anggaran sumatera 2
Isu strategi pembiayaan defisit anggaran men-
dapatkan perhatian yang cukup luas dalam ke-
bijakan makroekonomi sebagai program kebi-
jakan pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Mengapa ini penting karena di setiap nega-
ra baik negara maju: AS, UK, Jerman, Jepang
Italia, bahkan Cina, Spanyol, Korea, maupun
terlebih negara-negara sedang berkembang,
seperti: negara kita akan mengalami persoalan
defisit anggaran. namun masing-masing negara
memiliki strategi untuk melakukan pembiayaan
defisit anggarannya dengan baik, agar penge-
lolaan pembiayaan bisa optimal.
Kalau diamati dari Tabel 1, tampaknya
Isu Strategi Pembiayaan Defisit Anggaran
terdapat indikasi bahwa hubungan antara defi-
sit dan pertumbuhan ekonomi seolah tidak ada
hubungan. Ada negara-negara yang defisit ang-
garannya menurun, namun pertumbuhannya
meningkat, contoh: Jerman, negara kita , Korea.
namun pada kasus: Jepang, Amerika, akan
nampak bahwa indikasinya defisit menurun,
pertumbuhan ekonominya juga menurun. Seba-
liknya untuk kasus lain yaitu: Cina, Spanyol,
Italia, dan Inggris, nampak bahwa defisit cen-
derung meningkat, namun pertumbuhan eko-
nominya juga meningkat. Contoh pada Tabel 1,
tampaknya tidak ada pola khusus bahwa de-
ngan meningkatnya defisit akan mengurangi
pertumbuhan ekonomi, atau dengan mening-
katnya surplus akan meningkatkan pertumbuh-
an.
Dalam Tabel 1 tampak terdapat indikasi
bahwa hubungan antara defisit dan pertum-
buhan ekonomi seolah tidak ada hubungan.
Terdapat negara-negara yang defisit anggaran-
nya menurun, namun pertumbuhannya mening-
kat, contoh: Jerman, negara kita , Korea. namun
pada kasus: Jepang, Amerika, akan tampak
bahwa indikasinya defisit menurun, pertum-
buhan ekonominya juga menurun. Sebaliknya
untuk kasus lain yaitu: Cina, Spanyol, Italia,
dan Inggris, tampak bahwa defisit cenderung
meningkat, namun pertumbuhan ekonominya
juga meningkat. Contoh pada Tabel 1 tampak
tidak ada pola khusus dengan meningkatnya
defisit akan mengurangi pertumbuhan eko-
nomi, atau dengan meningkatnya surplus akan
meningkatkan pertumbuhan. Maka berdasar-
kan Tabel 1 mengindikasikan nampaknya se-
olah-olah tidak ada hubungan secara pasti
antara defisit dan pertumbuhan ekonomi. Pada-
hal secara teoritis, defisit lebih mencerminkan
pemerintah mengalami ekspansi ada kecende-
rungan pertumbuhan ekonomi meningkat. Te-
tapi ketika terdapat surplus lebih mencermin-
kan kontraksi ekonomi dari sisi pemerintah.
padahal harapannya pertumbuhan ekonomi se-
harusnya turun.
berdasar hasil kenyataan empiris (ta-
bel) dan pertentangan dengan teoritis yang ada,
tampaknya permasalahan yang perlu diangkat
dalam studi penelitian ini yaitu pada perma-
salahan “pembiayaannya” bukan masalah “de-
fisitnya”. Jadi tampaknya yang paling perlu
diperhatikan bagaimana cara membiayai defisit
anggaran. Itulah yang menjadi fokus penelitian
saya.
Bagi negara negara kita isu defisit anggaran
mendapatkan perhatian utama sejak periode
Orde Baru. Perhatian ini karena tingkat inflasi
cukup tinggi yang disebabkan oleh pembiaya-
an defisit anggaran melalui cetak uang. Penga-
laman waktu itu membuat pemerintah menco-
ba memperbaiki kembali dengan anggaran
berimbang dan dinamis untuk menggantikan
anggaran moneter. Anggaran ini dibuat
dengan tujuan untuk menertibkan defisit ang-
garan dari hutang luar negeri. Diikutsertakan-
nya hutang luar negeri sebagai sumber pene-
rimaan negara maka anggaran
lain; Teridentifikasinya dampak masing-masing
sumber pembiayaan defisit anggaran terhadap
perekonomian. Serta teridentifikasinya sumber
pembiayaan yang paling cocok bagi perekono-
mian negara kita .
Review Literatur. Pembiayaan defisit ang-
garan setidaknya dapat untuk mendanai penge-
luaran pemerintah agar terjadi peningkatan
produktivitas perekonomian, yaitu pengeluar-
an kapital pemerintah untuk investasi. membagi dua macam sumber
pendanaan defisit anggaran, yaitu hutang bank
sentral dan hutang publik. Ketika pemerintah
mendanai defisit anggaran dengan meminjam
dari masyarakat, pemerintah akan melakukan
kebijakan pembiayaan hutang (debt financing).
menyatakan bahwa, seperti juga di negara-
negara maju, pembiayaan defisit anggaran bagi
negara-negara sedang berkembang yaitu ba-
gaimana anggaran defisit dapat dibiayai dari
setidaknya tiga sumber, yaitu; dengan menjual
obligasi ke publik, dengan pinjaman luar nege-
ri, dan dengan mencetak uang atau oleh cam-
puran dari ketiganya. sedang menurut pen-
dapat menyatakan bahwa, sumber pembiayaan
defisit anggaran secara konvensional terdiri
dari money financed dan bond financed defisit,
yaitu pembiayaan dengan pencetakan uang dan
pembiayaan dengan menerbitkan bonds atau
obligasi negara. secara
garis besar ada dua cara pembiayaan defisit
yaitu dengan pencetakan uang (money creation)
dan hutang (Debt).
mengidentifikasi sumber pembiayaan defisit
berasal dari: 1) hutang luar negeri, 2) hutang
dalam negeri, 3) Pencetakan uang, 4) Privati-
sasi, 5) Runing down cadangan devisa pemerin-
tah. Masing-masing mekanisme pembiayaan
defisit memberikan pengaruh berbeda terhadap
perekonomian baik sendiri-sendiri maupun
secara bersama-sama.
