Jumat, 06 Desember 2024

anggaran sumatera 2


 



Isu strategi pembiayaan defisit anggaran men-

dapatkan perhatian yang cukup luas dalam ke-

bijakan makroekonomi sebagai program kebi-

jakan pembangunan ekonomi berkelanjutan.  

Mengapa ini penting karena di setiap nega-

ra baik negara maju: AS, UK, Jerman, Jepang 

Italia, bahkan Cina, Spanyol, Korea, maupun 

terlebih negara-negara sedang berkembang, 

seperti: negara kita  akan mengalami persoalan 

defisit anggaran. namun  masing-masing negara 

memiliki strategi untuk melakukan pembiayaan 

defisit anggarannya dengan baik, agar penge-

lolaan pembiayaan bisa optimal. 

Kalau diamati dari Tabel 1, tampaknya 

 Isu Strategi Pembiayaan Defisit Anggaran  

terdapat indikasi bahwa hubungan antara defi-

sit dan pertumbuhan ekonomi seolah tidak ada 

hubungan. Ada negara-negara yang defisit ang-

garannya menurun, namun  pertumbuhannya 

meningkat, contoh: Jerman, negara kita , Korea. 

namun  pada kasus: Jepang, Amerika, akan 

nampak bahwa indikasinya defisit menurun, 

pertumbuhan ekonominya juga menurun. Seba-

liknya untuk kasus lain yaitu: Cina, Spanyol, 

Italia, dan Inggris, nampak bahwa defisit cen-

derung meningkat, namun  pertumbuhan eko-

nominya juga meningkat. Contoh pada Tabel 1, 

tampaknya tidak ada pola khusus bahwa de-

ngan meningkatnya defisit akan mengurangi 

pertumbuhan ekonomi, atau dengan mening-

katnya surplus akan meningkatkan pertumbuh-

an. 

Dalam Tabel 1 tampak terdapat indikasi 

bahwa hubungan antara defisit dan pertum-

buhan ekonomi seolah tidak ada hubungan. 

Terdapat negara-negara yang defisit anggaran-

nya menurun, namun  pertumbuhannya mening-

kat, contoh: Jerman, negara kita , Korea. namun  

pada kasus: Jepang, Amerika, akan tampak 

bahwa indikasinya defisit menurun, pertum-

buhan ekonominya juga menurun. Sebaliknya 

untuk kasus lain yaitu: Cina, Spanyol, Italia, 

dan Inggris, tampak bahwa defisit cenderung 

meningkat, namun  pertumbuhan ekonominya 

juga meningkat. Contoh pada Tabel 1 tampak 

tidak ada pola khusus dengan meningkatnya 

defisit akan mengurangi pertumbuhan eko-

nomi, atau dengan meningkatnya surplus akan 

meningkatkan pertumbuhan. Maka berdasar-

kan Tabel 1 mengindikasikan nampaknya se-

olah-olah tidak ada hubungan secara pasti 

antara defisit dan pertumbuhan ekonomi. Pada-

hal secara teoritis, defisit lebih mencerminkan 

pemerintah mengalami ekspansi ada kecende-

rungan pertumbuhan ekonomi meningkat. Te-

tapi ketika terdapat surplus lebih mencermin-

kan kontraksi ekonomi dari sisi pemerintah. 

padahal harapannya pertumbuhan ekonomi se-

harusnya turun.  

berdasar  hasil kenyataan empiris (ta-

bel) dan pertentangan dengan teoritis yang ada, 

tampaknya permasalahan yang perlu diangkat 

dalam studi penelitian ini yaitu  pada perma-

salahan “pembiayaannya” bukan masalah “de-

fisitnya”. Jadi tampaknya yang paling perlu 

diperhatikan bagaimana cara membiayai defisit 

anggaran. Itulah yang menjadi fokus penelitian 

saya. 

Bagi negara negara kita  isu defisit anggaran 

mendapatkan perhatian utama sejak periode 

Orde Baru. Perhatian ini karena tingkat inflasi 

cukup tinggi yang disebabkan oleh pembiaya-

an defisit anggaran melalui cetak uang. Penga-

laman waktu itu membuat pemerintah menco-

ba memperbaiki kembali dengan anggaran 

berimbang dan dinamis untuk menggantikan 

anggaran moneter. Anggaran ini  dibuat 

dengan tujuan untuk menertibkan defisit ang-

garan dari hutang luar negeri. Diikutsertakan-

nya hutang luar negeri sebagai sumber pene-

rimaan negara maka anggaran 

lain; Teridentifikasinya dampak masing-masing 

sumber pembiayaan defisit anggaran terhadap 

perekonomian. Serta teridentifikasinya sumber 

pembiayaan yang paling cocok bagi perekono-

mian negara kita .  

Review Literatur. Pembiayaan defisit ang-

garan setidaknya dapat untuk mendanai penge-

luaran pemerintah agar terjadi peningkatan 

produktivitas perekonomian, yaitu pengeluar-

an kapital pemerintah untuk investasi. membagi dua macam sumber 

pendanaan defisit anggaran, yaitu hutang bank 

sentral dan hutang publik. Ketika pemerintah 

mendanai defisit anggaran dengan meminjam 

dari masyarakat, pemerintah akan melakukan 

kebijakan pembiayaan hutang (debt financing). 

menyatakan bahwa, seperti juga di negara-

negara maju, pembiayaan defisit anggaran bagi 

negara-negara sedang berkembang yaitu  ba-

gaimana anggaran defisit dapat dibiayai dari 

setidaknya tiga sumber, yaitu; dengan menjual 

obligasi ke publik, dengan pinjaman luar nege-

ri, dan dengan mencetak uang atau oleh cam-

puran dari ketiganya. sedang  menurut pen-

dapat menyatakan bahwa, sumber pembiayaan 

defisit anggaran secara konvensional terdiri 

dari money financed dan bond financed defisit, 

yaitu pembiayaan dengan pencetakan uang dan 

pembiayaan dengan menerbitkan bonds atau 

obligasi negara. secara 

garis besar ada dua cara pembiayaan defisit 

yaitu dengan pencetakan uang (money creation) 

dan hutang (Debt). 

mengidentifikasi sumber pembiayaan defisit 

berasal dari: 1) hutang luar negeri, 2) hutang 

dalam negeri, 3) Pencetakan uang, 4) Privati-

sasi, 5) Runing down cadangan devisa pemerin-

tah. Masing-masing mekanisme pembiayaan 

defisit memberikan pengaruh berbeda terhadap 

perekonomian baik sendiri-sendiri maupun 

secara bersama-sama. 

