ternak kambing 9
Kambing Senduro merupakan
keturunan yang diduga berasal dari hasil
persilangan antara kambing Etawa, Kacang,
dan Jawarandu yang sudah berlangsung
sejak 100 tahun lamanya. Kambing ini telah
diresmikan sebagai kambing breed lokal
negara kita berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian RI Nomor:
1055/Kpts/SR.120/10/2014. Kambing
Peranakan Etawa merupakan kambing hasil
persilangan antara kambing Etawa dan
Kacang. Kambing ini telah diresmikan
sebagai kambing breed lokal negara kita
berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian
RI Nomor: 695/Kpts/PD.410/2/2013.
Umumnya, karakteristik fisik pada
kambing Senduro mirip dengan kambing
Peranakan Etawa, sebab indukan kambing
Senduro diseleksi dari kambing PE oleh
peternak dan breeder selama bertahun-tahun
Kedua breed ini
termasuk kedalam kekayaan sumber daya
genetik ternak lokal negara kita . Penting
untuk dilakukan upaya pelestarian sumber
daya genetik untuk mempertahankan hingga
meningkatkan kualitas fenotipik dan genotip
secara terus menerus agar kedua breed ini
dapat terus bertahan hidup Kambing Senduro dan PE
merupakan kambing dwiguna, dimana hasil
karkas dan susu-nya memiliki nilai yang
tinggi jika dibandingkan dengan kambing
breed lain. Persen karkas untuk kambing
bernilai 47,15% ,Bobot
kambing Senduro dapat mencapai 120 kg
dan produksi susu per-hari berkisar antara
0,8–1,8 liter/ekor/hari. sedang bobot
kambing Peranakan Etawa dapat mencapai
90 kg dengan produksi susu per-hari
berkisar antara 1-3 liter/ekor/hari. Kedua
kambing ini memiliki sifat kelahiran profilik
dan dalam waktu 2 tahun dapat beranak
hingga tiga kali sehingga memungkinkan
populasi ternak kambing Senduro dan PE
dapat tumbuh cepat, dan dapat memenuhi
kebutuhan pangan masyarakat, baik susu
maupun dagingnya
Kambing Senduro dan PE yang berada
di Balai Besar Inseminasi Buatan, Singosari,
Jawa Timur digunakan untuk program
breeding terutama untuk pembuatan semen
beku yang digunakan untuk inseminasi
buatan. Identifikasi di bidang biologi
Variasi Genetik Kambing Senduro dan
Peranakan Etawa (PE)
molekuler dapat digunakan untuk
menseleksi pejantan unggul yang kemudian
semennya digunakan untuk pembuatan
semen beku. Kualitas dari semen beku
sangat berperan penting pada program
breeding ternak ,
Mitokondrial DNA (mtDNA) dapat
digunakan untuk identifikasi molekuler.
mtDNA memiliki laju mutasi yang lebih
tinggi dari DNA nukleus, memiliki daerah
conserved dan less conserved serta mtDNA
diturunkan secara maternal tanpa
rekombinan ,
Area mtDNA yang sering digunakan
untuk penelitian filogenetik untuk
mengetahui variasi genetik yaitu
Displacement-loop dan Cytochrome-b. Pada
penelitian ini digunakan Cytochrome-b
sebab gen ini mampu mendeteksi haplotip
yang berbeda pada mitokondria dan
memiliki laju mutasi yang sedang, sehingga
gen Cytochrome-b lebih conserved jika
dibandingkan dengan Displacement loop
(Pakpahan, et al., 2016). Berdasarkan latar
belakang yang telah dijelaskan diatas,
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
apakah ada variasi genetik antara
kambing Senduro dan Perananakan Etawa
berdasarkan sekuens nukleutida gen
Cytochrome-b menggunakan penyejajaran
pairwise distance.