Pandangan Keynes-Klasik. Pandangan
mainstream ekonomi (Klasik maupun Keynes-
ian) menyatakan bahwa tidak pernah ada bica-
ra tentang pembiayaan namun yang ada hanya
membicarakan expenditure yang setidaknya
akan mempengaruhi pertumbuhan perekono-
mian.
Pandangan Keynesian memposisikan pada
government expenditure, di mana pada kondisi
krisis, maka defisit diperlukan untuk pertum-
buhan ekonomi
Sedang menurut pemikiran Klasik, dalam
keseimbangan, maka balanced budget, akan lebih
penting. Kalau terjadi defisit maka dengan
adanya tambahan uang akan memicu
efek inflasi, ini jika tidak segera ditindak
lanjuti dengan upaya peningkatan di sektor riil
yang lebih baik serta pertambahan permintaan
masyarakat.
Pandangan Dependensia. Sebaliknya me-
nurut pandangan Dependensia (ekonomi politik)
memberikan definisi yang berbeda tentang
pembiayaan anggaran, menyatakan keberhasil-
an negara-negara yang melakukan kebijakan
pembiayaannya dengan melakukan pinjaman
atau bantuan modal tidak tampak terlihat
Bahwa suatu
negara yang tergantung dengan kebijakan pin-
jaman atau pembiayaan hutang, tidak ada ke-
mungkinan lepas dari ketergantungan , Bagi pandangan Dependensia akan
terjadi ekses dari ketergantungan pada pembia-
yaan, dan keputusan pemilikan pinjaman sa-
ngat penting bagi tingkat ketergantungannya
melihat bahwa deficit financing, akan
terkait dengan persoalan debt managemant yaitu
manajemen hutang untuk memastikan pem-
biayaan kebutuhan pemerintah dan kewajib-
an pembayaran yang terpenuhi dengan biaya
minimal sampai jangka panjang, akan selaras
dengan tingkat risiko kebijakan yang dilaku-
kan.
Persoalan pembiayaan defisit anggaran bagi
negara kita nampaknya perlu suatu mekanisme
pembiayaan defisit yang dipergunakan. Pem-
biayaan ini bisa dilihat dari external re-
sources dan internal resources. Pembiayaan defisit
anggaran bagi negara kita akan dimanfaatkan
sebagai upaya untuk pembangunan ekonomi
yang berkelanjutan. Oleh sebab itu makna alur
mekanisme yang telah dikemukakan di bawah
yaitu : pembiayaan defisit anggaran akan
mempengaruhi sektor riil melalui pasar ba-
rang, sedang melalui sektor moneter mela-
lui penawaran uang, tingkat inflasi dan tingkat
bunga, kurs mata uang rupiah terhadap dolar
dan selanjutnya hubungan antara dua pasar,
baik, di sektor riil (IS) demikian pula di sektor
pasar uang (LM) akan bekerja secara berurutan
dan saling mempengaruhi. Beberapa variabel
memiliki pengaruh secara timbal balik pada
kinerja makroekonomi.
Model yang menjadi dasar studi penelitian
ini yaitu model yang pernah dipakai yang juga diam-
bil dari fondasi teoritis model yang telah ada
sebelumnya yang dikembangkan Batini-Haldane
(1999) dengan model berulang (recursive models)
serta kuadrat terkecil yang telah dimodifikasi
sesuai dengan kebutuhan.
Spesifikasi Model Persamaan. Spesifikasi
Model Small Scale macroeconomic Model (SSMM)
yang dibentuk dari persamaan pengelolaan
pembiayaan defisit anggaran yaitu :
jika G =Hln +dn dan dn ada-
lah autonomous dari persamaan dasar yang
ada, yaitu:
ly = a0ly-1 + a1ley + a2G+ a3ljub + a4lsbi-1 +
a5linf +
Maka, persamaan (1) Sektor Riil yaitu
sebagai berikut:
ly = a0ly-1 + a1ley + a2Hln + a3dn + a4ljub
+ a5lsbi-1 + a6linf +
Sedang persamaan (2) di pasar uang ada-
lah:
lJub = b1lsbi-1 + b2ly-1 + b3linf + b4linf-1
Persamaan (3) Tingkat Inflasi
linf= 0 leinf + 1linf-1+ 2ly-1 + 3lsbi +
4lsbi-1 + 5dhln + 6dn 7+lkurs +
Persamaan (4) Tingkat Suku Bunga
lsbi = 1 lsbi-1+ 2linom+ 3 linf-1 + 4ly-1
Keterangan: e yaitu Ekspektasi (Perkiraan
t+1),G yaitu Government Spending, dn ada-
lah pembiayaan Domestik (Dalam Negeri),
Hln yaitu Pembiayaan Hutang Luar Negeri,
lsbi yaitu Suku bunga riil (didekati dengan
SBI 3 Bulan), Lsbi(-1) yaitu Suku bunga riil
lag satu periode tahun lalu, ly yaitu PDB Riil,
ley yaitu ekspektasi PDB riil yaitu yt+1 dan
ly(-1) yaitu yt-1 merupakan lag satu periode
(tahun lalu), Iinf yaitu Tingkat Inflasi, Iinf(-1)
yaitu lag inflasi tahun lalu t-1 dan, leinf yaitu
Ekspektasi inflasi t+1, lKurs yaitu kurs mata
uang Rp terhadap dollar Amerika, linom ada-
lah tingkat suku bunga nominal, ljub yaitu
mt-Pt didekati dari JUB riil.
