yang baru. Kurangi kadar
amonia dalam kandang dengan menyemprotkan Ammotrol
pada feses. Bisa juga dilarutkan dalam air minum sebanyak
0,5-1 gram per 2 liter air minum.
- Lakukan penyemprotan dalam kandang dengan desinfektan
Medisep atau Neo Antisep.
Pengobatan
Salah satu prinsip pengobatan yaitu obat harus sesuai
dengan jenis penyakit yang menyerang. Terlebih lagi, M.
gallisepticum tidak memiliki dinding sel.
Oleh sebab itu, jenis antibiotik yang dipilih harus
memiliki cara kerja menghambat pembentukan asam folat dan
protein yang akan langsung merusak intisel bakteri M.
gallisepticum.
Berikan sesuai dengan dosis dan aturan pakai yang tertera
pada etiket atau leaflet produk. Lakukan rolling atau penggantian
antibiotik setiap 3-4 periode pemeliharaan untuk mencegah
terjadinya resistensi obat.
COLIBACILLOSIS
Colibacillosis termasuk penyakit yanmg sering menyerang
peternakan ayam di Indonesia dan menibulkan kerugian ekonomi
cukup besar. Penyerbabnya yaitu bakteri Escherichia Coli (E.
coli). Pertama kali di isolasi tahun 1885 oleh Buchner, sedang
serangannya pada ayam pertama kali diidentifikasi tahun 1894.
Sejak saat itu banyak sekali laporan tentan colibacillosis terjadi
pada berbagai jenis unggas, meliputi ayam, itik, dan kalkun.
Colibacillosis dialam dapat berperan sebagai penyakit
primer maupun sekunder mengikuti penyakit lain yang lebih dulu
menyerang CRD, Coriza, NCD, ILT, IB dan lainya. Menyerang
ayam dari semua kelompok umur, mulai dari anak ayam,
remaja/pullet hingga ayam dewa ketika sudah memasuki masa
bertelur. Bahkan di Hatchery (breeder) pada akhir penetasan
diketemukan embrio mati sebelum menetas akibat infeksi E. Coli.
Angka kesakitan (morbiditas) yang ditimbulkan dari serangan
colibacillosis bervariasi, dengan angka kematian (mortalitas) antara
5-20%.
pemicu
Escherichia coli nerupakan salah satu spesies bakteri yang
tergolong dalam genus Escherichia dan familia Enterobateriaceae.
Bakteri ini termasuk Gram (-) tidak tahan asam, berbentuk batang
dan tidak membentuk spora.
Ilustrasi 37. Escherichia coli dengan flagela
Sebagian E. coli bersifat motil (dapat bergerak) dengan alat
gerak flagella beberapa galur e-coli memiliki kapsula. Pada
permukaan tubuh e-coli ada fili-fili inilah yang menentukan
sifat menempel dan pembentukan koloni (adhesi) nya.
Gejala
Waktu inkubasi E-coli untuk menginfeksi ayam hingga
terlihat gejala umunya 3-5 hari. Ketika menyerang dapat bersifat
lokal atau sistemik dengan berbagai bentuk.
Sifat lokal calibacillosis.
1) Omphalitis dan infeksi kantong telur
Omphalitis atau radang pusar yaitu suatu kondisi dimana
pusar DOC tidak dapat menutup dengan sempurna sehingga
bakteri mudah masuk dan akhirnya memicu radang
bagian ini . Normalnya pusar akan menutup beberapa jam
sesudah menetas diikuti dengan dimulainya proses penyerapan
kuning telur.
Ilustrasi 38. Radang pusar (omphalitis)
Namun jika pusar terlambat menutup dan dan ternyata ada
infeksi E. coli dimesin tetas atau kandang komersiil, maka
terjadi omphalitis.
2) Cellulitis.
Peradangan dibawah kult (cellulitis) merupakan jenis seranagn
E. coli yang terjadi pada jaringan subkutan dibawah kulit
(subcutoeous tissue), seperti kulit perut, paha, kaki, daerah
kepala. Gejala cellulitis ditunjukan dengan kulit berwarna
kuning kecoklatan. Jika dibedah maka diketemukan eksudat
kental semacam nanah.
3) Diare
Diare merupakan gejala klinis yang umum terjadi pada kasus
colibacillosis. Infeksi E. coli pada usus umumny dapat
bertindak sebagai infeksi primer maupun sekunder. Infeksi
sekunder akaibat bakteri E. coli ikut menyerang ususyang
sebelumnya telah rusak oleh penyakit lain
Penularan.
Penularanpenyakit cobacillotis terjadi secara vertikal dan
horizontal . Penularan individu vertikal melalui saluran reproduksi
induk ayam, yaitu melalui ovarium atau oviduct yang terinfeksi.
Telur yang menetas kemudian akan menghasilkan DOC yang
tercemar E. coli di dalam ususnya.
Sedangkan penularan secara horizantal terjadi secara kontak
langsung dengan ayam yang sakit, atau secara tidak langsung
melalui kontak dengan bahan/peralatan kandang yang tercemar.
Penularan biasanya terjadi secara oral melalui ransum/air mi