Pandangan Keynes-Klasik. Pandangan 

mainstream ekonomi (Klasik maupun Keynes-

ian) menyatakan bahwa tidak pernah ada bica-

ra tentang pembiayaan namun  yang ada hanya 

membicarakan expenditure yang setidaknya 

akan mempengaruhi pertumbuhan perekono-

mian.  

Pandangan Keynesian memposisikan pada 

government expenditure, di mana pada kondisi 

krisis, maka defisit diperlukan untuk pertum-

buhan ekonomi 

Sedang menurut pemikiran Klasik, dalam 

keseimbangan, maka balanced budget, akan lebih 

penting. Kalau terjadi defisit maka dengan 

adanya tambahan uang akan memicu  

efek inflasi, ini jika  tidak segera ditindak 

lanjuti dengan upaya peningkatan di sektor riil 

yang lebih baik serta pertambahan permintaan 

masyarakat. 

Pandangan Dependensia. Sebaliknya me-

nurut pandangan Dependensia (ekonomi politik) 

memberikan definisi yang berbeda tentang 

pembiayaan anggaran, menyatakan keberhasil-

an negara-negara yang melakukan kebijakan 

pembiayaannya dengan melakukan pinjaman 

atau bantuan modal tidak tampak terlihat 

 Bahwa suatu 

negara yang tergantung dengan kebijakan pin-

jaman atau pembiayaan hutang, tidak ada ke-

mungkinan lepas dari ketergantungan , Bagi pandangan Dependensia akan 

terjadi ekses dari ketergantungan pada pembia-

yaan, dan keputusan pemilikan pinjaman sa-

ngat penting bagi tingkat ketergantungannya 

 melihat bahwa deficit financing, akan 

terkait dengan persoalan debt managemant yaitu 

manajemen hutang untuk memastikan pem-

biayaan kebutuhan pemerintah dan kewajib-

an pembayaran yang terpenuhi dengan biaya 

minimal sampai jangka panjang, akan selaras 

dengan tingkat risiko kebijakan yang dilaku-

kan. 


Persoalan pembiayaan defisit anggaran bagi 

negara kita  nampaknya perlu suatu mekanisme 

pembiayaan defisit yang dipergunakan. Pem-

biayaan ini  bisa dilihat dari external re-

sources dan internal resources. Pembiayaan defisit 

anggaran bagi negara kita  akan dimanfaatkan 

sebagai upaya untuk pembangunan ekonomi 

yang berkelanjutan. Oleh sebab itu makna alur 

mekanisme yang telah dikemukakan di bawah 

yaitu : pembiayaan defisit anggaran akan 

mempengaruhi sektor riil melalui pasar ba-

rang, sedang  melalui sektor moneter mela-

lui penawaran uang, tingkat inflasi dan tingkat 

bunga, kurs mata uang rupiah terhadap dolar 

dan selanjutnya hubungan antara dua pasar, 

baik, di sektor riil (IS) demikian pula di sektor 

pasar uang (LM) akan bekerja secara berurutan 

dan saling mempengaruhi. Beberapa variabel 

memiliki pengaruh secara timbal balik pada 

kinerja makroekonomi. 

Model yang menjadi dasar studi penelitian 

ini yaitu  model yang pernah dipakai   yang juga diam-

bil dari fondasi teoritis model yang telah ada 

sebelumnya yang dikembangkan Batini-Haldane 

(1999) dengan model berulang (recursive models) 

serta kuadrat terkecil yang telah dimodifikasi 

sesuai dengan kebutuhan.  

Spesifikasi Model Persamaan. Spesifikasi 

Model Small Scale macroeconomic Model (SSMM) 

yang dibentuk dari persamaan pengelolaan 

pembiayaan defisit anggaran yaitu : 

jika  G =Hln +dn dan dn ada-

lah autonomous dari persamaan dasar yang 

ada, yaitu: 

ly =  a0ly-1 + a1ley + a2G+ a3ljub + a4lsbi-1 + 

a5linf +   

Maka, persamaan (1) Sektor Riil yaitu  

sebagai berikut:  

ly =  a0ly-1 + a1ley + a2Hln + a3dn + a4ljub 

+ a5lsbi-1 + a6linf +    

Sedang persamaan (2) di pasar uang ada-

lah:  

lJub = b1lsbi-1 + b2ly-1 + b3linf + b4linf-1  

      

Persamaan (3) Tingkat Inflasi 

linf=   0 leinf +  1linf-1+  2ly-1 + 3lsbi +  

  4lsbi-1 + 5dhln + 6dn 7+lkurs +   

Persamaan (4) Tingkat Suku Bunga 

lsbi =  1 lsbi-1+ 2linom+  3 linf-1 +  4ly-1   

 

Keterangan: e yaitu  Ekspektasi (Perkiraan 

t+1),G yaitu  Government Spending, dn ada-

lah pembiayaan Domestik (Dalam Negeri), 

Hln yaitu  Pembiayaan Hutang Luar Negeri, 

lsbi yaitu  Suku bunga riil (didekati dengan 

SBI 3 Bulan), Lsbi(-1) yaitu  Suku bunga riil 

lag satu periode tahun lalu, ly yaitu  PDB Riil, 

ley yaitu  ekspektasi PDB riil yaitu yt+1 dan   

ly(-1) yaitu  yt-1 merupakan lag satu periode 

(tahun lalu), Iinf yaitu  Tingkat Inflasi, Iinf(-1) 

yaitu  lag inflasi tahun lalu t-1 dan, leinf yaitu  

Ekspektasi inflasi t+1, lKurs yaitu  kurs mata 

uang Rp terhadap dollar Amerika, linom ada-

lah tingkat suku bunga nominal, ljub yaitu  

mt-Pt didekati dari JUB riil. 