Penjabaran variabel-variabel operasional-
nya yang disertakan dalam model persamaan
SSMM yaitu sebagai berikut:
(1) Defisit Anggaran (G) terjadi karena
nilai pengeluaran (belanja) negara lebih besar
dari penerimaannya. Defisit anggaran yang
terjadi dalam anggaran APBN negara kita ada-
lah: Defisit primer = (R+A) – (G-B) di mana R
yaitu total penerimaan pemerintah, A yaitu
total hibah, G pengeluaran rutin (Dalam negeri
+ Luar negeri) dan B pembayaran bunga dan
hutang. satuannya rupiah, data didapatkan
dari BPS maupun departemen keuangan.
(2) Inflasi (Inf) yaitu merupakan suatu
nilai di mana tingkat harga barang dan jasa
secara umum mengalami peningkatan, yaitu
salah satu fenomena moneter yang menunjuk-
kan suatu kecenderungan akan naiknya harga
barang-barang secara umum, yang berarti ada-
nya penurunan nilai uang. Dalam penelitian ini
nilai inflasi akan didekati melalui inflasi dalam
negeri yang sepenuhnya dikontrol oleh kebi-
jakan moneter yang diukur dalam persen,
yaitu IHK yang telah direduksi dari pengaruh
noise yang bersumber dari guncangan sisi
penawaran. Data inflasi inti merupakan data
tahunan dalam rentang periode tahun 1983-
2009. Data ini diperoleh dari: BPS, Lapor-
an Tahunan BI berbagai edisi penerbitan. Eks-
pektasi dari nilai inflasi (e) yaitu t+1 dalam
persen, di mana data didapatkan dari nilai
inflasi tiap tahun yang dipublikasikan BPS,
Statistik Keuangan BI, maupun dalam Nota
Keuangan Depkeu.
(3) Pertumbuhan (y). yaitu PDB (Pro-
duk Domestik Bruto), yaitu besarnya nilai
Produk Domestik Bruto berdasar harga
konstan tahun 2000, satuannya yaitu rupiah,
di mana pendapatan akan didekati melalui
komponen PDB. Data Yt atau PDB merupakan
data tahunan dalam periode tahun 1983 sampai
tahun 2009, dengan satuan rupiah diperoleh
dari International Financial Statistics (IFS) Lapor-
an Tahunan Bank negara kita dan BPS serta
SEKI.
(4) Pembiayaan Domestik (dn) yaitu me-
rupakan besarnya total hutang pemerintah,
yang dibiayai dari domestik atau dalam negeri,
satuannya rupiah data tahunan, akan didapat
dari publikasi BPS maupun dari Nota Keuang-
an Depkeu.
(5) Belanja pemerintah merupakan total
dari nilai pengeluaran (belanja) pemerintah ber-
dasarkan APBN dengan data tahunan, dalam
satuan rupiah. Didapat dari publikasi Nota
Keuangan Depkeu.
(6) Pembiayaan Hutang Luar Negeri
(Hln) merupakan besarnya total hutang peme-
rintah, yang dibiayai dari luar negeri, sa-
tuannya rupiah. Pembiayaan melalui pinjaman
(hutang) pemerintah di mana besarnya hutang
pemerintah berpengaruh positif terhadap pem-
bayaran cicilan hutang luar negeri. Semakin
besar hutang pemerintah akan semakin besar
pembayaran cicilan hutang luar negeri. Defisit
anggaran berpengaruh positif terhadap besar-
nya hutang yang dilakukan oleh pemerintah.
Semakin besar defisit anggaran maka akan
semakin besar hutang luar negeri yang dipin-
jam pemerintah (Kunarjo, 1997). Data tahunan,
diperoleh dari: Laporan Tahunan Bank Indo-
nesia dan BPS, serta Departemen Keuangan.
(7) Money supply dan money demand di-
dekati melalui besarnya JUB, yaitu jumlah
uang beredar, satuannya yaitu rupiah. Data
diperoleh dari, Laporan Tahunan Bank Indo-
nesia dan BPS, serta Depkeu.
(8) Suku bunga SBI (sbi) suku bunga Serti-
fikat Bank negara kita , merupakan salah satu
indikator kebijakan moneter di negara kita , yaitu
tingkat suku bunga yang secara konsep diukur
pengembaliannya setelah dikurangi inflasi, di-
dekati melalui nilai suku bunga SBI 3 bulan,
data dari Bank negara kita , diukur dalam satuan
persen.
(9) Suku bunga nominal (inom) yaitu
Nilai suku bunga nominal, merupakan suku
bunga yang dapat diamati dipasaran, didapat-
kan dari data International Financial Statistics
(IFS) diukur dalam satuan persen.
(10) Nilai Tukar (Kurs), yaitu merupa-
kan harga relatip nilai tukar mata uang suatu
negara (negara kita ), terhadap nilai tukar negara
lain, data didapatkan dari publikasi BPS, Sta-
tistik Keuangan BI.