Tabel 1. Informasi Sampel Kambing Senduro dan Peranakan Etawa
No Spesies Nama Jenis Kelamin Umur Asal Kode
1 PE Fikra Jantan 8 tahun Jawa Timur PE1
2 PE Gumitir Jantan 3 tahun Jawa Timur PE2
3 PE Avanto Jantan 8 tahun Jawa Timur PE3
4 Senduro Zendo Jantan 6 tahun Lumajang SE1
5 Senduro Luzen Jantan 4 tahun Lumajang SE2
6 Senduro Elpedepe Jantan 4 tahun Lumajang SE3
7 Senduro Gameto Jantan 5 tahun Lumajang SE4
8 Senduro Bagaz Jantan 5 tahun Lumajang SE5
9 Senduro Rispro Jantan 5 tahun Lumajang SE6
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam
penelitian yaitu, vacum needle, needle
holder, glove, masker, dry ice, gunting, ice
box, kertas label, vacutainer EDTA,
microsentrifuge tube 1,5 ml, mikropipet,
yellow tip, white tip, micro PCR tube 200 µl,
sentrifuge, mesin vortex, incubator, freezer,
timbangan analitik digital, erlenmeyer,
mesin sequencing, thermocycler, komputer,
microwave, AE-Nano200 Nucleic Acid
Analyzer®, Bio Step UV-Transilluminator
DH-40, Mupid-Exu Electrophoresis, tisu,
dan kamera.Bahan yang digunakan dalam
penelitian yaitu sampel darah kambing PE
dan kambing Senduro, Blood DNA
Preparation Kit by Jena Bioscience,
Nuclease Free Water (NFW), Pecgreen,
TBE (Tris-Borac Acid-EDTA), primer
Forward (Cytb_F) 5’GCAATTGCCAT
AGTCCACCT’3 dan Reverse (Cytb_R)
5’GGATTTGCCGGGGTATAGTT’3,
marker DNA 100 bp dan 1 kb, 2x Taq
MasterMix 14 µl, agarosa 1% dan 2%,
etanol absolut, etanol 70% dan alumunium
foil.
Metode Pengambilan sampel whole blood
Pengambilan darah melalui vena
jugularis dengan menggunakan vacum
needle dan needle holder. Pengambilan
Variasi Genetik Kambing Senduro dan
Peranakan Etawa (PE)
darah pada vena jugularis dapat pula
menggunakan spuit ,
Hewan terlebih dahulu di restraint agar
memudahkan proses pengambilan darah.
Vena jugularis dibendung dan terlebih
dahulu diberikan desinfeksi, lalu darah
diambil. Setelah pengambilan darah selesai,
pada situs pengambilan darah diberikan
desinfektan kembali sambil di tekan untuk
menghentikan darah. Darah hasil koleksi
disimpan di tabung vacutainer EDTA.
Isolasi DNA
Proses isolasi DNA pada sampel darah
kambing PE dan kambing Senduro
menggunakan Blood DNA Preparation Kit
by Jena Bioscience. Dilakukan uji kuantitas
dengan mesin AE-Nano200 Nucleic Acid
Analyzer® untuk mengetahui konsentrasi
dan kemurnian isolat DNA. DdH2O
diteteskan diatas pedestal submicroliter cell
sebanyak 1 µl. Panjang gelombang yang
digunakan adalah 260 nm dan 280 nm.
Sebanyak 1 µl sampel ditetekan diatas
pedestal submicroliter yang telah
dibersihkan. Penutup ditutup diatas sampel
yang telah diteteskan dan ditekan tombol
sample, setelah itu ditunggu hingga hasil uji
keluar di layar monitor ,
Dilakukan uji kualitas DNA untuk
mengetahui ukuran whole genom dari
sampel yang digunakan menggunakan
elektroforesis. Marker yang digunakan yaitu
DNA marker berukuran 1 kb. Diatur nilai
tegangan 400 volt, arus listrik 100mA dan
waktu 35 menit. Kemudian dilakukan proses
running elektroforesis. Setelah proses
running selesai, dibaca hasil elektroforesis
dengan UV-transiluminator gel doc
(Fatchiyah, 2008). Primer yang digunakan
disesuaikan dengan Conserved Domain dari
Cytochrome-b Capra hircus. Primer
diperoleh dari database NCBI Genebank
Capra hircus dengan accession number
D84201.1. (Cytb_F) 5’GCAATTGCCA
TAGTCCACCT’3 (length: 20 bp; Tm :
59,96 ℃;GC : 55,0%) dan Reverse
(Cytb_R) 5’GGATTTGCCGGGGTATAG
TT’3 (length: 20 bp; Tm : 59,96 ℃; GC :
55,00%). Panjang produk dari primer ini
yaitu 434 bp.
