Jumat, 06 Desember 2024

anggaran sumatera 1


 

Sumatera Selatan yaitu  salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di bagian selatan pulau 
Sumatera. Provinsi ini beribukota di Palembang. Provinsi ini terdiri dari kurang lebih 17 Kabupaten 
Kota baik Kabupaten Kota yang lama maupun yang baru dibentuk, pada masing – masing Kabupaten 
Kota ini  ada  daerah yang kecil atau besar, sehingga dalam hal ini pembangunan di Provinsi 
ini terjadi tidak merata sendiri, pemerataan hasil pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi yang 
tinggi dapat menciptakan kemakmuran bersama. Di Indonesia pada masing masing Provinsi untuk 
menciptakan kemakmuran bersama, pemerintah selalu menaikan Anggaran Pendapatan dan Belanja 
Daerah (APBD) demi kelangsungan Pembangunan Daerah. 
 
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara 
Pemerintah Pusat dan Daerah menentukan bahwa Pendapatan Asli Daerah yaitu  pendapatan yang di 
peroleh daerah yang di pungut berdasar  peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pusat dan 
Daerah, Pendapatan Asli Daerah dapat di peroleh melalui sumber sumber dana yang di dapat dari 
Pajak Daerah, Retribusi Daerah, hasil pengelolahan kekayaan daerah yang dipisahkan. Sumber-
sumber pendapatan ini  diharapkan menjadi sumber pembiyaan penyelenggaraan dan 
pembangunan untuk meningkatkan dan memeratkan kesejahteraan rakyat. 
 
Otonomi Daerah bertujuan untuk meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi, Pembangunan Daerah, 
meminimalisasi kesenjangan antar daerah dan meningkatkan infrastruktur daerah. Pelaksanaan 
Otonomi Daerah yang menitikberatkan pada daerah Kabupaten dan Kota ditandai dengan adanya 
penyerahan sejumlah kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang bersangkutan, 
baik yang menyangkut pengelolaan keuangan daerah, perencanaan ekonomi dan perencanaan yang 
lain semuanya dilimpahkan dari pusat ke daerah. Dalam perspektif praktis anggaran publik yaitu  
instrument utama kebijakan fiskal pemerintah dan dipandang sebagai keseimbangan antara 
pendapatan (revenue) pemerintah disatu sisi dan disisi lainnya pengeluaran atau belanja (expenditure) 
pemerintah. Anggaran publik juga merupakan cerminan dari peran pemerintah dalam perekonomian 
dan pembangunan ekonomi. Dalam anggaran publik tidak hanya terdiri atas data, angka atau jumlah 
pendapatan atau pengeluaran tetapi anggaran juga merefleksikan penilaian kriteria, tolak ukur tentang 
bagaimana cara mendapatkan dan menentukan pengeluaran yang melibatkan komponen anggaran 
yang ditargetkan. Anggaran Publik memiliki sifat pasif (siklikal) dan aktif (struktural) tergantung 
pada kebijakan dan keadaan siklus ekonomi, dimana bila anggaran ditentukan melalui kebijakan aktif 
dan diskresioner. Misalnya kebijakan ini  bisa berupa penetapan tarif pajak, retribusi (tingkat 
lokal) dan Belanja Pemerintah untuk menghitung seberapa besar penerimaan dan pengeluaran 
pemerintah serta melihat kemungkinan surplus atau Defisit bila perekonomian berada pada level 
produksi potensial ,
 
Defisit Anggaran yaitu  kegiatan perekonomian yang dilakukan oleh sebuah pemerintah yang 
senantiasa berhadapan dengan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Dalam faktor 
ini, Pertumbuhan Ekonomi menjadi sebuah syarat untuk tercapainya warga  yang sejahtera. 
Defisit Anggaran dapat terjadi oleh suatu pengeluaran jika  pengeluaran yang berlebihan daripada 
penerimaan. Anggaran Defisit ini ditutupi dengan cara salah satunya utang luar negeri atau 
menggunakan sisa lebih penggunaan anggaran pada tahun sebelumnya. Defisit Anggaran selain 
dipengaruhi oleh kondisi ekonomi juga dipengaruhi oleh kemampuan suatu pendapatan dan Belanja, 
jika  ditinjau dari tingkat Kabupaten Kota Provinsi Defisit Anggaran dipengaruhi oleh Pendapatan 
Asli Daerah yang merupakan pendapatan yang berasal dari masing - masing daerah itu sendiri dan 
Belanja yang dimana ditinjau dari fenomena pada masing -masing Kabupaten Kota Provinsi di 
Sumatera Selatan yang sedang banyak melakukan pembangunan jalan dan jembatan yakni merupakan 
Belanja Modal ,
 