Metode analisa
Metode analisa yang dipakai dalam pene-
litian ini yaitu analisa deskriptif dan kuanti-
tatif dengan Simultaneous Equation Regression
Model yaitu model regresi persamaan simul-
tan, merupakan sebuah model persamaan re-
gresi yang melihat hubungan bilateral, atau um-
pan balik antara variabel dependen dan varia-
bel bebas atau independen (Gujarati, 2007).
Model-model regresi di mana terdapat lebih
dari satu persamaan dan memiliki hubungan
umpan balik di antara variabel dikenal sebagai
model regresi persamaan simultan (simultane-
ous equation regression models).
Tahapan dalam melakukan analisa
kuantitatif di penelitian ini terdiri dari pem-
bentukan model dasar, uji perilaku data (stasio-
naritas dan kointegrasi). Spesifikasi model
memakai Small Scale Macroeconomic Model
(SSMM), sedang pengumpulan data me-
lalui Data sekunder dan mempunyai sifat ber-
kala dari publikasi International Financial Statis-
tics, Departemen Keuangan, Statistik Keuangan
BI serta BPS, dari tahun 1983 sampai tahun
2009.
Lokasi dan obyek penelitian di negara kita ,
sedang teknik analisa data dengan meng-
gunakan data time series. Sebelum melakukan
uji 3SLS maka terlebih dahulu akan dilakukan
uji ECT dan ECM untuk Stasioner dan koin-
tegrasi (untuk keseimbangan jangka pendek
dan jangka panjang).
Kebutuhan pembiayaan anggaran dalam kurun
waktu selama studi penelitian yang dilakukan
nampak cenderung meningkat seiring dengan
meningkatnya defisit anggaran dan makin
besarnya kebutuhan pengeluaran pembiayaan.
Kebutuhan pembiayaan anggaran ini di-
penuhi, baik dari sumber pembiayaan hutang
maupun pembiayaan lainnya. Pemenuhan
pembiayaan defisit anggaran pada dasarnya
merupakan bagian integral dari kebijakan
anggaran sebagai bagian dari kebijakan pe-
ngelolaan ekonomi makro keseluruhan.
Oleh sebab itu, isu pembiayaan defisit anggaran
sangat tergantung pada mekanisme pembia-
yaan defisit yang dipakai .
Pembiayaan anggaran terdiri dari external
resources dan internal resources. Pembiayaan de-
fisit anggaran ini dipakai sebagai upa-
ya bagi keberlangsungan pembangunan eko-
nomi. Mengingat sebagian besar sumber pem-
biayaan anggaran berasal dari hutang, maka
pengelolaan dan perencanaan anggaran yang
tepat dan akurat menjadi hal yang penting,
agar pengelolaan anggaran bisa semakin efi-
sien, dan tidak membebani anggaran pada
masa yang akan datang.
Dari hasil studi yang dilakukan sesuai alur
mekanisme model, maka di bawah, dapat di-
ketengahkan makna inti persoalannya yaitu:
pembiayaan defisit anggaran akan mempenga-
ruhi sektor riil melalui pasar barang, sedang-
kan melalui sektor moneter melalui tingkat in-
flasi, penawaran uang dan tingkat bunga, kurs
mata uang rupiah terhadap dolar, dan selanjut-
nya hubungan antara dua pasar, baik di sektor
riil (IS) demikian pula di sektor pasar uang
(LM) akan bekerja secara berurutan dan saling
mempengaruhi. Beberapa variabel memiliki pe-
ngaruh secara timbal balik pada kinerja pereko-
nomian.
Hasil Estimasi Uji Stasionaritas dan
Kointegrasi
Sebagaimana langkah dalam uji statistik ekono-
metrik, pengujian awal dalam data time series
ini yaitu untuk mendapatkan data runtut
waktu yang stationer Gujarati (2003), Greene
(2007) memberikan ulasan pernyataannya bah-
wa untuk menjalankan penelitian yang meng-
gunakan model serta hubungan fungsi maka
dapat memakai uji kointegrasi Engle-
Granger.
analisa uji kointegrasi dilakukan untuk
mengetahui adanya keseimbangan yang dica-
pai dalam jangka panjang, sedang ECM
(Error Correction Mechanism) untuk mengoreksi
ketidakseimbangan dalam jangka pendek (yang
mungkin terjadi) menuju keseimbangan jangka
panjang.
Dalam penelitian ini uji kointegrasi dilaku-
kan untuk 4 persamaan dalam model, yaitu:
model persamaan pasar riil (IS), Model persa-
maan pasar uang (LM), model persamaan Infla-
si, serta model persamaan suku bunga.
Tabel 2 yaitu hasil pengujian ECM jangka
pendek dengan program eviews berdasar
pendekatan Engle Granger. Uji analisa model
ECM dapat dipakai dalam mengestimasi
faktor-faktor dalam pembiayaan defisit anggar-
an di negara kita selama periode penelitian dan
spesifikasi model yang dipakai yaitu sahih
atau valid.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa ke 4
buah model persamaan memenuhi persyaratan
terintegrasi dengan dihasilkannya nilai ECT
(Error Corection Terms) bertanda negatif (-), se-
dangkan hasil pengujian kointergrasi menun-
jukkan beberapa variabel persamaan probabi-
litasnya signifikan. Sehingga dapat dikatakan
bahwa data series yang dipergunakan yaitu
stationer, dengan demikian uji analisa ini
menghasilkan estimasi yang tidak menyesat-
kan, maka untuk melakukan estimasi selanjut-
nya dapat diperbolehkan memakai 3SLS.