Proses Polymerase Chain Reaction
Komposisi Cocktail PCR yang
digunakan yaitu primer forward 1 µl, primer
reverse 1 µl, 2x Taq MasterMix 14 µl,
sampel DNA 2 µl, dan nuclease free water
14 µl. Amplifikasi PCR terdiri dari lima
tahap, yaitu pra-denaturasi waktu 4 menit
dengan suhu 94 ℃, denaturasi waktu 30
detik dengan suhu 94 ℃, annealing waktu
30 detik dengan suhu 57,5 ℃, ekstensi
waktu 1 menit dengan suhu 72℃, dan post
ekstensi waktu 7 menit dengan suhu 72℃.
Siklus akan berulang sebanyak 35
Hasil amplifikasi
dilakukan elektroforesis untuk mengetahui
apakah ukuran sampel sudah sesuai target.
Konsentrasi dari gel agarosa yang
digunakan yaitu 2%. Proses sekuensing
DNA dilakukan dengan metode Sanger
sequencing. Sekuensing dilakukan untuk
melihat susunan basa nukleutida dari
sampel. Analisa data dilakukan dengan
menggunakan software MEGA.
Hasil Isolasi DNA Kambing Senduro dan
Peranakan Etawa
Hasil isolasi DNA yang diperoleh
merupakan DNA total. Isolat DNA yang
akan digunakan untuk amplifikasi DNA
menggunakan PCR terlebih dahulu dilakuan
uji kualitatif dan kuantitatif dan DNA.
Hasil uji kualitatif DNA elektroforesis
yang baik ditunjukkan dengan pita DNA
yang tebal dan tampak sedikit atau tidak ada
smear jika divisualisasikan di atas sinar UV
Pada hasil uji kualitatif
(Gambar 1) terlihat bahwa band DNA
hanya keluar pada sumuran kedua (sampel
SE1), sumuran kedelapan (sampel PE1), dan
sumuran kesepuluh (PE3).
Isolat DNA yang tetap berada di
dalam sumuran dapat disebabkan sebab
sumuran tidak terbentuk dengan sempurna,
pemberian kuantitas isolat DNA yang
berlebih, kontaminasi isolat DNA, dan
ada nya DNA binding proteins yang
Variasi Genetik Kambing Senduro dan
Peranakan Etawa (PE)
dapat mempegaruhi migrasi DNA
(Fermentas, 2015). Sumuran kedua,
kedelapan, dan kesepuluh memiliki panjang
base pairs 12,0 kb sehingga isolat DNA
perlu dilakukan uji kuantitatif untuk
mengetahui konsentrasi dan kemurnian
isolat DNA. Pengukuran kuantitas DNA
dilakukan dengan metode spektrofotometri
menggunakan spektrofotometer pada
panjang gelombang (λ) 260 dan 280 nm.
Kemurnian DNA ditentukan dengan
menghitung rasio absorbansi pada A260
dengan A280 (Ratio A260:A280). Molekul
DNA dikatakan murni jika rasio
absorbansinya berkisar antara 1,8 – 2,0.
Nilai kemurnian dibawah 1,8 dapat
disebabkan sebab kontaminasi protein,
fenol, dan senyawa lain. Nilai kemurnian
diatas 2,0 dapat disebabkan sebab
kontaminasi RNA ,
Amplifikasi Gen Cyt-b Dengan Metode
PCR
Penentuan primer yang digunakan
disesuaikan dengan Conserved Domain dari
Cytochrome-b Capra hircus. Conserved
domain gen ini terletak di basa ke-1 hingga
basa ke-379. Primer forward dan reverse
yang digunakan dalam proses PCR didesain
melalui NCBI dengan database NCBI
Genebank Capra hircus : D84201.1.
(Cytb_F) 5’GCAATTGCCAT
AGTCCACCT’3 (length: 20 bp; Tm : 59,96
℃; GC : 55,0%) dan Reverse (Cytb_R)
5’GGATTTGCCGGGGTATAGTT’3
(length: 20 bp; Tm : 59,96 ℃; GC : 55,00%)
dan panjang target produk PCR yaitu 434
bp. Produk PCR hasil amplifikasi DNA
dilakukan uji kualitatif kembali dengan
menggunakan gel agarosa konsentrasi 2%
Panjang produk PCR hasil amplifikasi pada
Gambar 3. Pada pengamatan langsung,
didapatkan adanya pita DNA dengan ukuran
sesuai target amplifikasi dari primer forward
dan reverse yaitu sepanjang ±434 bp.