Penjabaran variabel-variabel operasional-

nya yang disertakan dalam model persamaan 

SSMM yaitu  sebagai berikut: 

(1) Defisit Anggaran (G) terjadi karena 

nilai pengeluaran (belanja) negara lebih besar 

dari penerimaannya. Defisit anggaran yang 

terjadi dalam anggaran APBN negara kita  ada-

lah: Defisit primer = (R+A) – (G-B) di mana R 

yaitu  total penerimaan pemerintah, A yaitu  

total hibah, G pengeluaran rutin (Dalam negeri 

+ Luar negeri) dan B pembayaran bunga dan 

hutang. satuannya rupiah, data didapatkan 

dari BPS maupun departemen keuangan. 

(2) Inflasi (Inf) yaitu  merupakan suatu 

nilai di mana tingkat harga barang dan jasa 

secara umum mengalami peningkatan, yaitu  

salah satu fenomena moneter yang menunjuk-

kan suatu kecenderungan akan naiknya harga 

barang-barang secara umum, yang berarti ada-

nya penurunan nilai uang. Dalam penelitian ini 

nilai inflasi akan didekati melalui inflasi dalam 

negeri yang sepenuhnya dikontrol oleh kebi-

jakan moneter yang diukur dalam persen, 

yaitu IHK yang telah direduksi dari pengaruh 

noise yang bersumber dari guncangan sisi 

penawaran. Data inflasi inti merupakan data 

tahunan dalam rentang periode tahun 1983-

2009. Data ini  diperoleh dari: BPS, Lapor-

an Tahunan BI berbagai edisi penerbitan. Eks-

pektasi dari nilai inflasi (e) yaitu  t+1 dalam 

persen, di mana data didapatkan dari nilai 

inflasi tiap tahun yang dipublikasikan BPS, 

Statistik Keuangan BI, maupun dalam Nota 

Keuangan Depkeu.  

(3) Pertumbuhan (y). yaitu  PDB (Pro-

duk Domestik Bruto), yaitu besarnya nilai 

Produk Domestik Bruto berdasar  harga 

konstan tahun 2000, satuannya yaitu  rupiah, 

di mana pendapatan  akan didekati melalui 

komponen PDB. Data Yt atau PDB merupakan 

data tahunan dalam periode tahun 1983 sampai 

tahun 2009, dengan satuan rupiah diperoleh 

dari International Financial Statistics (IFS) Lapor-

an Tahunan Bank negara kita  dan BPS serta 

SEKI.  

(4) Pembiayaan Domestik (dn) yaitu  me-

rupakan besarnya total hutang pemerintah, 

yang dibiayai dari domestik atau dalam negeri, 

satuannya rupiah data tahunan, akan didapat 

dari publikasi BPS maupun dari Nota Keuang-

an Depkeu. 

(5) Belanja pemerintah merupakan total 

dari nilai pengeluaran (belanja) pemerintah ber-

dasarkan APBN dengan data tahunan, dalam 

satuan rupiah. Didapat dari publikasi Nota 

Keuangan Depkeu. 

(6) Pembiayaan Hutang Luar Negeri 

(Hln) merupakan besarnya total hutang peme-

rintah, yang dibiayai dari luar negeri, sa-

tuannya rupiah. Pembiayaan melalui pinjaman 

(hutang) pemerintah di mana besarnya hutang 

pemerintah berpengaruh positif terhadap pem-

bayaran cicilan hutang luar negeri. Semakin 

besar hutang pemerintah akan semakin besar 

pembayaran cicilan hutang luar negeri. Defisit 

anggaran berpengaruh positif terhadap besar-

nya hutang yang dilakukan oleh pemerintah. 

Semakin besar defisit anggaran maka akan 

semakin besar hutang luar negeri yang dipin-

jam pemerintah (Kunarjo, 1997). Data tahunan, 

diperoleh dari: Laporan Tahunan Bank Indo-

nesia dan BPS, serta Departemen Keuangan. 

(7) Money supply dan money demand di-

dekati melalui besarnya JUB, yaitu jumlah 

uang beredar, satuannya yaitu  rupiah. Data 

diperoleh dari, Laporan Tahunan Bank Indo-

nesia dan BPS, serta Depkeu.  

(8) Suku bunga SBI (sbi) suku bunga Serti-

fikat Bank negara kita , merupakan salah satu 

indikator kebijakan moneter di negara kita , yaitu 

tingkat suku bunga yang secara konsep diukur 

pengembaliannya setelah dikurangi inflasi, di-

dekati melalui nilai suku bunga SBI 3 bulan, 

data dari Bank negara kita , diukur dalam satuan 

persen. 

(9) Suku bunga nominal (inom) yaitu  

Nilai suku bunga nominal, merupakan suku 

bunga yang dapat diamati dipasaran, didapat-

kan dari data International Financial Statistics 

(IFS) diukur dalam satuan persen. 

(10) Nilai Tukar (Kurs), yaitu  merupa-

kan harga relatip nilai tukar mata uang suatu 

negara (negara kita ), terhadap nilai tukar negara 

lain, data didapatkan dari publikasi BPS, Sta-

tistik Keuangan BI. 