Hasil Estimasi Model Persamaan 3SLS
Persamaan simultan dinamis dalam penelitian
ini yaitu overidentified. Persamaan overiden-
tified dapat diselesaikan dengan 2SLS dan atau
3SLS. 2SLS dan atau 3SLS yang merupakan
metode persamaan tunggal dengan adanya
korelasi antara variabel-variabel gangguan dan
variabel-variabel bebas. Sehingga dengan tek-
nik OLS dapat diterapkan pada persamaan
struktural secara terpisah, maka dengan demi-
kian bias simultan dapat dihilangkan. Hasil
lengkap regresi 3SLS dapat dilihat pada Tabel
3.
Teridentifikasinya Dampak Masing-masing
terhadap Perekonomian
Tabel 2. Hasil Uji Kointegrasi dalam Pembiayaan Defisit Anggaran dengan Metode Engle Granger
No. Persamaan Variabel Independent Coefficient t-Statistic Prob.
1 Persamaan Pasar Riil (IS) ECT -0,035358 -0,116712 0,1085
2 Persamaan pasar uang (LM) ECT -0,024948 -0,104500 0,0179
3 Persamaan Inflasi ECT -0,013777 -0,039967 0,0686
4 Persamaan Suku Bunga ECT -0,312346 -1,525782 0,1035
Dalam peneltian ini data yang dipergunakan
yaitu dengan mempergunakan data runtut
waktu (time series) dari tahun 1983 sampai
dengan tahun 2009. Adapun hasil penghitung-
an melalui simulasi analisa keterkaitan hu-
bungan sektor fiskal dan moneter pada pembia-
yaan defisit anggaran terhadap pertumbuhan
ekonomi memberikan interpretasi ekonomi dari
beberapa alternatif kemungkinan untuk melihat
keterkaitan hubungan sektor fiskal dan moneter
pada pembiayaan defisit anggaran terhadap
pertumbuhan ekonomi (Lihat Gambar 4).
Setelah dilakukan simulasi melalui analisa
penghitungan, maka di temukan terdapat bebe-
rapa alternatif kemungkinan untuk melihat
keterkaitan hubungan sektor fiskal dan moneter
pada pembiayaan defisit anggaran terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Hasil Interpretasi Pembiayaan
Dengan terjadinya pengaruh terhadap pertum-
buhan ekonomi dari 2 kemungkinan maka im-
plikasinya terhadap pembiayaan anggaran
akan dimungkinkan bahwa:
(1) Adanya peningkatan pada pembiayaan do-
mestik memicu pertumbuhan ekonomi
juga akan mengalami peningkatan
(2) Peningkatan pembiayaan hutang luar ne-
geri, akan memicu terjadinya kenaikan
tingkat inflasi, yang selanjutnya, melalui ke-
naikan tingkat inflasi ini memicu
kecenderungan pertumbuhan ekonomi meng-
alami penurunan.
(1) Pembiayaan Domestik (Dalam Nege-
ri). Komponen faktor penerimaan pemerintah
(G) yang didekati melalui indikator variabel,
pembiayaan domestik atau (dn). Pembiayaan
domestik secara uji ekonometrik memiliki pe-
ngaruh positif adan signifikan, artinya jika
dimungkinkan terjadinya perubahan pertum-
buhan pembiayaan domestik (dn), maka akan
memiliki implikasi kaitan terhadap peningkat-
an pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Pembia-
yaan domestik (dn), yaitu merupakan kom-
ponen dominan dalam pembiayaan anggaran
pemerintah yang masih cukup potensial untuk
menanggulangi terjadinya defisit anggaran,
Besarnya defisit anggaran pemerintah me-
rupakan pengurangan antara total penerimaan
pemerintah (GR) dengan total pengeluaran pe-
merintah (GE). Komponen yang mempengaruhi
besarnya penerimaan pemerintah dibedakan
menjadi dua yaitu: penerimaan pajak dan pene-
rimaan non pajak. Besarnya penerimaan pajak
dipengaruhi oleh usaha pemerintah untuk
memungut pajak (tax effort).
Jadi dari kebijakan fiskal terlihat bahwa
pemerintah perlu melakukan intensifikasi dan
ekstensifikasi pemungutan pajak. Salah satu
kebijakan intensifikasi perpajakan bisa berupa
perbaikan birokrasi pemungutan pajak. Dilihat
dari sisi intensifikasi pajak, tidak perlu dikha-
watirkan akan memberikan dampak pada pe-
nurunan pertumbuhan, karena intensifikasi pa-
jak yang terjadi akan berimplikasi pada daya
beli masyarakat. Ketika terjadi intensifikasi
pajak, maka daya beli masyarakat yang menu-
run tidak perlu dikhawatirkan. Karena ini di-
mungkinkan akan keluar kembali dalam ben-
tuk expenditure, dan terjadinya expenditure akan
memicu terjadinya dorongan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Pada sisi persoalan lain
dengan adanya kenaikan pajak yang terjadi,
tidak perlu dikhawatirkan akan memicu
ekonomi mengalami kontraksi (penurunan
pertumbuhan ekonomi). Jadi selama terdapat
expenditure cukup produktif, maka adanya ke-
naikan pajak tidak akan memberikan dampak
berarti terhadap pertumbuhan ekonomi.
sedang kebijakan ekstensifikasi perpa-
jakan dapat berupa penentuan basis pajak baru
dan peningkatan rate pajak. Semakin mening-
katnya pertumbuhan ekonomi maka diharap-
kan akan meningkatkan basis pajak baru,
sehingga akan memberikan keleluasaan bagi
pemerintah untuk meningkatkan penerimaan
pajaknya. Kenaikan penerimaan pajak pada
akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
(2) Pembiayaan Hutang Luar Negeri. Hasil
dari analisa yang didapatkan memberikan sua-
tu indikasi bahwa pada komponen pembiayaan
Hutang luar negeri ternyata tidak secara lang-
sung memiliki hubungan terhadap pertumbuh-
an ekonomi. namun hutang luar negeri akan
berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi me-
lalui tingkat inflasi yang terjadi.