Terjadinya Defisit Anggaran dipicu  oleh pemerataan Pertumbuhan Ekonomi salah satunya 
dengan menaikkan Belanja Pengeluaran untuk keberlangsungan perekonomian. Rendahnya daya beli 
warga  dapat mempengaruhi Defisit Anggaran karena dapat mempengaruhi Penerimaan Pajak 
dalam Negeri. Belanja Modal merupakan salah satu aset pengaruh dan kebutuhan pada suatu 
perekonomian di beberapa Provinsi sekaligus termasuk harga komponen yang ada  dalam Belanja 
Modal juga dapat mempengaruhi Defisit Anggaran. Dimana permintaan pembuatan jalan dan 
bangunan yang ada  dalam komponen Belanja Modal yang tidak dapat diprediksi dan pembuatan 
jalan, jembatan, dan gedung - gedung juga berpengaruh untuk keberlangsungan ekonomi. Karena 
jika  semakin sering pemerintah melakukan pembangunan jalan atau gedung, maka pengeluaran 
pemerintah pun semakin tinggi . Pembangunan dibidang ekonomi harus dilakukan 
secara bersamaan dengan Pertumbuhan Ekonomi dan pemerataan distribusi pendapatan agar daya beli 
warga  meningkat secara merata. Pertumbuhan Ekonomi yang baik diharapkan mampu 
meningkatkan kesejahteraan warga  ,
 
Hubungan antara Pendapatan / Penerimaan (revenue) pemerintah dan Pengeluaran/Belanja 
Pemerintah (government spending) saling memiliki hubungan terkait, sebab terkait dengan kebijakan 
penganggaran publik dimana dalam penganggaran, pemerintah memainkan perannya (alokasi, 
distribusi, stabilisasi dan sustainabilitas) bagi warganya. Kebijakan fiskal yang “sehat” sangat penting 
untuk menjamin stabilitas harga dan keberlanjutan (sustainability) program guna tetap 
mempertahankan pertumbuhan pembangunan. Memahami hubungan antara pendapatan (revenue) 
pemerintah dan belanja pemerintah (government spending) sangat penting dari sudut pandang 
kebijakan, terutama bagi negara indonesia yang telah melaksanakan otonomi daerah ,
 
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber penerimaan Pemerintah Daerah yang berasal dari 
daerah itu sendiri berdasar  kemampuan yang dimiliki. Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari 
pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain. 
jika  Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari suatu daerah mampu memberikan kontribusi terbesar 
dalam pemasukkan Belanja Daerah, maka dapat dikatakan bahwa Daerah ini  tergolong sebagai 
Daerah yang cukup maju dan bagus dari sektor ekonomi dan begitu pula sebaliknya. Hal ini 
diharapkan pada masa yang akan datang, ketergantungan Daerah terhadap transfer dana pusat 
hendaknya diminimalisasi guna menumbuhkan kemandirian Pemerintah Daerah dalam melakukan 
Pelayanan Publik dan Pembangunan Daerah (Horota, 2011). 
 
Belanja Pengeluaran merupakan suatu Pengeluaran yang dapat dikatakan sebagai Pengeluaran rutin 
dalam rangka pembentukkan Modal yang ada. Dalam hal ini Pembelanjaan Modal yang dimaksud 
dapat berupa tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jaringan, maupun dalam bentuk fisik 
lainnya, seperti buku, binatang dan lain sebagainya. Dalam hal ini Pengeluaran Pemerintah dalam 
pemenuhan Belanja Modal harus seimbang atau terpenuhi agar tidak terjadinya Defisit Anggaran 
(Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran, 2008), Pendapatan Asli Daerah pada masing - masing Kabupaten Kota yang 
ada  di Sumatera Selatan yang tertinggi ada  pada Kota Palembang, ini mengindikasikan 
bahwa tingkat Pertumbuhan Ekonomi di kota Palembang bernilai positif, sedang  Pendapatan Asli 
Daerah pada Kabupaten Empat Lawang, PALI, dan Musi Rawas Utara masih tergolong rendah 
dikarenakan kabupaten ini di Sumatera Selatan merupakan Kabupaten baru sehingga tingkat 
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten ini pun rendah. 
 