Metode analisa  

Metode analisa  yang dipakai  dalam pene-

litian ini yaitu  analisa  deskriptif dan kuanti-

tatif dengan Simultaneous Equation Regression 

Model yaitu  model regresi persamaan simul-

tan, merupakan sebuah model persamaan re-

gresi yang melihat hubungan bilateral, atau um-

pan balik antara variabel dependen dan varia-

bel bebas atau independen (Gujarati, 2007). 

Model-model regresi di mana terdapat lebih 

dari satu persamaan dan memiliki hubungan 

umpan balik di antara variabel dikenal sebagai 

model regresi persamaan simultan (simultane-

ous equation regression models). 

Tahapan dalam melakukan analisa  

kuantitatif di penelitian ini terdiri dari pem-

bentukan model dasar, uji perilaku data (stasio-

naritas dan kointegrasi). Spesifikasi model 

memakai  Small Scale Macroeconomic Model 

(SSMM), sedang  pengumpulan data me-

lalui Data sekunder dan mempunyai sifat ber-

kala dari publikasi International Financial Statis-

tics, Departemen Keuangan, Statistik Keuangan 

BI serta BPS, dari tahun 1983 sampai tahun 

2009. 

Lokasi dan obyek penelitian di negara kita , 

sedang  teknik analisa  data dengan meng-

gunakan data time series. Sebelum melakukan 

uji 3SLS maka terlebih dahulu akan dilakukan 

uji ECT dan ECM untuk Stasioner dan koin-

tegrasi (untuk keseimbangan jangka pendek 

dan jangka panjang).  


Kebutuhan pembiayaan anggaran dalam kurun 

waktu selama studi penelitian yang dilakukan 

nampak cenderung meningkat seiring dengan 

meningkatnya defisit anggaran dan makin 

besarnya kebutuhan pengeluaran pembiayaan. 

Kebutuhan pembiayaan anggaran ini  di-

penuhi, baik dari sumber pembiayaan hutang 

maupun pembiayaan lainnya. Pemenuhan 

pembiayaan defisit anggaran pada dasarnya 

merupakan bagian integral dari kebijakan 

anggaran sebagai bagian dari kebijakan pe-

ngelolaan ekonomi makro keseluruhan. 

Oleh sebab itu, isu pembiayaan defisit anggaran 

sangat tergantung pada mekanisme pembia-

yaan defisit yang dipakai .  

Pembiayaan anggaran terdiri dari external 

resources dan internal resources. Pembiayaan de-

fisit anggaran ini  dipakai  sebagai upa-

ya bagi keberlangsungan pembangunan eko-

nomi. Mengingat sebagian besar sumber pem-

biayaan anggaran berasal dari hutang, maka 

pengelolaan dan perencanaan anggaran yang 

tepat dan akurat menjadi hal yang penting, 

agar pengelolaan anggaran bisa semakin efi-

sien, dan tidak membebani anggaran pada 

masa yang akan datang.  

Dari hasil studi yang dilakukan sesuai alur 

mekanisme model, maka di bawah, dapat di-

ketengahkan makna inti persoalannya yaitu: 

pembiayaan defisit anggaran akan mempenga-

ruhi sektor riil melalui pasar barang, sedang-

kan melalui sektor moneter melalui tingkat in-

flasi, penawaran uang dan tingkat bunga, kurs 

mata uang rupiah terhadap dolar, dan selanjut-

nya hubungan antara dua pasar, baik di sektor 

riil (IS) demikian pula di sektor pasar uang 

(LM) akan bekerja secara berurutan dan saling 

mempengaruhi. Beberapa variabel memiliki pe-

ngaruh secara timbal balik pada kinerja pereko-

nomian. 

Hasil Estimasi Uji Stasionaritas dan 

Kointegrasi 

Sebagaimana langkah dalam uji statistik ekono-

metrik, pengujian awal dalam data time series 

ini yaitu  untuk mendapatkan data runtut 

waktu yang stationer Gujarati (2003), Greene 

(2007) memberikan ulasan pernyataannya bah-

wa untuk menjalankan penelitian yang meng-

gunakan model serta hubungan fungsi maka 

dapat memakai  uji kointegrasi Engle-

Granger. 

analisa  uji kointegrasi dilakukan untuk 

mengetahui adanya keseimbangan yang dica-

pai dalam jangka panjang, sedang  ECM 

(Error Correction Mechanism) untuk mengoreksi 

ketidakseimbangan dalam jangka pendek (yang 

mungkin terjadi) menuju keseimbangan jangka 

panjang. 

Dalam penelitian ini uji kointegrasi dilaku-

kan untuk 4 persamaan dalam model, yaitu: 

model persamaan pasar riil (IS), Model persa-

maan pasar uang (LM), model persamaan Infla-

si, serta model persamaan suku bunga. 

Tabel 2 yaitu  hasil pengujian ECM jangka 

pendek dengan program eviews berdasar  

pendekatan Engle Granger. Uji analisa  model 

ECM dapat dipakai  dalam mengestimasi 

faktor-faktor dalam pembiayaan defisit anggar-

an di negara kita  selama periode penelitian dan 

spesifikasi model yang dipakai  yaitu  sahih 

atau valid.  

Hasil pengujian menunjukkan bahwa ke 4 

buah model persamaan memenuhi persyaratan 

terintegrasi dengan dihasilkannya nilai ECT 

(Error Corection Terms) bertanda negatif (-), se-

dangkan hasil pengujian kointergrasi menun-

jukkan beberapa variabel persamaan probabi-

litasnya signifikan. Sehingga dapat dikatakan 

bahwa data series yang dipergunakan yaitu  

stationer, dengan demikian uji analisa  ini 

menghasilkan estimasi yang tidak menyesat-

kan, maka untuk melakukan estimasi selanjut-

nya dapat diperbolehkan memakai  3SLS. 