Sejalan dengan adanya pengaruh pembia-
yaan hutang luar negeri yang meningkat. Sebe-
narnya terjadinya peningkatan hutang luar ne-
geri yang terjadi dirasa tidak terlalu mengkha-
watirkan pengaruhnya terhadap pertumbuhan
ekonomi, sungguhpun demikian yang perlu
dikhawatirkan yaitu ketika hutang luar negeri
ini akan mendorong terjadinya desakan
peningkatan inflasi. Oleh sebab itu dalam ma-
najemen hutang luar negeri setidaknya akan
melihat suatu koridor di mana ketika terjadi
dorongan Inflasi (cost push inflation). Selama
hutang luar negeri yang dilakukan pemerintah
tidak mempunyai pengaruh terhadap desakan
peningkatan tingkat inflasi yang terjadi, maka
berapapun hutang yang dilakukan pemerintah
untuk menutup pembiayaan defisit anggaran-
nya, tidak perlu dikhawatirkan.
Hasil Interpretasi di Luar Keterkaitan
Aspek Pembiayaan
Di luar dari keterkaitan persoalan pembiayaan
terdapat aspek moneter yang perlu diperhati-
kan yakni:
(1) Melalui alur suku bunga lag SBI satu perio-
de lsbi(-1) yang langsung berpengaruh pada
pertumbuhan ekonomi (ly)
(2) Melalui alur suku bunga lag SBI satu perio-
de yang memiliki hubungan dengan inflasi
(linf) yang terjadi, dan dari kaitan tingkat inflasi
lalu berhubungan dengan pertumbuhan
ekonomi (ly)
(3) Melalui alur suku bunga lag SBI satu perio-
de yang memiliki hubungan jumlah uang ber-
edar (ljub) dan JUB lalu memiliki hu-
bungan dengan pertumbuhan ekonomi (ly)
(4) Melalui alur suku bunga lag SBI satu perio-
de yang lalu berhubungan dengan SBI
saat ini, lalu dari SBI akan memiliki
hubungan dengan tingkat inflasi (linf), dan ba-
ru lalu akan mempengaruhi pertum-
buhan ekonomi (ly)
(5) Kebijakan moneter bekerja dengan meng-
ubah tingkat bunga. Efek penurunan tingkat su-
ku bunga mungkin tidak dengan sendirinya
dirasakan hingga jangka waktu cukup lama.
Kebijakan moneter ekspansif yaitu merupa-
kan salah satu kebijakan yang dilakukan untuk
meningkatkan penawaran uang atau menurun-
kan tingkat bunga. Maka adanya penurunan
tingkat bunga tahun lalu yaitu tingkat suku
bunga lag satu periode, memicu terjadi-
nya kenaikan pertumbuhan ekonomi.
Kebijakan moneter yang dilakukan oleh
otoritas moneter dalam tingkat bunga ini
selanjutnya, akan mempengaruhi pergerakan
sektor riil, di mana jika sektor riil tumbuh
maka akan memicu terjadinya pening-
katan investasi. Dengan adanya peningkatan
investasi yang berlangsung, maka akan membe-
rikan dampak bagi peningkatan pertumbuhan
ekonomi. Sungguhpun demikian seandainya
investasi yang direncanakan memiliki ketergan-
tungan pada tingkat bunga, maka jika ter-
jadi kenaikan pada tingkat bunga yang lebih
tinggi akan memicu menurunnya inves-
tasi yang direncanakan, dan tentunya akan me-
ngurangi pertumbuhan ekonomi. Ini sejalan
dengan teori kebijakan moneter dalam pengen-
dalian tingkat bunga, bahwa ketika perekono-
mian berekspansi, maka Bank Sentral menggu-
nakan operasi pasar terbuka untuk menaikkan
tingkat bunga secara perlahan untuk mencoba
mencegah perekonomian berekspansi terlalu
cepat. Sebaliknya saat perekonomian ber-
kontraksi, Bank Sentral menurunkan tingkat
bunga secara perlahan untuk melonggarkan
(dan akhirnya menghentikan) kontraksi.
Teridentifikasinya Sumber Pembiayaan
yang Paling Cocok bagi Perekonomian
negara kita .
Hasil analisa studi penelitian yang dilakukan
menyangkut penyusunan skenario pemenuhan
target pertumbuhan ekonomi yang terjadi
memberikan suatu ilustrasi kinerja bagi bebe-
rapa indikator makro ekonomi relatip baik
dengan trend pencapaian hasil pertumbuhan
ekonomi. Dukungan koordinasi yang baik
antara kebijakan fiskal dan moneter dapat
memberikan stimulus dan menjaga stabilisasi
perekonomian. Deskripsi kebijakan fiskal mau-
pun moneter memiliki tujuan untuk memper-
lancar fleksibilitas dalam pertumbuhan dan
lapangan kerja, serta mempertahankan harga
stabil mungkin. Oleh sebab itu tujuan stabilitas
tidak selalu mudah dicapai karena adanya
keterlambatan waktu, atau penundaan tang-
gapan perekonomian terhadap kebijakan eko-
nomi makro.