Variasi Genetik
Pada hasil penyejajaran sampel
dengan referensi gen Cyt-b Capra hircus
dapat didapati pula adanya mutasi. Mutasi
merupakan peristiwa perubahan struktur
materi genetis pada suatu organisme atau
makhluk hidup yang mengakibatkan
terjadinya perubahan sifat atau karakter
suatu organisme ,
ada adanya mutasi pada sampel
berupa delesi, transisi dan tranversi. Delesi
adalah jenis mutasi gen yang terjadi sebab
hilangnya satu atau beberapa basa nitrogen.
Transisi terjadi ketika ada pertukaran
antar pasangan basa nitrogen sesama purin
atau sesama purimidin, sedang transversi
terjadi ketika ada pertukaran antara
pasangan basa nitrogen purin dengan
purimidin atau sebaliknya
Gambar 2. Origin Olio Nukleutida Gen Cytochrome-b (Accesion number: D84201.1),
keterangan: Kuning: Primer forward, Hijau: Primer reverse, Abu-abu: Region of
interest (National Center for Biotechnology Information, 2018)
Gambar 3. Hasil elektroforesis produk PCR. Keterangan: M: Marker, SE1, SE2, SE3, SE4,
SE5, SE6, PE1, PE2, PE3: sampel Kambing. Sembilan sampel produk PCR
menunjukkan adanya pita marker ±434 bp.
Variasi Genetik Kambing Senduro dan
Peranakan Etawa (PE)
Jenis mutasi pada sampel SE1
merupakan missense mutation. Mutasi salah
arti (missense mutation), yaitu perubahan
suatu kode genetik (umumnya pada posisi 1
dan 2 pada kodon) sehingga menyebabkan
asam amino yang terikat pada rantai
polipeptida berubah
sedang jenis mutasi mutasi pada sampel
SE2, SE3, SE4, SE5, SE6, PE1, PE2, PE3
berdasarkan perubahan kode genetik yang
terjadi termasuk kedalam frameshift
mutation. Mutasi ini merupakan akibat
penambahan atau kehilangan satu atau lebih
nukleutida di dalam suatu gen .Penelitian ini menunjukkan bahwa
kambing Senduro dan Peranakan Etawa
yang ada di BBIB Singosari memiliki
variasi genetik yang tinggi jika
dibandingkan dengan database NCBI
Capra hircus: D84201.1.
Keragaman genetik yang tinggi dapat
disebabkan sebab kondisi geografis yang
berbeda antara Kambing Senduro dan PE
dengan sampel pembanding yang
digunakan.
Pada hasil penyejajaran ada
variasi basa nukleutida pada seluruh sampel
terhadap database NCBI Capra hircus:
D84201.1. Sampel SE1 mengalami
missense mutation, dan sampel SE2, SE3,
SE4, SE5, SE6, PE1, PE2, PE3 mengalami
frameshift mutation. Penyejajaran
menggunakan pairwise distance
menunjukkan bahwa kambing Senduro dan
PE yang dibandingkan dengan database
NCBI Capra hircus: D84201.1 memiliki
susunan basa nukleutida dengan variasi
yang tinggi.
Susu kambing segar bersifat mudah rusak dan memerlukan penanganan pasca panen dan pengolahan yang
cepat dan memadai. Pasteurisasi yaitu perlakuan yang diberikan terhadap susu segar supaya tidak cepat rusak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memberikan informasi kepada masyarakat tentang kadar lemak susu
kambing peranakan Etawa di peternakan Lamnyong Kota Banda Aceh sebelum dan sesudah dipasterusisasi.
Penelitian ini dilakukan dengan metode Gerber dengan pasteurisasi suhu rendah waktu lama (low temperature long
time /LTLT = 62 0C – 65 0C ). Penelitian ini dilakukan dengan analisis deskriptif dengan masing-masing 6 kali
ulangan sehingga mendapatkan hasil yang akurat. berdasar hasil penelitian memperlihatkan kadar lemak susu
segar sebelum dan sesudah dipasteurisasi ada perbedaan. Susu yang diberi perlakuan pasteurisasi memiliki
kadar lemak 5% dan susu tidak diberi perlakuan atau tidak dipasteurisasi memiliki kadar lemak 4,5%. Hal ini terjadi
karena setelah dilakukan pasteurisasi susu terjadi penguapan komponen-komponenya sehingga kadar lemak susu
cenderung meningkat.