Hasil Estimasi Model Persamaan 3SLS 

Persamaan simultan dinamis dalam penelitian 

ini yaitu  overidentified. Persamaan overiden-

tified dapat diselesaikan dengan 2SLS dan atau 

3SLS. 2SLS dan atau 3SLS yang merupakan 

metode persamaan tunggal dengan adanya 

korelasi antara variabel-variabel gangguan dan 

variabel-variabel bebas. Sehingga dengan tek-

nik OLS dapat diterapkan pada persamaan 

struktural secara terpisah, maka dengan demi-

kian bias simultan dapat dihilangkan. Hasil 

lengkap regresi 3SLS dapat dilihat pada Tabel 

3. 

Teridentifikasinya Dampak Masing-masing 


terhadap Perekonomian  

Tabel 2. Hasil Uji Kointegrasi dalam Pembiayaan Defisit Anggaran dengan Metode Engle Granger  

No. Persamaan Variabel Independent Coefficient t-Statistic Prob. 

1 Persamaan Pasar Riil (IS) ECT -0,035358 -0,116712 0,1085 

2 Persamaan pasar uang (LM) ECT -0,024948 -0,104500 0,0179 

3 Persamaan Inflasi ECT -0,013777 -0,039967 0,0686 

4 Persamaan Suku Bunga  ECT -0,312346 -1,525782 0,1035 


Dalam peneltian ini data yang dipergunakan 

yaitu  dengan mempergunakan data runtut 

waktu (time series) dari tahun 1983 sampai 

dengan tahun 2009. Adapun hasil penghitung-

an melalui simulasi analisa  keterkaitan hu-

bungan sektor fiskal dan moneter pada pembia-

yaan defisit anggaran terhadap pertumbuhan 

ekonomi memberikan interpretasi ekonomi dari 

beberapa alternatif kemungkinan untuk melihat 

keterkaitan hubungan sektor fiskal dan moneter 

pada pembiayaan defisit anggaran terhadap 

pertumbuhan ekonomi (Lihat Gambar 4). 

Setelah dilakukan simulasi melalui analisa  

penghitungan, maka di temukan terdapat bebe-

rapa alternatif kemungkinan untuk melihat 

keterkaitan hubungan sektor fiskal dan moneter 

pada pembiayaan defisit anggaran terhadap 

pertumbuhan ekonomi. 

Hasil Interpretasi Pembiayaan 

Dengan terjadinya pengaruh terhadap pertum-

buhan ekonomi dari 2 kemungkinan maka im-

plikasinya terhadap pembiayaan anggaran 

akan dimungkinkan bahwa: 

(1) Adanya peningkatan pada pembiayaan do-

mestik memicu  pertumbuhan ekonomi 

juga akan mengalami peningkatan 

(2) Peningkatan pembiayaan hutang luar ne-

geri, akan memicu  terjadinya kenaikan 

tingkat inflasi, yang selanjutnya, melalui ke-

naikan tingkat inflasi ini  memicu  

kecenderungan pertumbuhan ekonomi meng-

alami penurunan. 

(1) Pembiayaan Domestik (Dalam Nege-

ri). Komponen faktor penerimaan pemerintah 

(G) yang didekati melalui indikator variabel, 

pembiayaan domestik atau (dn). Pembiayaan 

domestik secara uji ekonometrik memiliki pe-

ngaruh positif adan signifikan, artinya jika  

dimungkinkan terjadinya perubahan pertum-

buhan pembiayaan domestik (dn), maka akan 

memiliki implikasi kaitan terhadap peningkat-

an pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Pembia-

yaan domestik (dn), yaitu  merupakan kom-

ponen dominan dalam pembiayaan anggaran 

pemerintah yang masih cukup potensial untuk 

menanggulangi terjadinya defisit anggaran,  

Besarnya defisit anggaran pemerintah me-

rupakan pengurangan antara total penerimaan 

pemerintah (GR) dengan total pengeluaran pe-

merintah (GE). Komponen yang mempengaruhi 

besarnya penerimaan pemerintah dibedakan 

menjadi dua yaitu: penerimaan pajak dan pene-

rimaan non pajak. Besarnya penerimaan pajak 

dipengaruhi oleh usaha pemerintah untuk 

memungut pajak (tax effort).  

Jadi dari kebijakan fiskal terlihat bahwa 

pemerintah perlu melakukan intensifikasi dan 

ekstensifikasi pemungutan pajak. Salah satu 

kebijakan intensifikasi perpajakan bisa berupa 

perbaikan birokrasi pemungutan pajak. Dilihat 

dari sisi intensifikasi pajak, tidak perlu dikha-

watirkan akan memberikan dampak pada pe-

nurunan pertumbuhan, karena intensifikasi pa-

jak yang terjadi akan berimplikasi pada daya 

beli masyarakat. Ketika terjadi intensifikasi 

pajak, maka daya beli masyarakat yang menu-

run tidak perlu dikhawatirkan. Karena ini di-

mungkinkan akan keluar kembali dalam ben-

tuk expenditure, dan terjadinya expenditure akan 

memicu  terjadinya dorongan terhadap 

pertumbuhan ekonomi. Pada sisi persoalan lain 

dengan adanya kenaikan pajak yang terjadi, 

tidak perlu dikhawatirkan akan memicu  

ekonomi mengalami kontraksi (penurunan 

pertumbuhan ekonomi). Jadi selama terdapat 

expenditure cukup produktif, maka adanya ke-

naikan pajak tidak akan memberikan dampak 

berarti terhadap pertumbuhan ekonomi.  

sedang  kebijakan ekstensifikasi perpa-

jakan dapat berupa penentuan basis pajak baru 

dan peningkatan rate pajak. Semakin mening-

katnya pertumbuhan ekonomi maka diharap-

kan akan meningkatkan basis pajak baru, 

sehingga akan memberikan keleluasaan bagi 

pemerintah untuk meningkatkan penerimaan 

pajaknya. Kenaikan penerimaan pajak pada 

akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan 

ekonomi.  