Belanja Modal yang tergolong tinggi di Provinsi Sumatera Selatan ada  pada Kabupaten Ogan 
Komering Ilir, Kota Palembang,  Muara Enim dan Musi Banyuasin. Hal ini mengindikasikan bahwa 
Kabupaten Kota ini merupakan Kabupaten pengembangan yang paling tinggi dikarenakan telah 
terbukti Kabupaten Kota ini pada situasi sekarang ada  banyak pembangunan jalan dan jembatan, 
perkembangan wisata, dan peningkatan pendidikan tinggi pada masing – masing Kabupaten Kota. 
Belanja modal dapat mempengaruhi perekonomian. Belanja Pengeluaran suatu daerah harus sejalan 
dengan kondisi makro ekonomi daerah yang bersangkutan. Kenaikan Belanja Modal diiringi dengan 
peningkatan Defisit Anggaran karena peningkatan kebutuhan fasilitas yang harus dipenuhi untuk 
peningkatan Pertumbuhan Ekonomi. 
 
 
perkembangan tingkat PDRB yang tertinggi di Sumatera Selatan ada  
pada Kota Palembang, hal ini telah sejalan dengan tingkat PAD yang ada  di Kota Palembang, 
tingkat Pertumbuhan Ekonomi dengan variabel PDRB mengindikasikan bahwa Pertumbuhan 
Ekonomi dipengaruhi oleh tingkat PAD. Dengan kata lain hubungan antara PAD dan Pertumbuhan 
Ekonomi PDRB memiliki pengaruh yang signifikan, hal ini dapat dikatakan pula alokasi pengeluaran 
Pendapatan Daerah dipengaruhi oleh tingkat Pertumbuhan Ekonomi PDRB. 
 
Sumatera Selatan merupakan salah satu Provinsi yang menjadi daerah perkembangan, dikarenakan 
pada masa kini pemerintah daerah Sumatera Selatan banyak melakukan perkembangan pembangunan 
jalan, jembatan dan LRT pada masing – masing daerah baik pada Kabupaten Kota lama baik 
Kabupaten Kota yang baru, di daerah Sumatera Selatan sendiri pada masing – masing Kabupaten 
Kota ada  masing – masing Kabupaten Kota yang luas dan sempit sehingga dalam hal ini 
pemerataan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi ini menjadi tidak merata sendiri dan dikarenakan tidak 
meratanya distribusi pendapatan yang tidak melebih dari pengeluaran yang memicu  untuk 
menutupi anggaran defisit ini pemerintah senantiasa melakukan pinjaman luar negeri atau 
menggunakan dana SILPA tahun sebelumnya  yang memicu  timbulah defisit anggaran pada 
masing – masing Kabupaten Kota di Provinsi ini. 
 
Suatu anggaran pemerintah terdiri dari besaran pengeluaran dan penerimaan pemerintah. Dalam 
kondisi perekonomian tertentu, salah satu kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah yaitu  melalui 
kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal yang diterapkan dapat dilihat dalam anggaran pemerintah ini , 
dan Defisit anggaran yaitu  salah satu kebijakan fiskal pemerintah yaitu kebijakan fiskal ekspansif. 
Anggaran pemerintah memiliki sifat struktural dan siklikal. Anggaran memiliki sifat struktural atau 
aktif, berarti anggaran ini  ditentukan oleh kebijakan aktif dan beban (diskresioner) seperti 
penetapan tingkat pajak, jaminan sosial, dan belanja pemerintah untuk menghitung seberapa besar 
penerimaan dan pengeluaran pemerintah, serta kemungkinan Defisit / Surplus bila perekonomian 
beroperasi pada tingkat produksi potensial. Akan tetapi, sebagian besar dari anggaran bersifat siklikal 
atau pasif dimana ditentukan oleh keadaan siklus ekonomi, untuk menghitung dampak daripada siklus 
ekonomi terhadap anggaran atau mengukur perubahan dalam penerimaan, pengeluaran, dan Defisit / 
Surplus yang timbul oleh karena perekonomian tidak beroperasi pada output potensialnya. Anggaran 
yang bersifat siklikal ini merupakan selisih antara anggaran aktual dan anggaran struktural 
2.2 Teori klasik 
Aliran pemikiran klasik berpandangan bahwa kenaikan pembiayaan defisit anggaran atau 
pengurangan pajak (tax cut) akan berpengaruh terhadap meningkatnya disposable income (pendapatan 
yang siap dibelanjakan). Naiknya disposable income menyebabkan konsumen akan membelanjakan 
untuk barang dan jasa yang lebih banyak. Penambahan kekayaan yang positip berpengaruh terhadap 
penambahan permintaan agregat. Dalam jangka pendek: kenaikan pinjaman di pasar modal oleh 
pemerintah hanya bersifat kompensasi parsial terhadap adanya tambahan tabungan. Kenaikan suku 
bunga dibutuhkan untuk memulihkan keseimbangan yang dipicu  oleh kenaikan tabungan dan 
berkurangnya konsumsi dan permintaan investasi. Dalam jangka panjang: berkurangnya investasi 
akan menyebabkan stok kapital menjadi kecil, dan selanjutnya akan membuat pertumbuhan ekonomi 
menjadi lebih kecil 
 