Dalam kebijakan moneter, Bank Sentral
mengendalikan tingkat bunga, bukannya pena-
waran uang. Nilai tingkat bunga yang dipilih
akan bergantung pada kondisi perekonomian.
Bank Sentral menginginkan pertumbuhan ting-
gi dan tingkat inflasi rendah, dan Bank Sentral
akan cenderung menurunkan tingkat bunga se-
lama periode pertumbuhan rendah dan tingkat
inflasi rendah, sebaliknya akan cenderung me-
naikkan tingkat bunga selama periode pertum-
buhan tinggi dan tingkat inflasi tinggi.
Di samping kebijakan moneter, dalam ke-
bijakan ekonomi makro juga terdapat kebi-
jakan fiskal yang merupakan partner kebijak-
an moneter dalam mengendalikan stabilitas
ekonomi dan mendorong pertumbuhan eko-
nomi. Demikian pula kebijakan fiskal yaitu
merupakan salah satu kebijakan ekonomi ma-
kro untuk mengendalikan stabilisasi pereko-
nomian dan mendorong pertumbuhan eko-
nomi.
Kebijakan fiskal dipakai untuk meng-
atur permintaan maupun penawaran agregat
melalui komponen dan besaran anggaran be-
lanja untuk kepentingan alokasi, distribusi, dan
stabilisasi untuk menggerakkan sektor riil, de-
ngan memperhitungkan besaran defisit dan
kemampuan pembiayaan tanpa merusak indi-
kator makro l a i n n ya .
Dalam beberapa tahun terakhir strategi
kebijakan fiskal lebih diarahkan untuk melan-
jutkan dan memantapkan langkah-langkah
konsolidasi fiskal dalam mewujudkan anggaran
belanja yang sehat dan berkelanjutan (fiscal
sustainability), namun masih dapat memberi-
kan ruang untuk stimulus fiskal dalam batas-
batas kemampuan keuangan negara.
Jadi garis besar suatu kebijakan fiskal
secara umum dalam arah ekspansif yang dicer-
minkan dari adanya kebijakan defisit, dapat
memberikan andil bagi peningkatan pertum-
buhan ekonomi. sedang pada sisi moneter
akan diupayakan menjaga kestabilan kurs,
terpenuhinya target tingkat inflasi yang telah
ditentukan, juga mencermati mengendalikan
agar tingkat suku bunga relatip terjaga.
Oleh sebab itu simulasi yang dilakukan da-
lam penelitian, mencoba untuk melihat peme-
nuhan dalam target pertumbuhan ekonomi de-
ngan berbagai alternatif pengelolaan sumber
pembiayaan defisit anggaran. Dari simulasi
yang dicoba dilakukan, dengan beberapa alter-
natif persentase yaitu 15 persen, 20 persen, dan
25 persen dari base-nya, ternyata polanya me-
nunjukkan hasil relatif sama. Sedang penentuan
besarnya persentase itu sendiri tidak ada stan-
dar baku yang menjadi rujukan, karena yang
dipersoalkan bukanlah skenario 15 persen atau
20 persen, dan 25 persen, namun yang akan
dilihat apakah ada perbedaan ketika pembia-
yaan dihasilkan dari sumber yang berlainan
yaitu bagaimana jika pembiayaan dilakukan
dengan melalui domestik, hutang luar negeri
atau kedua-duanya secara bersama-sama. De-
ngan demikian, peneliti berkeyakinan bahwa
untuk menentukan pilihan 15 persen yaitu
relevan berdasar dan cukup ideal dalam penen-
tuan besarnya persentase ini . Dengan de-
mikian simulasi yang dilakukan yaitu sebagai
berikut
Simulasi 1 jika dn naik 15 persen, sedang-
kan yang lainnya tetap, Simulasi 2 jika Hln
naik 15 persen, sedang yang lainnya tetap,
Simulasi 3 jika pembiayaan domestik dan
luar negeri sama-sama dinaikkan 15 persen,
sedang SBI(-1) tetap.
Beberapa skenario pemenuhan target per-
tumbuhan yang dilakukan memiliki kelebihan
serta kelemahannya masing-masing. Sungguh-
pun demikian, yang nampaknya cukup baik
dalam kondisi perekonomian normal di simu-
lasi 1 (lihat Tabel 5). Dengan menaikkan kompo-
nen pembiayaan domestik sebesar 15 persen,
maka pertumbuhan ekonomi naik relatif antara
1,40 persen, sedang tingkat inflasi turun antara
0,11 persen. demikian juga tingkat suku bunga
relatif tetap sebesar 13,75 persen.
Dalam kondisi normal, maka pembiayaan
domestik akan lebih menguntungkan, yang
berarti terjadi adanya ekspansi, namun tidak
menimbulkan inflasi. Sedang pembiayaan luar
negeri cenderung terjadi inflasi, dan menim-
bulkan kontraksi ekonomi.
namun pada suatu kondisi perekonomian
yang tidak normal (jika terjadi krisis ekono-
mi), dalam keadaan di mana melalui komponen
tingkat suku bunga tahun lalu akan membe-
rikan alternatif pilihan simulasi, yaitu jika ting-
kat suku bunga tahun lalu dinaikkan sebesar 15
persen, sedang pembiayaan luar negeri juga
dinaikkan 15 persen maka pertumbuhan ekono-
mi akan tetap dibandingkan dengan PDB base
sebesar 216,48, sedang tingkat inflasi akan
turun dari 6,81 persen menjadi 6,80 persen.