(2) Pembiayaan Hutang Luar Negeri. Hasil 

dari analisa  yang didapatkan memberikan sua-

tu indikasi bahwa pada komponen pembiayaan 

Hutang luar negeri ternyata tidak secara lang-

sung memiliki hubungan terhadap pertumbuh-

an ekonomi. namun  hutang luar negeri akan 

berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi me-

lalui tingkat inflasi yang terjadi. 

Sejalan dengan adanya pengaruh pembia-

yaan hutang luar negeri yang meningkat. Sebe-

narnya terjadinya peningkatan hutang luar ne-

geri yang terjadi dirasa tidak terlalu mengkha-

watirkan pengaruhnya terhadap pertumbuhan 

ekonomi, sungguhpun demikian yang perlu 

dikhawatirkan yaitu  ketika hutang luar negeri 

ini  akan mendorong terjadinya desakan 

peningkatan inflasi. Oleh sebab itu dalam ma-

najemen hutang luar negeri setidaknya akan 

melihat suatu koridor di mana ketika terjadi 

dorongan Inflasi (cost push inflation). Selama 

hutang luar negeri yang dilakukan pemerintah 

tidak mempunyai pengaruh terhadap desakan 

peningkatan tingkat inflasi yang terjadi, maka 

berapapun hutang yang dilakukan pemerintah 

untuk menutup pembiayaan defisit anggaran-

nya, tidak perlu dikhawatirkan.  

Hasil Interpretasi di Luar Keterkaitan 

Aspek Pembiayaan 

Di luar dari keterkaitan persoalan pembiayaan 

terdapat aspek moneter yang perlu diperhati-

kan yakni: 

(1) Melalui alur suku bunga lag SBI satu perio-

de lsbi(-1) yang langsung berpengaruh pada 

pertumbuhan ekonomi (ly) 

(2) Melalui alur suku bunga lag SBI satu perio-

de yang memiliki hubungan dengan inflasi 

(linf) yang terjadi, dan dari kaitan tingkat inflasi 

lalu  berhubungan dengan pertumbuhan 

ekonomi (ly) 

(3) Melalui alur suku bunga lag SBI satu perio-

de yang memiliki hubungan jumlah uang ber-

edar (ljub) dan JUB lalu  memiliki hu-

bungan dengan pertumbuhan ekonomi (ly) 

(4) Melalui alur suku bunga lag SBI satu perio-

de yang lalu  berhubungan dengan SBI 

saat ini, lalu  dari SBI akan memiliki 

hubungan dengan tingkat inflasi (linf), dan ba-

ru lalu  akan mempengaruhi pertum-

buhan ekonomi (ly) 

(5) Kebijakan moneter bekerja dengan meng-

ubah tingkat bunga. Efek penurunan tingkat su-

ku bunga mungkin tidak dengan sendirinya 

dirasakan hingga jangka waktu cukup lama. 

Kebijakan moneter ekspansif yaitu  merupa-

kan salah satu kebijakan yang dilakukan untuk 

meningkatkan penawaran uang atau menurun-

kan tingkat bunga. Maka adanya penurunan 

tingkat bunga tahun lalu yaitu tingkat suku 

bunga lag satu periode, memicu  terjadi-

nya kenaikan pertumbuhan ekonomi.  

Kebijakan moneter yang dilakukan oleh 

otoritas moneter dalam tingkat bunga ini  

selanjutnya, akan mempengaruhi pergerakan 

sektor riil, di mana jika  sektor riil tumbuh 

maka akan memicu  terjadinya pening-

katan investasi. Dengan adanya peningkatan 

investasi yang berlangsung, maka akan membe-

rikan dampak bagi peningkatan pertumbuhan 

ekonomi. Sungguhpun demikian seandainya 

investasi yang direncanakan memiliki ketergan-

tungan pada tingkat bunga, maka jika  ter-

jadi kenaikan pada tingkat bunga yang lebih 

tinggi akan memicu  menurunnya inves-

tasi yang direncanakan, dan tentunya akan me-

ngurangi pertumbuhan ekonomi. Ini sejalan 

dengan teori kebijakan moneter dalam pengen-

dalian tingkat bunga, bahwa ketika perekono-

mian berekspansi, maka Bank Sentral menggu-

nakan operasi pasar terbuka untuk menaikkan 

tingkat bunga secara perlahan untuk mencoba 

mencegah perekonomian berekspansi terlalu 

cepat. Sebaliknya saat  perekonomian ber-

kontraksi, Bank Sentral menurunkan tingkat 

bunga secara perlahan untuk melonggarkan 

(dan akhirnya menghentikan) kontraksi. 

Teridentifikasinya Sumber Pembiayaan 

yang Paling Cocok bagi Perekonomian 

negara kita . 

Hasil analisa  studi penelitian yang dilakukan 

menyangkut penyusunan skenario pemenuhan 

target pertumbuhan ekonomi yang terjadi 

memberikan suatu ilustrasi kinerja bagi bebe-

rapa indikator makro ekonomi relatip baik 

dengan trend pencapaian hasil pertumbuhan 

ekonomi. Dukungan koordinasi yang baik 

antara kebijakan fiskal dan moneter dapat 

memberikan stimulus dan menjaga stabilisasi 

perekonomian. Deskripsi kebijakan fiskal mau-

pun moneter memiliki tujuan untuk memper-

lancar fleksibilitas dalam pertumbuhan dan 

lapangan kerja, serta mempertahankan harga 

stabil mungkin. Oleh sebab itu tujuan stabilitas 

tidak selalu mudah dicapai karena adanya 

keterlambatan waktu, atau penundaan tang-

gapan perekonomian terhadap kebijakan eko-

nomi makro.  