2.3 Teori Keynesian 
Keynesian berpandangan bahwa kenaikan permintaan agregat akan berpengaruh terhadap akumulasi 
kapital dan output agregat. Pemotongan pajak menyebabkan kenaikan permintaan agregat. Hal ini 
dipicu  oleh sticky wages, sticky prices atau kekeliruan persepsi temporer. Perubahan dalam 
permintaan agregat akan berpengaruh terhadap pemanfaatan (utilization) faktor produksi. Keynesian 
berpendapat bahwa kebijakan anggaran defisit akan berpengaruh terhadap pendapatan nasional hanya 
melalui perubahan penawaran faktor produksi,
 
2.4 pemicu  Terjadinya Defisit Anggaran 
terjadinya suatu defisit pada anggaran pemerintah pasti dipicu  oleh 
berbagai hal, yaitu sebagai berikut : 
1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, untuk mempercepat pembangunan diperlukan investasi 
yang besar dan dana yang besar pula. jika  dana dalam negeri tidak mencukupi, biasanya 
negara melakukan pilihan dengan meminjam ke luar negeri untuk menghindari pembebanan 
warga negara jika  kekurangan itu ditutup melalui penarikan pajak. 
2. Rendahnya daya beli warga , warga  di negara berkembang seperti Indonesia yang 
mempunyai pendapatan per kapita rendah, dikenal mempunyai daya beli yang rendah pula. 
sedang  barang-barang dan jasa - jasa yang dibutuhkan, harganya sangat tinggi karena 
sebagian produksinyamempunyai komponen impor, sehingga warga  yang berpendapatan 
rendah tidak mampu membeli barang dan jasa ini .  
3. Pemerataan pendapatan warga , pengeluaran ekstra juga diperlukan dalam rangka menunjang 
pemerataan di seluruh area . Indonesia yang mempunyai area  sangat luas dengan tingkat 
kemajuan yang berbeda-beda di masing-masing area . 
4. Melemahnya nilai tukar, Indonesia yang sejak tahun 1969 melakukan pinjaman luar negeri dan 
mengalami masalah jika  ada gejolak nilai tukar setiap tahunnya.  
5. Pengeluaran karena inflasi, penyusunan anggaran negara pada awal tahun, didasarkan menurut 
standar harga yang telah ditetapkan. Harga standar itu sendiri dalam perjalanan tahun anggaran, 
tidak dapat dijamin ketepatannya. 
 
2.5 Penerimaan Daerah 
Penerimaan daerah yaitu  semua penerimaan daerah dalam bentuk peningkatan aktiva atau penurunan 
utang dari berbagai sumber dalam periode tahun anggaran bersangkutan. Pendapatan asli daerah 
merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang mempunyai peranan penting dalam 
pembangunan. Pendapatan asli daerah yaitu  pendapatan yang diperoleh dari sumber-sumber 
pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintah daerah. Pendapatan  asli daerah merupakan 
tulang punggung pembiayaan daerah, oleh karenanya kemampuan melaksanakan ekonomi diukur dari 
besarnya kontribusi yang diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap APBD, semakin besar 
kontribusi yang dapat diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap APBD berarti semakin kecil 
ketergantungan pemerintah daerah terhadap bantuan pemerintah daerah 
 
2.6 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yaitu  suatu rencana kerja pemerintah yang 
dinyatakan secara kuantitatif, biasanya dalam satuan moneter yang mencerminkan sumber - sumber 
penerimaan daerah dan pengeluaran untuk membiayai kegiatan dan proyek daerah dalam kurun waktu 
satu tahun anggaran. Pada hakekatnya anggaran daerah (APBD) merupakan salah satu alat untuk 
meningkatkanpelayanan publik dan kesejahteraan warga  sesuai dengan tujuan otonomi 
daerahyang luas, nyata dan bertanggungjawab. Dengan demikian APBD harus benar-benardapat 
mencerminkan kebutuhan warga  dengan memperhatikan potensi – potensikeanekaragaman 
daerah. Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah (APBD) disusun sebagai pedoman penerimaan dan 
pengeluaranpenyelenggaraan negara didaerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan untuk 
meningkatkan kemakmuran warga  . 
 