Pertumbuhan populasi kambing peranakan Etawa (PE) sebagai penghasil susu semakin
meningkat. Keadaan ini disebabkan oleh pemenuhan kebutuhan susu yang berasal dari sapi perah
masih kurang karena masyarakat mulai mengenal susu kambing sebagai sumber nutrien yang
baik. Kondisi ini menyebabkan meningkatnya minat masyarakat untuk beternak kambing perah.
Kambing yang dipilih yaitu kambing peranakan Etawa, karena merupakan ternak dwiguna,
yaitu menghasilkan susu dan daging, sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi pemeliharaan
kambing. Alasan lain yang mendasari pemilihan kambing PE untukdikembangkan yaitu sifat
pertumbuhannya yang cepat dan litter size mencapai 2 ekor. Pemeliharaan kambing tersebut juga
mudah dan tidak membutuhkan lahan yang luas. Kualitas susu kambing dipengaruhi oleh tiga
faktor di antaranya yaitu pakan, bangsa kambing, dan ketinggian tempat pemeliharaan
Perkembangan ternak kambing Etawa menyebar kesebagian besar wilayah Indonesia,
sekarang yang lebih dikenal dengan kambing peranakan Etawa (PE). Jenis kambing PE
dipelihara sebagai produksi susu dan juga daging karena mempunyai bentuk badan yang lebih
besar dibandingkan dengan kambing kacang ,
Susu kambing memiliki kandungan gizi yang lebih unggul, selain itu lemak dan protein
pada susu kambing lebih mudah dicerna dan kandungan vitamin B1 nya lebih tinggi dibanding
susu sapi. Permasalahan yang dihadapi yaitu konsumen mengkhawatirkan adanya bau yang
khas seperti pada daging kambing dapat juga dijumpai pada susu kambing ,
Susu merupakan salah satu pangan sebagai sumber protein hewani, yang mengandung
protein, lemak, mineral, kalsium, vitamin dan mengandung asam amino esensial yang lengkap.
Faktor yang mempengaruhi kualitas susu antara lain faktor keturunan, pakan, kondisi
lingkungan, waktu laktasi dan prosedur pemerahan. Ada berbagai pilihan yang dapat ditempuh
untuk meningkatkan produktivitas ternak kambing, salah satunya yaitu melalui pendekatan
pemuliabiakan yaitu penggabungan gen–gen yang baru atau peningkatan frekuensi gen yang
mempengaruhi produksi. Susu kambing memiliki partikel lemak yang lebih kecil dan homogen
sehingga mudah dicerna dan diserap. Susu merupakan bahan pangan yang sangat dibutuhkan
manusia karena kandungan gizinya tinggi. Susu yang umum dikonsumsi yaitu susu sapi namun
susu kambing mempunyai kandungan gizi relatif tinggi dibandingkan dengan susu sapi ,
Faktor penghambat produksi susu pada usaha peternak kambing perah yaitu timbulnya
penyakit pada ternak. Penyakit yang paling sering mucul yaitu mastitis. Mastitis sangat
merugikan peternak karena kambing perah yang terkena mastitis akan mengalami penurunan
produksi susu dan kualitas susu yang dihasilkan juga rendah. Selain itu, adanya penyakit mastitis
juga menambah biaya perawatan dan pengobatan untuk kelangsungan produksinya.Tingginya
kasus mastitis yaitu karena manajemen pemeliharaan yang kurang baikz
Lemak susu merupakan salah satu komponen yang paling dipertimbangkan dalam menilai
susu ruminansia. Kadar lemak susu sangat tergantung pada kadar serat kasar (SK) pakan dan
produksi asam asetat. Selain itu ada kecenderungan pada kambing perah laktasi untuk tetap
mempertahankan kualitas susu dari pada kuantitas susu, walaupun harus mengorbankan tubuh
induknya ,
Besar kecilnya globula lemak ditentukan oleh kadar air yang ada di dalamnya. Kadar lemak
susu kambing dipengaruhi oleh pakan hijauan, semakin tinggi pakan hijauan yang diberikan
maka semakin tinggi pula kadar lemak susu. Ternak yang diberi pakan tambahan konsentrat akan
menurunkan kadar lemak susu dan pakan yang hanya terdiri dari hijauan memiliki kadar lemak
yang lebih tinggi dibanding pakan yang ditambah dengan konsentrat ,
Susu kambing segar bersifat mudah rusak dan memerlukan penanganan pasca panen dan
pengolahan yang cepat dan memadai. Selain dikonsumsi dalam bentuk segar, susu kambing juga
dapat diolah menjadi berbagai macam produk yang bernilai gizi tinggi dan bermanfaat bagi
kesehatan, misalnya keju dan yoghurt ,
Pasteurisasi yaitu perlakuan yang diberikan terhadap susu segar supaya tidak cepat rusak.