Dalam kebijakan moneter, Bank Sentral 

mengendalikan tingkat bunga, bukannya pena-

waran uang. Nilai tingkat bunga yang dipilih 

akan bergantung pada kondisi perekonomian. 

Bank Sentral menginginkan pertumbuhan ting-

gi dan tingkat inflasi rendah, dan Bank Sentral 

akan cenderung menurunkan tingkat bunga se-

lama periode pertumbuhan rendah dan tingkat 

inflasi rendah, sebaliknya akan cenderung me-

naikkan tingkat bunga selama periode pertum-

buhan tinggi dan tingkat inflasi tinggi. 

Di samping kebijakan moneter, dalam ke-

bijakan ekonomi makro juga terdapat kebi-

jakan fiskal yang merupakan partner kebijak-

an moneter dalam mengendalikan stabilitas 

ekonomi dan mendorong pertumbuhan eko-

nomi. Demikian pula kebijakan fiskal yaitu  

merupakan salah satu kebijakan ekonomi ma-

kro untuk mengendalikan stabilisasi pereko-

nomian dan mendorong pertumbuhan eko-

nomi. 

Kebijakan fiskal dipakai  untuk meng-

atur permintaan maupun penawaran agregat 

melalui komponen dan besaran anggaran be-

lanja untuk kepentingan alokasi, distribusi, dan 

stabilisasi untuk menggerakkan sektor riil, de-

ngan memperhitungkan besaran defisit dan 

kemampuan pembiayaan tanpa merusak indi-

kator makro l a i n n ya .  

Dalam beberapa tahun terakhir strategi 

kebijakan fiskal lebih diarahkan untuk melan-

jutkan dan memantapkan langkah-langkah 

konsolidasi fiskal dalam mewujudkan anggaran 

belanja yang sehat dan berkelanjutan (fiscal 

sustainability), namun masih dapat memberi-

kan ruang untuk stimulus fiskal dalam batas-

batas kemampuan keuangan negara.  

Jadi garis besar suatu kebijakan fiskal 

secara umum dalam arah ekspansif yang dicer-

minkan dari adanya kebijakan defisit, dapat 

memberikan andil bagi peningkatan pertum-

buhan ekonomi. sedang  pada sisi moneter 

akan diupayakan menjaga kestabilan kurs, 

terpenuhinya target tingkat inflasi yang telah 

ditentukan, juga mencermati mengendalikan 

agar tingkat suku bunga relatip terjaga. 

Oleh sebab itu simulasi yang dilakukan da-

lam penelitian, mencoba untuk melihat peme-

nuhan dalam target pertumbuhan ekonomi de-

ngan berbagai alternatif pengelolaan sumber 

pembiayaan defisit anggaran. Dari simulasi 

yang dicoba dilakukan, dengan beberapa alter-

natif persentase yaitu 15 persen, 20 persen, dan 

25 persen dari base-nya, ternyata polanya me-

nunjukkan hasil relatif sama. Sedang penentuan 

besarnya persentase itu sendiri tidak ada stan-

dar baku yang menjadi rujukan, karena yang 

dipersoalkan bukanlah skenario 15 persen atau 

20 persen, dan 25 persen, namun  yang akan 

dilihat apakah ada perbedaan ketika pembia-

yaan dihasilkan dari sumber yang berlainan 

yaitu bagaimana jika  pembiayaan dilakukan 

dengan melalui domestik, hutang luar negeri 

atau kedua-duanya secara bersama-sama. De-

ngan demikian, peneliti berkeyakinan bahwa 

untuk menentukan pilihan 15 persen yaitu  

relevan berdasar dan cukup ideal dalam penen-

tuan besarnya persentase ini . Dengan de-

mikian simulasi yang dilakukan yaitu  sebagai 

berikut  

Simulasi 1 jika  dn naik 15 persen, sedang-

kan yang lainnya tetap, Simulasi 2 jika  Hln 

naik 15 persen, sedang  yang lainnya tetap, 

Simulasi 3 jika  pembiayaan domestik dan 

luar negeri sama-sama dinaikkan 15 persen, 

sedang SBI(-1) tetap. 

Beberapa skenario pemenuhan target per-

tumbuhan yang dilakukan memiliki kelebihan 

serta kelemahannya masing-masing. Sungguh-

pun demikian, yang nampaknya cukup baik 

dalam kondisi perekonomian normal di simu-

lasi 1 (lihat Tabel 5). Dengan menaikkan kompo-

nen pembiayaan domestik sebesar 15 persen, 

maka pertumbuhan ekonomi naik relatif antara 

1,40 persen, sedang tingkat inflasi turun antara 

0,11 persen. demikian juga tingkat suku bunga 

relatif tetap sebesar 13,75 persen.  

Dalam kondisi normal, maka pembiayaan 

domestik akan lebih menguntungkan, yang 

berarti terjadi adanya ekspansi, namun  tidak 

menimbulkan inflasi. Sedang pembiayaan luar 

negeri cenderung terjadi inflasi, dan menim-

bulkan kontraksi ekonomi. 

namun  pada suatu kondisi perekonomian 

yang tidak normal (jika  terjadi krisis ekono-

mi), dalam keadaan di mana melalui komponen 

tingkat suku bunga tahun lalu akan membe-

rikan alternatif pilihan simulasi, yaitu jika ting-

kat suku bunga tahun lalu dinaikkan sebesar 15 

persen, sedang  pembiayaan luar negeri juga 

dinaikkan 15 persen maka pertumbuhan ekono-

mi akan tetap dibandingkan dengan PDB base 

sebesar 216,48, sedang  tingkat inflasi akan 

turun dari 6,81 persen menjadi 6,80 persen. 