2.7 Teori Pertumbuhan Neoklasik 
Teori pertumbuhan neoklasik dikembangkan oleh Solow dan Swan. Model Solow-Swan 
menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, dan besarnya output yang saling 
berinteraksi. Perbedaan utama dengan model Harrod-Domar yaitu  dimasukkannya unsur kemajuan 
teknologi dalam modelnya. Teori Neoklasik sebagai penerus dari Teori Klasik menganjurkan agar 
kondisi selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar sempurna, 
perekonomian bisa tumbuh maksimal. Hal khusus yang perlu dicatat yaitu  bahwa model neoklasik 
mengasumsikan I=S. Hal ini berarti kebiasaan warga  yang suka memegang uang tunai dalam 
jumlah besar dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. analisa  lanjutan dari paham neoklasik 
menunjukkan bahwa untuk terciptanya suatupertumbuhan yang kokoh (steady growth), diperlukan 
suatu tingkat tabungan yangtinggi dan seluruh keuntungan pengusaha diinvestasikan kembali 

 
2.8 Teori Pengeluaran Pemerintah 
Pengeluaran pemerintah (goverment expenditure) yaitu  suatu tindakan pemerintah untuk mengatur 
jalannya perkonomian dengan cara menentukan besarnya pengeluaran dan pendapatan pemerintah 
setiap tahunnya yang tercermin dalam dokumen Angaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk 
nasional dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk daerah atau regional. Tujuannya 
yaitu  menstabilkan harga, tingkat output dan kesempatan kerja yang dapat memacu Pertumbuhan 
Ekonomi ,pengeluaran Pemerintah mencerminkan 
kebijakan pemerintah. jika  pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang 
dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk 
melaksanakan kebijakan ini . Pengeluaran pemerintah yaitu  seluruh pengeluaran pemerintah 
yang bersifat konsumsi, misalnya: untuk membangun jalan dan jembatan, irigasi, listrik, air minum 
dan taman-taman rekreasi. Konsumsi Pemerintah dapat dirinci sebagai pengeluaran rutin, dan 
pengeluaran pembangunan, dimana pengeluaran rutin pada dasarnya berunsurkan pos-pos 
pengeluaran untuk membiayai pelaksanaan roda pemerintahan sehari-hari yang meliputi belanja dan 
berbagai macam subsidi ,
Berikut yaitu  kerangka pikir mengenai  adanya pengaruh antara PAD, PDRB, dan Belanja Modal 
terhadap Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kota Provinsi di Sumatera 
Selatan. 
 
 dipakai  dalam penelitian ini yaitu  metode analisa  kualitatif deskriptif dan 
analisa  kuantitatif. analisa  kualitatif deskriptif yaitu  analisa  yang dipakai  untuk menjelaskan 
variabel penelitian dengan cara menjelaskan data sebagaimana adanya baik dalam bentuk tabel atau 
grafik dan dikaitkan dengan teori yang relevan dengan variabel yang diteliti. analisa  kualitatif yaitu  
analisa  yang menggunakan pendekatan matematis, statistik dan ekonometrik untuk mengetahui 
hubungan antar variabel independen dan variabel dependen atau pengaruh Belanja Modal, PAD, dan 
PDRB terhadap Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kota Provinsi di 
Sumatera Selatan. analisa  selanjutnya menggunakan analisa  regresi data panel. 
 
Dalam penelitian ini dipakai  regresi data panel untuk mengetahui pengaruh Produk Domestik 
Regional Bruto (PDRB), Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Defisit Anggaran 
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kota Provinsi di Sumatera Selatan. Model dasar data 
panel yaitu: 
 
Yit = αit + β1X1it + β2X2it + β3X3it + μit 
 
Dari model dasar di atas jika dikaitkan dengan variabel yang peneliti lakukan maka dapat ditulis 
dengan formula : 
DAit = αit + β1BMit + β2PADit + β3PDRBit + μit 
 
Keterangan: 
DA yaitu  Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 
BM  yaitu  Belanja Modal 
PAD yaitu  Pendapatan Asli daerah 
PDRB yaitu  Produk Domestik Regional Bruto 
β1β2β3 yaitu  koefisien masing – masing variabel yang terkait dalam penelitian 
i yaitu  Kabupaten Kota Provinsi Di Sumatera Selatan (cross section) 
t yaitu  menujukkan periode waktu / tahun ke t (time series) 
µ  yaitu  Term of error atau variabel pengganggu 
 