Pemanasan pada suhu pasteurisasi dimaksudkan untuk membunuh sebagian kuman patogenik
yang ada dalam susu, dengan seminimum mungkin kehilangan gizinya dan mempertahankan
semaksimal mungkin sifat fisik dan cita rasa susu segar (Abubakar, 2000). Susu pasteurisasi atas
dasar suhu dibagi 3, yakni: (a) suhu rendah waktu lama, (b) suhu tinggi waktu singkat dan (c)
Suhu sterilisasi/UHT. Sedangkan berdasar sistem pengolahannya memakai : (a)
penyemprotan air panas melalui dinding tangki, (b) mengalirkan air panas melalui pipa dalam
tabung, (c) Perendaman dengan air panas ,
Pemerahan yang dilakukan lebih dari 16 jam pada pertengahan hingga masa akhir laktasi
dapat mengubah komposisi susu. Kadar lemak susu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi asam asetat dalam rumen, dalam hal ini yaitu kinerja mikrobia rumen
dalam memfermentasi serat kasar menjadi asam asetat bahwa ruminansia lebih tergantung pada asam asetat untuk sintesa lemak susu
di dalam kelenjar ambing.
Konsumsi serat kasar dan kandungan asam asetat dalam rumen tidak ada adanya
perbedaan, sehingga menyebabkan kadar lemak susu tidak berbeda pula.Selain itu, perlakuan
pasteurisasi terhadap susu segar juga berpengaruh terhadap penurunan kadar lemak pada susu
segar tersebut sehingga jelas berbeda dengan kadar lemak susu segar sebelumnya ,
Tempat dilakukan penelitian ini yaitu di Laboratorium Kesmavet Fakultas Kedokteran
Hewan Unsyiah. Waktu penelitian dilakukan yaitu pada bulan Maret 2017 dan dilakukan diatas
3 jam setelah pemerahan, sebab dalam waktu 3 jam setelah pemerahan tersebut akan terjadi
perubahan–perubahan keadaan air susu, seperti: (a) pengeluaran gas–gas, (b) pembekuan lemak–
lemak susu, (c) zat–zat protein air susu yang belum stabil, (d) temperatur air susu yang masih
tinggi. Alat-alat yang dipakai pada penelitian ini yaitu botol Gerber, waterbath, sentrifus
lemak dan pasteurizer sedangkan bahan yang dipakai dalam penelitian ini yaitu susu
kambing peranakan Etawa segar, amil alkohol dan asam sulfat ( H2SO4 ). Susu kambing
peranakan Etawa diambil langsung dari peternakan Lamnyong Kota Banda Aceh dan langsung
di bawa ketempat pemeriksaan memakai wadah susu. Penelitian ini memakai
pasteurizer untuk alat pasteurisasi dan memakai metode Gerber untuk menghitung kadar
lemak susu. Selanjutnya kedalam butirometer dimasukkan 10 ml H2S04 pekat, melalui dinding
tabung dimasukkan 10 ml sampel susu dengan memakai pipet dan tambahkan 1 ml alkohol.
Kemudian tabung disumbat dengan sumbat karet dan dihomogenkan sekitar 3-5 menit, tabung
direndam dalam waterbath 57-65 0C selama 3-5 menit dan selanjutnya dilakukan sentrifus
selama 3-5 menit dengan 1200 kali putaran per menit. Setelah itu dimasukkan lagi ke waterbath
3-5 menit kemudian dikeringkan dan baca dikadar lemak. Data yang diperoleh dari penelitian ini
dianalisis secara deskriptif.
Dari hasil penelitian ini ada perbedaan kadar lemak susu kambing peranakan Etawa
sebelum dan sesudah dipasteurisasi. Hasil berikut ini menunjukkan kadar lemak susu yang tidak
dilakukan pasteurisasi, dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Hasil uji kadar lemak susu yang tidak dipasteurisasi
berdasar Gambar 1. Susu kambing peranakan Etawa yang tidak diberi perlakuan
pasteurisasi setelah dilakukan uji menghasilkan kadar lemak 4.5%. Selanjutnya susu yang diberi
perlakuan pasteurisasi kadar lemaknya terlihat lebih tinggi seperti pada Gambar 2.
berdasar Gambar 2. Susu kambing peranakan Etawa yang diberi perlakuan
pasteurisasi setelah dilakukan uji menghasilkan kadar lemak 5%. Kadar lemak ini jelas lebih
tinggi dibandingkan dengan yang tidak dipasteurisasi. Ini disebabkan oleh beberapa faktor akibat
dari penguapan komponen susu ketika dilakukan pemanasan.