Implikasi lebih jauh berarti perekonomian
akan lebih baik jika berada pada simulasi 2
walaupun pertumbuhan cenderung meningkat,
namun inflasi cenderung turun hanya sebesar
0,01 persen . Dalam kondisi si-
tuasi ekonomi tidak nornal pilihan pembiayaan
yang paling baik mestinya di saat inflasinya
cenderung turun, sungguhpun dari sisi pertum-
buhannya tidak harus meningkat. Dalam kon-
disi situasi ekonomi yang tidak nornal seperti
ini maka simulasi 2 merupakan pilihan yang
terbaik dibandingkan simulasi 1.
berdasar hasil analisa dan pembahasan ter-
hadap fakta-fakta empiris dapat memberikan
kontribusi teoritis maupun praktis lebih lanjut
terkait dengan analisa pembiayaan defisit ang-
garan di negara kita . Pembiayaan Anggaran da-
lam penelitian ini didekati melalui pembiayaan
domestik (dalam negeri) dan Pembiayaan pin-
jaman atau hutang luar negeri.
Pembiayaan domestik memberikan hasil
positif signifikan, yang artinya pembiayaan do-
mestik akan meningkatkan pertumbuhan mela-
lui belanja pemerintah terutama belanja peme-
rintah yang produktif, akan mendorong per-
tumbuhan ekonomi dan tidak mendorong terja-
dinya inflasi.
sedang dari pembiayaan hutang luar
negeri, mengindikasikan jika dilakukan pin-
jaman melalui hutang luar negeri, akan memi-
liki dampak terhadap peningkatan inflasi. De-
ngan naiknya inflasi, akan memicu per-
tumbuhan berkurang. Selama hutang luar nege-
ri tidak memicu terjadinya dorongan in-
flasi maka berapapun hutang luar negeri yang
dibutuhkan untuk menutup pembiayaan defisit
anggaran tidak perlu dicemaskan.
berdasar hasil analisa di atas dapat disim-
pulkan sebagai berikut:
Pertama, Adanya sumber pembiayaan defisit
dengan cara yang berbeda, ternyata mengha-
silkan kinerja makroekonomi yang berbeda
pula. Oleh karena itu, pemilihan sumber pem-
biayaan menjadi sangat penting. Beberapa lite-
ratur hanya sedikit memberikan informasi,
karena studinya lebih pada dampak defisit
anggaran dan tidak fokus pada dampak setiap
jenis sumber pembiayaan defisit. Dengan demi-
kian, studi ini tidak hanya memberikan kontri-
busi pada perekonomian negara kita , namun juga
memperkaya referensi bahwa jenis pembiayaan
memiliki implikasi penting bagi suatu pereko-
nomian. Kedua, ditemukan bahwa pembiayaan
defisit anggaran melalui sumber pembiayaan
domestik memberikan hasil yang lebih baik
dari pada sumber pembiayaan luar negeri.
Dampak pembiayaan melalui sumber pembia-
yaan domestik mampu menghasilkan pertum-
buhan tanpa diikuti oleh meningkatnya inflasi.
sedang kalau yang dipakai yaitu sum-
ber pembiayaan luar negeri, pertumbuhan
ekonomi yang terjadi dibarengi dengan relatif
tingginya inflasi. Ketiga, salah satu penjelasan
temuan diatas yaitu bahwa pembiayaan mela-
lui hutang domestik tidak menyebabkan terja-
dinya pelarian sumberdaya ekonomi ke luar
negeri. Maksudnya bunga atau return dari
hutang domestik masih mungkin dapat dinik-
mati dan berputar di dalam negeri sehingga
tetap akan memberikan kontribusi pada per-
ekonomian dalam negeri. Keempat, ketika per-
ekonomian tidak normal (dalam kondisi krisis)
yang ditandai oleh tingginya tingkat bunga SBI,
maka masing-masing sumber pembiayaan me-
miliki dampak yang spesifik. Ketika yang dipi-
lih yaitu sumber pembiayaan domestik, maka
pertumbuhan ekonomi akan negatif sebesar
0,09 namun inflasi turun sebesar 0,03. Ketika
yang dipilih yaitu sumber pembiayaan luar
negeri, maka inflasi turun sedikit sebesar 0,01
persen namun pertumbuhan ekonominya positif
dalam arti meningkat sebesar 0,08 persen. Se-
dangkan ketika memakai sumber pembia-
yaan dalam negeri dan luar negeri secara ber-
sama, maka pertumbuhan ekonomi sangat ting-
gi yaitu sebesar 0,41, namun inflasinya cende-
rung meningkat sebesar 0,02 persen.
Saran. Beberapa saran yang perlu diberi-
kan untuk mengimplementasikan hasil studi
penelitian ini antara lain: (1) jika ingin me-
lakukan pembiayaan dalam negeri atau domes-
tik seyogyanya melalui penjualan Obligasi atau
Surat Hutang Negara, sedang untuk masa
yang akan datang Surat Hutang Negara terse-
but diharapkan akan terus dikembangkan. (2)
jika ingin melakukan pembiayaan hutang
luar negeri, yang perlu diperhatikan yaitu
aspek untuk tetap memberikan implikasi terha-
dap pertumbuhan ekonomi namun tidak meng-
akibatkan dampak terjadinya dorongan inflasi.
Sungguhpun demikian pembiayaan Hutang
Luar Negeri harus dilakukan secara hati-hati
(prudent). (3) jika akan melakukan pilihan
yang paling baik, maka perlu diperhatikan agar
diusahakan tetap terjadi kenaikan pertumbuh-
an ekonomi dengan disertai penurunan tingkat
inflasi.