Estimasi Regresi Dengan Data Panel 
Metode regresi dengan data panel secara umum memicu  kesulitan dalam spefikasi modelnya. 
Residualnya akan mempunyai tiga kemungkinan yaitu residual time series, cross section maupun 
gabungan keduanya, ada  tiga pendekatan dalam menggunakan data panel ini yaitu: 
a. Pooled Least Square (PLS) 
Metode ini juga dikenal sebagai Common Effect Model (CEM). Pada metode ini, model 
mengasumsikan bahwa data gabungan yang ada menunjukan kondisi sesungguhnya dimana nilai 
intersep dari masing-masing variabel yaitu  sama dan slope koefisien dari variabel yang 
dipakai  yaitu  identik untuk semua unit cross section. Kelemahan dalam model PLS ini yaitu 
Pendapatan Asli Daerah  (X1) 
Defisit APBD (Y) Belanja Modal   (X2) 
PDRB ADHK   (X3) 
 
 
adanya ketidaksesuaian model dengan keadaan yang sebenarnya, di mana kondisi setiap objek 
saling berbeda, bahkan salah satu objek pada suatu waktu akan sangat berbeda dengan kondisi 
objek ini  pada waktu yang lain ,
b. Metode Fixed Effect 
Teknik model Fixed Effect yaitu  teknik mengestimasi data panel dengan  menggunakan 
variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan intersep.  Pengertian Fixed Effect ini 
didasarkan adanya perbedaan intersep antar tempat  observasi namun intersepnya sama antar 
waktu (time invariant). Disamping itu,  model ini juga mengasumsikan bahwa koefisien regresi 
(slope) tetap antar daerah dan antar waktu. Fixed effect muncul ketika antara efek individu dan 
perubah penjelas korelasi dengan pola yang sifatnya tidak acak  
c. Metode Random Effects 
Dalam mengestimasi data panel dengan Fixed Effect melalui teknik variabel  dummy 
menunjukkan ketidakpastian model yang dipakai . Untuk mengatasi  masalah ini, bisa 
menggunakan variabel residual yang dikenal dengan model  Random Effect. Di dalam model ini 
akan dipilih estimasi data panel dimana residual mungkin saling berhubungan antar waktu dan 
antar individu.  Dalam menjelaskan Random Effect diasumsikan setiap variabel mempunyai  
perbedaan intersep. Namun demikian, mengasumsikan bahwa intersep yaitu   variabel random 
atau stokastik. Model ini sangat berguna jika individual variabel  yang diambil sebagai sampel 
yaitu  dipilih secara random dan merupakan wakil  dari populasi 
Pemilihan Metode Data Panel 
Dalam pengolahan data panel mekanisme uji untuk menentukan metode pemilihan data panel yang 
tepat yaitu dengan cara membandingkan metode pendekan PLS dengan metode pendekatan FEM 
terlebih dahulu. Jika hasil yang diperoleh menunjukan model pendekatan PLS yang diterima, maka 
model pendekatan PLS yang akan dianalisa . Jika model pendekatan FEM yang diterima, maka 
melakukan perbandingan lagi dengan model pendekatan REM. Untuk melakukan model mana yang 
akan dipakai, maka dilakukan pengujian diantaranya: 
 
Uji Chow Test 
Yaitu uji yang dipakai  untuk mengetahui apakah model Pooled Least Square (PLS) atau Fixed 
Effect Model (FEM) yang akan dipilih untuk estimasi data.  
 
Uji Hausman  
Perhitungan uji Hausman untuk pemilihan model Fixed Effect atau Random  Effect tidak secara 
langsung bisa didapatkan di dalam window E-views, tetapi  melalui Command E-views. 
 
Uji Legrange Multiplier 
Fungsi dari uji Legrange Multiplier yaitu  untuk memilih Random Effect Model atau Common Effect 
Model sebagai metode yang tepat untuk melakukan analisa  regresi data panel. 
 
Pengujian Hipotesis 
Pengujian arti keseluruhan regresi (Uji F) 
Untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang dipakai  dalam model regresi secara 
bersama  -sama berpengaruh terhadap variabel dependen perlu dilakukan pengujian koefisien dengan 
menggunakan derajat signifikansi nilai F. Dasar Pengambilan keputusan yaitu  : 
1. Jika probabilitas (nilai signifikansi) > 0,05 ( α ) maka Ho diterima dan menolak Ha = tidak 
signifikan. 
2. Jika probabilitas (nilai signifikansi) < 0,05 (α ) maka Ho ditolak dan menerima Ha = signifikan 

 
Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji t) 
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial atau individu terhadap variabel tidak bebas 
dengan asumsi variabel yang lain konstan. Dasar pengambilan keputusan yaitu: 
1. Jika probabilitas (nilai signifikansi) > 0,05 (α) maka Ho diterima dan menolak Ha = tidak 
signifikan. 
2 Jika probabilitas (nilai signifikansi) < 0,05 (α) maka Ho ditolak dan menerima Ha = signifikan 

 
Koefisien Determinasi (Uji R2) 
Nilai koefisien determinasi (R2) ini mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel terikat Y dapat 
diterangkan oleh variabel bebas X. Bila nilai koefisien determinasi sama dengan 0 (R2 = 0), artinya 
variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara bila R2 = 1, artinya variasi dari 
Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X. Dengan kata lain bila R2 = 1, maka semua titik 
pengamatan berada tepat pada garis regresi. Dengan demikian baik atau buruknya suatu persamaan 
regresi ditentukan oleh R2 nya yang mempunyai nilai antara nol dan satu. Adjusted R square  yaitu  
R square yang telah disesuaikan nilai ini selalu lebih kecil dari R square dari angka ini bisa memiliki 
harga negatif, bahwa untuk regresi dengan lebih dari dua variabel bebas 
dipakai  Adjusted R2 sebagai koefisien determinasi (Ulum, 2018). 
 