Implikasi lebih jauh berarti perekonomian 

akan lebih baik jika  berada pada simulasi 2 

walaupun pertumbuhan cenderung meningkat, 

namun  inflasi cenderung turun hanya sebesar 

0,01 persen . Dalam kondisi si-

tuasi ekonomi tidak nornal pilihan pembiayaan 

yang paling baik mestinya di saat inflasinya 

cenderung turun, sungguhpun dari sisi pertum-

buhannya tidak harus meningkat. Dalam kon-

disi situasi ekonomi yang tidak nornal seperti 

ini maka simulasi 2 merupakan pilihan yang 

terbaik dibandingkan simulasi 1. 


berdasar  hasil analisa  dan pembahasan ter-

hadap fakta-fakta empiris dapat memberikan 

kontribusi teoritis maupun praktis lebih lanjut 

terkait dengan analisa  pembiayaan defisit ang-

garan di negara kita . Pembiayaan Anggaran da-

lam penelitian ini didekati melalui pembiayaan 

domestik (dalam negeri) dan Pembiayaan pin-

jaman atau hutang luar negeri.  

Pembiayaan domestik memberikan hasil 

positif signifikan, yang artinya pembiayaan do-

mestik akan meningkatkan pertumbuhan mela-

lui belanja pemerintah terutama belanja peme-

rintah yang produktif, akan mendorong per-

tumbuhan ekonomi dan tidak mendorong terja-

dinya inflasi.  

sedang  dari pembiayaan hutang luar 

negeri, mengindikasikan jika  dilakukan pin-

jaman melalui hutang luar negeri, akan memi-

liki dampak terhadap peningkatan inflasi. De-

ngan naiknya inflasi, akan memicu  per-

tumbuhan berkurang. Selama hutang luar nege-

ri tidak memicu  terjadinya dorongan in-

flasi maka berapapun hutang luar negeri yang 

dibutuhkan untuk menutup pembiayaan defisit 

anggaran tidak perlu dicemaskan.  

berdasar  hasil analisa  di atas dapat disim-

pulkan sebagai berikut:  

Pertama, Adanya sumber pembiayaan defisit 

dengan cara yang berbeda, ternyata mengha-

silkan kinerja makroekonomi yang berbeda 

pula. Oleh karena itu, pemilihan sumber pem-

biayaan menjadi sangat penting. Beberapa lite-

ratur hanya sedikit memberikan informasi, 

karena studinya lebih pada dampak defisit 

anggaran dan tidak fokus pada dampak setiap 

jenis sumber pembiayaan defisit. Dengan demi-

kian, studi ini tidak hanya memberikan kontri-

busi pada perekonomian negara kita , namun  juga 

memperkaya referensi bahwa jenis pembiayaan 

memiliki implikasi penting bagi suatu pereko-

nomian. Kedua, ditemukan bahwa pembiayaan 

defisit anggaran melalui sumber pembiayaan 

domestik memberikan hasil yang lebih baik 

dari pada sumber pembiayaan luar negeri. 

Dampak pembiayaan melalui sumber pembia-

yaan domestik mampu menghasilkan pertum-

buhan tanpa diikuti oleh meningkatnya inflasi. 

sedang  kalau yang dipakai  yaitu  sum-

ber pembiayaan luar negeri, pertumbuhan 

ekonomi yang terjadi dibarengi dengan relatif 

tingginya inflasi. Ketiga, salah satu penjelasan 

temuan diatas yaitu  bahwa pembiayaan mela-

lui hutang domestik tidak menyebabkan terja-

dinya pelarian sumberdaya ekonomi ke luar 

negeri. Maksudnya bunga atau return dari 

hutang domestik masih mungkin dapat dinik-

mati dan berputar di dalam negeri sehingga 

tetap akan memberikan kontribusi pada per-

ekonomian dalam negeri. Keempat, ketika per-

ekonomian tidak normal (dalam kondisi krisis) 

yang ditandai oleh tingginya tingkat bunga SBI, 

maka masing-masing sumber pembiayaan me-

miliki dampak yang spesifik. Ketika yang dipi-

lih yaitu  sumber pembiayaan domestik, maka 

pertumbuhan ekonomi akan negatif sebesar 

0,09 namun  inflasi turun sebesar 0,03. Ketika 

yang dipilih yaitu  sumber pembiayaan luar 

negeri, maka inflasi turun sedikit sebesar 0,01 

persen namun  pertumbuhan ekonominya positif 

dalam arti meningkat sebesar 0,08 persen. Se-

dangkan ketika memakai  sumber pembia-

yaan dalam negeri dan luar negeri secara ber-

sama, maka pertumbuhan ekonomi sangat ting-

gi yaitu sebesar 0,41, namun  inflasinya cende-

rung meningkat sebesar 0,02 persen.  

Saran. Beberapa saran yang perlu diberi-

kan untuk mengimplementasikan hasil studi 

penelitian ini antara lain: (1) jika  ingin me-

lakukan pembiayaan dalam negeri atau domes-

tik seyogyanya melalui penjualan Obligasi atau 

Surat Hutang Negara, sedang  untuk masa 

yang akan datang Surat Hutang Negara terse-

but diharapkan akan terus dikembangkan. (2) 

jika  ingin melakukan pembiayaan hutang 

luar negeri, yang perlu diperhatikan yaitu  

aspek untuk tetap memberikan implikasi terha-

dap pertumbuhan ekonomi namun  tidak meng-

akibatkan dampak terjadinya dorongan inflasi. 

Sungguhpun demikian pembiayaan Hutang 

Luar Negeri harus dilakukan secara hati-hati 

(prudent). (3) jika  akan melakukan pilihan 

yang paling baik, maka perlu diperhatikan agar 

diusahakan tetap terjadi kenaikan pertumbuh-

an ekonomi dengan disertai penurunan tingkat 

inflasi.