Tabel hasil uji kadar lemak susu sebelum dan sesudah dipasteurisasi
Sampel Perlakuan Kadar Keterangan
lemak (%)
Susu segar Pasteurisasi 5% Kadar lemak susu yang
dipasteurisasi memiliki
kadar lemak 5%
Susu segar Tidak
dipasteurisasi 4,5% Kadar lemak susu
tidak dipasteurisasi
memiliki kadar lemak 4,5%
berdasar hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa susu yang dipasteurisasi lebih
tinggi kadar lemaknya dibandingkan yang tidak dipasteurisasi. Hasil penelitian pada gambar dan
tabel memperlihatkan kadar lemak susu kambing peranakan Etawa segar sebelum dan sesudah
dipasteurisasi ada perbedaan. Susu yang dipasteurisasi memiliki kadar lemak lebih tinggi
dibandingkan yang tidak dipasteurisasi, tetapi perbedaannya tidak jauh berbeda. Penelitian ini
dilakukan dengan analisis deskriptif dengan masing-masing 6 kali ulangan sehingga
mendapatkan hasil yang akurat.
Dari hasil peneletian ini juga menunjukkan bahwa kadar lemak susu kambing peranakan Etawa
dipeternakan Lamnyong Kota Banda Aceh juga relatif standar. bila dikonsumsi juga akan
relatif aman bagi para konsumen dan tidak menyebabkan penyakit seperti penyakit digeneratif
(tekanan darah tinggi, stroke dan jantung coroner). Peternak harus bisa memanipulasi pakan
ternak seperti pemberian pakan suplemen. Pakan suplemen merupakan pakan pelengkap untuk
melengkapi beberapa jenis bahan yang belum tersedia dari hijauan dan konsentrat sehingga
pemberiannya tidak berdasarkan bobot badan dan produksi tetapi disediakan setiap saat sesuai
dengan kebutuhan ternak ,pakan suplemen dapat berupa
Urea Mineral Molasses Block (UMMB) atau konsentrat yang kaya akan protein dan disarankan
berupa bahan pakan yang kaya sumber energi mudah terfermentrasi dan merupakan sumber
nitrogen yang layak. bahwa dengan penambahan pakan
suplemen dapat memacu pertumbuhan dan
meningkatkan populasi mikroba di dalam rumen sehingga dapat merangsang
penambahan jumlah konsumsi serat kasar (SK) yang akan meningkatkan produksi.
Secara organoleptik susu akan mengalami perubahan jika ada perbedaan warna, rasa,
dan aroma dari susu yang normal. Umumnya perubahan ini disebabkan oleh adanya aktifitas
mikroorganisme. Kompenen penyusun susu juga dapat terjadi perubahan yang disebabkan oleh
pengaruh suhu pasteurisasi susu ,
Rasa dan aroma susu pasteurisasi dalam penelitian ini masih normal dan mempunyai rasa
sedikit manis yang menunjukkan sampel susu masih segar tetapi setelah dilakukan penelitian
terjadi perubahan kadar lemak, susu pasteurisasi lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum
dipasteurisasi. Dalam hal ini penelitian yang dilakukan memakai pasteurisasi dengan suhu
rendah waktu lama (low temperature long time /LTLT = 62 0C – 65 0C ) (Alva, 1992). Hal ini
sesuai dengan pendapat Bearkley (1986), bahwa kadar lemak susu cenderung meningkat setelah
dipasteurisasi disebabkan oleh pengaruh suhu yang menyebabkan penguapan komponen dalam
susu seperti air dan komponen lainya.
Kadar lemak susu kambing peranakan Etawa di peternakan lamnyong kota Banda Aceh
lebih tinggi setelah di pasteurisasi dibandingkan dengan sebelum dipasteurisasi. Kadar lemak
susu sebelum dipasteurisasi yaitu 4,5% dan sesudah dipasteurisasi yaitu 5%.