4. Hasil dan Pembahasan 
Regresi data panel menggunakan tiga model yaitu Common Effect Model,Fixed Effect Model dan 
Random Effect Model, beberapa uji untuk memilih model mana yang terbaik dalam memprediksi 
model regresi dari penelitian yang dilakukan, yaitu Uji Chow, Uji Hausman dan Uji Lagrange 
Multiplier. 
 
Tabel 1. Hasil Pengujian Model 
Pengujian Model Nilai Statistik Probabilitas 
Uji Chow 127.99 0,000 
Uji Hausman 0,000 1,000 
Uji Lagrange Multiplier 187.27 0,000 
Sumber: hasil chow test, hausman test, dan LM Test, 2021 
 
Tabel 1. dapat diketahui nilai probability sebesar 0,000 < 0,05 dengan tingkat signifikan 95 persen (α 
= 5 persen), maka H0 ditolak, sehingga menurut uji Chow model yang dipakai  yaitu  Fixed  Effect 
Model. Pengujian yang kedua yang dilakukan yaitu  Uji Hausman. Hasil Uji Hausman menunjukkan 
nilai probability sebesar 1,000 > 0,05, maka Ha ditolak, sehingga berdasar  uji Hausman model 
terbaik yang dipakai  yaitu  Random Effect Model. Hasil ini  menunjukkan adanya perbedaan 
sehingga selanjutnya dilakukan dengan uji Lagrange Multiplier. Hasil Uji Lagrange Multiplier 
menunjukkan bahwa nilai Breusch-Pagan (both) sebesar 0,000 <  0,05 maka Ha diterima, berdasar  
Uji LM model terbaik yang dipakai  dalam penelitian ini yaitu  Fixed Effect Model. 
 
Tabel 2. Hasil Regresi Model Fixed Effect 
Variabel Koefisien Std. Error t-Statistik Prob.   
C -2.775773 1.886786 -1.471165 0.1438 
PAD? 0.181486 0.048144 3.769632 0.0003 
BM? 0.775626 0.053718 14.43885 0.0000 
PDRB? -0.038867 0.190695 -0.203816 0.8388 
Fixed Effects (Cross)     
_Lahat_ -6.131495 
_Musi Banyuasin_ -8.915770 
_Musi Rawas_ 2.328304 
 
 
Hasil estimasi data panel dengan menggunakan model Fixed Effect di atas dapat disederhanakan 
sebagai berikut: 
DAit = -2.775773it + 0.181486PADit + 0.775626BMit - 0.038867PDRBit + μit 
 
berdasar  persamaan hasil regresi di atas dapat dianalisa  pengaruh masing-masing variabel 
independen terhadap dependen. Nilai rata-rata dari komponen kesalahan random (random error 
component) sebesar -2.775773. Belanja modal dan PAD menunjukkan pengaruh positif terhadap 
defisit anggaran di provinsi Sumatera Selatan sedang  PDRB menunjukkan hubungan yang negatif 
terhadap defisit anggaran. 
 
berdasar  hasil persamaan regresi menunjukkan bahwa PAD berpengaruh positif terhadap defisit 
anggaran sebesar 0.181486, artinya bahwa setiap meningkatnya PAD sebesar 1 persen maka akan 
meningkatkandefisit anggaran sebesar 0.18 persen sementara faktor-faktor lain dianggap tetap (ceteris 
paribus). Nilai Koefisien PAD menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan. Hal ini  
tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya Aslam (2016) yang menyatakan bahwa dimana keadaan 
perekonomian dalam kondisi yang potensial dapat mengurangi defisit anggaran. berdasar  data 
rata-rata PAD dan PDRB selama kurun waktu 10 tahun menunjukkan peningkatan akan tetapi kondisi 
ini tidak diiringi oleh stabilnya anggaran di Provinsi Sumatera Selatan. Rata-rata defisit anggaran 
selama 10 tahun menunjukkan fluktuasi, dan cenderung meningkat. 
 
Belanja modal berpengaruh positif terhadap defisit anggaran sebesar 0.77562, artinya bahwa setiap 
meingkatnya belanja modal sebesar 1 persen maka akan meningkatkan defisit anggaran sebesar 0,77 
persen sementara faktor-faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Nilai koefisien belanja modal 
menunjukkan hubungan positif dan signifikan terhadap defisit anggaran. Hal ini sesuai dengan teori 
Keynesian dan teori dasar defisit anggaran yang menjelaskan bahwa peningkatan anggaran defisit 
hanya dipengaruhi oleh perubahan penawaran faktor produksi  dan tingkat pengeluaran pemerintah 
lainnya. 
 
PDRB berpengaruh negatif terhadap defisit anggaran sebesar -0.038867, artinya bahwa setiap 
meingkatnya PDRB sebesar 1 persen maka akan mengurangi defisit anggaran sebesar 0,03 persen 
sementara faktor-faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Nilai koefisien PDRB menunjukkan 
bahwa ada hubungan negatif dan tidak signifikan. Hal ini sejalan dengan teori Klasik yang 
menurutnya pengeluaran pemerintah harus dilihat dari sisi permintaan agregat agar dapat merangsang 
pertumbuhan ekonomi. Pengaruh yang tidak signifikan dipicu  kondisi perekonomian Sumatera 
Selatan sedang dalam keadaan kurang stabil. kurang stabilnya kinerja perekonomian salah satunya 
_Muara Enim_ 2.679552 
_Ogan Komering Ilir_ 1.087367 
_Ogan Komering Ulu_ 2.318051 
_Palembang_ 1.932686 
_Prabumulih_ 2.673052 
_Pagaralam_ 2.539937 
_Lubuk Linggau_ 5.127503 
_Banyuasin_ -8.160797 
_Ogan Ilir_ 0.896151 
_OKUTimur_ -0.921800 
_OKU Selatan_ 2.547259 
R-squared 0.943976 
Adjusted R-squared 0.936688 
Durbin-Watson stat 1.483393 
F-statistic 129.5307 
Prob(F-statistic) 0.000000 
 
 
dipicu  karena pengaruh perlambatan produksi migas yang memiliki pangsa pasar cukup besar 
dalam perekonomian daerah. 
 
berdasar  Tabel 2. persamaan regresi hasil model Fixed Effect menunjukkan hasil nilai Koefisien 
Determinasi (R2) sebesar 0,9439 atau 94,39 persen artinya bahwa variasi variabel PAD, belanja 
modal,dan PDRB memiliki pengaruh terhadap defisit anggaran sebesar nilai koefisien determinasi, 
sedang  sisanya 5,61 persen dipengaruhi variabel di luar model. Hal ini menunjukkan kemampuan 
variasi variabel independen dalam menerangkan variabel dependen sangat kuat, yang berarti variabel 
PAD, belanja modal dan PDRB merupakan faktor penentu defisit anggaran di provinsi Sumatera 
Selatan. 
  
berdasar  nilai intersep pada masing–masing individu, daerah yang mengalami defisit tertinggi 
tanpa dilihatnya perkembangan per tahun yaitu  kabupaten Musi Banyuasin dan Banyuasin. 
sedang  untuk area  dengan defisit anggaran terendah yaitu  kota Lubuk Linggau, hal ini 
dipengaruhi oleh peningkatan APBD dan realisasi anggaran yang dicapai. 
 
Kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan merupakan daerah yang memiliki banyak potensi daerah 
perkembangan pembangunan perekonomian baik daerah dengan tingkat defisit yang tinggi maupun 
yang rendah, hal ini telah terbukti berdasar  data yang tertera dan hasil nilai intersep pada masing-
masing daerah. 
 
Secara keseluruhan variabel independen penelitian (pendapatan asli daerah, belanja modal, dan 
PDRB) peningkatan defisit anggaran hanya dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan asli daerah dan 
belanja modal sedang  PDRB yang mencerminkan kondisi perekonomian suatu daerah tidak 
memiliki pengaruh apa–apa terhadap peningkatan defisit anggaran. 
 
berdasar  nilai koefisien determinasi, keterkaitan antara variabel independen (pendapatan asli 
daerah, belanja modal, dan PDRB) terhadap variabel dependen (defisit anggaran) memiliki 
keterkaitan sebesar 94,3 persen. Ini berarti bahwa pendapatan asli daerah, belanja modal, dan PDRB 
merupakan faktor penentu yang kuat terjadinya defisit anggaran, dan hal ini juga sudah terbukti 
dengan fenomena provinsi Sumatera Selatan yang sekarang sedang banyak melakukan pembangunan-
pembangunan yang bersifat pembentukan modal.